dinamika keluarga siswa kesulitan belajar

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena
adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan
yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan
suatu budaya. ( Bailon dan Maglaya 1978 )
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam
keadaan saling ketergantungan. Departemen Kesehatan RI ( 1988 ).
Dinamika keluarga adalah interaksi atau hubungan individu dengan lingkungan
sekitarnya

sehingga tersebut dapat diterima dan menyesuaikan diri baik dalam

lingkungan keluarga maupun kelompok sisial yang sama.
Melalui dinamika keluarga, para anggota keluarga menerima peran social yang sesuai.
Sebuah peran social tidak muncul dengan sendirinya, tetapi dirancang supaya bekerja
dengan sebuah mitra-peran.
Kehamilan melibatkan seluruh anggota keluarga. Karena konsepsi merupakan awal,
bukan saja bagi janin yang sedang berkembang, tetapi juga bagi keluarga, yakni dengan

hadirnya seorang anggota keluarga baru dan terjadinya perubahan hubungan dalam
keluarga, “maka setiap anggota keluarga harus beradaptasi terhadap kehamilan dan
menginterpretasinya berdasarkan kebutuhan masing-masing(Grossman, Eichler Winckoff,
1980).
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Keluarga dan Dinamika Keluarga?
2. Apakah Fungsi Keluarga?
3. Bagaimana Dinamika Keluarga Pada Masa Kehamilan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui deinisi keluarga dan dinamika keluarga
2. Untuk mengetahui fungsi keluarga
3. Buntuk mngetahui dinamika keluarga pada masa kehamilan

BAB II
1

PEMBAHASAN
A. Definisi
Istilah keluarga tidak mudah didefinisikan. Secara tradisional, keluarga diartikan
sebagai dua atau lebih orang yang dihubungkan dengan pertalian darah, perkawinan atau

adopsi (hukum) yang memiliki tempat tinggal bersama. Keluarga merupakan unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul
dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Departemen Kesehatan RI ( 1988 ).
Dinamika keluarga adalah interaksi atau hubungan individu dengan lingkungan
sekitarnya

sehingga tersebut dapat diterima dan menyesuaikan diri baik dalam

lingkungan keluarga maupun kelompok sisial yang sama.
Empat aspek dinamika keluarga:
1. Tiap anggota keluarga memiliki perasaan dan ide tentang dirinya sendiri yang
biasa dikenal dengan harga diri
2. Tiap anggota keluarga memiliki cara tertentu untuk menyampaikan pendapat
pikiran mereka yang dikenal dengan komunikasi
3. Tiap keluarga memiliki aturan permainan yang mengtur bagaimana mereka
seharusnya merasa dan bertindak yang berkembang sebagai system nilai keluarga
4. Tiap keluarga memiliki cara dalam berhubungan dengan orang luar dan institusi
diluar keluarga yang dikenal dengan jalur kemasyarakatan.
B. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut (Suprihatin, G, dkk., 1992) yaitu:
1. pemenuhan

kebutuhan

pangan,

sandang,

papan

dan

kesehatan

untuk

pengembangan fisik dan sosial,
2. kebutuhan akan pendidikan formal, informal dan nonformal dalam rangka
mengembangakan intelektual, sosial, mental, emosional dan spritual.

Bila ditinjau berdasarkan Peraturan Pemerintah RI. no 21 tahun 1994 mengenai
penyelenggaraan pembangunan keluarga sejahtera, telah dirumuskan delapan fungsi
keluarga sebagai berikut:
1. Fungsi Keagamaan
Dalam keluarga dan anggotanya fungsi ini perlu didorong dan dikembangkan agar
kehidupan keluarga sebagai wahana persemaian nilai-nilai luhur budaya bangsa

2

untuk menjadi insan agamis yang penuh iman dan takwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
2. Fungsi Sosial Budaya
Fungsi ini memberikan kesempatan kepada keluarga dan seluruh anggotanya
untuk mengembangkan kekayaan budaya bangsa yang beraneka ragam dalam satu
kesatuan, sehingga dalam hal ini diharapkan ayah dan ibu untuk dapat
mengajarkan dan meneruskan tradisi, kebudayaan dan sistem nilai moral kepada
anaknya.
3. Fungsi Cinta kasih
Hal ini berguna untuk memberikan landasan yang kokoh terhadap hubungan anak
dengan anak, suami dengan istri, orang tua dengan anaknya serta hubungan

kekerabatan antar generasi, sehingga keluarga menjadi wadah utama bersemainya
kehidupan yang penuh cinta kasih lahir dan batin.
4. Fungsi Melindungi
Fungsi ini dimaksudkan untuk menambahkan rasa aman dan kehangatan pada
setiap anggota keluarga.
5. Fungsi Reproduksi
Fungsi yang merupakan mekanisme untuk melanjutkan keturunan yang
direncanakan dapat menunjang terciptanya kesejahteraan manusia di dunia yang
penuh iman dan takwa.
6. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan
Fungsi yang memberikan peran kepada keluarga untuk mendidik keturunan agar
bisa melakukan penyesuaian dengan alam kehidupannya di masa yang akan
datang.
7. Fungsi Ekonomi
Sebagai unsur pendukung kemandirian dan ketahanan keluarga.
C. Dinamika Keluarga pada Masa Kehamilan
Kehamilan melibatkan seluruh anggota keluarga. Karena konsepsi merupakan awal,
bukan saja bagi janin yang sedang berkembang, tetapi juga bagi keluarga, yakni dengan
hadirnya seorang anggota keluarga baru dan terjadinya perubahan hubungan dalam
keluarga, “maka setiap anggota keluarga harus beradaptasi terhadap kehamilan dan

menginterpretasinya berdasarkan kebutuhan masing-masing(Grossman, Eichler Winckoff,
1980). Adaptasi yang harus dihadapi pada masa kehamilan adalah sebagai berikut:
1. Adaptasi Maternal
3

Wanita, dari remaja sampai wanita usia sekitar 40-an, menggunakan masa
hamil 9 bulan untuk beradaptasi terhadap peran sebagai ibu. Adaptasi ini merupakan
proses social dan kognitif kompleks dan bukan didasarkan pada naluri, tetapi
dipelajari (Rubin, 1967; Affonso dan Sheptak, 1989). Untuk menjadi seorang ibu,
seorang remaja harus beradaptasi dari kebiasaan dirawat ibu menjadi seorang ibu
yang melakukan perawatan. Sebaliknya, seorang dewasa harus mngubah kehidupan
rutin yang dirasa mantap menjadi suatu kehidupan yang tidak dapat diprediksi, yang
diciptakan seorang bayi(Mercer, 1981).
Berikut adalah adaptasi peran ibu pada saat kehamilan:
a. Menerima kehamilan
Langkah pertama dalam beradaptasi terhadap peran ibu ialah menerima ide
kehamilan dan mengasimilasi status hamil kedalam gaya hidup wanita
tersebut(Lederman, 1984). Tingkat penerimaan dicerminkan dalam kesiapan
wanita dan respons emosionalnya dalam menerima kehamilan.
 Persiapan menyambut kehamilan

Ketersidiaan keluarga berencana mengandung makna bahwa kehamilan bagi
banyak wanita merupakan suatu komitmen tanggung jawab bersama pasangan.
Namun, merencanakan suatu kehamilan tidak selalu berarti menerima
kehamilan(Entwistle, doering, 1981).wanita yang siap menerima suatu
kehamilan akan dipicu gejala-gejala awal untuk mencari validasi medis
tentang kehamilannya. Namun, beberapa wanita menunda validasi medis
karena akses ke perawatan terbatas, merasa malu atau alas an karena budaya.
Untuk rang lain kehamilan dipandang sebagi suatu peristiwa alami, sehingga


tidak perlu mencari validasi medis lain.
Respons Emosional
Wanita yang bahagia dan senang dengan kehamilannya sering memandang hal
ini sebagai pemenuhan biologis dan merupakan bagian dari rencana hidupnya.
Mereka memiliki harga diri yang tinggi dan cenderung percaya diri akan hasil
akhir untuk dirinya sendiri, untuk bayinya, dan untuk anggota keluarganya.
Meskipun secara umum keadaan mereka baik, namun kelabilan emosional
yang terlihat pada perubahan mood yang cepat umum dijumpai pada wanita




hamil.
Respon terhadap perubahan citra tubuh
Perubahan fisiologis kehamilan menimbulkan perubahan bentuk tubuh yang
cepat dan nyata. Selama trisemester pertama bentuk tubuh sedikit berubah,
4

tetapi pada trisemester kedua pembesaran abdomen yang nyata. Penebalan
pinggang dan pembesaran payudara memastikan status kehamilan. Wanita


merasa seluruh tubuhnya bertambah besar dan menyita ruang yang lebih luas.
Upacara tanda kedewasaan
Kehamilan berfungsi sebagai upacara tanda kedewasaan, tanda bahwa
seseorang mencapai maturitas dalam suatu masyarakat yang tidak memiliki

upacara lain.
b. Mengenal peran ibu
Proses mengidentifikasi peran ibu dimulai ada awal setiap kehidupan seorang
wanita, yakni melalui memori-memori ketika ia , sebagai seorang anak, diasuh

oleh ibunya. Pern-peran batu loncatan , seperti bermain boneka, menjaga bayi, dan
merawata adik-adiknya dapat meningkatkan pemahaman tentang arti menjadi
seorang ibu. Banyak wanita menginginkan seorang bayi dan anak. Mereka
dimotivasi untuk menjadi orang tua. Hal ini memepengaruhi penerimaan mereka
terhadap kehamilan dan akhirnya terhadap adaptasi prenatal dan adaptasi menjadi
orang tua.
c. Hubungan ibu dan anak perempuan
Hubungan antara wanita dan ibunya terbukti signifikan dalam adaptasi terhadap
kehamilan dan menjadi ibu. Lederman(1984) mencatat empat komponen penting
hubungan antara seorang wanita hamil dan ibunya: kesediaan ibu(masa lalu dan
saat kini), reaksi ibu terhadap kehamilan anaknya, penghargaan terhadap otonomi
anak perempuannya.
d. Hubungan dengan pasangan
Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil adalah ayah sang
anak(Richardson, 1983). Wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangan
prianya selama hamil akan menunjukan sedikit gejala emosi dan fisik, lebih
sedikit komplikasi persalinan, lebih mudah menyesuaikan pada selama masa
nifas(Grossman, Eicher, Winckoff, 1980). Ada dua kebutuhan utama yang
ditunjukan wanta selama hamil(Richardson, 1983). Pertama, menerima tandatanda bahwa ia dicintai dan dihargai. Kedua, merasa yakin akan penerimaan
pasangannya terhadap sang anak dan mengasimilasi bayi tersebut dalam keluarga.

e. Hubungan seksual
Ekspresi seksual selama masa hamil bersifat eberapa pasangan mengatakan puas
sedangkan yang lain mengatakan sebaliknya. Persaan yang berbeda-beda ini
dipengaruhi oleh factor-faktor fisik, emosi dan interaksi, termasuk takhayul
tentang seks selama hamil, masalah disfungsi seksual dan perubahan fisik pada
wanita. Pada trisemester pertama seringkali keinginan seksual wanita menurun,
5

terutama jika merasa mual, letih dan mengantuk. Saat masuk trisemester kedua
kombinasi antara perasaan sejahteranya dan kongesti pelvis yang meningkat
sehingga meningkatkan keinginannya untuk melampiaskan seksualitasnya. Pada
trisemester ketiga, peningkatan keluhan somatic(tubuh) dan ukuran tubuh dapat
menyebabkan kenikmatan dan rasa tertarik terhadap seks menurun(Rynerson,
Lowdermilk, 1993).
f. Hubungan ibu dan anak
Ikatan emosional dengan anak timbul pada periode prenatal, yaitu ketika wanita
mulai membayangkan dirinya menjadi ibu(Gaffney, 1988). Mereka mulai berpikir
seakan-akan dirinya adalah seorang ibu seperti apa yang mereka bayangkan
kualitas ibu seperti apa yang mereka miliki. Hubungan ibu dan anak terus
berlangsung sepanjang masa hamil sebagai masa perkembangan(Rubin, 1975).

Tiga fase dalam pola perkembangan menjadi jelas: fase pertama, wanita menerima
fakta biologis kehamilannya. Ia harus mempu menatakan”saya hamil” dan
menyatukan anak tersebut kedalam tubuh dan citra dirinya. Fase kedua, ibu
menerima janin yang tumbuh sebagai sesuatu yang terpisah dari dirinya dan
sebagai seorang yang perlu dirawat. Fase ketiga, ibu mulai dengan realistis
mempersiapakan diri untuk melahirkan dan mengasuh anaknya.
g. Persiapan melahirkan
Banyak wanita, secara aktif mempersiapkan diri untuk menghadapi persalinan.
Mereka membaca buku, menghadiri kelas untuk orang tua, dan berkomunikasi
dengan wanita lain(ibu, saudara perempun, teman, orang yang tidak dikenal).
Mereka akan mencari orang terbai untuk memeberi mereka nasihat, arahan,
perawatan(petterson, Freese, Goldenberg, 1990).

2. Adaptasi Paternal
Sebagian pria menganggap kehamilan sebagai bukti kejantanannya dan tidak berfikir
sama sekali tentang tanggung jawabnya terhadap ibu dan anak. Akan tetapi, bagi
kebanyakan pria kehamilan dapat merupakan kesempatan ia dengan sungguh-sungguh
mempersiapkan diri menjadi seorang ayah.
Respon emosi pria terhadap peran seorang ayah, kekawatirannya dan kebutuhannya
akan informasi berubah-ubah sepanjang masa hamil. May (1982c) menguraikan tiga

6

tahap yang menandai tiga tugas pengembangan yang dialami ayah yang menantikan
bayinya :
a. Fase pengumuman
Dapat

berlangsung

beberapa

jam

sampai

beberapa

minggu.

Tugas

perkembangannya ialah menerima fakta biologis akan kehamilan. Reaksi pria
terhadap kepastian akan kehamilan meliputi rasa suka cita atau rasa terkejut,
tergantung apakah kehamilan itu diinginkan atau tidak diinginkan.
b. Fase moratorium
Merupakan

periode

penyesuaian

terhadap

kenyataan

hamil.

Tugas

perkembangan pada fase ini adalah menerima kehamilan. Tahap ini dapat relative
singkat atau berlangsung terus sampai trimester terakhir.
c. Fase Pemusatan
Dimulai pada masa trimester terakhir dan ditandai dengan keterlibatan aktif
sang ayah, baik dalam kehamilan maupun dalam hubungan denagn anaknya. Tugas
perkembangannya ialah bernegosiasi dengan pasangannya tentang peran yang ia
lakukan selama masa bersalin dan mempersiapkan diri menjadi orang tua.
a. Menerima Kehamilan


Kesiapan Menyambut Kehamilan
May (1982c) menemukan bahwa kesiapan ayah untuk menyambut suatu
kehamilan dicerminkan dalam tiga aspek:
1) Keuangan yang relative cukup
Penyesuaian dalam keuangan harus dilakukan untuk menyesuaikan diri
terhadap penurunan pendapatan dan peningkatan pengeluaran karena
kehadiran seorang anggota keluarga baru.
2) Hubungan yang stabil dengan pasangan
Pasangan yang memiliki hubungan yang stabil sebelum kehamilan terjadi
cenderung menjadi lebih dekat karena akan berperan sebagai orang tua
(Laderman, 1984).
7

3) Kepuasan dalam hubungan memiliki anak
Kehamilan pasangannya akan mengakhiri periode tanpa anak kehidupan
seorang pria. Banyak pria memandang status memiliki anak dan menjadi
ayah sebagai bagian dari rencana kehidupan mereka. Pasangan yang
merencanakan kehamilan lebih mudah menerima kehamilan (Laderman,
1984).
b.

Respons Emosi
Pria menunjukkan berbagai respons emosi terhadap kehamilan pertama
pasangannya. Dalam studi yang dilakukan oleh May, ditemukan tiga gaya kas:
1) Gaya Pengamat
Sikap menjauhi kehamilan. Ayah yang bahagia menyambut kehamilan
menunjukkan sikap mendukung pasangannya dan ingin menjadi ayah
yang baik. Akan tetapi, karena nilai budaya dan merasa malu, mereka
menjauhkan diri dari aktifitas, seperti mengikuti kelas prenatal, membuat
keputusan tentang menyusui dan memilih perawatan professional.
2) Gaya Ekspresif
Respons emosi yang kuat terhadap kehamilan dan keinginan untuk
menjadi pasangan secara penuh dalam rencana mereka. Suami
menunjukkan kesadaran akan kebutuhan istri mereka untuk memperoleh
dukungan dan menyadari saat-saat mereka tidak mampu memberi
dukungan yang istri mereka perlukan.
3) Gaya instrumental
Diperlihatkan oleh pria yang menekankan bahwa tugasnya harus
diselesaikan dan memandang dirinya sebagai pengurus atau menejer
kehamilan. Mereka merasa bertanggung jawab akan hasil akhir kehamilan
dan melindungi serta mendukung istrinya.

c.

Identifikasi Peran Ayah
Setiap ayah mempunyai sikap yang mempengaruhi prilakunya terhadap suatu
kehamilan. Dengan sikap tersebut, ia menyesuaikan diri terhadap kehamilan dan
8

peran sebagai orang tua. Sama seperti ibu calon ayah juga memerlukan dukungan
saat ia mempersiapkan diri untuk peran barunya.
Empat jenis dukungan yang diperlukan untuk mempersiapkan diri menjadi ayah,
seperti yang digambarkan oleh House (1981), memberi pedoman yang dapat
digunakan perawat yang memberi asuhan pada calon ayah antara lain:
1) Dukungan emosi
Sumber utama dukungan pria ialah pasangannya. Dukungan ini harus
dimodifikasi, sehingga memungkinkan untuk mengasuh bayi dan
memberikan asuhan tambahan terhadap kebutuhan istrinya. Oleh karena
itu para ayah perlu mencari dukungan dari keluarga dan teman-temannya.
2) Dukungan instrumental
Ayah perlu mengetahui bahwa ia dapat bergantung kepada keluarga atau
teman-temannya, jika memerlukan bantuan.
3) Dukungan informasi
Ayah perlu mengetahui siapa saja yang dapat memberikan nasehat tentang
cara menyelesaikan persoalan yang tiba-tiba muncul.
4) Dukungan penilaian
Ayah perlu menemukan orang lain yang dapat memberikan criteria yang
dapat digunakan untuk mengukur keterampilannya
d. Hubungan dengan pasangan.
Menurut literature psikoanalisis, beberapa aspek prilaku pria menunjukkan adanya
persaingan. Persaingan langsung dengan janin dapat tampak jelas, terutama
selama aktivitas seksual. Pria mungkin merasakan dukungan istrinya, yang
sebenarnya

merupakan

dukungan

utama

bagi

sang

suami

berkurang

(Jordan,1990).
e. Hubungan ayah-anak
Ikatan ayah-anak dapat sama kuat dengan hubungan ibu-anak, dan ayah dapat
semampu ibu dalam mengasuh bayi. Perilaku ayah terhadap anak tidak secara
nyata berbeda dari perilaku ibu, kecuali dalam hal bermain dengan bayi.
Dalam banyak hal pria mempersiapkan diri untuk menjadi ayah dengan cara
sama yang dilakukan wanita dalam mempersiapkan diri untuk menjadi ayah
denagn cara sama yang dilakukan wanita dalam mempersiapkan diri untuk
9

menjadi ibu, misalnya membaca, membayangkan, dan melamunkan bayinya. Pria
menyesuaikan segala kegiatan yang dahulu yang biasa dilakukan dengan
tanggungjawabnya yang baru, sehingga memungkinkannya menyediakan waktu
untuk keluarga barunya.
f. Antisipasi persalinan
Hari-hari dan minggu-minggu menjelang tanggal lahir yang diperkirakan
ditandai oleh tindakan antisipasi dan rasa cemas.
Perhatian utama ayah ialah membawa ibu kefasilitas medis tepet waktu untuk
bersalin dan tidak menunjukkan sikap acuh. Banyak ayah ingin mengetahui saat
persalinan dan menentukan saat yang tepat untuk pergi ke rumah sakit atau
memanggil pemberi jasa pelayanan kesehatan.
3. Adaptasi kakek-nenek
Kakek nenek adalah penghubung utama generasi (Horn, Manion, 1985). Calon kakek
nenek dapat merupakan sumber krisis maturasi bagi calon orangtua. Kehamilan tidak
dapat disangkal lagi, merupakan bukti bahwa individu kini berusia cukup untuk
memiliki seorang anak yang akan melahirkan cucunya.
Kebanyakan kakek-nenek sangat gembira menantikan kehadiran cucunya. Hal ini
membangkitkan kembali perasaan mereka saat mereka masih muda, rasa suka cita
menantikan kelahiran dan menjadi orangtua baru sewaktu anak-anak masih bayi.
Kakek-nenek berperan sebagai sumber yang potensial untuk keluarga. Dukungan
mereka yang menguatkan keluarga dengan memperluas lingkup pendukung dan asuhan
(Barranti, 1985).
Supaya benar-benar berpusat pada keluarga, perawatan maternitas harus melibatkan
kakenk-nenek dalam proses perawatan keluarga pasangan usia subur, untuk
memantapkan penyesuaian diri terhadap peran kakek-nenek dalam system keluarga, dan
meningkatkan komunikasi antar generasi (Maloni, Mclndoe, Rubenstein, 1987).
4. Adaptasi saudara kandung
Berbagai berita kehadiran seorang adik baru dapat merupakan krisis utama bagi
seorang anak. Beberapa factor yang mempengaruhi respons seseorang anak antara lain
umur, sikap orangtua, peran ayah, lama waktu berpisah dengan ibu, peraturan
10

kunjungan di rumah sakit, dan bagaimana anak itu dipersiapkan untuk suatu perubahan
(Spero, 1993; Fortier,dkk,1991).
Respon saudara kandung terhadap kehamilan berbeda-beda, bergantung pada usia dan
kebutuhan mereka. Anak usia setahun mungkin tidak banyak menyadari proses ini,
tetapi anak usia dua tahun memperhatikan perubahan pada penampilan ibunya. Pada
usia tiga atau empat tahun, anak-anak ingin diceritakan asal muasal mereka dan
menerimanya sebagai hal yang sama dengan kehamilan ibu saat ini. Anak usia sekolah
menunjukkan minat klinis terhadap kehamilan ibunya. Remaja awal dan pertengahan,
yang pikirannya dipenuhi pengenalan akan identitas seksual mereka, mungkin
mengalami kesulitan untuk menerima bukti nyata aktivitas seksual orangtua mereka.
Remaja lanjut tampak tidak begitu peduli.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam
keadaan saling ketergantungan. Departemen Kesehatan RI ( 1988 ).

11

Dinamika keluarga adalah interaksi atau hubungan individu dengan lingkungan
sekitarnya

sehingga tersebut dapat diterima dan menyesuaikan diri baik dalam

lingkungan keluarga maupun kelompok sisial yang sama
Fungsi keluarga antara lain:


Fungsi keagamaan



Fungsi cinta kasih



Fungsi social budaya



Fungsi reproduksi



Fungsi melindung



Fungsi social pendidikan



Fungsi ekonomi
Dinamika keluarga pada masa kehamilan
Kehamilan melibatkan seluruh anggota keluarga. Karena konsepsi merupakan awal,

bukan saja bagi janin yang sedang berkembang, tetapi juga bagi keluarga, yakni dengan
hadirnya seorang anggota keluarga baru dan terjadinya perubahan hubungan dalam
keluarga, “maka setiap anggota keluarga harus beradaptasi terhadap kehamilan dan
menginterpretasinya berdasarkan kebutuhan masing-masing(Grossman, Eichler Winckoff,
1980).

DAFTAR PUSTAKA

12

Bobak, Lowdermilk, Jensen.2004.Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi
4.Jakarta:EGC

May, Larry, dkk.2001.Sebuah Pendekatan Multikultural..Yogyakarta:PT.Tiara
Wacana

13