290354900 Lomba Simposium Guru 2015

LOMBA SIMPOSIUM GURU
TINGKAT NASIONAL 2015

IMPLEMENTASI MEDIA TIGA DIMENSI KEMAGNETAN
BERBASIS INKUIRI (MTDKBI) MELALUI STRATEGI
KOOPERATIF TERHADAP PENINGKATAN SIKAP
ILMIAH, KECAKAPAN SOSIAL DAN HASIL
BELAJAR KOGNITIF SISWA

Disusun oleh:
KURNIAWAN ARIZONA, M.Pd.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PONDOK PESANTREN ABU HURAIRAH
SMP/SMA ISLAM FULLDAY
MATARAM, NTB
2015

MTDKBI melalui strategi kooperatif

Simposium Guru Nasional 2015


ii

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahuwata’ala, karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya karya ini dapat terselesaikan. Karya ini
berjudul “Implementasi Media Tiga Dimensi Kemagnetan Berbasis Inkuiri
(MTDKBI) Melalui Strategi Kooperatif Terhadap Peningkatan Sikap Ilmiah,
Kecakapan Sosial dan Hasil belajar kognitif Siswa”. Penulisan karya ini sebagai
salah satu bentuk usaha memberikan kontribusi positif dalam dunia pendidikan
khususnya pembelajaran di sekolah.
Penyusunan karya ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa bantuan dan
kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Mudir dan Kabid Akademik Pondok Pesantren Abu Hurairah atas dukungan dan
izin yang telah diberikan.
2. Kepala Sekolah dan Staf Pengajar SMP, SMA Islam Fullday dan MA Plus
Pondok Pesantren Abu Hurairah Mataram atas dukungan dan motivasi tiada
henti.
3. Bapak Dr. Ahmad Harjono, M.Pd., yang telah memberikan bimbingan dan

arahan dalam penyusunan karya ini.
4. Bapak Prof. Dr. H. A. Wahab Jufri, M.Sc., atas motivasi untuk terus berkarya.
5. Bapak Kepala Sekolah, Staf pengajar, pegawai, dan siswa-siswa SMPN 10
Mataram atas izin, fasilitas dan waktu yang diberikan.
6. Istriku tersayang Ramdhani Sucilestari, M.Pd., yang senantiasa mendampingi
dan memberikan masukan serta koreksi yang sangat berarti dalam penyusunan
karya ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun. Akhirnya semoga karya ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan
khususnya pembelajaran IPA.
Mataram, 31 Oktober 2015
Penulis

MTDKBI melalui strategi kooperatif

Simposium Guru Nasional 2015

iii


ABSTRAK

Media pembelajaran merupakan unsur yang sangat penting dalam pembelajaran.
Pada penelitian ini telah dibuat media tiga dimensi kemagnetan (MTDK) yang
memiliki karakteristik murah, sederhana dan mudah untuk diimplementasikan. Ciri
khas lainya, MTDK yang berbasis inkuiri (BI) yang mengikuti sintaks model
pembelajaran inkuiri yang tertuang dalam panduan inkuiri kemagnetan siswa (PIKS)
dan lembar hasil inkuiri kemagnetan siswa (LHIKS) yang melatih siswa untuk
berpikir dan bersikap ilmiah. Implementasi MTDKBI melalui strategi pembelajaran
kooperatif secara tidak langsung memupuk kecakapan sosial siswa ketika mereka
bekerjasama dan berkomunikasi dalam kelompok mereka. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui peningkatan kecakapan sosial, sikap ilmiah, dan hasil belajar hasil
belajar kognitif siswa dari implementasi MTDKBI yang diintegrasikan melalui
strategi kooperatif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen
semu dengan desain penelitian one group pretest post design. Instrumen penelitian
berupa angket kecakapan sosial, angket sikap ilmiah, dan tes hasil belajar hasil
belajar kognitif yang diberikan pada awal dan akhir penelitian. Data hasil penelitian
dianalisis secara deskriptif dan menunjukkan bahwa implementasi MTDKBI melalui
strategi pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kecakapan sosial, sikap ilmiah,
dan hasil belajar kognitif siswa.

Kata kunci: MTDKBI, STAD, Kecakapan Sosial, Sikap Ilmiah, Hasil Belajar
Kognitif

MTDKBI melalui strategi kooperatif

Simposium Guru Nasional 2015

iv

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL .............................................................................
SURAT PERNYATAAN .........................................................................
KATA PENGANTAR ..............................................................................
ABSTRAK ................................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................
DAFTAR TABEL.....................................................................................
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....................................................................
1.2 Rumusan Masalah ................................................................
1.3 Tujuan ..................................................................................
1.4 Manfaat ................................................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Media Tiga Dimensi Kemagnetan (MTDK)........................
2.2 Pembelajaran Berbasis Inkuiri .............................................
2.3 Strategi Pembelajaran Kooperatif ........................................
2.4 Sikap Ilmiah .........................................................................
2.5 Kecakapan Sosial .................................................................
2.6 Hasil Belajar Kognitif ..........................................................
BAB III PEMBAHASAN DAN HASIL
3.1 Karakteristik MTDKBI ........................................................
3.2 Peningkatan Kecakapan Sosial, Sikap Ilmiah, dan
Hasil belajar kognitif Siswa dengan MTDKBI
melalui Strategi Kooperatif .................................................
BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI
4.1 Simpulan .................................................................................
4.2 Rekomendasi...........................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................

MTDKBI melalui strategi kooperatif

i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
1
2
2
3
4
5
6

8
9
10
11

12
17
17
18
20

Simposium Guru Nasional 2015

v

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Sintaks Strategi Kooperatif Tipe STAD ...................................


MTDKBI melalui strategi kooperatif

8

Simposium Guru Nasional 2015

vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 3.1 Data pretes, postes dan N-gain sikap ilmiah,
kecakapan sosial, dan hasil belajar kognitif siwa .................12

MTDKBI melalui strategi kooperatif

Simposium Guru Nasional 2015

vii


DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Biodata Penulis.....................................................................

20

Lampiran 2. RPP .......................................................................................

21

Lampiran 3. Instrumen Kecakapan Sosial ................................................

42

Lampiran 4. Instrumen Sikap Ilmiah ........................................................

47

Lampiran 5. Instrumen Hasil Belajar Kognitif .........................................


53

Lampiran 6. Panduan Inkuiri Kemagnetan Siswa.....................................

60

Lampiran 7. Lembar Hasil Inkuiri Kemagnetan Siswa ............................

82

Lampiran 8. Buku Saku Kemagnetan Siswa.............................................

111

Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian........................................................

132

MTDKBI melalui strategi kooperatif


Simposium Guru Nasional 2015

viii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Substansi IPA berkaitan dengan mempelajari fenomena alam secara
sistematis. Penekanannya pun tidak terbatas pada penguasaan konsep, tapi
diperlukan proses-proses penemuan ala ilmuan. Hal inilah yang melandasi salah satu
tujuan dari pembelajaran IPA di jenjang SMP yaitu siswa ditekankan untuk
melakukan serangkaian kegiatan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan
berpikir, bersikap, dan berperilaku ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai
aspek penting dalam menumbuhkan kecakapan hidup siswa. Sayangnya,
implementasi pembelajaran Fisika secara umum di SMP masih dilandasi dengan
pendekatan teacher oriented yang secara tidak langsung berimplikasi terhadap sikap
ilmiah dan kecakapan sosial siswa yang belum terbina dengan baik.
Pembelajaran fisika SMP memerlukan sebuah media khususnya pada materimateri yang bersifat abstrak misalnya materi kemagnetan. Oleh karena itu diperlukan
media pembelajaran yang mampu menjembatani suatu yang abstrak menjadi konkret.
Sebuah media pembelajaran telah dibuat peneliti yaitu media dimensi kemagnetan
(MTDK). Pembuatan media ini bertujuan untuk memberi pengalaman secara
langsung kepada siswa, penyajian materi kemagnetan secara konkret, dan
menghindari verbalisme. MTDK yang dibuat, dikemas dalam pembelajaran berbasis
inkuiri (BI) yang dituangkan dalam panduan inkuiri kemagnetan siswa (PIKS) dan
lembar hasil inkuiri kemagnetan siswa (LHIKS), sebagaimana yang ditekankan oleh
kaum konstruktivis dengan harapan dapat mendukung perkembangan sikap ilmiah
dan proses pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Dalam proses pembelajaran, tidak dipungkiri terdapat berbagai kendala di
antaranya keterbatasan waktu, besarnya jumlah siswa dalam suatu kelas, kekurangan
sarana dan prasarana pendukung serta variasi kemampuan guru. Implementasi
MTDKBI memerlukan strategi yang tepat untuk mengeliminasi permasalahan ini.
Strategi pembelajaran kooperatif diharapkan dapat mengoptimalkan MTDKBI dan
mereduksi beberapa kelemahan yang disebutkan di atas. Selain dapat dikembangkan

MTDKBI melalui strategi kooperatif

Simposium Guru Nasional 2015

1

dalam peningkatan kompetensi akademik, pembelajaran kooperatif juga efektif
untuk mengembangkan kecakapan sosial siswa. Peneliti memilih strategi kooperatif
tipe STAD (Student Team Achievment Division)

dengan tujuan agar siswa

terangsang oleh tugas yang diberikan dan aktif mencari pemecahan masalah dengan
belajar bersama dan saling membantu dalam kelompoknya. Di samping itu, siswa
juga dilatih untuk mengemukakan pendapat dan berdiskusi antar anggota kelompok.
Implementasi penggunaan MTDKBI yang diintegrasikan dengan strategi
kooperatif tersebut diharapkan dapat menciptakan suasana akademik yang lebih
mendukung terjadinya perubahan paradigma pembelajaran. Pembelajaran yang
sebelumnya lebih berorientasi pada materi (subject matter) dan berpusat pada guru
(teacher-centered) sebagai otoritas tunggal di kelas dapat bergeser menuju ke pola
pembelajaran Fisika yang lebih berorientasi pada kegiatan belajar siswa (studentcentered). Dalam hal ini, siswa dapat terlibat secara aktif membangun pengetahuan
dan keterampilannya dan guru lebih berperan sebagai pembimbing dan fasilitator
bagi siswa.
Perpaduan antara MTDKBI dengan strategi kooperatif tipe STAD dapat
mendorong terjadinya suasana belajar aktif dan dinamis, serta memberikan pengaruh
yang lebih positif terhadap perkembangan sikap ilmiah, kecakapan sosial, dan hasil
belajar hasil belajar kognitif fisika siswa.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut:
a.

Bagaimana karakteristik MTDKBI yang dibuat?

b.

Bagaimana peningkatan sikap ilmiah, kecakapan sosial dan hasil belajar kognitif
siswa dengan implementasi MTDKBI melalui strategi kooperatif?

1.3 Tujuan
a.

Untuk mengetahui karakteristik MTDKBI yang dibuat.

b.

Untuk mengetahui peningkatan sikap ilmiah, kecakapan sosial dan hasil belajar
kognitif siswa dengan implementasi MTDKBI melalui strategi kooperatif.

MTDKBI melalui strategi kooperatif

Simposium Guru Nasional 2015

2

1.4 Manfaat
a. Hasil penelitian ini dapat menambah kekayaan khasanah keilmuan dalam bidang
pembelajaran IPA khususnya bidang Fisika pada jenjang pendidikan SMP.
b. Dapat memberikan bahan pemikiran bagi pengelola pendidikan bahwa perlu
adanya inovasi dalam pembelajaran untuk menyiapkan sumber daya manusia
yang berkualitas.

MTDKBI melalui strategi kooperatif

Simposium Guru Nasional 2015

3

BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Media Tiga Dimensi Kemagnetan (MTDK)
Istilah media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari
“medium” yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Makna umumnya
adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber kepada
penerima informasi. Proses belajar mengajar pada dasarnya juga merupakan proses
komunikasi, sehingga media yang digunakan dalam pembelajaran disebut media
pembelajaran (Muhson, 2010). Media pembelajaran dapat mempertinggi proses
belajar, sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Kegunaan praktis dari media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar
sebagai berikut: a) media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan
informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar,
b) media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak
sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara
peserta didik dan lingkungannya dan mungkinkan peserta didik untuk belajar sendiri
sesuai dengan kemampuan dan minatnya, c) media pembelajaran dapat mengatasi
keterbatasan indera, ruang dan waktu (Sanjaya, 2011).
Jenis media yang biasa digunakan dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran
di antaranya media dua dimensi, media tiga dimensi, media proyeksi, media audio,
dan lingkungan sebagai media pembelajaran (Sudjana & Rivai, 2011). Menurut
Daryanto (2010), media tiga dimensi merupakan sekelompok media tanpa proyeksi
yang penyajiannya secara visual tiga dimensional. Moedjiono (1992) yang dikutip
oleh Daryanto (2010) mengatakan bahwa media sederhana tiga dimensi memiliki
kelebihan-kelebihan yaitu: a) memberikan pengalaman secara langsung, penyajian
secara konkret dan menghindari verbalisme, b) dapat menunjukkan objek secara utuh
baik konstruksi maupun cara kerjanya, c) dapat diperlihatkan struktur organisasi
secara jelas, d) dapat mewujudkan alur suatu proses secara jelas. Kelemahan media
tiga dimensi yaitu tidak bisa menjangkau sasaran dalam jumlah yang besar,
penyimpanannya memerlukan ruang yang besar dan perawatannya yang rumit.

MTDKBI melalui strategi kooperatif

Simposium Guru Nasional 2015

4

2.2 Pembelajaran Berbasis Inkuiri
Salah satu model pembelajaran konstruktivis yang diharapkan dapat
mengoptimalkan penggunaan MTDK untuk meningkatakan pemahaman dan sikap
ilmiah siswa adalah pembelajaran berbasis inkuiri (BI). Menurut Bass et al. (2009)
pembelajaran inkuiri merupakan suatu pendekatan di dalam mempelajari dan
memahami alam sekitar melalui serangkaian kegiatan meliputi merumuskan
pertanyaan, melakukan investigasi, observasi, dan menjelaskan hasilnya.
National Science Education Standard (NSES) menjelaskan inkuiri dalam
pendidikan dapat memfasilitasi peserta didik untuk belajar melalui kegiatan beraneka
segi yang mengikutsertakan kegiatan observasi; membuat pertanyaan; memeriksa
buku dan sumber lain dari informasi untuk melihat apa yang telah diketahui
sebelumnya; merencanakan investigasi; memeriksa ulang apa yang telah diketahui
di pandang dari sudut kegiatan eksperimen; menggunakan alat untuk mengumpulkan
data; menganalisis dan menginterpretasikan data, mengajukan jawaban, menjelaskan
dan memprediksi, serta mengkomunikasikan hasil (Muchtar & Arsidah, 2009).
Hinduan, et al. (2007) menekankan, melibatkan siswa secara aktif dalam
proses inkuiri ilmiah selama pembelajaran merupakan tuntunan dasar dalam
pelajaran Fisika. Harapan bahwa pembelajaran IPA mampu menanamkan dan
membudayakan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan
mandiri, berdampak pada peran guru yang bergeser dari penyampai pengetahuan
menjadi agen pendidikan yang lebih memfokuskan pada aktivitas siswa. Menurut
Hamalik (2011) proses inkuiri menuntut guru bertindak sebagai fasilitator,
narasumber dan penyuluh kelompok. Siswa didorong untuk mencari pengetahuan
sendiri, bukan dijejali dengan pengetahuan.
Pembelajaran berbasis inkuiri dalam penelitian ini diadaptasi dari Gulo
(2008); Jufri (2008); Bass, et al. (2009) yang dituangkan dalam lembar hasil inkuiri
kemagnetan siswa (LHIKS) dengan tahapan sebagai berikut,
a. Mengajukan Pertanyaan dan Permasalahan
Pada tahap ini, guru memberikan pertanyaan pengarah pada siswa melalui
LHIKS, sebagai bekal siswa dalam merumuskan hipotesis.

MTDKBI melalui strategi kooperatif

Simposium Guru Nasional 2015

5

b. Merumuskan Hipotesis
Setelah masalah berhasil distrukturkan oleh siswa, siswa diharapkan dapat
mengajukan hipotesis untuk menjelaskan ide ataupun gagasan mereka yang
dituangkan dalam LHIKS.
c. Mengumpulkan Data
Pada tahap ini siswa melaksanakan eksperimen untuk menguji hipotesis yang
telah dirumuskannya. Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan
data. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil dan mereka menetapkan cara
melaksanakan eksperimen untuk menguji hipotesisnya, sedangkan guru hanya
menyediakan sarana seperti LHIKS, MTDK, lembar panduan inkuiri kemagnetan
siswa (PIKS) dan sebagainya yang diperlukan siswa dalam eksperimen. Setelah
itu siswa mengumpulkan data yang diperlukannya. Data yang dihasilkan dapat
berupa data mentah, tabel, dan grafik.
d. Analisis Data
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan
menganalisis data yang telah diperoleh, baik data kualitatif maupun kuantitatif.
Faktor penting dalam menguji hipotesis adalah pemikiran benar atau salah.
Setelah memperoleh kesimpulan dari data percobaan, siswa dapat menguji
hipotesis yang telah dirumuskan. Apabila hipotesis itu salah atau ditolak, siswa
dapat menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.
e. Membuat Kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan
berdasarkan data yang diperoleh siswa yang ditulis pada LHIKS.
2.3 Strategi Pembelajaran Kooperatif
Implementasi MTDKBI dalam pembelajaran di kelas diintegrasikan dengan
strategi kooperatif. Selain dapat meningkatkan hasil belajar, pembelajaran kooperatif
juga efektif melatih kecakapan sosial siswa. Menurut Slavin (2011), pemikiran
konstruktivis modern paling banyak mengandalkan teori Vygotsky, yang telah
digunakan untuk mendukung metode pembelajaran di kelas dan menekankan
pembelajaran kooperatif, yang telah memainkan peranan penting pada hakikat
pembelajaran sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran

MTDKBI melalui strategi kooperatif

Simposium Guru Nasional 2015

6

dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur
kelompok bersifat heterogen.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang paling sering
digunakan dan sangat dianjurkan oleh para ahli pendidikan (Rusman, 2010).
Pembelajaran kooperatif dicirikan oleh struktur tugas (cara pembelajaran dan jenis
kegiatan siswa), tujuan (tingkat ketergantungan siswa untuk menyelesaikan tugas),
dan penghargaan (reward) kooperatif. Siswa yang bekerja dalam situasi
pembelajaran kooperatif didorong untuk bekerjasama dan mereka harus
mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Dalam penerapan
pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain
untuk mencapai satu penghargaan bersama. Mereka akan berbagi penghargaan
tersebut seandainya mereka berhasil sebagai kelompok terbaik (Ibrahim et al., 2000).
Hasil penelitian yang menunjukkan manfaat pembelajaran kooperatif bagi
siswa dengan hasil belajar rendah (Ludgren, 1994; Nur et al., 1987) yang dikutip oleh
Ibrahim et al. (2000) sebagai berikut: a) meningkatkan pencurahan waktu pada tugas,
b) rasa harga diri menjadi lebih tinggi, c) memperbaiki kehadiran, d) penerimaan
terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar, e) perilaku mengganggu menjadi
lebih kecil, f) konflik antar pribadi berkurang, g) sikap apatis berkurang, h) motivasi
lebih besar atau meningkat, i) hasil belajar lebih tinggi, dan j) meningkatkan kebaikan
budi, kepekaan, dan toleransi.
Berdasarkan keunggulan dan manfaat pembelajaran kooperatif di atas,
penggunaan MTDKBI akan lebih tepat diterapkan dengan menggunakan strategi
kooperatif. Diharapkan dengan strategi kooperatif akan mereduksi permasalahan
pembelajaran yang bersifat klasikal dengan jumlah siswa yang banyak. Menurut
Arends (2008), lingkungan pembelajaran kooperatif mempersiapkan siswa untuk
belajar tentang kolaborasi dan berbagai keterampilan sosial yang sangat berharga
yang akan mereka gunakan sepanjang hidupnya. Pembelajaran kooperatif yang
diterapkan peneliti adalah strategi kooperatif tipe STAD (Student Team Achievment
Division).

MTDKBI melalui strategi kooperatif

Simposium Guru Nasional 2015

7

Strategi kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan temantemannya di Universitas John Hopkin. STAD merupakan pembelajaran kooperatif
yang paling sederhana dan merupakan salah satu strategi kooperatif yang banyak
diteliti di berbagai ranah pelajaran termasuk IPA. Rusman (2010) memaparkan,
dalam strategi kooperatif tipe STAD siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok.
Menurut Ibrahim (2000); Arends (2008); Slavin (2011), jumlah anggota dalam satu
kelompok 4-5 orang yang harus heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan,
memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Sintaks strategi kooperatif tipe
STAD tersaji pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Sintaks Strategi Kooperatif Tipe STAD
Sintaks

Kegiatan

Pembagian
Kelompok
Presentasi Guru

Kegiatan Belajar
dalam Tim

Pelaksanaan Kuis
(Evaluasi)

Perhitungan Skor
Pemberian
Penghargaan

Guru membentuk beberapa kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 siswa yang
heterogen dari segi jenis kelamin, etnis, dan kemampuan akademik.
Guru menyampaikan materi pelajaran. Di dalam proses pembelajaran guru
dibantu oleh media, demonstrasi, dan lain-lain. Dijelaskan juga tentang
keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai oleh siswa.
Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman, sehingga semua anggota
menguasai dan masing-masing memberi kontribusi. Selama tim bekerja guru
melakukan pengamatan, memberi dorongan, membimbing dan memberi
bantuan jika diperlukan.
Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu dan tidak
dibenarkan bekerjasama. Hal ini dilakukan untuk menjamin agar siswa
secara individu bertanggung jawab kepada diri sendiri dan memahami bahan
ajar.
Setiap siswa diberikan skor dasar dari skor kuis sebelumnya atau skor yang
sudah dimiliki siswa. Hal ini bertujuan untuk memancing motivasi siswa
agar belajar lebih baik dari sebelumnya.
Guru dapat memberi penghargaan berupa sertifikat atau bentuk penghargaan
lainnya kepada kelompok siswa yang berhasil mencapai kriteria yang sudah
ditentukan oleh guru.

(Sumber: Rusman, 2010)
2.4 Sikap Ilmiah
Sikap ilmiah yaitu sikap ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk
hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat
dipecahkan melalui prosedur yang benar. Sikap ilmiah merupakan salah satu unsur
yang ada di hakikat IPA (Puskur, 2007a). Sikap ilmiah sangatlah penting bagi siswa
karena dapat meningkatkan daya kritis siswa terhadap fenomena alam yang dihadapi,
sehingga tidak apriori terhadap fenomena alam yang terjadi (Wahyudiati, 2010).

MTDKBI melalui strategi kooperatif

Simposium Guru Nasional 2015

8

Menurut Hassard & Dias (2009), indikator sikap ilmiah pada kelas IX pada
jenjang sekolah menengah diarahkan untuk mengacu pada Project 2061 NSES yaitu
curiosity (rasa ingin tahu), honesty (kejujuran), openness (keterbukaan), dan
skepticism (skeptis). Sementara yang ditetapkan BSNP (2006) tentang Standar Isi
untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, menjelaskan bahwa mata pelajaran
IPA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan dalam memupuk sikap ilmiah yaitu
jujur, obyektif, teliti, terbuka, tanggung jawab, disiplin, dan dapat bekerjasama
dengan orang lain. Menurut Arifin (2007) yang mengacu pada pendapat
Brotowidjoyo, orang yang berjiwa ilmiah adalah orang yang memiliki 7 sikap ilmiah:
sikap ingin tahu, sikap kritis, sikap terbuka, sikap objektif, sikap rela menghargai
karya orang lain, sikap berani mempertahankan kebenaran, dan sikap menjangkau ke
depan.
Indikator sikap ilmiah yang diteliti yaitu: rasa ingin tahu, kejujuran,
keterbukaan, skeptis, objektivitas, ketelitian, kedisiplinan, tanggung jawab,
keberanian dalam kebenaran, dan berpikir ke depan.
2.5 Kecakapan Sosial
Kecakapan sosial dapat dipilah menjadi dua yaitu kecakapan berkomunikasi
dan bekerjasama (Tim Broad Based Education, 2003).
a. Kecakapan berkomunikasi
Kecakapan berkomunikasi dapat dilakukan baik secara lisan maupun tulisan.
Sebagai makhluk sosial yang tinggal dalam masyarakat, suatu instansi atau tempat
kerja, siswa sangat memerlukan kecakapan berkomunikasi secara lisan maupun
tulisan. Dalam realitasnya komunikasi lisan ternyata tidak mudah dilakukan.
Seringkali orang tidak dapat menerima pendapat lawan bicaranya, bukan karena isi
atau gagasannya tetapi karena cara penyampaian yang kurang berkenan. Dalam hal
ini diperlukan kemampuan bagaimana memilih kata dan cara penyampaian supaya
mudah dipahami oleh lawan bicara. Karena komunikasi secara lisan adalah sangat
penting, maka perlu ditumbuh kembangkan sejak dini kepada siswa. Demikian juga
dengan kecakapan berkomunikasi secara tertulis, dalam hal ini diperlukan kecakapan
cara menyampaikan pesan secara tertulis dengan pilihan kata, kalimat, tata bahasa,

MTDKBI melalui strategi kooperatif

Simposium Guru Nasional 2015

9

dan aturan lainnya agar mudah dipahami orang yang membaca tulisan tersebut
(Puskur, 2007b).
b. Kecakapan bekerjasama
Bekerja dalam kelompok atau tim merupakan suatu kebutuhan yang tidak
dapat dielakkan sepanjang hidup manusia. Salah satu hal yang diperlukan untuk
bekerja dalam kelompok adalah kerjasama. Kemampuan bekerjasama perlu
dikembangkan agar siswa terbiasa memecahkan masalah yang sifatnya kompleks.
Kerjasama yang dimaksud adalah adanya saling pengertian dan membantu antar
sesama untuk mencapai tujuan yang baik, hal ini agar siswa terbiasa dan dapat
membangun semangat komunitas yang harmonis (Puskur, 2007b). Kecakapan sosial
yang dimaksud dalam tulisan ini adalah kecakapan berkomunikasi lisan, kecakapan
berkomunikasi tulisan dan kemampuan bekerjasama.
2.6 Hasil Belajar Kognitif
Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap
dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan
pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari
tidak tahu menjadi tahu (Hamalik, 2004). Usman (2005), menganggap hasil belajar
yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan pembelajaran
yang direncanakan guru sebelumnya.
Menurut Sudjana (2005) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dalam sistem pendidikan
nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan
instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dalam taksonomi Bloom yang
secara garis besar membaginya menjadi tiga domain sebagai berikut: (a) domain hasil
belajar kognitif atau kemampuan berpikir, (b) domain afektif berkenaan dengan
sikap, dan (c) domain psikomotorik berkenaan dengan keterampilan. Pada penelitian
ini hasil belajar yang ingin diteliti berdasarkan enam kategori hasil belajar kognitif
dari taksonomi Bloom yang sudah direvisi yaitu kemampuan mengingat (C1),
memahami (C2), menerapkan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan
mengkreasi (C6) (Anderson & Krathwohl, 2008).

MTDKBI melalui strategi kooperatif

Simposium Guru Nasional 2015

10

BAB III
PEMBAHASAN DAN HASIL
3.1 Karakteristik MTDKBI
Sebuah media pembelajaran yang dibuat peneliti yaitu media tiga dimensi
kemagnetan (MTDK). Dari segi ketersediaan alat dan bahan-bahan yang digunakan
dalam percobaan, MTDK mudah diperoleh dengan harga yang relatif murah. MTDK
merupakan media yang sangat sederhana dan mudah untuk diimplementasikan dalam
proses pembelajaran. Magnet yang digunakan terdiri dari berbagai bentuk dan
ukuran. Memaksimalkan pemanfaatan dari magnet-magnet tersebut sebagai media
pembelajaran pada materi kemagnetan dapat meningkatkan pemahaman siswa
terhadap materi kemagnetan.
Kelebihan dari MTDK adalah media yang digunakan sederhana, namun dapat
membantu siswa memahami materi kemagnetan menjadi lebih baik. Media
pembelajaran tidak harus mahal dan canggih, tetapi yang lebih penting adalah fungsi
dan peranannya dalam mempertinggi proses pembelajaran (Sudjana & Rivai, 2011).
Selain itu yang paling penting adalah MTDK dapat dipraktekkan langsung oleh siswa
baik secara individu maupun kelompok, sehingga siswa terlibat aktif dalam proses
pembelajaran.
Implementasi MTDK dalam proses pembelajaran berbasis inkuiri (BI)
dengan mengikuti sintaks model pembelajaran inkuiri yang tertuang dalam panduan
inkuiri kemagnetan siswa (PIKS) dan lembar hasil inkuiri kemagnetan siswa
(LHIKS) yang melatih siswa untuk berpikir dan bersikap ilmiah. Implementasi
MTDKBI melalui strategi pembelajaran kooperatif secara tidak langsung memupuk
kecakapan sosial siswa ketika mereka bekerjasama dan berkomunikasi dalam
kelompok mereka.
Penggunaan MTDKBI melalui strategi kooperatif dalam proses pembelajaran
berguna untuk membangun konsep siswa, yang tidak hanya memahami sifat
kemagnetan sebatas permukaan, namun siswa dapat menyelidiki lebih mendalam
sifat magnet tersebut, sesuai yang terkandung pada KD 4.1 Menyelidiki gejala
kemagnetan dan cara membuat magnet dan KD 4.2 Mendeskripsikan pemanfaatan

MTDKBI melalui strategi kooperatif

Simposium Guru Nasional 2015

11

kemagnetan dalam produk teknologi. Misalnya mengaitkan ukuran dan bentuk
magnet yang berbeda-beda terhadap kekuatan gaya tarik magnet. Siswa juga dapat
menyelidiki lebih mendalam melalui percobaan hubungan jarak suatu magnet
terhadap kekuatan gaya tarik magnet. Siswa pun dapat mengaplikasikan dan
memanfaatkan magnet dalam beberapa keperluan misalnya pembuatan kompas,
generator dan motor listrik sederhana.
3.2 Peningkatan Sikap Ilmiah, Kecakapan Sosial, dan Hasil belajar kognitif
Siswa dengan MTDKBI melalui Strategi Kooperatif
Implementasi

MTDKBI

melalui

strategi

kooperatif

dalam

proses

pembelajaran dapat meningkatkan sikap ilmiah, kecakapan sosial dan hasil belajar
hasil belajar kognitif fisika siswa. Sikap ilmiah siswa yang awalnya 71,9 meningkat
menjadi 87,28 atau terjadi peningkatan sebesar 52%. Kecakapan sosial siswa yang
awalnya 76,41 meningkat menjadi 90,87 atau terjadi peningkatan sebesar 61%. Nilai
pretest hasil belajar kognitif siswa sebesar 50 meningkat menjadi 73,52 pada
postesnya dengan peningkatan sebesar 49% (Gambar 3.1).

90.87

87.28
76.41

71.9

73.52
61%

52%

Pretes

Postes
Sikap Ilmiah

N-gain

50

Pretes

Postes

N-gain

Kecakapan Sosial

Pretes

49%

Postes

N-gain

Kognitif

Gambar 3.1. Data pretes, postes dan N-gain kecakapan sosial, sikap ilmiah,
dan hasil belajar hasil belajar kognitif siswa

a.

Sikap ilmiah siswa
Implementasi MTDKBI melalui strategi kooperatif dapat meningkatkan

sikap ilmiah siswa. Penerapan pembelajaran dengan MTDKBI melatih siswa untuk
melakukan kegiatan pembelajaran melalui langkah-langkah seperti ilmuan

MTDKBI melalui strategi kooperatif

Simposium Guru Nasional 2015

12

menemukan sesuatu yang baru. Melalui LHIKS dan PIKS yang merupakan satu
kesatuan dengan MTDKBI, siswa dilatih untuk merumuskan masalah, membuat
hipotesis, mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data serta membuat
kesimpulan. Secara tidak langsung hal ini akan melatih dan menanamkan sikap
ilmiah pada siswa yang diperlukan untuk menjadi seorang calon ilmuan (scientist).
Implementasi MTDKBI yang dipadukan dengan strategi kooperatif menjadi
salah satu jawaban dari persoalan yang terjadi selama ini dalam memompa sikap
ilmiah siswa agar menjadi lebih baik. Sikap ilmiah hendaknya menjadi bekal bagi
setiap siswa sebelum merespon sesuatu baik dalam bentuk ucapan maupun tindakan.
Sikap ilmiah yang ditanamkan melalui proses pembelajaran dapat melatih
pembentukan karakter siswa yang termuat dalam indikator sikap ilmiah yaitu rasa
ingin tahu, kejujuran, keterbukaan, skeptis, objektivitas, kedisiplinan, tanggung
jawab, keberanian dalam kebenaran, berpikir ke depan dan ketelitian.
Siswa dilatih rasa ingin tahu dan berpikir ke depan dengan membuat rumusan
masalah dan hipotesis dalam LHIKS. Kejujuran mereka diasah dengan
melaksanakan eksperimen sesuai dengan prosedur yang ada pada PIKS, mengerjakan
kuis dan menjawab pertanyaan oleh guru tanpa membuat kecurangan dengan
menyontek maupun bertanya pada temannya. Kedisiplinan, mereka diajarkan agar
dalam mengerjakan eksperimen diusahakan tepat waktu. Ketelitian mereka ditempa
dengan melaksanakan percobaan seteliti mungkin sebelum data yang diperoleh
diolah kemudian mengulangi lagi percobaan yang mereka lakukan. Skeptis mereka
dilatih dengan tidak langsung percaya terhadap asumsi atau hipotesis yang mereka
bangun namun harus dibuktikan terlebih dahulu melalui percobaan, mengumpulkan,
dan menganalis data serta memverifikasikan dengan literatur (Buku Saku
Kemagnetan Siswa). Keberanian dalam kebenaran dan objektivitas mereka dilatih
ketika menulis data hasil penelitian sesuai dengan eksperimen walaupun berbeda dari
hipotesis dan literatur yang ada.
Pada dasarnya, semua indikator sikap ilmiah siswa terbina dengan
serangkaian kegiatan eksperimen yang dilakukan mulai dari menyusun rumusan
masalah sampai mendiskusikan permasalahan tersebut dengan teman kelompoknya

MTDKBI melalui strategi kooperatif

Simposium Guru Nasional 2015

13

dan menyimpulkan pendapat yang paling relevan sebagai suatu kesimpulan
kelompoknya.
b.

Kecakapan sosial siswa
Implementasi MTDKBI melalui strategi kooperatif dapat meningkatkan

kecakapan sosial siswa. Hal ini karena siswa dilatih untuk berkomunikasi dan
berkerjasama melalui kegiatan percobaan dengan MTDK yang dipandu dengan PIKS
dan LHIKS. Secara tidak langsung kegiatan ini menjadikan siswa berinterakasi
dalam kelompoknya untuk menyelesaikan serangkaian tugas pada LHIKS. Setiap
siswa dalam kelompoknya akan saling bertanya mengenai prosedur percobaan dan
penggunaan alat dan bahan agar sesuai dengan yang diharapkan pada PIKS. Siswa
terlihat lebih aktif karena ada tugas yang lebih kompleks yang harus mereka
selesaikan. Siswa menemukan jawaban dengan memverifikasikan data melalui
eksperimen, sehingga komunikasi dan kerjasama yang terjadi tidak terbatas pada
materi yang tertuang pada buku saja.
Salah satu ciri khas dari MTDKBI terletak pada memberikan peluang kepada
siswa untuk melakukan eksperimen dengan mengikuti PIKS yang telah disediakan
ala ilmuan. Siswa-siswa yang berada pada setiap kelompok secara tidak langsung
akan saling bertanya (berkomunikasi lisan) dan bekerjasama untuk melakukan
kegiatan

eksperimen

pada

MTDKBI

yang

telah

disediakan

serta

mengkomunikasikan dalam bahasa tulisan pada LHIKS, sehingga terjalin
komunikasi dan kerjasama yang baik antara siswa satu dengan yang lain.
Jufri & Jekti (2010) menyatakan bahwa salah satu karakteristik khas dari
kegiatan inkuiri dalam bidang sains adalah pemberian peluang bagi siswa untuk
berlatih mengkomunikasikan hasil kegiatan belajarnya melalui penulisan laporan
ilmiah sederhana. Hal senada juga dikemukakan Suma (2010), yakni dalam inkuiri
siswa belajar aktif secara fisik dan mental melalui pengalaman langsung,
mengajukan pertanyaan, mencari jawaban dari berbagai sumber, mengambil
keputusan dari berbagai alternatif jawaban.
Penggunaan MTDKBI dengan strategi kooperatif menjadi salah satu solusi
untuk menopang kecakapan sosial yang sangat penting dimiliki oleh siswa. Sebagai
makhluk sosial, setiap siswa perlu dibekali kecakapan sosial semenjak dini. Dengan

MTDKBI melalui strategi kooperatif

Simposium Guru Nasional 2015

14

bekal kecakapan sosial, seseorang akan dapat menjalani kehidupan dengan baik di
tengah makin krisisnya budaya santun dalam berkomunikasi dan mengikisnya etika
dalam berinteraksi antar sesama.
c.

Hasil belajar kognitif Siswa
Implementasi MTDKBI melalui strategi kooperatif dapat meningkatkan hasil

belajar kognitif siswa. Aktivitas belajar melalui MTDKBI dapat menjadi sarana bagi
siswa untuk mengembangkan kompetensi yang berkaitan dengan indikator
pembelajaran. Keterlibatan siswa dalam mengoperasikan media yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran memberikan pengalaman belajar secara langsung, sehingga
siswa melalui tahapan pembelajaran yang berkesan. Proses pembelajaran seperti ini
berdampak pada pengetahuan yang diperoleh sulit untuk dilupakan oleh siswa
dibandingkan hanya dengan mendengar penjelasan guru atau sekedar membaca
buku. Seperti yang dinyatakan Sanjaya (2011), menurut Piramida Pengalaman Dale,
semakin langsung objek yang dipelajari, maka semakin konkret pengetahuan
diperoleh dan sebaliknya.
Kegiatan inkuiri dalam proses pembelajaran, siswa dilatih untuk membangun
informasi dan konsep secara mandiri. Seperti yang dipaparkan oleh Slavin (2011)
salah satu prinsip terpenting psikologi pendidikan adalah guru tidak diperkenankan
memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa hendaknya membangun pengetahuan
dalam pikiran mereka sendiri. Guru dapat memfasilitasi proses ini dengan cara
menjadikan informasi bermakna dan relevan bagi siswa, memberi kesempatan
kepada siswa menemukan atau menerapkan sendiri gagasannya. Menurut Nur dan
Wikandari (2000) siswa mendapat keuntungan jika mereka dapat melihat dan
melakukan sesuatu daripada hanya sekedar mendengar ceramah. Guru sebaiknya
mendorong siswa untuk memecahkan sendiri masalah yang dihadapi atau di dalam
kelompoknya, bukan mengajarkan mereka jawaban dari masalah. Oleh karena itu
guru dituntut memfasilitasi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran yang
berbasis inkuiri.
Pada

penelitian

ini,

pembelajaran

kooperatif

berkontribusi

dalam

meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa terlihat lebih mudah paham ketika ada
konsep yang sulit setelah dijelaskan oleh teman dalam kelompoknya. Seperti yang

MTDKBI melalui strategi kooperatif

Simposium Guru Nasional 2015

15

dikemukakan Slavin (2011), berdasarkan teori siswa akan lebih mudah menemukan
dan memahami konsep yang sulit jika mereka mendiskusikan konsep tersebut dengan
teman sebayanya. Strategi pembelajaran kooperatif tidak hanya berimplikasi pada
hasil belajar tersedia bagi semua siswa, tetapi juga mengakibatkan proses pemikiran
siswa lain tersedia bagi semua orang. Belajar secara kooperatif secara tidak langsung
akan memberikan pembelajaran kepada siswa bagaimana cara teman-teman
sejawatnya berhasil menyelesaikan masalah dalam satu kelompok melalui
pendekatan mereka.
Hal senada juga diungkapkan Ibrahim et al. (2000) bahwa tujuan
pembelajaran kooperatif tidak hanya pada aspek sosial namun juga dapat
meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat
bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit. Di
samping itu, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa
yang berkemampuan tinggi maupun di bawah rata-rata. Siswa yang pintar akan
menjadi tutor bagi temannya yang belum bisa. Hal ini berdampak siswa yang belum
mengerti menjadi paham dan siswa yang pintar akan makin terasah kemampuannya
karena dengan memberi pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih
mendalam terkait dengan konsep materi yang ia ajarkan.

MTDKBI melalui strategi kooperatif

Simposium Guru Nasional 2015

16

BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1 Simpulan
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa:
a. MTDKBI merupakan media pembelajaran yang sederhana dan mudah
dimplementasikan dalam proses pembelajaran. Penggunaan MTDKBI bertujuan
untuk memberi pengalaman secara langsung kepada siswa dalam melakukan
eksperimen, siswa memperoleh materi kemagnetan secara konkret, dan
menghindari verbalisme.
b. Implementasi MTDKBI melalui strategi kooperatif dalam proses pembelajaran
mampu meningkatkan sikap ilmiah, kecakapan sosial dan hasil belajar kognitif
siswa.
4.2 Rekomendasi
a.

Pembelajaran Fisika bagi siswa hendaknya dilakukan dengan media berbasis
inkuiri yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam
mengkonstruksi pengetahuan yang dimiliki.

b.

Pembelajaran Fisika tidak hanya menekankan pada penguasaan konten (hasil
belajar hasil belajar kognitif) tetapi juga pada aspek kecakapan sosial dan sikap
ilmiah yang penting dimiliki oleh siswa sebagai bekal hidup.

c.

Media tiga dimensi dan perangkat berbasis inkuiri yang telah diimplementasikan
hanya masih pada materi kemagnetan sehingga perlu diterapkan pada materi
fisika yang lain.

d.

Pada saat melakukan penelitian perlu memperhatikan beberapa hal terkait
dengan karakter materi pembelajaran yang akan dijadikan objek kajian, media
yang akan digunakan, proses penelitian yang sedang dijalankan dan juga durasi
waktu penelitian sehingga mendapatkan hasil yang optimal.

MTDKBI melalui strategi kooperatif

Simposium Guru Nasional 2015

17

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L. W. & Krathwohl, D. R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and
Assessing a Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New
York: Longman, Inc.
Arends, R. I. 2008. Learning to Teach (Belajar untuk Mengajar) Edisi Ketujuh.
Helly, P. S. & Sri, M. S. (Penerjemah). Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Arifin, E. Z. 2008. Dasar-Dasar Penulisan Karya Ilmiah Lengkap dengan Kaidah
Bahasa Indonesia yang Benar untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.
Bass, J. E., Contant, T. L. dan Carin, A. A. 2009. Teaching Science as Inquiry.
Boston: Pearson Inc.
BSNP. 2006. Model Penilaian Kelas Kurikulum Berbasis Kompetensi SMP/MTs.
Jakarta: BSNP dan Depdiknas.
Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Grava Media.
Gulo, W. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.
Hamalik, O. 2004. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bumi
Aksara: Jakarta.
Hamalik, O. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hassard, J. & Dias, M. 2009. The Art of Teaching Science. London: Oxford
University Press.
Hinduan, A., Setiawan, W., Siahaan, P. & Suyan, I. 2007. Pendidikan Fisika. Dalam
Ali, M. Ibrahim, R. Sukmadinata, N.S. Sudjana, D. & Rasjidin, W
(Penyunting). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Pedagogiana Press.
Ibrahim, M., Rachmadiati, F., Nur, M. & Ismono. 2000. Pembelajaran Kooperatif.
Pusat Sains dan Matematika Sekolah. Program Pascasarjana UNESA.
Surabaya: University Press.
Jufri, A. W. 2008. Implementasi Pembelajaran Berbasis Inkuiri, Tantangan dan
Harapan Bagi Guru Pelajaran Sains. Prosiding Seminar Nasional PMIPA
FKIP UNRAM ”Pengembangan Profesionalisme Pendidik Menghadapi
Tantangan Pembelajaran Matematika dan Sains”. Mataram: Universitas
Mataram.
Jufri, A. W & Jekti, D. S. D. 2010. Efektivitas Pembelajaran Sains Berbasis Inkuiri
dengan Strategi Kooperatif dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir
Siswa SMP. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran 17(2): 159-164.
Muchtar, Z. & Arsidah P. 2009. Penerapan Metode Inquiry Berbasis Kelas dalam
Pembelajaran Struktur Atom. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains 4:
35-40.
Muhson, A. 2010. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Teknologi
Informasi. Jurnal Pendidikan Akutansi Indonesia VIII (2): 1-10.
Nur, M. & Wikandari, P.P. 2000. Pengajaran Berpusat kepada Siswa dan
Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Pusat Matematika dan IPA
Sekolah. Program Pascasarjana UNESA. Surabaya: University Press.
Puskur. 2007a. Naskah Akdemik Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA.
Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.

MTDKBI melalui strategi kooperatif

Simposium Guru Nasional 2015

18

Puskur. 2007b. Pengembangan Model Pendidikan Kecakapan Hidup. Jakarta: Pusat
Kurikulum, Balitbang Depdiknas.
Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: Rajawali Press.
Sanjaya, W. 2011. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Slavin, R. E. 2011. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Jilid II Edisi Kesembilan.
Penerjemah Marianto Samosir. Jakarta: Indeks.
Sudjana, N. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.
Sudjana, N. & Rivai, A. 2011. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru.
Suma, K. 2010. Efektivitas Pembelajaran Berbasis Inkuiri dalam Peningkatan
Penguasaan Konten dan Penalaran Ilmiah Calon Guru Fisika. Jurnal
Pendidikan dan Pengajaran 43 (6): 47-55.
Tim Broad Based Education Depdiknas. 2003. Pola Pelaksanaan Kecakapan Hidup
melalui Pendekatan Kecakapan Hidup melalui Pendidikan Berbasis Luas.
Surabaya: SIC.
Usman, U. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosdakarya.
Wahyudiati, D. 2010. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Model
Pembelajaran Diskusi pada Pokok Bahasan Energi dan Perubahannya untuk
Menumbuhkan Sikap Ilmiah Siswa. Jurnal Inovasi dan Pendidikan 3 (1):
363.

MTDKBI melalui strategi kooperatif

Simposium Guru Nasional 2015

19

20
Lampiran 1. Biodata Penulis

Kurniawan Arizona
Lingkungan Karang Baru Selatan, Kecamatan Selaparang Kota Mataram, NTB.
HP : +6287775894877 Email : kurniawaan@gmail.com
Penulis Kurniawan Arizona, S.Si.,M.Pd. lahir di Sakra Lombok
Timur pada tanggal 16 April 1987. Pendidikan dasar dan menengah
ditempuh di Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. Pendidikan S1
pada Program Studi Fisika Fakultas MIPA Universitas Brawijaya
dan S2 pada Program Studi Magister Pendidikan IPA Program
Pascasarjana Universitas Mataram. Penulis adalah seorang guru
yang mengajar pada mata pelajaran Fisika, Kimia, Biologi dan
Matematika di SMP-SMA Fullday dan MA Plus Abu Hurairah
Mataram. Penulis juga sebagai Dosen Kontrak pada Program Studi Pendidikan Fisika
Universitas Mataram mengajar pada Mata Kuliah Elektronika Dasar dan Metodologi
Penelitian. Penulis sudah menikah dengan seorang istri bernama Ramdhani Sucilestari,
S.Si.,M.Pd. dan memiliki satu orang putri bernama Mutiara Fathimah Arizona. Penulis
telah membuat beberapa artikel yang sudah diterbitkan pada jurnal dan aktif mengikuti
berbagai kegiatan seminar maupun pelatihan.

Lampiran 2. RPP

RENCANA
PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN I

(Kelas Eksperimen Perpaduan MTDK-BI
dengan Strategi Kooperatif Tipe STAD)

KELAS IX
SMPN 10 MATARAM
Kurniawan Arizona,M.Pd.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMPN 10 MATARAM
MATARAM
NTB

22

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I
(Perpaduan MTDK-BI dan STAD Pertemuan 1)
Satuan Pendidikan
Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Materi Pembelajaran
Alokasi Waktu

:
:
:
:
:
:

SMP/MTs
SMPN 10 Mataram
IPA/Fisika
Kelas IX/ Semester II
Kemagnetan
2 x 40 menit

A. Standar Kompetensi
4. Memahami konsep kemagnetan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
B. Kompetensi dasar
4.1 Menyelidiki gejala kemagnetan dan cara membuat magnet
C. Indikator
1. Siswa dapat mengidentifikasi dan mengklasifikasi beberapa bahan yang dapat dan
tidak dapat ditarik oleh magnet.
2. Siswa dapat menjelaskan tentang kutub magnet
3. Siswa dapat menggambarkan garis gaya magnet
4. Siswa dapat menjelaskan bahwa gaya magnet dapat menembus benda non magnetis.
D. Tujuan pembelajaran
1. Siswa dapat mengidentifikasi dan mengklasifikasi beberapa bahan yang dapat dan
tidak dapat ditarik oleh magnet melalui eksperimen dengan tepat berbantuan media
tiga dimensi kemagnetan (MTDK), Panduan Inkuiri Kemagnetan Siswa (PIKS) 1,
dan Lembar Hasil Inkuiri Kemagnetan Siswa (LHIKS) 1.
2. Siswa dapat mengidentifikasi kedua kutub magnet dengan tepat berbantuan MTDK,
PIKS 1 dan LHIKS 1.
3. Siswa dapat menjelaskan bahwa magnet selalu memiliki dua buah kutub melalui
eksperimen dengan tepat berbantuan MTDK, PIKS 1 dan LHIKS 1.
4. Siswa dapat menjelaskan bahwa gaya tarik paling kuat pada suatu magnet berada
pada kedua kutubnya dengan tepat berbantuan MTDK, PIKS 1 dan LHIKS 1.
5. Siswa dapat menggambarkan garis gaya magnet dari beberapa jenis magnet yang
berbeda (magnet batang, magnet tapal kuda, magnet ring, magnet lingkaran) melalui
eksperimen berbantuan MTDK, PIKS 1 dan LHIKS1.
RPP MTDK-BI melalui Strategi Kooperatif Tipe STAD

23
6. Siswa dapat menjelaskan bahwa gaya magnet dapat menembus benda non magnetis
melalui eksperimen dengan tepat berbantuan MTDK, PIKS 1 dan LHIKS 1.
E. Materi Pembelajaran
1. Klasifikasi bahan magnetik dan non magnetik
2. Kutub magnet
3. Medan magnet
4. Gaya magnet dapat menembus benda non magnetis
F. Model dan Metode Pembelajaran
Model pembelajaran

: MTDK-BI melalui Strategi Kooperatif Tipe STAD

Metode pembelajaran

: Eksperimen, penugasan, dan diskusi kelompok

PROSES BELAJAR MENGAJAR
I. Pendahuluan
Kegiatan
Kegiatan
Alokasi
Guru
Siswa
Waktu
1. Mengucapkan salam,
1. Merespon dan memperhatikan
8’
memperkenalkan diri dan mengecek
apa yang disampaikan oleh guru 5’
kehadiran siswa
2. Apersepsi dan motivasi
Mengaitkan pelajaran dengan
pengetahuan awal yang dimiliki
siswa
Apa yang kalian ketahui tentang
magnet?

2. Siswa mencoba mengingat
pengetahuan yang mereka miliki
tentang magnet.
Siswa memberi umpan balik
dengan menjawab pertanyaan
yang dikemukakan oleh guru

3. Mengkomunikasikan tujuan
pembelajaran dan teknik
pembelajaran

3. Siswa memperhatikan dan
memahami tujuan dan teknik
pembelajaran yang akan mereka
lalui

Nilai yg
ditanamkan
• Religius
• Pendengar
yang baik
• Peduli

II. Inti
Kegiatan
Guru
1. Mengorganisasi siswa untuk duduk
dalam tatanan kooperatif (fase 1).

Kegiatan
Siswa
1. Siswa duduk dalam kelompok
kooperatif (fase 1)

Alokasi
Waktu
4’

2. Guru mempresentasikan secara
umum materi ke siswa (fase 2).

2. Siswa mendengar penjelasan
guru dengan baik (fase 2)

4’

3. Guru memfasilitasi siswa dalam
kelompok kooperatif melakukan
percobaan menggunakan MTDK
sesuai dengan petunjuk yang ada
pada PIKS 1 (fase 3).

3. Siswa mempersiapkan bahan dan
alat MTDK,LHIKS 1, ringkasan
materi, dan mempelajari
petunjuk yang ada pada PIKS 1
(fase 3).

4’

RPP MTDK-BI melalui Strategi Kooperatif Tipe STAD

Nilai yg
ditanamkan
• Disiplin
• Pendengar
yang baik
• Tanggung
jawab
• Kerjasama
• Menghargai

24
Kegiatan
Guru
4. Guru memberi per