STUDI PERBANDINGAN STRATEGI index PENGEMBANGAN
S TUDI PE R B ANDING AN S TR AT E GI PE NGE MB ANG AN B ANK
S Y AR IAH DI INDONE S IA DAN MAL AY S IA
Oleh:
Heryanto Isak
INS TITUT AGAMA IS L AM NE GE R I MANA DO
TA HUN 2018
AB S TR A K
S trategi pengembangan perbankan syariah di Indonesia berbeda dengan yang
dilakukan oleh Malaysia dengan lebih menekankan pada orientasi pasar, perlakuan
yang adil, bertahap dan berkesinambungan, dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip
S yariah. Dengan strategi-strategi yang dipilih, pertumbuhan perbankan syariah di
Indonesia mengikuti permintaan pasar, mampu bersaing dengan lembaga keuangan
konvensial, dan berhati-hati dalam memenuhi prinsip-prinsip S yariah. Meskipun
beroperasi tanpa adanya insentif-insentif, perbankan syariah Indonesia telah tumbuh
pesat dengan pangsa pasar sebesar 1,34%. S elain itu, portofolio pembiayaan bagi hasil
mencapai 33%. Pencapaian ini telah menjadikan perbankan syariah 45 Indonesia
sebagai salah satu perbankan syariah paling sesuai dengan ketentuan S yariah di
kawasan regional Asia Tenggara.
K ata K unci: S trategi, Perbankan, S yariah
P E NDAHUL UAN
A. L atar B elakang
Bank syariah merupakan bank dengan pola bagi hasil yang merupakan
landasan utama dalam segala operasinya, baik dalam produk pendanaan,
pembiayaan maupun dalam produk
lainnya.
Produk-produk
bank
syariah
mempunyai kemiripan namun tidak sama dengan produk bank konvensional karena
adanya pelarangan riba, gharar, dan maysir. Oleh karena itu, produk-produk
pendanaan dan pembiayaan pada bank syariah harus menghindari unsur-unsur
yang dilarang tersebut. Bank syariah dari satu negara ke negara lain, selain
memiliki persamaan yang prinsip dan umum, juga memiliki perbedaan-perbedaan
karena lingkungannya berbeda. P erbedaan ini juga akan tercermin pada variasi
penggunaan akad yang berbeda dalam produk dan jasa yang ditawarkan bank
syariah.
F aktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan tersebut bermacam-macam,
antara lain:
1. S istem ekonomi yang dianut oleh suatu negara;
2. Madzhab yang dianut oleh negara atau mayoritas penduduk Muslim-nya;
3. Kedudukan bank syariah dalam undang-undang;
4. dan
Pendekatan pengembangan produk yang dipilih.
S uatu negara dapat menganut sistem ekonomi Islam secara penuh (fully
Islamic economic system), sistem ekonomi ganda (dual economic system), atau
sistem ekonomi non-Islam (seperti, sistem ekonomi kapitalis atau sosialis). Negara
yang menganut sistem ekonomi Islam penuh memiliki infrastruktur keuangan Islam
yang lengkap dengan undang-undang yang berdasarkan S yariah Islam.
Oleh karena itu, perbankan syariah di negara tersebut memiliki lingkungan yang
paling cocok untuk beroperasi dan berkembang dengan leluasa sesuai dengan
S yariah Islam. Bank syariah di negara tersebut dapat menjalankan operasinya
murni sesuai S yariah. Negara yang menganut sistem ekonomi ganda (sistem
ekonomi Islam dan sistem ekonomi nonIslam) dapat memiliki infrastruktur keuangan
Islam yang bervariasi. Infrastruktur keuangan Islam yang tidak lengkap akan
menghambat dan membatasi ruang gerak perbankan syariah.
Malaysia adalah negara yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa dengan
pemeluk agama yang beragam, terdiri dari Muslim 58%, Hindu 8%, Kristen 24%
dan lainnya 10%. Namun demikian, agama resmi negara adalah Islam. Oleh karena
itu,
pemerintah
Malaysia
mempunyai
kewajiban
untuk
mengakomodasi
pengembangan lembaga keuangan syariah di Malaysia sesuai dengan agama
Islam yang dianut negara dan mayoritas rakyatnya. Atas dasar tersebut Malaysia
mulai menerapkan dual economic system dan mengembangkan sistem keuangan
dan perbankan syariah sejak 1983.
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki beragam
suku bangsa, bahasa, dan agama dengan jumlah penduduk 240 juta. Meskipun
bukan negara Islam, Indonesia merupakan negara dengan penduduk Muslim
terbesar di dunia dengan jumlah penduduk beragama Islam sebanyak 88%, K risten
5%, Katolik 3%, Hindu 2%, Budha 1%, dan lainnya 1%. Dengan semakin majunya
sistem keuangan dan perbankan serta semakin meningkatnya kesejahteraan,
kebutuhan masyarakat, khususnya Muslim, yang menghendaki layanan jasa
perbankan yang sesuai dengan prinsip S yariah agama yang dianutnya menjadi
semakin besar.
B . R umus an Masalah
1. Bagaimanakah latar belakang perbankan S yariah yang ada di Indonesia dengan
Malaysia?
2. Bagaimanakah strategi pengembangan perbankan S yariah yang ada di
Indonesia dengan Malaysia?
C . Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui latar belakang perbankan S yariah yang ada di Indonesia
dengan Malaysia.
2. Untuk mengetahui strategi pengembangan perbankan S yariah yang ada di
Indonesia dengan Malaysia.
D. Manfaat P enelitian
1. S ebagai bahan bacaan bagi mahasiswa jurusan E konomi Islam untuk
menambah wawasan tentang perbankan S yariah.
2. S ebagai referensi untuk mengembangkan penelitian tentang perbankan syariah
yang ada di Indonesia dan Malaysia.
PE MB AHAS AN
A. S trategi Pengembangan Perbankan S yariah Malaysia
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki beragam
suku bangsa, bahasa, dan agama dengan jumlah penduduk 240 juta. Meskipun
bukan negara Islam, Indonesia merupakan negara dengan penduduk Muslim
terbesar di dunia dengan jumlah penduduk beragama Islam sebanyak 88%, K risten
5%, Katolik 3%, Hindu 2%, Budha 1%, dan lainnya 1%. Dengan semakin majunya
sistem keuangan dan perbankan serta semakin meningkatnya kesejahteraan,
kebutuhan masyarakat, khususnya Muslim, yang menghendaki layanan jasa
perbankan yang sesuai dengan prinsip S yariah agama yang dianutnya menjadi
semakin besar.
Atas dasar dorongan kebutuhan masyarakat terhadap layanan jasa perbankan
syariah, bank syariah pertama berdiri pada tahun 1992 dan pemerintah Indonesia
mulai memperkenalkan dual banking system. K omitmen P emerintah dalam usaha
pengembangan perbankan syariah baru mulai terasa sejak tahun 1998 yang
memberikan kesempatan luas kepada bank syariah untuk berkembang. T ahun
berikutnya Bank Indonesia (bank sentral) diberi amanah untuk mengembangkan
perbankan syariah di Indonesia. S elain menganut strategi market driven dan fair
treatment, pengembangan perbankan syariah di Indonesia dilakukan dengan
strategi pengembangan bertahap yang berkesinambungan (gradual and sustainable
approach) yang sesuai dengan prinsip S yariah (comply to S haria principles).
Gambar 1. T ahapan P erkembangan P erbankan/Keuangan S yariah di Indonesia
Tahap
pertama
dimaksudkan
untuk
meletakkan
fondasi
pertumbuhan
perbankan syariah yang kokoh (2002–2004). T ahap berikutnya memasuki fase
untuk memperkuat struktur industri perbankan syariah (2004 – 2008). S ementara
itu, tahap ketiga perbankan syariah diarahkan untuk dapat memenuhi standar
keuangan dan mutu pelayanan internasional (2008 – 2011).
Pada tahun 2011 diharapkan perbankan syariah Indonesia telah memiliki
pangsa yang signifikan yang ikut ambil bagian dalam mengembangkan Iekonomi
Indonesia yang mensejahterakan masyarakat luas.
B . S trategi Pengembang an Perbankan S yariah Malaysia
Tujuan jangka panjang yang ingin dicapai dalam pengembangan perbankan
syariah di Malaysia adalah menciptakan sistem keuangan dan perbankan Islam
yang menyeluruh yang beroperasi sejajar dengan sistem perbankan konvensional.
Untuk menciptakan sistem perbankan yang kokoh diperlukan tiga elemen penting,
yaitu:
1. J umlah pemain yang banyak;
2. Keragaman instrumen yang luas; dan
3. Pasar uang Islam.
S trategi
pengembangan
yang
dipilih
adalah
pengembangan
secara
komprehensif, bertahap, dan pragmatis, yang diawali dengan tahapan untuk
menciptakan enabling environment dengan mempersiapkan berbagai insfratruktur
keuangannya khususnya legal framework. Tahap berikutnya adalah meningkatkan
volume dan menciptakan pasar bagi lembaga keuangan syariah sehingga lembaga
keuangan syariah dapat berkompetisi.
Tahap ketiga
adalah menciptakan
harmonisasi dan konvergensi dengan pasar keuangan syariah internasional
sehingga
lembaga
keuangan
syariah
Malaysia
dapat
bersaing
diarena
internasional. T ahap pertama pengembangan dimulai dengan dikeluarkannya
Undang-undang Perbankan Islam (Islamic Banking Act atau IBA) pada tujuh April
1983. Dengan diundangkannya IBA, Bank Negara Malaysia (BNM) diberi
wewenang untuk mengatur dan mengawasi bank Islam, seperti juga dalam hal bank
konvensional.
Bank Islam pertama adalah Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB) yang mulai
beroperasi pada satu 7 J uli 1983 dengan total aset R M 369,8 juta atau setara
R p.1,035 triliun (R M 1 = R p.2.800). Pada tahun 1983 juga dikeluarkan Undangundang Investasi Pemerintah (Government Investment Act atau GIA) yang
memberikan kewenangan kepada pemerintah untuk menerbitkan S urat Investasi
Pemerintah (Government Investment Issues atau GII) yang merupakan surat
berharga (sekuritas) yang dikeluarkan oleh pemerintah berdasarkan pada prinsip
S yariah. GII merupakan bentuk instrumen keuangan syariah yang diperlukan untuk
manajemen kebutuhan likuiditas bank syariah. S etelah itu, pada tahun 1984
dikeluarkan Undang-undang T akaful (Takaful Act) yang menjadi landasan hukum
asuransi syariah beroperasi sebagai salah satu infrastruktur pendukung perbankan
syariah.
Perusahaan asuransi syariah pertama adalah S yarikat T akaful Malaysia yang
berdiri pada tahun itu juga. Ketentuan lain yang dikeluarkan pada tahap pertama ini
adalah kewajiban bank dan asuransi syariah untuk memiliki Dewan Pengawas
S yariah yang bertugas untuk memastikan bahwa operasi dan produk perbankan
dan
asuransi
syariah
sesuai
dengan
ketentuan
S yariah.
Tahap
kedua
pengembangan dimulai pada empat Maret 1993 dengan memperkenalkan “S kim
Perbankan T anpa F aedah” atau S PT F (Interest F ree Banking S cheme). Dengan
skim ini bank konvensional dibolehkan untuk menawarkan produk-produk
perbankan syariah, atau biasa disebut dengan Islamic Windows. Dengan strategi ini
jumlah kantor bank yang menawarkan produk-produk S yariah meningkat pesat
secara efektif dan efisien karena outlet pelayanan perbankan syariah bertambah
dalam waktu singkat sebanyak jaringan kantor bank dan lembaga keuangan
konvensional yang ada, diawali oleh tiga bank dan 54 lembaga keuangan sebagai
pilot project.
Pada tahun berikutnya, tahun 1994, Pasar Uang Antarbank S yariah (Islamic
Interbank Money Market) didirikan sejak empat J anuari untuk menghubungkan
institusi keuangan syariah melalui instrumen pasar uang S yariah, yang juga
menjadi
tonggak
berkembangnya
instrumen-instrumen
keuangan
S yariah.
S ementara itu, pasar modal syariah menyusul didirikan pada tahun 1996 yang
mendorong berkembangnya sekuritas S yariah. S ebagai usaha untuk kelancaran
dan harmonisasi interpretasi ketentuan-ketentuan S yariah, pada satu Mei 1997
didirikanlah Dewan Penasehat S yariah Nasional untuk Perbankan dan Asuransi
Islam (National S yariah Advisory C ouncil on Islamic Banking and T akaful atau
NS AC ), sebagai otoritas S yariah tertinggi di bidang perbankan dan asuransi syariah
di Malaysia. S elain itu, pada periode pengembangan tahap kedua ini, bank syariah
kedua berdiri pada satu Oktober 1999, yaitu Bank Muamalat Malaysia Berhad atau
BMMB, serta tiga perusahaan asuransi syariah diberikan ijin operasi, yaitu Takaful
National S dn. Berhad, Maybank Takaful Berhad, dan Takaful Ikhlas S dn. Berhad.
T ahap ketiga pengembangan diawali dengan dibuatnya F inancial S ector Master
Plan atau F S MP pada tahun 2000 untuk periode 2000 – 2010 yang mencakup
sektor keuangan syariah. F S MP untuk perbankan dan asuransi syariah dibagi
dalam tiga fase, yaitu:
1. Memperkuat infrastruktur operasional dan institusional;
2. Menstimulasi kompetisi dan meningkatkan infrastruktur; dan
3. Meningkatkan standar kinerja melalui liberalisasi progresif dan memastikan
infrastruktur yang efektif
Gambar 2. T ahapan P erkembangan Perbankan/Keuangan S yariah di Malaysia
Untuk menunjang F S MP dilakukan peninjauan kembali strategi Islamic
Windows yang masih menimbulkan perdebatan tentang kesesuaiannya dengan
ketentuan S yariah dan mengeluarkan ketentuan pada tahun 2004 untuk mendorong
Islamic Windows untuk bertransformasi menjadi Islamic S ubsidiary. P ada tahun
yang sama dilakukan liberalisasi perbankan dan asuransi syariah dengan
mengeluarkan ijin tiga lembaga keuangan syariah asing dan empat Takaful dengan
partisipasi pihak asing.
K E S IMP UL AN
S trategi pengembangan perbankan syariah di Indonesia berbeda dengan yang
dilakukan oleh Malaysia dengan lebih menekankan pada orientasi pasar, perlakuan
yang adil, bertahap dan berkesinambungan, dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip
S yariah. Dengan strategi-strategi yang dipilih, pertumbuhan perbankan syariah di
Indonesia mengikuti permintaan pasar, mampu bersaing dengan lembaga keuangan
konvensial, dan berhati-hati dalam memenuhi prinsip-prinsip S yariah. Meskipun
beroperasi tanpa adanya insentif-insentif, perbankan syariah Indonesia telah tumbuh
pesat dengan pangsa pasar sebesar 1,34%. S elain itu, portofolio pembiayaan bagi hasil
mencapai 33%. Pencapaian ini telah menjadikan perbankan syariah 45 Indonesia
sebagai salah satu perbankan syariah paling sesuai dengan ketentuan S yariah di
kawasan regional Asia Tenggara.
DA F TAR PUS T AK A
Afzal-ur-R ahman (1990), E conomic Doctrines of Islam, vol. 1-3, 3rd edition, Islamic
Publication Ltd., Lahore, Pakistan.
Antonio, M. S yafi’i (2001), Bank S yariah: Dari Teori ke Praktik, Gema Insani Press,
J akarta.
Arifin, Zainul (1999), Memahami Bank S yariah: Lingkup, Peluang, Tantangan, dan
Prospek, Alvabet, J akarta.
Bank Indonesia (2002), C etak Biru Pengembangan P erbankan S yariah Indonesia, Bank
Indonesia, J akarta.
Bank Indonesia (2004), Undang-undang R epublik Indonesia No. 23 T ahun 1999
tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang
R epublik Indonesia No. 3 T ahun 2004, Direktorat Hukum, Bank Indonesia.
C hapra, M. Umer (2000), The F uture of E conomics: An Islamic Perspective, Islamic
E conomics S eries – 21, The Islamic F oundation, United K ingdom.
Direktorat Perbankan S yariah, Bank Indonesia, J akarta.
Direktorat Perizinan dan Informasi P erbankan (2004), Booklet Perbankan Indonesia
2004,
Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan, Bank Indonesia, J akarta.
Karim, Adiwarman (2003), Bank Islam: Analisis F iqih dan K euangan, T he International
Institute of Islamic Thought Indonesia, J akarta, Indonesia, Pebruari.
S aeed, Abdullah (1999), Islamic Banking and Interest: A study of the Prohibition of R iba
and its C ontemporary Interpretation, E J Brill, Leiden.
S akti, Ali (2006), S istem E konomi Islam: F ilosofi dan Bangunannya, mimeo, J anuari.
S iregar, Mulya E ., dan Ilyas, Nasirwan., T he E xperience of Indonesia in
Developing Islamic Banking, paper presented at F ifth Harvard University F orum on
Islamic F inance, April 6-7, 2002.
Usmani, M. Taqi (1999), An Introduction to Islamic F inance, Idaratul Ma’arif, Karachi.
S Y AR IAH DI INDONE S IA DAN MAL AY S IA
Oleh:
Heryanto Isak
INS TITUT AGAMA IS L AM NE GE R I MANA DO
TA HUN 2018
AB S TR A K
S trategi pengembangan perbankan syariah di Indonesia berbeda dengan yang
dilakukan oleh Malaysia dengan lebih menekankan pada orientasi pasar, perlakuan
yang adil, bertahap dan berkesinambungan, dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip
S yariah. Dengan strategi-strategi yang dipilih, pertumbuhan perbankan syariah di
Indonesia mengikuti permintaan pasar, mampu bersaing dengan lembaga keuangan
konvensial, dan berhati-hati dalam memenuhi prinsip-prinsip S yariah. Meskipun
beroperasi tanpa adanya insentif-insentif, perbankan syariah Indonesia telah tumbuh
pesat dengan pangsa pasar sebesar 1,34%. S elain itu, portofolio pembiayaan bagi hasil
mencapai 33%. Pencapaian ini telah menjadikan perbankan syariah 45 Indonesia
sebagai salah satu perbankan syariah paling sesuai dengan ketentuan S yariah di
kawasan regional Asia Tenggara.
K ata K unci: S trategi, Perbankan, S yariah
P E NDAHUL UAN
A. L atar B elakang
Bank syariah merupakan bank dengan pola bagi hasil yang merupakan
landasan utama dalam segala operasinya, baik dalam produk pendanaan,
pembiayaan maupun dalam produk
lainnya.
Produk-produk
bank
syariah
mempunyai kemiripan namun tidak sama dengan produk bank konvensional karena
adanya pelarangan riba, gharar, dan maysir. Oleh karena itu, produk-produk
pendanaan dan pembiayaan pada bank syariah harus menghindari unsur-unsur
yang dilarang tersebut. Bank syariah dari satu negara ke negara lain, selain
memiliki persamaan yang prinsip dan umum, juga memiliki perbedaan-perbedaan
karena lingkungannya berbeda. P erbedaan ini juga akan tercermin pada variasi
penggunaan akad yang berbeda dalam produk dan jasa yang ditawarkan bank
syariah.
F aktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan tersebut bermacam-macam,
antara lain:
1. S istem ekonomi yang dianut oleh suatu negara;
2. Madzhab yang dianut oleh negara atau mayoritas penduduk Muslim-nya;
3. Kedudukan bank syariah dalam undang-undang;
4. dan
Pendekatan pengembangan produk yang dipilih.
S uatu negara dapat menganut sistem ekonomi Islam secara penuh (fully
Islamic economic system), sistem ekonomi ganda (dual economic system), atau
sistem ekonomi non-Islam (seperti, sistem ekonomi kapitalis atau sosialis). Negara
yang menganut sistem ekonomi Islam penuh memiliki infrastruktur keuangan Islam
yang lengkap dengan undang-undang yang berdasarkan S yariah Islam.
Oleh karena itu, perbankan syariah di negara tersebut memiliki lingkungan yang
paling cocok untuk beroperasi dan berkembang dengan leluasa sesuai dengan
S yariah Islam. Bank syariah di negara tersebut dapat menjalankan operasinya
murni sesuai S yariah. Negara yang menganut sistem ekonomi ganda (sistem
ekonomi Islam dan sistem ekonomi nonIslam) dapat memiliki infrastruktur keuangan
Islam yang bervariasi. Infrastruktur keuangan Islam yang tidak lengkap akan
menghambat dan membatasi ruang gerak perbankan syariah.
Malaysia adalah negara yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa dengan
pemeluk agama yang beragam, terdiri dari Muslim 58%, Hindu 8%, Kristen 24%
dan lainnya 10%. Namun demikian, agama resmi negara adalah Islam. Oleh karena
itu,
pemerintah
Malaysia
mempunyai
kewajiban
untuk
mengakomodasi
pengembangan lembaga keuangan syariah di Malaysia sesuai dengan agama
Islam yang dianut negara dan mayoritas rakyatnya. Atas dasar tersebut Malaysia
mulai menerapkan dual economic system dan mengembangkan sistem keuangan
dan perbankan syariah sejak 1983.
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki beragam
suku bangsa, bahasa, dan agama dengan jumlah penduduk 240 juta. Meskipun
bukan negara Islam, Indonesia merupakan negara dengan penduduk Muslim
terbesar di dunia dengan jumlah penduduk beragama Islam sebanyak 88%, K risten
5%, Katolik 3%, Hindu 2%, Budha 1%, dan lainnya 1%. Dengan semakin majunya
sistem keuangan dan perbankan serta semakin meningkatnya kesejahteraan,
kebutuhan masyarakat, khususnya Muslim, yang menghendaki layanan jasa
perbankan yang sesuai dengan prinsip S yariah agama yang dianutnya menjadi
semakin besar.
B . R umus an Masalah
1. Bagaimanakah latar belakang perbankan S yariah yang ada di Indonesia dengan
Malaysia?
2. Bagaimanakah strategi pengembangan perbankan S yariah yang ada di
Indonesia dengan Malaysia?
C . Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui latar belakang perbankan S yariah yang ada di Indonesia
dengan Malaysia.
2. Untuk mengetahui strategi pengembangan perbankan S yariah yang ada di
Indonesia dengan Malaysia.
D. Manfaat P enelitian
1. S ebagai bahan bacaan bagi mahasiswa jurusan E konomi Islam untuk
menambah wawasan tentang perbankan S yariah.
2. S ebagai referensi untuk mengembangkan penelitian tentang perbankan syariah
yang ada di Indonesia dan Malaysia.
PE MB AHAS AN
A. S trategi Pengembangan Perbankan S yariah Malaysia
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki beragam
suku bangsa, bahasa, dan agama dengan jumlah penduduk 240 juta. Meskipun
bukan negara Islam, Indonesia merupakan negara dengan penduduk Muslim
terbesar di dunia dengan jumlah penduduk beragama Islam sebanyak 88%, K risten
5%, Katolik 3%, Hindu 2%, Budha 1%, dan lainnya 1%. Dengan semakin majunya
sistem keuangan dan perbankan serta semakin meningkatnya kesejahteraan,
kebutuhan masyarakat, khususnya Muslim, yang menghendaki layanan jasa
perbankan yang sesuai dengan prinsip S yariah agama yang dianutnya menjadi
semakin besar.
Atas dasar dorongan kebutuhan masyarakat terhadap layanan jasa perbankan
syariah, bank syariah pertama berdiri pada tahun 1992 dan pemerintah Indonesia
mulai memperkenalkan dual banking system. K omitmen P emerintah dalam usaha
pengembangan perbankan syariah baru mulai terasa sejak tahun 1998 yang
memberikan kesempatan luas kepada bank syariah untuk berkembang. T ahun
berikutnya Bank Indonesia (bank sentral) diberi amanah untuk mengembangkan
perbankan syariah di Indonesia. S elain menganut strategi market driven dan fair
treatment, pengembangan perbankan syariah di Indonesia dilakukan dengan
strategi pengembangan bertahap yang berkesinambungan (gradual and sustainable
approach) yang sesuai dengan prinsip S yariah (comply to S haria principles).
Gambar 1. T ahapan P erkembangan P erbankan/Keuangan S yariah di Indonesia
Tahap
pertama
dimaksudkan
untuk
meletakkan
fondasi
pertumbuhan
perbankan syariah yang kokoh (2002–2004). T ahap berikutnya memasuki fase
untuk memperkuat struktur industri perbankan syariah (2004 – 2008). S ementara
itu, tahap ketiga perbankan syariah diarahkan untuk dapat memenuhi standar
keuangan dan mutu pelayanan internasional (2008 – 2011).
Pada tahun 2011 diharapkan perbankan syariah Indonesia telah memiliki
pangsa yang signifikan yang ikut ambil bagian dalam mengembangkan Iekonomi
Indonesia yang mensejahterakan masyarakat luas.
B . S trategi Pengembang an Perbankan S yariah Malaysia
Tujuan jangka panjang yang ingin dicapai dalam pengembangan perbankan
syariah di Malaysia adalah menciptakan sistem keuangan dan perbankan Islam
yang menyeluruh yang beroperasi sejajar dengan sistem perbankan konvensional.
Untuk menciptakan sistem perbankan yang kokoh diperlukan tiga elemen penting,
yaitu:
1. J umlah pemain yang banyak;
2. Keragaman instrumen yang luas; dan
3. Pasar uang Islam.
S trategi
pengembangan
yang
dipilih
adalah
pengembangan
secara
komprehensif, bertahap, dan pragmatis, yang diawali dengan tahapan untuk
menciptakan enabling environment dengan mempersiapkan berbagai insfratruktur
keuangannya khususnya legal framework. Tahap berikutnya adalah meningkatkan
volume dan menciptakan pasar bagi lembaga keuangan syariah sehingga lembaga
keuangan syariah dapat berkompetisi.
Tahap ketiga
adalah menciptakan
harmonisasi dan konvergensi dengan pasar keuangan syariah internasional
sehingga
lembaga
keuangan
syariah
Malaysia
dapat
bersaing
diarena
internasional. T ahap pertama pengembangan dimulai dengan dikeluarkannya
Undang-undang Perbankan Islam (Islamic Banking Act atau IBA) pada tujuh April
1983. Dengan diundangkannya IBA, Bank Negara Malaysia (BNM) diberi
wewenang untuk mengatur dan mengawasi bank Islam, seperti juga dalam hal bank
konvensional.
Bank Islam pertama adalah Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB) yang mulai
beroperasi pada satu 7 J uli 1983 dengan total aset R M 369,8 juta atau setara
R p.1,035 triliun (R M 1 = R p.2.800). Pada tahun 1983 juga dikeluarkan Undangundang Investasi Pemerintah (Government Investment Act atau GIA) yang
memberikan kewenangan kepada pemerintah untuk menerbitkan S urat Investasi
Pemerintah (Government Investment Issues atau GII) yang merupakan surat
berharga (sekuritas) yang dikeluarkan oleh pemerintah berdasarkan pada prinsip
S yariah. GII merupakan bentuk instrumen keuangan syariah yang diperlukan untuk
manajemen kebutuhan likuiditas bank syariah. S etelah itu, pada tahun 1984
dikeluarkan Undang-undang T akaful (Takaful Act) yang menjadi landasan hukum
asuransi syariah beroperasi sebagai salah satu infrastruktur pendukung perbankan
syariah.
Perusahaan asuransi syariah pertama adalah S yarikat T akaful Malaysia yang
berdiri pada tahun itu juga. Ketentuan lain yang dikeluarkan pada tahap pertama ini
adalah kewajiban bank dan asuransi syariah untuk memiliki Dewan Pengawas
S yariah yang bertugas untuk memastikan bahwa operasi dan produk perbankan
dan
asuransi
syariah
sesuai
dengan
ketentuan
S yariah.
Tahap
kedua
pengembangan dimulai pada empat Maret 1993 dengan memperkenalkan “S kim
Perbankan T anpa F aedah” atau S PT F (Interest F ree Banking S cheme). Dengan
skim ini bank konvensional dibolehkan untuk menawarkan produk-produk
perbankan syariah, atau biasa disebut dengan Islamic Windows. Dengan strategi ini
jumlah kantor bank yang menawarkan produk-produk S yariah meningkat pesat
secara efektif dan efisien karena outlet pelayanan perbankan syariah bertambah
dalam waktu singkat sebanyak jaringan kantor bank dan lembaga keuangan
konvensional yang ada, diawali oleh tiga bank dan 54 lembaga keuangan sebagai
pilot project.
Pada tahun berikutnya, tahun 1994, Pasar Uang Antarbank S yariah (Islamic
Interbank Money Market) didirikan sejak empat J anuari untuk menghubungkan
institusi keuangan syariah melalui instrumen pasar uang S yariah, yang juga
menjadi
tonggak
berkembangnya
instrumen-instrumen
keuangan
S yariah.
S ementara itu, pasar modal syariah menyusul didirikan pada tahun 1996 yang
mendorong berkembangnya sekuritas S yariah. S ebagai usaha untuk kelancaran
dan harmonisasi interpretasi ketentuan-ketentuan S yariah, pada satu Mei 1997
didirikanlah Dewan Penasehat S yariah Nasional untuk Perbankan dan Asuransi
Islam (National S yariah Advisory C ouncil on Islamic Banking and T akaful atau
NS AC ), sebagai otoritas S yariah tertinggi di bidang perbankan dan asuransi syariah
di Malaysia. S elain itu, pada periode pengembangan tahap kedua ini, bank syariah
kedua berdiri pada satu Oktober 1999, yaitu Bank Muamalat Malaysia Berhad atau
BMMB, serta tiga perusahaan asuransi syariah diberikan ijin operasi, yaitu Takaful
National S dn. Berhad, Maybank Takaful Berhad, dan Takaful Ikhlas S dn. Berhad.
T ahap ketiga pengembangan diawali dengan dibuatnya F inancial S ector Master
Plan atau F S MP pada tahun 2000 untuk periode 2000 – 2010 yang mencakup
sektor keuangan syariah. F S MP untuk perbankan dan asuransi syariah dibagi
dalam tiga fase, yaitu:
1. Memperkuat infrastruktur operasional dan institusional;
2. Menstimulasi kompetisi dan meningkatkan infrastruktur; dan
3. Meningkatkan standar kinerja melalui liberalisasi progresif dan memastikan
infrastruktur yang efektif
Gambar 2. T ahapan P erkembangan Perbankan/Keuangan S yariah di Malaysia
Untuk menunjang F S MP dilakukan peninjauan kembali strategi Islamic
Windows yang masih menimbulkan perdebatan tentang kesesuaiannya dengan
ketentuan S yariah dan mengeluarkan ketentuan pada tahun 2004 untuk mendorong
Islamic Windows untuk bertransformasi menjadi Islamic S ubsidiary. P ada tahun
yang sama dilakukan liberalisasi perbankan dan asuransi syariah dengan
mengeluarkan ijin tiga lembaga keuangan syariah asing dan empat Takaful dengan
partisipasi pihak asing.
K E S IMP UL AN
S trategi pengembangan perbankan syariah di Indonesia berbeda dengan yang
dilakukan oleh Malaysia dengan lebih menekankan pada orientasi pasar, perlakuan
yang adil, bertahap dan berkesinambungan, dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip
S yariah. Dengan strategi-strategi yang dipilih, pertumbuhan perbankan syariah di
Indonesia mengikuti permintaan pasar, mampu bersaing dengan lembaga keuangan
konvensial, dan berhati-hati dalam memenuhi prinsip-prinsip S yariah. Meskipun
beroperasi tanpa adanya insentif-insentif, perbankan syariah Indonesia telah tumbuh
pesat dengan pangsa pasar sebesar 1,34%. S elain itu, portofolio pembiayaan bagi hasil
mencapai 33%. Pencapaian ini telah menjadikan perbankan syariah 45 Indonesia
sebagai salah satu perbankan syariah paling sesuai dengan ketentuan S yariah di
kawasan regional Asia Tenggara.
DA F TAR PUS T AK A
Afzal-ur-R ahman (1990), E conomic Doctrines of Islam, vol. 1-3, 3rd edition, Islamic
Publication Ltd., Lahore, Pakistan.
Antonio, M. S yafi’i (2001), Bank S yariah: Dari Teori ke Praktik, Gema Insani Press,
J akarta.
Arifin, Zainul (1999), Memahami Bank S yariah: Lingkup, Peluang, Tantangan, dan
Prospek, Alvabet, J akarta.
Bank Indonesia (2002), C etak Biru Pengembangan P erbankan S yariah Indonesia, Bank
Indonesia, J akarta.
Bank Indonesia (2004), Undang-undang R epublik Indonesia No. 23 T ahun 1999
tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang
R epublik Indonesia No. 3 T ahun 2004, Direktorat Hukum, Bank Indonesia.
C hapra, M. Umer (2000), The F uture of E conomics: An Islamic Perspective, Islamic
E conomics S eries – 21, The Islamic F oundation, United K ingdom.
Direktorat Perbankan S yariah, Bank Indonesia, J akarta.
Direktorat Perizinan dan Informasi P erbankan (2004), Booklet Perbankan Indonesia
2004,
Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan, Bank Indonesia, J akarta.
Karim, Adiwarman (2003), Bank Islam: Analisis F iqih dan K euangan, T he International
Institute of Islamic Thought Indonesia, J akarta, Indonesia, Pebruari.
S aeed, Abdullah (1999), Islamic Banking and Interest: A study of the Prohibition of R iba
and its C ontemporary Interpretation, E J Brill, Leiden.
S akti, Ali (2006), S istem E konomi Islam: F ilosofi dan Bangunannya, mimeo, J anuari.
S iregar, Mulya E ., dan Ilyas, Nasirwan., T he E xperience of Indonesia in
Developing Islamic Banking, paper presented at F ifth Harvard University F orum on
Islamic F inance, April 6-7, 2002.
Usmani, M. Taqi (1999), An Introduction to Islamic F inance, Idaratul Ma’arif, Karachi.