KONFLIK DAN MEDIA (MENUJU PEACE-ORIENTED JOURNALISM)

KONFLIK DAN MEDIA
(MENUJU PEACE-ORIENTED JOURNALISM)
Eka Hendry Ar

Abstrak
Media adalah tetap merupakan sebuah instrument positif dalam artian kegunaannya akan
sangat tergantung kepada man behind the gun dari media tersebut. Apalagi media, ia
tidak dapat memisahkan dirinya dari dinamika politik dan ekonomi yang sedang
berkembang. Media harus memainkan peran pendidikan, dengan memberikan suara
kepada semua pihak, sehingga opini masing-masing pihak yang berkonflik tersampaikan
kepada yang lain, sehingga stereotype yang ada dapat dicairkan, dan ada evaluasi dan
klarifikasi terhadap persepsi yang telah terbangun dari awal. Jadi ada proses reframing
tentang isu dan perdebatan, sehingga ini nantinya dapat membantu pihak-pihak yang
berkonflik untuk mengidentikasi kesamaan problem yang menyebabkan konflik.

Kata Kunci: perselisihan, informasi, hubungan antar etnik
terkadang menjadi media “provokasi”

A. Pendahuluan
Manakala kita bicara tentang
konflik


social

kekerasan),

(yang

biasanya

disertai
bersamaan

dengan hal tersebut kita melihat peran
yang dimainkan oleh Media, terutama
media masa cetak dan audio visual.
Karena biasanya, berita tentang konflik
selalu menjadi berita yang seksi untuk
dikonsumsi publik. Adagium bad news
is good news masih menjadi fenomena
yang jamak dijumpai dalam media

massa kita.
jarang

Oleh karenanya, tidak

selain

sebagai

wahana

menyampaikan informasi, media juga

﴾ 29 ﴿

terhadap

pembacanya,

jika


pemberitaan tidak sensitif terhadap isi
berita yang disampaikan dan implikasi
(yang mungkin timbul) dari berita
tersebut bagi publik. Setidaknya itu
yang dilaporkan oleh Eriyanto (2005)
dalam laporan penelitiannya tentang
pemberitaan media massa terhadap
konflik Ambon.

Media tidak jarang

memperkeruh suana, bahkan yang
menarik dari laporan tersebut, terjadi
“konflik” antar media yang berbasis
sentimen agama.

Demikian

pula


ketika

relasi

massa cetak atau audio visual semata,

terbangun dengan fenomena teroris

akan

(isu-isu dan aktor teroris) sebagaimana

penerbitan

yang sedang in (up to date) sekarang,

penelitian

maka ada hubungan resiprokal yang


tekhnologi komunikasi mutakhir seperti

sangat kuat antara keduanya. Brigitte

hand phone dan jaringan komunikasi

Nacos (dalam Benjamin Cole, 2006:1-

social melalui media seperti FB, BB

2)

dlsb.

bahkan

keduanya

mengistilahkan


dengan

convenience,

karena

relasi

marriage
kedua

of

tetapi

media

itu


mencakup

buku,

jurnal,

laporan

sampai

kepada

alat-alat

(Lee

Marsden

Savigny, 2009:146).


and

Heather

Jadi, media

belah

dapat diartikan sebagai sarana atau

pihak saling membutuhkan dan saling

wahana yang digunakan oleh manusia

mengambil keuntungan dari kedekatan

untuk

tersebut. Teroris membutuhkan media


menyampaikan informasi atau data-

untuk

mengkomunikasikan

data kepada pembaca. Perbedaannya

pesan

mereka,

sementara

pesanmedia

mendokumentasikan

terletak pada tata cara


dan

penulisan

berkepentingan dengan pemberitaan

pesannya dan bobot kadar ilmiah pada

tentang teroris karena dapat menjadi

masing-masing media tersebut. Kalau

pengatrol rating pemberitaan.

berita di sebuah media massa seperti

Jadi ada dua peran media, di
satu

sisi


ia

sebagai

wahana

Koran

dan

telivisi

lebih

bersifat

informatif dan current news, gaya

penyampai berita, namun di sisi lain ia

bahasanya

juga bisa menjadi sebagai “pembuat

mudah

cerita”,

seperti

Bobot ilmiah tidak terlalu ditekankan,

dalam

teori

yang

dikemukakan

agenda

setting.

karena

simpel,

dimengerti
kebenaran
melalui

deskriftif
oleh

agar

pembaca.

informasi

yang

media

cetak

Berdasarkan realitas tersebut, penulis

disampaikan

merasa perlu mengangkat persoalan

bersifat terbuka dan dapat dikonfirmasi

ini menjadi satu tema diskusi, yaitu

melalui hak jawab dari para sumber

bagaimana hubungan antara realitas

berita.

konflik dengan peran yang dimainkan

sebuah hasil penelitian yang kemudian

oleh media.

dibukukan dalam sebuah buku ilmiah,

Berbeda

halnya

dengan

selain keakuratan contentnya, juga
B. Hakekat dan Fungsi Media

ditekankan tentang ketepatan metode

Media pada hakekatnya tidak
bisa direduksi hanya sebatas media

﴾ 30 ﴿

dan persfektif yang digunakan dalam
tulisan tersebut.

Karena target dari

sebuah buku ilmiah itu untuk jangka

kekuasaan”

waktu yang panjang, maka dihindari

Baru. Selain tidak adanya kebebasan

pola penulisan yang bersifat berita.

pers, media massa juga seringkali

Untuk membantah kebenaran sebuah

dihegemoni oleh kekuasaan yang ada,

penelitian

dipublikasi

sebagai sarana untuk menjembatani

diperlukan sebuah penelitian ilmiah

kepentingan politik pemerintah. Pers

lain, tidak memadai hanya dengan

yang tidak sejalan dengan kepentingan

kritikan “pepesan kosong” semata.

pemerintah

Dalam konteks tulisan ini, penulis lebih

paksa. Terlepas dari kepentingan dan

banyak menyoroti media dalam bentuk

hegemoni oleh pemerintah, yang jelas

media massa baik cetak maupun audio

ada

visual, agar kajian kita tidak terlalu

memandang

meluas ke semua jenis media.

dimainkan oleh Pers.

ilmiah

yang

pemerintah

akan

kesan

Dalam konteks umum, media

dibredel

bahwa,

peran

akan

“menghegemoni”

secara

pemerintah

penting

Kesadaran

Orde

yang

pentingnya

media

juga

memiliki

beberapa

fungsi,

sebagai

jendela

informasi

bagi

berlangsung hingga kini. Terlebih lagi

edukasi

dan

di

pembaca,

sarana

seperti

oleh

era

tekhnologi

informasi

yang

pencerahan bagi masyarakat, wahana

canggih

kritik dan kontrol sosial (watchdog

berlomba-lomba

role), sampai wahana entertainment

media massa.

yang

elit politik berpikiran perlu menguasai

memberikah

masyarakat.
keberadaan
kedap

dari

hiburan

Namun
media

bagi

demikian,

biasanya

dinamika

tidak

media,

sekarang,
untuk

orang

“menguasai”

Tidak terkecuali para

untuk

memuluskan

kepentingan politik mereka.

Dalam

dan

politik, media juga berperan dalam

ekonomi di suatu wilayah tertentu.

mempublikasi isu, visi dan misi calon

Karena

atau

media

politik

seperti

senantiasa

berada

partai

politik,

disamping

dalam pusaran kegiatan politik dan

memberikan

ekonomi. Sehingga tidak jarang media

politikus. (K. Marijan, 2010) Ini yang

terhegemoni oleh kepentingan politik

disebut oleh Douglas Kellner (dalam

(dan kekuasaan) dan dunia industri

Jonathan Woodier, 2006:42) dengan

(kepentingan ekonomi).

model hegemony yaitu dimana para

Seperti yang terjadi pada masa

elit

politik

orde baru, media (terutama media

memaksa

cetak dan audio visual) dijadikan “alat

dengan

﴾ 31 ﴿

kritik

di

terhadap

Indonesia

media
kepentingan

para

berupaya

bekerja

sesuai

yang

mereka

persepsikan dan upaya mereka untuk

Fenomena politik ini dianggap sebagai

merestore peran gate keeping media

sesuatu yang luar biasa bagi dunia

terhadap arus berita dan informasi

pers di Indonesia.

Bahkan langkah

dalam batas-batas kepentingan elit

yang

ditempuh

politik.

Hal ini menurut Kellner

Presiden Gus Dur dengan menghapus

menunjukkan bahwa, bagi kalangan

Menteri Penerangan, yang selama era

elit politik (nasional dan lokal) media

ORBA

memiliki

bagi

sensor

oleh

komunikasi.

peran

kehidupan
karenanya

yang

sentral

masyarakat,
menjadi

penting

untuk

luar

biasa

berfungsi
dan

sebagai

oleh

“tukang

kontrol”

media

Dampak dari kebijakan ini adalah

menguasai media.

terjadinya

Terlebih lagi di era demokrasi

apa

yang

disebut

oleh

Woodier (dalam Benjamin Cole, 2006:

sekarang ini, media merupakan salah

43)

satu pilar dari tegaknya demokrasi.

(ledakan media) yang ditandai dengan

Dalam

media

bermunculannya media-media massa

diharapkan dapat menjadi wahana

baru, baik cetak, televisi dan radio.

check and balance antara pemerintah

Berdasarkan South East Asian Press

dengan

sehingga

Alliance (SEAPA)1 pada akhir 1999,

demokrasi dapat berjalan pada koridor

ada sekitar 299 koran, 886 tabloid, 491

yang tepat.

majalah, 11 buletin, 12 Stasiun TV dan

alam

demokrasi

rakyatnya,

Pengalaman politik

dengan

A

media

explosion

Indonesia memperlihatkan bagaimana

1,110

dinamika perkembangan media dan

Euphoria yang luar biasa terjadi dalam

kebebasan press. Setelah runtuhnya

dunia media di Indonesia ini, tentu saja

rezim Orde Baru, dunia pers seakan-

mengembirakan di satu sisi, namun di

akan

sisi lain tidak jarang menimbulkan

memasuki

babak

“kemerdekaan pers”.

baru

dari

Seperti dicatat

stasiun

masalah.

radio

di

Terutama

Indonesia.

berkenaan

Jonathan Woodier (dalam Benjamin

dengan batasan atau ukuran dari

Cole,

13

ekspresi kebebasan press, terlebih lagi

September 1999, hari-hari terakhir 17

jika dikaitkan dengan fenomena konflik

bulan

dan kekerasan yang jamak terjadi

2006:43)

bahwa,

kepemimpinan

BJ.

pada

Habibie,

DPR-RI menganulir beberapa pasal
dari Undang-Undang Pers tahun 1966
dan 1982 (yang dibuat pada masa
pemerintahan

Presiden

1

Suharto).

﴾ 32 ﴿

. Tahun 2008 ada kenaikan jumlah media, 380 majalah,
692 tabloid, 323 surat Kabar dan 3 buletn yang
mendapat izin dari pemerintah. ( Kacong Marijan,
2010)

setelah peralihan kekuasaan dari era

untuk

ORBA ke era Reformasi.

manakala kita bicara tentang peran

Satu hal penting yang harus
dicatat

dalam

kebebasan

hingar

pers

dalam masalah konflik kekerasan.
C. Peran media dalam konflik

sebuah instrument positif dalam artian
kegunaannya akan sangat tergantung
kepada man behind the gun dari media
tersebut. Apalagi media, ia tidak dapat
dirinya

dari

dinamika

politik dan ekonomi yang sedang
berkembang.
oleh

Lee

Seperti digambarkan
Marsden

tersebut

adalah

bahwa, media adalah tetap merupakan

memisahkan

dinamika

media dalam masyarakat, termasuk

binggar

tersebut

melihat

and

Heather

Savigny (2009: 158) bahwa, media,

Daya Kishan Thussu dan Des
Freedman

(2003:4)

dalam

pendahuluan bukunya War and The
Media menyatakan bahwa, ada 3
naratif kunci tentang peran media arus
utama

dalam

mengkomunikasikan

tentang konflik yaitu sebagai pengamat
yang kritis (critical observer), sebagai
penyampai

berita

(publicist)

dan

agama dan konflik merupakan bagian

sebagai “surface (permukaan) atau

yang tidak terpisahkan dalam konteks

“wajah” berita dari medan perang

politik. Ada hubungan yang dialektik
dan cair (serta saling mempengaruhi)
antara ketiganya dalam konteks politik.
Dengan

kata

memahami

lain

peran

bahwa,

untuk

media

dalam

masyarakat, kita harus melihat trend
politik

(dan

berkembang

ekonomi)
dalam

yang

masyarakat,

termasuk pada saat kita memahami
peran media ini dalam konteks konflik
kekerasan. Lee Marsden dan Heather

(battleground).
profesional

dari

hegemoni

market

kapitalisme,

yang

hanya

memperalat

media

sebagai

akan
alat

pengeruk keuntungan materi semata.
Oleh karenanya, penting bagi kita

﴾ 33 ﴿

harus

dapat

bersikap

impartial (tidak memihak) dan menjadi
monitor

yang

memberitakan

independent

dalam

persoalan

konflik.

Dalam konteks tulisannya, Daya dan
Freedman lebih bicara tentang konflik
yang melibatkan militer, sehingga ia
perlu menekankan tentang dua hal
tersebut, terutama ketika berhadapan
dengan militer.

juga mengingatkan bahwa, media tidak
kedap

Idealnya media yang

Dalam

konteks

konflik

sosial

seperti yang terjadi di Kalimantan
Barat, idealnya media juga harus
bersikap
(tidak

profesional

diskriminatif)

dan

impartial

dalam

memuat

berita. Demikian pula laporan-laporan

penelitian yang dipublis juga harus

bukan berarti media tidak punya cita-

bersikap profesional dan impartial.

cita ideologis yang lebih besar untuk

Media dapat berperan sebagai jendela

kepentingan

informasi, menjadi pengamat sosial

pendapat Daniel Hallin (dalam Daya

yang kritis (critical observer) atau

Kishan Thussu dan Des Freedman,

bahkan menjadi “penjaga” (watchdog

2003:6)

role)

kebijakan

memberitakan tentang perang atau

pemerintah yang keliru atau masalah

konflik, ia tidak harus memerankan diri

yang terlewatkan tanpa ada kebijakan

sebagai pengamat yang tidak punya

yang dilakukan. Namun fungsi-fungsi

kepentingan (disinterested observer),

konvensional ini sebenarnya belum

tetapi jadilah seorang patriot dari apa

cukup jika media mau terlibat dalam

yang disebut dengan peace offensive.

pemberitaan tentang konflik, karena

Dengan

ada hal yang lebih penting dari itu

mengatakan bahwa, meskipun kita

semua yaitu apa yang menjadi interest

harus

dari media.

profesionalisme

agar

tidak

ada

Apakah media memiliki

umum.

bahwa,

kata

jurnalis

lain,

tetap

Mengutip

dalam

Hallin

ingin

menjunjung
dan

tinggi

impartialitas,

peran ideologis tertentu terkait dengan

namun kita tidak bisa membiarkan

persoalan konflik ini.

Pertanyaan ini

berita tentang perang atau konflik

penting mengingat tidak sedikit media

berjalan secara “telanjang”, tanpa ada

yang hanya sekedar mementingkan

upaya kita untuk mengiring kepada

oplah atau rating pemberitaan. Karena

kondisi

berita

offensive). Atau dalam bahasa Robert

tentang

konflik

termasuk

yang

lebih

baik

(peace

kategori berita utama yang menarik

Manoff

perhatian

maka

2005:170) bahwa, seharusnya media

sulit

tidak memerankan dirinya sebagai

banyak

“komersialisasi”

kalangan,
berita

ini

dihindari.

(dalam

Graham

Spencer,

independent observers dari konflik,

Untuk mengatasi persoalan ini,

akan tetapi media seharusnya secara

maka peran ideologis media harus

aktif mencari pencegahan agar konflik

diperhatikan yaitu bagaimana media

tidak terjadi.

menempatkan diri menjadi bagian dari

Manoff bahwa, media harus menjadi

proses resolusi konflik atau peace

pressure terhadap pihak-pihak untuk

building dalam situasi konflik. Oleh

menyelesaikan

karenanya,

mendorong

profesional

media
dan

harus

impartial,

tetap
namun

﴾ 34 ﴿

(dalam

Lebih lanjut dikatakan

konflik,

intervensi

konteks

kita,

atau

pihak

lain

mungkin

pemerintah pusat maupun perhatian

yang terjadi di Mesuji.

ineternasional).

mengembangkan

Jika

media

mau

konflik

melakukan

tersebut,

Publik mulai

wacana
mulai

tentang

dari

sikap

peran ideologis ini tentu saja akan

prihatin, kritik terhadap pemerintah dan

sangat membantu dari proses resolusi

aparat hingga mencari kambing hitam

konflik, karena media memiliki banyak

dari konflik tersebut.

kelebihan. Selain ia sebagai sesuatu

dapat memainkan perang discourse

yang sentral dalam masyarakat, ia

keeper bagi masyarakat, dan dapat

juga dapat menjadi wahana untuk

menarik masyarakat untuk berpikir

membentuk wacana dan pandangan

bahwa,

masyarakat.

merupakan hal yang sangat penting

2

setting ,

Seperti teori agenda

dimana

media

inisiatif

Jadi, media

untuk

perdamaian

dan mendesak untuk dilakukan.

dapat

memerankan sebagai pembentuk opini
bagi masyarakat.

Karena biasanya

apa yang dianggap sebagai sesuatu

D. Membangun
Jurnalisme
(peace-oriented journalism)

Damai

yang penting oleh media, itu juga

Istilah ini penulis ambil dari salah

dipandang penting oleh pembacara

satu sub judul dari buku The Media

(khalayak).

Sebagai contoh, ketika

and Peace: From Vietnam to the War

media terus menerus memberitakan

on Terror karya Graham Spencer.

tentang satu kasus konflik dengan

Istilah ini dikembangkan dalam rangka

segala dampak yang ditimbulkan oleh

agar

konflik tersebut, maka publik akan

menjadikan publik mengerti tentang

menganggap bahwa, masalah tersebut

penyebab-penyebab

merupakan

memahami

masalah

yang

serius.

media

dapat

berperan
konflik,

tentang

berbagai

Seperti yang terjadi sekarang ini,

pendekatan untuk menafsirkan konflik

kasus

Mesuji

dan artikulasi dialog dalam rangka

menerus

mengajukan solusi yang konstruktif

pembantaian

Lampung,

karena

di

terus

diberitakan, gambarnya terus dimuat di

bagi penyelesaian konflik.

televisi dan koran, publik merasa

Spencer, 2005:165)

penting

lain, pers atau media pada umumnya,

mengetahui

perkembangan

(Graham

Dengan kata

harus berperan mendorong inisiatif
2

. Teori agenda setting : process by which the relative
attention given to items or issues in news coverage
influences the rank order of public awareness of issues
and attribution of significance. As an extention, effects
on public policy may occur”. (Denis McQuail, 2000)

﴾ 35 ﴿

perdamaian, dengan cara memberikan
informasi
tentang

yang
apa

benar
yang

dan

akurat

sesungguhnya

sedang terjadi dan sekaligus sebagai

kewajiban

pengingat

solusi

memberikan suara bagi kedua

perdamaian yang dapat kita tempuh.

belah pihak atau semua pihak

(Graham Spencer, 2005:165)

yang ada dalam konflik.

bahwa

ada

Lebih

lanjut menurut Graham, media juga

2.

Media

dari

harus

media

mencoba

adalah

untuk

harus berupaya melawan opini yang

membuat beberapa teori yang

dikembangkan oleh pihak-pihak yang

eksplisit, kerangka kerja intelektual

mengembangkan

(the intelectual frame of reference)

cenderung

opini

melawan

perdamaian.

yang

dan

kepentingan

wacana

dimana

Pers atau media juga

atau

konflik

paradigma
dipahamai.

hendaknya tidak malah menyebarkan

Dengan kata lain, media harus

“rasa ketakutan”, rasa tidak toleran

membuat

kerangka

dan sesuatu yang dapat menimbulkan

paradigma

yang

kebencian terhadap pihak-pihak yang

memahami konflik yang sedang

berkonflik. Oleh karenaya, diperlukan

terjadi.

publikasi

yang

benar-benar

penuh

3.

teori
jelas

atau
untuk

Kepemilikan media tidak perlu

perhitungan untuk jangka pendek dan

dipersoalkan dan dua tuntutan

jangka panjang.

sebelumnya

Memang terkadang

juga

semestinya

ada pilihan yang dilematis, antara

disampaikan kepada media yang

mengungkapkan fakta apa adanya,

dimiliki

dan keharus kita menjaga sebuah

mempunyai

ideologi

perusahaan maupun pemerintah .

perdamaian.

diperlukan

kearifan

Disinilah
dari

masing-

4.

oleh

pihak

kepentingan

yang
baik

Media seharusnya tidak menjadi

masing kita untuk dapat menyajikan

korban

berita yang lebih baik.

utama dalam pemberitaan: terlalu

Galtung
Graham

dan

Vincent

Spencer,

(dalam

dari

menyoroti

2005:167)

4

kecenderungan

negara-negara

elit,

terlalu menyoroti kalangan elit,

memberikan 10 koridor (atau istilah

terlalu

mereka proposal) tentang bagaimana

tertentu secara pribadi dan terlalu

mengembangkan

media

menyoroti

berorientasi

(peace-oriented

damai

yang

media) sebagai berikut:
1.

menyoroti

orang-orang

peristiwa-peristiwa

negatif.
5.

Media

seharusnya

memberikan

Kapanpun konflik itu ada, salah

perhatian untuk enhancing the

satu

retention element

tugas

dasar

bahkan

﴾ 36 ﴿

dari laporan

berita, dan tidak mengurui (talk
kepada

down)
6.

audien

dan

9.

Media seharusnya melihat formasi
konflik (termasuk perdamaian dan

pembacanya.

perang) antara dunia Utara dan

Media seharus berusaha keras

Selatan, jangan hanya melihat

untuk

problem perdamaian dan perang

memahami

bersenjata

konflik

dan

berupaya

menawarkan ruang yang

dapat

meminimalisir

kecenderungan

untuk

tempat

mencari

meminta
ketika

bantuan
konflik

untuk

persenjataan
tidak

diantara
industrialisasi saja.

10. Media seharusnya mencari potret
yang lebih jelas tentang manfaat
perdamaian.

dapat

diselesaikan.
7.

8.

Media

negara-negara

Kesepuluh prinsip atau proposal

seharusnya

lebih

tersebut secara kontekstual dapat kita

memperhatikan kepada dinamika

kembangkan sebagai koridor dalam

internal perlombaan/persainganan

membangun

peace

persenjataan

Kalimantan

Barat.

dan

konflik

journalism

di

Spencer

bersenjatan.

mengingatkan

Ketika gencatan senjata di capai,

kesepuluh koridor tersebut (dan mana

negosiasi dilakukan antara pihak

yang cocok dan yang tidak dengan

yang berkonflik, sampai kepada

kondisi kita), ada hal yang lebih

perlucutan senjata secara umum,

penting

negosiasi-negosiasi

dapat

senjata

konferensi

adalah

terlepas

bagaimana

mengembangkan

dari

media

kesadaran

pada

dan hati nurani publik melalui beragam

khususnya, dan pertemuan tingkat

opini untuk memfasilitasi tercapainya

tinggi

perdamaian.

maka

dan

perlucutan

kita,

bahkan lebih khusus lagi,
media

harus

memperhatikan

lebih

kelemahan-

Lebih lanjut menurut

Galtung dan Vincent bahwa, media
harus

menjadi

pihak

ketiga

yang

kelemahan mereka sendiri ketika

berupaya membant resolusi konflik

melaporkan fenomena tersebut.

secara kontruktif.

Dengan kata lain, media harus

Oleh karenanya, media harus

menyadari bahwa mereka memiliki

memainkan peran pendidikan, dengan

keterbatasan

memberikan

semua

untuk

mencover

informasi

secara

komprehensif.

suara

kepada

semua

pihak, sehingga opini masing-masing
pihak yang berkonflik tersampaikan

﴾ 37 ﴿

kepada yang lain, sehingga stereotype

Manoff

yang ada dapat dicairkan, dan ada

media massa malah menjadi “juru

evaluasi

bicara konflik”, yang sibuk mewartakan

dan

klarifikasi

terhadap

di atas.

Jangan sampai,

persepsi yang telah terbangun dari

tentang

awal.

Semestinya media massa mengambil

Jadi ada proses reframing

kekerasan

tentang isu dan perdebatan, sehingga

peran

ini nantinya dapat membantu pihak-

perdamaian”,

pihak

mencerahkan

yang

mengidentikasi

berkonflik

untuk

dan

sebagai

perang.

“juru

bicara

yang

berupaya

pihak-pihak

yang

kesamaan

problem

berkonflik, dengan beragam harapan

yang menyebabkan konflik.

Dengan

dan

berperan

serta

kata

lain,

media

dapat

alternatif
menjadi

sebagai sinyal tentang bahaya dari

kebijakan

eskalasi konflik dan sekaligus sebagai

menyebabkan

sinyal

media

bagi

peluang-peluang

inisiatif

perdamaian,
terhadap

watchdog

pemerintah

yang

konflik.

hendaknya

dapat

Kemudian,

juga

menjadi

penyelesaian yang dapat diterima oleh

counter-opinion terhadap opini yang

kedua belah pihak. Kemudian, Media

cenderung menyebarkan kebencian,

juga dapat berperan sebagai early

prasangka,

warning system yang mengidentifikasi

permusuhan.

the underground tremors of impending

media benar-benar dapat menjadi pilar

conflict, kemudian dapat memberikan

resolusi konflik, bersanding dengan

respon lebih awal terhadap potensi

pilar-pilar resolusi konflik lainnya.

tersebut.

(Graham

Spencer,

rasa

ketakutan

Dengan

dan

demikian,

2005:
E. Daftar Pustaka

169)
Sebagai rekomendasi dari tulisan

Benjamin

ini, penulis sampai kepada kesimpulan
mendorong

fungsi

journalism.

Routledge

media

menjadi media perdamaian atau peace

dengan

memperhatikan

koridor

yang

Galtung,

masyarakat
dikemukakan

Vincent

maupun

Taylor

and

Francis

(ed). 2003. War and The Media.
Sage Publication, London and New

kita,

beberapa

Conflict,

Daya Kishan Thussu and Des Freedman

mendorong terwujudkan proses peace
dalam

2006.

Group. London and New York.

Dimana kita secara aktif

building

(ed).

Terrorism and The Media In Asia.

bahwa, perlu dilakukan upaya-upaya
untuk

Cole

Delhi.
Denis

oleh
Robert

﴾ 38 ﴿

McQuail.

2000.

Mass

Communication Theory. Thousand
Oakes: Sage.

Eriyanto.

2005.

Koran,

Bisnis,

dan

Perang. Dikutip dalam A. Harsono
dan B. Setiono (ed). Jurnalisme
Sastrwai. Yayasan Pantau. Jakarta.
Graham Spencer. 2005. The Media and
Peace: From Vietnam to The War
on Terror.

Palgrave Macmillan.

New York.
Kacung Marijan. 2010. Sistem Politik
Indonesia; Konsolidasi Demokrasi
Pasca-Orde

Baru.

Kencana.

Jakarta.
Lee Marsden and Heather Savigny (ed).
2009. Media, Religion and Conflict.
Asghate

Publishing

Limited.

England and USA.

﴾ 39 ﴿