UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES KELAS V SD N 01 KARANG TALUN KIDUL KECAMATAN PURWOJATI KABUPATEN BANYUMAS.

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya.IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis oleh manusia yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan manusia. Pembelajaran IPA berupaya membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya.Khusus untuk IPA di SD hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu siswa secara alamiah.

Dengan demikian tahap berfikir anak usia SD harus dikaitkan dengan hal-hal nyata dan pengetahuan awal siswa yang telah dibangun mereka dengan sendirinya. Menurut Mulyasa (2007:111), pembelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (a) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang MahaEsa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya, (b) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (c) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, (d) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan, (e) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan


(2)

lingkungan alam, (f) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, (g) memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan dasar IPA sebagai dasar untuk melajutkan ke SMP/MTs. Keberhasilan pembelajaran ini akan menentukan perilakunya terhadap lingkungan alam.

Dari hasil observasi awal, diperoleh data yang menunjukan siswa kurang menguasai materi IPA yang diajarkan guru.Hal tersebut dapat dilihat dari hasil perolehan nilai rata-rata kelas yang dibawah KKM yaitu 62.Dari data yang diperoleh, dengan jumlah30 siswa hanya 13 siswa yang mendapat nilai > 62 dan yang mendapat nilai di bawah KKM sebanyak 17 siswa.

Proses pembelajaran IPA harus melibatkan siswa secara aktif. Keaktifan siswa dalam belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Oleh karena itu guru harus mampu menjadi fasilitator dengan cara menggunakan pendekatan tertentu dalam pembelajaran. Pendekatan dalam pembelajaran merupakan suatu cara yang teratur dan dapat diperbaiki secara terus-menerus untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran dan memperoleh kemampuan dalam mengembangkan efektifitas belajar yang dilakukan oleh pendidik maupun peserta didik.Hal tersebut juga terjadi pada siswa kelas V SD Negeri 01 Karang Talun Kidul.Dari hasil observasi awal, siswa kurang menguasai materi yang diajarkan guru, selama kegiatan pembelajaran IPA keaktifan siswa masih rendah, dan penggunaan pendekatan pembelajaran yang masih terpusat pada guru.


(3)

Usaha untuk meningkatkan keaktifan siswa harus dilakukan oleh seluruh pihak, salah satunya adalah guru dengan berusaha melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran yang mampu merangsang siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.Pada umumnya pembelajaran masih bersifat konvensional, terpusat pada guru dan siswa pasif karena hanya mendengarkan saja. Guruhanya mengajukan pertanyaan kepada siswa tanpa melakukan kegiatan lain. Pembelajaran tersebut tentu tidak merangsang siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Mengacu pada pendapat Abu Ahmadi dan Supriyono (1991:196), untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran, maka guru harus berusaha untuk : (1) mendorong, membina gairah belajar dan partisipasi siswa, (2) tidak mendominasi kegiatan proses belajar mengajar, (3) memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menurut cara dan keadaan masing-masing, dan (4) menggunakan berbagai jenis metode mengajar.

Untuk menumbuhkan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran,perlu dilakukan koordinasi oleh berbagai pihak salah satunya adalah koordinasi antar guru.Peran guru adalah menyediakan, menunjukkan, membimbing dan memotivasi siswa agar mereka dapat terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan strategi yang tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Pembelajaran IPA di SD Negeri 01Karang Talun Kidul masihmenggunakan metode ceramahdan pemberian tugas. Hal ini dirasa belum dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.


(4)

Pembelajaran IPA seharusnya tampil lebih menarik, bermakna, merangsang rasa ingin tahu siswa, dan menarik sehingga dapat terkesan dalam diri siswa yang selanjutnya akan memudahkan siswa dalam mengingat materi yang diajarkan guru. Pemilihan pendekatan pembelajaran yang tepat dapat merangsang keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Syaiful Bahri Djamarah (2002:181-186), menjelaskan bahwa tujuan dari penyampaian variasi metode mengajar dan aplikasinya dalam pengajaran adalah:

1. Meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap evaluasi proses belajar mengajar.

2. Memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi. 3. Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah.

4. Memberi kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individu. 5. Mendorong anak didik untuk belajar.

Salah satu cara untuk menciptakan strategi pembelajaran yang berbeda dan dapat merangsang keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran adalah dengan mengaplikasikan pendekatan keterampilan proses dalam pelaksanaan pembelajaran IPA.Pendekatan keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan-kemampuan mendasar yang telah dikembangkan dan telah terlatih lama-kelamaan akan menjadi suatu keterampilan, sedangkan pendekatan keterampilan proses adalah cara memandang anak didik sebagai manusia seutuhnya. Cara pandang ini


(5)

dijabarkan dalam kegiatan belajar mengajar dengan memperhatikan pengembangan pengetahuan, sikap, nilai, keterampilan, serta kreatifitas. Keempat unsur itu menyatu dalam satu individu yang terampil dalam bentuk kreatifitas untuk mengungkap dan menentukan fakta dan konsep serta menumbuhkan sikap dan nilai yang dilakukan oleh siswa.

Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa pendekatan keterampilan proses adalah salah satu strategi meningkatkan keaktifan siswadalam pembelajaran IPA. Peneliti berharap dengan menerapkan strategi pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA di kelas V SD Negeri 01Karang Talun Kidul Kecamatan Purwojati Banyumas.

B. Identisikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Siswa kurang menguasai materi yang diajarkan guru.

2. Keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran IPA masih rendah.

3. Penggunaan pendekatan pembelajaran yang masihterpusat pada guru. C. Pembatasan Masalah

Dari berbagai masalah yang telah teridentifikasi di atasmaka permasalahan dalam penelitian ini hanya dibatasi tentang bagaimana upayameningkatkan keaktifan siswadalam pembelajaran IPA melalui


(6)

pendekatan keterampilan proses di kelas V SD Negeri 01 Karang Talun Kidul Kecamatan Purwojati kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2010/2011. D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan diatas, permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah“Bagaimana penerapan pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan keaktifan siswa pada pembelajaran IPA kelas V SD Negeri 01 Karang Talun Kidul Kecamatan Purwojati Kabupaten Banyumas?” E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menigkatkan keaktifan siswa melalui pendekatan keterampilan proses pada pembelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri 01 Karang Talun Kidul Kecamatan Purwojati Kabupaten Banyumas. F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Secara Teoritis a. Bagi Guru

Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk lebih meningkatkan kompetensinya dalam mengajar pelajaran IPA melalui pendekatan keterampilan proses khususnya.

b. Bagi Siswa

Meningkatkan keaktifan siswa dalam pelajaran IPA melalui pendekatan keterampilan proses.


(7)

2. Secara Praktis

Manfaat praktis penelitian meliputi: a. Bagi Peneliti

Melalui penelitian ini, peneliti memperoleh bukti nyata mengenai peningkatan keaktifan siswa melalui pendekatan ketrampilan proses dan memperoleh pengalaman dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengembangkan penelitian ini.

b. Bagi Siswa

Memberikan suasana belajar yang lebih menarik bagi siswa agar lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran IPA.

c. Bagi Guru

1) Sebagai masukan bagi guru dalam melaksanakan proses belajar menumbuhkan budaya meneliti dikalangan guru mengajar IPA dan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.

2) Sebagai motivasi bagi guru untuk menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai pada setiap pembelajarannya, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai hasil yang diharapkan.

d. Bagi Sekolah

Dengan meningkatnya kualitas pembelajaran maka secara otomatis akan meningkatkan kualitas dan mutu sekolah.


(8)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Pembelajaran IPA a. Pengertian IPA

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan(Depdikbud, 1993:97). Lebih lanjut dijelaskan bahwa mata pelajaran IPA adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta menintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa ( GBPP Mata Pelajaran IPA SD).

Pendapat Rom Harre (dalam Hendro Darmodjo dan Jeny R.E Kaligis, 1992:4), memberikan pernyataan bahwa:

science is a collection of well attested theories which explain the patterns and regularities among carefully studied phenomena. (IPA adalah kumpulan teori yang telah diuji kebenarannya, yang menjelaskan tentang pola-pola keteraturan dari gejala alam yang diamati secara seksama.Pendapat Harre ini memuat dua hal yang penting yaitu pertama, bahwa IPA suatu kesimpulan pengetahuan yaitu berupa teori-teori.Kedua, bahwa teori-teori itu berfungsi untuk menjelaskan gejala alam.)”

Sebagai produk, IPA dijelaskan sebagai temuan-temuan para ahli saintis, berupa fakta, konsep, prinsip, teori-teori. Sedangkan IPA sebagai proses adalah strategi atau cara yang dilakukan para ahli saintis dalam


(9)

menemukan sabagai hal tersebut sebagai implikasi adanya temuan-temuan tentang kejadian-kejadian atau peristiwa-periatiwa alam/IPA sebagai produk tidak dapat dipisahkan dari hakekatnya IPA sebagai proses.

Pelajaran IPA adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa (Depdikbud, 1994: 5).Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran Agar berhasil dengan optimal, tentu diperlukan adanya keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Nana Sudjana (1988:72), keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat dilihat dalam: (1) turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, (2) terlibat dalam pemecahan masalah, (3) bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya, (4) berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah, (5) melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal, dan (6) menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh. Seseorang akan berhasil dalam belajar, jika dirinya mau terlibat aktif dalam kegiatan belajar. Mc. Keachie (Dimyati dan Mudjiono, 1999:45), berkenaan dengan prinsip keaktifan mengemukakan bahwa “individu merupakan manusia belajar yang selalu ingin tahu”.

Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran IPA adalah suatu upaya yang sengaja dilakukan oleh pendidik untuk menyampaikan kumpulan teori yang telah


(10)

diuji kebenarannya yang meliputi saintis, fakta, konsep, prinsip, teori-teori tentang pola-pola keteraturan dari gejala alam yang diamati oleh para ahli secara seksama.

b. Pembelajaran

Menurut Syaiful Sagala (2006:61), pembelajaran ialah membelajarkan siswa dengan menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Syaiful Sagala (2006:68), juga mengemukakan sebagai berikut:

Pembelajaran merupakan aktifitas guru dalam memilih kegiatan pembelajaran, hal tersebut dibuat karena adanya kebutuhan untuk meyakinkan 1) adanya alasan untuk belajar, 2) siswa belum mengetahui apa yang akan diajarkan, oleh karena itu guru menetapkan hasil-hasil belajar dan tujuan yang akan dicapai. Sedangkan Winataputra (2008:1.19), berpendapat bahwa pembelajaran mengacu pada segala kegiatan yang berpengaruh langsung terhadap proses belajar siswa. Dalam istilah pembelajaran, interaksi siswa tidak dibatasi oleh kehadiran guru secara fisik. Siswa dapat belajar melalui bahan ajar cetak, program, radio, program televisi, atau media lainnya. Tentu saja, guru tetap memainkan peranan penting dalam merancang setiap kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, pengajaran merupakan salah satu bentuk kegiatan pembelajaran.

Sugihartono (2007:81), menyatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat


(11)

melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien dengan hasil optimal. Menurut Djamarah (2002:62), dalam mengajarkan guru harus selalu pandai menggunakan pendekatan secara aktif, secara arif dan bijaksana.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu sistem yang digunakan guru untuk mencapai tujuan dari pembelajaran.

c. Prinsip Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Prinsip pembelajaran IPA di sekolah dasar secara umum adalah sebagai berikut (Muslichach Asy’ari, 2006:44).

1) Prinsip motivasi; motivasi adalah daya dorong seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan. Motivasi ada yang berasal dari dalam atau intrinsic dan ada yang timbul akibat rangsangan dari luar atau ektrinsik. Motivasi intrinsic akan mendorong rasa ingin tahu, keinginan mencoba, mandiri dan ingin maju.

2) Prinsip latar; pada hakekatnya siswa telah memiliki pengetahuan awal. Oleh karena itu dalam pembelajaran guru perlu mengetahui pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman apa yang telah dimiliki siswa sehingga kegiatan belajar mengajar tidak berawal dari sesuatu kekosongan.

3) Prinsip menemukan; pada dasarnya siswa memiliki rasa ingin tahu yang besar sehingga potensial untuk mencari guna menemukan sesuatu. Oleh karena itu bila diberi kesempatan untuk mengembangkan potensi tersebut siswa akan merasa senang atau tidak bosan.

4) Prinsip belajar sambil melakukan (learning by doing); pengalaman yang diperoleh melalui kerja merupakan hasil belajar yang tidak mudah terlupakan. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar sebaiknya siswa diarahkan untuk melakukan kegiatan atau “learning

by doing”.

5) Prinsip belajar sambil bermain; bermain merupakan kegiatan yang dapat menimbulkan suasana gembira dan menyenangkan, sehingga akan dapat mendorong siswa untuk melibatkan diri dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu dalam setiap pembelajaran perlu diciptakan suasana yang menyenagkan lewat kegiatan bermain yang kreatif.

6) Prinsip hubungan sosial; dalam beberapa hal kegiatan belajar akan lebih berhasil jika dikerjakan secara berkelompok. Dari kegiatan


(12)

kelompok siswa tahu kekurangan dan kelebihannya sehingga tumbuh kesadaran perlunya interaksi dan kerja sama dengan orang lain.

Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut di atas nampak bahwa semua kegiatan pembelajaran dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan suasana pembelajaran yang membuat siswa senang sehingga mereka akan terlibat aktif dalam pembelajaran.

d. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah

Pendidikan di SD disesuaikan dengan tingkat perkembangan mental anak, artinya dengan tingkat kemampuan berfikir anak.Pikiran anak masih terbatas pada obyek disekitar lingkungan.Pada tingkat ini anak dapat mengenal bagian-bagian dari benda-benda seperti berat, warna, dan bentuknya. Kemampuan yang dikembangkan adalah menggolongkan dengan berbagai cara, menyusun dan merangkai berurutan, melakukan proses berfikir kebalikan, melakukan operasi IPA, seperti menambah,mengurangi dan mengalikan.

Pada dasarnya pembelajaran IPA di sekolah dasar membekali siswa kemampuan berbagai cara untuk “mengetahui” dan cara “mengerjakan” yang dapat membantu siswa dalam memahami alam sekitar. Sedangkan secara rinci tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (Maslichach Asy’ari, 2006: 23) adalah sebagai berikut:

1) Tujuan Khusus

a) Menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap sains teknologi dan masyarakat.

b) Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.


(13)

c) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sain yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

d) Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

e) Menghargai alam sekitar dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

2) Tujuan Umum

a) Agar siswa memahami konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

b) Memiliki ketrampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan tentang alam sekitar.

c) Mampu menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala alam dan mampu menggunakan teknologi sederhana untuk memecahkan masalah yang ditentukan dalam kehidupan sehari-hari.

e. Materi Pembelajaran IPA Kelas V Semester 2

Secara rinci lingkup materi IPA di Sekolah Dasar terbagi dalam lima topik (Maslichach Asy’ary, 2006:24) yaitu sebagai berikut:

1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yang meliputi manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.

2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya, yang meliputi cair, padat, dan gas.

3) Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

4) Bumi dan Alam Semesta, meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

5) Sains, Lingkungan Teknologi Masyarakat (salingtemas) merupakan penerapan konsep sains dan saling keterkaitannya dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat melalui pembuatan suatu karya teknologi sederhana.

Mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar pembelajaran mata pelajaran IPA kelas V, berikut ini data materi pembelajaran IPA kelas V pada semester 2 yang terdapat pada tabel 2.1 : Tabel 2.1Tabel SK dan KD IPA Kelas V Semester 1


(14)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Makhluk hidup dan kehidupan

1. Mengidentifikasi fungsi organ tubuh manusia dan hewan

1.1. Mengidentifikasi fungsi organ pernafasan manusia.

1.2. Mengidentifikasi fungsi organ pernafasan hewan misalnya ikan dan cacing tanah.

1.3. Mengidentifikasi fungsi organ pencernaan manusia dan hubungannya dengan makanan dan kesehatan.

1.4. Mengidentifikasi fungsi organ peredaran darah manusia.

1.5. Mengidentifikasi gangguan pada organ peredaaran darah manusia. 2. Memahami cara tumbuhan

hijau membuat makanan

2.1. Mengidentifikasi cara tumbuhan hijau membuat makanan.

2.2. Mendeskripsikan ketergantungan manusia dan hewan pada tumbuhan hijau sebagai sumber makanan.

3. Mengidentifikasi cara

makhluk hidup

menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

3.1. Mengidentifikasi cara penyesuaian diri hewan dengan lingkungan tertentu untuk mempertahankan hidup.

3.2. Mengidentifikasi penyesuaian diri tumbuhan dengan lingkungan tertentu untuk mempertahankan hidup.

Benda dan sifatnya

4. Memahami hubungan antara sifat bahan dengan penyusunan dan perubahan sifat benda sebagai hasil suatu proses.

4.1. Mendeskripsikan hubungan antara sifat bahan dengan bahan penyusunannya, misalnya benang kain dan kertas.

4.2. Menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda baik sementara maupun tetap.

Dalam penelitian ini, materi yang dipilih adalah yang mencakup standar kompetensi mengidentifikasi fungsi organ tubuh manusia dan hewan dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses.


(15)

2. Keaktifan

a. Pengertian Keaktifan

Menurut Mc. Keachie dalam Dimyati dan Mujiono (2006:45), bekenaan dengan prinsip keaktifan mengemukakan bahwa “individu merupakan manusia belajar yang selalu ingin tahu.”Selanjutnya dikemukakan teori kognitif, bahwa belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang diterima, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi.Gage and Berliner (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006:45), mengemukakan bahwa anak memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu merencanakansesuatu.Anak mampu untuk mencari, menemukan, dan menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Dalam proses belajar-mengajar, anak mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan, dan menarik kesimpulan.

Menurut Sriyono, dkk. (1992:75), “Keaktifan adalah pada waktu guru mengajar ia harus mengusahakan agar murid-muridnya aktif jasmani maupun rohani.” Menurut Syaiful Sagala (2006:124-134), keaktifan jasmani maupun rohani yang meliputi :

1) Keaktifan indera: pendegaran, penglihatan, peraba dan lain-lain. Murid harus dirangsang agar dapat menggunakan alat inderanya sebaik mungkin.


(16)

2) Keaktifan akal: akal anak-anak harus aktif atau diaktifkan untuk memecahkan masalah, menimbang-nimbang, menyusun pendapat dan mengambil keputusan.

3) Keaktifan ingatan, pada waktu mengajar, anak harus aktif menerima bahan pengajaran yang disampaikan guru dan menyimpannya dalam otak, kemudian pada suatu saat ia siap mengutarakan kembali.

4) Keaktifan emosi: dalam hal ini murid hendaklah senantiasa berusaha mencintai pelajarannya.

Menurut Nana sudjana (1988:72), mengemukakan keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat dilihat dalam:

1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya. 2) Terlibat dalam pemecahan masalah.

3) Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya.

4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.

5) Melatih diri dalam memecahkan masalah suatu soal.

6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh. Menurut Paul B. Diedrich dalam Sardiman AM (2006:101), mengklasifikasikan keaktifan menjadi:

1) Visual activities, seperti: membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3) Listening activities:seperti contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.


(17)

4) Writing activities, seperti: menulis, keterangan laporan.

5) Drawing activities, seperti: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

6) Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

7) Mental activities, seperti: menanggapi, mengingat-ingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8) Emotional activities, seperti: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup.

Suryobroto (2002:71), menjelaskan keaktifan siswa antara lain tanpak pada kegiatan sebagai berikut:

1) Berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran dengan penuh keyakinan.

2) Mempelajari, memahami, dan menemukan sendiri bagaimana memperoleh situasi pengetahuan.

3) Merasakan sendiri bagaimana tugas-tugas yang diberikan guru kepadanya.

4) Belajar dalam kelompok

5) Mengkomunikasikan hasil pikiran, penemuan, dan penghayatan nilai-nilai secara lisan atau penampilan.

6) Melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran IPA sangat penting karena dalam IPA banyak kegiatan pemecahan masalah yang menuntut kreativitas siswa aktif. Siswa sebagai subyek didik adalah yang merencanakan dan ia sendiri yang melaksanakan belajar.

Keaktifan dalam penelitian mengacu pada indikator keaktifan indra meliputi: pendengaran, penglihatan, pembau, dan peraba; keaktifan akal meliputi: memecahkan masalah, menimbang-nimbang, menyusun pendapat, dan mengambil keputusan; keaktifan ingatan yaitu: menerima


(18)

materi, mengingat materi, dan mengutarakan kembali; serta keaktifan emosi yaitu: mencintai pelajaran.

b. Pengertian Belajar

Belajar memiliki pengertian yang cukup banyak. Antara satu pakar dengan pakar lain menyampaikan pengertian yang berbeda-beda. Namun dari kesemuanya memiliki pendekatan yang hampir mirip yaitu kesemuanya bermuara pada perubahan tingkah laku.

Menurut pengertian secara psikologi belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Slameto, 2003: 2). Dari pengertian secara psikologi tersebut berarti belajar diartikan sebagai berikut: “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”

Pengertian belajar yang dikemukakan oleh Dewey serta Gage dan Berliner (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006:116), bahwa belajar merupakan suatu proses yang melibatkan manusia secara orang per orang sebagai satu kesatuan organisasi sehingga terjadi perubahan pada pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya. Dengan demikian, dalam belajar orang tidak melimpahkan tugas-tugas belajarnya kepada orang lain. Orang yang belajar adalah orang yang mengalami sendiri proses belajar.


(19)

Pengertian belajar yang cukup komprehensif diberikan oleh Bell-Gredler (dalam Winataputra, 2008: 1.5), bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competence, skills, and attitudes. Kemampuan (competence), keterampilan (skills), dan sikap (attitudes) tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat.

Satu definisi lagi yang di kemukaan oleh Howard L Kingsley (dalam Abu Ahmadi, 2003:127) sebagi berikut:

Learning is the process by which behavior ( in the broader sense ) is originated or changed through practice or training.

(belajar adalah proses dimana tingkah laku ( dalam arti luas ) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan ).

Witherington (Ngalim Purwanto, 2004: 84) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian,atau suatu pengertian.

Sardiman A.M. (2006:21), memberikan definisi tentang belajar sebagai berubah. Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak penyesuaian diri.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu usaha perubahan yang dilakukan seseorang atau individu


(20)

sebagai akibat latihan atau pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan, perubahan itu tidak terbatas pengetahuannya saja, tetapi juga terbentuknya keterampilan, kecakapan, dan sikap.

c. Aktivitas Siswa Dalam Proses Pembelajaran

Menurut Wina Sanjaya (2009:140), aktifitas siswa dalam proses pembelajaranada 6 (enam) faktor, yaitu :

1) Ada keterlibatan siswa baik secara fisik, mental, emosional mapun intelektual dalam setiap proses pembelajaran.

2) Siswa belajar secara langsung (experiental learning)

3) Adanya keinginan siswa untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif.

4) Keterlibatan siswa dalam mencari dan memfaatkan setiap sumber belajar yang tersedia yang diangggap relevan dengan tujuan pembelajaran.

5) Adanya keterlibatan siswa dalam melakukan prakarsa.

6) Terjadi interaksi yang multi arah, baik antara siswa dengan siswa atau antara siswa guru dengan siswa.

Untuk lebih jelasnya, aktifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat dilihat melalui tabel 2.2 di bawah ini:

Tabel 2.2Kadar Aktifitas Siswa dalam Proses Pembelajaran

Kadar Aktifitas Aplikasi pada Proses Pembelajaran 1. Adanya keterlibatan siswa

baik secara fisik, mental, emosional maupun intelektual.

Tingginya perhatian serta motivasi siswa untuk menyelesaikan setiap tugas yang


(21)

diberikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

2. Siswa belajar secara langsung (experimental learning)

Pengalaman nyata seperti merasakan,

meraba, mengoperasikan, melakukan

sendiri, dan bisa dilakukan dalam bentuk kerjasama dan interaksi dalam kelompok. 3. Adanya keinginan siswa untuk

menciptakan iklim belajar yang kondusif

Memperhatikan saat pembelajaran

berlangsung. 4. Keterlibatan siswa dalam

mencari dan memanfaatkan setiap sumber belajar yang tersedia.

Penggunaan sumber-sumber belajar yang ada.

5. Adanya keterlibatan siswa dalam melakukan prakarsa

Menjawab dan mengajukan pertanyaan,

berusaha memecahkan masalah yang

diajukan atau yang timbul selama proses pembelajaran berlangsung.

6. Terjadi interaksi yang multi arah, baik antara siswa dengan siswa atau antara guru dengan siswa.

Keterlibatan semua siswa secara merata, artinya pembicaraan atau proses tanya jawab tidak didominasi oleh siswa-siswa tertentu.

Sumber: Wina Sanjaya, 2009.

Berdasarkan tabel aktifitas siswa dalam proses pembelajaran, dapat diketahui bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat keaktifan yaitu (1) keaktifan siswa dilihat dari perhatian serta motivasi siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. (2)siswa mengalami proses langsung pembelajaran seperti merasakan, meraba, mengoperasikan, melakukan sendiri, dan lain sebagainya. (3) terciptanya


(22)

suasana belajar yang kondusif oleh siswa. (4) usaha yang dilakukan siswa dalam mencari dan menemukan sumber serta pemanfaatan sumber tersebut dalam belajar. (5)keterlibatan siswa dalam menjawab dan mengajukan pertanyaan serta usaha dalam memecahkan suatu masalah. (6)interaksiyang baik dari siswa baik antar siswa maupun dengan guru serta keterlibatan siswa.

d. Indikator Keaktifan

Indikator keaktifan belajar menurut Erna Febru Aries S. Sebagai berikut :

1) Perhatian siswa terhadap perhatian guru. 2) Kerjasama dalam kelompok.

3) Kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat dalam kelompok ahli.

4) Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok asal. 5) Memberi kesempatan berpendapat kepada teman dalam kelompok. 6) Mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat.

7) Memberi gagasan yang cemerlang.

8) Membuat perencanaan dan pembagian kerja yang matang. 9) Keputusan berdasarkan pertimbangan anggota yang lain. 10) Memanfaatkan potensi anggota kelompok.


(23)

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991:196), dalam bukunya Psikologi Belajar bahwasanya indikator keaktifan siswa dapat dilihat dari tingkah laku mana yang muncul dalam suatu proses belajar mengajar, yaitu pada tabel 2.3:

Tabel 2.3Indikator Keaktifan Siswa terhadap Tingkah Laku

Siswa Guru Program Situasi

Belajar Sarana/ Prasaran a Keinginan, keberanian menampilkan minat, kebutuhan dan permasalahan

Usaha mendorong,

membina dan

berpartisipasi siswa

Tujuan interaksional serta konsep

maupun ini

pelajaran sesuai kebutuhan, minat serta kemampuan subyek didik

Interaksi antara guru dan siswa, siswa dengan siswa, guru dengan guru.

Sumber belajar

Keinginan, keberanian serta kesempatan untuk berpartisipasi

dalam kegiatan

persiapan, proses

Tidak mendominasi kegiatan proses belajar mengajar

Program cukup jelas dan dimengerti

siswa dan

menantang siswa

Kegembira an belajar siswa.

Flekxsib ilitas waktu


(24)

dan berkelanjutan belajar

Penampilan

berbagai usaha

/kekreatifan

Memberi kesempatan

kepada siswa

untuk belajar

menurut cara dan keadaan masing-masing

Bahan pengajaran mengandung fakta/informasi

, konsep,

prinsip, dan keterampilan.

Dukunga

n dari

berbagai jenis media

Tanpa adanya

tekanan guru

Menggunakan

berbagai jenis

metode mengajar

Dari uraian tersebut maka disimpulkan bahwa keaktifan merupakan aktifitas siswa dalam kegiatan belajar yang menunjukkan adanya keberanian menampilkan minat dan permasalahan, keberanian untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran baik secara individu maupun kelompok, dan kreatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran tanpa ada tekanan dari guru.

3. Pendekatan Keterampilan Proses

a. Hakikat Pendekatan Keterampilan Proses

Hakikat belajar dan mengajar memiliki dua pola yaitu pola progresif dan pola tradisional.Pola tradisional kegiatan mengajar lebih sering diarahkan pada aliran informasi yang diidentifikasi dengan guru


(25)

memberikan ceramah dan menulis di papan tulis kemudian siswa mendengar dan menyalin di buku tulis.Pola pembelajaran demikian cenderung terpusat pada guru.Pada pola progresif makna belajar diartikan sebagai pembangunan gagasan/pengetahuan oleh siswa sendiri selain peningkatan keterampilan dan pengembangan sikap positif.

Pendekatan keterampilan proses adalah suatu pendekatan dalam proses interaksi edukatif. Keterampilan proses bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anak didik menyadari, memahami, dan menguasai rangkaian bentuk kegiatan yang berhubungan dengan hasil belajar yang telah dicapai anak didik. Rangkaian bentuk kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan penelitian, dan mengkomunikasikan (Syaiful Bahri Djamarah, 2005:88).

Dimyati dan Mudjiono (2006:138-139), memberikan definisi pendekatan keterampilan proses sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa.

Pada pelaksanaan pembelajaran, pendekatan keterampilan proses merupakan panutan pengembangan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan mendasar yang telah ada pada diri siswa. Ada beberapa sebab yang melandasi penerapan pendekatan keterampilan proses


(26)

dalam kegiatan belajar mengajar. Dimyati dan Mudjiono (2006:139), mengemukakan tentang pendekatan keterampilan proses sebagai berikut: 1) Pendekatan keterampilan proses sebagai wahana penemuan dan

pengembangan fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan bagi diri siswa.

2) Fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan siswa berperan pula menunjang pengembangan keterampilan proses pada diri siswa.

3) Interaksi antara pengembangan keterampilan proses dengan fakta, konsep, serta ilmu pengetahuan, pada akhirnya akan mengembangkan sikap dan nilai ilmuwan dalam diri siswa.

Dari definisi tentang pendekatan keterampilan proses dapat disimpulkan bahwa pendekatan keterampilan proses adalah suatu proses pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara nyata bertindak sebagai seorang ilmuan dan lebih dari itu guru didalamnya diarahkan untuk menanamkan sikap dan nilai keilmuwan keadaan siswanya.

b. Kemampuan Dasar dalam Pendekatan Keterampilan Proses

Pada pengembangan pendekatan keterampilan proses, siswa dikembangkan pada kemampuan dasar yang akan menjadi landasan bagi pengembangan sikap siswa di masa datang. Kemampuan dasar yang dimaksud antara lain mengobservasi, menghitung, mengukur, mengklasifikasi, mencari hubungan ruang waktu, membuat hipotesis, merencanakan penelitian atau eksperimen, mengendalikan verbal, menafsirkan data, membuat kesimpulan sementara, meramalkan, menerapkan, mengkomunikasikan (Conny Semiawan, 1987:17-18).


(27)

Berikut ini diuraikan kata kerja operasional dari pendekatan keterampilan proses:

1) Mengamati

Yaitu keterampilan mengumpulkan data atau informasi melalui penerapan dengan indera.Kata kerja operasional: melihat, mendengar, merasa, meraba, membau, mencicipi, mengecap, menyimak, mengukur, membaca.

2) Menggolongkan (mengklasifikasikan)

Yaitu keterampilan menggolongkan benda, kenyataan, konsep, nilai, atau kepentingan tertentu.Untuk membuat penggolongan, perlu ditinjau persamaan dan perbedaan antara benda, kenyataan, atau konsep sebagai dasar penggolongan. Kata kerja operasional: mencari persamaan, menyamakan, membedakan, membandingkan, mengontraskan, mencari dasar penggolongan.

3) Menafsirkan (mengintepretasikan)

Yaitu keterampilan proses menafsirkan sesuatu berupa benda, kenyataan, peristiwa, konsep, atau informasi yang telah dikumpulkan melalui pengamatan, perhitungan, penelitian, atau eksperimen. Kata kerja operasional: menaksir, member arti, mengartikan, memposisikan, mencari hubungan ruang waktu, menentukan pola, menarik kesimpulan, menggeneralisasikan.


(28)

4) Meramalkan (memprediksi)

Yaitu mengantisipasi atau menyimpulkan suatu hal yang akan terjadi pada waktu yang akan datang berdasarkan perkiraan atas kecenderungan atau pola tertentu atau hubungan antar data atau informasi. Kata kerja operasional: mengantisipasi berdasarkan kecenderungan, pola atau hubungan antar atau informasi.

5) Menerapkan

Yaitu menggunakan hasil belajar berupa informasi, kesimpulan, konsep, hukum, teori, keterampilan.Melalui penerapan, hasil belajar dapat dimanfaatkan, diperkuat, dikembangkan atau dihayati. Kata kerja operasional: menggunakan (informasi, kesimpulan, konsep, hukum, teori, sikap, nilai, atau keterampilan dalam situasi), menghitung, menentukan variabel, mengendalikan variabel, menghubungkan konsep, merumuskan konsep, pertanyaan penelitian, menyusun hipotesis, membuat modul.

6) Merencanakan penelitian

Yaitu keterampilan yang amat penting karena menentukan berhasil tidaknya penelitian.Keterampilan ini perlu dilatih, karena selama ini pada umumnya kurang diperhatikan dan kurang terbina.Pada tahap ini ditentukan.

7) Mengkomunikasikan

Yaitu menyampaikan perolehan atau hasil belajar kepada orang lain dalam bentuk tulisan, gambar, gerak, tindakan, atau penampilan.


(29)

Senada dengan kemampuan dasar pada pendekatan keterampilan proses, Sriyono (1988:36),membuat daftar keterampilan proses yang diikuti oleh indikator-indikator yang terdapat pada tabel 2.4 :

Tabel 2.4 Indikator Keterampilan Proses

No Keterampilan Proses Indikator

1 Mengajukan pertanyaan 1

2

3

Bertanya mengapa, apa dan bagaimana.

Bertanya untuk meminta penjelasan Bertanya yang berlatar belakang hipotesis

2 Mengamati 1

2

Menemukan fakta yang relevan dan memadai.

Menggunakan sebanyak mungkin indra.

3 Menafsirkan/pengamatan 1

2

3

Mencatat setiap pengamatan secara terpisah.

Menghubungkan pengamatan-pengamatan yang terpisah

Menemukan pola dalam satu seri pengamatan.

4. Meramalkan 1 Dengan menggunakan pola-pola (hubungan-hubungan)


(30)

terjadi pada keadaan yang belum diamati.

5 Mengatur alat dan bahan 1

2

3

Menggunakan alat dan bahan untuk memperoleh pengalaman langsung. Menentukan alat, bahan, dan sumber yang akan dipakai untuk digunakan dalam penelitian.

Menentukan variabel-variabel Menentukan variable yang harus dibuat tetap sama, dan mana yang berubah.

6 Merencanakan penelitian 1

2

3

Menentukan apa yang harus diamati, diukur, dan ditulis.

Menentukan cara dan langkah-langkah kerja.

Menentukan bagaimana mengolah pengamatan.

7 Menerapkan konsep 1

2

Menggunakan konsep-konsep yang telah dipelajari dalam suatu situasi baru.

Menerapkan konsep pada pengalaman baru untuk


(31)

menjelaskan apa yang sedang terjadi.

8 Berkomunikasi 1

2

3

Menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis.

Menjelaskan hasil penelitian Mendiskusikan hasil penelitian Menggambarkan data dengan grafik, tabel, atau diagram.

c. Langkah Pelaksanaan Pendekatan Keterampilan Proses dalam Kegiatan Pembelajaran

Langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan pendekatan keterampilan proses adalah sebagai berikut ( Suryosubroto, 2002:73-75 ): 1) Pemanasan

Tujuan kegiatan ini untuk mengarahkan siswa pada pokok permasalahan agar siswa siap baik secara mental, emosional maupun fisik antara lain dapat berupa :

a) Pengulasan langsung pengalaman yang pernah dialami siswa ataupun guru.

b) Pengulasan bahan pelajaran yang pernah dipelajari pada waktu sebelumnya.


(32)

c) Kegiatan-kegiatan yang menggugah dan mengarahkan perhatian siswa antara lain meminta pendapat/saran siswa, menunjukkan gambar, slide, film, atau benda lain.

2) Proses belajar mengajar

Proses belajar mengajar hendaknya selalu mengikutkan siswa secara aktif guna mengembangkan kemampuan-kemampuan siswa antara lain kemampuan mengamati, menginterpretasikan, meramalkan, mengaplikasikan konsep, merencanakan dan melaksanakan penelitian, serta mengkomunikasikan hasil penemuannya.

3) Pengamatan

Tujuan kegiatan ini untuk melakukan pengamatan yang terarah tentang gejala/ fenomena sehingga mampu membedakan yang sesuai dan tidak sesuai dengan pokok permasalahan. Yang dimaksud dengan pengamatan yang disini adalah penggunaan indra secara optimal dalam rangka memperoleh informasi yang memadai. Untuk perlu ditingkatkan peragaan melalui gambaran ataupun bagan dan membatasi peragaan dengan kata-kata.

4) Interpretasi hasil pengamatan

Tujuan kegiatan ini untuk menyimpulkan hasil pengamatan yang telah dilakukan berdasarkan pola hubungan antara hasil pengamatan yang satu dengan yang lainnya. Kesimpulan tersebut merupakn konsep yang perlu dimanfaatkan/ digunakan.


(33)

5) Peramalan

Hasil dari interpretasi dari suatu pengamatan lalu digunakan untuk meramalkan atau memperkirakan kejadian yang belum diamati/akan datang. Ada perbedaan antara ramalan dan terkaan. Ramalan didasarkan atas hubungan logis dari hasil pengamatan yang telah diketahui, sedangkan terkaan kurang didasarkan pada hasil pengamatan.

6) Aplikasi konsep

Yang dimaksud dengan aplikasi konsep adalah menggunakan konsep yang telah diketahui/dipelajari dalam situasi baru atau dalam penyelesaian masalah umpamanya yang memberikan tugas mengarang tentang sesuatu masalah yang dibicarakan dalam mata pelajaran yang lain.

7) Perencanaan penelitian

Penelitaian bertitik tolak dari seperangkat pertanyaaan antara lain untuk menguji kebenaran hipotesis tertentu perlu perencanaan penelitian-penelitian lanjutan dalam bentuk percobaan lainnya.

a) Pelaksanaan penelitian

Tujuan dari kegiatan ini adalah agar siswa lebih memahami pengaruh variabel yang satu pada variabel yang lain. Cara belajar yang mengasyikkan akan terjadi dan kreativitas siswa akan terlatihkan.


(34)

Kegiatan ini bertujuan mengkomunikasikan proses dan hasil penelitian kepada berbagai pihak yang berkepentingan, baik dalam bentuk kata-kata, grafik, bagan maupun tabel, secara lisan atau tertulis.

Pengembangan keterampilan proses ini memerlukan kemampuan guru untuk bertanya dan menjawab pertanyaan siswa serta mengorganisasikan kelas. Untuk itu setiap guru diharapkan mampu mengembangkan kemampuannya agar proses belajar mengajar dengan pendekatan keterampilan proses dapat berhasil.

d. Hubungan Keterampilan Proses dan Keaktifan

Cony Samiawan (W.Gulo.2009:74), menggemukakan cara belajar siswa aktif selalu dihadapkan kepada isi atau pesan yang terarah pada tujuan tertentu. Melalui pendekatan keterampilan proses siswa akan dilibatkan pada keaktifan bertanya, tanya jawab, mengamati, berdiskusi dalam kelompok, dan berkomunikasidengan presentasi dari hasil diskusi di dapan kelas, keaktifan yang muncul dalam keterampilan proses sudah melibatkan keaktifan indra, akal, ingatan, dan emosi. Sehingga cara siswa aktif yang dipraktikkan adalah mengembangkan perolehan keterampilan proses yang meliputi: mengamati, menggolongkan/mengklasifikasikan,dan mengkomunikasikan.


(35)

Beberapa kelebihan dan kekurangan pendekatan keterampilan proses menurut Syaiful sagala (2006:74), sebagai berikut:

Kelebihan pendekatan keterampilan proses adalah: (1) memberi bekal cara memperoleh pengetahuan dan masa depan, (2) pendahuluan bersifat kreatif. Selain kelebihan pendekatan keterampilan proses juga memiliki beberapa kelemahan antara lain: (1) membutuhkan banyak waktu, (2) memerlukan fasilitas yang baik dan cukup lengkap.

B. Kerangka Berfikir

Pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan di sekolah yang didalamnya terdapat interaksi antara berbagai komponen pengajaran. Diantara komponen pengajaran tersebut adalah guru, isi atau materi ajar dan siswa. Dalam pembelajaran harus diperhatikan pula sumber-sumber instruksional yang berkaitan dengan pemilihan pendekatan dan kegiatan belajar siswa, antara lain pemilihan alat-alat pendukung atau media yang dapat memberikan motivasi kepada siswa dan memberikan cara-cara yang dapat menumbuhkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran IPA.

Dalam pelaksanaan pembelajaran IPA, guru dituntut berpikir bagaimana cara menumbuhkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA. Salah satu cara untuk mewujudkannya adalah dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses.

Menurut Conny Semiawan (W. Gulo, 2009:74), cara belajar siswa aktif selalu dihadapkan kepada isi atau pesan yang terarah pada tujuan tertentu. Karena itu, menurut beliau cara belajar siswa aktif dipraktikan adalah


(36)

cara belajar siswa aktif yang mengembangkan keterampilan memproseskan perolehan. Keterampilan memproseskan perolehan pada siswa meliputi keterampilan-keterampilan: mengamati atau mengobservasi, membuat hipotesis, merencanakan penelitian, mengendalikan variabel, menafsirkandata, menyusun kesimpulan-kesimpulan, membuat prediksi, menerapkan, dan mengkomunikasikan.

Diketahui bahwa dalam kegiatan pembelajaran IPA masih terdapat anak yang keaktifannya rendah, sehingga kurang menguasai materi yang diajarkan guru.Kondisi tersebut terjadi karena kegiatan pembelajaran lebih banyak disampaikan dengan metode ceramah yang didominasi oleh guru, hal ini menyebabkan keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran IPA rendah.Oleh sebab itu seorang guru harus dapat mempunyai strategi agar pelaksanaan kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan lebih optimal meskipun kegiatan pembelajaran dilakukan dalam lingkungan kelas.Salah satu alternatif yang bisa diterapkan untuk mengatasi kondisi yang ada adalah melalui pendekatan keterampilan proses. Melalui pendekatan keterampilan proses maka siswa akan dilibatkan pada kegiatan mengamati, menggolongkan (mengklasifikasikan), menafsirkan (menginterpretasikan), meramalkan (memprediksi), menerapkan, merencanakan penelitian dan mengkomunikasikan melalui laporan maupun presentasi. Dengan demikian selama kegiatan pembelajaran siswa tidak hanya menghafal dan mendengarkan penjelasan guru saja, namun memperoleh secara aktif teori yang disampaikan melalui kegiatan pengamatan.


(37)

Penggunaan pendekatan keterampilan proses dalam hal ini sebagai upaya untuk mempermudah pemahaman materi IPA dengan cara melibatkan siswa untuk terlibat dalam kegiatan pengamatan. Dengan penerapan pendekatan keterampilan proses maka siswa akan lebih aktif dan lebih bersungguh-sungguh dalam kegiatan pembelajaran IPA, karena selalu dituntut untuk menemukan jawaban dari suatu femomena ilmiah setelah akhir pembelajaran. Dengan perolehan belajar dari pengalaman langsung maka konsep-konsep IPA lebih dikuasai oleh siswa secara optimal. Dengan pengalaman langsung maka konsep-konsep dasar IPA, yang telah ditemukan melalui penelitian tidak akan cepat dilupakan. Karena anak lebih menguasai konsep-konsep dasar IPA maka pada saat dilaksanakan kegiatan ulangan prestasi siswa akan naik/meningkat.

Peningkatan keaktifansiswa pada pelaksanaan pendekatan keterampilan proses dapat dilihat dari beberapa indikator pendekatan keterampilan proses yang dapat merangsang siswa untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana tampak pada tabel 2.5 :

Tabel 2.5Indikator Keaktifan Siswa pada Pendekatan Keterampilan Proses Keterampilan proses Indikator keaktifan

Mengamati

Menggolongkan/ mengklasifikasikan

Indra a.Pendengaran b.Penglihatan c.Pencium d.Peraba


(38)

38

Mengkomunikasikan Akal a.Memecahkan masalah b.Menimbang-nimbang c.Menyusun pendapat d.Mengambil keputusan Ingatan a.Menerima materi

b.Mengingat materi c.Mengutarakan kembali Emosi Mencintai pelajaran

Dari tabel diatas maka dapat dilihat bahwa keaktifan siswa pada pelaksanaan pendekatan keterampilan proses tampak pada keaktifan yang termasuk dalam indikator ketrampilan proses sehingga siswa benar-benar dilibatkan secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Melalui keterampilan proses maka siswa diarahkan untuk meningkatkan keaktifan dengan cara dirangsang agar dapat melakukan kegiatan mengamati, menggolongkan dan berkomunikasi yang sudah dilakukan sesuai dengan Standar Kompetensi mengidentifikais fungsi organ tubuh manusia dan hewan dengan Kompetensi Dasar mengidentifikasi fungsi pernafasan hewan, misalnya ikan dan cacing tanah dengan materi alat pernafasan pada hewan.

Dari uraian di atas maka secara garis besar dasar pemikiran penerapan pendekatan keterampilan proses sebagai upaya meningkatkan keaktifan siswa dapat digambarkan sebagai berikut:

Kondisi Awal Belum dilaksanakan penggunaan pendekatan keterampilan proses


(39)

Gambar 2.1. Dasar Pemikiran Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses

C. Definisi Operasional

Beberapa istilah yang berkaitan dengan judul tersebut ini antara lain: 1. Keaktifan

Keaktifan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peningkatan aktifitas siswa dalam pembelajaran yang mencakup keaktifan indra, keaktifan akal, keaktifan ingatan dan keaktifan emosi, yang masing– masing indikatornya disajikan dalam lampiran B.

2. Pendekatan Keterampilan Proses

Pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan dan penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan


(40)

proses. Dalam penelitian ini mengacu pada pendekatan keterampilan proses yang meliputi: proses mengamati, proses menggolongkan (mengklasifikasikan), dan proses mengkomunikasikan

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka berfikir yang telah diuraikan diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut “Pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan keaktifan siswa pada pembelajaran IPA di kelas V diSD Negeri 01 Karang Talun Kidul Kecamatan Purwojati Kabupaten Banyumas”.


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (action research). Penelitian tindakan yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran (Susilo, 2009:16).

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan cara kolaboratif dan partisipatif, yaitu peneliti tidak melakukan penelitian sendiri, melainkan berkolaborasi (bekerjasama) dengan guru kelas V SD Negeri 01 Karang Talun Kidul.Pelaksanaan penelitian tindakan bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA, dengan langkah menawarkan alternatif pembelajaran IPA melalui pendekatan keterampilan proses kepada guru untuk meningkatkan keaktifan siswa kelas V yang tergolong rendah, selanjutnya peneliti menginformasikan serta melatih guru tentang prosedur pelaksanaan pendekatan keterampilan proses pada pembelajaran IPA.

Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Menurut Lexy J. Moleong (2009:6), memberikan definisi sebagai berikut:

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek peneliti misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. Secara holistik, dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.


(42)

Pelaksanaan penelitian ini menggunakan model penelitian Kurt Lewin yang mengembangkan penelitian pada empat komponen dari penelitian tindakan kelas yakni (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting), dimana hubungan secara tali temali dari keempat elemen ini dipandang sebagai satu siklus (dalam Pardono, 2007: 21). Keterkaitan keempat komponen tersebut dapat dipancang sebagai suatu siklus digambarkan sebagai berikut:

Tindakan

Perencanaan Pengamatan

Refleksi

Gambar 3.1. Siklus Model Penelitian Tindakan Kelas

Tahap-tahap di atas yang membentuk satu siklus, dapat dilanjutkan ke siklus berikutnya dengan rencana, tindakan, pengamatan, dan refleksi ulang berdasarkan hasil yang dicapai pada siklus sebelumnya.Jika ternyata permasalahan itu belum dapat diatasi, dilakukan tindakan, pengamatan, dan refleksi pada siklus berikutnya dan demikian seterusnya.

Berdasarkan perencanaan ulang tersebut dilakukan tindakan, pengamatan, dan refleksi pada siklus berikutnya.Hal ini dapat diulang kembali hingga permasalahan dapat diatasi.Pada perencanaan berisi rencana pembelajaran (tujuan, materi, uraian, pendekatan, dan sebagainya).Perencanaan ini dilakukan pada awal sebelum pemberian


(43)

tindakan maupun pada awal perubahan tindakan selanjutnya, yaitu pada pemberian tindakan sebagai implementasi perencanaan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1.Tempat Penelitian

Tempat penelitian di SD Negeri Karang Talun Kidul 01 yang terletak di Kecamatan Purwojati Kabupaten Banyumas.

2.Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2011/2012. C. Subjek Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2002:88), subyek penelitian diartikan sebagai benda, hal atau orang yang dilekati variabel penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 01 Karang Talun Kidul Kecamatan Purwojati Kabupaten Banyumas yang berjumlah 30 orang. Pemilihan subjek penelitian berdasarkan masalah-masalah yang dihadapi oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran IPA dan kesediaan dari para guru dan sekolah untuk melakukan kolaborasi dalam pelaksanaan penelitian ini.

D. Objek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah meningkatan keaktifan siswa pada pembelajaran IPA kelas V SD Negeri Karang Talun Kidul 01 tahun pelajaran 2011/2012 melalui pendekatan keterampilan proses.

E. Personil Penelitian dan Peran Masing-masing

Personil dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:


(44)

1. Peneliti, berperan sebagi observer yang melaksanakan observasi selama kegiatan penelitian tindakan kelas.

2. Guru kelas V, berperan sebagai pelaksana penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses. 3. Siswa kelas V, berperan sebagai subyek yang diteliti.

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dilaksanakan mengacu pada model Kunt Lewin, yaitu dimulai dari penyusunan rencana, tindakan, pengamatan, refleksi, perencanaan kembali merupakan dasar dalam penyelesaian masalah. 1. Persiapan

Persiapan pelaksanaan penelitian tindakan kelas disusun dengan mengacu pada hasil observasi awal (pra siklus). Persiapan merupakan tindakan awal dari setiap siklus, dan secara rinci langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Menentukan tempat penelitian di SD Negeri 01 Karang Talun Kidul Kecamatan Purwojati Kabupaten Banyumas.

2) Menentukan kolabor yaitu antara guru dengan peneliti. 3) Menentukan metode dan strategi mengajar

4) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tentang materi yang akan diajarkan sesuai dengan pendekatan keterampilan proses. RPP disusun oleh peneliti dengan dasar pertimbangan dosen dan guru yang bersangkutan. RPP ini berguna sebagai pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.


(45)

5) Menyusun lembar observasi berkaitan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

6) Menyusun skala keaktifan untuk siswa. Skala keaktifan ini mempermudah peneliti untuk mengetahui sejauhmana respon siswa dalam kegiatan pembelajaran.

7) Mempersiapkan sarana dan media pembelajaran yang akan digunakan dalam setiap pembelajaran yaitu Lembar Kerja Siswa (LKS).

8) Agar guru dapat melakukan kegiatan pembelajaran melalui pendekatan keterampilan proses, maka sebelum melaksanakan tindakan pembelajaran guru mempelajari dan berlatih terlebih dahulu.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan panduan perencanaan yang telah dibuat.Pelaksanaan tindakan dilakukan secara fleksibel atau terbuka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi saat pelaksanaan pembelajaran.Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan mengacu pada RPP yang sudah disusun dengan bantuan pengamat untuk mengamati keaktifan siswa dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti bertindak sebagai partisipan pasif atau observer yang mengamati jalannya pembelajaran.Keseluruhan kegiatan dalam penelitian ini untuk meningkatkan keaktifan siswa pada pembelajaran mata pelajaran IPA yang sebelumnya dirasakan kurang merangsang siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.


(46)

3. Pemantauan Prosedur dan Dampak Penelitian

Pelaksanaan observasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang sudah disusun. Observasi dilakukan untuk melihat secara langsung bagaimana keaktifan siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Pengamatan jalannya proses pembelajaran oleh peneliti dilakukan sambil mencatat segala sesuatu yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan tersebut dilakukan untuk mengumpulkan data-data. Kemudian data-data tersebut diolah untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya. Adapun hal yang diobservasi adalah :

a. Suasana belajar saat berlangsungnya proses pembelajaran. b. Keaktifan siswa selama proses pembelajaran.

4. Analisis Hasil dan Refleksi

Kegiatan refleksi ini dilakukan oleh peneliti bersama guru pelaksana.Pelaksanaan dilakukan ketika guru sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan.Peneliti bersama guru menganalisis dan mengelola data hasil observasi dan interprestasi. Kegiatan tersebut kemudian akan menghasilkan kesimpulan mengenai ketercapaian tujuan penelitian. Jika masih ditemukan masalah atau hambatan sehingga tujuan penelitian belum tercapai, maka akan dilakukan langkah perbaikan.


(47)

G. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah observasi.Teknik observasi merupakan teknik monitoring dengan melakukan observasi/pengamatan terhadap sasaran pengukuran, dengan menggunakan lembar pengamatan atau lembar observasi yang telah dipersiapkan sebelumnya (Pardjono, 2007: 43).

Pedoman observasi dalam penelitian ini berisi aspek-aspek yang berkaitan dengan hal yang akan diobservasi. Observasi dilakukan dengan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Validitas instrument observasi diuji dengan menggunakan validitas isi di-judgment oleh Ikhlasul Ardi Nugroho, M.Pd. Dengan melihat kesesuaian indikator dengan rumusan soal.

Penggunaan tanda cek (√) mengacu pada contoh pelaksanaan observasi yang dikemukakan oleh Muhibin Syah (2011:155), bahwa kolom “Ya” dan kolom “Tidak” hendaknya diisi guru dengan cara membubuhkan tanda cek (√) sesuai dengan kenyataan.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Lembar observasi tersebut digunakan untuk mengetahui keaktifan siswa dan penerapan pendekatan keterampilan proses.

Untuk mengetahui keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan indikator yang dapat dilihat pada tabel 3.1:


(48)

Tabel 3.1Indikator keaktifan siswa pada proses pembelajaran

JENIS KEAKTIFAN INDIKATOR

Indra a.Pendengaran

b.Penglihatan c.Pembau d.Peraba

Akal a.Memecahkan masalah

b.Menimbang-nimbang c.Menyusun pendapat d.Mengambil keputusan

Ingatan a.Menerima materi

b.Mengingat materi c.Mengutarakan kembali

Emosi Mencintai pelajaran

Sumber : Syaiful Sagala (2006: 124-134)

Instrumen yang digunakan untuk mengetahui penerapan pendekatan keterampilan proses adalah penerapan langkah-langkah pendekatan keterampilan proses, yaitu (Conny Semiawan, 1987:17-18):

a. Mengamati

b. Menggolongkan/ mengklasifikasikan c. Menafsirkan/ menginterpretasikan d. Meramalkan/ memprediksi


(49)

e. Menerapkan

f. Merencanakan penelitian g. Mengkomunikasikan

Pada penelitian ini, indikator pendekatan keterampilan proses yang digunakan meliputi: mengamati, menggolongkan, dan mengkomunikasikan. Indikator menafsirkan/mengintepretasikan, meramalkan/memprediksi, menerapkan, dan merencanakan penelitian tidak dipakai karena tidak sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar materi tersebut.

Cara pengukuran instrumen penelitian mengacu pada hasil pengamatan terhadap siswa saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung dari jumlah siswa yang menampakkan kesungguhan dalam mengikuti mata pelajaran IPA.

H. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data hasil observasi.Analisis data yaitu data observasi yang telah diperoleh dihitung dan dikategorikan sesuai dengan kualifikasi hasil observasi keaktifan siswa, untuk mengetahui sejauhmana peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran.Hasil penelitian data disajikan secara deskriptif.

I. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhsilan dalam penelitian ini didasarkan pada peningkatan keaktifan siswa pada tiap siklus dalam pembelajaran IPA selama pelaksanaan kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan


(50)

instrumen observasi. Indikator yang digunakan sebagaiacuan dalam melihat peningkatan keaktifansiswa pada pembelajaran IPA sebagai berikut: kelas dinyatakan aktif jika 70% siswa memenuhi indikator keaktifan ≥ 70.


(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri 01 Karang Talun Kidul, Kecamatan Purwojati, Kabupaten Banyumas. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus untuk menentukan bagaimana cara meningkatkan Keaktifan melalui Pendekatan Keterampilan Proses dalam pembelajaran IPA bagi siswa kelas V SD Negeri 01 Karang Talun Kidul. Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan, mulai dari pemeriksaan tahap studi awal sampai pada siklus kedua diperoleh data sebagai berikut:

1. Deskripsi Tahap Studi Awal

Data yang diperoleh dari observasi dengan guru kelas diperoleh penjelasan bahwa masih ada beberapa siswa yang mendapatkan nilai IPA yang belum memenuhi standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) IPA yang ditetapkan di SD Negeri 01 Karang Talun Kidul yaitu 6,3. Selain itu siswa juga memiliki keaktifan yang rendah dalam mengikuti pembelajaran IPA. Untuk menentukan seberapa rendah Keaktifan siswa tersebut, peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran IPA di kelas V SD Negeri Karang Talun Kidul 01 yang menjadi obyek penelitian. Peneliti menggunakan lembar observasi dengan jumlah item 15,Observasi dilakukan pada hari Sabtu, 15 September 2010 pada jam ke-1 dan 2 yaitu 07.00-08.10 WIB dengan pokok bahasan memahami alat pernafasan pada hewan. Adapun kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut :


(52)

Kegiatan awal dimulai dengan berdoa bersama, apersepsi guru memberikan pertayaan tentang materi, sebelumnya guru menjelasakn kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.

b. Kegiatan inti

1) Guru menyuruh membuka buku paket IPA, buku paket yang digunakan saat itu adalah buku BSE Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD dan MI Kelas V kemudian siswa mendengarkan penjelasan dari guru.

2) Guru mencatatkan rangkuman dari apa yang dijelaskan di papan tulis, kemudian siswa mencatatnya di buku tulis.

c. Kegiatan akhir

1) Pada akhir pembelajaran siswa diberi tugas mengerjakan LKS Fokus IPA (kumpulan buku latihan siswa).

2) Guru membahas tugas yang dikerjakan siswa.

3) Guru menutup pelajaran dengan memberikan pekerjaan rumah (PR)

Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti dengan menggunakan lembar observasi keaktifan dapat diperoleh data tertinggi adalah 15 dan skor terendah 0. Pengkategoriannya terdapat pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Pengkategorian Tingkat Keaktifan Siswa Pengkategorian Skor

Keaktivan Siswa

Kategori

10,1 – 15 Tinggi

5,1 – 10 Sedang

0 - 5 Rendah

Dari hasil observasi tahap awal yang dilakukan pada tanggal 15 september 2010 diperoleh gambaran keaktifan siswa sebagai berikut:

a. Pembelajaran masih berpusat pada guru. Guru kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran.

b. Pendekatan dalam pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang variatif. Pendekatan yang digunakan lebih kepada pemberian informasi atau metode ceramah.

c. Siswa masih sering berbicara sendiri saat guru sedang menerangkan maupun saat pelajaran berlangsung.


(53)

d. Siswa masih tampak malu-malu dan takut untuk menyampaikan pendapat atau bertanya kepada guru jika belum memahami materi. e. Saat mengerjakan tugas individu, siswa masih tampak kurang

bersungguh-sungguh dan seringkali menanyakan jawaban kepada siswa lain.

Skor keaktifan yang diperoleh dari observasi tahap awalterdapat pada tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2 Hasil Observasi Keaktifan Siswa Pra Siklus

No Nama Hasil Observasi

Pra Siklus

Kriteria Keaktifan

1 TES 6,0 Sedang

2 ACY 2,0 Rendah

3 AEMB 4,0 Rendah

4 AN 6,0 Sedang

5 AUK 2,0 Rendah

6 AIK 7,0 Sedang

7 AI 8,0 Sedang

8 ADP 11,0 Tinggi

9 CETB 6,0 Sedang

10 DY 6,0 Sedang

11 DYA 6,0 Sedang

12 GA 3,0 Rendah


(54)

14 IF 4,0 Rendah

15 IP 7,0 Sedang

16 KDO 3,0 Rendah

17 LAS 3,0 Rendah

18 LOS 6,0 Sedang

19 HHA 2,0 Rendah

20 PS 6,0 Sedang

21 RSZ 7,0 Sedang

22 RHH 4,0 Rendah

23 SAS 6,0 Sedang

24 SWR 3,0 Rendah

25 TADK 2,0 Rendah

26 VAY 2,0 Rendah

27 YA 6,0 Sedang

28 FHN 3,0 Rendah

29 KR 1,0 Rendah

30 SA 7,0 Sedang

Jumlah Skor 151

Rata-rata Skor 5,0 Rendah

Dari data tersebut, dapat diperoleh bahwa skor rata-rata keaktifan siswa adalah 5,0 ( Rendah ). Ada 14 siswa yang termasuk dalam kategori rendah, 14 siswa kategori sedang, dan 2 siswa yang berkategori tinggi.


(55)

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa rata-rata keaktifan siswa kelas V SD Negeri 01 Karang Talun Kidul termasuk ke dalam kategori “Rendah”. Hal ini disebabkan olehpendekatan pembelajaran yang monoton dan membosankan.

Dari kriteria keaktifan siswa pada kategori “tinggi”, “sedang”, dan “rendah” pada pra siklus dapat dilihat melalui tabel rekapitulasi keaktifan belajar di bawa ini:

Tabel 4.3 Rekapitulasi Data Keaktifan Siswa Pra Siklus

No Data Keaktifan Pra Siklus Persentase Pra Siklus

1 Tinggi 2 6 %

2 Sedang 14 47 %

3 Rendah 14 47 %

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang dihadapi oleh guru dalam pembelajaran IPA adalah kurangnya keaktifan siswa dalam pembelajaran karena penggunaan pendekatan pembelajaran yang kurang variatifsehingga berdampak pada rendahnya kemampuan siswa dalam memahami materi yang disampaikan guru.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, peneliti berusaha memecahkannya dengan mencoba menerapkan pendekatan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, yaitu dengan menerapkan pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan


(56)

keterampilan proses. Pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses ini dipilih karena guru dapat melihat secara langsung keaktifan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sehingga akan meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.

2. Deskripsi Hasil Penelitian a. Siklus I

1. Perencanaan

Perencanaan pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I mengacu pada hasil observasi pra siklus yang dilaksanakan pada pembelajaran IPA dengan Standar Kompetensi mengidentifikasi fungsi organ tubuh manusia dan hewan serta Kompetensi Dasar mengidentifikasi fungsi organ pernafasan hewan, misalnya ikan dan cacing tanah. Dari hasil observasi awal, permasalahan yang ditemui adalah sebagai berikut:

1) Siswa kurang menguasai materi yang diajarkan guru.

2) Keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran IPA rendah.

3) Penggunaan pendekatan pembelajaran masih terpusat pada guru. Dari permasalahan yang ada, maka diputuskan untuk melakukan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan keaktifan mata pelajaran IPA Kompetensi Dasar mengidentifikasi fungsi organ pernafasan hewan, misalnya ikan dan cacing tanah melalui pendekatan


(57)

keterampilan proses pada siswa kelas V SD Negeri Karangtalun Kidul 01 Kecamatan Purwojati Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2011/2012.

Untuk mengoptimalkan pelaksanaan perbaikan pembelajaraan, maka disusun perencanaan sebagai berikut:

1) Menyusun RPP dengan memperhatikan kelebihan dan kelemahan siswa.

2) Menyiapkan media pembelajaran 3) Menyiapkan lembar observasi. 4) Menentukan pelaksanaan observasi. 5) Menyiapkan alat evaluasi.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus I dan 2 (dua) kali pertemuan yaitu hari Senin tanggal 2 Januari 2012 dan kamis tanggal 5 Januari 2012. Masing-masing pertemuan adalah 2 x 35 menit atau 2 jam pelajaran, yang terbagi dalam kegiatan awal, kegiatan inti (eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi), dan kegiatan akhir.

1) Pertemuan Pertama a) Kegiatan Awal

Pada kegiatan awal pembelajaran, guru mengecek kelompok-kelompok yang sudah duduk di kelas apakah sesuai dengan anggota yang


(58)

ditentukan atau tidak. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa dan mengabsen siswa dilanjutkan dengan menyiapkan alat peraga yang akan digunakan yaitu media gambar alat pernafasan cacing tanah. Guru melakukan(pemanasan) melalui apersepsi dengan cara mengajukan pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa, sehingga tercipta dialog sebagai berikut:

Guru : “Anak-anak, coba kalian jepit hidung dengan tangan kanan dan mulut tertutup. Apa yang kalian rasakan?”

Siswa : “Tidak bisa bernafas, Pak!” (menjawab dengan bersahutan) (mengkomunikasikan/akal).

Guru : “Ya benar… hari ini materi yang akan kita pelajari adalah sistim pernafasan tapi pada cacing tanah. Seperti kita ketahui, mereka juga butuh udara untuk bernafas tapi tentu caranya

berbeda…”(mengkomunikasikan)

Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari hari itu, yaitu pernafasan pada hewan dan menjelaskan tujuan kegiatan hari itu (mengkomunikasikan). Siswa mendengarkan informasi yang disampaikan oleh guru tentang materi pelajaran yang akan dibahas yaitu pernafasan pada cacing tanah. Siswa juga menyimak penjelasan guru tentang tujuan dari kegiatan pelajaran hari itu. (mengamati/indra pendengaran).

b) Kegiatan Inti (1) Eksplorasi


(59)

Guru memasang media gambar berupa gambar cacing tanah dan alat pernafasan pada cacing tanah. Penggunaan media pembelajaran dimaksudkan untuk memunculkan ide/gagasan dalam diri siswa sehingga dapat menunjang pelaksanaan pembelajaran melalui pendekatan keterampilan proses. Siswa tampak mengamati gambar yang dipasang guru di papan tulis (mengamati/indra penglihatan). Guru mengajukan pertanyaan berdasarkan gambar (mengkomunikasikan/ingatan):

Guru : Coba tunjukkan yang mana yang dinamakan alat pernafasan pada cacing tanah?” (mengklasifikasikan)

Siswa menjawab pertanyaan guru berdasarkan hasil pengamatannya sehingga muncul beberapa jawaban namun sudah menunjukkan munculnya keaktifan siswa (mengkomunikasikan hasil pengamatan). Guru kemudian menunjuk salah satu siswa untuk memberikan jawaban dan siswa yang lainnya menyimak. (mengkomunikasikan)

(2) Elaborasi

Guru menjelaskan materi pernafasan pada cacing tanah serta memberikan penjelasan mengenai tujuan memahami indikaor tersebut dengan bantuan media gambar (mengkomunikasikan). Siswa tampak mendengarkan penjelasan yang diberikan guru mengenai alat pernafasan pada cacing tanah sambil mengamati media yang digunakan guru(mengamati/indra pendengaran). Kemudian dengan spontan guru memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi:


(60)

Siswa : “Tidaaaakk!”

Guru : “Pintar, jadi siapa yang bisa menjelaskan bagaimana cacing bernafas?”

Siswa : (bersahutan) “Saya Pak… saya pak..” Guru : “Coba, perwakilan kelompok satu..” Siswa : “Dengan kulit, pak..”

Guru : “Benar..”

Guru mengarahkan siswa untuk melakukan kegiatan pengamatan (mengklasifikasikan). Masing-masing ketua kelompok mengambil gambar alat pernafasan pada cacing tanah yang belum diperjelas dengan keterangan (mengamati/indra penglihatan).Siswa tampak mendengarkan penjelasan yang disampaikan guru berkaitan dengan tugas diskusi yang harus diselesaikan yaitu memberikan catatan tentang alat pernafasan pada cacing tanah sesuai dengan media yang belum diperjelas dengan keterangan (mengamati/indra pendengaran).

Guru menyiapkan LKS yang sudah disusun berupa gambar alat pernafasan pada cacing tanah yang belum diberi keterangan, dan menyuruh perwakilan kelompok untuk mengambil media tersebut. Masing-masing kelompok maju untuk mengambil gambar alat pernafasan pada cacing tanah yang masing-masing belum diperjelas dengan keterangan .Selanjutnya guru menjelaskan tugas diskusi yang harus diselesaikan yaitu memberikan catatan tentang alat pernaasan pada cacing tanah dengan media gambar (mengkomunikasikan/merencanakan


(61)

penelitian).Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang tugas diskusi yang harus diselesaikan (mengamati/indra pendengaran).Diskusi dilakukan dengan waktu 7 menit.Siswa dengan semangat melakukan diskusi yang tampak pada saat menerapkan perencanaan dalam kegiatan penelitian, mengklasifikasikan terhadap alat pernafasan pada cacing tanah kemudian melakukan diskusi dan mencatat hasil kerja kelompok di lembar LKS (mengamati/indra penglihatan, memecahkan masalah/akal, dan mengkomunikasikan/menyusunpendapat/akal), sementara guru memberikan pengawasan untuk memantau jalannya diskusi dan mengamati aktifitas siswa dalam kegiatan diskusi.Setelah selesai masing-masing kelompok mengumpulkan hasil diskusinya di meja guru kemudian menunggu giliran mewakilkan anggota kelompoknya untuk mengemukakan hasil diskusi dengan cara membacakan hasil diskusi di depan kelas (mengkomunikasikan/mengambil keputusan/akaldan mengkomunikasikan/mengutarakan kembali/ingatan). Siswa yang tidak mendapat giliran menyikan hasil diskusi temannya yang maju.

(3) Konfirmasi

Pada tahap konfirmasi, guru dan siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan kemudian guru memberikan otivasi agar siswa selalu aktif dalam kegiatanpembelajaran.


(62)

Guru : “Kalian sudah sungguh-sungguh belajar ya..karena dengan menguasai materi ini kalian akan memperoleh pembelajaran yang bermanfaat. Oke?!”

Siswa : “Oke-oke…!” c) Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir, guru meminta siswa mencatat tugas yang harus dilakukan yaitu secara berkelompok siswa diberikan tugas untuk membaca materi alat pernafasan pada ikan (mengamati/akal menerima

materi).Siswa mencatat tugas yang diberikan guru

(mengkomunikasikan/ingatan mengutarakan kembali).

Guru melakukan evaluasi dengan memberikan pertanyaan secara lisan sementara siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru sesuai pengetahuannya. (berkomunikasi/ingatan). Guru memberikan tindak lanjut berdasarkan hasil evaluasi dilanjutkan dengan menjelaskan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya yaitu melakukan pengamatan terhadap alat pernafasan pada binatang yaitu ikan. Siswa mendengarkan penjelasan guru (mengamati/indra). Kegiatan pembelajaran ditutup dengan doa dan salam.

2) Pertemuan Kedua a) Kegiatan Awal

Pada kegiatan awal pembelajaran, guru mengecek kelompok-kelompok yang sudah duduk di kelas apakah sesuai dengan anggota yang


(1)

88

22 RHH 4,0 6,5 11

23 SAS 6,0 11,5 13

24 SWR 3,0 11,5 12

25 TADK 2,0 6 11,5

26 VAY 2,0 4,5 2,5

27 YA 6,0 11 14

28 FHN 3,0 6 11

29 KR 1,0 3 3,5

30 SA 7,0 11,5 14

Jumlah 151 238,5 313,5

Rata-rata 5,0 8,0 10,5

Kategori Rendah Sedang Tinggi

Dari data tabel diatas dapat dilihat peningkatan skor ketatifan siswa berdasarkan hasil observasi mulai dari skor awal (Pra Siklus) sebelum dilakukan tindakan dan setelah dilakukan tindakan pada Siklus I dan siklus II. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar Grafik4.1 :


(2)

89

Gambar 4.1 . Grafik Skor Peningkatan Keaktifan Siswa

Dari data pada grafik diatas, maka dapat dilihat peningkatan Skor Keaktifan siswa dalam perbaikan pembelajaran dari awal sebelum dilakukan tindakan yaitu5,0 kategori kurang ,meningkat siklus I menjadi 8,0 kategori sedang, dan terjadi peningkatan kemabali pada siklus II menjadi 10,5 kategori tinggi.

Dari hasil yang terdapat pada tabel di atas menunjukkan peningkatan Keaktifansiswa kelas V SD Negeri 1 Karang Talun Kidul dalam pembelajaran IPA. Terbukti sesuai dengan teori tentang prinsip-prinsip keaktifan pembelajaran IPA di SD (Syaiful Sagala , 2006:124-134) yaitu.

1) Keaktifan indera: pendegaran, penglihatan, peraba dan lain-lain. Murid harus dirangsang agar dapat menggunakan alat inderanya sebaik mungkin.

0 2 4 6 8 10 12

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Skor Keaktifan siswa

Skor Keaktifan Tingkat Skor

Tingkat Keaktifan


(3)

90

2) Keaktifan akal: akal anak-anak harus aktif atau diaktifkan untuk memecahkan masalah, menimbang-nimbang, menyusun pendapat dan mengambil keputusan.

3) Keaktifan ingatan, pada waktu mengajar, anak harus aktif menerima bahan pengajaran yang disampaikan guru dan menyimpannya dalam otak, kemudian pada suatu saat ia siap mengutarakan kembali.

4) Keaktifan emosi: dalam hal ini murid hendaklah senantiasa berusaha mencintai pelajarannya.


(4)

86

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan, bahwa pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses dapat digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa pada pembelajaran IPA kelas V SD Negeri 01 Karang Talun Kidul Kecamatan Purwojati Kabupaten Banyumas yaitu dengan cara pendekatan keterampilan proses yang memfasilitasi siswa untuk mengamati, mengklasifikasikan (menggolongkan) dan mengkomunikasikan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatanskor sebelum diberikan tindakan dengan peningkatan skor pada tiap siklusnya.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA sebagai salah satu alternatif dapat menggunkan pendekatan keterampilan proses yang meliputi : mengamati, manggolongkan (mengklasifikasikan) dan mengkomunikasikan. Hal ini masih terdapat kekurangandalam mengobservasi siswa dikarenakan keterbatasan pengawasan yang dimiliki oleh peneliti. Maka dari itu perlu ada media pendukung untuk membantu pengawasan dalam observasi.


(5)

87

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Supriyono, Widodo.(1991). Psikologi Belajar.Jakarta: Rineka Cipta.

AM, Sardiman .(2006). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Aries S., ErnaFebru.(2009).Indikator Keaktifan Siswa yang Dapat dijadikan Penilaian dalam PTK. Diakses

darihttp://ardhan12.wordpress.com/2009/01/20/indikator-keaktifan-siswa-yang-dapat-dijadikan-penilaian-dalam-ptk-2.Pada tanggal 07 April 2011 jam 13.35.

Arikunto, Suharsimi .(2006).Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta:Bumi Aksara Asy’ari, Muslichach.(2006). Penerapan Pendidikan Sains Teknologi Masyarakat

dalam Pembelajaran Sains di SD. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Conny R.S,dkk.(1992). Pendekatan Keterampilan Proses Bagaimana Mengaktifkan Siswa Dalam Belajar. Jakarta: Gramedia Widisarana Indonesia.

Darmodjo, Hendro dan Kaligis, Jenny R.E..(1991/1992).Pendidikan IPA II. Jakarta:Depdikbud.

Depdikbud.(1994). Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD/MI/ Jakarta: BP Dharma Bhakti.

Dimyati dan Mudjiono.(2006). Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri .(2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Haryanto.(2006). Sains untuk Sekolah Dasar Kelas V. Jakarta: Erlangga.

Mikarsa, Hera Lestari.(2008). Pendidikan Anak di SD.Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Moleong, Lexy J. .(2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(6)

88

Natawidjaya, Rochman dan Moesa, H. A. Moein .(1992/1993). Psikologi Pendidikan. Jakarta:Depdikbud.

Pardjono ,dkk.(2007). Panduan penelitian tindakan kelas. Yogyakarta: Lembaga penelitian UNY.

Purwanto, Ngalim.(2004). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rohani, Ahmad.(1991). Pengelolaan Pengajaran.Jakarta: Rineka Cipta.

Sagala, Syaiful. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran.Bandung: Alfabeta. Samatowa, Usman. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah

Dasar.Jakarta: Dirjen Dikti.

Sanjaya,Wina.(2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.

Slameto, (2003).Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.Jakarta: Rineka Cipta.

Sriyono, dkk. (1992). Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA.Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana, Nana.(1988). Metode Statistika. Bandung: PT. Tarsito.

Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNS Press.

Suryosubroto, B. (2002). Proses Belajar Mengajar di SD (Cetakan Pertama). Jakarta: Rineka Cipta.

Winataputra, Udin S (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.


Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI METODE TEAM QUIZ Meningkatkan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Metode Team Quiz Pada Siswa Kelas V SDN 01 Sambirejo Kecamatan Jumantono Kabupaten Karanganyar

0 1 15

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI METODE TEAM QUIZ Meningkatkan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Metode Team Quiz Pada Siswa Kelas V SDN 01 Sambirejo Kecamatan Jumantono Kabupaten Karanganyar

0 1 11

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa Pada Pembelajaran Ipa Melalui Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Pada Siswa Kelas IV SD N

0 0 14

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa Pada Pembelajaran Ipa Melalui Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Pada Siswa Kelas IV SD N

0 0 13

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN SCIENCE UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN SCIENCE ENVERIONMENT TECNOLOGY AND SOCIENTY PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV MATERI SUMBER DAYA

0 0 17

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA LISAN MELALUI PENDEKATAN PRAGMATIK PADA SISWA KELAS V Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Lisan Melalui Pendekatan Pragmatik Pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Trosemi Gatak Sukoharjo Tahun Ajaran 2011/2012.

0 1 15

UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES.

0 0 45

Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Pendekatan Inquiry Pada Siswa Kelas V SD Kalibanteng Kidul 01 Semarang.

0 0 1

Meningkatkan Kemampuan Menghitung Keliling Bangun Datar Melalui Pendekatan Kontekstual pada Siswa Kelas V SD Negeri 3 Purwojati, Kecamatan Purwojati Kabupaten Banyumas.Penelitian Tindakan Kelas.

0 0 1

UPAYA MenInGkATkAn PROSeS PeMBelAJARAn dAn HASIl BelAJAR IPA MelAlUI PendekATAn keTeRAMPIlAn PROSeS

0 0 5