BATASAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI ATAS KERU

21

BATASAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI
ATAS KERUGIAN PERUSAHAAN
Oleh:
Trusto Subekti
Fakult as Hukum Universit as Jenderal Soedirman

Abst ract
The ef f ect of monet ar y cr i sis i n year 1997 has caused many shar e companies in Indonesi a cl ose down
because of unpr of i t abl e. At t hat moment , t he pr i ce of sharehol der dr ast i c downwar ds, even exi st s
t o t he zero l evel and ef f ect ed t o t he bankr upt cy. For t he agenda of over comi ng sit uat ion of share
company, many ways have been conduct ed by t he boar d of dir ect or ies company t o over come t he loss
by usi ng t he l aw corr i dor , but somehow t her e ar e many par t y conduct act i on by i mpinged t he l aws.
The pr obl ems whi ch st at ed her e i s” how f ar a Board of di rect or s can be responsi bl e t o t he l oss
suf f er ed of t he company” . From t he t heor et i cal st udy, i t expect ed can be obt ai ned t he i mage of
concer ning indi cat or of a di rect or t hat conduct t he abuse of power .
Keywords: share company, board of direct ories, and abuse of power

pada pribadi. Unt uk melaksanakan suat u t ugas
akan t ergant ung pada capabi l i t y at au abi l i t y

yang berf ungsi secara memadai unt uk melaksanakan suat u t ugas at au suat u t anggung
j awab ( r esponsi bi l i t y ). Hasil hubungan ant ara

r esponsi bi l it y dengan capabi l i t y ini adalah suat u
account abi l it y at au suat u pert anggung j awaban. 3
Pada umumnya set iap orang harus bert anggung j awab at as segala t indakan at au
perbuat annya. Pengert ian orang ini t ermasuk
pula suat u r echt sper soon. Orang dalam art ian
yuridis adalah set iap orang yang mempunyai
wewenang hukum, yang art inya adalah kecapakan unt uk menj adi subyek hukum, 4 at au
sebagai pendukung hak dan kewaj iban, maka
unt uk it u t erlebih dahulu harus dit ent ukan dulu
st at us seseorang dalam suat u hubungan hukum.
Hubungan hukum mencerminkan adanya
kepent ingan-kepent ingan dari pihak-pihak yang
melakukan hubungan hukum, ada kehadiran
hukum akan berf ungsi unt uk mengint egrasikan
dan mengkoordinasikan kepent ingan-kepent ingan t ersebut agar t idak saling bert ubrukan ( conf l i t of i nt erest ). Hukum melindungi kepent ingan
seseorang dengan cara mengalokasikan suat u
kekuasaan kepadanya unt uk bert indak dalam

rangka kepent ingannya t ersebut . Kekuasaan
yang diberikan oleh hukum it u disebut sebagai

1

3

A. Pendahuluan
Tanggung j awab dalam bahasa Inggrisnya
adalah r esponsi bi l it y at au dalam bahasan Belanda adalah aanspr ekel i j k, yang art inya adalah bert anggung j awab, t erikat , bert anggung
j awab menurut hukum at as kesalahan at au
akibat suat u perbuat an. 1 Ada pula ist ilah
lainnya yang berkait an adalah pert anggung
j awaban yang dalam bahasa Inggris adalah
account abi l it y dan dalam bahasa Belanda
adalah aanspr akel i j khei d yang art inya j uga
t anggung j awab, ket erikan, t anggung j awab
dalam hukum memikul t anggung j awab. 2
Menurut Soehardi dikat akan bahwa dasar
dari suat u t anggung j awab adalah suat u wewenang ( aut hor i t y ) at au hak wewenang it u berkait an dengan t ugas dan merupakan kekuasaan

yang melekat pada t ugas at au pekerj aan
( r esponsi bi l it y , dut y ), sedangkan hak melekat

2

Fockema Andrea, dit er j emahkan ol eh Adiwinat a A. Tel oeki dan H. Boerchanudin St . Bat oeh, 1983, Kamus Ist il ah Hukum, Cet . Pert ama, Jakart a: Binacipt a, hl m 6.
Ibi d, hal 6.

4

Soehardi Sigit , 1992, Pengor gani sasi an , Yogyakart a:
Fakul t as Ekonomi Uni versit as Gadj ah Mada, hl m. 25 -28.
Al i Chi dir , 1987, Badan Hukum , Bandung: Penerbit
Al umni, hl m. 7.

22

Jurnal Dinamika Hukum
Vol . 8 No. 1 Januar i 2008


hak. Ant ara hak dan kewaj iban t erdapat
hubungan yang sangat erat , yang sat u akan
mencerminkan yang lain. Di sat u sisi hak dan di
sisi lainnya akan t erlihat adanya kewaj iban. 5

B. Tanggung Jawab Menurut Pasal 1365
KUHPerdata
Pada Pasal 1365 KUHPerdat a dikandung
aj aran t ent ang t anggung j awab, sepert i dalam
rumusan sebagai berikut :
” Set iap orang bert anggung j awab t idak
saj a unt uk kerugian yang disebabkan
perbuat annya, t et api j uga unt uk kerugian
yang disebabkan kelalaian at au kurang
hat i-hat inya” .
Pada Pasal 1367 KUHPerdat a, aj aran
mengenai t anggung j awab ini dikonkrit kan lagi
dengan diberikan rumusan sebagai berikut :
(1) Seorang t idak saj a bert anggung j awab unt uk
kerugian yang disebabkan perbuat annya

sendiri, t et api j uga unt uk kerugian yang
disebabkan perbuat an orang-orang yang
menj adi t anggungannya at au disebabkan
oleh-oleh barang-barang yang berada di
bawah pengawasannya;
(2) Orang t ua dan wali bert anggung j awab
t ent ang kerugian yang disebabkan oleh
anak-anak belum dewasa, yang t inggal pada
mereka dan t erhadap siapa mereka
melakukan kekuasaan orang t ua at au wali;
(3) Maj ikan-maj ikan dan mereka yang mengangkat orang-orang lain unt uk mewakili urusanurusan mereka, adalah bert anggung j awab
t ent ang kerugian yang dit ert ibkan oleh
pelayan-pelayan at au bawahan-bawahan
me-reka dalam melakukan pekerj aan unt uk
mana orang-orang ini dipakainya;
(4) Guru-guru sekolah dan kepala-kepala t ukang
bert anggung j awab t ent ang kerugian yang
dit erbit kan oleh murid-murid dan t ukangt ukang mereka selama wakt u orang-orang
ini berada di bawah pengawasan mereka;
(5) Tanggung j awab yang disebut kan di at as

berakhir, j ika orang t ua-orang t ua, waliwali, guru-guru sekolah dan kepala-kepala

5

Sat ij i pt o Rahardj o, 1996, Il mu Hukum ,
Pener bit Cit r a Adi t ya Bakt i , hl m. 53.

Bandung:

t ukang it u membukt ikan bahwa mereka
t idak dapat mencegah perbuat an unt uk
mana mereka seharusnya bert anggung
j awab it u.
Rumusan Pasal 1367 KUHPerdat a di at as,
menunj ukan bahwa dalam KUHPerdat a dikenal
ada 2 (dua) j enis t anggung j awab, yait u :
1) Tanggung j awab berdasarkan kesalahan, art inya seseorang dapat dimint ai pert anggung
j awaban
at as
kesalahan

yang
t elah
diperbuat nya dan akibat kesalahannya it u
t elah menimbulkan kerugian bago orang lain;
2) Tanggung j awab berdasarkan risiko, art inya
seseorang dapat
dimint ai
pert anggung
j awaban at as kerugian yang diderit a oleh
orang lain bukan karena kesalahan yang
bersangkut an, melainkan sebagai resiko yang
dit anggungnya karena kesalahan orang lain
dan
orang
t ersebut
adalah
menj adi
bawahannya at au menj adi t anggungnya, at au
dalam pengawasannya.
Tanggung j awab karena kesalahan sebagaimana t elah diat ur dalam Pasal 1365

KUHPerdat a dan Pasal 1367 KUHPerdat a
merupakan bent uk klasik pert anggung j awaban
perdat a.

C. Tanggung j awab Direksi Perseroan
1. Wewenang ( Aut horit y )
Wewenang Direksi suat u perseroan t elah
dit ent ukan dalam Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 t ent ang Perseroan Terbat as dan
rincian lebih lanj ut at as wewenang t ersebut
dit uangkan dalam Anggaran Dasar perseroan
(Pasal 92 ayat (1) dan ayat (2) UU No. 40 Tahun
2007).
Seorang Direksi bert anggung j awab at as
pengurusan perseroan unt uk kepent ingan dan
t uj uan perseroan (Pasal 92 UU No. 40 Tahun
2007). At as dasar ket ent uan t ersebut maka
seorang Direksi memiliki kekuasaan unt uk
melaksanakan t ugas at au pekerj aan, dan di
dalamnya t erkandaung pula pihak-pihak yang

melekat pada pribadi.
Wewenang at au kekuasaan yang dimiliki
oleh seorang Direksi suat u perseroan didasarkan
at as posisinya sebagai organ perseroan, art inya

Bat asan Tanggung Jaw ab Direksi
At as Kerugian Perusahaan

sebagai alat perlengkapan suat u perseroan
(badan hukum). Dalam posisinya sebagai organ
perseroan dalam bert indak dibat asi at as wewenang yang diberikan kepadanya selaku pihak
mewakili perseroan (badan hukum). Seseorang
yang menduduki posisi sebagai Direksi kemungkinan bert anggung j awab secara pribadi
at as t indakan at au perbuat an yang dilakukan
unt uk perseroan yang diwakilinya. Hal ini bisa
t erj adi apabila ia melakukan suat u t indakan
at au perbuat an yang t idak menj adi wewenangnya at au melampui bat as wewenang
yang dimilikinya.
Direksi dalam melaksanakan t ugasnya
harus mengacu pada ket ent uan perundangundangan yang berlaku, Anggaran Dasar

perseroan dan RUPS. RUPS adalah sebagai organ
perseroan lainnya yang memiliki wewenang
yang t idak diberikan kepada Direksi dan
Komisaris, dalam bat as yang dit ent ukan dalam
Undang-undang dan at au Anggaran Dasar (Pasal
75 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007).

2. Tugas ( Responsibilit y )
Tugas ( Responsi bi l i t y ) adalah segala t indakan at au perbuat an dari seorang Direksi
dalam manaj emen, yang dilakukan unt uk kepent ingan dan at as nama perseroan (perusahaan). Tugas ini merupakan aspek dinamis dari
st at us yang dimiliki seorang Direksi at au j uga
merupakan peranan ( rol e) seorang Direksi
dalam manaj emen.
Direksi bert anggung j awab penuh dalam
melaksanakan t ugasnya unt uk kepent ingan
perseroan dalam mencapai maksud dan
t uj uanya dan dengan berdasar at as it ikad baik
sert a mengindahkan perat uran perundangudangan yang berlaku. Selaku Direksi melakukan
t indakan at au perbuat an hukum at as prinsip
perwakilan. Pelaksanaan t ugas t ersebut merupakan bent uk t anggung j awab yang dipikulnya

sesuai wewenang yang dimiliki.
Tanggung j awab Direksi berkait an dengan
landasan wewenang yang dimiliki seorang
Direksi Perseroan unt uk bert indak unt uk dan
nama perusahaan. Direksi selaku manaj er suat u
perusahaan harus memperhat ikan 2 (dua) hal,
yait u: selaku organ perusahaan dan sebagai

23

seorang Direksi yang harus melaksanakan
t ugasnya secara prof esional at as dasar prinsip
f i duci ar y dut y.

3. Kemampuan (Capabilit y )
Tindakan at au perbuat an seorang Direksi
dalam rangka pelaksanaan t anggung j awabnya
dalam pengelolaan perusahaan dibut uhkan
kemampuan ( capabi l i t y ) agar t ugas at au kewaj iban dimaksud dapat t ercapai sebaikbaiknya. Apabila seseorang memiliki kemampuan lebih besar dari t ugas ( r esponsi bi l it y ) at au
kewaj ibannya, maka cenderung akan mengunakan kemampuan lebih kecil dibandingkan t ugas
kewaj ibanya, maka cenderung t idak dapat
melaksanakan t ugas kewaj ibanya yang dilimpahkan kepadanya, sehingga akan melakukan
t indakan at au perbuat an yang merugikan. 6
Hubungan ant ara t ugas kewaj iban ( responsi bi l i t y ) dengan kemampuan melaksnakan
t ugas kewaj iban ( capabi l i t y ) diat as apabila
dihubungkan dengan pelaksanaan t ugas Direksi
dalam
pengelolaan
perusahaan,
dapat
dipergunakan unt uk mengukur dapat t idaknya
seorang
Direksi
Perusahaan
dipert angung
j awabkan at as t indakan at au perbuat an yang
dilakukan unt uk kepent ingan perusahaannya.

4. Pertanggung j awaban ( Account abilit y )
Suat u Account abi l i t y at au suat u pert anggung j awaban at as suat u t indakan seorang
Direksi dapat dilihat dari apakah suat u t indakan
at au
perbuat an
yang
dilakukannya
( r esponbi l i t y ) berdasar at as wewenang (Aut hor i t y ), t ermasuk di dalamnya harus pula
berdasar pada prinsip f i duci ar y dut y, dan
t indakan at au perbuat an ( r esponbi l it y ) t ersebut
didukung oleh kadaan yang seimbang ant ara
t ugas kewaj iban ( dut y at au responbi l i t y )
dengan kemampuan melaksanakan t ugas kewaj iban ( capabi l i t y ). Suat u t indakan hukum
yang dilakukan seorang Direksi unt uk dapat
dipert anggung j awabannya ( capabi l i t y ).
Menurut Moelj at no7 dikat akan adanya
kemampuan bert anggung j awab harus ada:

6

7

Soehardi Sigit ,
1992, Pengor gani sasi an, Yogyakart a:
Fakul t as Ekonomi UGM, hl m 29.
Moel j at no, 2000, Asas-Asas Hukum Pi dana, Jakart a:
Pener bit Ri neka Cipt a, hl m. 165.

24

Jurnal Dinamika Hukum
Vol . 8 No. 1 Januar i 2008

t i f i cal per son” t idak dapat berbuat apa-apa
t anpa adanya Direksi sebagai “ nat ur al
per son” 8. Hubungan ant ara Perseroan dengan
Direksi
disini
t erlihat
bukan
sebagai
hubungan at as dasar perj anj ian kerj a
sebagaimana diat ur dalam Pasal 1601
KUHPerdat a dan j uga t idak bisa diart ikan
sepert i hubungan ant ara Maj ikan dengan
buruh, sepert i yang digambarkan oleh Imam
Soepomo sebagai bekerj a pada pihak lainnya
berart i bekerj a dibawah pimpinan pihak lain
(Maj ikan) dan karena kewaj iban buruh
adalah
melakukan
pekerj aan
menurut
pet unj uk dari Maj ikan. 9
Hubungan ant ara Perseroan dengan
Direksi lebih nampak pada hubungan perwakilan, yait u Direksi mewakili perseroan
dan dengan ikt ikad baik dan bert anggung
j awab menj alankan t ugas unt uk kepent ingan
dan usaha perseroan (Pasal 92 ayat (1) UU
No. 40 Tahun 2007). Pembat asan wewenang
mewakili perseroan bagi Direksi diat ur dalam
Anggaran Dasar Perseroan (Pasal 92 ayat (2)
UU No. 40 Tahun 2007).
Menurut Hart ono Soerj oprakt ikno dikemukakan:

1) Kemampuan unt uk membedabedakan ant ara
perbuat an yang baik dan yang buruk, yang
sesuai hukum dan melawan hukum;
2) Kemampuan unt uk menent ukan kehendaknya
menurut keinsyaf an t ent ang baik dan
buruknya perbuat an t adi.
Apa yang dikemukakan oleh Moelj at no
t ersebut diat as sebet ulnya dalam kont eks
pembicaraan kemampuan bert anggung j awab di
aspek hukum perdat a.
Dalam ini indikat or kemampuan bert anggung j awab t ersebut dapat dipergunakan dalam
menilai suat u t indakan at au perbuat an seorang
Direksi dapat t idaknya dipert anggung j awaban
( Account abi l it y ) kepadanya. Indikat or mengenai
kemampuan bert anggung j awab dapat dikembangkan lebih lanj ut dari pernyat aan
Moelj at no, yait u yang pert ama merupakan
f akt or akal ( i nt el ect ual f act or ) yang dapat
membeda-bedakan ant ara perbuat an yang
diperbolehkan dan yang t idak. Yang kedua
adalah
f akt or
perasaan
at au
kehendak
( vol i t i onal f act or ) yang dapat menyesuaikan
t ingkah lakunya dengan keinsyaf an at as nama
yang diperbolehkan dan mana yang t idak.

D. Ruang Lingkup Tanggung Jawab Direksi
Perusahaan

“ Perwakilan
dapat
t imbul
dari
perbuat an, yang sengaj a bermaksud
menimbulkan akibat it u ( l ast get i ng
macht i gi ng)” . 10

Tanggung j awab Direksi dalam melakukan
t indakan at au perbuat an hukum unt uk dan at as
nama perusahaan, dapat dij elaskan melalui
posisi seorang Direksi t erhadap perusahaan yang
dipimpinya (organ PT) dan harus t unduk pula
pada Anggaran Dasar Perusahaan, sert a harus
memperhat ikan prinsip f i duci ar y dut y, sebagai
berikut :
a. Selaku organ Perseroan
Menurut Pasal 92 ayat (1) UU No. 40
Tahun 2007 t ent ang Perusahaan bahwa mengenai t anggung j awab Direksi disebut kan:
“ Direksi
menj alankan
pengurusan
Perseroan unt uk kepent ingan Perseroan
dan sesuai dengan maksud dan t uj uan
Perseroan” .
Melihat t anggung j awab dan posisi
Direksi t ersebut diat as menunj ukan bahwa
keberadaan Direksi dalam suat u perseroan
merupakan keharusan karena sebagai “ ar -

Pemahaman mengenai perwakilan yang
dikemukakan diat as apabila dicermat i dapat
dirinci menj adi:
1) Perwakilan yang berdasarkan kehendak
at au lahir dari perj anj ian;
2) Perj anj ian yang berdasarkan karena bukan
kehendak dalam art i yang lahir dari
undang-undang.
Perwakilan dalam hubungan ant ara Perseroan dengan Direksi t ermasuk dalam
pengert ian
8

9

10

perwakilan

yang

lahir

bukan

I. G. Rai Widj aya, 2000, Hukum Per usahaan, Jakart a:
Megapoin Di vi si Dari Kesai nt Bl ant , hl m. 208.
Imam Soeparno, 2001, Hukum Per bur uhan bi dang
Hubungan Ker j a, Penyunt ing Hel ena Poerwant o dan
Sul iat i Rachmat , Cet akan kesembil an, Jakart a: Pener bi t
Dj ambat an, hl m. 92.
Soerj oprakt ino Hart ono, 1994, Per waki l an Ber dasar kan
Kehendak , Edisi kedua, Yogyakart a: Pener bit PT.
Must ika Wikasa, hl m. vi.

Bat asan Tanggung Jaw ab Direksi
At as Kerugian Perusahaan

karena perj anj ian, melainkan lahir karena
ket ent uan undang-undang. Tugas seorang
Direksi secara rinci t elah dirumuskan dalam
Anggaran Dasar, sehingga dalam bert indak
at au berbuat dalam hukum seorang Direksi
harus selalu menguj i t indakannya pada
Anggaran Dasar.
Dalam perwakilan mengenai siapa yang
menurut hukum sebagai yang melakukan
perbuat annya, dalam art i dilakukan oleh si

b. Doktrin ” Ult ra Virres”
Kewenangan Direksi ini harus diruj uk
pada ket ent uan yang berlaku sekarang, yait u
pada Pasal 97 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3)
UU No. 40 Tahun 2007 t ent ang Perseroan
Terbat as, sebagai berikut :
(1) Direksi bert anggung j awab at as pengurusan Perseroan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 92 ayat (1);
(2) Pengurusan sebagaimana dimaksud da-

wakil at au oleh orang yang diwakili, t erdapat
3 (t iga) t eori yang dij elaskan oleh Hart ono
Soerprakt iknyo, 11 sebagai berikut :
(1) Teori representasi atau fiksi, bahwa si
wakillah yang melakukan perbuat an. Dia
t idak hanya berbuat / bert indak realit er,
t et api j uga dialah yang yuridis menyat akan kehendaknya. Berdasarkan suat u
f iksi maka akibat hukum dari perbuat annya t indakanya dipindahkan pada prinsipalnya;
(2) Teori organ ( nunt ius-t heorie) yang
melihat si wakil, per son (pribadi) yang
berbuat menurut hukum. Si wakil
hanyalah organ yang t ersedia unt uk
orang yang diwakili, yang kehendaknya
unt uk t erj adinya hubungan hukum it u
adalah menent ukan;

lam ayat (1), waj ib dilaksanakan set iap
anggot a Direksi dengan ikt ikad baik dan
penuh t anggung j awab;
(3) Set iap anggot a Direksi bert anggung j awab penuh secara pribadi at as kerugian
Perseroan apabila yang bersangkut an
bersalah at au lalai menj alankan t ugasnya
sesuai ket ent uan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2).
Di negara-negara Anglo Saxon, dikenal
suat u dokt rin yang bersif at umum, dan
agaknya dokt rin inipun j uga t elah dimuat di
dalam UU No. 40 Tahun 2007 t ent ang
Perseroan Terbat as. Dokt rin t ersebut dikenal
dengan sebut an ” Ul t r a Vir res doct ri ne” ,
yait u:
” The t r em Ul t r a Vir res ” beyond t he
power s” in cor por at e l aw act s of cor por at ion t hat ar e beyond t he aut hor it y
gi ven t o i t under i t s char t er of under
t he st at ut es by wi ch it was i ncor por at eed are ul t r a vir res act s. In ot her wor ds,
act s i n f urt her ance of t he cor por at ion’ s
expresed pur posesed are whi t hi n t he
cor por at e power , act s beyond t he scope
of cor por at e business as descr i bed i n
t he char t er are ul t r a vir res act s t hus;
ul t r a virr es act s can be underst ood onl y
wi t ht i n t he cont exs of t he part i cul ar
st at ed
pur pose
f or
whi ch
t he
cor por at ion was or gani zed” . 12

(3) Teori koperasi , yang merupakan kombinasi dari t eori reprensent asi dan t eori
organ perbuat an yang dilakukan oleh si
wakil at as nama prinsipal t erj adi karena
sesungguhnya ada kerj asama yuridis ant ara wakil dan orang yang diwakili.
Pada dasarnya suat u perseroan apakah
harus t erikat pada t indakan at au perbuat an
Direksi at au suat u Direksi harus bert anggung
j awab secara pribadi at au t idak at as
t indakan at au perbuat an yang dilakukannya,
yang kemungkinan akan menimbulkan kerugian bagi pihak lain. Unt uk ini dapat
diperhat ikan adanya 2 (dua) prinsip hukum
yang berupa Dokt rin ” Ul t r a Virr es” dan
prinsip ” Fi duci ary Dut y” .

Ist ilah ul t r a virr es berart i diluar
kewenangan di hukum perseroan, t indakan
corporasi melampui kewenangan yang diberikan kepadanya oleh anggaran dasar
disebut t indakan ul t r a vir res, dengan per12

11

25

Ibi d, hl m 5-12.

Kenent h Cl akson W. Roger Mil l er Gayl ord A. Jens, Franks
B. Creas, 1991, West ’ s Busi nees Law , Fit h Edi sit ion West
Publ ising Company, St . Paul New York, Los Angel es, San
Fransi sco, Page 782.

26

Jurnal Dinamika Hukum
Vol . 8 No. 1 Januar i 2008

kat aan lain suat u t indakan unt uk melaksanakan t uj uan perseroan yang secara t egas
disebut kan berada di dalam ruang lingkup
kewenangan. Tindakan yang diluar ruang
lingkup
kewenangan
bisnis
perseroan
sebagaimana disebut kan pada akt a pendirian
berart i t indakan ul t r a vir res, j adi t indakan
ul t r a virr es hanya dapat dimengert i di dalam
kont eks t uj uan perseroan unt uk mana
perseroan it u dibent uk.

maupun sebagai represent asi, yait u mewakili
perseroan di dalam dan di luar pengadilan. 14
Selanj ut nya seorang Direksi perseroan haruslah mempunyai kepedulian dan kemampuan
( dut y of car e and ski l l ), ikt ikad baik,
loyalit as dan kej uj uran t erhadap perseroan
dengan “ deraj at yang t inggi” ( hi gh degree).
Mengenai dut y of car e yang merupakan
prinsip yang harus dipegang oleh seorang
Direksi, oleh Munir Fuady j uga dirumuskan

Kewenangan Direksi sebagaimana yang
digambarkan pada dokt rin ul t r a virr es
menunj ukan bahwa kewenangan Direksi t elah
dit ent ukan baik di dalam Anggaran Dasar
maupun disebut kan dalam perat uran perundang-undangan yang berlaku (UU No. 40
Tahun 2007). Pengat uran mengenai kewenangan Direksi t ersebut t idaklah mungkin
bisa dirinci secara past i, art inya ada hal-hal
yang bisa secara t egas disebut kan, dan ada
hal-hal yang t idak secara t egas disebut kan
dalam kewenangan Direksi.
c. Prinsip fiduciary dut y
Sebelum mempert imbangkan aspek hubungan perwakilan dan ul t r a vi rr es doct ri ne
t ersebut diat as, dalam t anggung j awab Direksi harus pula mempert imbangkan prinsip
f i duci ar y dut y . Berdasarkan prinsip ini

prinsip-prinsip hukum yang harus diperhat ikan :
1) St andar kepedulian seorang Direksi ( st andar d of car e), yang t erinci sebagai berikut :
a. Selalu berikt ikad baik;
b. Tugas-t ugas dilakukan kepedulianya
sepert i yang dilakukan oleh biasa yang
berhat i-hat i (or dinari l y pr udent per son) dalam posisi dan sit uasi yang
sama, at au sepert i yang dilakukan oleh
orang t ersebut unt uk kepent ingan
bisnis pribadinya;
c. Tugas-t ugas dilakukan dengan cara
yang dipercayanya secara logis ( reasonnabl y bel i eve ) merupakan kepent ingan yang t erbaik ( best int erest ) dari
perseroan.

mest inya Direksi memiliki kebebasan dalam
menj alankan t ugas dan kewenangannya sepanj ang t idak melanggar ket ent uan UndangUndang dan Anggaran Dasar, dalam hal ini
pemegang saham mayorit as t idak boleh
mempengaruhi apalagi memaksakan kehendak kepada Direksi dalam pengelolaan perseroan selain melalui mekanisme RUPS. 13
Adanya prinsip f i duci ary dut y ini diharapkan
agar Direksi dalam mengelola perseroan
dapat lebih prof esional apalagi seorang
Direksi dit unt ut agar memiliki manageri al
ski l l yang cukup baik.
Prinsip f i duci ar y dut y ini berlaku bagi
Direksi dalam menj alankan t ugasnya baik
dalam
menj alankan
f ungsinya
sebagai
manaj emen, yait u dalm mimpim perusahaan,

2) Secara hukum, seorang Direksi perseroan
t idak akan bert anggung j awab semat amat a at as salah dalam mengambil keput usan ( mere error s). Bahkan, asalkan
dia berikt ikad baik dan cukup berhat ihat i, keput usan yang salah t idak dapat
dibebankan kepada Direksi, sungguhpun
kesalahan t ersebut akibat kurang pengalaman at au kurang komprehensif dalam mengambil keput usan. Dengan demikian, suat u hoi nest mist ake yang dilakukan oleh Direksi masih dapat dit oleransi
oleh hukum. Bahkan Hakim t idak diperkenalkan unt uk melakukan penilaian bisnis yang
berbent uk
second
guess
t erhadap keput usan Direksi. Ini sesuai
pula dengan prinsip-prinsip hukum yang

13

Hariyant o, 2001. Per t angunggj awaban Di r eksi PT Dal am
Si st em Hukum Per ser oan Indonesi a, Maj al ah Mi mbar
Hukum, Yogyakart a: Fakul t as Hukum UGM, hl m. 44.

14

Munir Fuady, 2002, Dokt r i n-Dokt r i n Moder n Dal am
Cor por at i on Law dan Eksi st ensi nya Dal am Hukum
Indonesi a, Bandung: Pener bi t PT. Adi t ya Bakt i, hl m. 32.

Bat asan Tanggung Jaw ab Direksi
At as Kerugian Perusahaan

t erdapat dalam “ t eori keput usan bisnis”
( busi ness j udgement r ul e);
3) Secara hukum, seorang Direkt ur t idak
diharapkan t ingkat keahlian ( degree ski l l )
kecuali hanya set ingkat yang dapat
diharapkan secara waj ar dari orang yang
sama penget ahuan dan sama pengalaman
dengannya, at au yang dalam bahasa
hukum popular dengan ist ilah degr ee of
ski l l t hat reasonabl y be expect ed f rom a

diskresi yang dibenarkan oleh hukum,
at au bukan suat u diskresi yang melanggar
hukum.
Keadaan yang meliput i seorang Direksi
suat u perusahaan adalah sangat kompleks,
sebab sat u pihak ia bert indak unt uk dan at as
nama sert a unt uk kepent ingan perusahaan
dan harus bert anggung j awab penuh at as
pengurusan perusahaan, dan ia j uga harus
bert indak prof esional dalam menj alankan

per son of t his knowl edge and exper i ence;
4) Terhadap t ugas-t ugas Direksi yang dapat
didelegasikan kepada bawahanya, maka
berlaku asumsi hukum bahwa pihak
bawahan t elah melakukan t ugasnya secara
j uj ur (kecuali ada kerugian sebaliknya);
5) Direksi akan bert anggung j awab secara
hukum manakala dia gagal dalam mengarahkan ( f ai l ure t o dir ect ) bawahannya
dan j alannya perusahaan;
6) Direksi akan bert anggung j awab secara
hukum
manakala
di
menget ahui,
membant u at au ikut melakukan t indakan
yang
bert ent angan
dengan
hukum,
sungguhpun hal t ersebut semat a-mat a
unt uk
kepent ingan
perseroan
yang
dipimpinnya.
Dalam t ugas mempedulikan ( dut y of
car e) yang diharapkan oleh seseorang Direkt ur perusahaan, diharapkan harus dilakukan
secara hat i-hat i sehingga t idak t erj adi
adanya perbuat an at au t indakan yang
merugikan pihak lain karena kelalaiannya
( onrechmat i ge daad ). Unt uk it u dalam
t indakan at au perbuat annya seorang Direkt ur
harus memenuhi 2 (dua) syarat : 15
a. Syarat prosedural, yang art inya Direksi
harus selalu sungguh-sungguh memperhat ikan j alannya perseroan;
b. Syarat subtantif, yang art inya bahwa
dalam mengambil keput usan perseroan
harus didasarkan at as pert imbangan yang
rasional. Sebagai st andar rasional disini
diukur dari keput usan t ersebut t erlihat
sebagai respon yang waj ar t erhadap
sit uasi yang ada, at au sebagai suat u

perusahaan yang dipimpinnya. Dipihak lain
ada kemungkinan ia menghadapi masalah
yang mempengaruhi kebij akannya. Perlu
diingat kembali bahwa masalah perusahaan
adalah masalah yang berpangkal pada
perilaku bisnis, sehingga nuansa bisnis yang
penuh
dengan
aspek
persaingan
dan
permainan sert a t rik-t rik dalam bisnis adalah
sangat berpengaruh.
Kebebasan yang dimiliki seorang Direksi
dalam memimpin suat u perusahaan (f ungsi
manaj emen) ini sering kali masih t erlihat
dapat dipengaruhi oleh pemegang saham
mayorit as.
Pengaruh
pemegang saham
mayorit as ini akan semakin t erlihat apabila
dikait kan
dengan
adanya
Perusahaan
Kelompok ( Group Company ) at au yang
dikenal sebagai konsern.
Menurut Raaij imakers16 suat u Konsern
at au Perusahaan Kelompok adalah suat u susunan dari perusahaan-perusahaan yang
secara yuridis t et ap mandiri dan yang sat u
dengan lain merupakan sat u kesat uan ekonomi yang dipimpin oleh suat u perusahaan
induk.
Dalam Perusahaan Kelompok si induk
perusahaan dapat mengendalikan perusahaan-perusahaan lain yang t ergabung dalam
kelompoknya, walau secara yuridis di ant ara
perusahaan-perusahaan t ersebut t idak t erkait sat u sama lain. Cara membent uk
Konsern bisda dilakukan dengan membuat
perusahaan anak. Dengan demikian bisa
t erj adi seorang Direksi menj adi dapat dipengaruhi at au dikendalikan oleh perusahaan
16

15

27

Ibi d, hl m. 49-50.

Emny Pangar ibuan Si manj unt ak, 1994, Per usahaan
Kel ompok (Gr oup Company), Yogyakar t a: Seksi Hukum
Dagang Fak. Hukum UGM, hl m. 1.

28

Jurnal Dinamika Hukum
Vol . 8 No. 1 Januar i 2008

induknya. Oleh karena it u t anggung j awab
Direksi at as t indakan yang dilakukannya ada
kemungkinan akan berkait dengan perusahaan lain (induk), apabila dapat diket ahui
bahwa t indakan Direksi yang kemungkinan
menimbulkan kerugian bagi pihak lain adalah
sebagai akibat perbuat an perusahaan induk.

E. Penutup
Menyimak pendekat an t eori yang dipaparkan t ugasnya sebagai pengurus perseroan memiliki wewenang yang dit ent ukan dan dibat asi
oleh :
1. Ket ent uan Undang-undang (UU No. 40
Tahun 2007 dan UU lainnya yang t erkait );
2. Anggaran Dasar Perseroan;
3. RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham);
4. Dokt rin “ Ult ra Virres” ;
5. Prinsip Fiduciary Dut y.
Apabila
seorang
Direksi
melakukan
t indakan diluar ket ent uan dan bat asan-bat asan
diat as, berart i t elah keluar dari prinsip hukum
perwakilan dan dikualif ikasi t elah melakukan
t indakan penyalahgunaan wewenang sebagai
indikat ornya adalah :
1. Bert indak diluar wewenang yang diberikan
dan t idak mengikut i mekanisme yang t elah
dit ent ukan
dalam
Anggaran
Dasar
2.

Perusahaan;
Melakukan t indakan melawan hukum baik
dalam
kualif ikasi
perbuat an melawan
hukum perdat a maupun pidana.

Daftar Pustaka
Ali,

Chidir. 1987. Badan Hukum ,
Penerbit Alumni;

Bandung:

Andrea, Fockema. 1983. Kamus Ist i l ah Hukum
(dit erj emahkan oleh Adiwinat a A. Teloeki
dan H. Boerchanudin St . Bat oeh), Cet akan
Pert ama. Jakart a: Binacipt a;
Clakson, Kenent h. W. Roger Miller Gaylord A.
Jens, Franks B. Creas. 1991. West ’ s
Busi nees Law , Fit h Edit ion: St . Paul New
York, Los Angeles, San Fransisco: West
Publising Company;
Fuady, Munir. 2002. Dokt ri n-Dokt r i n Moder n
Dal am Cor por at i on Law dan Eksi st ensi nya
Dal am
Hukum
Indonesi a.
Bandung:
Penerbit PT. Adit ya Bakt i;
Hariyant o. 2001. Per t angunggj awaban Di reksi
PT Dal am Si st em Hukum Per ser oan
Indonesi a. Yogyakart a: Mimbar Hukum
Maj alah, Fakult as Hukum UGM;
Moelj at no. 2000. Asas-Asas Hukum
Jakart a: Penerbit Rineka Cipt a;

Pi dana.

Rahardj o,
Sat ij ipt o.
1996.
Il mu Hukum .
Bandung: Penerbit Cit ra Adit ya Bakt i;
Soehardi,
Sigit .
1992.
Pengor ganisasi an.
Yogyakart a: Fakult as Ekonomi Universit as
Gadj ah Mada;
Soerj oprakt ino, Hart ono.
1994. Per waki l an
Ber dasar kan Kehendak . Edisi ke dua.
Yogyakart a: Penerbit PT. Must ika Wikasa;
Soeparno,
Imam. 2001. Hukum Per bur uhan
bi dang Hubungan Ker j a.
Penyunt ing
Helena Poerwant o dan Suliat i Rachmat ,
Cet akan kesembilan, Jakart a: Penerbit
Dj ambat an;
Simanj unt ak,
Emny
Pangaribuan.
1994.
Per usahaan Kelompok (Gr oup Company).
Yogyakart a: Seksi Hukum Dagang Fak.
Hukum UGM;
Widj aya, I. G. Rai. 2000. Hukum Per usahaan,
Jakart a: Megapoin Divisi Dari Kesaint
Blant ;