Belajar Mengelola Sampah dari Negara Maj

Belajar Mengelola Sampah dari Negara Maju
Cara terbaik mengurangi sampah adalah dengan tidak menghasilkannya. Hal ini berlaku bagi semua
negara tak terkecuali di negara maju.
Masalah sampah muncul seiring pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat.
Data dari Lembaga Perlindungan Lingkungan AS (Environmental Protection Agency) menyebutkan,
penduduk Amerika menghasilkan 250 juta ton sampah padat per tahun pada 2010. Bandingkan dengan
jumlah sampah padat yang dihasilkan oleh penduduk Indonesia pada periode yang sama yang
mencapai 56,3 juta ton pertahun.
Menurut data statistik Eurostat, setiap tahun, masyarakat Uni Eropa membuang 3 miliar ton sampah –
90 juta ton di antaranya adalah sampah beracun. Dari angka tersebut berarti, setiap pria, wanita dan
anak-anak di Eropa membuang 6 ton sampah padat setiap tahun.
Namun menemukan cara mengelola dan membuang sampah – tanpa merugikan lingkungan – terus
menjadi masalah besar di semua negara hingga saat ini. Di Eropa, kebanyakan dari sampah tersebut
dibakar di tempat pembakaran sampah (incinerators) atau dibuang ke tempat pembuangan sampah
akhir (67%). Namun kedua metode ini sama-sama merusak lingkungan.
Kebutuhan lahan untuk lokasi pembuangan sampah terus meningkat. Sampah juga mencemari udara,
air dan tanah, melepas karbon dioksida (CO2) dan metana (CH4) ke udara, serta bahan kimia dan
pestisida ke tanah. Hal ini membahayakan tidak hanya bagi kesehatan manusia, namun juga bagi
hewan dan tumbuhan.
Amerika Serikat maupun Uni Eropa, berpegang pada tiga prinsip berikut untuk menangani sampah:
1. Mencegah produksi sampah

Strategi ini adalah yang terpenting dalam pola pengelolaan sampah yang sangat terkait dengan upaya
perusahaan untuk memimimalisir kemasan dan upaya memengaruhi konsumen untuk membeli
produk-produk yang ramah lingkungan.
Jika upaya ini berhasil – dengan bantuan media dan lembaga terkait – maka dunia akan bisa
mengurangi sampah secara signifikan dan mendorong penggunaan bahan-bahan ramah lingkungan
dalam setiap produk yang dikonsumsi oleh masyarakat.
2. Mendaur ulang dan menggunakan kembali suatu produk

Jika kita masih sulit untuk mencegah terciptanya sampah, langkah daur ulang adalah langkah alternatif
yang bisa dilakukan untuk menguranginya.
Baik AS maupun negara Uni Eropa, mereka sudah menentukan jenis sampah apa saja yang menjadi
prioritas untuk diolah dan didaur ulang, meliputi sampah kemasan, limbah kendaraan, beterai,
peralatan listrik dan sampah elektronik.
Uni Eropa juga meminta negara-negara anggotanya untuk membuat peraturan tentang pengumpulan
sampah, daur ulang, penggunaan kembali dan pembuangan sampah-sampah di atas. Hasilnya tingkat
daur ulang sampah kemasan di beberapa negara anggota Uni Eropa mencapai lebih dari 50%.
Di AS, keberhasilan upaya daur ulang sejumlah produk juga sangat menggembirakan. Jumlah baterai
(aki) kendaraan yang berhasil didaur ulang mencapai 96%. Jumlah surat kabar dan kertas yang
berhasil didaur ulang ada di tempat kedua sebesar 71% dan sekitar duapertiga (67%) kaleng baja
berhasil didaur ulang. Tantangan terbesar ada pada upaya mendaur ulang produk-produk elektronik

konsumen dan wadah gelas. AS baru berhasil mendaur ulang seperempat (25%) dan sepertiganya.
3. Memerbaiki cara pengawasan dan pembuangan sampah akhir
Jika sampah tidak berhasil didaur ulang atau digunakan kembali sampah harus dibakar dengan aman.
Lokasi pembuangan sampah adalah solusi terakhir. Kedua metode ini memerlukan pengawasan yang
ketat karena berpotensi merusak lingkungan.
Uni Eropa baru-baru ini menyetujui peraturan pengelolaan TPA yang sangat ketat dengan melarang
pembuangan ban bekas dan metetapkan target pengurangan sampah yang bisa terurai secara
biologis.
Batas polusi di tempat pembakaran sampah juga telah ditetapkan. Mereka juga berupaya mengurangi
polusi dioksin dan gas asam seperti nitrogen oksida (NOx), sulfur dioksida (SO2), dan hidrogen chlorida
(HCL), yang sangat berbahaya bagi kesehatan.
Catatan penting, berdasarkan data EPA, upaya daur ulang dan pembuatan kompos di AS berhasil
mencegah pembuangan 85,1 juta ton sampah pada 2010, naik dari hanya 15 juta ton pada 1980.
Prestasi ini setara dengan mencegah pelepasan sekitar 186 juta metrik ton emisi setara karbon
dioksida (CO2) ke udara pada 2010 atau setara dengan memensiunkan 36 juta mobil dari jalan raya
dalam satu tahun!
Upaya pengelolaan sampah yang baik tidak hanya memecahkan masalah pencemaran lingkungan tapi
juga bisa menjadi solusi memerlambat efek pemanasan global. Sampai di mana kita?

Redaksi Hijauku.com