Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di Mts Khulafaur Rasyidin Tahun 2012 Mahasiswa Andri Gunaawan Pembimbing I Heriansyah Pembimbing II M.Alias ABSTRAK - Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Motivasi

1

Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Motivasi
Belajar Siswa di Mts Khulafaur Rasyidin Tahun 2012
Mahasiswa
Pembimbing I
Pembimbing II
Andri Gunaawan
Heriansyah
M.Alias
ABSTRAK
Bentuk-bentuk motivasi belajar yang diupayakan Kepala Sekolah dalam
memotivasi belajar siswa di MTs Khulafaur Rasyidin yaitu:Memberikan hadiah.
Hadiah diberikan kepada siswa yang memperoleh prestasi tinggi dalam
pembelajaran, maksudnya agar siswa yang memperoleh prestasi rendah dapat
belajar lebih giat. Hukuman diberikan kepada siswa yang melanggar aturan atau
tata tertib agar siswa tidak mengulangi kesalahannya. Cara kepala sekolah dalam
memotivasi belajar siswa di MTs Khulafaur Rasyidin yaitu: Keteladanan, yaitu
memberikan contoh yang baik dalam belajar mengajar seperti berakhlak mulia
dalam segala perbuatan. Menggunakan strategi yang berpusat kepada siswa dalam
pembelajaran, yaitu menjadikan siswa aktif dalam proses pembelajaran di kelas.

Memberikan nasehat, yaitu menegur siswa secara langsung yang berbuat
kesalahan Kendala kepala sekolah dalam memotivasi belajar siswa di MTs
Khulafaur Rasyidin adalah kedisiplinan siswa masuk sekolah, masih banyak siswa
yang melanggar aturan tata tertib yang berlaku seperti terlambat masuk sekolah
dan tanpa keterangan, selain itu juga, guru dalam mengajar kurang mampu
mengelolah kelas sehingga kelas menjadi ribu, guru juga dalam mengajar jarang
menggunakan media dan strategi pembelajaran.
Kata Kunci: Kepemimpinan

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hasil pra penelitian di MTs Khulafaur Rasyidin menunjukkan bahwa
motivasi belajar siswa MTs dalam proses pembelajaran di kelas sangat
tergantung kepada keberadaan kepala sekolah di tempat sedangkan
keberadaan guru kurang memberikan motivasi siswa untuk belajar, ketika
kepala sekolah tidak berada di tempat karena ada kegiatan di luar (rapat untuk
kepentingan sekolah), beberapa siswa cenderung tidak memiliki motivasi
untuk belajar secara sungguh-sungguh, mereka di kelas banyak yang
melamun, tidur-tiduran dan seterusnya walaupun guru berada di tempat. Hal
berbeda terjadi ketika kepala sekolah berada di tempat bahwa siswa tidak ada

yang ribut pada saat pembelajaran dan tidak ada yang tidur pada saat
pembelajaran.
Berdasarkan hasil studi di atas menegaskan bahwa kepemimpinan
kepala sekolah mempunyai peran penting dalam meningkatkan motivasi

2

belajar siswa. Meskipun kepala pondok memiliki wewenang yang
lebih luas dibandingkan kepala sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah adalah
salah satu kunci keberhasilan proses pendidikan. Fenomena di atas, menarik
untuk dikaji lebih mendalam melalui penelitian tentang kepemimpinan kepala
sekolah dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa di MTs Khulafaur
Rasyidin tahun 2012.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan masalah yang terdapat di dalam latar belakang di atas,
maka yang menjadi masalah umum dalam penelitian ini adalah “Bagaimana
kepemimpinan kepala sekolah dalam upaya meningkatkan motivasi belajar
siswa di MTs Khulafaur Rasyidin tahun 2012?”. Masalah umum tersebut
dijabarkan dalam sub-sub masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah bentuk-bentuk motivasi belajar yang diupayakan Kepala

Sekolah dalam memotivasi belajar siswa di MTs Khulafaur Rasyidin?
2. Bagaimanakah cara kepala sekolah dalam memotivasi belajar siswa di
MTs Khulafaur Rasyidin?
3. Apa saja kendala kepala sekolah dalam memotivasi belajar siswa di MTs
Khulafaur Rasyidin?
C. Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan
umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kepemimpinan kepala
sekolah dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa di MTs Khulafaur
Rasyidin tahun 2012. Dari masalah umum tersebut peneliti jabarkan dalam
sub masalah yaitu untuk mengetahui:
1. Bentuk-bentuk motivasi belajar yang diupayakan Kepala Sekolah dalam
memotivasi belajar siswa di MTs Khulafaur Rasyidin.
2. Cara kepala sekolah dalam memotivasi belajar siswa di MTs Khulafaur
Rasyidin.
3. Kendala kepala sekolah dalam memotivasi belajar siswa di MTs Khulafaur
Rasyidin.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini, dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: manfaat
teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memperkaya wacana keilmuan atau
pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya tentang kepemimpinan
kepala sekolah. Serta dapat pula dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang
bertugas dan pengabdiannya berhubungan dengan dunia pendidikan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi kepala sekolah sebagai pengelola satuan pendidikan di tingkat
Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs), khususnya MTs Khulafaur
Rasyidin, maka penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan
berharga dan sebagai data empirik dalam melakukan supervisi sehingga
kekurangan dan kelebihan penerapan kebijakan yang selama ini

3

diambil dapat diperbaharui dan akhirnya dapat dilakukan perbaikan
yang benar.
b. Bagi pendidik di tingkat Sekolah Menengah Pertama, khususnya MTs
Khulafaur Rasyidin, dengan tugasnya sebagai pembimbing, pengajar,
pendidik dan pelatihan, maka penelitian ini dapat dijadikan tambahan
ilmu pengetahuan sehingga mampu membantu kepala sekolah dalam

kompetensi belajar siswa dengan maksimal.
c. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini merupakan modal penting dalam
meningkatkan pengetahuan tentang kependidikan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
1. Konsep Kepemimpinan
a. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi bawahan
atau kelompok untuk bekerja sama mencapai tujuan organisasi atau
kelompok.
b. Gaya Kepemimpinan
Menurut Rivai (2002:122) ada tiga macam gaya kepemimpinan
yang mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai, yaitu:
1). Gaya Kepemimpinan Otoriter
Gaya kepemimpinan ini menggunakan metode pendekatan
kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan
strukturnya, sehingga kekuasaanlah yang paling diuntungkan
dalam organisasi.
2). Gaya Kepemimpinan Demokratis
Di bawah kepemimpinan demokratis bawahan cenderung bermoral
tinggi, dapat bekerja sama, mengutamakan mutu kerja dan dapat

mengarahkan diri sendiri.
3). Gaya Kepemimpinan Bebas
Gaya kepemimpinan ini memberikan kekuasaan penuh pada
bawahan, struktur organisasi bersifat longgar, pemimpin bersifat
pasif.
Selanjutnya Pamudji (2005:123) membagi tiga gaya dalam
kepemimpinan di Indonesia sebagai berikut:
1). Gaya motivasi, yaitu pemimpin dalam menggerakkan oarng-orang
dengan mempergunakan motivasi baik yang berupa imbalan
ekonomis dengan memberikan hadiah-hadiah (reward), baik yang
bersifat positif maupun yang berupa ancaman hukuman (penalties),
jadi bersifat negatif.
2). Gaya kekuasaan, yaitu pemimpin yang cenderung menggunakan
kekuasaan untuk menggerakkan orang-orang. Cara bagaimana ia
menggunakan
kekuasaan
akan
menentukan
gaya
kepemimpinannya.

3). Gaya pengawasan, yaitu kepemimpinan yang dilandaskan kepada
perhatian seorang pemimpin terhadap prilaku kelompok.

4

2. Tinjauan Kepala Sekolah
a. Pengertian Kepala Sekolah
1). Kepala Sekolah berperan sebagai pendidik di sekolah secara
keseluruhan.
2). Kepala Sekolah sebagai pemimpin formal pendidikan di
sekolahnya.
b. Fungsi Kepala Sekolah
Dalam menjalankan roda pendidikan, sedikitnya mampu
berfungsi sebagai edukator, manager, administrator, supervisor, leader
inovator dan motivator (Mulyasa, 2004:98).
3. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi
Menurut Sarwoto (2002:135) Memberikan motivasi adalah,
“Pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manejer dalam memberikan
inspirasi, semangat dan dorongan kepada orang-orang lain untuk

bekerja lebih baik”. Sedangkan menurut Sondang P. Siagian
(1997:231) motivasi adalah, “Keseluruhan proses pemberian motif
kerja kepada bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja
dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan
ekonomis”.
Dari keterangan di atas maka peneliti dapat menyimpulkan
bahwa motivasi adalah suatu kegiatan yang dilakuakan oleh pimpinan
dalam proses pemberian dorongan kepada bawahan agar mau bekerja
dengan sebaik-baiknya dan dengan kesadaran tanpa ada paksaan demi
tercapainya tujuan organisasi yang telah ditentukan secara efektif dan
efisiens.
b. Bentuk Motivasi Kepala Sekolah
Sardiman (2009:92-96) mengatakan bahwa bentuk motivasi
belajar yang dapat diberikan di sekolah yaitu:
1) Memberi Angka
2) Hadiah
3) Kompetisi
4) Ego-involvement
5) Memberi Ulangan
6) Mengetahui Hasil

7) Pujian
8) Hukuman
c. Tujuan Pemberian Motivasi
Motivasi dari kepala sekolah bertujuan antara lain:
1). Untuk mendorong dan menumbuhkan semangat kerja.
2). Untuk memperlancar jalannya tugas yang diemban.
3). Untuk menghindari penyimpangan dalam melaksanakan tugas.
4). Untuk meningkatkan efesiensi pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.
d. Teknik Motivasi

5

Secara garis besar teknik yang dapat dipergunakan dalam
pemberian motivasi dapat digolongkan menjadi 2:
1). Teknik Langsung
Teknik motivasi ini berhubungan lansung dan mengarah pada
usaha untuk memenuhi kebutuhan guru agar pelaksanaan tugasnya
dapat berjalan dengan baik dan lancar bagi pencapaian tujuan yang
diinginkan. Teknik ini mempunyai konsekuensi penyediaan biaya

yang besar dan waktu yang lama.
2). Teknik Tidak Langsung
Mengigat besarnya biaya dan waktu yang diperlukan dalam teknik
langsung, maka perlu dikembangkan pemberian motivasi tidak
langsung yang berorientasi pada insaght internal motivasi serta
pemuasan kebutuhan individu dalam suatu organisasi.
4. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa
Kepala Sekolah merupakan motor penggerak dan penentu arah
kebijakan sekolah, yang akan menentukan tujuan-tujuan sekolah dan
pendidikan dapat direalisasikan. Untuk itu, diperlukan Kepala Sekolah
yang inovatif, kreatif, dan mampu memiliki ide-ide dan inisiatif yang
menunjang perkembangan sekolah. Hal tersebut sebagaimana firman Allah
SWT dalam Q.S. Al - Baqarah ayat 148.

             
        
Artinya : “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia
menghadap kepada-Nya, maka berlomba-lombalah kamu
(dalam memuat) kebaikan di mana saja kamu berada pasti

Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat),
sesungguhnya Allah maha kuasa atas segala sesuatu (Q.S. Al Baqarah ayat 148).
Ayat di atas mengajarkan umat manusia untuk berlomba-lomba
dalam kebaikan begitu juga dengan Kepala Sekolah sebagai pemimpin
lembaga pendidikan harus bersifat kompetatif. Terlebih lagi percepatan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut Kepala Sekolah
untuk tidak lagi menerima suatu perubahan di sekolah. Hal tersebut dalam
rangka meningkatkan kompetensi belajar siswa.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode, Bentuk dan Pendekatan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
peneliti akan memaparkan penelitian berdasarkan fakta-fakta atau fenomena-

6

fenomena yang tampak sebagaimana adanya yang sedang berlangsung dalam
penelitian.
Pendekatan merupakan hal yang sangat penting dalam memecahkan
permasalahan yang terdapat dalam penelitian tersebut. Oleh karena itu,
pemilihan pendekatan haruslah tepat atau sesuai dengan masalah yang
dirumuskan supaya tujuan dari penelitian dapat tercapai sesuai dengan sesuai
dengan harapan yang diinginkan.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.
menurut Subana dan Sudrajat, (2005:13-25) penelitian kualitatif cenderung
dipakai untuk mengkaji objek berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang
muncul. Menurut Bodgan dan Taylor dalam Lex J. Moleong (2004:4)
penelitian kualitatif adalah ”sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriftip berupa kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang diamati”
B. Lokasi Penelitian
Peneliti memilih lokasi penelitian di MTs Khulafaur Rasyidin Pontianak,
yang terletak di Jalan A Yani. Pengambilan lokasi dalam penelitian ini, atas
beberapa alasan yaitu:
1. Penelitian tentang kepemimpinan kepala sekolah di MTs Khulafaur
Rasyidin belum pernah diadakan penelitian.
2. Peneliti merupakan salah satu alumni di MTs Khulafaur Rasyidin.
3. MTs Khulafaur Rasyidin merupakan sekolah di bawah yayasan Ponpes
Khulafaur Rasyidin yang ada di Kabupaten Kubu Raya, dari observasi
awal diketahui: dalam memimpin kepala sekolah sangat tegas dalam
segala hal, baik kepada guru maupun kepada siswa.
4. Kepala sekolah selalu di tempat kecuali ada kegiatan di luar seprti rapat,
sehingga peran kepala sekolah digantikan oleh kepala yayasan atau staf
ponpes Khulafaur Rasyidin
5. Siswa kadang-kadang berhadapan langsung dengan kepala sekolah
6. Dalam proses pembelajaran siswa cenderung kurang bersemangat hal
tersebut ditunjukkan oleh aktivitas siswa yang tidak relevan dalam proses
pembelajaran seperti melamun, ribut pada saat pembelajaran dan tidur
pada saat pembelajaran.
7. Apabila kepala sekolah masuk kelas semuanya diam dan tampak
bersemangat dalam belajar serta tidak ditemukan siswa yang ribut,
melamun dan tidur.
C. Sumber Data
Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah kepala sekolah,
guru dan siswa di MTs Khulafaur Rasyidin Pontianak yang berjumlah 1 orang
kepala sekolah, dan 3 orang guru yang mempunyai jabatan di MTs Khulafaur
Rasyidin Pontianak yang terdiri dari 1 orang wakil kepala sekolah, 1 orang
waka kurikulum, 1 orang waka kesiswaan. Sumber data sekunder dalam
penelitian ini 6 orang siswa sebagai data pendukung, karena yang dibelajarkan
adalah siswa sehingga siswa lebih tahu apa yang diajarkan oleh guru.
D. Prosedur Pengumpulan Data

7

Prosedur pengumpulan data yang terdapat dalam suatu penelitian akan
memungkinkan tercapainya pemecahan masalah secara valid dan plexsible,
yang pada gilirannya memungkinkan dirumuskannya generalisasi yang
obyektif (Hadari Nawawi, 2005:35). Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan tiga teknik pengumpul data yaitu:
1. Teknik Komunikasi Langsung
Lexi J. Moleong (2006:135) menyatakan bahwa “Wawancara
merupakan percakapan yang mengajukan pertanyaan dengan yang
diwawancarai”. Wawancara mendalam mengacu kepada situasi dimana
peneliti berusaha mengetahui semaksimal mungkin berbagai persoalan
pokok yang ada hubungannya dengan apa yang sedang diteliti. Wawancara
tersebut bertujuan untuk menperoleh informasi sebanyak-banyaknya dari
responden tentang fokus penelitian yang ditanyakan.
Wawancara tersebut akan diberikan kepada kepala sekolah, 5 orang
guru dan 6 orang siswa untuk memperoleh informasi yang berkenaan
dengan bentuk-bentuk kepemimpinan kepala sekolah, cara kepala sekolah
dalam memotivasi belajar siswa dan kendala yang dihadapi oleh siswa
dalam memotivasi belajar siswa.
2. Observasi Non Partisipan
Menurut Sugiono (2011:166) observasi non partisipan adalah
”Peneliti tidak terlibat langsung dengan aktivitas orang-orang yang sedang
diamati dan hanya sebagai pengamat independen”. Adapun alat
pengumpul data yang digunakan pada teknik observasi partisipan ini
adalah catatan lapangan.
3. Dokumentasi
Peneliti menggunakan teks-teks tertulis dalam kepemimpinan kepala
sekolah dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa di MTs
Khulafaur Rasyidin tahun 2012. Sebagai dokumentasi program tertulis
yang dimaksud adalah berupa salinan foto kopi yang sejarah beridirnya
MTs Khulafaur Rasyidin, foto-foto kegiatan pembelajaran.
E. Pengecekkan Keabsahan Data
Data yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti tidak selamanya
memiliki kebenaran sesuai dengan fokus penelitian bahkan boleh jadi terdapat
kecurangan atau kelebihan ungkapan. Untuk itu, perlu adanya pengecekan
terhadap data yang telah terkumpul tersebut, sehingga penelitian tersebut
memilki kredibilitas yang tinggi dalam pengecekan data. Cara yang peneliti
gunakan untuk pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian adalah:
1. Ketekunan Pengamatan
Peneliti mengamati kegiatan kepemimpinan kepala sekolah dalam
upaya meningkatkan motivasi belajar siswa di MTs Khulafaur Rasyidin
tahun 2012 dengan para siswanya. Tujuannya adalah untuk melengkapi
informasi mengenai kepemimpinan kepala sekolah dalam upaya
meningkatkan motivasi belajar siswa di MTs Khulafaur Rasyidin tahun
2012.
2. Triangulasi

8

Triangulasi mengandung arti membandingkan data yang diperoleh
dari sumber data primer dengan data yang diperoleh dari sumber data
sekunder dengan tujuan untuk menguji keabsahan data. Dalam penelitian
ini, yang menjadi sumber data primer adalah kepala sekolah dan para guru.
Sedangkan yang menjadi sumber data sekunder adalah para siswa di MTs
Khulafaur Rasyidin Pontianak.
3. Member Check
Data yang telah dikumpulkan dan dianalisis, ditafsirkan dan
disimpulkan kemudian peneliti berusaha mengadakan pengecekan kembali
dengan anggota yang terlibat dalam proses pengumpulan data untuk
mengetahui pendapat tersebut benar atau tidak dengan menggunakan
pedoman wawancara dengan guru yang diwawancarai sehingga
memudahkan peneliti dalam mengecek segala kekurangan yang dirasa
perlu diperbaiki.
F. Tahapan-Tahapan Penelitian
Adapun kegiatan analisis data menurut Miles dan Huberman (Harun
Rasyid, 2000:123) bahwa model analisis data interaktif apabila disajikan
dalam bentuk gambar, maka proses analisis data kualitatif adalah sebagai
berikut:

Pengumpulan data

Reduksi data

Penyajian data

Penarikan kesimpulan

Sumber: Miles dan Huberman, (dalam Harun Rasyid, 2003:123).

Gambar 3.1: Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif
BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya MTs Khulafaur Rasyidin
Sejarah berdirinya MTs Khulafaur Rasyidin dilandasi oleh kesadaran
masyarakat desa Sungai Raya tentang arti pentingnya pendidikan agama
bagi kehidupan, guna mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan di
akhirat. Saat itu penyelenggaraan pendidikan agama yang ada baru berupa
sebuah majlis ta’lim yang bernama Majlis Ta’lim dan Dzikir Tarekat alQadiriyah. Namun keberadaan majlis taklim tersebut dianggap oleh
masyarakat belum cukup untuk dijadikan sarana pembinaan keagaman,
khususnya untuk generasi penerus, karena itu perlu didirikan suatu
lembaga pendidikan keagamaan.

9

MTs Khulafaur Rasyidin dibuka bulan Juni 1998 dengan NSPP: 512
610 205 030 bersama dengan dibukanya pendidikan formal tingkat
menengah dibawah naungan Departemen Agama, yakni Madrasah
Tsanawiyah Khulfaur Rasyidin (MTs Khulfaur Rasyidin) dengan NSM :
212 610 205 052 dan pada tahun tahun 2002/2003 MTsKhulafaur Rasyidin
telah membuka secara resmi pendidikan lanjutan dibawah naungan
Departemen Agama yaitu Madrasah Aliyah Swasta Khulafaur Rasyidin
(MAS Khulafaur Rasyidin) dengan NSM: 312 610 206 070.
2. Visi dan Misi MTs Khulafaur Rasyidin
a. Visi MTs Khulafaur Rasyidin
Kokoh dalam aqidah, berakhlak mulai, disiplin, berprestasi, mandiri,
berwawasan al Qur’an dan al Hadits, menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi.
b. Misi MTs Khulafaur Rasyidin
1). Melaksanakan pembelajaran secara efektif untuk menigkatkan
nilai ujian nasional
2). Mengkaji dan mendalami al Qur’an dan al Hadits untuk
mempersiapkan genarasi muslim yang berkwalitas dan
berakhlakul karimah
3). Meningkatkan kwalitas ke-Islaman
4). Mengaktualisasikan kitab salaf dalam kehidupan sehari-hari.
5). Membentuk pola pikir santri yang dinamis sesuai dengan Al
Qur’an dan Al Hadits.
6). Menumbuh kembangkan sumber daya santri dengan mengkaji
dan mendalami ilmu-ilmu agama dan wawasan ke-Indonesiaan
secara seimbang.
7). Meningkatkan intensifitas pembelajaran bahasa Arab dan
Inggris.
8). Membudayakan aktif bahasa Arab dan Inggris.
9). Meningkatkan kualitas output santri terutama keilmuan dan
kebahasaan.
3. Tujuan MTs Khulafaur Rasydin
a. Memberdayakan potensi Madrasah.
b. Memberikan pelayanan maksimal kepada pelanggan Madrasah.
c. Meningkatan prestasi belajar santri dengan indikator penigkatan nilai
kelas dan perolehan nilai ujian nasional.
d. Meningkatan kemampuan bahasa Arab dan inggris secara aktif.
e. Mempersiapkan santri untuk melanjutkan jenjang pendidikannya ke
luar negeri.
f. Meningkatan pengabdian kepada Agama, bangsa dan masyarakat.
g. Menigkatan kemampuan santri dalam menyelesaikan permasalahan
khusunya dibidang agama.
h. Menigkatkan presatasi olah raga dan kepramukaan.
4. Kondisi Siswa
pada awal beridirinya MTs Khulafaur Rasyidin hanya memiliki siswa
13 orang, pada tahun berikutnya mengalami peningkatan, puncaknya pada

10

tahun 2000/2001 yang mencapai 250 siswa, tiga tahun berikutnya
mengalami penurunan yaitu 162,160 dan 170. sedangkan 6 tahun
berikutnya mengalami naik turun yaiu 72, 42, 92, 93, 42 dan 92 orang
siswa pada tahun 2011/2012.
5. Kondisi Guru
Pada tahun 2004/2005 dan 2005/2006 guru lulusan SLTA berjumlah
16 orang guru, D3 3 orang guru dan S-1 24 orang guru yang terdiri dari 17
orang guru tetap dan 26 orang guru tidak tetap. Namun pada tahun
2006/2007 jumlah guru mengalami penurunan menjadi 12 orang guru
lulusan SLTA, 4 orang lulusan D3 dan 20 orang lulusan S-1 yang terdiri
dari 14 orang guru tetap dan 22 orang guru tidak tetap. Selanjutnya pada
tahun 2007-2012 jumlah guru mengalami penurunan lagi menjadi 7 orang
guru lulusan SLTA, 2 orang guru lulusan D3 dan 20 orang guru lulusan S1 serta terdapat 3 orang guru yang lulus sertifikasi.
6. Sarana dan Prasarana MTs Khulafaur Rasyidin
Sarana dan prasaran yang dimiliki oleh MTs Khulafaur Rasyidin
sudah dikategorikan lengkap, karena telah memiliki sarana dan prasarana
yang memadai seperti ruang kelas 16 ruang, 1 ruang LAP IPA, 2 ruang
lab. Bahasa, 2 ruang computer, 2 ruang perpustakaan, 1 ruang
keterampilan, 1 ruang serbaguna, 2 kantin, 1 ruang BP/BK, 1 ruang kepala
sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang TU, 2 ruang osis, 2 kamar mandi/WC guru,
6 kamar mandi/WC siswa, 1 gudang, 2 ruang ibadah, 6 asrama murid dan
2 kios phone.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di MTs Khulafaur
Rasyidin Pontianak yang mengkaji tentang kepemimpinan kepala sekolah
dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa di MTS Khulafaur
Rasyidin tahun 2012 dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Bentuk-bentuk motivasi belajar yang diupayakan Kepala Sekolah dalam
memotivasi belajar siswa di MTs Khulafaur Rasyidin yaitu:
a. Memberikan hadiah. Hadiah diberikan kepada siswa yang memperoleh
prestasi tinggi dalam pembelajaran, maksudnya agar siswa yang
memperoleh prestasi rendah dapat belajar lebih giat.
b. Hukuman diberikan kepada siswa yang melanggar aturan atau tata
tertib agar siswa tidak mengulangi kesalahannya.
2. Cara kepala sekolah dalam memotivasi belajar siswa di MTs Khulafaur
Rasyidin yaitu:
a. Keteladanan, yaitu memberikan contoh yang baik dalam belajar
mengajar seperti berakhlak mulia dalam segala perbuatan.
b. Menggunakan strategi yang berpusat kepada siswa dalam
pembelajaran, yaitu menjadikan siswa aktif dalam proses pembelajaran
di kelas.
c. Memberikan nasehat, yaitu menegur siswa secara langsung yang
berbuat kesalahan

11

3. Kendala kepala sekolah dalam memotivasi belajar siswa di MTs Khulafaur
Rasyidin adalah kedisiplinan siswa masuk sekolah, masih banyak siswa
yang melanggar aturan tata tertib yang berlaku seperti terlambat masuk
sekolah dan tanpa keterangan, selain itu juga, guru dalam mengajar kurang
mampu mengelolah kelas sehingga kelas menjadi ribu, guru juga dalam
mengajar jarang menggunakan media dan strategi pembelajaran.
B. Saran-Saran
Berdasarkan uraian kesimpulan diatas yang membahas mengenai
kepemimpinan kepala sekolah dalam upaya meningkatkan motivasi belajar
siswa di MTS Khulafaur Rasyidin tahun 2012 dapat penyaji sampaikan
beberapa saran meliputi:
1. Kepala sekolah merupakan seorang pemimpin dalam suatu sekolah.
Sebagai pemimpin kepala sekolah harus bersikap profesional dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Untuk itu seorang kepala
sekolah dituntut untuk menguasai setiap perubahan dalam sistem
pendidikan.
2. Kepala sekolah harus dapat menciptakan komunikasi yang baik dengan
guru-guru. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mendengarkan keluh kesah
dan masukan dari guru-guru dan memperlakukan guru tersebut dengan adil
tanpa membedakan satu dan lainnya. Kepala sekolah juga dituntut untuk
memahami karakter dari masing-masing guru, karena hal ini berpengaruh
terhadap kinerja guru tersebut.
3. Setiap kali ada program-program atau sistem yang baru di bidang
pendidikan kepala sekolah harus menyampaikan kepada guru-guru, agar
guru-guru dapat mengikuti setiap perkembangan dalam bidang pendidikan.
Kepala sekolah dapat mengadakan rapat atau pun seminar yang membahas
mengenai perkembangan baru di bidang pendidikan dengan cara mengikut
sertakan guru-guru dalam acara tersebut.
4. Antara guru satu dan lainnya diharapkan dapat saling menginformasikan
apabila mendapatkan ilmu yang baru. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan guru agar tidak ketinggalan informasi dan
menciptakan hubungan yang baik antar rekan sejawat.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Nasih Ulwan, 1981. Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta.
Athiya Al-Abrasyi, 2003. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Bulan Bintang
Jakarta
Arsyad, 2006. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Achmad Sanusi, 2001. Bimbingan dan Penyuluhan, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Alisuf Sabri, 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: CU Pedoman Ilmu Jaya.
Dimyati dan Mudjiono, 2005. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, PT. Raja
Grafindo.
Daryanto, 2001. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas, 2005. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

12

Elhefni, 2008. Psikologi Belajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Fatturrohman dan Sutikno, 2007. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Hadari Nawawi, 2005. Kepemimpinan Menurut Islam. Yogyakarta: Gajah Mada.
University Press.
Hadari Nawawi, 2005. Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: PT.
Gajahmada University Press Asmara.
Husein Umar, 1999. Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung: Bumi Aksara.
Harun Rasyid, 2000. Metododologi Penelitian Kualitatif, Bidang Ilmu Sosial
Agama. Pontianak: STAIN Press.
Hery Noer Ali, 2009. Bimbingan dan Koseling Islam. Jakarta: Logos Wacana
Ilmu.
Idochi, 2004. Administrasi Pendidikan dan Manajemen. Bandung: Alfabeta.
Ibtisam, 2002. School-Based Management. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Kamarudin, 2009. “Metode Penulisan Skripsi dan Tesis” PT. Angkasa, Bandung
Kartono, 2006. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya.
Lex J. Moleong, 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya.
Mulyasa, 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
M. Manullang, 2001. Azaz-Azaz Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Al-Husna.
Muhibbin Syah, 2005. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Moekiyat, 2006. Manajemen Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.
Moh. Fakry Gaffar, 2007. Pengantar Kepemimpinan Pendidikan. Surabaya:
Usaha Nasional.
Miarso, 2000. Pengantar Psikologi Belajar, Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN
Sunan Ampel, Malang
Nana Sudjana, 2004. Manajemen Program Pendidikan. Bandung: Falah
Production.
Ngalim Purwanto, 2010. Psikologi Belajar. Jakarta: Renika Cipta.
Oemar Hamalik, 2005. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi.
Jakarta: Bumi Aksara.
Rahmat, 2001. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Renika Cipta.
Robbins, 2003. Supervisi Pendidikan. Jakarta: Renika Cipta.
Riva’I, 2005. Manajemen Sekolah Teori dan Praktik. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sardiman, 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Syafafuddin, 2002. Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan. Jakarta:
Grasindo.
Soekarto, dkk, 2006. Pengantar Bagaimana Memimpin Sekolah Yang Baik. JKT:
Ghalia Indonesia.
Sukarto, 2005. Bimbingan Kearah Belajar Yang Sukses, Aksara Baru.

13

Soewarno Hadayaningrat, 2000. Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin
dalam Pembangunan Nasional. Penerbit Alumni, Bandung.
Santoso, 2002. Penghargaan Reward dan Hukuman (Punishment) dalam
Pendidikan Islam. http://buntetpesantren.org/penghargaan-reward-danhukuman-punishment-dalam-pendidikan-islam, Diakses 29 Juli 2012.
Sarwoto, 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Sondang P. Siagian, 1997. Filsafat Administrasi. Jakarta: Gunung Agung.
Subana dan Sudrajat, 2005. Statistik Pendidikan. Jakarta: Pustaka Setia.
Sukardi, 2005. Bimbingan Koseling. Jakarta: Renika Cipta.
Sumidjo, 1999 . Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta.
S. Nasution, 2008. Metode Research. Bandung: Jemmars.
Tholhah, 2004. Membuka Jendela Pendidikan. Jakarta: Grafindo Persada.
Uray Husna Asmara, 2004. Penulisan Karya llmiah. Pontianak: Fahruna Bahagia.
Purwanto, 1998. Administrasi Dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Pamudji, 2005. Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta: PT. Grasindo.
Wahjosumidjo, 1999. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Grafindo Persada.
Winardi, 2000. Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta. Renika Cipta.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25