Gambaran Gaya Hidup pada Sesama Mahasiswa Lesbian

  Cony Fitria, Yanwar Arief Fakultas Psikologi Universitas Islam Riau

  

Abstract

Lifestyle is a pattern of behavior or community to distinguish beteen one person and another

can be expressed through the activities, interests, and opinion someone by showing how one

lives, how one useshis money, how he allocated his time and so on. This study aims to describe

the lifestyle at a fellow student lesbian. Informants in this study were two lesbians in one private

university un the city of Pekanbaaru. The approach used in this research is descriptive

qualitative research data collection techniques used were intervies and observation. The

sampling technique used purposive sampling technique. The results showed that lesbian life

style is almost the same as normal peolple in general, but there are fe things that set it apart.

  

Lesbian butchy dressed masculine types namely, short hair wearing a shirt, shirt, trousers,

jacket, slippers, men’s shoes and protective. Lesbian types dresses feminine femme namely, long

hair, use a tanktop, skirts, wedges, accessories, make-up and are spoiled. Sexual activity is done

almost the same as any other normal couple, but lesbian in sexual activity is not to have sex

seriously. When assembled are usually talking about couples and sex aids. When interacting

done of smoking, drinking, drugs, motor racing, and visiting nightclubs. The use of social media

is one ot the tools to communicate with the community interaction. Some of the collections more

visible lesbian-themes video, movies, songs, clothing and accessories.

  Keywords: lifestyle, college students, lesbian

Abstrak

  

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran gaya hidup pada sesama mahasiswa

lesbian. Informan dalam penelitian ini adalah dua orang lesbian di salah satu universitas swasta

di kota Pekanbaru. Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif

dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan observasi. Teknik

pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Hasil penelitian ini

menunjukkan gaya hidup lesbian hampir sama dengan orang-orang normal pada umumnya,

namun ada beberapa hal yang membedakannya. Lesbian jenis butchy berpenampilan maskulin

dan bersifat melindungi. Lesbian jenis femme berpenampilan feminin dan bersifat manja.

Aktivitas seksual yang dilakukan hampir sama dengan orang normal pada umumny, namun

hubungan badan yang dilakukan tidak sampai berhubungan badan yang serius. Saat berkumpul

biasanya mereka membicarakan pasangannya dan alat bantu seks. Perilaku saat berinteraksi

dengan sesama lesbian adalah merokok, minum-minuman keras, menggunakan narkotika,

balapan motor dan mengunjungi tempat hiburan malam. Mereka juga berinteraksi dengan

menggunakan media sosial. Koleksi yang mereka miliki yaitu video, film, lagu, pakaian dan

aksesoris. Kata Kunci : gaya hidup, lesbian, mahasiswa

  Perkembangan dan kemajuan pada era ini memberikan dampak di berbagai negara. Salah satunya merupakan negara Indonesia yang sangat terpengaruh oleh kebudayaan barat,dimana dalam kehidupan ini segala kegiatan dan aktivitas yang dilakukan tanpa memikirkan dasar hukum agama yang menjadi pedoman hidup bagi individu yang bersangkutan. Padahal agama merupakan keyakinan yang menjadi identitas individu untuk membentuk suatu tatanan dan perintah kehidupan bagi individu itu sendiri. Faktanya sebagai pemeluk agama itu sendiri, dapat dikatakan kurang atau bahkan tidak peduli terhadap hal tersebut. Di samping itu, bahwasannya budaya kita syarat akan adat istiadat atau norma dalam kemasyarakatan yang dimana sangat menjunjung tinggi nilai ketimuran. Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat menjunjung adat ketimuran dengan mengedepankan etika dan norma yang berlaku dalam segala hal. Mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa harus memahami dan mengedepankan etika dan norma yang berlaku tersebut. Menurut Peraturan Pemerintah No. 30 tahun 1990, mahasiswa diartikan sebagai peserta didik yang terdaftar dan menuntut ilmu di perguruan tinggi tertentu. Mahasiswa merupakan manusia terpelajar dan mampu memahami suatu konsep. Oleh sebab itulah, sering terdengar istilah semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik perilakunya.

  Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak tersendiri bagi negara, masyarakat bahkan individu. Salah satu dampak yang sering terjadi di sekitar kita adalah seksualitas. Menurut Papalia, Olds, dan Feldman (2009) menyatakan bahwa kesadaran akan seksualitas adalah aspek penting dalam pembentukan identitas yang sangat memengaruhi citra diri dan hubungan dengan orang lain. Sebaliknya, ketika individu memiliki identitas gender yang menyimpang dari perannya sebagai laki-laki atau perempuan, maka individu mengalami penyimpangan orientasi seksual.

  Homoseksual tergolong menjadi 2 (dua) jenis yaitu, gay dan lesbian. Gay merupakan laki- laki yang tertarik dengan sesama jenisnya, sedangkan lesbian merupakan perempuan yang tertarik terhadap sesama jenisnya. Salah satu bentuk penyimpangan orientasi seksual yang terjadi saat ini adalah mengenai fenomena lesbian.

  Lesbian sering dipandang masyarakat sebagai kaum minoritas yang keberadaanya tersebut dianggap sebagai hal yang tidak wajar dan tabu. Kebanyakan orang menganggap lesbian itu sebagai suatu yang hina dan menjijikan. Lesbian biasanya dikenal memiliki gaya hidup yang menyimpang karena banyaknya anggapan yang berpendapat bahwa segala perilaku yang dilakukan oleh lesbian tersebut terkesan tidak sesuai norma yang ada dalam suatu masyarakat.

  Baik penelitian yang terdahulu oleh Kinsey maupun baru-baru ini oleh Hunt menunjukkan bahwa 4% dari laki-laki dan 3% dari perempuan yang disurvei adalah homoseksual (Santrock, 2002) . Sebuah studi terhadap 38.000 siswa Amerika tingkat 7 sampai 12, sekitar 88% menyatakan diri mereka heteroseksual, dan hanya 1% yang menyatakan diri mereka diri mereka homoseksual atau biseksual (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

  Di Indonesia sendiri, data statistik menyatakan bahwa 8 dari 10 juta populasi pria indonesia pada suatu waktu pernah terlibat pengalaman homoseksual dan sebagai catatan dari suatu survei dari Yayasan Priangan beberapa tahun yang lalu menyebutkan bahwa ada 21% pelajar SMP dan 35% SMU yang pernah terlibat perilaku homoseksual. Data lain juga menyebutkan kaum homoseksual di tanah air memilki sekitar 221 tempat pertemuan di 53 kota di Indonesia (Nurkholis, 2013).

  Menurut hasil penelitian Nurkholis (2013), mengatakan bahwa faktor-faktor yang melatar belakangi lesbian dan kondisi psikologisnya adalah faktor internal dan faktor eksternal. (1) Faktor internal meliputi: (a) Persepsi subjek, dimana subjek berfikir tidak akan hamil jika berpacaran dengan sesama perempuan, (b) Dorongan-dorongan atau kecenderungan penyuka sesama jenis yang sudah ada dalam diri subjek, (c) Adanya kontrol diri yang lemah, dimana subjek selalu terpengaruh keinginan-keinginan (ego) nya sendiri. (2) Faktor eksternal yang meliputi: (a) Adanya proses modeling dari perempuan yang berperilaku dan berpenampilan maskulin, (b) Adanya pengalaman buruk yang dialami subjek, seperti ejekan dari teman-teman sewaktu SMA, (c) Sikap ayah yang terkesan membiarkan perilaku subjek, walaupun sebenarnya ayah subjek tahu tentang perilakunya tersebut (Reinforcement positif), (d) Adanya pengalaman yang kurang menyenangkan terhadap lawan jenis, (e) Adanya dukungan dari lingkungan sosial (Reinforcement positif), yaitu subjek pernah ikut dalam suatu organisasi atau komunitas lesbian.

  Lesbian biasanya dikenal dengan perempuan yang berpenampilan seperti laki-laki atau tomboy. Biasanya dalam memiliki hubungan dengan pasangan lesbiannya, sosok seperti ini dikenal dengan sebutan butchy,namun tidak semua perempuan yang berpenampilan seperti laki-laki adalah lesbian. Sedangkan lesbian dengan sosok feminim biasanya berpenampilan modis dan trendi dengan perilaku yang cenderung lembut, bahkan lebih lembut daripada wanita normal. Sosok perempuan seperti ini, biasanya dalam dunia lesbian sering dikenal dengan sebutan femme.

  Fenomena lesbian merupakan hal yang cukup serius bagi gaya hidup (lifestyle) di kalangan anak muda zaman sekarang yang notabene didominasi oleh kalangan remaja atau mahasiswa. Menurut Alwi (2007) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengemukakan bahwa gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia di masyarakat. Gaya hidup biasanya identik dengan fashion, kebiasaan, pola hidup, dan sebagainya. Gaya hidup ini merupakan sesuatu yang dianggap sebagai kompetisi untuk saling menunjukkan identitas diri masing-masing dengan memperlihatkan berbagai hal yang dapat dinilai oleh orang lain, seperti pola hidup, cara berpenampilan, dan bahkan memperlihatkan perilaku seksual yang menyimpang dari norma yang berlaku,dengan demikian ia akan diperlakukan oleh orang lain sesuai dengan level dari status yang ia peroleh.

  Berbagai fenomena gaya hidup yang hadir dan sering sekali menjadi perbincangan belakangan ini yaitu berkaitan dengan semakin menjamurnya tempat-tempat untuk berkumpul, hiburan, dan perbelanjaan seperti mall, cafe, bioskop, tempat karaoke dan sebagainya. Selain itu, perkembangan teknologi yang modern menyebabkan ketergantungan bagi penggunanya, misalnya dalam penggunaan facebook, twitter, instagram dan berbagai media sosial lainnya. Budaya juga memiliki andil dalam fenomena ini, seperti adanya pesta ulang tahun, anniversary, acara syukuran dan perayaan lainnya. Adanya tempat-tempat berkumpul dan hiburan, seperti tempat karaoke, mall, bioskop membuat seseorang menghabiskan waktu berjam-jam disana. Terkadang untuk

  cafe, berkumpul dan berkomunikasi mereka memiliki komunitas tersendiri.

  Gaya hidup saat ini sering disalahgunakan. Terutama sebagian besar untuk mahasiswa perantauan dan jauh dari orang tua. Mereka lebih hidup secara bebas, karena pemantauan dari keluarga atau orang terdekat tidak terjalin secara langsung. Oleh karena itu, kaum lesbian yang berstatus sebagai mahasiswa ini cenderung melakukan berbagai kenakalan-kenakalan. Berbagai kenakalan tersebut dapat berbentuk seperti merokok, mabuk-mabukan, mengikuti dunia malam, perkelahian, dan bahkan mengkonsumsi narkoba.

  Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti membuat fokus penelitian mengenai bagaimanakah gaya hidup pada sesama mahasiswa lesbian. Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran gaya hidup pada sesama mahasiswa lesbian. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan manfaat praktis. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut:

  Manfaat Teoritis

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi ilmiah bagi ilmu psikologi, khususnya psikologi sosial, klinis dan perkembangan mengenai gaya hidup pada sesama mahasiswa lesbian dan dapat menciptakan ide-ide baru untuk penelitian yang lebih luas mengenai lesbianisme.

  Manfaat Praktis

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa gambaran dan pemahaman terhadap gaya hidup pada sesama mahasiswa lesbian. Pemahaman tersebut diharapkan menjadi masukan dan memberi sumbangan kerangka pemikiran yang dapat diperankan dalam kehidupan bermasyarakat dalam menilai kaum lesbian.

  

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

  Menurut Satori & Komariah (2011) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada quality atau hal yang terpenting dari sifat suatu barang/jasa. Pada metode penelitian ini lebih menekankan pada kualitas penelitian (tidak ditransformasi dalam bentuk angka) dimana barang dan jasa tersebut diartikan sebagai fenomena/kejadian yang dapat dikaji untuk mendapatkan informasi berdasarkan fakta yang ada.

  Subjek Penelitian

  Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling. Kerlinger (dalam Hamidi, 2010) menyatakan bahwa purposive sampling ditandai secara khas oleh penggunaan pertimbangan dan upaya yang hati-hati untuk memperoleh sampel yang representatif dengan memasukkan daerah atau kelompok yang dinilai mempunyai kekhasan. Dengan kata lain, purposive sampling diartikan sebagai pengambilan sampel secara bertujuan.

  Subjek dalam penelitian ini adalah lesbian yang memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Seorang perempuan yang tertarik dengan sesama jenis kelaminnya (lesbian).

  2. Perantauan.

  3. Mahasiswi.

  4. Usia ≥ 19 tahun.

  Teknik Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode observasi dan wawancara. Bungin (dalam Satori & Komariah, 2011) mengemukakan bahwa observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.

  Sarwono (1991) wawancara adalah tanya jawab antara si pemeriksa dan orang yang diperiksa. Wawancara menggunakan wawancara semi terstruktur. Wawancara semi terstruktur adalah pertanyaan-pertanyaan sudah ada pada pedoman wawancara sebelumnya, namun tidak beserta jawaban. Urutan pertanyaan boleh diubah, ditambah, atau dikurangi oleh interviewer.

  Teknik Analisis Data

  Bungin (2012) mengemukakan bahwa adapun teknik analisis data yang digunakan terdiri dari 3 (tiga) tahap yaitu :

  1. Reduksi data (data reduction), adalah pengelolaan data (mulai editing, koding, hingga tabulasi data).

  2. Display data, seperangkat hasil reduksi data juga perlu diorganisasikan ke dalam suatu bentuk tertentu (display data) sehingga terlihat sosoknya secara lebih utuh.

  3. Kesimpulan (conclution drawing and verification)

  Kredibilitas Penelitian

  Uji kredibilitas yang digunakan oleh peneliti pada penelitian ini adalah dengan menggunakan perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan, dan menggunakan bahan referensi.

  

HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI

Tempat Penelitian

  Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Maharatu, Kecamatan Marpoyan Damai Kota Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan berdasarkan persetujuan dari informan. Pada informan pertama observasi dan wawancara dilakukan di rumah kos subjek. Pada informan kedua observasi dan wawancara dilakukan di rumah kos subjek, di rumah kos teman subjek dan di rumah peneliti. Pemilihan lokasi untuk observasi dan wawancara disesuaikan dengan masing-masing informan yang telah bersedia dan sepakat untuk membuat informan merasa nyaman selama proses penelitian.

  Tabel 1 Karakteristik Subjek Penelitian

  Karakteristik Informan 1 Informan 2

  Nama T G Usia 23 tahun 22 tahun Jenis Kelamin Perempuan Perempuan Suku Batak Melayu Agama Islam Islam Pekerjaan Mahasiswi Mahasiswi Karakter Butchy Femme

  Hasil Analisis Data Informan 1 (T)

  Informan penelitian yang pertama dalam penelitian ini adalah T seorang lesbian berusia 23 tahun dengan karakter sebagai butchy. T saat ini memiliki hubungan dengan pasangan lesbiannya (femme). T merupakan salah satu mahasiswi kampus swasta di Pekanbaru. T saat ini telah dua tahun setengah menjadi lesbian, sejak ia berada di bangku kuliah semester dua. Selama menjadi lesbian, T memiliki gaya hidup tersendiri dalam kesehariannya. T merupakan mahasiswi penjaskesrek dan suka olahraga. Olahraga yang T sukai yaitu bulu tangkis.

  T dan pasangan lesbiannya pernah beberapa kali melakukan aktivitas seksual, seperti berciuman dan aktivitas seksual lainnya layaknya orang normal. Namun untuk melakukan aktivitas seksualnya, namun T dalam melakukan aktivitas seksualnya tidak sampai berhubungan badan yang serius. T dan pasangan lesbiannya sering melakukan aktivitas bersama-sama dalam kesehariannya, seperti menonton, makan dan pergi keluar rumah. Selain dengan pasangan lesbiannya, T terkadang sering berkumpul dan melakukan beberapa aktivitas dengan teman-teman lesbiannya seperti merokok, dugem, mabuk-mabukkan, dan mengkonsumsi obat-obatan bahkan bercerita tentang dunia lesbian seperti, menceritakan tentang femme, butchy dan alat bantu seks. Tempat untuk berkumpul antara T dengan teman-teman lesbiannya adalah di kos, di Politeknik Caltex Riau daerah Rumbai dan di Cafe Miki daerah Gobah kota Pekanbaru. Cafe tersebut didominasi oleh orang-orang belok, karena pemilik cafe tersebut juga belok. Tempat dugem yang pernah T kunjungi di Pekanbaru adalah MP, XP, dan Dragon. Biasanya di tempat dugem tersebut, T mabuk-mabukkan dan mengkonsumsi obat-obatan. Jenis minuman keras yang dikonsumsi oleh T adalah bir, longelen, anggur merah, dan kontru sedangkan jenis obat-obatannya seperti ekstasi dan inex. Hal ini menunjukkan aspek aktivitas (activities).

  T memiliki ketertarikan dengan sesama jenisnya (perempuan). T tertarik menjadi butchy (tomboy) karena T merasa bahwa posisinya selalu di atas, belajar bersabar dan banyak mengalah, sedangkan karakter femme adalah karakter perempuan femimim yang biasanya flat, diatur dan sering disuruh-suruh. Karakter tomboy yang dimiliki T tersebut, terlihat saat ia mengenakan pakaian laki-laki dalam kesehariannya, seperti mengenakan kaos atau kemeja, celana, jaket, sandal, dan sepatu laki-laki, sedangkan untuk karakter fisiknya T terlihat memiliki rambut pendek dan badan yang tinggi serta berisi. Selain ketertarikan tersebut, T ternyata memiliki ketertarikan untuk mengkoleksi sesuatu bertema lesbian seperti video musik butchy, lagu-lagu The Virgin, film Yes or

  

No dan koleksi lainnya seperti benda-benda yang digunakan laki-laki. Selain itu, hadirnya media

  sosial saat ini dimanfaatkan oleh T sebagai interaksi terhadap sesama komunitas lesbian lainnya, melalui media sosial tersebut T dapat menambah teman, mencari pacar dan ikut dalam grup-grup lesbian tertentu. T juga memiliki ketertarikan mencari-cari informasi seputar pakaian, seperti yang terlihat pada wawancara di atas bahwa T memiliki pengetahuan seputar kostum yang diproduksi dari Thailand, dimana kostum tersebut bentuknya seperti kaos yang terpasang korset di dalam kaos tersebut. Hal ini menunjukkan aspek ketertarikan (interest).

  T menganggap pendidikan itu penting karena dapat menentukan masa depan dan diri lebih baik, meskipun saat ini T memiliki gaya hidup yang kurang baik. Pendidikan menjadi kurang penting bagi sebagian lesbian, karena untuk posisi sebagai butchy dalam hubungannya, karakter laki-laki harus lebih ditonjolkan, misalnya membiayai pasangan femmenya. Oleh sebab itu, lebih berprioritas terhadap pekerjaan dibandingkan pendidikan. Lesbian kurang dapat diterima masyarakat dengan baik, oleh sebab itu kaum lesbian mencari teman sesamanya untuk bersosialisasi sehingga pertemanannya lebih berkembang dengan sesama mereka. Lingkungan sekitar memandang sebelah mata, menghina dan mencaci karena gaya hidup T yang terkesan kurang baik. T merasa senang jika yang mengetahui gaya hidupnya tersebut adalah sesama teman lesbiannya, sedangkan T akan merasa malu jika yang mengetahuinya adalah teman-temannya yang normal atau pihak keluarga T. Percintaan di dunia lesbian sama dengan orang normal, namun untuk keamanan lebih terjaga karena untuk melakukan hal secara bersama-sama dengan pasangan tidak harus takut untuk dicurigai dan intensitas ketemuan pun lebih banyak. Terkadang terjadi persaingan untuk mendapatkan perempuan (femme) dan terkadang berakibat lebih serius, misalnya berkelahi dan saling membunuh. Pendapat T tentang faktor yang menyebabkan orang normal dapat menjadi lesbian adalah niat, rasa penasaran dan lingkungan. T berpendapat untuk melihat ciri-ciri butchy yang terkesan maskulin, sedangkan ciri-ciri femme, biasanya femme kurang tertarik membicarakan masalah lawan jenis dan biasanya terlihat lebih banyak teman lesbiannya daripada teman yang normal. T memiliki keinginan untuk meninggalkan gaya hidupnya saat ini dan sempat terlintas untuk menikah, normal dan punya anak namun T merasa sulit untuk mencoba hubungan dengan lawan jenis kembali. Hal ini menunjukkan aspek pendapat (opinion).

  Informan 2 (G)

  Informan penelitian yang kedua dalam penelitian ini adalah G seorang lesbian berusia 22 tahun dengan karakter sebagai femme. G saat ini memiliki hubungan dengan pasangan lesbiannya (butchy). G merupakan salah satu mahasiswi kampus swasta di Pekanbaru. G saat ini telah tiga tahun menjadi lesbian, sejak ia berada di bangku kuliah semester satu. G merupakan mahasiswi ilmu pemerintahan.

  G dan pasangan lesbiannya pernah melakukan aktivitas seksual seperti, ciuman, berpegangan tangan, berpelukkan dan hal yang dilakukan oleh pasangan normal lainnya. G dan pasangan lesbiannya memiliki hubungan yang romantis, seperti duduk berdua sambil memanggil panggilan sayang yang biasanya mereka ucapkan dan merayakan hari anniversary jadian mereka. Kebersamaan G dan pasangan lesbiannya terlihat saat memasak dan hadir di acara ulang tahun temannya. Selain dengan pasangan lesbiannya, G terkadang sering berkumpul dan melakukan beberapa aktivitas dengan teman-teman lesbiannya seperti merokok, dugem, karaokean, mabuk- mabukkan, balap-balapan dan mengkonsumsi obat-obatan bahkan bercerita tentang dunia lesbian seperti, menceritakan tentang butchy. Tempat untuk berkumpul antara G dengan teman-teman lesbiannya adalah di kos atau di kos temannya dan di Politeknik Caltex Riau daerah Rumbai kota Pekanbaru. Tempat dugem yang pernah G kunjungi di Pekanbaru adalah Dragon dan MP. Biasanya di tempat dugem tersebut, G mabuk-mabukkan dan merokok. Jenis minuman keras yang dikonsumsi oleh G adalah anggur merah dan longelen sedangkan jenis obat-obatannya seperti inex. G balap-balapan biasanya dilakukan di Stadion Utama. Hal ini menunjukkan aspek aktivitas (activities).

  G memiliki ketertarikan dengan sesama jenisnya (perempuan). G tertarik menjadi femme karena G ingin dilindungi, disayangi dan tidak mau kasar seperti ayahnya. Karakter feminim yang dimiliki G tersebut, terlihat saat ia mengenakan pakaian perempuan dalam kesehariannya, seperti mengenakan baju yukensi, celana pendek sepaha, tanktop dengan blazer, rok, ikat rambut, gelang tangan, jam tangan, sandal wedges, sedangkan untuk karakter fisiknya, G terlihat sesekali mengurai rambut panjangnya, menggunakan make-up dan lipstik. Selain ketertarikan tersebut, G ternyata memiliki ketertarikan untuk mengkoleksi sesuatu bertema lesbian seperti lagu, kalung, baju dan foto yang berhubungan dengan The Virgin. Selain itu, hadirnya media sosial saat ini dimanfaatkan oleh G sebagai interaksi terhadap sesama komunitas lesbian lainnya, membuat status dan memasukkan foto dengan pasangan lesbiannya. G juga memiliki ketertarikan dengan The Virgin dengan mengikuti konsernya dan datang bersama pasangan lesbiannya. Hal ini menunjukkan aspek ketertarikan (interest).

  G menganggap pendidikan itu penting karena untuk merubah masa depannya agar lebih baik dan pendidikan diharapkan menjadi nilai positif dari dirinya. Di lingkungan G, lesbian dianggap gaya hidup lesbian sebagai hal yang menjijikan. Teman kampus dan keluarga G tidak ada yang mengetahui tentang gaya hidup G, yang mengetahui gaya hidup G hanya teman-teman lesbian di sekitar lingkungan G saja. Namun jika teman-teman normal dan keluarga G mengetahui tentang gaya hidupnya maka akan malu dan rasa percaya dirinya berkurang. Pertemanan dalam dunia lesbian hampir sama dengan orang normal, sedangkan percintaannya menurut G lebih terbuka untuk cerita dan melakukan hal bersama karena sesama perempuan. Persaingan dalam dunia lesbian biasanya dalam hal percintaan, seperti memperebutkan butchy atau femme. Sedangkan untuk persaingan dalam prestasi biasanya adanya pertandingan futsal. Tim futsal untuk perempuan biasanya didominasi oleh butchy atau femme (lesbian) dan biasanya terjadi cinta lokasi dalam satu tim futsal tersebut. Ciri-ciri lesbian jenis butchy dapat dilihat dari karakternya yang maskulin sedangkan femme dapat dilihat dari koleksi, aksesoris yang bertema lesbian dan teman-temannya mayoritas orang belok. G tidak ingin selamanya seperti ini, G memiliki niat untuk berubah menjadi lebih baik lagi dengan meninggalkan dan melupakan gaya hidupnya saat ini. G ingin menikah ke depannya dan memiliki niat menceritakan masa lalunya ini kepada suaminya kelak. Hal ini menunjukkan aspek pendapat (opinion).

  Pembahasan

  Menurut Setiadi (2013) gaya hidup secara luas didefinisikan sebagai cara hidup yang diidentifikasikan oleh bagaimana seseorang menghabiskan waktu mereka atau aktivitas, apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya atau ketertarikan, dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga dunia di sekitarnya atau pendapat. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian ini, terlihat bahwa kedua informan pernah melakukan berbagai aktivitas seperti aktivitas seksual, merokok, dugem, mabuk-mabukkan, mengkonsumsi obat-obatan dan sering berkumpul dengan teman-teman lesbiannya untuk bercerita mengenai butchy, femme, dan alat bantu seks. Kedua informan lebih tertarik terhadap sesama jenisnya, sama-sama suka mengkoleksi sesuatu yang bertema lesbian, suka memanfaatkan media sosial sebagai interaksi terhadap sesama komunitasnya, dan tertarik terhadap style mereka masing-masing sesuai karakternya. Masing-masing informan memiliki pendapat ketika dibahas tentang diri sendiri, pendidikan, masalah-masalah sosial, budaya dan masa depan.

  Menurut Chaney (1996) bentuk-bentuk gaya hidup adalah industri gaya hidup, iklan gaya hidup, public relations dan journalisme gaya hidup, gaya hidup mandiri, dan gaya hidup hedonis. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menemukan beberapa gaya hidup pada kalangan lesbian, diantaranya yaitu industri gaya hidup, public relations dan journalisme gaya hidup dan gaya hidup hedonis. Industri gaya hidup, terlihat saat kedua informan memiliki style dalam berpakaian, model rambut dan aksesoris yang sering digunakan agar menunjukkan nilai estetik dan karakter pada kedua informan. Public relations dan journalisme gaya hidup, terlihat saat kedua informan memiliki koleksi seperti oleh seperti kalung, baju, foto, lagu-lagu yang berhubungan dengan The Virgin. Terlihat juga pada koleksi lainnya seperti film dan lagu dari soundtrack Yes or No. Kedua informan memanfaatkan media sosial untuk berinteraksi dengan teman-teman lesbiannya, terkadang terdapat banyak grup-grup lesbian bermunculan di media tersebut dengan tema grup Mrz, Mita the Rocker,

  

Virginity dan sebagainya. Gaya hidup hedonis, terlihat saat informan mencari kesenangan dengan

merokok, dugem, mabuk-mabukkan, mengkonsumsi obat-obatan, karaokean dan balap-balapan.

  Menurut Walters (2006) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi sikap, pengalaman dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif dan persepsi. Sedangkan faktor eksternal meliputi kelompok referensi, keluarga dan kelas sosial. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian ini, terlihat bahwa kedua informan mengikuti gaya hidupnya saat ini karena adanya permasalahan dalam keluarga seperti, kurangnya perhatian dari orang tua, lingkungan, pengalaman buruk dengan lawan jenis, dan figur ayah yang terlalu kasar serta suka memukul. Melalui lingkungan, informan menyimpan informasi-informasi yang ia dapat, sehingga lingkungan mendominasi informan dalam memilih gaya hidupnya saat ini. Rasa ingin tahu dan ingin mencoba informan terapkan untuk menghilangkan rasa penasarannya, sehingga seiring berjalannya waktu informan pun menikmati gaya hidupnya.

  Penampilan yang maskulin untuk butchy dan karakter feminim untuk femme merupakan karakter untuk membedakan keduanya dalam hubungan kekasih lesbian. Banyaknya figur-figur yang menjadi role-model dalam pembentukan karakter misalnya artis, film, dan orang-orang di lingkungan sekitar menjadi penambah referensi bagi informan. Selain itu, gaya hidup hedonis menjadi alternatif untuk mencari kesenangan dalam diri informan.

  Pemanfaatan media sosial dan berkumpul berfungsi untuk menambah informasi tentang dunia lesbian. Hal ini juga menjadi salah satu cara untuk menambah teman, komunitas, bertukar pikiran, cerita-cerita dan mencari pasangan. Keberadaan kaum lesbian yang kurang diterima di masyarakat, membuat kaum lesbian merasa kurang percaya diri untuk berinteraksi dengan orang- orang normal lainnya, sehingga hal tersebut membuat kaum lesbian mencari teman yang sepemikiran dan seide untuk menambah perluasan dalam hubungan interaksinya.

  

KESIMPULAN

  Adanya permasalahan dalam keluarga seperti, kurangnya perhatian dari orang tua, lingkungan, pengalaman buruk dengan lawan jenis, dan figur ayah yang terlalu kasar serta suka memukul. Sehingga melalui lingkungan, informan mencari kebutuhan kasih sayang dan akhirnya lingkungan mendominasi informan dalam memilih gaya hidupnya saat ini. Rasa ingin tahu menjadi awal untuk mengikuti gaya hidupnya dan sehingga seiring berjalannya waktu informan pun menikmati gaya hidupnya.

  Lesbian jenis butchy terlihat lebih maskulin dengan mengenakan kaos atau kemeja, celana, jaket, dan sandal laki-laki, sedangkan untuk karakter fisiknya terlihat memiliki rambut pendek dan badan yang tinggi serta berisi. Pada lesbian jenis butchy, terlihat perilakunya yang suka melindungi, menyayangi, dan kuat.

  Lesbian jenis femme mengenakan baju yukensi, tanktop, rok, sandal wedges, dan aksesoris, sedangkan untuk karakter fisiknya terlihat rambut panjang, menggunakan make-up dan lipstik. Sedangkan lesbian jenis femme terlihat perilakunya yang ingin disayangi, dilindungi dan lembut.

  Kedua informan tertarik terhadap sesama jenisnya dan menikmati karakternya sebagai

  

butchy dan femme. Informan pernah melakukan berbagai aktivitas seksual, seperti berciuman,

  berpelukkan, dan pegangan tangan. Aktivitas seksual yang dilakukan hampir sama dengan pasangan normal lainnya, namun lesbian dalam melakukan aktivitas seksualnya tidak sampai berhubungan badan yang serius. Selain itu, terlihat juga aktivitas lainnya seperti merokok, dugem, mabuk- mabukkan, balap-balapan, mengkonsumsi obat-obatan dan sering berkumpul dengan teman-teman lesbiannya untuk bercerita mengenai butchy, femme, dan alat bantu seks.

  Ketertarikan kedua informan mengkoleksi sesuatu bertema lesbian seperti video, film, lagu, kalung, baju dan foto. Media sosial dimanfaatkan sebagai tempat berinteraksi dengan teman-teman lesbiannya. Interaksi tersebut berfungsi untuk menambah teman, bergabung dalam komunitas lesbian tertentu dan mencari pacar.

  Tempat untuk berkumpul lesbian di kos, di Politeknik Caltex Riau daerah Rumbai dan di

  

Cafe Miki daerah Gobah kota Pekanbaru. Tempat hiburan malam di Pekanbaru yang pernah

  dikunjungi MP, XP, Dragon, dan tempat karaoke. Jenis minuman keras yang dikonsumsi adalah bir, longelen, anggur merah, dan kontru sedangkan jenis obat-obatannya seperti ekstasi dan inex. Tidak ada waktu tertentu untuk melakukan interaksi, namun biasanya untuk yang berpasangan waktu kebersamaannya lebih intens, sedangkan untuk pertemanannya dapat dilakukan sesuai keinginan. Biasanya untuk berkumpul dilakukan pada malam hari.

  Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yang tidak dapat digeneralisasikan pada populasi, melainkan digunakan untuk mengangkat suatu fenomena yang terjadi pada subjek yang menjadi informan dalam penelitian ini. Pada penulis selanjutnya, diharapkan dapat melengkapi data dengan metode kuantitatif, sehingga generalisasi dapat dilakukan berdasarkan data statistik yang diperoleh.

  Penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman bagi subjek sebagai bahan pembelajaran dan evaluasi. Penulis juga berharap agar ke depannya para informan dapat bersikap dan berperilaku lebih baik lagi di lingkungannya. Informan diharapkan agar perlahan-lahan menjauhi gaya hidup yang tidak sesuai dengan norma yang ada, agar nantinya tidak semakin terjerumus dalam hal yang le bih buruk lagi.

  Penulis berharap kepada masyarakat agar menghargai dan memberikan motivasi kepada kaum lesbian dengan tidak mengucilkan dan menghina mereka agar ke depannya kaum lesbian dapat berubah jauh lebih baik lagi. Dengan begitu, diharapkan populasi dan gaya hidup yang menyimpang pada kaum lesbian jumlahnya semakin berkurang.

  

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, H. (2007). Kamus besar bahasa indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

  Bungin, B. (2012). Data penelitian kualitatif. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Chaney, D. (1996). Lifestyles. New York: Routledge. Hamidi. (2010). Metode penelitian kualitatif. Malang: UMM Press. Mowen, J. C., & Minor, M. (2002). Perilaku konsumen. Jakarta: Erlangga. Nurkholis. (2013). Faktor-faktor yang melatarbelakangi lesbian dan kondisi psikologisnya. Jurnal

  Online Psikologi . vol 01, no 01, hal 174-186 . Fakultas Psikologi Universitas

  Muhammadiyah Malang. Diakses dari http://www.academia.edu/7664055/FAKTORFAKTOR_YANG_MELATARBELAKANGI_ LESBIAN_DAN_KONDISI_PSIKOLOGISNYA

  Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2008). Human development: psikologi perkembangan (edisi 9) . Jakarta: Kencana. Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2009). Human development: perkembangan manusia (edisi 10, buku 2) . Jakarta: Salemba Humanika. Peter, J. P., & Olson, J. C. (1996). Comsumer behavior. Jakarta: Erlangga. Prasetijo, R., & Ihalauw J. J. O. I . (2005). Perilaku konsumen. Yogyakarta: Andi. Sangadji, E. M., & Sopiah. (2013). Perilaku konsumen: pendekatan praktis disertai himpunan jurnal penelitian . Yogyakarta: CV. Andi Offset. Santrock, J. W. (2002). Life-span development: perkembangan masa hidup (edisi kelima jilid II).

  Jakarta: Erlangga. Sarwono, S. W. (1991). Pengantar umum psikologi. Jakarta: PT. Bulan Bintang. Satori, D., & Komariah, A. (2011). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta. Setiadi, N. J. (2013). Perilaku konsumen. Jakarta: Kencana. Sunyoto, D. (2013). Perilaku konsumen. Yogyakarta: CAPS. Walters, G. D. (2006). Lifestyle theory present and future. New York. Nova Science Publisher.

  

Pengaruh Konsep Diri dan Efikasi Diri dengan Daya

Juang Siswa dalam Menentukan Jurusan di Perguruan