Strategi Penanggulangan Masalah Gizi Mel
Strategi Penanggulangan
Masalah Gizi Melalui Desa Siaga
Arum Atmawikarta
Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat
Bappenas
Disampikan pada Pertemuan Pembahasan Penanggulangan Masalah
Gizi di Propinsi Jawa Timur, Surabaya, 24 Januari 2007
Outline
A.
B.
C.
D.
Mengapa Perlu Intervensi Gizi?
Apa penyebab masalah gizi?
Langkah-Langkah
Integrasi dengan Desa Siaga
A. MENGAPA PERLU
INVESTASI GIZI?
Mengapa Perlu Intervensi Gizi?
Nilai Ekonomi
Tinggi,
Berdampak besar
untuk penurunan
Kemiskinan
Tingkat Masalah
Gizi yang besar dan
Mengkhawatirkan
Kegagalan
Pasar (Market
Failure)
Intervensi Gizi merupakan Investasi dengan
Nilai Ekonomi yang tinggi
Rangking pilihan investasi potensial*:
1. Penanggulangan HIV/AIDS
2. Intervensi Mikronutrient
3. Perdagangan Bebas
4. Penanggulangan malaria
5. Teknologi Pertanian
6. Teknologi air skala kecil
7. Pemberdayaan Masyarakat
8. Penelilitian air pertanian
9. Penurunan biaya usaha baru
10. Mempermudah migrasi
11. Peningkatan gizi bayi dan anak
12. Scale-up pelayanan kesehatan dasar
13. Penurunan bayi beral lahir rendah
14-17. Masalah iklim dan migrasi
Konsensus Copenhagen.
INVESTASI EFEKTIF BIDANG GIZI
JENIS PROGRAM
Manfaat (USD) setiap
investasi 1 USD
1
Fortifikasi tepung dengan zat besi
84.1
2
Suplementasi kapsul vitamin A
50.0
3
Pendidikan Gizi
32.3
4
Yodisasi garam
28.0
5
Pemberian pil besi pada ibu hamil
24.7
6
Fortifikasi gula dengan vitamin A
16.0
7
Suplementasi yodium pada wanita usia subur
13.8
8
Makanan tambahan pada anak sekolah
2.8
9
Program gizi sebagai bagian dari yankes dasar
2.6
10
Makanan tambahan balita
1.4
11
Subsidi Pangan
0.9
Sumber: World Bank, 1998
Menurunkan Kemiskinan
MDG, Tujuan 1:
• Menurunkan proporsi
penduduk dengan
pendapatan kurang dari
USD1 per hari
• Menurunkan proporsi
penduduk kelaparan
(balita kurang gizi )
Income poverty
Banyak negara/
wilayah yang dapat
mencapai target
Non- Income poverty
Banyak negara/wilayah
yang tidak mencapai
target
Permasalahan Gizi:
1. Masih cukup besar…
=40%
Catatan: Susenas 2005, Untuk Prov. NAD, informasi berasal dari Lap. Survei Depkes-UNICEF, 2005
2. dan mengkhawatirkan!
Ibu hamil dan bayi 0-2 tahun kurang gizi: hambatan
perkembangan otak, kecerdasan, kemampuan belajar dan
rendahnya produktifitas yang bersifat permanen (irreversible).
• Fisik anak kurang gizidapat diperbaiki:
• Tapi perkembangan otaknya,tidak dapat diperbaiki:
• Kurang gizi pada usia dini meningkatkan resiko
berbagai penyakit degeneratif (jantung, kanker, dll) pada
saat dewasa
Posisi Indonesia
Kategori A
(Kurus/Pendek)
• MALAYSIA
• TIMOR
Kategori B
Kurang Vit A & Zat Besi
• LOAS
• KAMBOJA
• FILIPINA
• MYANMAR
• THAILAND
• INDONESIA
• CINA
Kategori C
Overweight 3%
Sumber: World Bank 2006: Reposition Nutrition as Central to Development
INDONESIA:
Kurang Energi
Protein (Kurus dan
Pendek)
Kurang Vitamin A
Anemia Gizi Besi
Gizi Lebih
(Overweight)
Kurang Yodium
Prevalensi Gizi Kurang
Gizi
Kurang
Gizi
Buruk
Gizi
Kurang
+ Gizi
Buruk
%
%
%
NTB
23,68
10,45
34,13
35,73
NTT
26,15
12,65
38,8
3,07
21,61
Kalteng
19,51
9,49
29
20,51
10,28
30,79
Kalsel
23,16
9,62
32,78
Lampung
31,4
8,19
39,59
Sulawesi Utara
17,81
9,16
26,97
DKI Jakarta
16,71
6,36
23,07
Sulawesi Selatan
22,02
9,55
31,57
Jawa Barat
18,46
5,56
24,02
Sultra
20,99
9,96
30,95
Jawa Tengah
29,56
6,03
35,59
Gorontalo
16,8
5,74
22,54
D.I. Yogyakarta
13,36
4,07
17,43
Maluku
24,56
21,66
46,22
Jawa Timur
17,41
5,95
23,36
Maluku Utara
17,3
9,23
26,53
Indonesia
19,2
8,3
27,5
Gizi
Kurang
Gizi
Buruk
Gizi
Kurang
+ Gizi
Buruk
%
%
%
Sumatera Utara
18,67
12,76
31,43
Sumatera Barat
28,44
7,29
Jambi
18,54
Sumsel
Propinsi
Susenas 2004
Propinsi
KEGAGALAN PASAR
(Market Failure)
• Mekanisme pasar tidak mampu menyselesaikan
masalah gizi terutama bagi penduduk yang tidak
mampu
• Tapi kurang gizi tidak hanya terjadi pada
penduduk miskin. Daerah penghasil pangan
mempunyai ketersediaan pangan di tingkat
wilayah, tapi di tingkat rumah tangga tidak
mempunyai akses: masalah distribusi, akses, dll
Ketersediaan tinggi tapi Konsumsi Rendah
Secara nasional: kkal/kapita/hari
AKG*
: 2.200 kkal/kapita/hari
Tersedia
: 2.956 (Tahun 2000),
Tapi konsumsinya:
• 1993 : 1.879 kkal (85.42% AKG*)
• 1996: 2.019 kkal (91,81% AKG)
• 1999: 1.849 kkal (84,06% AKG)
• 2002: 1.985 kkal (90.26% AKG)
Persen Rumah Tangga Defisit Energi Th 1998
• Kota: 51.10%, Desa 47.50%
Ket *: AKG : Angka Kecukupan Gizi (jumlah asupan gizi minimal yang dianjurkan)
B. PENYEBAB MASALAH
GIZI
Penyebab Umum Kurang Gizi
KURANG GI ZI
Dampak
Penyebab
langsung
Penyebab
Tidak langsung
Makan
Tidak Seimbang
Pola Asuh
Persediaan Pangan
Kurang Pendidikan
Pokok Masalah
di Masyarakat
Sanitasi, air bersih
dan pelayanan
kesehatan
, Pengetahuan dan Keterampilan
Pemberdayaan wanita &
Masyarakat
Pengangguran
Akar Masalah
( nasional )
Penyakit I nfeksi
, inflasi , kurang pangan dan kemiskinan
Krisis Ekonomi
, Politik ,
dan Sosial
Kurang gizi terjadi karena
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Akses terhadap pangan rendah
Makanan ibu hamil kurang kalori dan protein, atau
terserang penyakit
Bayi baru lahir tidak diberi kolostrum
Bayi sudah diberi Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
sebelum usia 4/6 bulan
Pemberian makanan padat pada bayi terlalu lambat
Anak dibawah 2 tahun diberik makanan kurang atau
densitas energinya kurang
Makanan yang diberikan tidak mempunyai kadar zat gizi
mikro yang cukup
Penanganan diare yang tidak benar
Makanan kotor/terkontaminasi
Windows of Opportunity
Kurang gizi paling kritis terjadi pada ibu hamil dan hingga anak
berusia 2 tahun.
Investasi yang dilakukan di luar periode ini kurang efektif untuk
memperbaiki gizi
1.50
Mean z-scores Weight for Age
1.00
0.50
Age (month)
0.00
0
3
6
-0.50
-1.00
1999
2000
-1.50
2002
2003
-2.00
9
12
15
18
21
24
27
30
33
36
39
42
45
48
51
54
57
60
C. UPAYA YANG PERLU
DILAKUKAN
Upaya mengatasi kurang gizi
•
•
•
•
•
•
Fokus pada keluarga miskin
Meningkatkan upaya kesehatan ibu untuk mengunrangi
bayi dengan berat lahir rendah
Meningkatkan program perbaikan zat gizi mikro
Meningktaktan program gizi berbasis masyarakat
Memperbaiki sektor lain yang treakit erat dengan gizi
(pertanian, air dan sanitasi, perlindungan,
pemberdayaan masyarakat dan isu gender)
Memperkuat upaya jangka pendek dengan tetap
melakukan upaya jangka panjang
Lintas sektor yang terakit dengan gizi
ISU
Kebijakan/Program
Sektor
Ketahanan
Pangan
Produksi, Distribusi Bahan
Pangan, Surveilans
Perdagangan,
Pertanian,
Logistik, Statistik
Fortifikasi
Regulasi, Subsidi, Teknologi
Industri,
Perdagangan,
Teknologi
Pola
Konsumsi
Pemanfaatan potensi lokal,
divesifikasi, edukasi tentang gizi
Pendidikan,
Agama
Pengetahuan, Pendidikan di Sekolah, Posyandu,
Ketrampilan
Perkembangan Dini Usia
Pendidikan, KB,
Pemberdayaan
Perempuan
Penanganan
Infeksi
Gizi, Kesehatan
Imunisasi, Penanganan Bumil
Rute menuju Gizi yang lebih Baik
Jangka Pendek:
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Penimbangan
Pelayanan kesehatan dan gizi ibu hamil
Suplemen zat gizi mikro
Fortifikasi
MP-ASI
Program Keluarga Harapan
Penyuluhan
ASI Eksklusif
Pendidikan gizi dan higiene
Perlikau hidup sehat
Rute menuju Gizi yang lebih Baik
Jangka Panjang:
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Pelayanan kesehatan dasar (termasuk KB dan
Penyakit menular)
Akse ke air bersih dan sanitasi
Kebijakan iklan/pemasaran susu formula
Peningkatan ketahanan pangan
Perbaikan pendapatan
Penciptaan lapangan kerja
Meningkatkan status perempuan
Pendidikan ibu
Perlindungan Sosial
Penyelenggaraan
Penyelenggaraan Perbaikan
Perbaikan Gizi
Gizi Masyarakat
Masyarakat
Jenis
Pelayanan
1. Pemantauan
Pertumbuhan
Balita
2. Pemberian
Suplemen
Gizi
Indikator
% balita ditimbang (D/S)
% balita yang naik berat badannya (N/D)
% Balita Bawah Garis Merah
% cakupan balita mendapat kapsul Vit.A 2 x per
tahun
% cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet Fe
% cakupan WUS yang mendapatkan kapsul
Yodium
Jenis
Pelayanan
¨3. Pelayanan
¨ Gizi
Indikator
% cakupan pemberian MP-ASI kepada bayi gizi
kurang pada keluarga miskin
% balita gizi buruk mendapat perawatan sesuai
dengan standar tata laksana gizi buruk
% bayi yang mendapat ASI-Eksklusi
¨4. Penyuluhan
¨ Gizi
¨ Seimbang
5. Penyeleng.
Kewaspadaan
Gizi
% desa dengan garam beryodium baik
% cakupan WUS yang mendapatkan kapsul
Yodium
% kecamatan bebas rawan gizi
Anggaran Program Pembangunan Gizi dalam APBN
700
582.4
600
R p M ily a r
500
400
300
200
100
144.2
20
23.6
97/98
98/99
55
60.9
81.2
99/00
2000
2001
95.1
2002
172.9
178.5
2004
2005
0
Tahun anggaran
2003
2006
D. PERBAIKAN GIZI DAN
DESA SIAGA
Konsep Desa Siaga
•
Penduduknya memiliki sumber daya dan kemampuan
untuk mengatasi masalah kesehatan secara mandiri
•
Memiliki Poliklinik Kesehatan Desa (Polkedes)
•
Melakukan upaya:
– Promotif (termasuk penyuluhan gizi),
– Preventif (termasuk surveilens gizi dan pemeriksaan bumil dan
balita)
– Kuratif/rehabilitatif (pengobatan)
•
•
Pelayanan oleh Kader Kesehatan dan Petugas
Puskesmas
Memiliki peralatan dan Obat-Obatan
Sumber Daya Polkesdes
• Doperasikan oleh kader PKK, Posyandu, LSM
• Pelayanan kesehatan oleh Bidan plus, tenaga
gizi, sanitarian, PLKB
• Sumber dana dari
– Masyarakat (iuran, sumbangan, dana sosial)
– Swasta/Dunia Usaha
– Hasil usaha
– Pemerintah
Target Depkes
Tahun 2006: 12.000 desa yang tidak memiliki Pustu
dan Puskesmas
Tahun 2007: Desa yang memiliki fasilitas kesehatan
yang rusak
Akhir 2008: 69.000 desa (seluruh desa) menjadi
Desa Siaga
Penanggulangan masalah gizi
melalui Desa Siaga:
• Bisa jika Polkesdes ada dan operasional
• Kegiatan (upaya jangka pendek):
– Penyuluhan gizi
– Penimbangan
– Pemeriksaan kehamilan
– Pemberian Fe dan Vita A pada bumil
– Pemberian MP-ASI
Yang perlu disiapkan
• Mereposisi peran Posyandu?
• Memberdayakan masyarakatÆ memerlukan
waktu yang lama
• Menyiapkan tenaga (5 kader per desa)
– Pelatihan
– Insentif
• Menyiapkan sarana (bangunan)
• Menyiapkan peralatan/obat
• Maintenance dan sustainability?
Perlu Perhatian
• Desa Siaga hanya salah satuentry point untuk
penanggulangan masalah gizi
• Desa Siaga memerlukan upaya ekstra karena
memberdayakan masyarakat, memerlukan
tenaga dan dana yang besar, dan target
sasaran yang besar dalam waktu singkat
• Upaya penanggulangan masalah gizi perlu terus
dilakukan tanpa harus menunggu desa siaga
• O
“ thers can wait, our children can not”
TERIMAKASIH
Masalah Gizi Melalui Desa Siaga
Arum Atmawikarta
Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat
Bappenas
Disampikan pada Pertemuan Pembahasan Penanggulangan Masalah
Gizi di Propinsi Jawa Timur, Surabaya, 24 Januari 2007
Outline
A.
B.
C.
D.
Mengapa Perlu Intervensi Gizi?
Apa penyebab masalah gizi?
Langkah-Langkah
Integrasi dengan Desa Siaga
A. MENGAPA PERLU
INVESTASI GIZI?
Mengapa Perlu Intervensi Gizi?
Nilai Ekonomi
Tinggi,
Berdampak besar
untuk penurunan
Kemiskinan
Tingkat Masalah
Gizi yang besar dan
Mengkhawatirkan
Kegagalan
Pasar (Market
Failure)
Intervensi Gizi merupakan Investasi dengan
Nilai Ekonomi yang tinggi
Rangking pilihan investasi potensial*:
1. Penanggulangan HIV/AIDS
2. Intervensi Mikronutrient
3. Perdagangan Bebas
4. Penanggulangan malaria
5. Teknologi Pertanian
6. Teknologi air skala kecil
7. Pemberdayaan Masyarakat
8. Penelilitian air pertanian
9. Penurunan biaya usaha baru
10. Mempermudah migrasi
11. Peningkatan gizi bayi dan anak
12. Scale-up pelayanan kesehatan dasar
13. Penurunan bayi beral lahir rendah
14-17. Masalah iklim dan migrasi
Konsensus Copenhagen.
INVESTASI EFEKTIF BIDANG GIZI
JENIS PROGRAM
Manfaat (USD) setiap
investasi 1 USD
1
Fortifikasi tepung dengan zat besi
84.1
2
Suplementasi kapsul vitamin A
50.0
3
Pendidikan Gizi
32.3
4
Yodisasi garam
28.0
5
Pemberian pil besi pada ibu hamil
24.7
6
Fortifikasi gula dengan vitamin A
16.0
7
Suplementasi yodium pada wanita usia subur
13.8
8
Makanan tambahan pada anak sekolah
2.8
9
Program gizi sebagai bagian dari yankes dasar
2.6
10
Makanan tambahan balita
1.4
11
Subsidi Pangan
0.9
Sumber: World Bank, 1998
Menurunkan Kemiskinan
MDG, Tujuan 1:
• Menurunkan proporsi
penduduk dengan
pendapatan kurang dari
USD1 per hari
• Menurunkan proporsi
penduduk kelaparan
(balita kurang gizi )
Income poverty
Banyak negara/
wilayah yang dapat
mencapai target
Non- Income poverty
Banyak negara/wilayah
yang tidak mencapai
target
Permasalahan Gizi:
1. Masih cukup besar…
=40%
Catatan: Susenas 2005, Untuk Prov. NAD, informasi berasal dari Lap. Survei Depkes-UNICEF, 2005
2. dan mengkhawatirkan!
Ibu hamil dan bayi 0-2 tahun kurang gizi: hambatan
perkembangan otak, kecerdasan, kemampuan belajar dan
rendahnya produktifitas yang bersifat permanen (irreversible).
• Fisik anak kurang gizidapat diperbaiki:
• Tapi perkembangan otaknya,tidak dapat diperbaiki:
• Kurang gizi pada usia dini meningkatkan resiko
berbagai penyakit degeneratif (jantung, kanker, dll) pada
saat dewasa
Posisi Indonesia
Kategori A
(Kurus/Pendek)
• MALAYSIA
• TIMOR
Kategori B
Kurang Vit A & Zat Besi
• LOAS
• KAMBOJA
• FILIPINA
• MYANMAR
• THAILAND
• INDONESIA
• CINA
Kategori C
Overweight 3%
Sumber: World Bank 2006: Reposition Nutrition as Central to Development
INDONESIA:
Kurang Energi
Protein (Kurus dan
Pendek)
Kurang Vitamin A
Anemia Gizi Besi
Gizi Lebih
(Overweight)
Kurang Yodium
Prevalensi Gizi Kurang
Gizi
Kurang
Gizi
Buruk
Gizi
Kurang
+ Gizi
Buruk
%
%
%
NTB
23,68
10,45
34,13
35,73
NTT
26,15
12,65
38,8
3,07
21,61
Kalteng
19,51
9,49
29
20,51
10,28
30,79
Kalsel
23,16
9,62
32,78
Lampung
31,4
8,19
39,59
Sulawesi Utara
17,81
9,16
26,97
DKI Jakarta
16,71
6,36
23,07
Sulawesi Selatan
22,02
9,55
31,57
Jawa Barat
18,46
5,56
24,02
Sultra
20,99
9,96
30,95
Jawa Tengah
29,56
6,03
35,59
Gorontalo
16,8
5,74
22,54
D.I. Yogyakarta
13,36
4,07
17,43
Maluku
24,56
21,66
46,22
Jawa Timur
17,41
5,95
23,36
Maluku Utara
17,3
9,23
26,53
Indonesia
19,2
8,3
27,5
Gizi
Kurang
Gizi
Buruk
Gizi
Kurang
+ Gizi
Buruk
%
%
%
Sumatera Utara
18,67
12,76
31,43
Sumatera Barat
28,44
7,29
Jambi
18,54
Sumsel
Propinsi
Susenas 2004
Propinsi
KEGAGALAN PASAR
(Market Failure)
• Mekanisme pasar tidak mampu menyselesaikan
masalah gizi terutama bagi penduduk yang tidak
mampu
• Tapi kurang gizi tidak hanya terjadi pada
penduduk miskin. Daerah penghasil pangan
mempunyai ketersediaan pangan di tingkat
wilayah, tapi di tingkat rumah tangga tidak
mempunyai akses: masalah distribusi, akses, dll
Ketersediaan tinggi tapi Konsumsi Rendah
Secara nasional: kkal/kapita/hari
AKG*
: 2.200 kkal/kapita/hari
Tersedia
: 2.956 (Tahun 2000),
Tapi konsumsinya:
• 1993 : 1.879 kkal (85.42% AKG*)
• 1996: 2.019 kkal (91,81% AKG)
• 1999: 1.849 kkal (84,06% AKG)
• 2002: 1.985 kkal (90.26% AKG)
Persen Rumah Tangga Defisit Energi Th 1998
• Kota: 51.10%, Desa 47.50%
Ket *: AKG : Angka Kecukupan Gizi (jumlah asupan gizi minimal yang dianjurkan)
B. PENYEBAB MASALAH
GIZI
Penyebab Umum Kurang Gizi
KURANG GI ZI
Dampak
Penyebab
langsung
Penyebab
Tidak langsung
Makan
Tidak Seimbang
Pola Asuh
Persediaan Pangan
Kurang Pendidikan
Pokok Masalah
di Masyarakat
Sanitasi, air bersih
dan pelayanan
kesehatan
, Pengetahuan dan Keterampilan
Pemberdayaan wanita &
Masyarakat
Pengangguran
Akar Masalah
( nasional )
Penyakit I nfeksi
, inflasi , kurang pangan dan kemiskinan
Krisis Ekonomi
, Politik ,
dan Sosial
Kurang gizi terjadi karena
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Akses terhadap pangan rendah
Makanan ibu hamil kurang kalori dan protein, atau
terserang penyakit
Bayi baru lahir tidak diberi kolostrum
Bayi sudah diberi Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
sebelum usia 4/6 bulan
Pemberian makanan padat pada bayi terlalu lambat
Anak dibawah 2 tahun diberik makanan kurang atau
densitas energinya kurang
Makanan yang diberikan tidak mempunyai kadar zat gizi
mikro yang cukup
Penanganan diare yang tidak benar
Makanan kotor/terkontaminasi
Windows of Opportunity
Kurang gizi paling kritis terjadi pada ibu hamil dan hingga anak
berusia 2 tahun.
Investasi yang dilakukan di luar periode ini kurang efektif untuk
memperbaiki gizi
1.50
Mean z-scores Weight for Age
1.00
0.50
Age (month)
0.00
0
3
6
-0.50
-1.00
1999
2000
-1.50
2002
2003
-2.00
9
12
15
18
21
24
27
30
33
36
39
42
45
48
51
54
57
60
C. UPAYA YANG PERLU
DILAKUKAN
Upaya mengatasi kurang gizi
•
•
•
•
•
•
Fokus pada keluarga miskin
Meningkatkan upaya kesehatan ibu untuk mengunrangi
bayi dengan berat lahir rendah
Meningkatkan program perbaikan zat gizi mikro
Meningktaktan program gizi berbasis masyarakat
Memperbaiki sektor lain yang treakit erat dengan gizi
(pertanian, air dan sanitasi, perlindungan,
pemberdayaan masyarakat dan isu gender)
Memperkuat upaya jangka pendek dengan tetap
melakukan upaya jangka panjang
Lintas sektor yang terakit dengan gizi
ISU
Kebijakan/Program
Sektor
Ketahanan
Pangan
Produksi, Distribusi Bahan
Pangan, Surveilans
Perdagangan,
Pertanian,
Logistik, Statistik
Fortifikasi
Regulasi, Subsidi, Teknologi
Industri,
Perdagangan,
Teknologi
Pola
Konsumsi
Pemanfaatan potensi lokal,
divesifikasi, edukasi tentang gizi
Pendidikan,
Agama
Pengetahuan, Pendidikan di Sekolah, Posyandu,
Ketrampilan
Perkembangan Dini Usia
Pendidikan, KB,
Pemberdayaan
Perempuan
Penanganan
Infeksi
Gizi, Kesehatan
Imunisasi, Penanganan Bumil
Rute menuju Gizi yang lebih Baik
Jangka Pendek:
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Penimbangan
Pelayanan kesehatan dan gizi ibu hamil
Suplemen zat gizi mikro
Fortifikasi
MP-ASI
Program Keluarga Harapan
Penyuluhan
ASI Eksklusif
Pendidikan gizi dan higiene
Perlikau hidup sehat
Rute menuju Gizi yang lebih Baik
Jangka Panjang:
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Pelayanan kesehatan dasar (termasuk KB dan
Penyakit menular)
Akse ke air bersih dan sanitasi
Kebijakan iklan/pemasaran susu formula
Peningkatan ketahanan pangan
Perbaikan pendapatan
Penciptaan lapangan kerja
Meningkatkan status perempuan
Pendidikan ibu
Perlindungan Sosial
Penyelenggaraan
Penyelenggaraan Perbaikan
Perbaikan Gizi
Gizi Masyarakat
Masyarakat
Jenis
Pelayanan
1. Pemantauan
Pertumbuhan
Balita
2. Pemberian
Suplemen
Gizi
Indikator
% balita ditimbang (D/S)
% balita yang naik berat badannya (N/D)
% Balita Bawah Garis Merah
% cakupan balita mendapat kapsul Vit.A 2 x per
tahun
% cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet Fe
% cakupan WUS yang mendapatkan kapsul
Yodium
Jenis
Pelayanan
¨3. Pelayanan
¨ Gizi
Indikator
% cakupan pemberian MP-ASI kepada bayi gizi
kurang pada keluarga miskin
% balita gizi buruk mendapat perawatan sesuai
dengan standar tata laksana gizi buruk
% bayi yang mendapat ASI-Eksklusi
¨4. Penyuluhan
¨ Gizi
¨ Seimbang
5. Penyeleng.
Kewaspadaan
Gizi
% desa dengan garam beryodium baik
% cakupan WUS yang mendapatkan kapsul
Yodium
% kecamatan bebas rawan gizi
Anggaran Program Pembangunan Gizi dalam APBN
700
582.4
600
R p M ily a r
500
400
300
200
100
144.2
20
23.6
97/98
98/99
55
60.9
81.2
99/00
2000
2001
95.1
2002
172.9
178.5
2004
2005
0
Tahun anggaran
2003
2006
D. PERBAIKAN GIZI DAN
DESA SIAGA
Konsep Desa Siaga
•
Penduduknya memiliki sumber daya dan kemampuan
untuk mengatasi masalah kesehatan secara mandiri
•
Memiliki Poliklinik Kesehatan Desa (Polkedes)
•
Melakukan upaya:
– Promotif (termasuk penyuluhan gizi),
– Preventif (termasuk surveilens gizi dan pemeriksaan bumil dan
balita)
– Kuratif/rehabilitatif (pengobatan)
•
•
Pelayanan oleh Kader Kesehatan dan Petugas
Puskesmas
Memiliki peralatan dan Obat-Obatan
Sumber Daya Polkesdes
• Doperasikan oleh kader PKK, Posyandu, LSM
• Pelayanan kesehatan oleh Bidan plus, tenaga
gizi, sanitarian, PLKB
• Sumber dana dari
– Masyarakat (iuran, sumbangan, dana sosial)
– Swasta/Dunia Usaha
– Hasil usaha
– Pemerintah
Target Depkes
Tahun 2006: 12.000 desa yang tidak memiliki Pustu
dan Puskesmas
Tahun 2007: Desa yang memiliki fasilitas kesehatan
yang rusak
Akhir 2008: 69.000 desa (seluruh desa) menjadi
Desa Siaga
Penanggulangan masalah gizi
melalui Desa Siaga:
• Bisa jika Polkesdes ada dan operasional
• Kegiatan (upaya jangka pendek):
– Penyuluhan gizi
– Penimbangan
– Pemeriksaan kehamilan
– Pemberian Fe dan Vita A pada bumil
– Pemberian MP-ASI
Yang perlu disiapkan
• Mereposisi peran Posyandu?
• Memberdayakan masyarakatÆ memerlukan
waktu yang lama
• Menyiapkan tenaga (5 kader per desa)
– Pelatihan
– Insentif
• Menyiapkan sarana (bangunan)
• Menyiapkan peralatan/obat
• Maintenance dan sustainability?
Perlu Perhatian
• Desa Siaga hanya salah satuentry point untuk
penanggulangan masalah gizi
• Desa Siaga memerlukan upaya ekstra karena
memberdayakan masyarakat, memerlukan
tenaga dan dana yang besar, dan target
sasaran yang besar dalam waktu singkat
• Upaya penanggulangan masalah gizi perlu terus
dilakukan tanpa harus menunggu desa siaga
• O
“ thers can wait, our children can not”
TERIMAKASIH