Sejarah perkembangan organisasi persatuan al-Ihsan di Demak Timur Surabaya tahun 1991-2016.
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1)
Pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI)
Oleh :
Nur Aisyia Ayu Wulandari NIM: A0.22.13.074
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SUNAN AMPEL SURABAYA 2017
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang Sejarah dan Perkembangan Organisasi Persatuan Al-Ihsan. Adapun permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi: (1) Bagaimana sejarah berdirinya organisasi Persatuan Al-Ihsan di Demak Timur Surabaya tahun 1991-2016?, (2) Bagaimana perkembangan organisasi Persatuan Al-Ihsan di Demak Timur Surabaya tahun 1991-2016?, (3) Apa faktor pendukung dan penghambat perkembangan organisasi Persatuan Al-Ihsan di Demak Timur Surabaya?.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan sejarah untuk mengetahui kapan berdirinya, di mana, apa sebabnya dan siapa yang mendirikan organisasi Persatuan Al-Ihsan. Lalu pendekatan sosiologi untuk mengetahui perkembangan organisasi Persatuan Al-Ihsan. Teori yang digunakan adalah teori kepemimpinan oleh Max Weber, teori peranan oleh Soekanto dan teori siklus oleh Ibnu Khaldun. Sedangkan untuk metodenya adalah metode sejarah, yang melalui langkah-langkah seperti pengumpulan data (Heuristik), kritik sumber (Verifikasi), interpretasi dan historiografi.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa (1) organisasi Persatuan Al-Ihsan didirikan pada tanggal 05 Mei 1991, di Jl. Demak Timur gang 11 Kelurahan Gundih, Kecamatan Bubutan Kota Surabaya oleh Kiai Pamudji Rahardjo. Berawal dari suatu pengajian di Wonorejo pada tahun 1977. (2) Perkembangan organisasi Persatuan Al-Ihsan meliputi program kerja yang
setiap tahun terdapat penambahan program kerja, amal usaha dan jumlah jama’ah.
(3) Terdapat faktor pendukung dan penghambat dalam perkembangan organisasi Persatuan Al-Ihsan yang disampaikan melalui dua sisi, internal dan eksternal. Faktor pendukung internal meliputi fleksibilitas keanggotaan, adanya pendanaan mandiri, fasilitas yang memadai, loyalitas kinerja kepengurusan dan jama’ah serta
banyaknya bantuan untuk jama’ah. Faktor pendukung eksternal adanya partisipasi
dari masyarakat dan lokasi yang strategis. Sedangkan faktor penghambat internal
adanya problem transformasi nama, jama’ah kurang fokus dan kurangnya minat
pemuda dalam berorganisasi. Faktor penghambat eksternal adanya problem tempat dan waktu kajian.
(7)
ABSTRACT
This thesis discusses the history and development of Al-Ihsan unity organization. This research contains two research problem, they are: (1) how the organization of Persatuan Al-Ihsan was established at Demak Timur Surabaya in 1991-2016?, (2) how the organization of Persatuan Al-Ihsan was developed at Demak Timur Surabaya in 1991-2016?, (3) kind of supporting and demotivating factors the development of the organization of Persatuan Al-Ihsan in Demak Timur Suabaya.
The research use historicaly approach to find out when Persatuan Al-Ihsan was established, where Persatuan Al-Ihsan was established, what the factors which make Persatuan Al-Ihsan were established and who are the pioneers of Persatuan Al-Ihsan. This research also uses sociological approach to investigate the development of Persatuan Al-Ihsan. Researcher uses leadership theory which is proposed by Max Weber, actor theory by Soekanto and cycle (siklus) theory which is propsed by Ibnu Khaldun. Whereas, to suppor the research, the researcher uses historical method through some steps such as collecting data (Heuristic), criticizing resources (verification), interpreting and historiography.
Based on analysis, it can be concluded hat (1) Persatuan Al-Ihsan was established in May, 05 1991 at Jl. Demak Timur gang 11 Kelurahan Gundik, Kecamatan Bubutan Kota Surabaya by Kiai Pamudji Rahardjo. It began when there was a meeting (pengajian) at Wonorejo in 1977. (2) The development of Persatuan Al-Ihsan in volves a program for every year, amal usaha, and number of followers. (3) There are supporting and demotivating factors in development of Persatuan Al-Ihsan, they are internal and external factors. Internal suppoting factor involves flexibility of members, independent funding, good facilities, loyalty of members, and member which is help each other. External supporting factor involves participant of society and strategic location. Whereas, internal demotivating factors are problem of name transforming, members are difficult to get focus and less of youth interest in organization. External demotivating factors are the place and time ti meet for gathering.
(8)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ………xi
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Pendekatan dan Teori ... 8
F. Penelitian Terdahulu ... 16
G. Metode Penelitian... 17
H. Sistematika Pembahasan ... 27
BAB II : BIOGRAFI KYAI HASAN MUKMIN A. Geneologi Kyai Hasan Mukmin ... 29
(9)
C. Ajaran-ajaran Kyai Hasan Mukmin ... 45
BAB III : LATAR BELAKANG TERJADINYA PERLAWANAN PETANI DI GEDANGAN 1904
A. Profil Daerah dan Faktor Ekologis ... 50 B. Struktur Sosial dan Ekonomi ... 52 C. Konflik Tanah ... 59
BAB IV : PERAN KYAI HASAN MUKMIN DALAM PERLAWANAN GEDANGAN 1904
A. Mendeklarasikan Diri Sebagai Ratu Adil/Imam Mahdi... 80 B. Perlawanan Gedangan ... 82 C. Dampak dari Pemberontakan ... 89
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ... 91 B. Saran ... 94
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(10)
BAB I PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Permulaan abad ke-20 merupakan masa kebangkitan umat Islam. Hal ini ditandai dengan munculnya gerakan-gerakan Islam yang muncul bersamaan dengan lahirnya kesadaran pergerakan Nasional. Gerakan tersebut diwujudkan dalam bentuk organisasi-organisasi Islam dengan corak dan gayanya yang berbeda. Masing-masing ditentukan oleh lingkungan kedaerahan, pengaruh kepribadian tokoh, dan tantangan yang dihadapi dari dalam maupun dari luar lingkungan masyarakat Islam.1
Organisasi merupakan suatu wadah penyaluran aktifitas dan aspirasi bagi para anggotanya, sehingga mereka dapat mengimplementasikan ide-ide yang mereka miliki di dalam organisasi tersebut. Keberadaan organisasi Islam menjadi sangat penting dalam melestarikan dan menebarkan nilai-nilai Islam kepada masyarakat melalui implementasi berbagai program, kebijakan maupun pemikirannya. Terbentuknya berbagai organisasi ini memberikan akses terhadap kesadaran untuk memperjuangkan nasib sendiri melalui instrumen organisasi yang bersifat nasional. Dari aspek kesejarahan, dapat ditangkap bahwa kehadiran organisasi-organisasi Islam baik itu yang bergerak dalam bidang politik maupun sosial membawa sebuah pembaharuan bagi bangsa, seperti kelahiran Serikat Dagang Islam, Muhammadiyah, Nahdlatul
1
(11)
Ulama, dan lain-lainnya. Organisasi Islam merupakan representasi dari umat Islam yang menjadi mayoritas di Indonesia. Hal ini menjadikan organisasi Islam sebagai kekuatan sosial maupun politik.
Salah satu organisasi Islam yang berkontribusi dalam aspek sosial keagamaan adalah organisasi Persatuan Al-Ihsan yang dibentuk pada tahun 1991. Organisasi ini menjadi wadah untuk menyebarkan agama Islam yang sesuai dengan ajaran Rasulullah saw berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits bagi warga masyarakat Demak Timur gang 11. Kawasan Demak Timur, Kelurahan Gundih merupakan salah satu kawasan yang terletak di Kota Surabaya, Kecamatan Bubutan.
Organisasi Persatuan Al-Ihsan didirikan oleh Kiai Pamudji Rahardjo. Lalu resmi terdaftar di BKB (Badan Kesatuan Bangsa) Propinsi Jawa Timur, bidang hubungan antar lembaga pada tanggal 09 Oktober 2006 dengan nomor inventaris: 9 / X / LSM / 2006.2
Kiai Pamudji Rahardjo lahir di Magetan pada tahun 1954. Ia adalah putra pertama dari Bapak Sirun dan Ibu Sila. Mereka dari kalangan keluarga yang sederhana. Kiai Pamudji adalah sosok yang sangat cerdas, beliau banyak menulis tentang metode tafsir ayat-ayat Al-Qur’an, pengobatan pada zaman Rasulullah, dan lain-lain.
Organisasi ini awalnya hanya pengajian yang diisi dengan mengkaji Al-Qur’an beserta isinya yang berdiri pada tahun 1977. Pengajian ini bertempat di Wonorejo gang 1 Surabaya salah satu rumah jama’ah Persatuan
2
(12)
Al-Ihsan yang bernama bapak Su’ud Efendi pada malam hari dan dihadiri oleh kalangan bapak-bapak saja. Selain pengajian, juga ada tanya jawab antara kiai
dengan jama’ahnya.3
Organisasi ini awalnya hanya terdiri dari kalangan bapak-bapak saja, kini bertambah dari kalangan ibu-ibu, para remaja dan anak-anak. Organisasi ini bertujuan untuk menghidupkan kembali nilai-nilai Islami dalam tatanan kehidupan. Sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw dan para sahabatnya, yakni dengan mewujudkan kondisi masyarakat yang damai, sejahtera, bernuansa Islami, jauh dari kemungkaran dan kemaksiatan yang diridhoi Allah SWT.
Pada perkembangnnya organisasi Persatuan Al-Ihsan memiliki sarana dan prasarana. Persatuan Al-Ihsan mulai dengan mendirikan PAUD, TK yang berada di Bondowoso dan TPQ di Demak Timur. Sedangkan dalam bidang sosial Persatuan Al-Ihsan menyediakan pemakaman sebagai wujud kepedulian
terhadap jama’ah yang sulit untuk mendapatkan makam di pemakaman umum
daerah Demak Timur dan sekitarnya karena prosedur yang tidak mudah. Setelah Persatuan Al-Ihsan berkembang, jumlah anggota juga berkembang berdasarkan dengan bertambahnya cabang di kota Surabaya maupun luar kota Surabaya. Persatuan Al-Ihsan ini sudah mempunyai empat cabang resmi di tiga kota yakni Surabaya (Wonorejo dan Benowo), Bondowoso di Jl. Diponegoro dan Banyuwangi di Jl. Mendut. Persatuan
3
(13)
Ihsan berpusat di Demak Timur gang 11, Gundih Surabaya.4 Perkembangan organisasi ini dipermudah karena Persatuan Al-Ihsan terbilang cukup fleksibel. Karena organisasi ini tidak hanya merangkul kalangan Muhammadiyah saja, tetapi kalangan yang lain seperti Nahdlatul Ulama, dan lain-lain.
Organisasi dalam mencapai tujuan visi misinya, senantiasa tidak terlepas dari faktor-faktor pendukung dan penghambat baik dari internal maupun eksternal, maka ada istilah organisasi yang baik adalah organisasi yang mampu menyesuaikan dengan lingkungan luar baik dengan antar organisasi, pihak dan lembaga terkait yang mewadahi organisasi masyarakat, maupun kepada masyarakat secara umum.
Dari uraian di atas maka penulis tertarik mengangkat organisasi ini untuk penelitian. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat berkontribusi terhadap organisasi Persatuan Al-Ihsan supaya tetap eksis dan semakin maju dengan berbagai amal usahanya serta meningkatkan kembali jiwa organisasi kepada para pemuda Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Dari deskripsi latar belakang masalah diatas penulis mengambil tiga rumusan masalah, yaitu:
1. Bagaimana Sejarah Berdirinya Organisasi Persatuan Al-Ihsan di Demak Timur Surabaya Tahun 1991-2016?
4
(14)
2. Bagaimana Perkembangan Organisasi Persatuan Al-Ihsan di Demak Timur Surabaya tahun 1991-2016?
3. Apa Faktor Pendukung dan Penghambat Perkembangan Organisasi Persatuan Al-Ihsan di Demak Timur Surabaya?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui sejarah Berdirinya Organisasi Persatuan Al-Ihsan di Demak
Timur Surabaya.
2. Mengetahui PerkembanganOrganisasi Persatuan Al-Ihsan tahun 1991-2016.
3. Mengetahui Faktor Pendukung dan Penghambat Perkembangan Organisasi Persatuan Al-Ihsan di Demak Timur Surabaya.
D. Kegunaan Penelitian
Suatu kegiatan penelitian tentunya memberikan kegunaan baik bagi peneliti, objek yang diteliti maupun instansi yang terkait dalam penelitian, kemudian dirumuskan beberapa kegunaan, sebagai berikut:
1. Diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bersifat informative serta menambah khazanah keilmuan pada umumnya dan khususnya dalam bidang keilmuan sejarah organisasi masyarakat Islam di Indonesia.
2. Diharapkan membuahkan pemahaman terhadap salah satu organisasi masyarakat Islam di Indonesia baik itu sejarah terbentuknya dan perkembangannya serta peranan amal usaha di masyarakat.
(15)
3. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pembelajaran bagi peniliti, serta tambahan pengetahuan sekaligus untuk mengembangkan pengetahuan peneliti dengan ilmiyah dan objektif.
E. Pendekatan dan Teori
Berdasarkan dengan judul penilitan ini, maka pendekatan yang digunakan Penulis adalah pendekatan historis dan sosiologi. Pendekatan sejarah (historis) adalah suatu ilmu yang di dalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu,obyek, latar belakang, dan pelaku dari peristiwa tersebut. Menurut ilmu ini segala peristiwa dapat dilacak dengan melihat kapan berdirinya organisasi Persatuan Al-Ihsan, dimana, apa sebabnya dan siapa yang mendirikan.5
Sedangkan pendekatan Sosiologi digunakan untuk meneropong segi-segi sosial peristiwa,6 terkait kajian yang mencakup perkembangan organisasi Persatuan Al-Ihsan terhadap jama’ah dan masyarakat sekitar. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat, dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya.7
Kemudian landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kepemimpinan yaitu kemampuan dari seseorang untuk mempengaruhi orang lain atau pengikutnya untuk mencapai tujuan. Sehingga orang lain
5
Atang Abdul Hakim, Metodologi Studi Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), 64.
6
Sartono Kartodirjo, Pendekatan Imu Sosial dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992), 4.
7
(16)
tersebut bertingkah laku sebagaimana yang dikehendaki oleh pemimpin tersebut.8 Max Weber mengemukakan tiga bentuk kepemimpinan yaitu: 1. Kepemimpinan kharismatik yaitu kepemimpinan yang didasarkan dengan
kemampuan alami, semacam mukjizat, karisma atau kewibawaan di luar rasio. Kepemimpinan ini adalah kemampuan atau kekuatan batin yang ada padanya dan didukung oleh kondisi masyarakatnya. Kekayaan, umur, kesehatan, profil, bahkan pendidikan formal tidak menjadi kriteria.
2. kepemimpian tradisional yaitu kepemimpinan yang diterima berdasarkan tradisi yang dalam komunitas masyarakat atau dinasti tertentu yang dominan dan diterima masyarakat. Seseorang diangkat menjadi pemimpin secara turun temurun dari suatu keluarga atau dinasti tertentu.
3. Kepemimpinan legal rasional yaitu kepemimpinan yang mendasarkan wewenangnya pada kekuatan formal dan legalistik yang memperoleh kedudukan berdasarkan rasio dan diterima.9
Kajian mengenai kiai, sudah tentu mengikutsertakan kajian tentang kepemimpinan, dan mengkaji kepemimpinan tidak dapat dipisahkan dari kajian kharisma. Karena kepemimpinan kiai, sering diidentikkan dengan kepemimpinan kharismatik.
Menurut Kartono tipe pemimpin kharismatik ini memiliki daya tarik dan wibawa yang luar biasa, sehingga dia mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar, dia dianggap mempunyai kekuatan ghaib
8
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), 318.
9
(17)
(supranatural power) dan kemampuan yang super human yang diperolehnya dari kekuatan Yang Maha Kuasa.10
Penulis menyimpulkan otoritas kharismatik yang akan penulis gunakan dalam skripsi ini. Dikarenakan hal tersebut Kiai Pamudji Rahardjo termasuk pemimpin yang berkharisma. Ia memiliki kemantapan moral dan kualitas ilmu yang membuat ia memiliki kepribadian yang menarikdan dapat diteladani oleh masyarakat. Kiai dengan kharisma yang dimilikinya dikategorikan sebagai tokoh agama masyarakat yang memiliki otoritas tinggi dalam menyebarkan pengetahuan keagamaan.
Selanjutnya penulis menggunakan teori peranan untuk menguraikan secara rinci peran organisasi Persatuan Al-Ihsan dalam masyarakat. Dalam konteks ilmu sosial, peran merupakan fungsi seseorang yang menduduki posisi dalam struktur sosial.11
Peran merupakan suatu proses dinamis kedudukan (status), yang mana seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peranan. Peranan itu mencakup tiga hal yakni, peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukanoleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.12
10
Kartini Kartono, Pemimpin dan kepemimpinan (Jakarta: CV. Rajawali, 1998), 51.
11
Edy Suhardono, Teori Peran; Konsep, Derivasi dan Implikasinya (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994), 3.
12
(18)
Adapun peran organisasi Persatuan Al-Ihsan dalam masyarakat yaitu mengajak masyarakat untuk menghidupkan kembali nilai-nilai islami yang dulu pernah dicontohkan Rasulullah saw dan para sahabat.Dan juga mengembangkan amal usaha.
Selanjutnya teori siklus yang diprakarsai oleh Ibnu Khaldun. Dalam teori ini terdapat teori gerak sejarah dan Ibnu Khaldun menyatakan bahwa gerak sejarah terbagi tiga pola gerak. Pertama, sejarah digambarkan dalam perkembangan yang oportunitis bahwa peradaban manusia berkembang secara lurus (linear), jadi secara perlahan peradaban manusia akan terus maju bersama waktu.Kedua sejarah bergerak dalam daur kultural, baik daur itu saling terputus atau saling berjalin dan terulang kembali (berbentuk siklus). Dan yang ketiga sejarah bergerak dengan tidak melalui pola tertentu atau secara acak.13Untuk menganalisis sejarah dan perkembangan Persatuan Al-Ihsan, penulis menggunakan teori gerak sejarah yang bergerak dalam daur kultur (berbentuk siklus). Dalam gerak daur kultur (siklus) ini polanya dapat saling terputus maupun saling berjalinan dan berulang kembali sehingga membentuk sebuah siklus. Hal ini tergambarkan dalam sejarah dan perkembangan Persatuan Al-Ihsan yang mengalami pasang surut dalam perjalanannya. Proses sejarah yang diawali dengan pengajian mbah ji lalu semakin berkembang yang dulunya hanya pengajian rutinan akhirnya meningkat ke masalah sosial maka dibentuklah sebuah organisasi Persatuan
13
(19)
Al-Ihsan pada tahun 1991, yang didirikan oleh Kyai Pamudji Rahardjo dan terus berkembang hingga sekarang.
F. Penelitian Terdahulu
Untuk menunjang hasil penelitian, penulis menelusuri karya-karya ilmiah tetang tema yang sama atau mirip dengan topik skripsi penulis. Penelitian terdahulu tentang organisasi Persatuan Al-Ihsan belum pernah diteliti oleh siapapun, tetapi ada beberapa karya ilmiah yang membahas tentang suatu kumpulan sekitar daerah Surabayayang di lakukan oleh mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya:
1. Ahmad Fauzan Zaenal Abidin, A02212035, Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam, Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Ampel Surabaya, 2016, Sejarah dan Perkembangan Majelis Shalawat Muhammad Rahmatan Lil Alamin di Pesapen Surabaya pada tahun 2004-1016. Dalam skripsi tersebut membahas tentang sejarah berdirinya Majelis shalawat Muhammad Rahmatan Lil Alamin di Pesapen Surabaya yang dibawa oleh Shaykh Abdul Kahar sekitar tahun 2004 yang bertujuan untuk mengamalkan bacaan sholawat dan puji-pujian kepada Rasulullah, seiring
berjalannya waktu jam’ah dari majelis ini semakin banyak hingga tersebar
di berbagai kota besar di Indonesia, bahkan sampai Jerman,China, Malaysia, dan Singapura. Sedangkan perbedaan dari judul di atas dengan penelitian ini dari segi tempat, pendirinya dan dari segi perkembangan amal usaha.
(20)
2. Ida Kumala Sari, A02211055, Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam, Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Ampel Surabaya, 2015, Sejarah dan Perkembangan Pengajian Ahad Dhuha di Kecamatan Tambak Sari Surabaya tahun 1963-2014. Dalam skripsi tersebut membahas tentang sejarah diadakannya Pengajian Ahad Dhuha yang berawal dari daerah Ampel oleh ulama KH. Salim Bachmid pada tahun 1963. Sekitar tahun 1999 pengembangan dakwah pengajian Ahad Dhuha ini mulai diterapkan
di kecamatan Tambak Sari yang diprakarsai oleh H. Mas’ud Qusyairi. Pengajian ini diadakan setelah sholat Dhuha berjama’ah. Pengajian ini
cukup berkembang sampai sekarang dan mendapt respon yang baik oleh masyarakat. Sedangkan perbedaan dari judul di atas dengan penelitian ini dari segi tempat,pendirinya dan dari segi perkembangan amal usaha. 3. Rachmijawati, 089100130, Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam,
Fajultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya, 1996, Nasyiatul Aisyiyah: Studi Perkembangan Organisasi Keputrian Islam di Kecamatan Karang Pilang Kotamadia Surabaya Periode 1979-1995. Dalam skripsi tersebut membahas tentang bagaimana sejarah berdirinya organisasi Nasyiatul Aisyiyah yang berdiri pada tanggal 28 desember 1978 yang bertempat di SD Muhammadiyah XV. Sedangkan perbedaan dari judul di atas dengan penelitian ini dari segi sejarah, tempat, tujuan dan pendirinya.
G. Metode Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mencapai penulisan sejarah, Penulisan sejarah adalah suatu rekontruksi masa lalu yang terikat pada prosedur
(21)
ilmiah.14Di dalam penelitian ini di tempuh melalui metode sejarah. Pengumpulan data atau sumber sebagai langkah pertama kali dilangsungkan dengan metode penggunaan bahan dokumen. Metode ini dapat berlangsung, karena ditemukan sumber-sumber tertulis baik yang memberikan informasi seputar objek maupun informasi langsung mengenai organisasi Persatuan Al-Ihsan.15Metode sejarah biasanya dibagi atas empat kelompok kegiatan yaitu: heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi.
1. Heuristik
Heuristik yaitu kegiatan menghimpun jejak-jejak masa lalu atau proses pencarian data.16 Cara pertama penulis tempuh dengan cara mencari sumber, baik sumber primer maupun sekunder.
a. Sumber primer, yaitu menggunakan data kesaksian dari seorang saksi yang menyaksikan atau terlibat langsung dalam peristiwa sejarah dengan ala tmekanis seperti arsip dan foto.17 Sebagai sumber utama dalam penulisan skripsi dan sebagai sumber primer penulis menggunakan hasil wawancara dengan pendiri Persatuan Al-Ihsan yakni Kiai Pamudji Rahardjo pada tanggal 27 Maret 2017 di kantor pusat Persatuan Al-Ihsan Demak Timur Surabaya. Penulis juga melakukan wawancara dengan amir cabang Persatuan Al-Ihsan yakni bapak M. Fauzan tepatnya pada tanggal 19 Februari 2017 di kantor
14
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 2001), 12.
15
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1990), 92.
16
Nugroho Noto Susanto, Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer (Jakarta: Yayasan Idayu, 1978), 36.
17
Hugiono, P.K. Purwantana, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995), 96.
(22)
pusat Persatuan Al-Ihsan Demak Timur Surabaya. Data berupa tulisan berasal dari catatan tulisan tangan dari kyai Pamudji selaku pendiri organisasi ini, AD dan ART organisasi Persatuan Al-Ihsan dan SK pendirian organisasi Persatuan Al-Ihsan.
b. Sumber sekunder, yaitu menggunakan data dari kesaksian siapapun yang bukan merupakan saksi dari pandangan mata.18Yaitu literatur-literatur pendukung atau buku-buku yang mendukung dalam penulisan skripsi ini. Seperti buku karangan Deliar Noer yang berjudul Gerakan Modern Islam Di Indonesia 1900-1942 (Jakarta: LP3S, 1985).
Dalam laporan ini dibutuhkan beberapa data atau sumber yang obyektif dan dapat di pertanggung jawabkan. Dalam hal ini penulis melakukan penggalian data melalui dua tahap, yaitu pada tahap pertama penulis melakukan wawancara mendalam dengan tokoh yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam sejarah sebagai sumber primer. Sedangkan sumber-sumber sekunder didapat melalui beberapa literatur yang digunakan sebagai sumber pendukung dalam penulisan skrpsi ini.-buku, dan brosur bacaan dari jama’ah Persatuan Al-Ihsan. 2. Verifikasi
Setelah mendapatkan data-data yang bisa menjadi acuan dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan verifikasi atau kritik sumber, adalah kegiatan untuk meneliti sumber-sumber yang diperoleh guna
18
(23)
mengetahui kejelasan tentang kredibilitasnya. Dalam meneliti dan menilai data yang diperoleh dengan melalui dua cara, yaitu:
a. Kritik intern, yakni suatu upaya yang dilakukan untuk melihat apahak isi sumber-sumber tersebut cukup kredibel atau tidak. Kritik intern ini berkaitan dengan persoalan apakah sumber itu dapat memberikan informasi yang kita butuhkan. Hal ini dapat kita buktikan dengan cara peneliti melihat latar belakang informan yang di wawancarai dengan membuktikan kesaksiannya dapat dipercaya atau tidak. Membandingkan kesaksian dari berbagai sumber, yakni peneliti
membandingkan sumber yang di dapat dari jama’ah, keluarga, dan masyarakat sekitarnya. Setelah peneliti membandingkan berbagai sumber yang telah terkumpul terdapat perbedaan dari berbagai sumber penelitian. Dalam SK terdaftarnya organisasi Persatuan Al-Ihsan dan hasil wawancara dengan pendiri organisasi ini tidak sama tentang kategori organisasi ini di SK menyebutkan bahwa organisasi ini adalah organisasi masyarakat saja tapi dalam hasil wawancara dan dokumen Persatuan Al-Ihsan organisasi ini menyebutkan bahwa organisasi ini bergerak dibidang keagamaan dan sosial.
b. Kritik ekstern, menyangkut persoalan apakah sumber tersebut merupakan sumber yang diperlukan. Terkait dengan kritik ekstern menjawab tiga pertanyaan yaitu menanyakan relevan atau tidak, sesuai dengan objek yang dikaji atau tidak, mengenai asli tidaknya suatu sumber, menanyakan utuh tidaknya suatu sumber. Tahap ini dilakukan
(24)
pada semua sumber yang didapat dengan tujuan menghindari terjadinya ketidak kredibelan dan auntektikannya suatu hasil penelitian.
3. Interpretasi
Interpretasi adalah proses menafsirkan fakta sejarah yang telah ditemukan melalui proses kritik sumber sehingga akan terkumpul bagian-bagian yang akan menjadi fakta serumpun. Dalam interpretasi ini dilakukan dengan dua macam yaitu: analisis (menguraikan), sintesis (menyatukan) data.19 Analisis sejarah bertujuan melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperolah dari sumber-sumber. Penulis berusaha menafsirkan apa yang terdapat di data yang ditemukan oleh penulis.
Awalnya penulis mengira organisasi ini sama dengan organisasi Muhammadiyah karena terlihat dengan idiologi organisasi ini hanya bersadarkan dengan Al Quran dan Hadits. Namun setelah ditelusuri kembali melalui data, organisasi ini terdapat ajaran tarekat dan pengobatan ruqyah.
4. Historiografi
Historiografi merupakan tahap terakhir dari metode sejarah, dimana Historiografi adalah cara penulisan atau pemaparan hasil laporan.20 Cara penulisannya dengan merekontruksi fakta-fakta yang didapatkan dari penafsiran sejarawan terhadap sumber-sumber sejarah dalam bentuk tertulis. Dalam skripsi ini penulis lebih memperhatikan aspek-aspek
19
Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, 59.
20
(25)
kronologis peristiwa. Aspek ini sangat penting karena arah penelitian ini adalah penelitian sejarah sehingga proses peristiwa dijabarkan secara detail. Data atau fakta tersebut selanjutnya ditulis dan disajikan dalam beberapa bab berikutnya yang terkait satu sama lain agar mudah dipahami oleh pembaca.
H. Sistematikan Pembahasan
Dalam penyusunan skripsi ini akan dipaparkan dalam bentuk pembagian bab, dan kemudian dari setiap bab diklasifikasikan dalam sub-bab. Hal ini dikarenakan antara bab yang satu dengan bab yang lainnya saling berkaitan.
Bab I: Berisi pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunan penelitian, pendekatan dan teori, penelitan terdahulu, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab II: Berisi pembahasan tentang sejarah berdirinya Persatuan Al-Ihsan di Demak Timur Surabaya, yang meliputi latar belakang berdirinya Persatuan Ihsan, tokoh-tokoh yang berperan dalam pendirian Persatuan Al-ihsan, dan visi misi berdirinya Persatuan Al-ihsan. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejarah Persatuan Al-Ihsan lebih detail.
Bab III: Berisi pembahasan tentang perkembangan Persatuan Al-Ihsan dari awal berdiri tahun 1991 sampai tahun 2016, yang meliputi cabang-cabang Persatuan Al-ihsan, sarana sampai amal usaha yang dihasilkan oleh Persatuan Al-ihsan, dan perkembangn jama’ah yang semakin meningkat. Hal ini
(26)
dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana perkembangan Persatuan Al-Ihsan dari tahun ke tahun.
Bab IV: Berisi pembahasan tentang faktor pendukung dan penghambat berkembangnya Persatuan Al-ihsan, yang meliputi dari faktor internal dan eksternal. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahuiapa saja faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi berkembangnya Persatuan Al-ihsan.
(27)
BAB II
SEJARAH BERDIRINYA ORGANISASI PERSATUAN AL-IHSAN A. Latar Belakang berdirinya Organisasi Persatuan Al-Ihsan
Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk individu yang harus menyadari sepenuhnya bahwa ia adalah hamba Allah, diciptakan oleh Allah dan akan kembali kepada-Nya pula. Oleh karena itu ia wajib beriman dan bertauhid kepadanya, dengan mensucikan-Nya dan memuji-Nya. Selain itu manusia juga diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak bisa lepas dari kehidupan bermasyarakat. Berkewajiban ikut menciptakan tatanan kehidupan bermasyarakat yang sebaik-baiknya, yaitu masyarakat yang dilandasi perasaan saling kasih sayang, tolong menolong, bermusyawarah bersama, saling menasehati, dan menghargai satu sama lain.
Agama Islam adalah agama yang memberikan jalan dan petunjuk kearah kehidupan rahmatan lil ‘aalamin yang digambarkan diatas, maka dari itu setiap hamba berkewajiban menjunjung tinggi, menegakkan, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kehidupan manusia yang saling berkebutuhan dan mempunyai keinginan yang sama dalam perbaikan ini diwujudkan dalam terbentuknya suatu organisasi. Salah satunya adalah organisasi Persatuan Al-Ihsan yang berada di Surabaya.21
Organisasi Persatuan Al-Ihsan sebagai organisasi yang menghidupkan kembali nilai-nilai Islami dengan tatanan kehidupan sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw dan para sahabatnya, untuk mewujudkan
21
(28)
kondisi masyarakat yang damai, sejahtera, bernuansa Islami, jauh dari kemungkaran dan kemaksiatan dan diridhoi Allah, sebagaimana yang difirmankan di dalam Al-Qur’an:
Suatu negeri yang baik dan Tuhanmu adalah Tuhan yang maha pengampun22
Organisasi Persatuan Al-Ihsan didirikan pada 20 Syawal 1411 H bertepatan pada tanggal 05 Mei 1991, di Jl. Demak Timur gang 11 Kelurahan Gundih Kecamatan Bubutan Kota Surabaya oleh seorang kiai bernama Pamudji Rahardjo. Menurut sang pendiri, organisasi ini dulunya hanya pengajian yang bertempat di Jl. Wonorejo gang I Surabaya yang merupakan
salah satu rumah jama’ah yaitu bapak Su’ud Efendi. Pengajian ini didirikan
pada tahun 1977 yang hanya berjumlah sepuluh orang. Kiai Pamudji (63 tahun, pendiri Organisasi Persatuan Al-Ihsan) menuturkan dalam wawancara:
“Sebelum dibentuk organisasi ini dulunya hanya pengajian biasa, ya
seperti ngaji quran sak maknane dan tanya jawab masalah kehidupan sehari-hari, tetang agama oleh jama’ah pada tahun 1977 di Wonorejo, hanya dihadiri sepuluh orang saja, dulu belum dinamakan Persatuan Al-Ihsan tapi lebih dikenal dengan pengajian Mbah Ji yang diambil dari nama saya atau pengajian Demak karena memang tempatnya di Demak. Organisasi ini bertujuan menghidupkan kembali nilai Islam dengan mengikuti ajaran Rasulullah dan sahabat untuk mewujudkan kondisi masyarakat yang damai, sejahtera, bernuansa Islami, jauh dari kemungkaran dan kemaksiatan dan diridhoi Allah.”23
Organisasi ini bermula dari suatu pengajian yang dihadiri oleh sepuluh orang. Kemudian dalam perkembangannya mulai banyak diminati oleh
22
Al-Qur’an, 34 (Saba’): 15.
23
(29)
masyarakat. Hal ini karena pengajian tersebut sangat fleksibel dan mudah dipahami oleh semua kalangan masyarakat. Seiring dengan bertambahnya
jumlah jama’ah yang mengikuti pengajian, akhirnya pada tahun 1978
pengajian ini dipindahkan ke Demak Timur. Kegiatan rutinan mulai ditambahkan untuk membentuk suatu keharmonisan di masyarakat dengan memperhatikan masalah-masalah yang bersifat sosial dan keagamaan. Selama
satu tahun kedepan jumlah jama’ah yang mengikuti pengajian semakin
berkembang sehingga membuat kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan bisa terealisasi dengan baik.
Pada tahun 1987, muncullah gagasan dari jama’ah pengajian tentang perlunya suatu identitas diri atau nama. Gagasan ini kemudian disampaikan pada kiai, yang merupakan pimpinan utama dalam sebuah pengajian tersebut.
Kiai mulai mempertimbangkan gagasan yang disampaikan oleh jama’ahnya ini dengan memberikan amanah kepada salah seorang jama’ahnya untuk
melakukan salat istikharah dan meminta petunjuk kepada Allah, orang tersebut adalah bapak Gatot Supriyono. Hasil istikharah sebenarnya sudah di dapatkan dengan jelas pada waktu itu, namun karena belum bisa menangkap
makna dari hasil tersebut. Akhirnya semenjak itu pembahsan jama’ah
selanjutnya sudah tidak terfokus pada identitas saja, namun sudah mulai berkembang untuk mewujudkan pembangunan sebuah organisasi kemasyarakatan.
Tanggal 02 Mei 1988 kiai berpindah tugas kerja sebagai guru di Bondowoso. Lalu mulai berdomisili di Bondowoso. Berawal dari sini
(30)
dibukalah cabang pengajian di Bondowoso atau disebut dengan cabang 02. Pada hari Jumat, Sabtu dan Minggu kiai berada di Surabaya untuk membina
jama’ah. Kiai akhirnya mulai berfikir lagi mengenai perlunya sebuah nama. Setelah bermunajat kiai kemudian mengumpulkan jama’ahnya untuk
mengadakan musyawarah mengenai nama yang tepat digunakan untuk membentuk organisasi yang diridhoi oleh Allah. Dalam proses musyawarah tersebut diputuskan untuk mencari kembali identitas diri dengan melalui istikharah lagi. Pada tanggal 20 Syawal 1411 yang bertepatan dengan tanggal 05 Mei 1991, sehabis salat subuh di masjid Banjar Sugihan Surabaya, kiai dan muridnya yang bernama Gatot Supriyono melakukan salat istikharah bersama.
Kedua orang tersebut mendapatkan hasil yang sama yaitu “Al-Ihsan”,
sekaligus mendapatkan lambangnya. Setelah mendapatkan nama, jama’ah
berkumpul untuk diberitahukan bahwa telah diadakan ijtihad dari kiai dan beberapa muridnya mengenai gagasan dibentuknya suatu organisasi yang merupakan perkembangan dari pengajian mbah Ji mengingat banyaknya
jama’ah yang meningkat secara signifikan. Setelah itu nama dan lambang
dipadukan dan disempurnakan.24
Nama Ihsan dalam Islam berarti baik adalah kata dalam bahasa Arab yang berarti kesempurnaan atau terbaik.25 Dalam Hadits Sahih Muslim vol 01 no 09
َكاَرَ ي ُهَنِإَف ُهاَرَ ت ْنُكَت ََْ ْنِإَف ُهاَرَ ت َكَنَأَك َهَللا َدُبْعَ ت ْنَأ
24
Ibid.
25
Itla’, “Pengertian Ihsan”, dalam
(31)
Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihatnya, (yakinlah) sesungguhnya dia pasti melihatmu.26
Dalam terminologi agama Islam, Ihsan berarti seseorang yang menyembah Allah seolah-olah ia melihat-Nya, dan jika ia tidak mampu membayangkan melihat-Nya, maka orang tersebut membayangkan bahwa sesungguhnya Allah melihat perbuatannya.
Lambang organisasi Persatuan Al-Ihsan berupa empat bujur sangkar kecil yang disusun atas satu buah dan bawah tiga buah disusun secara horizontal. Ke empat bujur sangkar tersebut dihubungkan dengan garis-garis secara vertikal dan horizontal sehingga menyerupai bagan suatu organisasi. Rangkaian bujur sangkar tersebut berada di dalam bingkai berupa bujur sangkar besar. Di atas bingkai tersebut terdapat empat persegi panjang yang panjangnya sama dengan panjang sisi bujur sangkar. Di dalamnya tertulis
kalimat “la ilaha illallah muhammadur rasulullah” dengan huruf arab. Di
bawah rangkaian bujur sangkar tertulis kata “Al-Ihsan” dengan huruf arab pula.27
Dengan terbentuknya atau lahirnya jama’ah-jama’ah Al-Ihsan lain yang berada di luar daerah seperti di Bondowoso (cabang 02), lalu pada tahun 1994 diikuti buka cabang di Benowo (cabang 03) dikarenakan usulan dari
jama’ah yang berada di Bonowo, selanjutnya di Banyuwangi (cabang 04) dan
26
Muslim, SahihMuslim, vol 01.A (Beyruth Liban: Dar El Fiker), 10.
27
(32)
Wonorejo (cabang 05). Kiai Pamudji (63 tahun, pendiri Organisasi Persatuan Al-Ihsan) menuturkan:
“Tidak menutup kemungkinan akan terus lahir jama’ah-jama’ah baru
dari luar daerah mbak, bahkan sekarang di Bali dan Bandung jama’ah
saya ada yang mendirikan perkumpulan pengajian, ya meskipun hanya
diikuti oleh beberapa orang saja.”28
Dari banyaknya jama’ah tersebut yang terletak di berbagai daerah
maka muncul pemikiran bagaimana cara menyamakan nama dan visi-misi mereka, agar mereka yang berjauhan memiliki gerakan dan aktifitas
berjama’ah yang sama. Maka pada tanggal 06 Muharam 1415 yang bertepatan pada 16 Juni 1994 oleh Kiai Pamudji, perkumpulan dari semua jama’ah Al -Ihsan tersebut diberi nama “Persatuan Al-Ihsan”, dan untuk menyeragamkan semua aktivitasnya dibuatkanlah sebuah peraturan yang selanjutnya disebut sebagai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Persatuan Al-Ihsan.
Sampai di sini keberadaan Persatuan Al-Ihsan sudah bersifat suatu organisasi. Mengingat aktifitas Persatuan Al-Ihsan sebagian besar bergerak di bidang keagamaan dan sosial, maka Persatuan Al-Ihsan dapat diartikan suatu organisasi yang bergerak di bidang sosial-keagamaan.29
Organisasi Persatuan Al-Ihsan resmi terdaftar di KEMENKUMHAM RI (Kementrrian Hukum dan HAM Republik Indonesia) pada tahun 2002, tapi telah diperbaharui dengan mendaftarkan organisasi ini di BKB (Badan Kesatuan Bangsa) Propinsi Jawa Timur, bidang Hubungan Antar Lembaga
28
Pamudji Rahardjo, Wawancara, Demak Timur,27 Maret 2017.
29
(33)
pada tanggal 09 Oktober 2006 dengan nomor inventarisasi: 9 / X / LSM / 2006.30
B. Biografi Kiai Pamudji Rahardjo Sebagai Pendiri Persatuan Al-Ihsan
Nama lengkap Kiai Pamudji adalah Pamudji Rahardjo. Lahir pada Sabtu tanggal 01 Dzulhijjah 1373 H, bertepatan dengan 31 Juli 1954 M di Desa Bulugledeg, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan. Ayahnya bernama Sirun, sedangkan ibunya bernama Silah. Kiai Pamudji merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.
Masa kecil kiai hidup seperti halnya anak-anak seusianya yang memiliki waktu untuk bermain dan belajar. Ayahnya adalah seorang petani, juru kesehatan desa, mandor pengairan pabrik gula dan anggota PNI (Partai Nasional Indonesia) di desanya, dari ayahnya kiai belajar tentang politik. Kedua orang tua kiai juga mendidik kiai dengan dasar-dasar ajaran agama Islam, karena dasar ajaran Islam merupakan pokok dalam sebuah kehidupan. Kiai Pamudji (63 tahun, pendiri Organisasi Persatuan Al-Ihsan) menuturkan:
“Ajaran agama Islam itu penting mbak karena itu merupakan sebuah
landasan hidup, semua dalam kehidupan ini sudah diatur didalam agama. Kita sebagai makhluk yang mengakui keberadaan Allah harus mempelajari dan menjalankan apa yang diperintahkan. Selanjutnya kita mengabdi seluruh hidup untuk patuh terhadap perintahnya dan mencari ridhonya. Oleh sebab itu orang tua saya mendidik dengan dasar agama
Islam dari kecil.”31
Kiai Pamudji sejak kecil tergolong anak yang cerdas. Rasa keingintahuannya terhadap suatu hal apapun sangat tinggi. Selain itu kiai
30
Surat Keputusan terdaftarnya organisasi Persatuan Al-Ihsan, LSM, 2006.
31
(34)
adalah sosok yang ulet dan haus akan ilmu. Hal tersebut terlihat dengan berpindah-pindahnya kiai dalam menempuh pendidikan untuk memburu ilmu.
Untuk mewujudkan gairahnya terhadap ilmu pengetahuan pada tahun 1962 mulai bersekolah di SD Negeri Bulugledeg dan lulus pada tahun 1967. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri Gorang-gareng dan lulus pada tahun 1970. Dilanjut ke STM Kristen Madiun dan lulus pada tahun 1973, ini yang unik dari pendidan kiai. Kiai Pamudji menjelaskan dalam wawancara (63 tahun, pendiri Organisasi Persatuan Al-Ihsan):
“Dalam menempuh pendidikan saya tidak memandang agama, ormas, tempat, suku maupun ras selagi itu baik akan saya tempuh karena bagaimanapun ilmu itu dipandang dari seberapa besar kemanfaatannya. Saya memegang teguh prinsip dalam QS. Al-Kafirun: 6 “untukmu agamamu, dan untukkulah agamaku”. Hal itu yang membuat saya tidak
mempermasalahkan jika harus bersekolah ke sekolah Kristen.”32
Setelah menempuh pendidikan di STM Kristen, kiai mulai berguru ke Subala Abd. Cholid, untuk belajar tarekat Qadiriyah di Magetan dan sudah mencapai derajat syeikh. Ajaran tarekat ini dikenal luwes, bila murid sudah mencapai derajat syeikh, maka murid tersebut sudah bisa mengajarkan tarekat ke orang lain dan berhak melakukan modifikasi tarekat yang lain ke dalam tarkatnya.33
Kemudian pada tahun 1975 kiai berkelana ke Surabaya dan melanjutkan pendidikan ke IKIP Muhammadiyah Surabaya di fakultas keguruan dan ilmu pendidikan mengambil jurusan pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia, tetapi kiai tidak menyelesaikan pendidikannya. Setelah
32
Pamudji Rahardjo, Wawancara, Demak Timur, 27 Maret 2017.
33
(35)
vakum dari dunia pendidikan untuk beberapa tahun kiai memutuskan untuk melanjutkan kembali pendidikannya di Universitas yang sama. Namun Universitas tersebut sudah berkembang menjadi Universitas Muhammadiyah dan lulus pada tahun 1986.
Pada tahun 1988 kiai mengajar di Bondowoso sebagai guru Bahasa Indonesia. Lalu kiai menikah dengan Siti Alfiyah pada tahun 1976 dan dikarunia enam orang anak yaitu Rohmatullah Isnaini, Nani Pamudji Hastutik, Azizah Triana Fallewi, Ibrahim Al-Faqih, Riska Fauziyah, dan Yusuf Najibullah. Lalu pada tahun 2014 kiai menikah lagi dengan janda tiga orang anak. Kiai menulis buku metode tafsir ayat-ayat Al-Qur’an terdapat empat jilid, kisah perjuangan Rasulullah, pengobatan pada zaman Rasulullah, dan doa tenaga dalam versi Islam.34
C. Visi dan Misi Organisasi Persatuan Al-Ihsan
Dalam suatu organisasi dibutuhkan visi dan misi, karena visi dan misi adalah konsep perencanaan yang disertai dengan tindakan sesuai dengan apa yang direncanakan. Visi adalah cita-cita atau impian sebuah organisasi di masa depan. Sedangkan misi adalah perwujudan dari visi atau realisasi dari visi. Uniknya dari visi dan misi organisasi Persatuan Al-Ihsan adalah sebelum dibuatnya visi dan misi sudah ada misi yang terealisasi sehingga dalam pembuatan visi dan misi organisasi ini mengikuti kegiatan yang sudah terealisasi. Bisa dikatakan semua visi dan misi dari organisasi Persatuan
34
(36)
Ihsan sudah terealisasi. Berikut ini adalah visi dan misi dari organisasi Persatuan Al-Ihsan
Visi organisasi Persatuan Al-Ihsan:35 1. Membentuk insan yang taqwalloh
2. Mewujudkan tatanan kehidupan bermasyarakat yang damai, sejahtera, dan diridhoi Allah SWT
3. Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam. Misi organisasi Persatuan Al-Ihsan:
1. Bidang Agama
a. Meningkatkan syi’ar dan dakwah melalui ceramah-ceramah agama,
pengiriman da’i, melaksanakan PHBI dan menghidupkan malam -malam yang dimuliakan untuk mewujudkan terbentuknya masyarakat yang beriman, bertaqwa, dan berakhlakul mulia;
b. Meningkatkan keberadaan majelis-majelis ta’lim dan perpustakaan Islam untuk memperoleh pemahaman yang benar dan mempersempit kebodohan umat;
c. Mengkoordinir dan mengelola amal-amal keagamaan yang bersifat
jama’i seperti: zakat, infaq, sodaqoh, dan lain-lain;
d. Membangun dan mengelola tempat-tempat ibadah atau masjid. 2. Bidang Ukhuwwah
a. Bekerjasama dengan berbagai pihak untuk kepentingan maslahat umat;
35
(37)
b. Mengadakan kegiatan silaturrahmi antar anggota, jama’ah, dan organisasi yang lain;
c. Mengadakan pertemuan-pertemuan pekanan, bulanan, dan tahunan; d. Mengadakan tahni’ah, ta’ziyah, dan ta’awwan.
3. Bidang Politik dan Keamanan
a. Ikut memelihara terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa;
b. Ikut menjaga ketertiban, keamanan, dan perdamaian baik dalam skala nasional maupun internasional.
4. Bidang Ekonomi
a. Mendayagunakan sumber-sumber keuangan umum seperti: zakat, infaq, sodaqoh, wakaf dan lain-lain untuk kesejahteraan bersama; b. Mengembangkan system kredit permodalan dan pinjaman lunak; c. Membentuk badan-badan usaha bersama seperti, koperasi.
5. Bidang Sosial
a. Ikut menciptakan masyarakat dan lingkungan yang bersih lahir batin; b. Menumbuh kembangkan sarana-sarana sosial seperti koperasi untuk
kesejahteraan bersama;
c. Membantu meningkatkan taraf hidup para fakir miskin dan orang-orang lemah;
(38)
d. Meningkatkan ukhuwwah antar jama’ah dan organisasi lain serta menjalin hubungan dan kerjasama yang baik antar sesama umat; e. Mengadakan pertemuan-pertemuan rutin, pekanan, bulanan dan
tahunan untuk memperekat tali persaudaraan dan menjalin rasa saling kasih sayang;
f. Menjunjung tinggi harkat dan martabat kaum wanita, serta memberikan peran kepada mereka sesuai dengan ajaran Islam;
g. Membina generasi muda menjadi generasi yang beriman, bertaqwa, berpengetahuan, terampil, dan berakhlak mulia.
6. Bidang Pendidikan
a. Meningkatkan pendidikan dan keterampilan umat melalui sekolah, madrasah, kursus, pelatihan, dan lain-lain;
b. Mengadakan kajian-kajian, dialog, diskusi-diskusi keagamaan untuk mempersempit kebodohan umat;
c. Memuliakan para ulama dan menghormati para cendekiawan;
d. Mengarahkan program pendidikan dan kurikulum menjadi kurikulum yang bercitra Islam.
7. Bidang Budaya
a. Melestarikan budaya-budaya peninggalan Islam yang telah diwariskan oleh para pendahulu;
b. Mengembangkan nilai-nilai Islam pada budaya, seni, sastra, bahasa dan dalam seluruh tatanan kehidupan;
(39)
c. Menjaga citra dan kepribadian sebagai bangsa yang beragama.36
D. Ajaran Persatuan Al-Ihsan (Dzikir, Wirid, Laku dan Prinsip)
1. Dzikir
Jama’ah Persatuan Al-Ihsan mempunyai dua bentuk kalimat dzikir, yaitu:
a. “Lailahaillallah”, diwirid dengan jahar khofii, bersamaan dengan keluar masuknya nafas, dzikir ini diwarisi dari guru Kyai Pamudji yang bernama Subala A. Cholid berasal dari Magetan, pembimbing tarekat Akmaliyah.
b. “Allah”, diwirid dengan secara sir atau dalam hati. Dzikir ini dari hadits Ali bin Abi Thalib ketika beliau meminta di talqin oleh Rasulullah.
2. Wirid
Wirid Persatuan Al-Ihsan ada empat yaitu: a. Membaca istighfar minimal seratus kali
b. Membaca sholawat, dalam bersholawat, Al-Ihsan menggunakan sholawat susunan ulama atau mursyidin, tetapi menggunakan susunan Sunnah dan atsar para sahabat.
c. Tafakur, diharapkan sesering mungkin, bisa sendiri atau berjama’ah, diutamakan pada malam hari di tempat terbuka (tidak di rumah). d. Membaca buku agama terutama kitab Al-Qur’an
36
(40)
3. Laku (perilaku)
Ada enam laku yang harus menjadi perilaku setiap anggota jama’ah Persatuan Al-Ihsan yaitu:
a. Jujur, selalu berkata benar dan apa adanya b. Sabar, menahan diri dari kesusahan
c. Rela menerima (ridha), menerima semua yang terjadi atas dirinya dengan lapang dada dan senang hati dan meyakini dalam diri semua yang terjadi atas kehendak-Nya.
d. Ikhlas, mengesakan Allah dalam ketaatan e. Welas asih, berbelas kasih pada semua makhluk f. Budi luhur, yang memiliki sikap terpuji dan mulia. 4. Prinsip Persatuan Al-Ihsan:
a. Mengutamakan urusan akhirat b. Mengutamakan kedamaian
c. Mencintai ilmu dan semua bentuk kebaikan
d. Mengikuti prinsip kehidupan para Nabi, Rasul beserta para sahabatnya e. Melindungi kaum dhu’afa dan minoritas
f. Menolak kejahatan dengan kebaikan
Menjaga citra hidup ditengah kehidupan bermasyarakat.37
37
(41)
BAB III
PERKEMBANGAN ORGANISASI PERSATUAN AL-IHSAN TAHUN 1991-2016
A. Struktur Organisasi Persatuan Al-Ihsan
Struktur organisasi merupakan alat yang digunakan untuk menetapkan bagian kegiatan dalam suatu lembaga guna mencapai tujuan lembaga tersebut, hal ini sangatlah penting karena akan mempermudah bagi seorang pemimpin untuk kerjasama dengan baik sampai dengan susunan pengurus yang ada di bawahnya sesuai yang diharapkan. Dengan dibentuknya struktur organisasi Persatuan Al-Ihsan diharapkan dapat menggambarkan susunan organisasi mengenai tugas dan bidangnya masing-masing. Dari awal dibentuknya organisasi ini hingga sekarang struktur organisasi sudah dibuat dengan format sebagai berikut: adanya Majelis Syuro, Dewan Tarjih, Dewan Pimpinan Pusat, Sekretaris Jendral, Bendahara Umum dan terdapat lima majelis yaitu Majelis Diniyah, Majelis Udlwiyah, Majelis Tarbiyah dan Tsaqofah, Majelis
Utima’iyah dan Amiyah, terakhir Majelis Tanwil-Waqof. Untuk struktur oraganisasi cabang mengikuti struktur organisasi pusat.38
Dalam struktur organisasi Persatuan Al-Ihsan sudah ada pergantian DPP (Dewan Pimpinan Pusat) sebanyak dua kali. Pertama pada tahun 1991-2006 dewan pimpinan pusat dipimpin oleh Edi Sutarno lalu pada muktamar kedua digantikan oleh H. Hartono hingga sekarang.39
38
M. Fauzan, Wawancara, Demak Timur, 19 Februari 2017.
39
(42)
Bagan Struktur Organisasi Persatuan Al-Ihsan Periode 1991-2016 40
Keterangan bagan struktur organisasi Persatuan Al-Ihsan:41
40
Dokumen organisasi Persatuan Al-Ihsan, Surabaya, 2017.
MAJLIS SYURO
Ust. Pamudji Raharjo
DEWAN PIMPINAN PUSAT H. Hartono
DEWAN TAJRIH
Ir. Subagiono
DR. Febria Nur Kasimon, SH.
SEKJEN
Ir. Samsul Anam BENDAHARA UMUM Ari Jandiko MAJLIS UDLWIYAH Sadji MAJLIS TANWIL - WAQOF Ust. Moh. Irfan,
S.Ag MAJLIS DINIYAH Drs. Bb. Sutjipto, M.Pd MAJLIS TARBIYAH & TSAQOFAH
Ir. Edi Maruto MAJLIS IJTIMA’IYA
H & AMIYAH
(43)
1. Majelis Syuro
Majelis Syuro adalah lembaga tertinggi Persatuan Al-Ihsan, yang bertugas sebagai berikut:
a. Merumuskan tujuan-tujuan Persatuan Al-Ihsan dan membuat keputusan-keputusan Persatuan Al-Ihsan;
b. Mengangkat dan memberhentikan pimpinan dewan tarjih pusat dan cabang;
c. Memilih dan mengangkat ketua dewan pimpinan pusat dan wakilnya serta sekretaris jendral;
d. Memilih dan menetapkan ketua dan wakil serta sekretaris majelis; e. Memberikan jawaban atas permasalahan-permasalahan yang dihadapi
Persatuan Al-Ihsan;
f. Menyusun strategi umum dalam semua bidang kerja sesuai dengan AD/ART;
g. Menyusun peraturan dan tata tertib pelaksanaan permusyawaratan umum Persatuan Al-Ihsan.
2. Dewan Tarjih
Dewan Tarjih adalah lembaga tinggi Persatuan Al-Ihsan, yang bertugas sebagai berikut:
a. Mengawasi dan mengarahkan jalannya Persatuan Al-Ihsanagar sesuai dengan tujuan dan keputusan-keputusan yang telah dibuat oleh majelis syuro;
41
(44)
b. Memberikan landasan syar’i terhadap seluruh aktivitas Persatuan Al -Ihsan;
c. Menjatuhkan hukuman terhadap masalah-masalah yang diserahkan oleh DPP dan DPC;
d. Mendiskusikan laporan-laporan DPP sebelum dilaporkan ke majelis syuro, demikian juga program-programnya;
e. Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan Persatuan Al-Ihsan dan keputusan-keputusan majelis syuro;
f. Menentukan sikap terhadap permasalahan-permasalahan umum yang terjadi di dalam dan di luar Persatuan Al-Ihsan;
g. Mengesahkan struktur kepengurusan DPP dan DPC. 3. Dewan Pimpinan Pusat
Dewan pimpinan pusat adalah lembaga tinggi Persatuan Al-Ihsan dengan anggota sebagai berikut:
a. Lima orang pimpinan majelis dan seorang pimpinan umum/wakil; b. Lima orang sekretaris majelis dan seorang sekretaris jendral; c. Lima orang bendahara majelis dan seorang bendahara umum.
Dewan pimpinan pusat bertugas bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan Persatuan Al-Ihsanyang berada di pusat maupun unit-unit organisasi yang berada di bawahnya.
4. Majelis
Majelis adalah badan atau lembaga Persatuan Al-Ihsan, sebagai pembantu pimpinan yang berjumlah lima majelis, yaitu:
(45)
a. Majelis Diniyah adalah salah satu lembaga Persatuan Al-Ihsan yang bertanggung jawab terhadap urusan keagamaan, tugas dari majelis ini sebagai berikut:
1) Meningkatkan syiar dan dakwah Islamiyah;
2) Mengadakan pembinaan kerohanian kepada anggota jama’ah dan masyarkat;
3) Mengelola dan mengembangkan perpustakaan Islam;
4) Membentuk majelis-majelis taklim guna memperoleh pemahaman yang benar;
5) Mengembangkan mengelola tempat-tempat ibadah;
6) Mengatur dan mengkoordinir amal-amal ibadah yang bersifat
jama’I, seperti: zakat, infaq, korban, dan lain-lain; 7) Mengelola dan mengembangkan keuangan BAZIS;
8) Mengelola dan mengembangkan pondok-pondok pesantren.
b. Majelis Udlwiyah adalah salah satu lembaga Persatuan Al-Ihsan yang bertanggung jawab terhadap urusan-urusan intern para anggotanya, tugas dari majelis ini sebagai berikut:
1) Mengadakan pendataan anggota jama’ah Persatuan Al-Ihsan dan mencatat peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan jama’ah; 2) Memantau keadaan tiap-tiap anggota untuk memperoleh gambaran
(46)
3) Memberikan informasi kepada seluruh anggota tentang masalah-masalah yang terjadi pada anggota, seperti: kelahiran, hajat, musibah, dan lain-lain;
4) Mengkoordinir pelaksanaan ta’ziyah; 5) Mengatur pertemuan-pertemuan jama’ah; 6) Mengatur pemberian tunjangan kepada jama’ah;
7) Mencari ide-ide baru untuk menambah kesejahteraan anggota. c. Majelis Ijtimaiyah dan Amiyah adalah lembaga Persatuan Al-Ihsan
yang bertanggung jawab terhadap urusan-urusan sosial dan umum Persatuan Al-Ihsan, tugas dari majelis ini sebagai berikut:
1) Mengelola dan mengembangkan badan-badan sosial dan usaha milik Persatuan Al-Ihsan, seperti koperasi;
2) Memberikan bantuan sosial ke luar Persatuan Al-Ihsan;
3) Mewakili pimpinan ikut dalam kegiatan-kegiatan sosial di luar Persatuan Al-Ihsan;
4) Mengatur urusan-urusan dan kegiatan-kegiatan Persatuan Al-Ihsan yang bersifat umum.
d. Majelis Tarbiyah dan Tsaqofah adalah lembaga Persatuan Al-Ihsan yang bertanggung jawab dalam urusan pendidikan dan seni budaya, tugas dari majelis ini sebagai berikut:
1) Meningkatkan pendidikan dan keterampilan umat melalui madrasah-madrasah, kursus-kursus dan pelatihan-pelatihan;
(47)
2) Mengelola dan mengembangkan sarana pendidikan, seperti: pondok, madrasah, taman pendidikan, dan lain-lain;
3) Mengatur, mengarahkan kurikulum atau program pendidikan menjadi kurikulum yang bercitra Islami;
4) Mengembangkan nilai-nilai Islami pada: sni, budaya, sastra, Bahasa dan seluruh tatanan kehidupan;
5) Menyadarkan masyarakat perlunya menghormati dan melestarikan budaya Islami yang telah diwariskan oleh masyarakat muslim mulai dari zaman salaf. Demikian juga terhadap tempat atau benda-benda yang memiliki nilai historis Islami.
e. Majelis Tanwil dan Wakaf adalah salah satu lembaga Persatuan Al-Ihsan yang bertanggung jawab terhadap urusan wakaf dan hak milik Persatuan Al-Ihsan, tugas dari majelis ini sebagai berikut:
1) Mengadmintrasikan dan memelihara seluruh harta benda dan inventarisasi milik Persatuan Al-Ihsan;
2) Mewakili pimpinan menyelsaikan urusan wakaf, yayasan, dan lain-lain.42
Persyaratan untuk menjadi pengurus organisasi Persatuan Al-Ihsan.
Jama’ah minimal harus sepuluh tahun menjadi anggota Persatuan Al-Ihsan. Harus memiliki jiwa yang loyalitas. Memiliki sifat yang agamis atau matang
42
(48)
secara spriritual keagamaan dan memiliki ilmu pada bidangnya masing-masing.43
B. Perkembangan Cabang-Cabang Organisasi Persatuan Al-Ihsan
Berdirnya cabang-cabang organisasi di berbagai daerah ini diawali pada tahun 1988 di Bondowoso, karena kiai berpindah tugas dan menjadi guru
di Bondowoso. Jama’ah di Bondowoso hanya sedikit sekitar 5 orang saja. Kini
dengan berembangnya organisasi ini jama’ah kian meningkat.
Lalu pada tahun 1994 diikuti cabang 3 dan 4 di Benowo dan
Wonorejo Surabaya pada tahun 1994, dikarenakan semakin banyak jama’ah
dari Benowo dan Wonorejo yang kerepotan untuk datang mengaji ke Demak Timur. Kiai memutuskan untuk membuka cabang di Benowo dan Wonorejo atau dinamakan cabang 3 dan cabang 4.
Selanjutnya dibuka cabang 5 di Banyuwangi, pada tahun 2000.
Jama’ah organisasi ini yang dulunya berdomisili di Demak Timur banyak
yang berpindah tugas ke Banyuwangi, akhirnya atas saran dari jama’ah kiai
membuka cabang di Banyuwangi. Visi misi dan tujuan dari semua cabang sama, maka di gabungan dari semua cabang Al-Ihsan dinamakan Persatuan Al-Ihsan.
C. Program Kerja Organisasi Persatuan Al-Ihsan
Program kerja adalah suatu rencana kegiatan organisasi yang dibuat untuk jangka waktu tertentu yang sudah disepakati oleh pengurus suatu organisasi. Program kerja ini dapat membantu kegiatan organisasi lebih jelas
43
(49)
dan terarah. Persatuan Al-Ihsan membagi program kerja menjadi dua jenis yaitu jenis kegiatan yang bersifat tetap dan tidak tetap. Jenis kegiatan tetap yaitu kegiatan tersebut sudah di programkan setiap bulannya. Sedangkan jenis kegiatan yang bersifat tidak tetap adalah kegiatan yang hanya bisa dilaksankan pada bulan-bulan tertentu saja. Kegiatan yang tidak tetap ini seperti kegiatan-kegiatan keagamaan, seperti, PHBI dan lainnya, yang waktunya sudah ditetapkan sendiri oleh penanggalan agama. Disamping itu ada juga kegiatan-kegiatan yang waktunya bebas, sehingga bisa diatur sendiri oleh Persatuan Al-Ihsan, disesuaikan dengan kepentingan Persatuan Al-Ihsan.44 Penulis akan membagi program kerja organisasi Persatuan Al-Ihsan dalam tiga periode yang pertama pada tahun 1991-2002, periode kedua tahun 2002-2012, dan periode ketiga pada tahun 2012-2016, yang akan dijelaskan pada tabel berikut ini:
Tabel 1
Program Kerja organisasi Persataun Al-Ihsan45
Tahun
Program Kerja
Kegiatan Tetap Kegiatan tidak tetap
1991-2002 1. Pengajian rutin a. Pekanan b. Bulanan
2. Silaturrahmi antar jama’ah 3. Pengelolaan BAZIS dan
wakaf 4. Tunjangan
a. Tunjangan pendidikan
1. Pengajian 01 Muharrom 2. Peringatan maulid Nabi 3. Peringatan isro’ mi’roj
Nabi Muhammad saw 4. Sya’banan
5. Peringatan nuzulul Qur’an 6. Ziarah makam para guru
di Magetan
44
Ibid.
45
(50)
b. Tunjangan kesehatan anak
5. Bakti Sosial 6. Pembinaan jama’ah
7. Pembuatan laporan pusat atau cabang
7. Pemberian tunjangan hari raya
a. Santunan anak yatim b. Kaum dhu’afa
c. Masyarakat sekitar yang membutuhkan 8. Pembentukan panitia
idhul qurban
9. Pembentukan panitia peringatan 01 muharrom 10.Muktamar46
2002-2012 1. Pengajian rutin c. Pekanan d. Bulanan
2. Silaturrahmi antar jama’ah 3. Pengelolaan BAZIS dan
wakaf 4. Tunjangan
a. Tunjangan pendidikan b. Tunjangan kesehatan
anak 5. Bakti Sosial
a. Umum (sekitar Demak Timur)
b. Makam keluarga besar Persatuan Al-Ihsan c. Kantor kesekretariatan 6. Pembinaan jama’ah luar kota 7. Rapat anggota tahunan
koperasi
8. Penanaman modal koperasi 9. Penambahan koleksi perpus 10.Pembuatan laporan pusat
atau cabang 2012-2016 1. Pengajian rutin
a. Pekanan b. Bulanan 2. Silaturrahmi
a. Setiap rutin bulanan
perkumpulan UPW
(Urusan Peranan Wanita) b. Silaturrahmi ke anggota
yang terrhalang
3. Pengelolaan BAZIS dan wakaf
4. Tunjangan
a. Tunjangan pendidikan b. Tunjangan kesehatan
anak
46
(51)
5. Bakti Sosial
a. Umum (sekitar Demak Timur)
b. Makam keluarga besar Persatuan Al-Ihsan c. Kantor kesekretariatan 6. Pembinaan jama’ah luar kota 7. Rapat anggota tahunan
koperasi
8. Penanaman modal koperasi 9. Penambahan koleksi perpus 10.Pembuatan laporan pusat
atau cabang
11.Yaumut Tahrir (pembebasan
hutang untuk jama’ah)
Kegiatan Tetap organisasi Peratuan Al-Ihsan:
1. Periode 1991-2002
a. Pengajian rutin pekanan
Pengajian rutin pekanan diadakan tiga kali dalam satu minggu pada hari rabu, kamis dan sabtu dimulai dari pukul 21.00-02.00 dini hari. Pengajian ini diadakan di Demak Timur dengan dihadiri para
jama’ah Persatuan Al-Ihsan. Biasanya pengajian ini diisi dengan ngaji tafsir Al-Qur’an, Hadits, Fiqh dan tanya jawab kiai seputar kehidupan sehari-hari. Pengajian ini dimaksudkan untuk menambah ilmu agama.47
b. Silaturahmi antar jama’ah
Silaturahmi antar jama’ah dilakukan secara bergilir setiap satu bulan sekali di rumah jama’ah Persatuan Al-Ihsan. Silaturahmi ini
47
(52)
dihadiri oleh kiai dan para jama’ah dimaksudkan untuk mengenal lebih
dekat antar para jama’ah. c. Pengelolaan BAZIS
Pengelolaan BAZIS (Badan Amil Zakat, Infaq dan Sedekah) ini dilakukan oleh panitia cara kerja BAZIS untuk amal setiap pertemuan pengajian disediakan kotak amal, zakat dilakukan setiap tahun dengan mengumpulkan zakat dari para jama’ah, sedangkan infaq ini diwajibakan dalam satu bulan sekali membayar di Persatuan Al-Ihsan. Semua yang mengatur, mengelola dan mengembangakan BAZIS yaitu majelis diniyah.
d. Tunjangan Pendidikan dan kesehatan anak,
Tunjangan pendidikan dan kesehatan anak ini diperuntukkan
bagi jama’ah Persatuan Al-Ihsan yang kurang mampu. Tunjangan pendidikan ini diberikan oleh organisasi Persatuan Al-Ihsan dari dana bersama, dengan berupa uang untuk membayar SPP ditanggung dari SD-SMA, sedangkan untuk tunjangan kesehatan berupa susu dan uang untuk membeli vitamin.48
e. Bakti sosial
Bakti sosial dilakukan setiap satu minggu sekali pada hari minggu dengan membersihkan daerah sekitar Demak Timur gang 11.
Bakti sosial ini biasanya tidak hanya para jama’ah tapi juga dengan
masyarakat sekitar. Diadakannya bakti sosial ini sesuai dengan misi
48
(53)
organisasi Persatuan Al-Ihsan dalam bidang sosial yaitu ikut menciptakan masyarakat dan lingkungan yang bersih lahir batin. f. Pembinaan jama’ah
Pembinaan jama’ah ini dilakukan oleh Kiai Pamudji dengan mendatangi setiap cabang dalam waktu dua bulan sekali. Pembinaan ini bertujuan untuk memantau perkembangan dari cabang organisasi Persatuan Al-Ihsan mulai dari perkembangan jama’ah, perkembangan kas dari setiap cabang dan untuk mengenal lebih dekat dengan
jama’ah.
g. Pembuatan laporan pusat dan cabang
Pembuatan laporan diadakan pada satu tahun sekali oleh kesekretariatan guna untuk mengetahui perkembangan dari setiap
cabang seperti perkembangan jama’ah dan lain-lain.49 2. Periode 2002-2012
Untuk periode 2002-2012 program kerja Persatuan Al-Ihsan masih sama dengan periode sebelumnya karena kegiatan tersebut adalah kegiatan tetap, tapi terdapat tambahan kegiatan dalam periode ini:
a. Bakti sosial
Dalam bakti sosial kini tidak hanya di lingkungan Demak Timur tapi juga melakukan kerja bakti di kantor kesekretariatan pusat
49
(54)
dan makam keluarga besar Persatuan Al-Ihsan. Bakti sosial dilakukan dalam satu minggu sekali pada hari minggu dimulai dari pagi jam 06.00-selesai.
b. Rapat anggota koperasi Persatuan Al-Ihsan
Rapat anggota koperasi ini diadakan selama satu tahun sekali guna membicarakan perkembangan koperasi, mengelola dan penanaman modal koperasi. Rapat ini diadakan di kantor pusat Persatuan Al-Ihsan di Demak Timur, dengan dihadiri para pengurus dan anggota koperasi.
c. Penambahan koleksi perpus
Kegiatan penambahan koleksi perpus dilakukan untuk
menambah koleksi perpus, dengan memberitahu para jama’ah yang
ingin mendonasikan buku baru atau bekas di perpustakaan Persatuan Al-Ihsan. Kegiatan ini dilakukan bebas sewaktu-waktu.50
3. Periode 2012-2016
Pada periode ini juga sama dengan periode sebelumnya, terdapat tambahan kegiatan seperti:
a. Kegiatan silaturahmi UPW (Urusan Peranan Wanita)
Kegiatan silaturahmi kini juga diadakan bagi istri-istri jama’ah Persatuan Al-Ihsan atau UPW (Urusan Peranan Wanita). Silaturahmi ini diadakan selama satu bulan sekali yang diketuai oleh Farichah
dengan dihadiri para istri dari jama’ah organisis Persatuan Al-Ihsan.
50
(55)
Kegiatan silaturahmi UPW ini dengan mengadakan pengajian bertema masalah rumah tangga dan seputar wanita. Siti Fatimah (45 tahun, wakil UPW) menuturkan:
“UPW ini dibentuk pada tahun 2012 yang diketuai oleh ibu
Farichah. Sekarang dengan dibentuknya UPW ini bisa buat ajang silaturahmi dan belajar bagi para ibuk mbak. Biasanya ibuk-ibuk ini mengadakan kumpul-kumpul sekaligus pengajian dengan mendatangkan penceramah dari luar, kadang ya kalau pak Kiai Pamudji tidak sibuk beliau sendiri yang ngisi
pengajiannya.”51
b. Silaturahmi ke anggota yang terhalang
Silaturahmi ke anggota terhalang ini dilakukan dengan
mendatangi jama’ah yang tidak pernah hadir dalam perkumpulan atau jama’ah yang terhalang bisa jadi sakit atau sudah tua.
c. Yaumut Tahrir
Yaumut Tahrir atau Pembebasan hutang adalah memberikan
bantuan untuk para jama’ah yang mempunyai banyak hutang, tapi ini
dilakukan dengan prosedur yang sangat ketat, diperuntukkan bagi
jama’ah yang benar-benar membutuhkan dan tidak mampu.Dana untuk pembebasan hutang bagi jama’ah ini berasal dari kas organisasi Persatuan Al-Ihsan.
Kegiatan tidak tetap organisasi Persatuan Al-Ihsan:
1. Peringatan 01 Muharam
Peringatan 01 Muharam adalah memperingati bulan pertama dalam kalender Islam atau tahun baru Islam. Dimulai dengan membentuk panitia
51
(56)
terlebih dahulu dalam waktu tiga minggu sebelum peringatan karena dalam memperingati 01 Muharam ini diadakan sangat meriah dengan
melibatkan para jama’ah dan masyarakat sekitar. Lalu dalam acara ini
terdapat ceramah atau Pengajian umum 01 Muharam yang mendatangkan penceramah atau kiai dari luar. Acara 01 Muharam ini tidak hanya pengajian saja tapi juga menampilkan seni hadrah, campursari oleh para
jama’ah dan tampilan dari anak-anak TPQ Persatuan Al-Ihsan sendiri. Acara ini tidak hanya untukkeluarga besar Persatuan Al-Ihsan tapi juga untuk umum. Dalam acara ini juga mengadakan makan-makan dengan mengundang seluruh warga Demak Timur. Kiai Pamudji (63 tahun, pendiri Organisasi Persatuan Al-Ihsan) menuturkan:
“Biasanya kalau memperingati 01 Muharrom itu rame mbak,
tidak hanya pengajian tapi juga ada hiburannya, ya para jama’ah
itu ikut berpartisipasi semua. Ada seni hadrah, ada campursarian dan ada tampilan dari anak TPQ Persatuan Al-Ihsan.”52
2. Peringatan maulid Nabi
Peringatan maulid Nabi ini dilakukan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad saw. Dalam peringatan ini biasanya mengadakan acara makan-makan untuk para jama’ah Persatuan Al-Ihsan dan terdapat hiburan banjarian dari anggota Persatuan Al-Ihsan. Dalam acara ini dihadiri oleh keluarga besar Persatuan Al-Ihsan.
3. Peringatan isro’ mi’raj
52
(57)
Peringatan isro’ mi’raj Nabi Muhammad saw ini biasanya diisi
dengan pengajian ceramah oleh Kyai Pmudji sendiri dan dihadiri oleh
jama’ah Persatuan Al-Ihsan.
4. Sya’banan dengan ziarah makam
Sya’banan adalah bulan persiapan untuk memasuki bulan
Ramadhan. Persatuan Al-Ihsan memperingati sya’banan dengan
mengadakan silaturrahmi antar jama’ah Persatuan Al-Ihsan pusat maupun cabang. Selain itu juga dengan ziarah makam para guru dan ziarah makam umum keluarga besar Persatuan Al-Ihsan di Magetan dan Ponorogo. Dengan diadakannya ziarah ini bertujuan untuk mengenalkan mursyidnya Kiai Pamaudji yaitu mbah Imam Puro yang terletak di Dusun Danyang, Desa Sukosari, Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo. Lalu dilanjutkan ke makam mbah Dul di Magetan. Terakhir ke makam keluarga besar Persatuan Al-Ihsan di Desa Boteng, Menganti, Gresik.
5. Peringatan nuzulul Qur’an
Peringatan nuzulul Qur’an ini diisi dengan ceramah agama oleh Kiai Pamudji sendiri dan dihadiri oleh para jama’ah Persatuan Al-Ihsan.
Peringatan ini dimaksudkan agar para jama’ah semakin mencintai Al
-Qur’an.
6. Pemberian tunjangan hari raya
Pemberian tunjangan hari raya ini dilakukan saat akan memasuki
hari raya. Pemberian ini diperuntukkan bagi jama’ah dan masyarakat
(58)
Al-Ihsan, dan sumbangan dari jama’ah.53
Tunjangan Persatuan Al-Ihsan terbagi menjadi tiga yaitu:
a. Santunan anak yatim b. Kaum dhu’afa
c. Masyarakat sekitar yang membutuhkan. 7. Pembentukan panitia Idhul Qurban
Sebelum peringatan idhul qurban Persatuan Al-Ihsan membentuk sebuah panitia untuk mengatur jalannya acara idhul qurban mulai dari panitia yang bagian memilih dan membeli hewan qurban, panitia yang bagian memotong, panitia yang membagikan ke warga dan panitia untuk mengolah daging dibuat makan bersama dengan keluarga besar Persatuan Al-Ihsan dan warga.
8. Muktamar
Muktamar adalah perundingan atau pertemuan. Muktamar ini dilakukan pada lima tahun sekali di Demak Timur dengan dihadiri para anggota Persatuan Al-Ihsan. Acara muktamar ini juga dilakukan dengan besar seperti acara peringatan 01 Muharam, biasanya dalam acara ini untuk memilih pengurus dan musyawarah terhadap program kerja selanjutnya. 54
D. Sarana dan Prasarana Organisasi Persatuan Al-Ihsan
Dalam perkembangannya organisasi Persatuan Al-Ihsan memiliki amal usaha dan sarana yang menunjang terlaksananya kegiatan organisasi. Sarana
53
Pamudji Rahardjo, Wawancara, Demak Timur, 02 Mei 2017.
54
(59)
dan amal usaha Persatuan Al-Ihsan bergerak dibidang pendidikan dan sosial. Berikut ini adalah sarana dan amal usaha Persatuan Al-Ihsan:
1. Masjid Al-Ihsan dan TPQ
Pada awalnya “Pengajian Mbah Ji” melakukan pengajian rutin di rumah salah satu jama’ah yang berada di Wonorejo. Namun dengan bertambahnya jama’ah yang mengikuti pengajian, akhirnya pengajian ini
dipindahkan ke Demak Timur di rumah Kiai Pamudji selaku pendiri oganisasi Persatuan Al-Ihsan. Pada tahun 1991 di bangunlah masjid yang diberi nama Al-Ihsan diatas tanah wakaf milik Bapak Imam Badawi mertua Kiai Pamudji. Dibangunnya masjid ini bersamaan dengan terbentuknya organisasi Al-Ihsan karena selain menjadi tempat ibadah juga menjadi sarana dakwah organisasi ini.
Masjid ini juga digunakan sebagai taman pendidikan Al-Qur’andi mana terdapat anak-anak belajar membaca Al-Qur’an. TPQ ini sudah ada sejak tahun 1973, di bawah bimbingan bapak Imam Badawi yang merupakan mertua Kiai Pamudji. Namun setelah meninggal, TPQ ini di kelola dan di kembangkan oleh Kiai Pamudji. TPQ ini tidak terdaftar di pemerintahan tapi banyak yang mengaji di sini, metode mengajinya sama seperti metode mengaji pada umumnnya yaitu metode iqro’, dimana dengan menggunakan metode tersebut anak-anak bisa membaca Al-Qur’an dalam waktu yang relatif lebih singkat. Pada saat ini anak-anak yang mengaji di sini berjumlah lima belas orang, kebanyakan dari mereka anak
(60)
dari anggota Persatuan Al-Ihsan. Banyak yang senang mengaji di sini karena tidak dipungut biaya sepeserpun.55
2. Perpustakaan dan kantor kesekretariatan pusat
Perpustakaan ini dibangun pada tahun 2000, di atas tanah wakaf Bapak Imam Badawi mertua Kiai Pamudji, yang berlokasi di Demak Timur. Perpustakaan ini dibuka untuk umum dan memiliki 500 koleksi buku bacaan, sumbangan dari Kiai Pamudji dan para anggota.56 Di dalam perpustakaan ini terdapat empat lemari yang setiap raknya bertuliskan tema bacaan. Sarana perpustakaan ini dibangun untuk merealisasikan misi Persatuan Al-Ihsan dalam bidang agama dan pendidikan dimana perpustakaan ini adalah sebagai pusat segala informasi. Buku-buku ini juga bisa dipinjam oleh masyarakat umum jadi tidak hanya diperuntukkan oleh anggota persatuan Al-Ihsan. Cara peminjaman di perpustakaan juga mudah, hanya dengan menulis di buku peminjaman dan waktu peminjaman hanya dua minggu.
Kantor kesekretariatan pusat organisasi Persatuan Al-Ihsan bergabung dengan perpustakaan, hanya terdapat meja kerja, kursi dan lemari kecil untuk menyimpan dokumen yang berkaitan dengan Persatuan Al-Ihsan. Di dinding dekat meja kerja terdapat foto guru dari Kyai Pamudji dan foto dewan pimpinan pusat serta cabang.
3. TK dan PAUD
55
Ibid.
56
(61)
TK dan PAUD Persatuan Al-Ihsan dibangun pada tahun 2011 bertempat di Jl Diponegoro, Bondowoso, di atas tanah milik organisasi Persatuan Al-Ihsan. TK dan PAUD ini dibangun untuk merealisasikan misi Persatuan Al-Ihsan dalam bidang pendidikan untuk meningkatkan pendidikan umat melalui sekolah dan madrasah. Alasan dibangunnya taman kanak-kanak di Bondowoso karena pekerjaan jama’ah dari organisasi ini rata-rata menjadi guru, selain mereka dari kalangan yang berpendidikan juga banyak kenalan orang kemendikbud, sehingga memudahkan untuk membangun TK dan PAUD bagi warga sekitar. Selain itu juga daerah yang di tempati minim taman kanak-kanak.57
Taman kanak-kanak ini terdapat dua kelas yaitu TK A dan TK B, dalam satu kelasnya terdapat 25 murid dan setiap kelas ada dua guru pembimbing, satunya menjabat sebagai guru wali dan satunya guru pendamping. Sedangkan PAUD hanya satu kelas terdapat 20 murid dan dua guru pembimbing. Kegiatan belajar berlangsung dari jam 07.00 pagi sampai jam 10.00 pagi. Untuk taman kanak-kanak dalam satu minggu kegiatan belajar enam kali dari hari senin hingga sabtu sedangkan PAUD hanya empat kali hari senin, selasa, rabu dan kamis. Untuk kurikulum TK dan PAUD Persatuan Al-Ihsan mengikuti pemerintah dengan SK nomor: 421.9/6429/430.10.1/2011. Di dekat TK juga terdapat masjid Al-Ihsan.58 4. Penyediaan Lahan Pemakaman Bagi Keluarga Besar Jama’ah Persatuan
Al-Ihsan
57
M. Fauzan, Wawancara, Demak Timur, 19 Februari 2017.
58
(62)
Makam keluarga besar Persatuan Al-Ihsan ini bertempat di Dusun Kecipik, Desa Boteng, Menganti, Gresik. Di atas tanah milik Persatuan Al-Ihsan yang luasnya sekitar 6.000 m2. Pemakaman keluarga besar Persatuan Al-Ihsan diresmikan pada tahun 2012. Makam ini hanya
diperuntukkan oleh jama’ah Persatuan Al-Ihsan saja, karena dana yang
diperoleh untuk pembelian tanah makam dari jama’ah dan bina lingkungan
jasa raharja. Makam ini dibangun karena sulitnya prosedur dan mahalnya harga makam di Surabaya. Alasan membeli tanah makam di Gresik ini karena selain tanah di Gresik pada waktu itu murah dan juga di Gresik masih banyak tanah yang kosong dan luas.
Pemakaman ini juga dilengkapi dengan fasilitas taman bermain dan kolam. Karena dalam satu tahun agenda Persatuan Al-Ihsan ziarah bersama keluarga besar Persatuan Al-Ihsan. Makam ini juga menjadi tempat berkumpulnya cabang-cabang dari keluarga besar Persatuan Al-Ihsan.
E. Perkembangan Jama’ah Organisasi Persatuan Al-Ihsan
Perkembangan jama’ah organisasi Persatuan Al-Ihsan berawal dari sepuluh orang pada tahun 1977 yang memiliki keinginan belajar agama,
bertempat di Wonorejo, Surabaya. Sepuluh orang tersebut adalah Su’ud
Efendi, Mas Adji, Hadi Nartoyo, Suhantok, Samsul Anam, Subagiono, Paidi, Agus Supanto, Has Cahyo dan Ariono. 59Pengajian ini sangat ringan dan mudah untuk dipahami. Dalam perkebangan jama’ah selanjutnya akan penulis
59
(63)
jelaskan dalam sebuah tabel dan penulis membaginya dalam tiga periode. Periode pertama pada tahun 1991-1993, periode kedua tahun 1994-2012, dan periode ketiga pada tahun 2012-2016, berikut penjelasannya:
Tabel 2
Jumlah Anggota Organisasi Persatuan Al-Ihsan60
Tahun
Jumlah Anggota Persatuan Al-Ihsan
Cabang 01 Cabang 02 Cabang 03 Cabang 04 Cabang 05
1991-1993 15 05 - - -
1994-2012 25 08 10 07 09
2012-2016 29 11 17 13 16
Keterangan dari tabel di atas dapat penulis simpulkan tentang periodesasi jumlah anggota organisasi Persatuan Al-Ihsan pada tahun pertama dari awal terbentuknya organisasi Al-Ihsan tahun 1991-1993 jumlah anggota dari pusat adalah 15 orang lalu cabang 02 yang berada di Bondowoso berjumlah 5 orang.
60
(1)
64
b. Penolakan Warga terhadap Pengajian Malam
Pengajian malam ini dari awal berlangsung di Wonorejo. Terdapat salah satu warga yang keberatan dengan alasan terganggu, karena pengajian ini dilaksanakan pada malam hari di masjid umum. Bentuk dari penolakan warga tersebut dengan tidak dibolehkannya pengajian malam ini di masjid tersebut. Akhirnya pengajian
dipindahkan ke rumah jama’ah. Tetapi setelah adanya dampak positif dari pengajian ini, salah satu warga yang keberatan tersebut mengijinkan pengajian ini berlangsung di masjid semula. 67
67
(2)
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari kesimpulan yang penulis lakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Organisasi Persatuan Al-Ihsan adalah organisasi yang menghidupkan kembali nilai-nilai Islami dengan tatanan kehidupan sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw dan para sahabatnya, untuk mewujudkan kondisi masyarakat yang damai, sejahtera, bernuansa Islami, jauh dari kemungkaran dan kemaksiatan. Organisasi Persatuan Al-Ihsan didirikan pada tanggal 05 Mei 1991, di Jl. Demak Timur gang 11 Kelurahan Gundih Kecamatan Bubutan Kota Surabaya oleh kiai bernama Pamudji Rahardjo. Berawal dari pengajian di Wonorejo pada tahun 1977 yang hanya dihadiri oleh sepuluh orang dengan semakin berkembang lalu terbentuklah organisasi Islam yang bergerak di bidang keagamaan dan sosial. Organisasi ini resmi terdaftar di BKB (Badan Kesatuan Bangsa) Propinsi Jawa Timur, bidang hubungan antar lembaga pada tanggal 09 Oktober 2006 dengan nomor inventarisasi: 9 / X / LSM / 2006.
2. Perkembangan organisasi Al-Ihsan dalam bidang struktur organisasi atau kepengurusan tidak mengalami perkembangan atau statis. Dari awal terbentuknya organisasi ini badan-badan kepengurusan tetap dengan format sebagai berikut: adanya Majelis Syuro, Dewan Tarjih, Dewan Pimpinan Pusat, Sekretaris Jendral, Bendahara Umum dan terdapat lima
(3)
66
majelis yaitu Majelis Diniyah, Majelis Udlwiyah, Majelis Tarbiyah dan
Tsaqofah, Majelis Ijtima’iyah dan Amiyah, terakhir Majelis Tanwil -Waqof. Untuk struktur oraganisasi cabang mengikuti struktur organisasi pusat. Terdapat perkembangan yang cukup signifikan meliputi program kerja dalam setiap tahun terdapat tambahan kegiatan, amal usaha, dan
jumlah jama’ah seperti banyaknya pembangunan dan perbaruan infrastuktur agar sesuai dengan jumlah jama’ah yang semkin meningkat.
3. Faktor pendukung dan penghambat dalam perkembangan Organisasi ini disampaikan melalui 2 sisi, internal jama’ah dan eksternal masyarakat. Faktor pendukung internal diantaranya, sikap fleksibel, adanya pendanaan mandiri, fasilitas yang memadai, loyalitas kinerja kepengurusan dan
jama’ah, dan banyaknya bantuan untuk jama’ah dan masyarakat sekitar.
Faktor pendukung eksternal diantaranya, adanya partisipasi yang membentuk keharmonisan masyarakat sekitar, dan lokasi yang strategis. Sedangkan faktor penghambat internal adalah problem transformasi nama
organisasi, jam’ah yang kurang fokus, dan kurangnya minat pemuda untuk turut berkonstribusi dalam kepengurusan, dan agenda. Faktor penghambat eksternal adalah tempat dan waktu kajian.
B. Saran
Setelah menguraikan tentang penelitian ini, kaitannya dengan penelitian dalam skripsi penulis dengan sangat rendah hati ingin memberikan
(4)
67
saran yang mungkin dapat bermanfaat dan untuk kepentingan penelitian lebih lanjut mengenai organisasi Persatuan Al-Ihsan, adalah sebagai berikut:
1. Kepada pihak Fakultas Adab dan Humaniora khususnya Jurusan Sejarah
Peradaban Islam. Penulis berharap skripsi dengan judul “Sejarah
Perkembangan Organisasi Persatuan Al-Ihsan di Demak Timur Surabaya Tahun 1991-2016” dapat disempurnakan dengan mengadakan penelitian lanjut terhadap skripsi ini.
2. Semoga penulisan skripsi ini bisa diterima dengan baik oleh pihak keluarga besar organisasi Persatuan Al-Ihsan, sehingga bisa sebagai literature bagi penelitian selanjutnya.
3. Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi masyarakat luas. penulis berharap skripsi ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan tentang sejarah dan perkembangan organisasi Persatuan Al-Ihsan. Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun untuk kesempurnaan dalam penulisan skripsi ini.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos, 1999.
Biyanto. Teori Siklus Peradaban Perspektif Ibn Khaldun. Yogyakarta: LPAM, 2014.
Hakim, Atang Abdul. Metodologi Studi Islam. Bandung: PT. Rmaja Rosdakarya, 2000.
Kartodirjo, Sartono. Pendekatan Imu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992.
Kartono, Kartini. Pemimpin dan kepemimpinan. Jakarta: CV. Rajawali, 1998. Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya,
2001.
Noer, Deliar. Gerakan Modern Islam Di Indonesia 1900-1942. Jakarta: LP3S, 1985.
Shadili, Hasan. Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: Bina Aksara, 1983.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998.
Susanto, Nugroho Noto. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer. Jakarta: Yayasan Idayu, 1978.
Suhardono, Edy.Teori Peran; Konsep, Derivasi dan Implikasinya.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994.
Purwantana, Hugiono, P.K. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995.
(6)
Al-Qur’an dan Hadits:
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya. J-ART, 2004. Imam Muslim, Sahih Muslim, Vol 01.A. Beyruth Liban: Dar El Fiker.
Dokumen:
SK Pendirian Organisasi Persatuan Al-Ihsan AD dan ART Organisasi Persatuan Al-Ihsan Program Kerja Organisasi Persatuan Al-Ihsan Data anggota Organisasi Persatuan Al-Ihsan Internet:
Itla’, “Pengertian Ihsan”, dalam http://itla4islam.blogspot.co.id/2012/09/ pengertianihsan14.html?m=1 (Diakses pada 10 Mei 2017).
Wawancara:
Pamudji Rahardjo. Demak Timur, 27 Maret.
Fauzan. Demak Timur Surabaya, 19 Februari 2017. Siti Fatimah. Demak Timur Surabaya, 22 Februari 2017.