Etika Bisnis dalam Perspektif Islam

Etika Bisnis dalam
Perspektif Islam
Zainul Muchlas, SE., MM.
Dosen STIE AsiA Malang
www.zainulmuchlas.wordpress.com

Konflik Sosial dan Masalah
Lingkungan dalam Menjalankan
Bisnis Islami
Pemicu Konflik :
 Kesenjangan cara hidup dan perbedaan
budaya
 Kerusakan dan berkurangnya kualitas SDA
 Tumpang tindihnya penggunaan lahan,
sengketa lahan
 Konflik sosial/etnis atara pendatang dan
penduduk asli

Dalil Etos Kerja (1)

Dan katakanlah : "Bekerjalah kamu, maka Allah dan

Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat
pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) Yang mengetahui akan yang gaib dan
yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa
yang telah kamu kerjakan" (QS At-Taubah, 9 : 105)

Dalil Etos Kerja (2)

“ Katakanlah : Hai kaumku, berbuatlah sepenuh
kemampuanmu, sesungguhnya akupun berbuat (pula).
Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (diantara kita)
yang akan memperoleh hasil yang baik dari dunia ini.
Sesungguhnya orang yang dzalim itu tidak akan
mendapat keberuntungan” QS Al An’am (6) : 135

Dalil Kerja

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman:
(yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam
sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri

dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan
orang-orang yang menunaikan zakat.(Al Mu’minum: 1-4)

Konsep Kerja dalam Islam






Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada
apa yang dilakukannya.
Dengan itu, sesuatu amalan atau pekerjaan yang
mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat
penting serta patut untuk diberi perhatian.
Amalan atau pekerjaan yang demikian selain
memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia, juga
ada yang lebih penting yaitu merupakan jalan atau tiket
dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di
akhirat kelak; apakah masuk golongan ahli syurga atau

sebaliknya.





Istilah ‘kerja’ dalam Islam bukanlah sematamata merujuk kepada mencari rezeki untuk
menghidupi diri dan keluarga dengan
menghabiskan waktu siang maupun malam,
dari pagi hingga sore, terus menerus tak
kenal lelah.
Tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan
atau pekerjaan yang mempunyai unsur
kebaikan dan keberkahan bagi diri, keluarga
dan masyarakat sekelilingnya serta negara.

Meneladani Etos Kerja
Rasulullah saw



Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai
aktualisasi keimanan dan ketakwaan.
Rasul bekerja bukan untuk menumpuk
kekayaan duniawi. Beliau bekerja untuk
meraih keridaan Allah SWT.








Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Sa'ad
bin Mu'adz Al-Anshari. Ketika itu Rasul melihat
tangan Sa'ad melepuh, kulitnya gosong kehitamhitaman seperti terpanggang matahari.
"Kenapa tanganmu?," tanya Rasul kepada Sa'ad.
"Wahai Rasulullah," jawab Sa'ad, "Tanganku seperti
ini karena aku mengolah tanah dengan cangkul itu
untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi

tanggunganku".
Seketika itu beliau mengambil tangan Sa'ad dan
menciumnya seraya berkata, "Inilah tangan yang
tidak akan pernah disentuh api neraka".







ada seseorang yang berjalan melalui tempat
Rasulullah SAW. Orang tersebut sedang bekerja
dengan sangat giat dan tangkas.
Para sahabat kemudian bertanya, "Wahai
Rasulullah, andaikata bekerja semacam orang itu
dapat digolongkan jihad fi sabilillah, maka
alangkah baiknya."
Mendengar itu Rasul pun menjawab, "Kalau ia
bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang

masih kecil, itu adalah fi sabilillah; kalau ia bekerja
untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah
lanjut usia, itu adalah fi sabilillah; kalau ia bekerja
untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak
meminta-minta, itu juga fi sabilillah." (HR AthThabrani).

Makna Etika dalam
Bekerja/Berbisnis



Dan kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan
istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya
yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan
janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan
kamu termasuk orang-orang yang zalim".
(Al Baqarah: 35)








Prinsip `boleh' dan `tidak' tersebut berlanjut
dan dilanjutkan oleh para nabi-nabi yang
diutus oleh Allah kemudian termasuk Nabi
Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad.
Tata nilai itu diletakkan sebagai regulator
kehidupan guna mencegah kerusakan yang
ditimbulkan oleh tingkah laku manusia yang
cenderung egoistis dan liar.
Tata nilai itulah yang disebut dengan etika.

Etika Bekerja saat ini


Dalam sebuah survei tahun terakhir yang dilakukan
di Amerika terhadap sekitar 2.000 perusahaan
mengungkapkan banyak persoalan yang menjadi

konsen komunitas manajer, seperti
penyalahgunaan minuman keras dan alkohol,
karyawan yang mencuri, conflict of interest, isu
pengawasan kualitas, diskriminasi dalam promosi
dan pengangkatan karyawan, penyalahgunaan aset
perusahaan dan lain sebagainya, dianggap sebagai
persoalan besar yang dihadapi.





Banyak perusahaan yang mengesampingkan
prinsip-prinsip moral tersebut dan
melakukan pelanggaran-pelanggaran etika
dalam keseharian aktivitasnya.
Pelanggaran dapat terjadi di setiap fungsi
manajemen, seperti; di bidang keuangan.
Hasil riset baru-baru ini membuktikan bahwa
hampir 61,9% dan 21 perusahaan makanan

dan minuman yang terdaftar di BEI tidak
lengkap menyampaikan laporan keuangan
nya (not available).





Dalam bidang produksi adalah seperti yang
terjadi pada kasus Ajinomoto beberapa
tahun silam.
Kehalalan Ajinomoto dipersoalkan Majelis
Ulama Indonesia (MUI) pada akhir
Desember 2000 setelah ditemukan bahwa
pengembangan bakteri untuk proses
fermentasi tetes tebu (molase),
mengandung bactosoytone (nutrisi untuk
pertumbuhan bakteri), yang merupakan
hasil hidrolisa enzim kedelai terhadap
biokatalisator porcine yang berasal dari

pankreas babi.





Di bidang sumber daya manusia, masih banyak
perusahaan-perusahaan besar khususnya yang
menggaji karyawannya di bawah Upah Minimum
Regional (UMR).
Sebuah perusahaan yang merupakan suplier resmi
dari Petronas melakukan kecurangan bisnis dengan
mengoplos solar menjadi minyak tanah dan
menjualnya kepada masyarakat. Hal ini tentu
menjelekkan nama baik Petronas. Selain itu hal ini
juga menyebabkan konsumen Petronas tidak percaya
lagi dengan produk-produk Petronas.






Di bidang pemasaran masih banyak
perusahaan yang melakukan strategi
pemasaran yang kurang etis, seperti,
exploitasi kaum wanita yang mengarah pada
pelecehan akan martabat dan kehormatan
wanita dan banyak kasus dilema etika lainnya.
Pelanggaran-pelanggaran seperti di atas, tidak
saja fenomenal di Indonesia namun juga terjadi
di Negara-negara besar seperti Amerika yang
berpotensi besar untuk menurunkan reputasi
perusahaan bahkan membuatnya `gulung
tikar'. Dan itu disebabkan pelanggaran yang
dilakukan oleh para eksekutif.







Survei yang dilakukan di negeri Paman Sam, 68
persen responden meyakini bahwa para eksekutif
mernberi kontribusi besar dalam proses penurunan
standar bisnis, produktivitas dan kesuksesan.
Karena perilaku kaum eksekutif yang demikian, survei
menjelaskan bahwa standar etika yang dipersepsikan
mereka akan besar memengaruhi etos dan etika kerja
pada buruh yang membuat mereka merasa dibenarkan
oleh melakukan hal serupa.
Persepsi yang berkembang dalam diri para buruh ini
dilampiaskan dalam bentuk absen kerja, mencuri,
kinerja yang tidak baik dan lainlain.







Para buruh mengakui bahwa 20 persen
dari waktu kerja mereka digunakan oleh
hal-hal yang itu di luar pekerjaan inti
mereka dan bahkan 1 di antara 6 orang
responden mengatakan bahwa mereka
mengonsumsi minuman keras atau
menggunakan narkoba saat kerja.
Karena rata-rata buruh tidak serius
bekerja. Dan itu karena cerminan yang
diberikan oleh para eksekutif.
Dalam survei tersebut bahkan mengatakan
hanya 1 dari 4 pekerja yang bekerja serius,
sementara sisanya bekerja hanya agar
dilihat oleh pengawas

Makna Etika




Asal usul etika tak lepas dari asli kata ethos
dalam bahasa Yunani yang berarti kebiasaan
(custom) atau karakter (character).
Dalam kata lain seperti dalam pemaknaan
dan kamus Webster berarti "the
distinguishing character, sentiment, moral
nature, orguiding beliefs of a person,
group, or institution" (karakter istimewa,
sentimen, tabiat moral, atau keyakinan yang
membimbing seseorang, kelompok atau
institusi).





Untuk itu ada hajat besar dari perusahaanperusahaan tersebut untuk meletakkan soft
ware yang dapat menjadi tata nilai yang bisa
dipegang oleh stakeholders dan membawa
manfaat bagi semua.
Maka, perangkat lunak yang menjadi pijakan
para stakeholders itulah yang disebut
sebagai etika atau kode etik dalam berbisnis.



Profesionalitas menjadi keniscayaan berIslamnya seorang muslim dan realisasi
adagium yang mengatakan: "a good
business is a good ethic".

Makna Etika Bisnis




Seperangkat nilai tentang baik, buruk, benar,
dan salah dalam dunia bisnis berdasarkan
pada prinsip-prinsip moralitas.
Seperangkat prinsip dan norma di mana para
pelaku bisnis harus komit padanya dalam
bertransaksi, berperilaku, dan berelasi guna
mencapai `daratan' atau tujuan-tujuan
bisnisnya dengan selamat.

Mengapa perusahaan harus
menerapkan kode etik ?
1.

2.

3.

Menciptakan suasana psikologis lingkungan
kerja
Trust (kepercayaan) dalam sebuah
perusahaan mudah hal yang sangat
Fundamental guna mencapai efisiensi
transaksi dalam bisnis
Melakukan tindakan yang benar atau salah
di tempat kerja akan berefek pada produkproduk dan pelayanan yang dihasilkan

4.Etika bisnis semata-mata persoalan
menerapkan dasar apa yang baik/buruk,
salah/benar, wajar/ tidak wajar, layak/tidak
layak, dan sebagainya sehingga perusahaan
dapat menghasilkan produk atau jasa yang
baik dan berharga.

Etika Bisnis Islami




Islam datang untuk menerangi diri dan
lingkungan tersebut dengan cahaya
kebajikan (virtue) dan perilaku baik (good
manners) yang menjadi misi kedatangan
para rasul.
Dalam konteks ini, perilaku baik menjadi
tuiuan utama diutusnya Rasulullah SAW.





Nilai moralitas etika Islam menanamkan
anjuran akan hubungan manusia dengan
Tuhannya.
Karena Allah SWT Maha Sempurna lagi
Maha Mengetahui, kode etika seorang
muslim sudah melampaui setiap batasan
waktu ataupun perilaku biasa dari
kemanusiaan.

Makna Etika Bisnis Islam




Moralitas berarti : aspek baik/buruk,
terpuji/tercela, benar/salah, wajar/tidak wajar,
pantas/tidak pantas dari perilaku manusia.
Kemudian dalam kajian etika bisnis Islam susunan
adjective di atas ditambah dengan halal-haram
(degrees of lawful and lawful), sebagaimana yang
disinyalir oleh Husein Sahatah, di mana beliau
memaparkan sejumlah perilaku etis bisnis (akhlaq al
islamiyah) yang dibungkus dengan dhawabith
syariyah (batasan syariah) atau general guideline
menurut Rafik Issa Beekun.

Tugas


Berikan 5 contoh kasus yang pernah anda
temukan berkaitan dengan etika bisnis Islami.







Moral = nilai baik dan buruk dari setiap
perbuatan manusia-(praktiknya-akhlak),
Etika = ilmu yang mempelajari tentang baik
dan, buruk(ilmunya-ilm al-akhlaq).
Dalam disiplin filsafat, etika sering
disamakan dengan Filsafat Moral.