Hubungan antara Tingkat Modernitas denga
Hubungan antara Tingkat Modernitas dengan Tingkat Partisipasi dalam Penggunaan
KB Permanen di Kecamatan Lowokwaru Kabupaten Malang Jawa Timur
Skripsi
Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosiologi Pada
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan Minat utama Sosiologi Pembangunan
Disusun Oleh :
Aini Lutfi
125120101111032
Program Studi Sosiologi Fakultas Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Brawijaya
Malang
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan di Indonesia dalam jangka panjang akan selalu dibayangi oleh masalah
kependudukan dengan segala tata kaitan persoalan, karena itu, usaha langsung untuk
melakukan pembangunan perlu memperhitungkan faktor kependudukan yang merupakan
sasaran utama bagi pembangunan. Usaha perluasan lapangan kerja, pendidikan, kesehatan,
penyediaan pangan dan kebutuhan pokok lainnya semuanya didasari dari fenomena
kependudukan yang dihadapi.
Oleh karena itu, pengetahuan mengenai perkembangan penduduk Indonesia
merupakan dasar terpenting dari perencanaan pembangunan. Bertitik tolak dari penduduk
sebagai sasaran pembangunan yang dari waktu ke waktu terus berkembang pesat dengan
segala aspeknya, maka menselaraskan hasil pembangunan agar merata dan adil sampai
ketangan masyarakat perlu rasanya mengadakan keseimbangan antara kedua faktor yaitu
jumlah penduduk dan hasil dari pembangunan.
Program keluarga berencana dapat mendukung upaya pengendalian pertumbuhan
penduduk. Program keluarga berencana yang berkualitas dapat mewujudkan keluarga yang
sejahtera, sehat, mandiri, maju, mempunyai jumlah anak yang ideal, bertanggung jawab,
memiliki wawasan ke masa depan, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Untuk meningkatkan kualitas program KB, paradigma baru yang dibangun oleh DP3AP2KB
(Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk Keluarga
Berencana) adalah penekanan upaya menghormati hak-hak reproduksi dalam meningkatkan
kualitas kehidupan keluarga.
Keluarga Berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan
jumlah anak dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Keluarga Berencana menurut
WHO (World Health Organization) Expert Committee 1970 adalah tindakan membantu
individu atau pasangan suami istri untuk :
1. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan.
2. Mendapat kelahiran yang memang diinginkan.
3. Mengatur interval diantara kehamilan.
4. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungannya dengan umur suami istri.
5. Menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Keluarga Berencana atau disingkat KB merupakan program yang ada di hampir setiap
Negara berkembang, termasuk Indonesia, program ini bertujuan untuk mengontrol jumlah
penduduk dengan mengurangi jumlah anak yang dilahirkan oleh perempuan usia 15- 49
tahun, yang kemudian disebut dengan angka kelahiran total atau total fertility rate (TFR).
dengan pengaturan jumlah anak tersebut diharapkan keluarga yang mengikuti program ini
dapat meningkatkan kesejahteraan dan kualitas kehidupan mereka.
Permasalahan partisipasi KB hampir merata di seluruh Indonesia tak terkecuali di
Kota Malang. Data partisipasi KB di Kota Malang masih tergolong rendah dimana hal
tersebut dapat dilihat dari angka partisipasi yang hanya mencapai 65% dari total pasangan
usia subur. Adapun data lengkap tentang angka partisipasi KB di kota Malang adalah sebagai
berikut :
Tabel 1.1 Partisipasi KB di Kota Malang
No
Kecamatan
Pasangan
Prevalensi
Tidak Ikut
Presentase
1
2
3
Blimbing
Klojen
Kedung
Usia Subur
29,248
17,276
30,215
KB Aktif
21,587
12,749
22,298
KB
7,661
4,527
26,19%
26,20%
7,917
26,22%
4
5
Kandang
Sukun
lowokwaru
Jumlah
30,131
25,459
22,236
18,788
7,895
132,329
97,658
34,671
26,25%
26,91%
26,61%
6,671
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa bahwa dari lima kecamatan yang
ada di kota malang angka partisipasi KB secara keseluruhan 73,9% dan yang tidak
berpartisipasi 26,61%. Dari data tersebut angka tidak ikut KB tertinggi adalah di kecamatan
lowokwaru malang dengan total 6.671 pasangan usia subur dari total 25.459 atau sekitar
26,91%. Dari data tersebut peneliti memilih kecamatan Lowokwaru sebagai lokasi
penelitian.Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa bahwa dari lima kecamatan yang ada
di kota malang angka partisipasi KB secara keseluruhan 73,9% dan yang tidak berpartisipasi
26,61%. Dari data tersebut angka tidak ikut KB tertinggi adalah di kecamatan lowokwaru malang
dengan total 6.671 pasangan usia subur dari total 25.459 atau sekitar 26,91%. Dari data tersebut
peneliti memilih kecamatan Lowokwaru sebagai lokasi penelitian
Untuk melakukan program KB dibutuhkan alat kontrasepsi. Kontrasepsi ada dua
macam yaitu kontrasepsi permanen dan non permanen. Kontrasepsi permanen sering disebut
juga dengan kontrasepsi menetap, yaitu membuat kemampuan untuk hamil menjadi sulit
dikembalikan atau tidak dapat hamil kembali. Usaha kontrasepsi permanen dilakukan dengan
cara operasi, baik pada pria maupun wanita. Pada wanita disebut Tubektomi yaitu
pemotongan saluran tabung Fallopi (oviduk), pada pria disebut Vasektomi yaitu pemutusan
saluran sperma.
Sedangkan KB non permanen adalah metode kontrasepsi di mana
kemampuan hamil dapat dikembalikan , kontrasepsi non permanen banyak sekali jenisnya
yaitu, pil kb, susuk (implan), cervical cup, suntikan, IUD ( Ultra Uterine Divice) dan
kondom.
Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan
Keluarga Berencana (DP3AP2KB) adalah program pemberdayaan di kota Malang yang
berupaya mengintensifkan sosialisasi program Keluarga Berencana dengan Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang (KB MKJP). MKJP adalah metode kontrasepsi yang
menggnakan kontrasepsi permanen, Progam ini melakukan sosialisasi dan mencari akseptor
dan juga mencatat dan melaporkan hasil KB MKJP dan semua metode kontrasepsi dengan
cepat dan akurat kepada DP3AP2KB. KB MKJP merupakan alat kontrasepsi yang digunakan
untuk menunda kehamilan dalam jangka waktu panjang. KB MKJP memiliki beberapa
metode, antara lain operasi pria (MOP) atau vasektomi serta metode medis operasi wanita
(MOW). Program – program diatas adalah program DP3AP2KB di bidang pengendalian
penduduk. Namun masih ada kendala dalam pelaksanaan program sosialisasi KB yang
dilaksanakan DP3AP2KB ini yaitu meskipun sebagian masyarakat mengikuti sosialisasi KB
yang diadakan oleh tim DP3AP2KB Malang, namun masih banyak juga masyarakat yang
memakai alat kontrasepsi berjangka pendek seperti pil, kondom serta suntik, masyarakat
masih
takut untuk memakai alat kontrasepsi yang ditawarkan pemerintah yaitu dari
DP3AP2KB
sebagai
alat
kontrasepsi
jangka
keberhasilanya,keamanan dan jaminan kesehatanya.
panjang
yang
sangat
terjamin
Menurut data SDKI tahun 2012, pemakaian KB MKJP masih tergolong rendah, terutama
vasektomi atau KB pria, keikutsertaan pria dalam menjadi akseptor KB masih tergolong rendah
sekali yaitu 0,3% . Hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan mereka terhadap hakhak dan kesehatan reproduksi serta kesetaraan dan keadilan gender. Demikian pula
penyelenggaraan KB dan kesehatan reproduksi masih belum mantap jika dilihat dari aspek
kesetaraan dan keadilan gender (Parwieningrum, 2009). Masih banyak masyarakat yang belum
paham tentang pentingnya menjaga kesehatan reproduksi hal ini adalah fakta yang mendukung
rendahnya partisipasi masyarakat untuk mengikuti KB MKJP, Sebagian besar masyarakat hanya
mengetahui Puskesmas, bidan dan apotik untuk membeli alat kontrasepsi jangka pendek atau non
permanen yang keberhasilanya tidak seratus persen dan juga menjadikan hanya wanita atau istri
yang dijadikan objek program KB. Salah satu faktor yang mendukung rendahnya partisipasi KB
MKJP dalam ber-KB yaitu pengetahuan. Upaya meningkatkan pengetahuan melalui promosi
kesehatan masih kurang, adanya masyarakat yang belum bisa menerima hal baru yaitu masih
terpaku pada hal yang lama, tidak mau menerima metode dan tehknologi baru, masyarakat
cenderung pasif untuk ikut serta dalam mengikuti kebijakan pemerintah yang selalu mengalami
perkembangan, Masyarakat yang demikian bisa disebut masyarakat yang tidak modern
masyarakat yang belum memasuki dunia modern.
Modern menurut Anthony Gidens mendefinisikan modern sebagai dunia refleksif.
Dunia modern menimbulkan “keterasingan pengalaman” atau proses yang berkaitan dengan
penyembunyian yang memisahkan rutinias kehidupan sehari-hari dari fenomena-fenomena
kegilaan, kriminalitas, penyakit dan kematian, dan seksualitas. Keterasingan terjadi sebagai
akibat dari
mengingkatnya peran sistem abstrak dalam kehidupan sehari-hari.
Keterasingan ini akan membawa kita kepada keamanan ontologis yang semakin besar.
Dalam masyarakat yang bertipe tradisional (tidak modern) aktivitas individu tidak ditentukan
oleh pertimbangan-pertimbangan yang berlebihan, karena pilihan yang tersedia telah
mengacu pada pradeterminasi, berupa kebiasaan, tradisi, atau nilai. Di sisi lain, masyarakat
post-tradisional lebih cenderung tidak memperhatikan kebiasaan-kebiasaan yang “pakem.
Dengan demikian, masyarakat kota Malang pengguna KB non permanen masih terpengaruh
tradisi lama dan tidak ingin mengikuti kemajuan tehknologi kesehatan dan mematuhi
perkembangan kebijakan pemerintah, sedangkan manusia modern menurut Alex Inkeles
adalah sebagai berikut:
Ciri-ciri Manusia Modern Menurut Alex Inkeles, dalam (Maryati:2001) terdapat 9
(Sembilan) ciri manusia modern yakni:
1.
Memiliki sikap hidup untuk menerima hal-hal baru dan terbuka untuk perubahan.
2. Memiliki keberanian untuk menyatakan pendapat atau opini mengenai lingkungannya
sendiri atau kejadian yang terjadi jauh di luar lingkungannya serta dapat bersikap
demokratis.
3.
Menghargai waktu dan lebih banyak berorientasi ke masa depan dari pada masa lalu.
4.
Memiliki perencanaan dan pengorganisasian
5. Percaya diri
6. Perhitungan
7. Menghargai harkat hidup manusia lain
8. Percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi
9. Menjunjung tinggi suatu sikap di mana imbalan yang diterima seseorang harus sesuai
dengan prestasinya dalam masyarakat
Berdasarkan permasalahan tersebut maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul
Hubungan Tingkat Modernitas dengan Tingkat Partisipasi dalam Penggunaan KB Permanen di
Kecamatan Lowokwaru Kabupaten Malang Jawa Timur.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagiamana hubungan antara tingkat modernitas dengan tingkat partisipasi dalam
penggunaan KB Permanen di Kecamatan Lowokwaru Kabupaten Malang Jawa
Timur?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Melihat hubungan antara tingkat modernitas dengan tingkat
partisipasi dalam
penggunaan KB Permanen di Kecamatan Lowokwaru Kabupaten Malang Jawa Timur
2. Untuk menganalisis hubungan antara tingkat modernitas dengan tingkat partisipasi
dalam penggunaan KB Permanen) di Kecamatan Lowokwaru Kabupaten Malang.
Jawa Timur
1.4 Manfaat Peneliian
Manfaat Akademis
Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran umum
mengenai kondisi, keadaan dan permasalahan tentang hubungan tingkat modernitas dengan
bagaimana upaya masyarakat untuk mewujudkan masyarakat yang aktif berpatisipasi
menggunakan KB permanen yang dianjurkan pemerintah.
1. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak yang
berwenang untuk menangani masalah
pengendalian penduduk yaitu DP3AP2KB dalam
setiap kegiatan sosialisasi KB yang diadakan sebagai sebuah proses untuk menekan laju
pertumbuhan penduduk kota Malang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang digunakan oleh peneliti sebagai acuan penelitian
selanjutnya, ada beberapa penelitian. Pertama adalah penelitian dari Ayu Fitri yang
berjudul Hubungan Tingkat Pendidikan dan Penggunanan Alat Kontrasepsi dengan
Jumlah Anak yang Dilahirkan Wanita Pasangan Usia Subur (PUS) di Desa
Pemanggilan Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Kelebihan penelitian
Ayu Fitri adalah dapat mengkaji hubungan tingkat pendidikan dengan jumlah anak
yang dilahirkan oleh wanita pasangan usia subur (PUS) dan dapat mengkaji hubungan
penggunaan alat kontrasepsi dengan jumlah anak yang dilahirkan oleh wanita
pasangan usia subur (PUS) serta dapat mengkaji hubungan tingkat pendidikan dan
penggunaan alat kontrasepsi dengan jumlah anak yang dilahirkan wanita pasangan
usia subur. Sehingga dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwasanya ada
hubungan antara tingkat pendidikan dan penggunaan alat kontrasepsi dengan jumlah
anak yang dilahirkan wanita PUS di Desa Pemanggilan Kecamatan Natar Kabupaten
Lampung Selatan. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengujian hipotesis didapatkan
nilai Qxy Tied T sebesar 0,84 yang menunjukkan hubungan yang sangat kuat. Wanita
PUS dengan pendidikan rendah (tidak tamat SD sampai tamat SMP) yang
menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek (Non MKJP) memiliki jumlah anak
yang dilahirkan lebih banyak dengan rata-rata 3,40 anak dan wanita PUS dengan
pendidikan rendah yang menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang (MKJP)
memiliki jumlah anak yang dilahirkan lebih sedikit dengan rata-rata 3,25 anak.
Sedangkan wanita PUS dengan pendidikan tinggi yang menggunakan alat kontrasepsi
jangka pendek (Non MKJP) memiliki jumlah anak yang dilahirkan dengan rata-rata
2,56 anak dan wanita PUS dengan pendidikan tinggi yang menggunakan alat
kontrasepsi jangka panjang (MKJP) memiliki jumlah anak yang dilahirkan dengan
rata-rata 1,8 anak.
Penelitian terdahulu yang kedua yaitu penelitian dari Ni Putu Dewi
Sriwahyuni, Nunuk
Suryani,
Pancrasia Murdani K,
yang berjudul Hubungan
Pengetahuan dan Sikap Akseptor KB Pria tentang Vasektomi serta Dukungan
Keluarga dengan Partisipasi Pria dalam Vasektomi di Kecamatan Tejakula Kabupaten
Buleleng .
Kelebihan dari penelitian ini adalah dapat menganalisis
hubungan
pengetahuan akseptor KB pria tentang vasektomi dengan partisipasi pria dalam
Vasektomi, hubungan sikap akseptor KB pria tentang vasektomi dengan partisipasi
pria dalam Vasektomi dan hubungan dukungan keluarga dengan partisipasi pria dalam
vasektomi serta hubungan pengetahuan , sikap akseptor KB Pria tentang vasektomi
dan dukungan keluarga secara bersama-sama dengan partisipasi pria dalam vasektomi
di Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng. Sehingga dari penelitian tersebut
didapatkan hasil bahwa ada kecenderungan bahwa akseptor KB pria yang tingkat
pengetahuannya tinggi tentang vasektomi, cenderung ikut berpartisipasi dalam
vasektomi dibandingkan dengan akseptor KB pria yang pengetahuannya rendah. Hal
ini terlihat bahwa akseptor KB pria yang pengetahuannya rendah, sebanyak 22,0%
ikut berpartisipasi dalam vasektomi dan 71,7% tidak berpartisipasi dalam vasektomi,
sedangkan pada akseptor KB pria dengan tingkat pengetahuan tinggi, sebanyak 78,0%
ikut berpartisipasi dalam vasektomi dan 28,3% tidak ikut berpartisipasi dalam
vasektomi dan adanya kecenderungan bahwa akseptor KB pria yang memiliki sikap
tinggi
tentang
vasektomi,
cenderung
ikut
berpartisipasi
dalam
vasektomi
dibandingkan dengan akseptor KB pria yang memiliki sikap rendah. Hal ini terlihat
bahwa akseptor KB pria yang sikapnya rendah, sebanyak 29,3% ikut berpartisipasi
dalam vasektomi dan 65,2% tidak berpartisipasi dalam vasektomi, sedangkan pada
akseptor KB pria dengan sikapnya tinggi, sebanyak 70,7% ikut berpartisipasi dalam
vasektomi dan 34,8% tidak ikut berpartisipasi dalam vasektomi serta adanya
kecenderungan bahwa akseptor KB pria yang memiliki dukungan keluarga tinggi,
cenderung ikut berpartisipasi dalam vasektomi daripada akseptor KB pria yang
dukungan keluarganya rendah. Hal ini terlihat bahwa akseptor KB pria yang
dukungan keluarganya rendah, sebanyak 41,5% ikut berpartisipasi dalam vasektomi
dan 65,2%tidak berpartisipasi dalam vasektomi, sedangkan pada akseptor KB pria
dengan dukungan keluarga tinggi, sebanyak 58,5% ikut berpartisipasi dalam
vasektomi dan 34,8% tidak berpartisipasi dalam vasektomi.
Penelitian terdahulu yang terakhir adalah penelitian dari Oktaviani
Mulyaningtyas Rahmayanti yang berjudul Hubungan antara Tingkat Pendidikan dan
Pendapatan dengan Tingkat Partisipasi PUS dalam pelaksanaan Program Berencana di
Desa Menganti Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap. Kelebihan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan pendapatan dengan
tingkat partisipasi PUS dalam program Keluarga Berencana di desa Meganti
Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap. Sehingga dari penelitian tersebut
didapatkan hasil bahwa pendapatan yang tinggi dan tingkat pendidikan yang tinggi
biasanya lebih memilih alat kontrasepsi yang bersifat semi permanen yaitu
implant/susuk atau spiral, dibandingkan dengan pendapatan yangrendah mereka lebih
memilih menggunakan pil atau suntik, dari 100 sampel didapat 45 orang
berpendidikan tinggi sehingga partisipasi PUS dalam program Keluarga Berencana
juga rendah yaitu sebesar 34, 62 % dan dari 100 sampel sebanyak 25 %
berpendapatan tinggi sehingga pendapatan rendah keikutsertaan PUS dalam program
Keluarga Berencana juga rendah.
Judul
Ayu Fitri (2016)
Hubungan Tingkat
Pendidikan dan
Penggunaan Alat
Kontrasepsi dengan
Jumlah Anak yang
Dilahirkan Wanita
Pasangan Usia Subur
(PUS) di Desa
Pemanggilan
Kecamatan Natar
Kabupaten Lampung
Selatan.
Teori/Konsep
Tingkat
Pendidikan
Penggunaan
Alat
Kontrasepsi
Jumlah anak
yang
dilahirkan
Wahyuni, Ni Putu
Dewi (2013)
Hubungan
Pengetahuan dan
Sikap Akseptor KB
Pria Tentang
Vasektomi serta
Dukungan Keluarga
dengan Partisipasi Pria
dalam Vasektomi di
Kecamatan Tejakula
Kabupaten Buleleng.
Metode
Kuantitatif
Deskriptif
Pengetahuan
Sikap
Dukungan
keluarga
Partisipasi
dalam
Vasektomi
Kuantitatif
observasiona
l analalitik
Hasil Penelitian
Pendidikan yang rendah
mempengaruhi jumlah
anak yang dilahirkan
yaitu sebesar 3,39 anak
sebaliknya dengan
pendidikan yang tinggi
maka jumlah anak yang
dilahirkan lebih sedikit
yaitu 2,34 anak
Penggunaan alat
kontrasepsi
mempengaruhi jumlah
anak yang dilahirkan,
pemakaian alat
kontrasepsi non MKJP
melahirkan anak lebih
banyak yaitu 3,12 anak,
penggunaan alat
kontrasepsi MKJP
melahirkan anak lebih
sedikit yaitu 2,21 anak.
Akseptor KB pria yang
pengetahuanya rendah,
sebanyak 22,0% ikut
berpatisipasi dalam
vasektomi sedangkan
pada akseptor KB pria
dengan pengetahuan
tinggi sebanyak 78,0%
ikut berpatisipasi dalam
vasektomi
Akseptor KB pria yang
sikapnya rendah
sebanyak 29,3% ikut
berpatisipasi dalam
vasektomi, sedangkan
pada akseptor KB pria
dengan sikap tinggi
Oktaviani
Mulyaningtyas
Rahmayanti (2015)
Hubungan antara
Tingkat Pendidikan
dan Pendapatan
dengan tingkat
Partisipasi PUS dalam
Pelaksanaan Program
Keluarga Berencana di
Desa Meganti
Kecamatan Kesugihan
Kabupaten Cilacap
Aini Lutfi (2018)
Hubungan antara
Tingkat Modernisasi
dengan Tingkat
Partisipasi dalam
Penggunaan KB
Permanen di
KecamatanLowokwar
u Kabupaten Malang
Jawa Timur
Tingkat
pendidikan
Tingkat
Pendapatan
Tingkat
Partisipasi
Tingkat
Modernisasi
menurut
Alex Inkeles
Tingkat
Partisipasi
Kuantitatif
deskriptif
Kuantitatif
Deskriptif
sebanyak 70,7% ikut
berpatisipasi dalam
vasektomi
Akseptor KB pria
dengan dukungan
keluarga yang rendah
sebanyak 41,5% ikut
berpatisipasi dalam
vasektomi sedangkan
akseptor KB pria
dengan keluarga yang
tinggi sebanyak 58,5%
Tingkat pendidikan
rendah sehingga
partisipasi PUS dalam
pelaksanaan program
keluarga berencana
sebesar 46, 15%
Tingkat pendapatan
rendah sehingga
partisipasi PUS dalam
pelaksanaan program
keluarga berencana
sebesar 53,08%
-
1.2 Landasan Kondeptual
1.2.1
Modernitas
Pengertian Modern menurut Anthony Gidens mendefinisikan modern sebagai dunia
refleksif. Dunia modern menimbulkan “keterasingan pengalaman” atau proses yang
berkaitan dengan penyembunyian yang memisahkan rutinias kehidupan sehari-hari dari
fenomena-fenomena kegilaan, kriminalitas, penyakit dan
kematian, dan seksualitas.
Keterasingan terjadi sebagai akibat dari mengingkatnya peran sistem abstrak dalam
kehidupan sehari-hari. Keterasingan ini akan membawa kita kepada keamanan ontologis
yang semakin besar. Dalam masyarakat yang bertipe tradisional (tidak modern) aktivitas
individu tidak ditentukan oleh pertimbangan-pertimbangan yang berlebihan, karena pilihan
yang tersedia telah mengacu pada pradeterminasi, berupa kebiasaan, tradisi, atau nilai. Di sisi
lain, masyarakat post-tradisional lebih cenderung tidak memperhatikan kebiasaan-kebiasaan
yang “pakem. Dengan demikian, masyarakat kota Malang pengguna KB non permanen masih
terpengaruh tradisi lama dan tidak ingin mengikuti kemajuan tehknologi kesehatan dan
mematuhi perkembangan kebijakan pemerintah.
Ciri-ciri Manusia Modern Menurut Alex Inkeles, dalam (Maryati:2001) terdapat 9
(Sembilan) ciri manusia modern yakni:
1. Memiliki sikap hidup untuk menerima hal-hal baru dan terbuka untuk perubahan.
2. Memiliki keberanian untuk menyatakan pendapat atau opini mengenai lingkungannya
sendiri atau kejadian yang terjadi jauh di luar lingkungannya serta dapat bersikap
demokratis.
3.
Menghargai waktu dan lebih banyak berorientasi ke masa depan dari pada masa lalu.
4.
Memiliki perencanaan dan pengorganisasian
5. Percaya diri
6. Perhitungan
7. Menghargai harkat hidup manusia lain
8. Percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi
9. Menjunjung tinggi suatu sikap di mana imbalan yang diterima seseorang harus sesuai
dengan prestasinya dalam masyarakat
Syarat-syarat Modernisasi
Menurut Soerjono Soekanto (1987:137) terdapat beberapa syarat-syarat modernisasi
yaitu:
1.) Cara pikir yang ilmiah yang sudah melembaga dan tertanam kuat dalam kalangan
pemerintah maupun masyarakat luas.
2.) Sistem administrasi Negara yang baik dan benar-benar mewujudkan birokrasi.
3.) Sistem pengumpulan data yang baik, teratur dan terpusat pada suatu lembaga atau
Badan tertentu seperti BPS (Biro Pusat Statistik).
4.) Penciptaan iklim yang menyenangkan terhadap modernisasi terutama media
massa
5.) Tingkat organisasi yang tinggi, terutama disiplin diri.
6.) Sentralisasi wewenang dalam perencanaan sosial yang tidak mementingkan
kepentingan pribadi atau golongan. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dimbil
kesimpulan bahwa pengertian modernisasi adalah proses perubahan sosial dimana
masyarakatnya sedang memperbaharui dirinya dengan cara mendapatkan ciri-ciri
dan memenuhi syarat-syarat sebagai masyarakat modern.
2.2.2 Partisipasi Pembangunan menurut Cohen dan Uphoff
Menurut Cohen dan Uphoff (1977) partisipasi dalam pembangunan berarti mengambil
bagian atau peran dalam pembangunan, baik dalam bentuk pernyataan mengikuti kegiatan,
memberi masukan berupa pemikiran, tenaga, waktu keahlian, modal, dana dan atau materi,
serta ikut memanfatkan dan menikmati hasilnya (Rizqina, 2010: 15).
Selanjutnya Cohen dan Uphoff (1977) membagi partisipasi menjadi 4 jenis sesuai
dengan sistem dan mekanisme patisipasi, yaitu:
1. Partisipasi dalam pembuatan keputusan dan kebijakan organisasi, adalah proses dimana
prioritas-prioritas pembangunan dipilih dan dibentuk program yang sesuai dengan
kepentingan masyarakat. dalam partisipasi ini masyarakat diberi kesempatan untuk
mengemukakan pendapat untuk menilai suatu rencana, dan menilai suatu keputusan atau
kebijaksanaan yang sedang berjalan.
2. Partisipasi dalam kegiatan operasional pembangunan berdasarkan program yang telah
ditetapkan. Bentuk partisipasi masyarakat dapat dilhat dari keaktifan berpartisipasi,
bentuk-bentuk yang dipartisipasikan misalnya tenaga, fikiran, materi dan atau uang.
3. Partisipasi dalam memanfaatkan hasil-hasil pembangunan yang dicapai dalam pelaksanaan
pembangunan, partisipasi dalam pemanfaatan ini selain dapat dilihat dari pemanfaatan
pembangunan juga dapat dilihat dari dampak pembangunan terhadap tingkat kehidupan
masyarakat.
4. Partisipasi dalam evaluasi, masyarakat dilibatkan secara langsung atau tidak langsung
dalam mengawasi atau menilai suatu program yang telah berjalan. Bentuk partisipasinya
bisa berupa pemberian kritik/protes dan pemberian saran (Rizqina, 2010: 20-21).
Menggunakan konsep partisipasi Uphoff dan Cohen ini peneliti akan mengukur tingkat
partisipasi masyarakat menggunakan KB permanen.
1.3 Definisi Opersional Variabel
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua variable yaitu variable bebas (variable
X) dan variable terikat (variable Y). variable X dalam penelitian ini adalah tingkat
modernisasi ndan variable Y adalah tingkat partisipasi masyarakat kecamatan Lowokwaru
kabupaten Malang Jawa Timur. dalam penggunaan KB permanen. Berikut penurunan
teori/konsep, variable, indikator dan item dalam penelitian ini :
Tabel 2: Teori/Konsep, Variabel, Indikator dan Item Modernitas
Teori/ Konsep
Modernitas (Alex
Inkeles)
Variabel
Tingkat
Modernitas (X)
Indikator
Sikap
Demokratis
Berorientasi
pada masa depan
Item
Keingintauhan
mengenai KB
Mempuyai
pengetahuan
mengenai adanya KB
Permanen
Alasan ingin untuk
melakukan program
KB permenen
Keikutsertaan dalam
sosialisasi KB yang
diadakan oleh dinas
setempat yaitu
DP3AP2KB kota
Malang
Keberanian
mengemukaan
pendapat dalam
sebuah sosialisasi KB
Tindakan
pengambilan
keputusan pemilihan
KB yang melibatkan
seluruh anggota
keluarga
Tindakan ingin
mencegah mempuyai
anak banyak (lebih
dari dua anak)
Tindakan ingin
menyelamatkan
ancaman jumlah
penduudk Indonesia
yang dari tahun ke
tahun semakin
bertambah banyak
Perencanaan dan
Pengorganisasia
n
Percaya Diri
Perhitungan
Tindakan ingin
menghindari penyakit
atau gangguan
kesehatan yang
berhubungan dengan
penggunaan KB non
permanen
Tindakan
meninggalkan
kebiasaan lama yang
berkembang di
masyarakat (kb non
permanen)
Tindakan ingin
membantu pemerintah
dalam upaya
pengendalian
penduduk
Tindakan ingin
mencegah banyak
anak
Tindakan ingin
mengurangi beban
tanggungan hidup
keluarga dengan
mengurangi anak
dalam keluarga
Tanggung jawab pada
setiap kegiatan yang
dilakukan yang
berhubungan dengan
keikutsertaan dalam
program KB
permenen
Keyakinan dan
kemampuan individu/
keluarga dalam
keikutsertaan program
Tindakan
mempertimbangkan
keikutsertaan program
KB permenen (biaya,
waktu, tempat)
Tindakan
mempertimbangkan
Penerapan ilmu
pegetahuan dan
tehnologi
kelebihan dan
kekurangan dari
keikutsertaan program
KB permanen
Tindakan menjunjung
tinggi ilmu
pengetahuan dan
tehnologi yang
berkembang.
Tindakan menerapkan
ilmu dan
perkembangan
tehnologi baru
teutama dalam dunia
kesehatan mengenai
cara baru KB yang
jangka panjang dan
keberhasilan tinggi
Tabel 3 Teori/Konsep, Variabel, Indikator, Item Partisipasi Pembangunan
Teori/Konsep
Kosep partisipasi
pembangunan
(Cohen dan Uphoff)
Variabel
Tingkat partisipasi
(y)
Indikator
Sikap
Rasa percaya
diri dalam
menjalankan
program
Sikap berani
mengambil
Item
Keikutsertaan
dalam program
KB permanen
Tindakan
melaksanakan
program KB
Permanen
Tanggung jawab
pada setiap
kegiatan KB
permenen yang
dilakukan
Keyankinan dan
kemampuan dalam
segala hal (modal,
waktu, tenaga,
baiaya, pikiran )
dalam mengikuti
program KB
permanen
Mengetahui resiko
dari pelaksanaan
resiko dan
manfaat
Melakukan
Evaluasi
1.4
program
Mengetahui
manfaat yang
didapat setelah
meleksanakan
program KB
permanen
Tindakan
melakukan
evelauasi atau
penilaian terhadap
program yang
sudah dijalankan
yaitu KB
permanen
Memberikan saran
untuk
menginformasikan
kepada masyarakat
atau kelauarga lain
mengenai program
KB permanen
Kerangka Pemikiran
Tingkat Modernitas
Tingkat Partisipasi penggunaan KB
Permenen
Gambar 1 : Kerangka Berpikir Hubungan Tingkat Modernisasi dengan Tingkat Partisipasi Penggunaan
KB Permenen di Kecamatan Lowokwaru Kabupaten Malang Jawa Timur
Berawal dari adanya Permasalahan partisipasi KB hampir merata di seluruh Indonesia tak
terkecuali di Kota Malang. Data partisipasi KB di Kota Malang masih tergolong rendah dimana
hal tersebut dapat dilihat dari angka partisipasi yang hanya mencapai 65% dari total pasangan usia
subur, Untuk melakukan program KB dibutuhkan alat kontrasepsi. Kontrasepsi ada dua macam
yaitu kontrasepsi permanen dan non permanen. Kontrasepsi permanen sering disebut juga dengan
kontrasepsi menetap, yaitu membuat kemampuan untuk hamil menjadi sulit dikembalikan atau
tidak dapat hamil kembali. Usaha kontrasepsi permanen dilakukan dengan cara operasi, baik pada
pria maupun wanita. Pada wanita disebut Tubektomi yaitu pemotongan saluran tabung Fallopi
(oviduk), pada pria disebut Vasektomi yaitu pemutusan saluran sperma. Cara ini sangat dianjurkan
oleh pemerintah karena memeberikan manfaat jangka panjang yaitu untuk mengurangi jumlah
anak dalam keluarga dan menekan laju pertumbuhan penduduk kota Malang. Tak banyak
masyarakat yang mengetahui juga berani dan mampu mengikuti program penggunaan KB
Permanen, karena masih terpengaruh tradisi lama dan tidak ingin mengikuti kemajuan tehknologi
kesehatan dan mematuhi perkembangan kebijakan pemerintah , sikap masyarakat yang seperti itu
dianggap sebagai sikap yang tidak modern, tidak mau menerima penemuan dan tradisi baru yang
merupakan hasil dari perkembangan ilmu pengetahuan dan tehknologi di bidang kesehatan yang
sudah diuji keamanan dan keberhasilanya di dunia kesehatan.
Seperti yang dijelaskan oleh Alex Inkeless mengenai ciri – ciri masyarakat modern, yaitu
sikap ingin tahu yang tinggi, percaya diri, demokratis, perhitungan, percaya dan menerapkan ilmu
pengetahuan dan tehknologi juga berorientasi pada masa depan serta mempuyai perencanaan dan
pengorganisasian, sikap – sikap masyarakat yang seperti itu dinilai sebagai sikap yang modern,
dengan adanya sikap – sikap yang modern inilah yang dapat mempengaruhi pemikiran dan
partisipasi masyarakat dalam program penggunaan KB permenen. Sehingga dari gambar dapat
diketahui bahwa adanya modernitas menjadi salah satu alasan terciptanya partisipasi masyarakat
dalam penggunaan KB permanen.
2.5 Hipotesis
Bedasarkan teori – teori dan pemikiran diatas maka dapat diperkirakan bahwa tingkat
modernitas mempengaruhi tingkat partisipasi penggunaan KB permanen di kecamatan
Lowokwaru kabupaten Malang. Jawa Timur.
H0 : Tidak ada hubungan tingkat modernisasi dengan tingkat partisipasi penggunaan
KB permanen
H1 : Ada hubungan tingkat modernisasi dengan tingkat partisipasi penggunaan KB
permanen
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Jenis dan Pendekatan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mendiskripsikan dan menganalis hubungan antara tingkat
modernitas dengan tingkat partisipasi dalam penggunaan KB permanen di kecamatan
Lowokwaru kabupaten Malang Jawa Timur. Rumusan tujuan dan masalah tersebut disusun
untuk menjawab hipotesis penelitian. Penelitian ini termasuk pada penelitian korelasiaonal
dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, metode analisis statistik deskriptif inferensial,
dan tehnik analisis datanya korelasi dan regresi baik tunggal maupun ganda.
Penelitian korelasional menurut Suryabrata (2013. 82) adalah penelitian yang digunakan
untuk mengetahui fungsional antara dua variabel atau lebih, baik hubungan terpisah antar
variabel atau bersama-sama. Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data yang
diperoleh. Sedangkan statistik inferensial digunakan untuk membuat kesimpulan. (Sugiyono
2003169-170) menjelaskan bahwa statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan
cara mendeskripsikan data yang terkumpul sebagaimana adanya, tanpa maksud membuat
kesimpulan secara umum. Statistik inferensial adalah tehnik statistik yang digunakan untuk
menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.
Statistik inferensial yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan jenis statistik
paramerik. Sugiyono (2003:171) menjelaskan bahwa dalam statistik inferensial terdapat
statistik parametrik dan non parametrik. Dalam penggunaanya tergantung pada asumsi dan jenis
data yang diggunakan. Penggunaaan statistik parametrik harus secara random, sedangkan dalam
statistik non parametrik tidak harus memenuhi asumsi – asumsi tersebut. Oleh karena itu
sebelum melakukan analisis tiap hipotesis yang diajukan, data yang diperolah terlebih dahulu
dicari normalitasnya.
Pendekatan kuantitatif merupakan penelitian dengan karateristik penalaran logis dan
deduktif yaitu berbasis pemgetahuan, hubungan sebab akibat, menguji teori, melakukan uji
analisis statistik dan objektif. (Danim 2002 :34). Kerlinger (Creswell 1994:82) mendefinisikan
pendekatan kuantitatif yaitu a set of inttereleted constructs (variables), definition and
propositions that present systematic view phenomena by specipving relations among variables
with purpose of explaining natural phenomena by specipving relations among variables with
purpose of explaining natural phenomena’ (pendekatan kuantitatif sebagai suatu keterkaitan
dari variabel, rumusan dan dalil- dalil yang tersusun secara sistematis, khusunya hubungan
antara variabel- variabel dengan tujuan untuk menjelaskan hubungan fenomena tersebut,
pendekatan kuantitatif pada penelitian ini digunakan pada tahap uji coba.
Penelitian kauntitatif sebagai penelitian empirik yang datanya dikumpulkan dan disajikan
dalam bentuk angka. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey yaitu
upaya pengumpulan informasi dari sebagian populasi yang dianggap dapat mewakili populasi
tertentu. Metode ini bertitik tolak pada konsep, hipotesis, dan teori yang yang sudah mapan
sehingga tidak akan memunculkan teori yang baru. Penelitian survei memiliki sifat verifikasi
atau pengecekan terhadap teori yang sudah ada (Mantra, 2001). Penelitian survei merupakan
perangkat penelitian yang murah dan cepat sehingga informasi yang dibutukan dapat dihasilkan
secara akurat dan tepat waktu. Bentuk kuesionernya pun sederhana dan relatif mudah sehingga
tidak mmerlukan pelatihan secara khusus (Stone, 1993) dengan tehnik korelasional. Metode
survei adalah penelitian yang dalam pengumpulan datanya dilakukan dengan menggunakan
kuesioner. Yaitu daftar pertanyaan atau peryataan untuk mengumpulkan jawaban dari sejumlah
responden (sampel). Adapun tehnik korelasionel berkaitan dengan pengukuran hubunganhubungan antara dua atau lebih variabel yaitu dengan mengkorelasikan Skor data modernitas
dengan partisipasi.
3.2
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kota Malang tepatnya di kelurahan Lowokwaru , alasan
peneliti melakukan penelitian di tempat tersebut karena
Dinas pengendalian penduduk,
pemberdayaan perempuan, dan perlindungan anak (DP3AP2KB) sedang mengintesifkan
program pengendalian penduduk melalui penggunaan KB permanen seluruh daerah di kota
Malang, tak terkecuali kecamatan Lowokwaru dan alasan pemilihan kecamatan Lowokwaru
adalah bedasarkan data partisipasi KB di Kota Malang presentase kecamatan Lowokwaru
yang tidak mengikuti KB terbesar yaitu 26,91%. Kecamatan Lowokwaru terdiri dari 12
kelurahan dengan letak geografis yang berbeda-beda baik dari segi luas wilayah, kepadatan
penduduk, jumlah penduduk maupun aspek sosio demografi. Peneliti memilih kelurahan
Lowokwaru sebagai objek penelitian karena termasuk kelurahan dengan jumlah angka partisipasi
terendah nomor dua setelah Mojolangu. Jumlah pasangan usia subur yang tidak mengikuti KB di
lowokwaru mencapai 834 pasangan dari total 20.115 pasangan usia subur. Dari sisi administrative
dan geografis kelurahan Lowokwaru termasuk berada di tengah kota seperti halnya Dinoyo,
Sumbersari, dan Tlogomas. Namun dibandingkan dengan ketiga kelurahan tersebut kelurahan
Lowokwaru memiliki angka partisipasi paling rendah, padahal program dan kegiatan sosialisasi
KB hampri sama.alasan tersebut yang mendasari peneliti memilih kelurahan Lowokwaru sebagai
lokasi penelitian.
3.3 Populasi
Menurut Ida Bagoes dan Kasto (dalam Singarimbun dan Effendi, 1995) bahwa populasi
adalah jumlah keseluruhan dan unit analisa yang ciri – cirinya akan diduga. Bisa dikatakan bahwa
ciri – ciri dalam populasi tersebut merupakan sejumlah penduduk atau individu yang paling
memiliki sifat yang sama (S, Hadi 1993) . pupulasi juga didefinisikan sebagai keseluruhan subjek.
(Arikunto, 1991). Sehingga dari penjelasan populasi tersebut maka dapat diartikan sebagai jumlah
keseluruhan dari individu sebagai subjek penelitian dan memiliki karateristik yang sama. Populasi
dalam penelitian ini berfokus pada seluruh masyarakat kecamatan Lowokwaru yang tergolong
dalam PUS (pasangan usia subur) yang diharapkan untuk mengikuti program KB terutama KB
permanen agar suapaya dapat membantu pemerintah dalam upaya pengendalian penduduk di kota
Malang dan mengurangi jumlah anak yang dilahirkan. Bedasarkan data Dinas pemberdayaan
perempuan, perlindungan anak dan pengendalian penduduk (DP3AP2KB) tahun 2016 jumlah
keseluruhan pasangan usia subur (PUS) adalah 25.459 ribu jiwa Sehingga total keseluruhan
populasi adalah sebesar 25.459.
3.4 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi
besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena
keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari
populasi itu (Sugiyono, 2007: 61). Sampel juga dikatakan sebagai bagian dari analisis yang
terdapat dalam populasi (Neuman, 2000). Sampel bisa berupa suatu metode pengambilan yang
dilakukan secara ideal dan memiliki sifat (a) dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya
dan mewakili seluruh populasi. (b) menggunakan tehnik pengambilan sampel yang besar
(Idrus,2009).Untuk menentukan sampel maka dapa;;t menggunakan rumus Slovin yaitu
( Krisyanto, 2006) :
Keterangan :
n : Jumlah Sampel
N : Jumlah Populasi
n=
N
N (d ²)+1
n=
25. 459
25.459( 0,1²)+1
n=
25.459
255,59
n=99,608
n=100
Dari perhitungan sampel menggunakan rumus slovin tersebut maka dalam penelitian ini
membutuhkan 100 sampel yang dapat mewakili populasi pasangan usia subur kecamatan
Lowokwaru kota Malang. Selanjutnya, dalam pemilihan sampel, peneliti menggunakan
teknik random sampling. Penggunaan teknik tersebut karena adanya penghematan waktu,
biaya dan tenaga serta kemungkinan memperoleh hasil yang akurat lebih besar mnegingat
jumlah populasi yang cukup banyak.
3.5 Jenis Data
Penelitian dengan judul hubungan antara tingkat modernitas dengan tingkat partisipasi dalam
penggunaan KB Permanen di kecamatan Lowokwaru Kabupaten Malang Jawa Timur ini
menggunakan data kuantitatif yang kemudian dinyatakan dalam bentuk statis atau angka dari
bentuk item yang ada dalam kuesioner. Dalam hal ini, jenis data yang digunakan berupa data
ordinal. Data ordinal merupakan data yang didasarkan pada ranking., yang diurutkan dari jenjang
tinggi sampai jenjang rendah atau sebaliknya, (Sunarto, 2009). Kuesioner yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan kuesioner semi terbuka, Namun setiap peryataan dalam kuesioner
berisi kenyataan di lapangan
3.6 Sumber Data
3.6.1 Data Primer
Data primer merupakan data yang didapat peneliti menurut cara memperolehnya yang
biasanya didapat ketika turun lapang. Sehingga data primer didapatkan secara langsungdari objek
penelitian atau justru responden sendiri. Data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa
cara yakni :
a. Observasi
Observasi menrupakan cara yang digunakan untuk memperoleh data atau informasi melalui
pengamatan secara langsung dilapangan, guna melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Idrus,
2009). Observasi dalam penelitian ini dilakukan beberapa kali dalam tahap prasurvey yang
diharapkan mampu mengetahui fenomena atau gejala yang terjadi di lapangan. Sehingga peneliti
bisa mengetahui variabel yang didapat dari adanya observasi ini.
b. Anget atau Kuesioner
Angket atau kuesioner dalah metode yang memberikan sejumlah pertayaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden. Menurut Masri Singarimbun dan Tri
Handayani (dalam Singarimbun & Effendi, 1995). Tujuan pook pembuatan kuesioner adalah a)
untuk memperoleh informasi dengan reliable dan validitas yang tinggi, hal ini perlu diperhatikan
oleh peneliti dalam menyusun kuesioner. Pertayaan – pertayaan yang disusun harus sesuai
dengan hipotesa dan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner semi
terbuka yang memungkinkan jawaban sudah disediakan terlebih dahulu sehingga responden
masih diberi opsi jawaban yang lain juga,
c. Wawancara
Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi dan interaksi (Singarimbun
&Effendi 1995). Dalam penelitian ini tehnik wawancara dilakukan sebagai cara guna
mendapatkan data pendukung untuk memperkuat jawaban dari angket atau kuesioner. Bisa
dibilabg wawancara merupakan proses komunikasi yang sangat menentukan dalam proses
penelitian. Hasil yang didapat menjadi lebih mendalam karena mampu menggali secara lebih
mendetail. Dalam pelaksanaanya, wawancara pada penelitian ini dilakukan secara semi
stuctured dimana interview dengan pertanyaan yang terstukturyang kemudian satu persatu
diperdalam dalam menggali keterangan lebih lanjut. Dengan model seperti ini, maka
diharapkan semua variabel yang ingin digali dala penelitian ini dapat diperoleh secara lengkap
dan mendalam (Briman, 2004).
3.6.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data ang digunakan untuk mendukung data primer. Data sekunder
biasanya diperoleh oleh peneliti melalui media perantara atau secara tidak langsung. Umumnya data
sekunder berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data
dokumenter)yang dipublikasikan atau tidak (Briman, 2004). Data sekunder yang digunakan pada
penelitian ini adalah data arsip Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan anak dan Pengendalian
Penduduk (DP3AP2KB) kota Malang. Selain itu data sekunder lain pada penelitian ini juga
didapatkan dari buku atau jurnal penelitian sebelumnya yang dapat dijadikan referensi dalam
melakukan penelitian.
3.7 Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode analis statistik yang pengolahanya dengan memberi kode
(identitas) terhadap data dalam bentuk angka. Selanjutnya, peneliti menggunakan data kuantitatif
dengan mengelompokan jawaban responden yang kemudian disajikan tabulasi silang. Data kuantitatif
menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data dan dibantu menggunakan software SPPSS untuk
mengolah data. Dalam teknik statistik dan untuk mencari hubungan anatara dua variabel atau lebih
dilakukan dengan menghitung korelasi antar variabel.
Korelasi merupakan angka yang menunjukan arah dan kuatnya hubungan atar dua variabel
atau lebih yang dinyatakan dalam bentuk hubungan positif atau negatif. Dikatakan positif jika nilai
suatu variabel ditingkatkan maka akan meningkatkan variabel lain, dan sebaliknya jika dua variabel
atau lebih diturunkan maka akan menurunkan variabel yang lainya. Dikatakan negatif, jika nilai suatu
variabel dinaikan maka akan menurunkan variabel yang lain, serta sebaliknya jika suatu variabel
diturunkan maka akan menaikan variabel lain.
Kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. Korelasi koofisien positif
terbesar adalah 1. An koefisien korelasi negatif terbesar adalah -1 dan sedangkan yang terkecil adalah
0. Bila hubungan anatara dua variabel mempuyai koefisien korelasi 1 atau -1 maka hubungan tersebut
sempurna. Dalam hal ini, arti kejadian- kejadian pada variabel yang mempuyai satu akan dapat
dijelaskan atau diprediksi oleh variabel yang lain tanpa kesalahan (eror). Semakin kecil koefisien
korelasi, maka akan semakin besar eror untuk membuat prediksi. Sebenarnya, besar koefisien korelasi
dapat diketahui bedasarkan penyebaran titik – titik pertemuan antara dua variabel. Bila titik- titik itu
terdapat dalam satu garis, maka koefisien korelasinya 1 atau -1. Namun jika titik- titik membantu
lingkaran, maka koefisien korelasinya 0.
Uji korelasi yang digunakan menggunakan korelasi rank kendal digunakan untuk menguji dua
variabel atau lebih (Priyosududibjo, 2010). Sehingga, dalam penelitian ini dikaitkan dalam dua
variabel yakni tingkat modernitas dengan partisipasi penggunaaan KB permanen rank kendal.
Penggunaan metode analisis korelasi rank kendal memiliki asumsi (1) Sampel lebih dari 10, (2)
Memiliki dua variabel atau lebih, dan skala data paling rendah adalah berskala ordinal (3) Bisa
ditingkatkan ke analisa Parsial. Statistik uji yang dinggunakan ialah :
τ=ΣA–ΣB
N (N-1)
Keterangan :
τ = Koefisien korelasi kendal Tau yang besarnya (-1 < τ < 1)
A = Jumlah rangking atas
B = Jumlah rangking bawah
N = Jumlah anggota sampel
3.8 Uji Keabsahan Data
3.81 Uji Validitas
Validitas menunjukan sejauh mana skor atau nilai atau ukuran yang diperoleh benar- benar
menyatakan
hasil pengukuran atau pengamatan yang ingi diukur (Agung, 1990). Validitas pada umumnya
dipermasalahkan berkaitan dengan hasil pengukuran psiologis atau non fisik. Macam – macam validitas
umunya digolongkan dalam tiga katagori besar, yaitu validitas isi (Conten Validity), Validitas bedasarkan
kriteria (Criterian Related Validity), Validitas Construc. Pada penelitian ini akan dibahas hal menyangkut
validitas untuk menguji apakah pertayaan- pertayaan itu telah mengukur aspek yang sama. Untuk itu
dipergunakanlah validitas kontruck.
Uji validitas dilakukan dengan mengukur korelasi antara variabel/ item dengan skor total variabel.
Cara mengukur validitas konstruck yaitu dengan mencari korelasi antara masing- masing pertayaan dengan
skor total menggunakan rumus tehnik korelasi product moment. Dalam penelitian tentang hubungan
tingkat modernitas dengan partisipasi dalam pengunaan KB permanen di kecamatan Lowokwaru
kabupaten Malang Jawa Timur. Peneliti menggunakan rumus product moment (Arikunto, 1993) :
Rxy = N Σxy – (Σx) (Σy)
√N Σx2 – (Σx)2 (Σx2 – (Σy)2)
Di mana: rxy = koefisien korelasi suatu butir/item
N = jumlah subyek
X = skor suatu butir/item
Y = skor total
Jika nilai probabilitas < 0,05 berarti data yang dimasukkan adalah valid atau bisa dilihat dari
Nilai r kemudian dikonsultasikan dengan rtabel (rkritis). Bila rhitung dari rumus di atas lebih
besar dari rtabel maka butir tersebut valid, dan sebaliknya.
Daftar pustaka
Mochtar, Rustam, 1998.dalam Sejarah Keluarga Berencana. Jakarta : Rinika Cipta.
Hartono, hanafi. 2004. Dalam Seajarah Keluarga Berencana. Bandung: PT Sinar Baru
Algensindo .
Evaluasi keluarga berencana nasional kota malang tahun 2012, kantor DP3AP2KB Jl. Ki
Ageng Gribig no.5 Malang.
Iskandar.2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif).
Jakarta: GP Press.
Koentjaraningrat. 1993. Metode-metode Penelitian Masyarakat.Jakarta, Indonesia : PT
Gramedia
www.menkokesra.go.id diakses pada tanggal 10 Januari 2018 pukul 20.14
www.bkkbn.go.id diakses pada tanggal 10 Januari 2018 pukul 20.20
http://www.alumnifkumi.org/artikel.html?
id=PEMILIHAN_METODE_KONTRASEPSI_JANGKA_PANJANG , 2016
http://makola.malangkota.go.id/tentang-kami/ diakses pada tanggal 12 Januari 2018 pukul
18.20
http://digilib.unila.ac.id/21887/2/SKRIPSI%20TANPA%20BAB
%20PEMBAHASAN.pdf diakses pada tanggal 21 Febuari 2018 pada pukul 18.24
https://www.neliti.com/id/publications/13501/hubungan-pengetahuan-dan-sikapakseptor-kb-pria-tentang-vasektomi-serta-dukungan diakses pada tanggal 25
Febuari 2018 pukul 20.00
https://www.neliti.com/id/publications/13501/hubungan-pengetahuan-dan-sikapakseptor-kb-pria-tentang-vasektomi-serta-dukungan diakses pada tanggal 25 Febuari
2018 pada pukul 20.15
http://digilib.unila.ac.id/2283/11/BAB%20II.pdf diakses pada tanggal 4 Maret 2018 pada
pukul 19.23
https://repositori.unikom.ac.id diakses pada tanggal 5 Maret 2018 pada pukul 20.15
https://ejournal.unsrat.ac.id diakses pada tanggal 7 Maret 2018 pukul 15.03
Kuesioner Penelitian
1. Apakah bapak/ibu menggunakan program KB?
a. Iya
b. Tidak
2. KB jenis apa yang bapak/ibu gunakan ?
a. KB non permanen (pil kb, susuk (implan), cervical cup, suntikan, IUD ( Ultra Uterine
Divice) dan kondom.)
b. KB permenen (vasektomi /pemutusan saluran sperma) atau tubektomi/ pemotongan
saluran ovum)
c. Tidak menggunakan KB apapun
3. Dimanakah bapak/ibu melakukan KB?
a. Rumah sakit
b. Bidan
c. Dilakukan sendiri di rumah dengan membeli sejenis alat atau obat KB
Modernitas
1. Darimanakah bapak/ibu mengetahui mengenai adanya KB permanen (Vasektomi/
pemotongan saluran sperma dan tubektomi/ pemotongan saluran ovum ?
a. Dari sisialisasi KB yang diadakan dinas keluarga berencana/ dp3ap2kb
b. Dari internet dan media sosial, informasi dari keluarga, teman, tetangga
c. Tidak tahu mengenai adanya KB Permanen
2. Apakah bapak /ibu pernah mengikuti sosialisasi KB yang diadakan oleh dinas KB
atau dp3ap2kb kota Malang ?
a. Pernah
b. Tidak pernah
3. Apakah tujuan bapak/ibu tertarik ingin menggunakan KB Permanen ?
a. Ingin lebih aman secara kesehatan, dan terjamin keberhasilanya yaitu tidak akan
hamil lagi/melahirkan anak.
b. Tidak tertarik, karena alasan tertentu
4. Alasan bapak/ibu menggunakan KB permanen ?
a. Mengurangi jumlah anak dalam keluarga (2 anak cukup)
b. Tidak menggunakan KB permanen karena masih ingin punya anak lagi (lebih
dari 2)
5. Apakah bapak/ibu mempuyai rasa takut untuk mengikuti KB permanen?
a. Takut
b. Tidak takut
6. Apakah bapak/ibu merasa keberatan (dari segi biaya) menggunakan KB Permanen?
a. Iya, karena biaya untuk KB permanen lumayan mahal
b. Tidak, karena biaya yang dikeluarkan sebanding dengan hasil
7. Manakah yang bapak/ibu pilih
a. KB permanen (vasektomi dan tubektomi)sebagai hasil dari perkembangan ilmu
pengetahuan dan tehnologi di bidang medis
b. KB non permanen (pil kb, susuk (implan), cervical cup, suntikan, IUD ( Ultra Uterine
Divice) dan kondom.) yang merupakan cara lama KB untuk menunda kehamilan saja
Partisipasi
1. Dengan adanya sosialisasi dan informasi mengenai KB permanen apakah
bapak/ibu sudah menggunakan KB permanen ?
a. Iya sudah
b. Belum
2. Apakah bapak ibu sudah percaya diri dengan memperhitungkan waktu, modal dan
efek dari KB permanen ?
a. Sudah
b. Belum
3. Apakah bapak/ibu sudah mendapat manfaat dari penggunaan KB permanen?
a. Sudah
b. Belum karena belum menggunakan KB permanen
4. Apakah bapak/ibu sudah menginformasikan KB permanen yang bapak/ibu
gunakan kepada keluarga atau
KB Permanen di Kecamatan Lowokwaru Kabupaten Malang Jawa Timur
Skripsi
Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosiologi Pada
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan Minat utama Sosiologi Pembangunan
Disusun Oleh :
Aini Lutfi
125120101111032
Program Studi Sosiologi Fakultas Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Brawijaya
Malang
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan di Indonesia dalam jangka panjang akan selalu dibayangi oleh masalah
kependudukan dengan segala tata kaitan persoalan, karena itu, usaha langsung untuk
melakukan pembangunan perlu memperhitungkan faktor kependudukan yang merupakan
sasaran utama bagi pembangunan. Usaha perluasan lapangan kerja, pendidikan, kesehatan,
penyediaan pangan dan kebutuhan pokok lainnya semuanya didasari dari fenomena
kependudukan yang dihadapi.
Oleh karena itu, pengetahuan mengenai perkembangan penduduk Indonesia
merupakan dasar terpenting dari perencanaan pembangunan. Bertitik tolak dari penduduk
sebagai sasaran pembangunan yang dari waktu ke waktu terus berkembang pesat dengan
segala aspeknya, maka menselaraskan hasil pembangunan agar merata dan adil sampai
ketangan masyarakat perlu rasanya mengadakan keseimbangan antara kedua faktor yaitu
jumlah penduduk dan hasil dari pembangunan.
Program keluarga berencana dapat mendukung upaya pengendalian pertumbuhan
penduduk. Program keluarga berencana yang berkualitas dapat mewujudkan keluarga yang
sejahtera, sehat, mandiri, maju, mempunyai jumlah anak yang ideal, bertanggung jawab,
memiliki wawasan ke masa depan, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Untuk meningkatkan kualitas program KB, paradigma baru yang dibangun oleh DP3AP2KB
(Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk Keluarga
Berencana) adalah penekanan upaya menghormati hak-hak reproduksi dalam meningkatkan
kualitas kehidupan keluarga.
Keluarga Berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan
jumlah anak dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Keluarga Berencana menurut
WHO (World Health Organization) Expert Committee 1970 adalah tindakan membantu
individu atau pasangan suami istri untuk :
1. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan.
2. Mendapat kelahiran yang memang diinginkan.
3. Mengatur interval diantara kehamilan.
4. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungannya dengan umur suami istri.
5. Menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Keluarga Berencana atau disingkat KB merupakan program yang ada di hampir setiap
Negara berkembang, termasuk Indonesia, program ini bertujuan untuk mengontrol jumlah
penduduk dengan mengurangi jumlah anak yang dilahirkan oleh perempuan usia 15- 49
tahun, yang kemudian disebut dengan angka kelahiran total atau total fertility rate (TFR).
dengan pengaturan jumlah anak tersebut diharapkan keluarga yang mengikuti program ini
dapat meningkatkan kesejahteraan dan kualitas kehidupan mereka.
Permasalahan partisipasi KB hampir merata di seluruh Indonesia tak terkecuali di
Kota Malang. Data partisipasi KB di Kota Malang masih tergolong rendah dimana hal
tersebut dapat dilihat dari angka partisipasi yang hanya mencapai 65% dari total pasangan
usia subur. Adapun data lengkap tentang angka partisipasi KB di kota Malang adalah sebagai
berikut :
Tabel 1.1 Partisipasi KB di Kota Malang
No
Kecamatan
Pasangan
Prevalensi
Tidak Ikut
Presentase
1
2
3
Blimbing
Klojen
Kedung
Usia Subur
29,248
17,276
30,215
KB Aktif
21,587
12,749
22,298
KB
7,661
4,527
26,19%
26,20%
7,917
26,22%
4
5
Kandang
Sukun
lowokwaru
Jumlah
30,131
25,459
22,236
18,788
7,895
132,329
97,658
34,671
26,25%
26,91%
26,61%
6,671
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa bahwa dari lima kecamatan yang
ada di kota malang angka partisipasi KB secara keseluruhan 73,9% dan yang tidak
berpartisipasi 26,61%. Dari data tersebut angka tidak ikut KB tertinggi adalah di kecamatan
lowokwaru malang dengan total 6.671 pasangan usia subur dari total 25.459 atau sekitar
26,91%. Dari data tersebut peneliti memilih kecamatan Lowokwaru sebagai lokasi
penelitian.Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa bahwa dari lima kecamatan yang ada
di kota malang angka partisipasi KB secara keseluruhan 73,9% dan yang tidak berpartisipasi
26,61%. Dari data tersebut angka tidak ikut KB tertinggi adalah di kecamatan lowokwaru malang
dengan total 6.671 pasangan usia subur dari total 25.459 atau sekitar 26,91%. Dari data tersebut
peneliti memilih kecamatan Lowokwaru sebagai lokasi penelitian
Untuk melakukan program KB dibutuhkan alat kontrasepsi. Kontrasepsi ada dua
macam yaitu kontrasepsi permanen dan non permanen. Kontrasepsi permanen sering disebut
juga dengan kontrasepsi menetap, yaitu membuat kemampuan untuk hamil menjadi sulit
dikembalikan atau tidak dapat hamil kembali. Usaha kontrasepsi permanen dilakukan dengan
cara operasi, baik pada pria maupun wanita. Pada wanita disebut Tubektomi yaitu
pemotongan saluran tabung Fallopi (oviduk), pada pria disebut Vasektomi yaitu pemutusan
saluran sperma.
Sedangkan KB non permanen adalah metode kontrasepsi di mana
kemampuan hamil dapat dikembalikan , kontrasepsi non permanen banyak sekali jenisnya
yaitu, pil kb, susuk (implan), cervical cup, suntikan, IUD ( Ultra Uterine Divice) dan
kondom.
Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan
Keluarga Berencana (DP3AP2KB) adalah program pemberdayaan di kota Malang yang
berupaya mengintensifkan sosialisasi program Keluarga Berencana dengan Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang (KB MKJP). MKJP adalah metode kontrasepsi yang
menggnakan kontrasepsi permanen, Progam ini melakukan sosialisasi dan mencari akseptor
dan juga mencatat dan melaporkan hasil KB MKJP dan semua metode kontrasepsi dengan
cepat dan akurat kepada DP3AP2KB. KB MKJP merupakan alat kontrasepsi yang digunakan
untuk menunda kehamilan dalam jangka waktu panjang. KB MKJP memiliki beberapa
metode, antara lain operasi pria (MOP) atau vasektomi serta metode medis operasi wanita
(MOW). Program – program diatas adalah program DP3AP2KB di bidang pengendalian
penduduk. Namun masih ada kendala dalam pelaksanaan program sosialisasi KB yang
dilaksanakan DP3AP2KB ini yaitu meskipun sebagian masyarakat mengikuti sosialisasi KB
yang diadakan oleh tim DP3AP2KB Malang, namun masih banyak juga masyarakat yang
memakai alat kontrasepsi berjangka pendek seperti pil, kondom serta suntik, masyarakat
masih
takut untuk memakai alat kontrasepsi yang ditawarkan pemerintah yaitu dari
DP3AP2KB
sebagai
alat
kontrasepsi
jangka
keberhasilanya,keamanan dan jaminan kesehatanya.
panjang
yang
sangat
terjamin
Menurut data SDKI tahun 2012, pemakaian KB MKJP masih tergolong rendah, terutama
vasektomi atau KB pria, keikutsertaan pria dalam menjadi akseptor KB masih tergolong rendah
sekali yaitu 0,3% . Hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan mereka terhadap hakhak dan kesehatan reproduksi serta kesetaraan dan keadilan gender. Demikian pula
penyelenggaraan KB dan kesehatan reproduksi masih belum mantap jika dilihat dari aspek
kesetaraan dan keadilan gender (Parwieningrum, 2009). Masih banyak masyarakat yang belum
paham tentang pentingnya menjaga kesehatan reproduksi hal ini adalah fakta yang mendukung
rendahnya partisipasi masyarakat untuk mengikuti KB MKJP, Sebagian besar masyarakat hanya
mengetahui Puskesmas, bidan dan apotik untuk membeli alat kontrasepsi jangka pendek atau non
permanen yang keberhasilanya tidak seratus persen dan juga menjadikan hanya wanita atau istri
yang dijadikan objek program KB. Salah satu faktor yang mendukung rendahnya partisipasi KB
MKJP dalam ber-KB yaitu pengetahuan. Upaya meningkatkan pengetahuan melalui promosi
kesehatan masih kurang, adanya masyarakat yang belum bisa menerima hal baru yaitu masih
terpaku pada hal yang lama, tidak mau menerima metode dan tehknologi baru, masyarakat
cenderung pasif untuk ikut serta dalam mengikuti kebijakan pemerintah yang selalu mengalami
perkembangan, Masyarakat yang demikian bisa disebut masyarakat yang tidak modern
masyarakat yang belum memasuki dunia modern.
Modern menurut Anthony Gidens mendefinisikan modern sebagai dunia refleksif.
Dunia modern menimbulkan “keterasingan pengalaman” atau proses yang berkaitan dengan
penyembunyian yang memisahkan rutinias kehidupan sehari-hari dari fenomena-fenomena
kegilaan, kriminalitas, penyakit dan kematian, dan seksualitas. Keterasingan terjadi sebagai
akibat dari
mengingkatnya peran sistem abstrak dalam kehidupan sehari-hari.
Keterasingan ini akan membawa kita kepada keamanan ontologis yang semakin besar.
Dalam masyarakat yang bertipe tradisional (tidak modern) aktivitas individu tidak ditentukan
oleh pertimbangan-pertimbangan yang berlebihan, karena pilihan yang tersedia telah
mengacu pada pradeterminasi, berupa kebiasaan, tradisi, atau nilai. Di sisi lain, masyarakat
post-tradisional lebih cenderung tidak memperhatikan kebiasaan-kebiasaan yang “pakem.
Dengan demikian, masyarakat kota Malang pengguna KB non permanen masih terpengaruh
tradisi lama dan tidak ingin mengikuti kemajuan tehknologi kesehatan dan mematuhi
perkembangan kebijakan pemerintah, sedangkan manusia modern menurut Alex Inkeles
adalah sebagai berikut:
Ciri-ciri Manusia Modern Menurut Alex Inkeles, dalam (Maryati:2001) terdapat 9
(Sembilan) ciri manusia modern yakni:
1.
Memiliki sikap hidup untuk menerima hal-hal baru dan terbuka untuk perubahan.
2. Memiliki keberanian untuk menyatakan pendapat atau opini mengenai lingkungannya
sendiri atau kejadian yang terjadi jauh di luar lingkungannya serta dapat bersikap
demokratis.
3.
Menghargai waktu dan lebih banyak berorientasi ke masa depan dari pada masa lalu.
4.
Memiliki perencanaan dan pengorganisasian
5. Percaya diri
6. Perhitungan
7. Menghargai harkat hidup manusia lain
8. Percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi
9. Menjunjung tinggi suatu sikap di mana imbalan yang diterima seseorang harus sesuai
dengan prestasinya dalam masyarakat
Berdasarkan permasalahan tersebut maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul
Hubungan Tingkat Modernitas dengan Tingkat Partisipasi dalam Penggunaan KB Permanen di
Kecamatan Lowokwaru Kabupaten Malang Jawa Timur.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagiamana hubungan antara tingkat modernitas dengan tingkat partisipasi dalam
penggunaan KB Permanen di Kecamatan Lowokwaru Kabupaten Malang Jawa
Timur?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Melihat hubungan antara tingkat modernitas dengan tingkat
partisipasi dalam
penggunaan KB Permanen di Kecamatan Lowokwaru Kabupaten Malang Jawa Timur
2. Untuk menganalisis hubungan antara tingkat modernitas dengan tingkat partisipasi
dalam penggunaan KB Permanen) di Kecamatan Lowokwaru Kabupaten Malang.
Jawa Timur
1.4 Manfaat Peneliian
Manfaat Akademis
Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran umum
mengenai kondisi, keadaan dan permasalahan tentang hubungan tingkat modernitas dengan
bagaimana upaya masyarakat untuk mewujudkan masyarakat yang aktif berpatisipasi
menggunakan KB permanen yang dianjurkan pemerintah.
1. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak yang
berwenang untuk menangani masalah
pengendalian penduduk yaitu DP3AP2KB dalam
setiap kegiatan sosialisasi KB yang diadakan sebagai sebuah proses untuk menekan laju
pertumbuhan penduduk kota Malang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang digunakan oleh peneliti sebagai acuan penelitian
selanjutnya, ada beberapa penelitian. Pertama adalah penelitian dari Ayu Fitri yang
berjudul Hubungan Tingkat Pendidikan dan Penggunanan Alat Kontrasepsi dengan
Jumlah Anak yang Dilahirkan Wanita Pasangan Usia Subur (PUS) di Desa
Pemanggilan Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Kelebihan penelitian
Ayu Fitri adalah dapat mengkaji hubungan tingkat pendidikan dengan jumlah anak
yang dilahirkan oleh wanita pasangan usia subur (PUS) dan dapat mengkaji hubungan
penggunaan alat kontrasepsi dengan jumlah anak yang dilahirkan oleh wanita
pasangan usia subur (PUS) serta dapat mengkaji hubungan tingkat pendidikan dan
penggunaan alat kontrasepsi dengan jumlah anak yang dilahirkan wanita pasangan
usia subur. Sehingga dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwasanya ada
hubungan antara tingkat pendidikan dan penggunaan alat kontrasepsi dengan jumlah
anak yang dilahirkan wanita PUS di Desa Pemanggilan Kecamatan Natar Kabupaten
Lampung Selatan. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengujian hipotesis didapatkan
nilai Qxy Tied T sebesar 0,84 yang menunjukkan hubungan yang sangat kuat. Wanita
PUS dengan pendidikan rendah (tidak tamat SD sampai tamat SMP) yang
menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek (Non MKJP) memiliki jumlah anak
yang dilahirkan lebih banyak dengan rata-rata 3,40 anak dan wanita PUS dengan
pendidikan rendah yang menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang (MKJP)
memiliki jumlah anak yang dilahirkan lebih sedikit dengan rata-rata 3,25 anak.
Sedangkan wanita PUS dengan pendidikan tinggi yang menggunakan alat kontrasepsi
jangka pendek (Non MKJP) memiliki jumlah anak yang dilahirkan dengan rata-rata
2,56 anak dan wanita PUS dengan pendidikan tinggi yang menggunakan alat
kontrasepsi jangka panjang (MKJP) memiliki jumlah anak yang dilahirkan dengan
rata-rata 1,8 anak.
Penelitian terdahulu yang kedua yaitu penelitian dari Ni Putu Dewi
Sriwahyuni, Nunuk
Suryani,
Pancrasia Murdani K,
yang berjudul Hubungan
Pengetahuan dan Sikap Akseptor KB Pria tentang Vasektomi serta Dukungan
Keluarga dengan Partisipasi Pria dalam Vasektomi di Kecamatan Tejakula Kabupaten
Buleleng .
Kelebihan dari penelitian ini adalah dapat menganalisis
hubungan
pengetahuan akseptor KB pria tentang vasektomi dengan partisipasi pria dalam
Vasektomi, hubungan sikap akseptor KB pria tentang vasektomi dengan partisipasi
pria dalam Vasektomi dan hubungan dukungan keluarga dengan partisipasi pria dalam
vasektomi serta hubungan pengetahuan , sikap akseptor KB Pria tentang vasektomi
dan dukungan keluarga secara bersama-sama dengan partisipasi pria dalam vasektomi
di Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng. Sehingga dari penelitian tersebut
didapatkan hasil bahwa ada kecenderungan bahwa akseptor KB pria yang tingkat
pengetahuannya tinggi tentang vasektomi, cenderung ikut berpartisipasi dalam
vasektomi dibandingkan dengan akseptor KB pria yang pengetahuannya rendah. Hal
ini terlihat bahwa akseptor KB pria yang pengetahuannya rendah, sebanyak 22,0%
ikut berpartisipasi dalam vasektomi dan 71,7% tidak berpartisipasi dalam vasektomi,
sedangkan pada akseptor KB pria dengan tingkat pengetahuan tinggi, sebanyak 78,0%
ikut berpartisipasi dalam vasektomi dan 28,3% tidak ikut berpartisipasi dalam
vasektomi dan adanya kecenderungan bahwa akseptor KB pria yang memiliki sikap
tinggi
tentang
vasektomi,
cenderung
ikut
berpartisipasi
dalam
vasektomi
dibandingkan dengan akseptor KB pria yang memiliki sikap rendah. Hal ini terlihat
bahwa akseptor KB pria yang sikapnya rendah, sebanyak 29,3% ikut berpartisipasi
dalam vasektomi dan 65,2% tidak berpartisipasi dalam vasektomi, sedangkan pada
akseptor KB pria dengan sikapnya tinggi, sebanyak 70,7% ikut berpartisipasi dalam
vasektomi dan 34,8% tidak ikut berpartisipasi dalam vasektomi serta adanya
kecenderungan bahwa akseptor KB pria yang memiliki dukungan keluarga tinggi,
cenderung ikut berpartisipasi dalam vasektomi daripada akseptor KB pria yang
dukungan keluarganya rendah. Hal ini terlihat bahwa akseptor KB pria yang
dukungan keluarganya rendah, sebanyak 41,5% ikut berpartisipasi dalam vasektomi
dan 65,2%tidak berpartisipasi dalam vasektomi, sedangkan pada akseptor KB pria
dengan dukungan keluarga tinggi, sebanyak 58,5% ikut berpartisipasi dalam
vasektomi dan 34,8% tidak berpartisipasi dalam vasektomi.
Penelitian terdahulu yang terakhir adalah penelitian dari Oktaviani
Mulyaningtyas Rahmayanti yang berjudul Hubungan antara Tingkat Pendidikan dan
Pendapatan dengan Tingkat Partisipasi PUS dalam pelaksanaan Program Berencana di
Desa Menganti Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap. Kelebihan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan pendapatan dengan
tingkat partisipasi PUS dalam program Keluarga Berencana di desa Meganti
Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap. Sehingga dari penelitian tersebut
didapatkan hasil bahwa pendapatan yang tinggi dan tingkat pendidikan yang tinggi
biasanya lebih memilih alat kontrasepsi yang bersifat semi permanen yaitu
implant/susuk atau spiral, dibandingkan dengan pendapatan yangrendah mereka lebih
memilih menggunakan pil atau suntik, dari 100 sampel didapat 45 orang
berpendidikan tinggi sehingga partisipasi PUS dalam program Keluarga Berencana
juga rendah yaitu sebesar 34, 62 % dan dari 100 sampel sebanyak 25 %
berpendapatan tinggi sehingga pendapatan rendah keikutsertaan PUS dalam program
Keluarga Berencana juga rendah.
Judul
Ayu Fitri (2016)
Hubungan Tingkat
Pendidikan dan
Penggunaan Alat
Kontrasepsi dengan
Jumlah Anak yang
Dilahirkan Wanita
Pasangan Usia Subur
(PUS) di Desa
Pemanggilan
Kecamatan Natar
Kabupaten Lampung
Selatan.
Teori/Konsep
Tingkat
Pendidikan
Penggunaan
Alat
Kontrasepsi
Jumlah anak
yang
dilahirkan
Wahyuni, Ni Putu
Dewi (2013)
Hubungan
Pengetahuan dan
Sikap Akseptor KB
Pria Tentang
Vasektomi serta
Dukungan Keluarga
dengan Partisipasi Pria
dalam Vasektomi di
Kecamatan Tejakula
Kabupaten Buleleng.
Metode
Kuantitatif
Deskriptif
Pengetahuan
Sikap
Dukungan
keluarga
Partisipasi
dalam
Vasektomi
Kuantitatif
observasiona
l analalitik
Hasil Penelitian
Pendidikan yang rendah
mempengaruhi jumlah
anak yang dilahirkan
yaitu sebesar 3,39 anak
sebaliknya dengan
pendidikan yang tinggi
maka jumlah anak yang
dilahirkan lebih sedikit
yaitu 2,34 anak
Penggunaan alat
kontrasepsi
mempengaruhi jumlah
anak yang dilahirkan,
pemakaian alat
kontrasepsi non MKJP
melahirkan anak lebih
banyak yaitu 3,12 anak,
penggunaan alat
kontrasepsi MKJP
melahirkan anak lebih
sedikit yaitu 2,21 anak.
Akseptor KB pria yang
pengetahuanya rendah,
sebanyak 22,0% ikut
berpatisipasi dalam
vasektomi sedangkan
pada akseptor KB pria
dengan pengetahuan
tinggi sebanyak 78,0%
ikut berpatisipasi dalam
vasektomi
Akseptor KB pria yang
sikapnya rendah
sebanyak 29,3% ikut
berpatisipasi dalam
vasektomi, sedangkan
pada akseptor KB pria
dengan sikap tinggi
Oktaviani
Mulyaningtyas
Rahmayanti (2015)
Hubungan antara
Tingkat Pendidikan
dan Pendapatan
dengan tingkat
Partisipasi PUS dalam
Pelaksanaan Program
Keluarga Berencana di
Desa Meganti
Kecamatan Kesugihan
Kabupaten Cilacap
Aini Lutfi (2018)
Hubungan antara
Tingkat Modernisasi
dengan Tingkat
Partisipasi dalam
Penggunaan KB
Permanen di
KecamatanLowokwar
u Kabupaten Malang
Jawa Timur
Tingkat
pendidikan
Tingkat
Pendapatan
Tingkat
Partisipasi
Tingkat
Modernisasi
menurut
Alex Inkeles
Tingkat
Partisipasi
Kuantitatif
deskriptif
Kuantitatif
Deskriptif
sebanyak 70,7% ikut
berpatisipasi dalam
vasektomi
Akseptor KB pria
dengan dukungan
keluarga yang rendah
sebanyak 41,5% ikut
berpatisipasi dalam
vasektomi sedangkan
akseptor KB pria
dengan keluarga yang
tinggi sebanyak 58,5%
Tingkat pendidikan
rendah sehingga
partisipasi PUS dalam
pelaksanaan program
keluarga berencana
sebesar 46, 15%
Tingkat pendapatan
rendah sehingga
partisipasi PUS dalam
pelaksanaan program
keluarga berencana
sebesar 53,08%
-
1.2 Landasan Kondeptual
1.2.1
Modernitas
Pengertian Modern menurut Anthony Gidens mendefinisikan modern sebagai dunia
refleksif. Dunia modern menimbulkan “keterasingan pengalaman” atau proses yang
berkaitan dengan penyembunyian yang memisahkan rutinias kehidupan sehari-hari dari
fenomena-fenomena kegilaan, kriminalitas, penyakit dan
kematian, dan seksualitas.
Keterasingan terjadi sebagai akibat dari mengingkatnya peran sistem abstrak dalam
kehidupan sehari-hari. Keterasingan ini akan membawa kita kepada keamanan ontologis
yang semakin besar. Dalam masyarakat yang bertipe tradisional (tidak modern) aktivitas
individu tidak ditentukan oleh pertimbangan-pertimbangan yang berlebihan, karena pilihan
yang tersedia telah mengacu pada pradeterminasi, berupa kebiasaan, tradisi, atau nilai. Di sisi
lain, masyarakat post-tradisional lebih cenderung tidak memperhatikan kebiasaan-kebiasaan
yang “pakem. Dengan demikian, masyarakat kota Malang pengguna KB non permanen masih
terpengaruh tradisi lama dan tidak ingin mengikuti kemajuan tehknologi kesehatan dan
mematuhi perkembangan kebijakan pemerintah.
Ciri-ciri Manusia Modern Menurut Alex Inkeles, dalam (Maryati:2001) terdapat 9
(Sembilan) ciri manusia modern yakni:
1. Memiliki sikap hidup untuk menerima hal-hal baru dan terbuka untuk perubahan.
2. Memiliki keberanian untuk menyatakan pendapat atau opini mengenai lingkungannya
sendiri atau kejadian yang terjadi jauh di luar lingkungannya serta dapat bersikap
demokratis.
3.
Menghargai waktu dan lebih banyak berorientasi ke masa depan dari pada masa lalu.
4.
Memiliki perencanaan dan pengorganisasian
5. Percaya diri
6. Perhitungan
7. Menghargai harkat hidup manusia lain
8. Percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi
9. Menjunjung tinggi suatu sikap di mana imbalan yang diterima seseorang harus sesuai
dengan prestasinya dalam masyarakat
Syarat-syarat Modernisasi
Menurut Soerjono Soekanto (1987:137) terdapat beberapa syarat-syarat modernisasi
yaitu:
1.) Cara pikir yang ilmiah yang sudah melembaga dan tertanam kuat dalam kalangan
pemerintah maupun masyarakat luas.
2.) Sistem administrasi Negara yang baik dan benar-benar mewujudkan birokrasi.
3.) Sistem pengumpulan data yang baik, teratur dan terpusat pada suatu lembaga atau
Badan tertentu seperti BPS (Biro Pusat Statistik).
4.) Penciptaan iklim yang menyenangkan terhadap modernisasi terutama media
massa
5.) Tingkat organisasi yang tinggi, terutama disiplin diri.
6.) Sentralisasi wewenang dalam perencanaan sosial yang tidak mementingkan
kepentingan pribadi atau golongan. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dimbil
kesimpulan bahwa pengertian modernisasi adalah proses perubahan sosial dimana
masyarakatnya sedang memperbaharui dirinya dengan cara mendapatkan ciri-ciri
dan memenuhi syarat-syarat sebagai masyarakat modern.
2.2.2 Partisipasi Pembangunan menurut Cohen dan Uphoff
Menurut Cohen dan Uphoff (1977) partisipasi dalam pembangunan berarti mengambil
bagian atau peran dalam pembangunan, baik dalam bentuk pernyataan mengikuti kegiatan,
memberi masukan berupa pemikiran, tenaga, waktu keahlian, modal, dana dan atau materi,
serta ikut memanfatkan dan menikmati hasilnya (Rizqina, 2010: 15).
Selanjutnya Cohen dan Uphoff (1977) membagi partisipasi menjadi 4 jenis sesuai
dengan sistem dan mekanisme patisipasi, yaitu:
1. Partisipasi dalam pembuatan keputusan dan kebijakan organisasi, adalah proses dimana
prioritas-prioritas pembangunan dipilih dan dibentuk program yang sesuai dengan
kepentingan masyarakat. dalam partisipasi ini masyarakat diberi kesempatan untuk
mengemukakan pendapat untuk menilai suatu rencana, dan menilai suatu keputusan atau
kebijaksanaan yang sedang berjalan.
2. Partisipasi dalam kegiatan operasional pembangunan berdasarkan program yang telah
ditetapkan. Bentuk partisipasi masyarakat dapat dilhat dari keaktifan berpartisipasi,
bentuk-bentuk yang dipartisipasikan misalnya tenaga, fikiran, materi dan atau uang.
3. Partisipasi dalam memanfaatkan hasil-hasil pembangunan yang dicapai dalam pelaksanaan
pembangunan, partisipasi dalam pemanfaatan ini selain dapat dilihat dari pemanfaatan
pembangunan juga dapat dilihat dari dampak pembangunan terhadap tingkat kehidupan
masyarakat.
4. Partisipasi dalam evaluasi, masyarakat dilibatkan secara langsung atau tidak langsung
dalam mengawasi atau menilai suatu program yang telah berjalan. Bentuk partisipasinya
bisa berupa pemberian kritik/protes dan pemberian saran (Rizqina, 2010: 20-21).
Menggunakan konsep partisipasi Uphoff dan Cohen ini peneliti akan mengukur tingkat
partisipasi masyarakat menggunakan KB permanen.
1.3 Definisi Opersional Variabel
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua variable yaitu variable bebas (variable
X) dan variable terikat (variable Y). variable X dalam penelitian ini adalah tingkat
modernisasi ndan variable Y adalah tingkat partisipasi masyarakat kecamatan Lowokwaru
kabupaten Malang Jawa Timur. dalam penggunaan KB permanen. Berikut penurunan
teori/konsep, variable, indikator dan item dalam penelitian ini :
Tabel 2: Teori/Konsep, Variabel, Indikator dan Item Modernitas
Teori/ Konsep
Modernitas (Alex
Inkeles)
Variabel
Tingkat
Modernitas (X)
Indikator
Sikap
Demokratis
Berorientasi
pada masa depan
Item
Keingintauhan
mengenai KB
Mempuyai
pengetahuan
mengenai adanya KB
Permanen
Alasan ingin untuk
melakukan program
KB permenen
Keikutsertaan dalam
sosialisasi KB yang
diadakan oleh dinas
setempat yaitu
DP3AP2KB kota
Malang
Keberanian
mengemukaan
pendapat dalam
sebuah sosialisasi KB
Tindakan
pengambilan
keputusan pemilihan
KB yang melibatkan
seluruh anggota
keluarga
Tindakan ingin
mencegah mempuyai
anak banyak (lebih
dari dua anak)
Tindakan ingin
menyelamatkan
ancaman jumlah
penduudk Indonesia
yang dari tahun ke
tahun semakin
bertambah banyak
Perencanaan dan
Pengorganisasia
n
Percaya Diri
Perhitungan
Tindakan ingin
menghindari penyakit
atau gangguan
kesehatan yang
berhubungan dengan
penggunaan KB non
permanen
Tindakan
meninggalkan
kebiasaan lama yang
berkembang di
masyarakat (kb non
permanen)
Tindakan ingin
membantu pemerintah
dalam upaya
pengendalian
penduduk
Tindakan ingin
mencegah banyak
anak
Tindakan ingin
mengurangi beban
tanggungan hidup
keluarga dengan
mengurangi anak
dalam keluarga
Tanggung jawab pada
setiap kegiatan yang
dilakukan yang
berhubungan dengan
keikutsertaan dalam
program KB
permenen
Keyakinan dan
kemampuan individu/
keluarga dalam
keikutsertaan program
Tindakan
mempertimbangkan
keikutsertaan program
KB permenen (biaya,
waktu, tempat)
Tindakan
mempertimbangkan
Penerapan ilmu
pegetahuan dan
tehnologi
kelebihan dan
kekurangan dari
keikutsertaan program
KB permanen
Tindakan menjunjung
tinggi ilmu
pengetahuan dan
tehnologi yang
berkembang.
Tindakan menerapkan
ilmu dan
perkembangan
tehnologi baru
teutama dalam dunia
kesehatan mengenai
cara baru KB yang
jangka panjang dan
keberhasilan tinggi
Tabel 3 Teori/Konsep, Variabel, Indikator, Item Partisipasi Pembangunan
Teori/Konsep
Kosep partisipasi
pembangunan
(Cohen dan Uphoff)
Variabel
Tingkat partisipasi
(y)
Indikator
Sikap
Rasa percaya
diri dalam
menjalankan
program
Sikap berani
mengambil
Item
Keikutsertaan
dalam program
KB permanen
Tindakan
melaksanakan
program KB
Permanen
Tanggung jawab
pada setiap
kegiatan KB
permenen yang
dilakukan
Keyankinan dan
kemampuan dalam
segala hal (modal,
waktu, tenaga,
baiaya, pikiran )
dalam mengikuti
program KB
permanen
Mengetahui resiko
dari pelaksanaan
resiko dan
manfaat
Melakukan
Evaluasi
1.4
program
Mengetahui
manfaat yang
didapat setelah
meleksanakan
program KB
permanen
Tindakan
melakukan
evelauasi atau
penilaian terhadap
program yang
sudah dijalankan
yaitu KB
permanen
Memberikan saran
untuk
menginformasikan
kepada masyarakat
atau kelauarga lain
mengenai program
KB permanen
Kerangka Pemikiran
Tingkat Modernitas
Tingkat Partisipasi penggunaan KB
Permenen
Gambar 1 : Kerangka Berpikir Hubungan Tingkat Modernisasi dengan Tingkat Partisipasi Penggunaan
KB Permenen di Kecamatan Lowokwaru Kabupaten Malang Jawa Timur
Berawal dari adanya Permasalahan partisipasi KB hampir merata di seluruh Indonesia tak
terkecuali di Kota Malang. Data partisipasi KB di Kota Malang masih tergolong rendah dimana
hal tersebut dapat dilihat dari angka partisipasi yang hanya mencapai 65% dari total pasangan usia
subur, Untuk melakukan program KB dibutuhkan alat kontrasepsi. Kontrasepsi ada dua macam
yaitu kontrasepsi permanen dan non permanen. Kontrasepsi permanen sering disebut juga dengan
kontrasepsi menetap, yaitu membuat kemampuan untuk hamil menjadi sulit dikembalikan atau
tidak dapat hamil kembali. Usaha kontrasepsi permanen dilakukan dengan cara operasi, baik pada
pria maupun wanita. Pada wanita disebut Tubektomi yaitu pemotongan saluran tabung Fallopi
(oviduk), pada pria disebut Vasektomi yaitu pemutusan saluran sperma. Cara ini sangat dianjurkan
oleh pemerintah karena memeberikan manfaat jangka panjang yaitu untuk mengurangi jumlah
anak dalam keluarga dan menekan laju pertumbuhan penduduk kota Malang. Tak banyak
masyarakat yang mengetahui juga berani dan mampu mengikuti program penggunaan KB
Permanen, karena masih terpengaruh tradisi lama dan tidak ingin mengikuti kemajuan tehknologi
kesehatan dan mematuhi perkembangan kebijakan pemerintah , sikap masyarakat yang seperti itu
dianggap sebagai sikap yang tidak modern, tidak mau menerima penemuan dan tradisi baru yang
merupakan hasil dari perkembangan ilmu pengetahuan dan tehknologi di bidang kesehatan yang
sudah diuji keamanan dan keberhasilanya di dunia kesehatan.
Seperti yang dijelaskan oleh Alex Inkeless mengenai ciri – ciri masyarakat modern, yaitu
sikap ingin tahu yang tinggi, percaya diri, demokratis, perhitungan, percaya dan menerapkan ilmu
pengetahuan dan tehknologi juga berorientasi pada masa depan serta mempuyai perencanaan dan
pengorganisasian, sikap – sikap masyarakat yang seperti itu dinilai sebagai sikap yang modern,
dengan adanya sikap – sikap yang modern inilah yang dapat mempengaruhi pemikiran dan
partisipasi masyarakat dalam program penggunaan KB permenen. Sehingga dari gambar dapat
diketahui bahwa adanya modernitas menjadi salah satu alasan terciptanya partisipasi masyarakat
dalam penggunaan KB permanen.
2.5 Hipotesis
Bedasarkan teori – teori dan pemikiran diatas maka dapat diperkirakan bahwa tingkat
modernitas mempengaruhi tingkat partisipasi penggunaan KB permanen di kecamatan
Lowokwaru kabupaten Malang. Jawa Timur.
H0 : Tidak ada hubungan tingkat modernisasi dengan tingkat partisipasi penggunaan
KB permanen
H1 : Ada hubungan tingkat modernisasi dengan tingkat partisipasi penggunaan KB
permanen
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Jenis dan Pendekatan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mendiskripsikan dan menganalis hubungan antara tingkat
modernitas dengan tingkat partisipasi dalam penggunaan KB permanen di kecamatan
Lowokwaru kabupaten Malang Jawa Timur. Rumusan tujuan dan masalah tersebut disusun
untuk menjawab hipotesis penelitian. Penelitian ini termasuk pada penelitian korelasiaonal
dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, metode analisis statistik deskriptif inferensial,
dan tehnik analisis datanya korelasi dan regresi baik tunggal maupun ganda.
Penelitian korelasional menurut Suryabrata (2013. 82) adalah penelitian yang digunakan
untuk mengetahui fungsional antara dua variabel atau lebih, baik hubungan terpisah antar
variabel atau bersama-sama. Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data yang
diperoleh. Sedangkan statistik inferensial digunakan untuk membuat kesimpulan. (Sugiyono
2003169-170) menjelaskan bahwa statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan
cara mendeskripsikan data yang terkumpul sebagaimana adanya, tanpa maksud membuat
kesimpulan secara umum. Statistik inferensial adalah tehnik statistik yang digunakan untuk
menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.
Statistik inferensial yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan jenis statistik
paramerik. Sugiyono (2003:171) menjelaskan bahwa dalam statistik inferensial terdapat
statistik parametrik dan non parametrik. Dalam penggunaanya tergantung pada asumsi dan jenis
data yang diggunakan. Penggunaaan statistik parametrik harus secara random, sedangkan dalam
statistik non parametrik tidak harus memenuhi asumsi – asumsi tersebut. Oleh karena itu
sebelum melakukan analisis tiap hipotesis yang diajukan, data yang diperolah terlebih dahulu
dicari normalitasnya.
Pendekatan kuantitatif merupakan penelitian dengan karateristik penalaran logis dan
deduktif yaitu berbasis pemgetahuan, hubungan sebab akibat, menguji teori, melakukan uji
analisis statistik dan objektif. (Danim 2002 :34). Kerlinger (Creswell 1994:82) mendefinisikan
pendekatan kuantitatif yaitu a set of inttereleted constructs (variables), definition and
propositions that present systematic view phenomena by specipving relations among variables
with purpose of explaining natural phenomena by specipving relations among variables with
purpose of explaining natural phenomena’ (pendekatan kuantitatif sebagai suatu keterkaitan
dari variabel, rumusan dan dalil- dalil yang tersusun secara sistematis, khusunya hubungan
antara variabel- variabel dengan tujuan untuk menjelaskan hubungan fenomena tersebut,
pendekatan kuantitatif pada penelitian ini digunakan pada tahap uji coba.
Penelitian kauntitatif sebagai penelitian empirik yang datanya dikumpulkan dan disajikan
dalam bentuk angka. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey yaitu
upaya pengumpulan informasi dari sebagian populasi yang dianggap dapat mewakili populasi
tertentu. Metode ini bertitik tolak pada konsep, hipotesis, dan teori yang yang sudah mapan
sehingga tidak akan memunculkan teori yang baru. Penelitian survei memiliki sifat verifikasi
atau pengecekan terhadap teori yang sudah ada (Mantra, 2001). Penelitian survei merupakan
perangkat penelitian yang murah dan cepat sehingga informasi yang dibutukan dapat dihasilkan
secara akurat dan tepat waktu. Bentuk kuesionernya pun sederhana dan relatif mudah sehingga
tidak mmerlukan pelatihan secara khusus (Stone, 1993) dengan tehnik korelasional. Metode
survei adalah penelitian yang dalam pengumpulan datanya dilakukan dengan menggunakan
kuesioner. Yaitu daftar pertanyaan atau peryataan untuk mengumpulkan jawaban dari sejumlah
responden (sampel). Adapun tehnik korelasionel berkaitan dengan pengukuran hubunganhubungan antara dua atau lebih variabel yaitu dengan mengkorelasikan Skor data modernitas
dengan partisipasi.
3.2
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kota Malang tepatnya di kelurahan Lowokwaru , alasan
peneliti melakukan penelitian di tempat tersebut karena
Dinas pengendalian penduduk,
pemberdayaan perempuan, dan perlindungan anak (DP3AP2KB) sedang mengintesifkan
program pengendalian penduduk melalui penggunaan KB permanen seluruh daerah di kota
Malang, tak terkecuali kecamatan Lowokwaru dan alasan pemilihan kecamatan Lowokwaru
adalah bedasarkan data partisipasi KB di Kota Malang presentase kecamatan Lowokwaru
yang tidak mengikuti KB terbesar yaitu 26,91%. Kecamatan Lowokwaru terdiri dari 12
kelurahan dengan letak geografis yang berbeda-beda baik dari segi luas wilayah, kepadatan
penduduk, jumlah penduduk maupun aspek sosio demografi. Peneliti memilih kelurahan
Lowokwaru sebagai objek penelitian karena termasuk kelurahan dengan jumlah angka partisipasi
terendah nomor dua setelah Mojolangu. Jumlah pasangan usia subur yang tidak mengikuti KB di
lowokwaru mencapai 834 pasangan dari total 20.115 pasangan usia subur. Dari sisi administrative
dan geografis kelurahan Lowokwaru termasuk berada di tengah kota seperti halnya Dinoyo,
Sumbersari, dan Tlogomas. Namun dibandingkan dengan ketiga kelurahan tersebut kelurahan
Lowokwaru memiliki angka partisipasi paling rendah, padahal program dan kegiatan sosialisasi
KB hampri sama.alasan tersebut yang mendasari peneliti memilih kelurahan Lowokwaru sebagai
lokasi penelitian.
3.3 Populasi
Menurut Ida Bagoes dan Kasto (dalam Singarimbun dan Effendi, 1995) bahwa populasi
adalah jumlah keseluruhan dan unit analisa yang ciri – cirinya akan diduga. Bisa dikatakan bahwa
ciri – ciri dalam populasi tersebut merupakan sejumlah penduduk atau individu yang paling
memiliki sifat yang sama (S, Hadi 1993) . pupulasi juga didefinisikan sebagai keseluruhan subjek.
(Arikunto, 1991). Sehingga dari penjelasan populasi tersebut maka dapat diartikan sebagai jumlah
keseluruhan dari individu sebagai subjek penelitian dan memiliki karateristik yang sama. Populasi
dalam penelitian ini berfokus pada seluruh masyarakat kecamatan Lowokwaru yang tergolong
dalam PUS (pasangan usia subur) yang diharapkan untuk mengikuti program KB terutama KB
permanen agar suapaya dapat membantu pemerintah dalam upaya pengendalian penduduk di kota
Malang dan mengurangi jumlah anak yang dilahirkan. Bedasarkan data Dinas pemberdayaan
perempuan, perlindungan anak dan pengendalian penduduk (DP3AP2KB) tahun 2016 jumlah
keseluruhan pasangan usia subur (PUS) adalah 25.459 ribu jiwa Sehingga total keseluruhan
populasi adalah sebesar 25.459.
3.4 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi
besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena
keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari
populasi itu (Sugiyono, 2007: 61). Sampel juga dikatakan sebagai bagian dari analisis yang
terdapat dalam populasi (Neuman, 2000). Sampel bisa berupa suatu metode pengambilan yang
dilakukan secara ideal dan memiliki sifat (a) dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya
dan mewakili seluruh populasi. (b) menggunakan tehnik pengambilan sampel yang besar
(Idrus,2009).Untuk menentukan sampel maka dapa;;t menggunakan rumus Slovin yaitu
( Krisyanto, 2006) :
Keterangan :
n : Jumlah Sampel
N : Jumlah Populasi
n=
N
N (d ²)+1
n=
25. 459
25.459( 0,1²)+1
n=
25.459
255,59
n=99,608
n=100
Dari perhitungan sampel menggunakan rumus slovin tersebut maka dalam penelitian ini
membutuhkan 100 sampel yang dapat mewakili populasi pasangan usia subur kecamatan
Lowokwaru kota Malang. Selanjutnya, dalam pemilihan sampel, peneliti menggunakan
teknik random sampling. Penggunaan teknik tersebut karena adanya penghematan waktu,
biaya dan tenaga serta kemungkinan memperoleh hasil yang akurat lebih besar mnegingat
jumlah populasi yang cukup banyak.
3.5 Jenis Data
Penelitian dengan judul hubungan antara tingkat modernitas dengan tingkat partisipasi dalam
penggunaan KB Permanen di kecamatan Lowokwaru Kabupaten Malang Jawa Timur ini
menggunakan data kuantitatif yang kemudian dinyatakan dalam bentuk statis atau angka dari
bentuk item yang ada dalam kuesioner. Dalam hal ini, jenis data yang digunakan berupa data
ordinal. Data ordinal merupakan data yang didasarkan pada ranking., yang diurutkan dari jenjang
tinggi sampai jenjang rendah atau sebaliknya, (Sunarto, 2009). Kuesioner yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan kuesioner semi terbuka, Namun setiap peryataan dalam kuesioner
berisi kenyataan di lapangan
3.6 Sumber Data
3.6.1 Data Primer
Data primer merupakan data yang didapat peneliti menurut cara memperolehnya yang
biasanya didapat ketika turun lapang. Sehingga data primer didapatkan secara langsungdari objek
penelitian atau justru responden sendiri. Data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa
cara yakni :
a. Observasi
Observasi menrupakan cara yang digunakan untuk memperoleh data atau informasi melalui
pengamatan secara langsung dilapangan, guna melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Idrus,
2009). Observasi dalam penelitian ini dilakukan beberapa kali dalam tahap prasurvey yang
diharapkan mampu mengetahui fenomena atau gejala yang terjadi di lapangan. Sehingga peneliti
bisa mengetahui variabel yang didapat dari adanya observasi ini.
b. Anget atau Kuesioner
Angket atau kuesioner dalah metode yang memberikan sejumlah pertayaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden. Menurut Masri Singarimbun dan Tri
Handayani (dalam Singarimbun & Effendi, 1995). Tujuan pook pembuatan kuesioner adalah a)
untuk memperoleh informasi dengan reliable dan validitas yang tinggi, hal ini perlu diperhatikan
oleh peneliti dalam menyusun kuesioner. Pertayaan – pertayaan yang disusun harus sesuai
dengan hipotesa dan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner semi
terbuka yang memungkinkan jawaban sudah disediakan terlebih dahulu sehingga responden
masih diberi opsi jawaban yang lain juga,
c. Wawancara
Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi dan interaksi (Singarimbun
&Effendi 1995). Dalam penelitian ini tehnik wawancara dilakukan sebagai cara guna
mendapatkan data pendukung untuk memperkuat jawaban dari angket atau kuesioner. Bisa
dibilabg wawancara merupakan proses komunikasi yang sangat menentukan dalam proses
penelitian. Hasil yang didapat menjadi lebih mendalam karena mampu menggali secara lebih
mendetail. Dalam pelaksanaanya, wawancara pada penelitian ini dilakukan secara semi
stuctured dimana interview dengan pertanyaan yang terstukturyang kemudian satu persatu
diperdalam dalam menggali keterangan lebih lanjut. Dengan model seperti ini, maka
diharapkan semua variabel yang ingin digali dala penelitian ini dapat diperoleh secara lengkap
dan mendalam (Briman, 2004).
3.6.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data ang digunakan untuk mendukung data primer. Data sekunder
biasanya diperoleh oleh peneliti melalui media perantara atau secara tidak langsung. Umumnya data
sekunder berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data
dokumenter)yang dipublikasikan atau tidak (Briman, 2004). Data sekunder yang digunakan pada
penelitian ini adalah data arsip Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan anak dan Pengendalian
Penduduk (DP3AP2KB) kota Malang. Selain itu data sekunder lain pada penelitian ini juga
didapatkan dari buku atau jurnal penelitian sebelumnya yang dapat dijadikan referensi dalam
melakukan penelitian.
3.7 Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode analis statistik yang pengolahanya dengan memberi kode
(identitas) terhadap data dalam bentuk angka. Selanjutnya, peneliti menggunakan data kuantitatif
dengan mengelompokan jawaban responden yang kemudian disajikan tabulasi silang. Data kuantitatif
menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data dan dibantu menggunakan software SPPSS untuk
mengolah data. Dalam teknik statistik dan untuk mencari hubungan anatara dua variabel atau lebih
dilakukan dengan menghitung korelasi antar variabel.
Korelasi merupakan angka yang menunjukan arah dan kuatnya hubungan atar dua variabel
atau lebih yang dinyatakan dalam bentuk hubungan positif atau negatif. Dikatakan positif jika nilai
suatu variabel ditingkatkan maka akan meningkatkan variabel lain, dan sebaliknya jika dua variabel
atau lebih diturunkan maka akan menurunkan variabel yang lainya. Dikatakan negatif, jika nilai suatu
variabel dinaikan maka akan menurunkan variabel yang lain, serta sebaliknya jika suatu variabel
diturunkan maka akan menaikan variabel lain.
Kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. Korelasi koofisien positif
terbesar adalah 1. An koefisien korelasi negatif terbesar adalah -1 dan sedangkan yang terkecil adalah
0. Bila hubungan anatara dua variabel mempuyai koefisien korelasi 1 atau -1 maka hubungan tersebut
sempurna. Dalam hal ini, arti kejadian- kejadian pada variabel yang mempuyai satu akan dapat
dijelaskan atau diprediksi oleh variabel yang lain tanpa kesalahan (eror). Semakin kecil koefisien
korelasi, maka akan semakin besar eror untuk membuat prediksi. Sebenarnya, besar koefisien korelasi
dapat diketahui bedasarkan penyebaran titik – titik pertemuan antara dua variabel. Bila titik- titik itu
terdapat dalam satu garis, maka koefisien korelasinya 1 atau -1. Namun jika titik- titik membantu
lingkaran, maka koefisien korelasinya 0.
Uji korelasi yang digunakan menggunakan korelasi rank kendal digunakan untuk menguji dua
variabel atau lebih (Priyosududibjo, 2010). Sehingga, dalam penelitian ini dikaitkan dalam dua
variabel yakni tingkat modernitas dengan partisipasi penggunaaan KB permanen rank kendal.
Penggunaan metode analisis korelasi rank kendal memiliki asumsi (1) Sampel lebih dari 10, (2)
Memiliki dua variabel atau lebih, dan skala data paling rendah adalah berskala ordinal (3) Bisa
ditingkatkan ke analisa Parsial. Statistik uji yang dinggunakan ialah :
τ=ΣA–ΣB
N (N-1)
Keterangan :
τ = Koefisien korelasi kendal Tau yang besarnya (-1 < τ < 1)
A = Jumlah rangking atas
B = Jumlah rangking bawah
N = Jumlah anggota sampel
3.8 Uji Keabsahan Data
3.81 Uji Validitas
Validitas menunjukan sejauh mana skor atau nilai atau ukuran yang diperoleh benar- benar
menyatakan
hasil pengukuran atau pengamatan yang ingi diukur (Agung, 1990). Validitas pada umumnya
dipermasalahkan berkaitan dengan hasil pengukuran psiologis atau non fisik. Macam – macam validitas
umunya digolongkan dalam tiga katagori besar, yaitu validitas isi (Conten Validity), Validitas bedasarkan
kriteria (Criterian Related Validity), Validitas Construc. Pada penelitian ini akan dibahas hal menyangkut
validitas untuk menguji apakah pertayaan- pertayaan itu telah mengukur aspek yang sama. Untuk itu
dipergunakanlah validitas kontruck.
Uji validitas dilakukan dengan mengukur korelasi antara variabel/ item dengan skor total variabel.
Cara mengukur validitas konstruck yaitu dengan mencari korelasi antara masing- masing pertayaan dengan
skor total menggunakan rumus tehnik korelasi product moment. Dalam penelitian tentang hubungan
tingkat modernitas dengan partisipasi dalam pengunaan KB permanen di kecamatan Lowokwaru
kabupaten Malang Jawa Timur. Peneliti menggunakan rumus product moment (Arikunto, 1993) :
Rxy = N Σxy – (Σx) (Σy)
√N Σx2 – (Σx)2 (Σx2 – (Σy)2)
Di mana: rxy = koefisien korelasi suatu butir/item
N = jumlah subyek
X = skor suatu butir/item
Y = skor total
Jika nilai probabilitas < 0,05 berarti data yang dimasukkan adalah valid atau bisa dilihat dari
Nilai r kemudian dikonsultasikan dengan rtabel (rkritis). Bila rhitung dari rumus di atas lebih
besar dari rtabel maka butir tersebut valid, dan sebaliknya.
Daftar pustaka
Mochtar, Rustam, 1998.dalam Sejarah Keluarga Berencana. Jakarta : Rinika Cipta.
Hartono, hanafi. 2004. Dalam Seajarah Keluarga Berencana. Bandung: PT Sinar Baru
Algensindo .
Evaluasi keluarga berencana nasional kota malang tahun 2012, kantor DP3AP2KB Jl. Ki
Ageng Gribig no.5 Malang.
Iskandar.2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif).
Jakarta: GP Press.
Koentjaraningrat. 1993. Metode-metode Penelitian Masyarakat.Jakarta, Indonesia : PT
Gramedia
www.menkokesra.go.id diakses pada tanggal 10 Januari 2018 pukul 20.14
www.bkkbn.go.id diakses pada tanggal 10 Januari 2018 pukul 20.20
http://www.alumnifkumi.org/artikel.html?
id=PEMILIHAN_METODE_KONTRASEPSI_JANGKA_PANJANG , 2016
http://makola.malangkota.go.id/tentang-kami/ diakses pada tanggal 12 Januari 2018 pukul
18.20
http://digilib.unila.ac.id/21887/2/SKRIPSI%20TANPA%20BAB
%20PEMBAHASAN.pdf diakses pada tanggal 21 Febuari 2018 pada pukul 18.24
https://www.neliti.com/id/publications/13501/hubungan-pengetahuan-dan-sikapakseptor-kb-pria-tentang-vasektomi-serta-dukungan diakses pada tanggal 25
Febuari 2018 pukul 20.00
https://www.neliti.com/id/publications/13501/hubungan-pengetahuan-dan-sikapakseptor-kb-pria-tentang-vasektomi-serta-dukungan diakses pada tanggal 25 Febuari
2018 pada pukul 20.15
http://digilib.unila.ac.id/2283/11/BAB%20II.pdf diakses pada tanggal 4 Maret 2018 pada
pukul 19.23
https://repositori.unikom.ac.id diakses pada tanggal 5 Maret 2018 pada pukul 20.15
https://ejournal.unsrat.ac.id diakses pada tanggal 7 Maret 2018 pukul 15.03
Kuesioner Penelitian
1. Apakah bapak/ibu menggunakan program KB?
a. Iya
b. Tidak
2. KB jenis apa yang bapak/ibu gunakan ?
a. KB non permanen (pil kb, susuk (implan), cervical cup, suntikan, IUD ( Ultra Uterine
Divice) dan kondom.)
b. KB permenen (vasektomi /pemutusan saluran sperma) atau tubektomi/ pemotongan
saluran ovum)
c. Tidak menggunakan KB apapun
3. Dimanakah bapak/ibu melakukan KB?
a. Rumah sakit
b. Bidan
c. Dilakukan sendiri di rumah dengan membeli sejenis alat atau obat KB
Modernitas
1. Darimanakah bapak/ibu mengetahui mengenai adanya KB permanen (Vasektomi/
pemotongan saluran sperma dan tubektomi/ pemotongan saluran ovum ?
a. Dari sisialisasi KB yang diadakan dinas keluarga berencana/ dp3ap2kb
b. Dari internet dan media sosial, informasi dari keluarga, teman, tetangga
c. Tidak tahu mengenai adanya KB Permanen
2. Apakah bapak /ibu pernah mengikuti sosialisasi KB yang diadakan oleh dinas KB
atau dp3ap2kb kota Malang ?
a. Pernah
b. Tidak pernah
3. Apakah tujuan bapak/ibu tertarik ingin menggunakan KB Permanen ?
a. Ingin lebih aman secara kesehatan, dan terjamin keberhasilanya yaitu tidak akan
hamil lagi/melahirkan anak.
b. Tidak tertarik, karena alasan tertentu
4. Alasan bapak/ibu menggunakan KB permanen ?
a. Mengurangi jumlah anak dalam keluarga (2 anak cukup)
b. Tidak menggunakan KB permanen karena masih ingin punya anak lagi (lebih
dari 2)
5. Apakah bapak/ibu mempuyai rasa takut untuk mengikuti KB permanen?
a. Takut
b. Tidak takut
6. Apakah bapak/ibu merasa keberatan (dari segi biaya) menggunakan KB Permanen?
a. Iya, karena biaya untuk KB permanen lumayan mahal
b. Tidak, karena biaya yang dikeluarkan sebanding dengan hasil
7. Manakah yang bapak/ibu pilih
a. KB permanen (vasektomi dan tubektomi)sebagai hasil dari perkembangan ilmu
pengetahuan dan tehnologi di bidang medis
b. KB non permanen (pil kb, susuk (implan), cervical cup, suntikan, IUD ( Ultra Uterine
Divice) dan kondom.) yang merupakan cara lama KB untuk menunda kehamilan saja
Partisipasi
1. Dengan adanya sosialisasi dan informasi mengenai KB permanen apakah
bapak/ibu sudah menggunakan KB permanen ?
a. Iya sudah
b. Belum
2. Apakah bapak ibu sudah percaya diri dengan memperhitungkan waktu, modal dan
efek dari KB permanen ?
a. Sudah
b. Belum
3. Apakah bapak/ibu sudah mendapat manfaat dari penggunaan KB permanen?
a. Sudah
b. Belum karena belum menggunakan KB permanen
4. Apakah bapak/ibu sudah menginformasikan KB permanen yang bapak/ibu
gunakan kepada keluarga atau