Teori Konflik dalam perspektif hukum isl
Kekerasan Masal
Yusiana Sa’adiah
•
kekerasan berasal dari bahasa Latin yaitu violentus atau
violenta yang artinya kekuasaan atau berkuasa.
• Kekerasan merupakan sebuah ekspresi baik yang
dilakukan secara fisik ataupun secara verbal yang
mencerminkan pada tindakan agresi dan penyerangan
pada kebebasan atau martabak seseorang yang dapat
dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang yang
umumnya berkaitan dengan kewenangannya.
•
Menurut Galtung, jenis kekerasan dibedakan menjadi
dua, yaitu :
1. Kekerasan Langsung
2. Kekerasan Tidak Langsung atau struktural
Faktor-faktor dasar pemicu
terjadinya kekerasan
1. Adanya kesenjangan atau kecemburuan sosial
yang tidak dapat dipecahkan,
2. Memperjuangkan demokrasi dan keadilan,
3. Kekerasan merupakan bagian dari skala besar
reformasi dan pembangunan bangsa,
4. Kekerasan
merupakan
tindakan
spontan
emosional dari sebagian individu dan kelompok
yang marah karena terpengaruh isu yang
berlanjut menjelma menjadi kekerasan,
5. Adanya konflik agama.
•
kekerasan muncul akibatnya adanya suatu konflik yang
tidak dapat diselesaikan dengan baik. Pada dasarnya
kekerasan itu bisa terjadi karena terdapat suatu
perbedaan pandangan atau rasa kekecewaan dan
ketidakpuasan akan suatu hal.
• contoh-contoh kekerasaan massal
1. Tawuran antar pelajar sekolah satu dengan yang lainnya.
2. Konflik antar orang kulit hitam dan kulit putih.
3. Kekerasan yang terjadi di Poso.
4. Kekerasan yang terjadi antara Israel dan Palestina.
5. Kekerasan yang terjadi di Sampit.
Teori Konflik
Kiki Harjadi & Anggi M Adha
Pengertian Konflik
Malihah (2012, hlm 1) mengatakan “ Konflik
adalah perselisihan atau persengketaan
antara dua atau lebih kekuatan baik secara
individu atau kelompok yang kedua belah
pihak memiliki keinginan untuk saling
menjatuhkan
atau
menyingkirkan
atau
mengalahkan atau menyisihkan”.
Lawang (dalam Muarofah, 2014, hlm 23) konflik
diartikan sebagai perjuangan untuk memperoleh
hal-hal yang langka seperti nilai, status, kekuasaan
dan sebagainya dimana tujuan mereka berkonflik
itu tidak hanya memperoleh keuntungan tetapi
juga untuk menundukkan pesaingnya. Konflik
dapat diartikan sebagai benturan kekuatan dan
kepentingan antara satu kelompok dengan
kelompok lain dalam proses perebutan sumbersumber kemasyarakatan (ekonomi, politik, sosial
dan budaya) yang relatif terbatas.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa konflik adalah pertentangan antara dua
pihak atau lebih untuk mencapai sesuatu yang
diinginkan dengan cara menunduk atau
menyingkirkan lawan.
Teori Konflik Dahrendorf
Masyarakat terbagi menjadi dua yaitu:
1. Masyarakat yang memiliki otoritas.
2. Masyarakat yang tidak memiliki otoritas.
Akibat
masyarakat
terbagi
menjadi
dua
mengakibatkan adanya konflik kepentingan.
Dahrendorf membedakan golongan yang terlibat konflik
itu atas dua tipe. Kelompok semu (quasi group) dan
kelompok kepentingan (interest group). Kelompok semu
merupakan kumpulan dari para pemegang kekuasaan atau
jabatan dengan kepentingan yang sama yang terbentuk
karena munculnya kelompok kepentingan. Sedangkan
kelompok yang kedua yakni kelompok kepentingan
terbentuk dari kelompok semu yang lebih luas. Kelompok
kepentingan ini mempunyai struktur, organisasi, program,
tujuan serta anggota yang jelas. Kelompok kepentingan
inilah yang menjadi sumber nyata timbulnya konflik dalam
masyarakat (Goodman dan Ritzer, 2007, hlm 153).
Prasyarat
terjadinya
Kelompok Kepentingan.
kelompok
Semu
menjadi
1. Kondisi-kondisi teknis dari suatu organisasi.
2. Kondisi-kondisi politis dari suatu organisasi.
3. Kondisi- kondisi sosial bagi suatu organisasi.
Ketiga prasyarat diatas merupakan variabel bagi
munculnya kelompok kepentingan
yang dimana
seperti telah dijelaskan diawal selalu berada dalam
keadaan konflik
Tragedi Sampit
Syifa Fauziah
KONFLIK
SAMPIT
Suku
Dayak
Warga
Madura
1
2
3
Latar Belakang
• Suku Dayak merasa tidak puas dengan persaingan yang terus
datang dari warga Madura yang semakin agresif.
• Berkembangnya hukum-hukum baru yang memungkinkan warga
Madura memperoleh kontrol terhadap banyak industri komersial
seperti perkayuan, penambangan ataupun perkembunan.
• Adanya serangan pembakaran sebuah rumah Dayak, yang
diduga disebabkan oleh warga Madura dan kemudian suku Dayak
mulai membalasnya dengan membakar rumah-rumah
pemukiman orang-orang Madura.
Hal yang paling tragis dalam konflik ini ialah
terjadinya pemenggalan kepala.
“Sedikitnya 100 warga Madura dipenggal
kepalanya oleh suku Dayak selama konflik ini”
(Farras, 2015).
ANALISIS
Oleh Acep Rachmat
1
2
3
Latar Belakang
• Suku Dayak merasa tidak puas dengan persaingan yang terus
datang dari warga Madura yang semakin agresif.
• Berkembangnya hukum-hukum baru yang memungkinkan warga
Madura memperoleh kontrol terhadap banyak industri komersial
seperti perkayuan, penambangan ataupun perkembunan.
• Adanya serangan pembakaran sebuah rumah Dayak, yang
diduga disebabkan oleh warga Madura dan kemudian suku Dayak
mulai membalasnya dengan membakar rumah-rumah
pemukiman orang-orang Madura.
TIMBUL
KECEMBURUAN
SOSIAL
Pandangan Sosiologi
terhadap Tragedi
Sampit
Yusiana Sa’adiah
•
kekerasan berasal dari bahasa Latin yaitu violentus atau
violenta yang artinya kekuasaan atau berkuasa.
• Kekerasan merupakan sebuah ekspresi baik yang
dilakukan secara fisik ataupun secara verbal yang
mencerminkan pada tindakan agresi dan penyerangan
pada kebebasan atau martabak seseorang yang dapat
dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang yang
umumnya berkaitan dengan kewenangannya.
•
Menurut Galtung, jenis kekerasan dibedakan menjadi
dua, yaitu :
1. Kekerasan Langsung
2. Kekerasan Tidak Langsung atau struktural
Faktor-faktor dasar pemicu
terjadinya kekerasan
1. Adanya kesenjangan atau kecemburuan sosial
yang tidak dapat dipecahkan,
2. Memperjuangkan demokrasi dan keadilan,
3. Kekerasan merupakan bagian dari skala besar
reformasi dan pembangunan bangsa,
4. Kekerasan
merupakan
tindakan
spontan
emosional dari sebagian individu dan kelompok
yang marah karena terpengaruh isu yang
berlanjut menjelma menjadi kekerasan,
5. Adanya konflik agama.
•
kekerasan muncul akibatnya adanya suatu konflik yang
tidak dapat diselesaikan dengan baik. Pada dasarnya
kekerasan itu bisa terjadi karena terdapat suatu
perbedaan pandangan atau rasa kekecewaan dan
ketidakpuasan akan suatu hal.
• contoh-contoh kekerasaan massal
1. Tawuran antar pelajar sekolah satu dengan yang lainnya.
2. Konflik antar orang kulit hitam dan kulit putih.
3. Kekerasan yang terjadi di Poso.
4. Kekerasan yang terjadi antara Israel dan Palestina.
5. Kekerasan yang terjadi di Sampit.
Teori Konflik
Kiki Harjadi & Anggi M Adha
Pengertian Konflik
Malihah (2012, hlm 1) mengatakan “ Konflik
adalah perselisihan atau persengketaan
antara dua atau lebih kekuatan baik secara
individu atau kelompok yang kedua belah
pihak memiliki keinginan untuk saling
menjatuhkan
atau
menyingkirkan
atau
mengalahkan atau menyisihkan”.
Lawang (dalam Muarofah, 2014, hlm 23) konflik
diartikan sebagai perjuangan untuk memperoleh
hal-hal yang langka seperti nilai, status, kekuasaan
dan sebagainya dimana tujuan mereka berkonflik
itu tidak hanya memperoleh keuntungan tetapi
juga untuk menundukkan pesaingnya. Konflik
dapat diartikan sebagai benturan kekuatan dan
kepentingan antara satu kelompok dengan
kelompok lain dalam proses perebutan sumbersumber kemasyarakatan (ekonomi, politik, sosial
dan budaya) yang relatif terbatas.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa konflik adalah pertentangan antara dua
pihak atau lebih untuk mencapai sesuatu yang
diinginkan dengan cara menunduk atau
menyingkirkan lawan.
Teori Konflik Dahrendorf
Masyarakat terbagi menjadi dua yaitu:
1. Masyarakat yang memiliki otoritas.
2. Masyarakat yang tidak memiliki otoritas.
Akibat
masyarakat
terbagi
menjadi
dua
mengakibatkan adanya konflik kepentingan.
Dahrendorf membedakan golongan yang terlibat konflik
itu atas dua tipe. Kelompok semu (quasi group) dan
kelompok kepentingan (interest group). Kelompok semu
merupakan kumpulan dari para pemegang kekuasaan atau
jabatan dengan kepentingan yang sama yang terbentuk
karena munculnya kelompok kepentingan. Sedangkan
kelompok yang kedua yakni kelompok kepentingan
terbentuk dari kelompok semu yang lebih luas. Kelompok
kepentingan ini mempunyai struktur, organisasi, program,
tujuan serta anggota yang jelas. Kelompok kepentingan
inilah yang menjadi sumber nyata timbulnya konflik dalam
masyarakat (Goodman dan Ritzer, 2007, hlm 153).
Prasyarat
terjadinya
Kelompok Kepentingan.
kelompok
Semu
menjadi
1. Kondisi-kondisi teknis dari suatu organisasi.
2. Kondisi-kondisi politis dari suatu organisasi.
3. Kondisi- kondisi sosial bagi suatu organisasi.
Ketiga prasyarat diatas merupakan variabel bagi
munculnya kelompok kepentingan
yang dimana
seperti telah dijelaskan diawal selalu berada dalam
keadaan konflik
Tragedi Sampit
Syifa Fauziah
KONFLIK
SAMPIT
Suku
Dayak
Warga
Madura
1
2
3
Latar Belakang
• Suku Dayak merasa tidak puas dengan persaingan yang terus
datang dari warga Madura yang semakin agresif.
• Berkembangnya hukum-hukum baru yang memungkinkan warga
Madura memperoleh kontrol terhadap banyak industri komersial
seperti perkayuan, penambangan ataupun perkembunan.
• Adanya serangan pembakaran sebuah rumah Dayak, yang
diduga disebabkan oleh warga Madura dan kemudian suku Dayak
mulai membalasnya dengan membakar rumah-rumah
pemukiman orang-orang Madura.
Hal yang paling tragis dalam konflik ini ialah
terjadinya pemenggalan kepala.
“Sedikitnya 100 warga Madura dipenggal
kepalanya oleh suku Dayak selama konflik ini”
(Farras, 2015).
ANALISIS
Oleh Acep Rachmat
1
2
3
Latar Belakang
• Suku Dayak merasa tidak puas dengan persaingan yang terus
datang dari warga Madura yang semakin agresif.
• Berkembangnya hukum-hukum baru yang memungkinkan warga
Madura memperoleh kontrol terhadap banyak industri komersial
seperti perkayuan, penambangan ataupun perkembunan.
• Adanya serangan pembakaran sebuah rumah Dayak, yang
diduga disebabkan oleh warga Madura dan kemudian suku Dayak
mulai membalasnya dengan membakar rumah-rumah
pemukiman orang-orang Madura.
TIMBUL
KECEMBURUAN
SOSIAL
Pandangan Sosiologi
terhadap Tragedi
Sampit