Sejarah perkembangan Masjid al-Hidayah Pacet-Mojokerto Tahun 1928-2016.
SEJARAH PERKEMBANGAN MASJID AL-HIDAYAH PACET-MOJOKERTO
TAHUN 1928-2016
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Program Strata Satu (S-1)
Pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI)
Oleh :
M Alfian Nur Rohman NIM: A82211113
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN AMPEL
SURABAYA
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
VII ABSTRAK
Sripsi ini yang berjudul “Sejarah Perkembangan Masjid Al-Hidayah
Pacet-Mojokerto Tahun 1928-2016”. Rumusan masalah yang di bahas dalam penelitian ini
meliputi. Pertama bagaimana keberadaan desa Pacet-Mojokerto? Kedua bagaimana struktur dan fungsi masjid Al-Hidayah? Ketiga bagaimana sejarah dan perkembangan masjid Al-Hidayah?
Dalam penelitian kualitatif, penulis menggunakan dua tahapan metode yaitu. Metode etnografi dan etnohistory. Metode etnografi digunakan penulis untuk mengguraikan sumber sejarah secara teratur, yang merupakan kerangka untuk
menerangkan prilaku pemilik kebudayaan, dengan tujuan untuk memahami makna
kejadian perubahan prilaku sosial dan kebudayaan manusia yang baru saja terjadi dan sedang berlangsung. Sedangkan metode etnohistoriy digunakan untuk mempelajari kebudayaan dan peradaban manusia yang baru saja dan masih di ingat oleh orang lain.
Bedasarkan penelitian yang dilakukan terkait sejarah perkembangan masjid Al-Hidayah, disimpulkan bahwa Pertama keberadaan desa Pacet-Mojokerto. Pacet adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Mojokerto, Profinsi Jawa Timur, Indonesia, wilayah Pacet berada di kaki lereng gunung welirang dan gunung penanggungan. Mayoritas pendududuk desanya beragama islam. Kedua struktur dan fungsi masjid Al-Hidayah. Struktur masjid dilihat dari aspek Islam dan jawa. Aspek Islamnya meliputi mimbar, mihrab, dan serambi. Sedangkan unsur jawanya meliputi liwan masjid yang berbentuk empat tiang, gapura dan atap tumpang masjid. Fungsi masjid Al-hidayah terbagi dua yaitu ibadah mah,doh dan ibadah sosial. Fungsi ibadah mah,doh yaitu yang ada kaitanya hubungannya dengan Allah, Fungsi ibadah sosial yang ada kaitanya berhubungan dengan masyarakat. Ketiga sejarah dan perkembangan masjid Al-Hidayah, Masjid Al-Hidayah berdiri pada tahun 1928. Masjid ini didirikan oleh seorang tokoh agama yang berasal dari jawa tengah bernama KH. Arief. Perkembangan masjid priode pertama pada tahun 1928 yang di pimpin oleh KH. Arief, priode kedua pada tahun 1951 yang di pimpin oleh KH. Wahab. yang ketiga oleh ketua takmir dan cucu dari KH. Arief yaitu KH. Abdul Jamil pada tahun 1990-2016.
(7)
ABSTRACT
This description is entitled "History of the Development of Al-HidayahPacet-Mojokerto Mosque Year 1928-2016".The problems discussed in this study include the first How the history of the establishment of Al-HidayahPacetMojokerto mosque?Second How is the structure and function of Al-Hidayah Mosque?Third How is the development of Al-Hidayah Mosque?
In this study the authors use the method of Ethnography and Etnohistory in order to see the condition of Al-Hidayahpacet mosque which until now the building still stands firmly, while the etnohistoriy approach is used to view diachronik Al-Hidayah mosque pacet, and mosque condition before becoming mosque that is building of musholla.In this thesis writing is more diachronic approach, because to search for sources in the past in the form of archives or documents from Al-Hidayah mosque pacet about the beginning of the mosque and its development.
Based on research conducted on the history of the development of Al-Hidayah Mosque, it was concluded that the first Al-Hidayah Mosque was established in 1928, the mosque was founded by KH.Arief, who saw the fact that at the beginning of his arrival in the village of Pacet in 1918 there has been no building of the mosque so he arose the idea to establish a mosque.The second structure and function of Al-Hidayah mosque.Seeing the structure of the mosque vertically includes part of the foundation which consists of four poles located in liwan, dome, mostoko, gate.While viewed Horizontally include part mihrab, pulpit, porch, yard.The function of Al-hidayah mosque is divided into two, namely mahdhoh worship and social worship.The function of worship mahdhoh that is kaitanya relationship with God, the function of social worship that has kaitanya associated with the community.The third development of Al-Hidayah mosque, the first period in 1928 which was led by KH.Arief, the second prize in 1951, led by KH.Wahab.The third by takmir's chairman and grandson of KH.Arief is H. Jamal in 1990-2016.
(8)
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………..i
PERNYATAAN KEASLIAN ………...ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ………..iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ………...………...iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ………..………...v
MOTTO ……….………vi
ABSTRAK……….viii
KATA PENGANTAR ……,,,………..ix
DAFTAR ISI ………xi
BAB I PENDAHULUAN……….1
A. Latar Belakang Masalah………...1
B. Rumusan Masalah………...8
C. Tujuan Penelitian………...8
D. Manfaat Penelitian……….………...9
E. Pendekatan dan Kerangka Teori……….……...9
F. Penelitian Terdahulu.………..………...10
G. Metode Penelitian………...11
H. Sistematika Pembahasan……….……….14
BAB II KEBERADAAN DESA PACET……….…………..…....16
A. Letak Geografis Pacet…….……….……….16
B. Sekilas Tentang Desa Pacet………...……….……….18
(9)
BAB III STRUKTUR DAN FUNGSI MASJID AL-HIDAYAH………25
A. Struktur Masjid Al-Hidayah…………...………25
1. Kubah……….27
2. Mimbar………….………..27
3. Mihrab………28
4. RuangWudhu………28
5. Liwan...28
B. Ornamen dan Dekorasi………...……….29
C. Fungsi Masjid…….………31
1. Fungsi Ibadah Mahdhoh………33
2. Fungsi Ibadah Sosial……….36
D. Kegiatan Masjid………...44
BAB IV SEJARAH DAN PERKEMBANGAN MASJID AL-HIDAYAH……47
A. Proses Berdirinya Masjid Al-Hidayah………...………...…………..47
B. Priode Pertama (1928-1951)………54
C. Priode Kedua (1951-1986)………59
D. Priode Ketiga (1990-2016)………...66
BAB V PENUTUP……….72
A. Kesimpulan………..72
B. Saran………73
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
(10)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masjid adalah tempat ibadah untuk umat Islam. Masjid dibangun
agar umat islam mengingat, mensyukuri, dan menyembah Allah dengan
baik.1 Selain itu fungsi masjid di zaman sekarang dapat menjadi multi
fungsi, bahwa masjid bukan hanya digunakan sebagai tempat beribadah
saja. Namun dapat digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang lain. Masjid
merupakan Tempat ibadah yang tidak ada bandingannya di agama-agama
lain, dalam hal kesederhanaanya, keberhasilannya, ketenagaannya dalam menggembala syi’ar tauhid.
Masjid merupakan tempat orang berkumpul dan melakukan shalat
secara berjama’ah. Dengan tujuan meningkatkan solidaritas dan
silaturrahmi dikalangan umat islam. Di masjid pula tempat terbaik untuk
melakukan sholat jum’at. Pada imasa nabi Muhammad ataupun sesudahnya, masjid menjadi pusat atau sentral kegiatan kaum muslimin.
Kegiatan di bidang pemerintahan misalnya, ideology, politik, ekonomi,
sosial, di bahas dan dipecahkan di lembaga masjid.2
1
Gatut Susanta, Membangun Masjid dan Mushola (Jakarta: Penebar Swadaya, 2007), 8. 2
(11)
2
Masjid berasal dari bahasa arab, di ambil dari kata “sajadah
yasjudu, sajdan”. Kata sajada yang berarti tempat bersujud, patuh, taat, serta tunduk dengan penuh hormat dan ta’dzim. Untuk menunjukan suatu
tempat, kata sajada dirubah bentuknya menjadi “masjidan” artinya tempat
sujud atau tempat menyembah Allah SWT.3 Selain itu, masjid merupakan
tempat orang berkumpul dan melakukan sholat secara berjama’ah, dengan tujuan meningkatkan solidaritas dan silatuhrahim di kalangan kaum
muslimin.
Pada era globalisasi perubahan-perubahan tatanan saat ini yang
begitu cepat pada era global seyogyanya kita harus memiliki sikap yang
arif dan bijaksana dalam mengarahkan masyarakat untuk tidak sekedar
meniru apa yang sedangngetren, tetapi ingat pada Sang Khaliq dengan
selalu melaksanakan kewajiban seorang muslim.
Di manapun masjid didirikan, fungsi dan peranan yang diembanya
sama saja. baik yang terdapat di kota-kota besar maupun yang terdapat di
desa-desa. Masjid adalah tempat untuk beribadah. Khususnya untuk
mendirikan shalat yang wajib ataupun yang sunnat. orang akan merasa
sudah puas apabila masjidnya sudah dapat dipergunakan untuk shalat,
balajar mengaji, dan menunaikan ibadah zakat (kepanitiaan).4
3
Ibid., 5.
4A. Bachrun Rifa’I, Manajemen Masjid: Mengoptimalkan Fungsi Sosial Ekonomi Masjid
(12)
3
Keadaan ”minimal” semacam itu sejujurnya harus diakui kurang serasi dengan gerak laju pembangunan dan kemajuan yang sangat cepat
seperti sekarang ini. Juga tidak serasi dengan semangat Islam yang
mengajarkan dan selalu mendorong umatnya untuk maju dengan
melaksanakan pembaruan di semua bidang. Kinilah saatnya umat Islam
yang tinggal di pedesaan bangkit untuk pembangunan nasional yang
sedang dan terus berlangsung.5
Masjid di pedesaan biasanya disebut juga dengan masjid jami’.
Sebutan masjid jami’ (harfiah: tempat berkumpul) adalah nama yang
diberikan pada masjid yang menggambarkan fungsi masjid sebagai tempat
berkumpul.6 Karena fugsinya untuk berkumpul, masjid jami’ di pedesaan
biasanya di manfaatkan pula untuk pengajian anak-anak dan remaja, kaum
ibu atau bapak pada waktu-waktu tertentu. Masjid jami’ juga sering di
jadikan sebagai tempat berkumpul dan berbincang-bincang mengenai
masalah ekonomi dan sosial bahkan ada pembicaraan spesial yang
biasanya di lakukan sehabis sholat atau ketika menunggu waktu sholat
tiba yang di lakukan di serambi masjid, selain itu juga sebagai tempat
utama perayaan hari-hari besar keagamaan. Masjid di desa dan kampung
dapat menjadi pusat penerangan pembangunan di desa.
5
Syahidin, Pemberdayaan Umat Berbasis Masjid (Bandung: Alfabeta, 2003), 16. 6
(13)
4
Masjid biasanya di bangun lebih besar dari pada langgar / mushola
yang dapat menampung kapasitas 50 jamaah. Masjid besar merupakan
masjid yangdapat mewakili suatu kecamatan, karena masjid ini selain dipakai sholat jum’at juga dapat menampung sholat ied. Kapasitas 500
keatas.7 Kemudian penulis memilih Masjid AL- HIDAYAH yang
merupakan salah satu masjid pertama kali yang berdiri di desa Pacet-
Mojokerto.
Di karnakan kondisi bangunan fisik masjid di pedesaan biasanya
relatif sederhana atau rata-rata kurang permanen yang sewaktu-waktu
mengalami pemugaran dan renovasidan di lakukan secara swadaya.
Berkaitan dengan proses berdirinya masjid Al-Hidayah di desa
Pacet-Mojokerto sangatlah bersejarah karna masjid ini, masjid yang
pertama berdiri di daerah Pacet-Mojokerto, daerah tersebut sebelumnya
belum ada sebuah masjid tempat ibadah bagi umat Islam untuk melaksanakan ibadah sholat jum’at dan ibadah lainya. Awal mula ide pendirian masjid berawal dari seseorang yang bernama KH. Arief, beliau
adalah seorang ulama yang berasal dari jawa tenggah, beliau datang
kedesa pacet pada tahun 1918 untuk berkelana mendakwahkan agama
islam. KH. Arief adalah pendiri masjid Al-Hidayah yang berada di pacet,
tapi sebelum menjadi sebuah bangunan masjid dulunya adalah sebuah
bangunan mushollah atau surau sederhana yang struktur bagunannya
terbuat dari kayu, awal pembuatan mushollah juga ide dari beliau sendiri,
7
Sidi Gazalba, Mesjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1989), 188.
(14)
5
keinginan beliau membangun sebuah mushollah atas kehendak beliau
sendiri karna melihat kenyataan bahwansanya tidak ada tempat ibadah atau
mushollah umum di desa setempat untuk melaksanakan ibadah sholat
berjamaah.8
Dengan luasnya fungsi dan peran masjid, tak heran jika keberadaan
masjid menjadi kepentingan masyarakat luas. Masjid dibangun bersama
dan untuk kepentingan bersama pula. Sekalipun masjid dibangun secara
individual atau kelompok, tetapi segala urusan di masjid adalah untuk
kepentingan bersama dan kesejahteraan masyarakat sekitar masjid.9
Membangun masjid atau musholla tentu berbeda dengan
membangun rumah atau bangunan lainya. Sebagai bangunan yang terkait
dengan kepentingan umum, biasanya rencana pembangunanya pun terkait
dengan kepentingan orang banyak. Tak jarang dibentuk kepanitiaan untuk
menyiapkan rencana bangunan tersebut nantinya, namun Saat proses
pembangunan mushollah itu dilakukan, belum ada warga yang
inginmembantu mereka tak sadar pentingnya sebuah tempat ibadah bagi
mereka. Namun lama-kelamaan pembangunan mushollah dikit demi
sedikit mulai di bantu oleh warga setempat yang tergerak hatinya ingin
mendirikan sebuah tempat ibadah. Setelah proses mushollah itu jadi
sekitar tahun 1919, dan dapat digunakan untuk melaksanakan ibadah
sholat.
8
Abdul Jamil, Wawancara, Pacet, 15 Febuari 2017. 9
(15)
6
Langkah berikutnya setelah mushollah itu jadi. KH. Arif mulai
mendawahkan Islam di desa setempat dengan menggunakan media
mushollah itu. Pemikiran beliau untuk berdakwah ajaran islam di sambut
dengan baik oleh warga setempat, beliau sangat berperan penting dalam
menggajarkan masyarakat desa Pacet untuk melaksanakan perintah agama
islam yaitu seperti menggajarkan mengaji, sholat dan lain-lain. tempat
untuk menggajarkan ibadah sekaligus mendawahkan islam yaitu di
mushollah yang sekarang berubah fungsi menjadi sebuah masjid pada
tahun 1928, bernama Masjid Al-Hidayah. Masjid ini adalah yang pertama
dan tertua, di daerah desa Pacet-Mojokerto.10
Meski pada awal tujuan pendirian masjid sangat sempit, namun
fungsi masjid kemudian semakin berkembang dari masa ke masa, dari
periode keperiode selanjutnya. Selain untuk dijadikan tempat ibadah
sholat, masjid juga kemudian di gunakan sebagai sentral kegiatan sosial
keagamaan, seperti pendidikan, seni dan budaya, politik, ekonomi, dan
sebagainya. Hal ini menandakan bahwa apa yang di lakukan oleh
Rasulullah pada periode awal Islam tidak terlepas dari fungsi masjid.
Sebagai pembentuk peradaban umat Islam, dan oleh karena itulah secara
fungsional sebagai tempat ibadah, secara eksistensials ebagai lembaga dan
pranata sosial Islam, masjid dapat dipandang sebagai warisan kebudayaan
Islam paling penting di dunia.11
10
Abdul Jamil, Wawancara, Pacet 15 Febuari 2017. 11
(16)
7
Masjid Al-Hidayah di pergunakan sebagai kegiatan dakwah dan
pembinaan umat. Pada dasarnya, setiap kegiatan dakwah yang bercorak
sosial, ekonomi, pendidikan, dan kesejahteraan sosial, serta peningkatan
tarap hidup umat untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup
lahir batin merupakan dakwah bil hal atau dakwah pembangunan. Sesuai
dengan fungsinya bahwa ajaran Islam diturunkan untuk membimbing
manusia agar mencapai ridha Allah yaitu berupa kebahagiaan di dunia dan
akhirat. Masjid digunakan untuk membimbing manusia agar mencapai
ridha Allah yaitu berupa kebahagiaan di dunia dan akhirat. Masjid
berperan sebagai sarana untuk pembinaan umat Islam secara total untuk
mencapaidua kebahagiaan tersebut.
Dari fenomena di atas menunjukkan betapa besar peranan masjid
dalam membangun kesatuan, persatuan dan kesejahteraan umat Islam.
Masjid juga dapat di jadikan barometer. Kualitas jamaah yang ada di
sekitarnya. Selain itu juga, kebersamaan dan kesamaan drajat di kalangan
masyarakat dapat diwujudkan melalui masjid.
Perkembangan yang nampak pada masjid Al-Hidayah
Pacet-Mojokerto mampu sedikit demi sedikit memberikan warna terhadap
kehidupan sosial, agama di wilayah sekitarnya. Berupa karakteristik
bangunan atau sarana fisik dengan perkembangan dan fungsinya terhadap
masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti
tentang perkembangan dan fungsi masjid Al-Hidayah pada tahun
(17)
8
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan judul tersebut mengenai masjid Al-Hidayah Pacet
Mojokerto tentang perkembangan dan fungsi religius dan sosial, maka
perlu adanya batasan masalah. Untuk mempermudah pembahasan agar
tidak menyimpang dan dapat menghasilkan suatu pembahasan yang lebih
mengarah serta tepat pada sasaran, maka peneliti menetapkan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Keberadaan desa Pacet-Mojokerto?
2. Bagaimana Struktur dan fungsi masjid Al-Hidayah ?
3. Bagaimana sejarah dan perkembangan masjid Al-Hidayah ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini pada hakekatnya adalah
merekonstruksi tentang sejarah masjid Al-Hidayah Pacet-Mojokerto dari
perkembangan danfungsinya. Penulisan dalam skripsi ini, disamping
mempunyai tujuan formalitas perkuliahan, juga ada beberapa tujuan lain
yang tidak kalah pentingnya, kalau dijabarkan akan menjadi beberapa
hal yang pokok:
1. Untuk mengetahui tentang keberadaan desa Pacet-Mojokerto.
2. Untuk mengetahui struktur dan fungsi masjid Al-Hidayah
Pacet-Mojokerto.
3. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan masjid Al-Hidayah
(18)
9
D. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan di atas peneliti ini dimaksudkan bisa berguna bagi:
1. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat sekitar
khususnya bagi masyarakat desa Pacet – Mojokerto.
2. Penelitian diharapkan bermanfaat sebagai media informasi dan media
belajar serta mengetahui lebih dalam kebenaran dari keberadaan masjid
Al-Hidayah Pacet – Mojokerto.
E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik
Pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu
memakai pendekatan etnografi. Dengan menggunakan pendekatan ini
penulis bertujuan mendapatkan deskripsi dan analisis mendalam berkaitan
dengan perubahan sosial dan kebudayaan manusia.12 Serta untuk
mempelajari sebuah kebudayaan sebuah kebudayaan atau tradisi yang
sedang berlangsung dan masih dilaksanakan. Untuk menyajikan fakta
secara sistematis tentang obyek yang di teliti maka penulis dapat
melakukannya dengan teknik penggumpulan data yang utama adalah
observasi, partisipasi dan wawancara terbuka dan mendalam. kepada
seseorang yang bisa di pertanggung jawabkan kebenaranya.
Sedangkan kerangka teori yang dipakai adalah Continuity and
change. Melalui kerangka teori ini penulis dapat menguraikan perubahan
tentang sejarah masjid Al-Hidayah. Continuitynya yaitu perubahan
bangunan, masjid ini dulu berupa bangunan musholla dan sekarang
12
(19)
10
berubah menjadi bangunan masjid. Change yaitu perubahan fungsi dulu
hanya berupa bangunan musholla hanya dapat melakukan sholat bejamaah
dan sekarang menjadi sebuah masjid dapat dipergunakan untuk ibadah
sholat jum’at.
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang masjid sudah banyak dilakukan oleh para
sejarawan, akan tetapi perkembangan, dan arsitektur masjid. Adapun
penelitian terdahulu mengenai masjid yang pernah dilakukan antara lain:
1. Skripsi : Muhammad Ulumuddin, Sejarah Perkembangan , Bangunan
Masjid Jami’ Gresik Abad XV-XXI. Dalam skripsi ini dijelaskan
bagaiman perkembangan masjid Jami’ serta kondisi kekinianya, yang
tergolong sebagai masjid kunci dari perkembangan religius Kota Gresik
sebagai Kota santri.
2. Skripsi : Sari ayu Wulandari, Asal-Usul Arsitektur Masjid Cheng Hoo
Surabaya, Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya, Tahun 2004.
Adapun fokus pemabahasan adalah tentang perkembangan arsitektur
masjid Muhammad Cheng Hoo di surabaya dalam tinjauan sejarah dan
arsitektur.
3. Skripsi : Muhammad Robi Maulana, Masjid Agung Biturrahman
Banyuwanggi (Studi tentang sejarah dan bentuk arsitekturnya). ini
membahas tentang sejarah berdirinya masjid, dan gaya arsitektur serta
(20)
11
G. Metode Penelitian
Metode disini diartikan suatu cara atau teknis dilakukan dalam
penulisan penelitian. Sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai
upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh
fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar dan hati-hati dan sistematis
untuk mewujudkan kebenaranya.13 Dalam penulisan penelitian kualitatif,
penulis menggunakan dua tahapan metode, metode etnografi dan
etnohistory, metode ini digunakan untuk membantu kelangsungan
penelitian. Langkah awal yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini
adalah menggunakan metode etnografi. Etnografi berasal dari dari kata
ethos yang berarti bahasa dan graphen yang bertulisan atau uraian. Jadi
berdasarkan asal katanya , etnografi berarti tulisan atau uraian. Metode
penelitian etnografi adalah suatu uraian yang teratur, yang merupakan
kerangka untuk menerangkan prilaku pemilik kebudayaan yang sedang di
pelajari secara sistematis untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah
yang efektif, dengan tujuan untuk memahami makna kejadian perubahan
prilaku sosial dan kebudayaan manusia.
Dalam mempraktikan metode penelitian etnografi, penulis akan
melakukan pengamatan dan mempelajari kebudayaan yang sedang
berlangsung dan masih dilaksanakan di desa pacet., dengan teknik
penggumpulan data yang utama adalah observasi, partisipasi dan
13
(21)
12
wawancara dengan daftar pertanyaan yang terstruktur seperti pada
penelitian survai.14
1. Observasi atau pengamatan merupakan proses pencarian data atau
sumber yang diperoleh melalui pengamtan indrawi. Dalam hal ini
proses pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mencatat semua
gejala-gejala fenomena atau kejadian pada obyek penelitian secara
langsung dilapangan.15 Dalam prateknya, penulis melakukan observasi
atau pengamatan langsung dilapangan untuk mengetahui kejadian,
fenomena atau gejala yang ada di masjid Al-Hidayah yang berada di
desa Pacet, kecamatan Pacet-Mojokerto Jawa Timur.
2. Wawancara merupakan salah satu cara pengambilan data yang
dilakukan melalui kegiatan komunikasi lisan dalam bentuk struktur,
wawancara tersetruktur merupakan bentuk wawancara yang sudah
diarahkan oleh sejumlah daftar pertanyaan, yaitu proses tanya jawab
dengan beberapa orang yang mengetahui tentang sejarah dan
perkembangan masjid Al-Hidayah. Dalam prateknya penulis
melakukan wawancara terhadap takmir masjid dan beberapa tokoh
yang berperan dalam menggembangkan masjid tersebut. Selain itu
penulis juga melakukan wawancara terhadap masyarakat desa dan
kepala desa setempat untuk mengetahui tataletak desa pacet dan
kondisi desa pacet sebelum dan sesudah adanya masjid
14
Ibid., 9.
15
Hasan Utsman, Metodologi Sejarah, ter Minhaj Al-Batsi Al-Tariki (Jakarta: Proyek Pembinaan Prasarana Dan Sarana PTA/IAIN, 1986), 15.
(22)
13
Dalam tahapan penulis kedua yaitu menggunakan metode
etnohistory,. Metode Etnohistory ialah sejenis etnografi sejarah yang
mempelajari jaman baru yang sudah lewat berdasarkan sumber sejarah.
Metode etnohistory juga penting untuk menguji dan
mengkonfirmasikan berbagai hipotesis tentang kebudayaan.16
Etnohistory suatu metode untuk mempelajari sejarah suatu kelompok
atau suku bangsa yang baru saja terjadi dulu sampai sekarang. Dalam
penelitian ini, metode etnohistoriy digunakan penulis untuk
mempelajari kebudayaan dan peradaban manusia yang baru saja dan
masih di ingat oleh orang lain yaitu tentang sejarah berdirinya masjid.
Dalam suatu penelitian yang menggunakan metode etnohistory , maka
penelitian yang di lakukan melalui empat tahap yaitu:
1. Heuristik atau pengumpulan sumber yaitu suatu proses yang
dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan sumber-sumber,
data-data, atau jejak sejarah.17 Sumber data yang di peroleh
peneliti diantaranya:
a. Sumber tulisan yaitu data-data yang di ambil dari buku-buku,
dokumen, dan catatan-catatan lain yang ada hubunganya
dengan pembahasan skripsi tersebut, contotohnya dokumen
sertifikat tanah masjid dan catatan kegiatan masjid.
16
William A. Haviland, Antropologi (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1999), 28. 17
(23)
14
b. Sumber lisan yaitu data yang diperoleh melalui wawancara
langsung yang digunakan untuk menggetahui tata letak masjid
dan sejarah perkembangan masjid.
c. Sumber visual yaitu segala sesuatu yang berbentuk dan
berwujud, yang dapat membantu sejarawan untuk menjelaskan
tentang peristiwa masa lalu manusia. Diantaranya sumber
berupa masjid.
2. Kritik sumber atau verifikasi suatu kegiatan menelai
sumber-sumber yang di dapat untuk memperoleh kejelasan apakah sumber-sumber
tersebut kredibel (valid/terbukti) atau tidak, dan apakah sumber
tersebut autentik (asli) atau tidak. Pada metode sejarah, proses ini
terbagi menjadi dua klasifikasi, yaitu kritik intern dan ekstern.
Kritik intern adalah suatu upaya yang dilakukan oleh sejarawan
untuk melihat apakah sumber tersebut cukup kredibel atau tidak.
Sedangkan kritik ekstern adalah suatu upaya yang dilakukan oleh
sejarawan untuk melihat apakah sumber yang di dapatkan autentik
atau tidak.18 Dalam hal ini peneliti berusaha melakukan
pemeriksaan dan penilaian terhadap keaslian serta kebenaran
sumber-sumber yang di dapat terkaiat dengan pembahasan skripsi
Sejarah Perkembangan Masjid Al-Hidayah Pacet-Mojokerto
Tahun 1928-2016.
18
(24)
15
3. Interpretasi atau penafsiran adalah upaya untuk melihat kembali
pada sumber-sumber yang telah didapat dan telah melalui proses
kritik sumber, apakah ada hubungan antara sumber satu dengan
sumber yang lain. Sehingga dapat memberikan penafsiran
terhadap sumber yang telah di dapatkan.
4. Historiografi adalah menyususun atau merekontruksi fakta-fakta
yang telah tersusun dari penafsiran peneliti terhadap sumber
sejarah dalam bentuk tertulis.
H. Sistematika Bahasan
Dalam penulisan Skripsi ini dibagi menjadi lima sub bab, penulis
menggangap perlu adanya pembahasan secara singkat, oleh karena itu
untuk mempermudah pemahaman dalam penyajian inti permasalahan yang
akan di bahas dalam Skrpsi ini, maka penulis bagi kedalam bab sebagai
berikut:
Bab pertama, pendahuluan. Dalam bab ini di kemukakan beberapa
pembahasan yang meliputi: Latar belakang masalah, Rumusan masalah,
Tujuan penelitian kegunaan penelitian, pendekatan dan kerangka teori,
penelitian terdahulu, metode penelitian, sistematika bahasan, kaitanya
dengan bab selanjutnya adalah sebagai pengantar dan merupakan
(25)
16
Bab kedua, pada bab ini pembahasanya mengenai sejarah
keberadaan desa pacet yang meliputi tiga sub bab antara lain: pertama
letak geografis, sub bab kedua sekilas tentang desa pacet, sub bab ketiga
perkembangan agama islam di desa pacet.
Bab ketiga, pada bab ini ada empat sub bab yang di bahas: sub bab
pertama, Struktur masjid, sub bab kedua ornament dan dekorasi, sub bab
ketiga fungsi masjid sub bab keempat kegiatan masjid.
Dalam bab ini membahas tentang perkembangan masjid
Al-Hidayah pada periode pertama yaitu tahun 1928-1951, priode kedua pada
tahun 1951-1986 dan periode ketiga pada tahun 1990-2016.
Bab kelima, Akhir dari bab ini merupakan penutup yang berisikan
kesimpulan dari pembahasan penelitian skripsi studi sejarah
tentangperkembangan dan fungsi masjid Al-Hidayah tahun (1928-2016)
(26)
17
BAB II
KEBERADAN DESA PACET-MOJOKERTO
A. Letak Geografis Pacet
Letak geografis adalah letak suatu daerah dilihat dari kenyataanya
di bumi atau posisi daerah itu pada bola bumi dibandingkan dengan
posisi daerah lain. Letak geografis juga ditentukan oleh letak astronomis,
geoglafis, fisioglafis dan sosial budaya.1
Pacet merupakan salah satu kelurahan yang berada di kecamatan
Pacet kabupaten mojokerto,yang menurut data statistik daerah
Mojokerto. Dihuni oleh 670 kepala keluarga dengan jumlah penduduk
keseluruhan 3.524 jiwa yang terdiri dari 1.824 laki-laki dan 1.700
perempuan. Mayoritas penduduk pacet beragam islam. Penduduk Pacet
rata-rata bermata pencaharian sebagai petani karna kawasanya yang
berada di pegunungan namun ada juga wiraswasta, TNI/Porli, Pegawai
negri sipil, Guru dan Pegawai Swasta. Wilayah Pacet juga di lengkapi
dengan prasarana berupa dua koperasi, delapan musholla, satu gereja,
dan terdapat tempat pendidikan sekolah seperti Tk, Mi, SMP dan SMA
dan pondok pesantren. Di kelurahan ini juga terdapat beberapa industry
rumah tangga yang bergerak dalam pembuatan Kripik tello yang memang
warga disini mayoritas petani tello.2
1
Geoku Indo, “Arti dan pengertian Letak Geografis Indonesia”. Dalan http://indo
-geografi.blogsport.co.id/2011/11/arti-dan-pengertian Letak - geografis. html (20 Maret 2017) 2
(27)
18
Tidak susah mencapai Kecamatan pacet ini karna berjarak 25 km
dari Alun-Alun Kota Mojokerto. Untuk sampai kewilayah ini dapat di
jangkau menggunakan sarana transportasi berupa kendaraan roda empat
(Mobil-bus) atau roda dua (Sepeda Motor).
Tabel 2.1
Batas Wilayah Kelurahan Pacet
Batas sisi Nama Desa
Desa / Kelurahan Sebelah
Selatan
Kelurahan Cempokolimo
Desa/ Kelurahan Sebelah Timur Kelurahan Wiyu
Desa/ Kelurahan Sebelah Barat Kelurahan Sajen
Desa/ Kelurahan Sebelah Utara Kelurahan Claket
Sumber: Data Monografi Kelurahan Pacet
Batas Lokasi Masjid Al-Hidayah di Kelurahan dengan kecamatan
sekitar adalah :
Tabel 2.2
Batas Wilayah Kecamatan Pacet
Batas Sisi Batas Desa
Kecamatan Sebelah Selatan Kecamatan Gondang
Kecamatan Sebelah Timur Kecamatan Trawas
Kecamatan Sebelah Barat Kecamatan Bumiaji
Kecamatan Sebelah Utara Kecamatan Kutorejo
(28)
19
B. Sekilas Tentang Desa Pacet
Pacet adalah sebuah kecamatan di Kabupaten mojokerto, Profinsi
Jawa Timur, Indonesia, wilayah pacet berada di kaki lereng gunung
welirang dan gunung penanggungan dengan ketinggian rata-rata 600
meter di atas permukaan laut, Hal tersebut menempatkan pacet sebagai
salah satu daerah wisata yang di prihitungkan di jawa timur.3 Pacet juga
di juluki daerah wiasata Kolam Air Panas dan Sumber Air terjunya yang
indah, selain sebagai daerah wisata juga merupakan daerah pertanian
yang sangat subur karena terletak di antara dua gunung berapi, dahulu
pacet pernah menjadi salah satu daerah penghasil bawang putih terbesar
di jawa timur setelah batu malang. Namun kini pacet berubah menjadi
daerah penghasil ubi atau tello terbesar di jawa timur, karna memang
lahanya yang subur, membuat masyrakat pacet gemar bertani dari pada
bekerja lainya. Dengan adanya masyrakat yang bersifat hetrogen, maka
mengakibatkan banyak perbedaan baik dalam ekonomi, sosial, agama
dan sebagainya, dengan kondisi ini membuat semangat untuk bersaing
dalam segala hal.
3
(29)
20
Jarak tempuh Surabaya ke pacet adalah 65 km atau jarak tempuh
sekitar 2 jam perjalanan dan berikut ini adalah gambar peta kawasan
pacet mojokerto:
Gambar 2.3
Peta daerah pacet mojokerto
Dengan kondisi ini membuat semangat untuk bersaing dalam
segala hal. Penduduk Pacet rata-rata bermata pencaharian sebagai petani
karna kawasanya yang berada di pegunungan namun ada juga
wiraswasta, TNI/Porli, Pegawai negri sipil, Guru dan Pegawai Swasta.
Wilayah Pacet juga di lengkapi dengan prasarana berupa empat koperasi,
(30)
21
terdapat tempat pendidikan sekolah seperti Tk, Mi, SMP dan SMA dan
pondok pesantren.
Di kelurahan ini juga terdapat beberapa industry rumah tangga
yang bergerak dalam pembuatan Kripik tello yang memang warga disini
mayoritas petani tello.
C. Perkembangan Agama Islam Di Desa Pacet
Sebelum Islam berkembang di daerah pacet masyarakat desa
setempat memang menganut dua agama yaitu islam (mayoritas) dan
Kristen (minoritas) namun diantara mereka tidak ada ketegangan antar
individu walau islam disana menjadi agama mayoritas.4 Namun
masyarakat pacet termasuk menganut kategori islam tradisonal yang
tentunya kental dengan ajaran yang mereka anut banyak bercampur
dengan tradisi setempat, dan mereka tidak pernah mempermasalakan
tentang keyakinan yang merupakan hak asasi individu, Islam tradisonal di
pacet yang ajaranya banyak berakomodasi dengan tradisi setempat.
Ajaran islam disini cendrung lentur, mereka memahami ajaran islam
bukan secara tekstual namun kontekstual. Mereka lebih menghargai
perbedaan-perbedaan termasuk kenyakinan beragama.5
4
Abdul Jamil, Wawancara, Pacet 15 Febuari 2017. 5
(31)
22
Di sisi lain, ternyata tradisi dan budaya jawa tidak hanya
memberikan warna dalam percaturan kenegaraan, tetapi juga berpengaruh
dalam praktek-praktek keagamaan, Masyarakat jawa yang memiliki tradisi
dan budaya yang banyak dipengaruhi ajaran dan kepercayaan hindu budha
terus bertahan hingga sekarang, meskipun mereka sudah memiliki
keyakinan atau agama yang berbeda, seperti islam, Kristen atau yang
lainya.
Budaya dan tradisi yang terjadi pada masyarakat desa pacet,
diantaranya adalah keyakinan akan roh-roh leluhur yang memiliki
kekuatan ghaib, keyakinan adanya dewa dewi yang berkedudukan seperti
tuhan, tradisi ziarah makam orang-orang tertentu, melakukan
upacara-upacara ritual yang bertujuan untuk persembahan kepada tuhan atau
meminta berkah serta terkabulnya permintaan tertentu.6
Setelah dikaji inti tradisi dan budaya masyarakat desa pacet
terutama dilihat dari tujuan dan tata cara melakukan ritualnya, jelas bahwa
semua itu tidak sesuai dengan ajaran islam. Tuhan yang mereka tuju dalam
keyakinan mereka jelas bukan Allah, tetapi dalam bentuk dewa-dewi,
roh-roh leluhur, atau yang lainya.7 Begitu juga bentuk ritual yang mereka
lakukan jelas bertentangan dengan ajaran ibadah dalam islam yang sudah
di tetapkan dengan tegas dalam Al-Quran. Karena itulah tradisi dan
budaya desa pacet perlu di luruskan.
6
Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), 25. 7
(32)
23
Pada tahun 1918 di desa pacet mojokerto tidak ada sebuah
bangunan masjid yang berdiri, walaupun banyak warga setempat
mayoritas beragama islam, namun tidak ada rasa semangat untuk
membangun sebuah tempat ibadah, karna memang dulu masyarakat pacet
tidak perna memintingkan sebuah ibadah seperti sholat jum’at dan
kewajiban ibadah lainya, mereka lebih sibuk mementingkan duniawi
berkerja dan mencari uang samapai-sampai warga disana jarang yang bisa
membaca AL-Quran.Masjid sebagai tempat duduk atau setiap tempat yang
digunakan untuk beribada.
Masjid memegang peranan penting dalam mengembangkan agama
islam untuk media berdakwah dan penyelenggaraan pendidikan islam,
karena itu masjid merupakan saran yang pokok dan mutlak keperluanya
dalam masyrakat, begitu halnya dengan fungsi agama terhadap masyarakat
adalah membimbing sekaligus mengikat manusia demi terwujudnya
ketenangan, kedamaian dan kesejahteraan mereka dalam kehidupan di
dunia serta kehidupan di hari kemudian, yaitu kehidupan ukhrawi. 8
Agama adalah merupakan sumber moral kareana agama sebagai
petunjuk kebenaran serta agama memberikan bimbingan rohani bagi
manusia baik di kala suka maupun duka, maka pembimbing atau seorang
tokoh kyai di dalam masyrakat akan membuat keimanan mereka bisa
menjadi kuat dan tidak melemah.9
8
Ahmad Yani, Panduan Memakmurkan Masjid (Jakarta: Al-Qalam , 2009), 44. 9
(33)
24
Pada saat masyrakat desa Pacet di landa krisis keimanan dan
keyakinan, muncul seseorang Tokoh agama islam yang bernama KH.Arief
beliau datang di desa Pacet pada tahun 1918, beliau datang dari jawa
tengah, berkelana bertujuan untuk mengamalkan ilmu agama islam.
Kedatangan beliau ke desa tersebut, menjadi bahan pembicaraan dalam
masyarakat desa, seperti pertanyaan beliau itu siapa, karna beliau orang
asing disitu, membuat masyrakat desa penasaran, beliaupun menjawab
pertanyaan warga dan juga bertegur sapa, kedatangan beliau disambut baik
oleh warga, karna warga pacet rama dan sopon bila ada tamu masuk ke
desa mereka, namun di saat beliau berkeliling desa beliau terkejut melihat
kenyataan desa yang disinggahinya tidak ada kegiatan atau aktifitas ibadah
seperti sholat berjama,ah dan juga tidak adanya sebuah masjid, yang
terliahat di benak KH. Arief hanya kesibukan duniawi, maka dari situ
beliau timbul rasa keprihatinan untuk mengamalkan ilmu agama dan
membangun tempat ibadah untuk umum contohnya bangunan musholla
atau masjid, agar masyarakat desa pacet kembali ke jalan yang benar dan
melakukan ibadah wajib sebagai umat islam.
Dari awal pembangunan masjidlah agama islam mulai berkembang
dengan pesat di daerah pacet. Karna masjid selain tempat berkumpul untuk
melaksanakan ibadah sholat berjamaah juga digunakan untuk tempat
berdakwah agama islam agar para jamaah lebih faham betul mana yang
harus dilakukan dan mana yang harus ditinggalkan. Dari situlah titik balik
(34)
25
kewajiban ibadah sebagai umat islam dan meninggalkan perbuatan yang
dilarang oleh agama islam.
Masjid Al-Hidayah didirikanya masjid di desa pacet kecamatan
Pacet Kabupaten Mojokerto, Profinsi Jawa Timur, Indonesia, wilayah
Pacet berada di kaki lereng gunung welirang dan gunung penanggungan
dengan ketinggian rata-rata 600 meter di atas permukaan laut. Mayoritas
penduduknya beragama islam, walau atau juga warga yang beragama
Kristen dan menjadi kaum minoritas. Kawasan ini di lengkapi dengan
prasarana berupa empat koperasi,satu pasar, terminal, delapan musholla,
dua masjid dua gereja, dan terdapat tempat pendidikan sekolah seperti Tk,
MI,SD, SMP dan SMA.10
10
(35)
BAB III
STRUKTUR DAN FUNGSI MASJID AL-HIDAYAH
A. Struktur Masjid Al-Hidayah
Masjid Al-Hidayah berada di daerah pacet mojokerto, dengan
kondisi bangunan masjid awal di atas tanah yang luasnya 1228 m3 meter
dan luas bangunan masjid 40x40 meter denahnya berbentuk persegi empat
bujur sangkar. Bangunan masjid ini berada di atas dataran tinggi, karena
masjid ini berada di bawah kaki lereng gunung wlirang dan
penanggungan, kemudian bentuk Bangunan utama masjid terdiri dari
ruang liwan/haram pria yang berbentuk bujur sangkar dengan atap tajug
tumpang dua beratap genteng. Bangunan masjid/liwan pria merupakan
bangunan asli dan tidak ada perubahan yang berarti dan di samping
depanya terdapat bangunan serambi masjid yang berbentuk empat segi
panjang yang beratap genteng.1
Melihat dari segi aspek hubungan vertikal dan horizontal di Masjid
Al-Hidayah. Vertikal merupakan konsekunsi hubungan manusia dengan
tuhanya atau (Habluminnallah). Sedangkan horizontal merupakan hakikat
hubungan antar sesama manusia sesuai dengan agama (Habluminannas).2
Kenapa bisa seperti itu, karna dilihat dari terminologinya kalau vertikal
keaatas sedangkan horizontal kesamping. vertikal dan horizontal ini
1
Abdul Jamil, Wawancara, Pacet, 15 Febuari 2017. 2
Afdoli ApMsi, “Kedudukan Hubungan Vertikal dan Horizontal”, dalam http://afdoli.ayobai.org (20 febuari 2017)
(36)
27
merupakan hakikat hubungan antar sesama manusia sesuai dengan ajaran
agama yang bersifat universal. Melihat hubungan Struktur bangunan
masjid Al-Hidayah secara Islam dan Jawa sebagai berikut. Struktur
Islamnya meliputi bagian dalam bangunan masjid yaitu mihrab, mimbar
dan serambi. Sedangkan struktur bangunan jawanya liwan masjid yang
berpondasi empat tiang, gapura masjid, atap masjid yang berbentuk
tumpang tindih.
Uraian dibawah ini berisi gambaran bentuk bangunan Masjid
Al-Hidayah Pacet Mojokerto yang meliput sebagai berikut :
1. Kubah
Kubah atau qubbah yakni menurut Oloan bentuk atap setengah
lingkaran yang terletak di atas bangunan masjid dan bagian puncak
tengah lingkaran kubah terdapat bulan sabit dan ditengahnya terdapat
bintang.Pengertian bulan dan bintang.Lambang ini hampir semua
terdapat puncak bangunan masjid.3
Kemudian pada perkembangan selanjutnya bentuk atap
tumpang masjid itu terdapat pada masjid itu mendapat pengaruh dari
seni bangunan atau arsitektur dan bentuk kubah yang bentuknya
melengkung tengah bulat. Dengan demikian masjid yang berada di
Indonesia mempunyai dua bentuk atap yaitu atap tumpang dan kubah
yang terdapat pada masjid lama dan atap tumpang bertingkat-tingat
terdapat di masjid baru. Demikian juga yang terdapat pada kubah
3
Djauri Sumintardja, Kompedium Sejarah Arsitektur (Bandung: Penerbit Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, 1978), 103.
(37)
28
masjid Al-Hidayah yaitu atap tumpang yang bertingkat 3,masjid ini
menggambarkan arsitektur tradisonal atau contoh ciri khas dari masjid
lama adalah atapnya denahnya berbentuk persegi empat bujur
sangkaryang menyerupai candi atau kuil seperti adanya atap tajug
tumpang dua dan beratap genteng namun tetap bercorak islam namun
masjid mempunyai perbedaan dengan candi dan kuil karna masjid
memiliki mihrab dan liwan serta kubah yang diatasnya bertulisan
Allah.4
2. Mimbar
Mimbar digunakan untuk khotib dalam menyampaikan khobahnya
pada saat sholat jumat ataupun sholat Id. Posisi mimbar berada di
depan jamaah, bersebelahan dengan ruang mihrab. Agar khotib dapat
menyampaikan khutbah dan berkomunikasi dengan jemaah secara
leluasa, pada masjid Al-Hidayah Mimbar berada di sebelah kanan
Mihrab. Mimbar ini terbuat dari kayu dan berukir halus gaya jepara
dan juga terdapat ukiran tulisan arab dan bentuknya menyerupai
singgasana yang beranak tangga.
4
Yulianto Sumalyo, Arsitektur Mesjid Dan Monumen Sejarah Muslim (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2000), 47.
(38)
29
3. Mihrab
Suatu ruangan yang berada di dalam masjid yang terletak di
depan sekali dan berfungsi sebagai petuntuk arah kiblat, ukuranya ada
yang besar dan ada yang kecil. Bentuknya dibagian depan juga
bemacam-macam dan biasanya penuh dengan hiasan. Cirri yang sama
pada bangunan masjid di seluruh dunia adalah terdapat mihrab atau disebut “maqsurah” yang berbentuk setengah lingkaran, tempat khatib atau imam memimpin sholat berjama’ah. Sedangkan pada masjid Al -Hidayah mempunyai mihrab yang berbentuk lengkung dengan model
lengkung bertulisan arab.
4. Ruang Wudhu
Salah satu tempat yang sangat penting adalah ruang
wudlu.Sebab kita melaksanakan shalat di wajibkabkan bersuci.Oleh
sebab itu masjid Al-Hidayah memiliki tempat wudlu yang bersih dan
rapi, disitu juga ada bagian tempat wudlu laki-laki dan perempuan.
5. Liwan
Liwan adalah tempat tempat untuk melaksanakan ibadah yang
berhubungan dengan Allah seperti sholat, ikhtikaf, dzikir dan
lain-lain.Liwan terbagi menjadi dua yaitu liwan laki-laki dan perempuan.
(39)
30
B. Ornament Dan Dekorasi
Pengertian dari ornament adalah hiasan dalam arsitektur kerajinan
tangan, lukisan, perhiasan dan lain-lain. Sedangkan ornament dalam arti
arsitektur merupakan corak yang ditambahkan pada bagian bangunan dan
berfungsi hanya sebagai pengindah saja. Pemakaian ornamaent pada
bangunan masjid sebenarnya tidak perlu menonjol, sebab tumbuhnya
pengertian dari masyarakat muslim Indonesia pada saat itu yakin tentang
peraturan keagamaan yang menyatakan bahwa masjid harus ditampilkan
dalam bentuk yang sederhana mungkin.5
Dekorasi merupakan bagian dari seni, seni terkait langsung dengan
keindahan, dapat di artikan sebagai segala sesuatu cptaan manusia yang
membuat orang senang karena keindahan. Disini saya menjelaskan salah
satuKenapa dekorasi kaligrafi dalam sebuah masjid diperlukan karna
sebagai hiasan, dalam kaligrafi itu adalah surat-surat Al-Quran atau
Hadist, maka fungsi dari kaligrafi itu adalah mengingatkan kita tentang
makna dan arti dari surat yang tertulis tersebut. Keindahan kaligrafi itu
berguna sebagai media dakwah bahwa kaligrafi adalah seni islami
tertinggi.Kaligrafi bisa memperindah ruangan memberikan kesejukan
karena ada ayat-ayat Al-Quran yang di pajang sehingga kita lebih nyaman
saat berada didalam masjid.
5
Aryo Sunaryo, Ornamen Nusantara (Kajian Khusus tentang Ornamen Indonesia)”’ dalam http : www. Dipertais.net/arikel/ aryo01. Asp (17 Febuari 2017)
(40)
31
Ornament Masjid adalah sebuah elemen hiasan mirip dengan
dekorasi yang terdapat pada bangunan arsitektual masjid, baik di dalam
maupun di luar banguan.6 Berikut oranament dan dekorasi yang ada di
masjid Al-Hidayah, adanya sebuah Kaligrafi tulisan Al-Quran, lantai
masjid yang mengunakan granit, adanya tiang pondasi kuno berbentuk
kayu 4 yang ada dalam ruang utama masjid, jam dinding digital yang
berada pada mihrab, beduk masjid yang lumayan cukup besar dan dihiasi
dengan cat pelitur yang cukup indah bila dilihat, langit-langit masjid yang
dihiasi oleh polesan plituran kayu. Hiasan lampu yang cukup besar yang
menempel pada langit-langit masjid yang sangat menarik bila dilihat, serta
mimbar masjid yang bentuknya seperti singgasana dan memiliki anak
tangga serta ukiran-ukiran, gapura masjid yang mempunyai ukiran dan
desain cukup bagus dan terlihat indah, tulisan kaligrafi berulisan Allah dan
Muhammad serta kaligrafi bertulisan ayat kalau mau masuk masjid.
(41)
32
C. Fungsi Masjid
Sebagaimana diketahui bahwa bagi umat islam masjid itu adalah
sebagai tempat sujud, tempat sembah yang, tidak hanya itu masjid juga di
gunakan acara pengajian dan acara sosial juga tempat mengerjakan segala
macam shalat. Masjid merupakan salah satu wadah atau sarana untuk
manyebarkan dakwah Islamiyah yang paling strategis dalam membina dan
menggerakan potensi umat Islam untuk mewujudkan sumber daya
manusia yang tangguh dan berkualitas dan juga sebagai pusat pembinaan
umat Islam. Eksistensi masjid kini dihadapkan pada berbagai perubahan
dan tangan yang terus bergulir di lingkungan masyarakat.7
Masjid selain berfungsi sebagai tempat ibadah Shalat, masjid juga
dapat dijadikan sebagai tempat mengkaji, menelaah, mengembangkan
ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial. Hal demikian juga
dikatakan oleh Fachrudin Hs bahwa, "tepat sekali masjid bagi kaum
muslimin di mana saja merupakan pusat peribadatan, pengetahuan,
pergaulan, dan kebudayaan. Oleh karena itu mengamati berbagai
pandangan di atas, dapat dijelaskan pada dasarnya masjid adalah tempat
ibadah bagi umat Islam, baik hal tersebut merupakan ibadah yang bersifat
individual maupun ibadah kemasyarakatan.8
7
Syahidin, Pemberdayaan Umat Berbasis Masjid (Bandung: Alfabeta,2003), 20. 8
(42)
33
Masjid yang makmur adalah masjid yang berhasil tumbuh menjadi
sentral dinamika umat.Sehingga, masjid benar-benar berfungsi sebagai
tempat ibadah dan pusat kebudayaan Islam dalam arti luas. Adalah tugas
dan tanggung jawab seluruh umat islam memakmurkan masjid yang
mereka dirikan dalam masyrakat
Mengenai fungsi masjid dalam lingkungan masyrakat Islam, akan
menemukan beberapa fungsi yang dapat dikatagorikan kepada dua jenis,
yakni primer dan skunder. Fungsi primer yang dimaksud ialah sebagai tempat ibadah yang bersifat ritual, seperti shalat, I’tikaf, dan sebagainya.Sedangkan yang bersifat skunder ialah segala kegiatan yang
memiliki dimensi muamalah yang berkenaan dengan hubungan sesama
anggota masyarakat yang ada dilingkungan masjid tersebut yang secara
substansial sesungguhnya masih merupakan bentuk ibadah juga.
Dari bukunya Ir. Zein juga menambahkan tentang fungsi masjid
sebagai tempat ibadah bisa mencakup tentang :
1. Hubungan manusia dengan Tuhan , yang berwujud : shalat, I’tikaf dan lain-lain.
2. Hubungan manusia dengan manusia, yang berwujud zakat fitrah ,
nikah dan lain-lain
3. Hubungan manusia dengan alam, yang berwujud memelihara,
memanfaatkan dan tidak merusak alam
4. Hubungan manusia dengan dirinya, yang berwujud mencari ilmu,
(43)
34
mempunyai jama’ah. Masjid yang tanpa jama’ah menandakan masjid itu tidak berfungsi sebagai pusat kegiatan jama’ah. Masjid ini juga sebagai pembinaan jama’ah atau umat islam menjadi manusia seutuhnya yang mempunyai kepribadian bersih dan bertagung jawab,
berakhlaqul karimah yang mampu mengembangkan amanat Allah SWT
(bertaqwa).9
Dari fenomena yang muncul, terutama di kota-kota yang besar,
memperlihatkan banyak masjid yang telah menunjukan fungsinya
sebagai tempat ibadah, tempat pendidikan, dan kegiatan-kegiatan sosial
lainya. Dengan semikian keberadaan masjid memberikan manfaat bagi jama’ahnya dan bagi masyarakat lingkunganya.
Sesuai dengan pengertian yang telah dirumuskan tersebut diatas,
maka masjid Al-Hidayah mempunyai dua fungsi :
1. Fungsi Ibadah Mah’doh
Ibadah Mahdhoh atau ibadah khusus, ialah ibadah yang apa
saja yang telah ditetapkan Allah akan tingkat, seperti Shalat,
Wudhu, Puasa, Haji, Umrah dan lain-lain. Telah banyak dimaklumi
bahwa fungsi masjid yang pertama adalah sebagai tempat shalat
atau tempat ibadah kepada Allah. Shalat merupakan ibadah ritual
yang khas. Selain itu, shalat dapat menjadi metode spritualitas
dengan menggingat Allah. Masjid merupakan rumah Allah yang
sangat spesial bagi umat Islam. Oleh karena itu Rosulullah
9
Zein M. Wiryo Prawiro, IAI, Perkembangan Arsitektur Masjid di Jawa Timur (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1986),155.
(44)
35
mengajarkan dan mencontohkan adab atau etika setiap kali datang
ke masjid. Begitu masuk masjid, Rosulullah langsung mendirikan
sholat tahiyyatul masjid sebanyak dua rakaat.10
Makna shalat lebih luas tidak hanya sebagai ritual saja,
yang diawali takbir dan diakhiri dengan salam. Ketika orang itu
mengingat Allah maka banyak prilaku positif, seperti mengajak
berbuat baik, bershodaqoh, mencegah perbuatan keji dan mungkar,
membayar zakat dan sebagainya.Secara harfiah, Shalat memiliki makna, “menghubungkan”, yaitu menghubungkan diri dengan tuhan
dan oleh karenanya shalat bukan hanya berarti menyembah saja.11
Dalam shalat, orang islam mencurahkan isi pikiran dan rasa hatinya
pada penciptanya yang diiringngi dengan doa dan dzikir, dinyatakan
sebagai pemujaan yang memuncak, berisi kerinduan yang
membakar jiwa.
Fungsi utama Masjid, Masjid ini adalah tempat sujud
kepada Allah SWT, tempat shalat, dan tempat beribadah
kepadanya.Lima kali sehari semalam diantaranya yaitu pada waktu
shubuh, waktu Dzuhur, Waktu Ashar, Waktu Maghrib, Waktu Isyak’dan sholat jum’at.
10
Toha Hamim, Masjid Jadi Pusat pendidikan (Jakarta: Gerbang Edisi, 2000), 34. 11
(45)
36
Shalat berjama’ah sangat penting bagi umat islam karna perbedaan dari segi pahalanya sangat berbeda dibanding dengan shalat tidak berjama’ah yaitu pahalanya berbanding 27 dan 1. shalat dapat juga mewujudkan persatuan ukhuwah islamiyah di antara sesama umat islam yang menjadi jama’ah masjid tersebut.
Dalam Islam shalat merupakan tiang agama dan juga
kewajiban kaum muslim atau muslimat yang tidak bisa
ditinggalkan. Ibadah shalat merupakan bentuk dzikir untuk
mengingat Allah dan juga rasa syukur atas nikmat hidup yang
diberikan oleh Allah SWT. Shalat merupakan unsur yang
membentuk tegaknya agama itu sendiri, maka barang siapa yang
meninggalkanya berarti telah meninggalkan agama dan
mendustakan perintah yang diwajibkan oleh Allah.12
Bahwasanya fungsi didirikanya masjid adalah untuk tempat
ibadah semata, maka masjid harus bebas dari perbuatan yang buruk,
ditengah kesibukkan masyarakat desa pacet dalam bekerja, namun
ada sebagian orang yang tidak melalaikan tugas dan kewajibannya
untuk shalat berjamaah dan beristiqomah di dalam Masjid.
12
(46)
37
2. Fungsi ibadah Sosial
Masjid sebenarnya merupakan pusat segala kegiatan. Masjid bukan hanya sebagai pusat ibadah khusus seperti shalat dan i’tikaf tetapi merupakan pusat kebudayaan/mu’amalat tempat di mana lahir kebudayaan Islam yang demikian kaya dan berkah. Keadaan
ini sudah terbukti mulai dari zaman Rasulullah sampai kemajuan
politik dan gerakan Islam saat ini.13
Masjid tidak menunjukkan arti sebagai tempat shalat saja,
tetapi juga tempat berlangsungnya beberapa kegiatan, khususnya
yang berhubungan dengan aktivitas kebudayaan Islam dan salah
satu kegiatan kebudayaan tersebut diantaranya adalah tempat
berlangsungnya pendidikan. Oleh karena itu juga, maka mengamati
berbagai pandangan di atas, dapat dijelaskan pada dasarnya masjid
adalah tempat ibadah bagi umat Islam, baik hal tersebut merupakan
ibadah yang bersifat individual maupun ibadah kemasyarakatan.
Masjid sebagai tempat ibadah sosial yaitu tempat penduduk
bisa saling jumpa, saling berkenalan satu sama lain, mendekatkan
hati, berjabat tangan, memperkuat ikatan persaudaraan, saling
bertanya tentang kondisi masing-masin. Masjid merupakan tempat
membinana keutuhan jama’ah kaum muslimin dan gotong royong
dalam mewujudkan kesejahteraan bersama. Masjid sebagai lembaga „amil zakat, lembaga penengah sengketa, lembaga
13
(47)
38
solidaritas serta bantuan kemanusiaan, dan lembaga kursus bagi
anak muda dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan.
Masjid yang merupakan sebagai pusat kebudayaan adalah
suatu manifestasi perbuatan dan kelakuan manusia yang cenderung
kepada nilai-nilai kebenaran, keindahan dan kebaikan. Masjid
merupakan salah satu karya budaya umat Islam dibidang teknologi
konstruksi dan arsitektur.14 Tak heran jika masjid merupakan ciri
atau simbol dari sebuah kota Islam, semakin maju sebuah kota
Islam, maka bangunan masjidnya pun semakin magah dan besar.
Maka arti kebudayaan itu sangat luas sekali, akan tetapi yang di
maksud manifestasi tersebut selalu berjiwakan dan tidak
bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam.
Masjid bukanlah sekedar atau semata-mata merupakan sebuah
simbol peribadatan umat Islam, tetapi memiliki makna luas dan
memiliki hubungan erat dengan beberapa hal, antara lain hubungan
masjid dengan lingkungan keberadaan masjid pada suatu
komunitas merupakan gambaran yang jelas tentang masyarakat dan
lingkungan alam sekitarnya.15
14
Supriyanto Abdullah, Peran dan Fungsi Masjid (Yogyakarta: Cahaya Hikmah, 1997), 44. 15
(48)
39
Sesungguhnya hubungan masjid dengan manusia pada satu
sisi dan hubungan masjid dengan lingkungan alam sekitar adalah
satu kesatuan system yang utuh.Keduanya saling mengfungsikan
atau dengan yang lainnya. Masjid adalah sistem yang menjalankan
fungsinya bagi kemajuan manusia dan lingkungan hidup sekitarnya
secara timbal balik dan demikian pula kewajiban manusia dalam
konteks kemakmuran masjid, manusia dan lingkungan alam
sekitarnya adalah suatu gambaran kongkret dari suatu system sosial
dan budaya yang menjalankan dan menerapkan perilaku yang adil
terhadap sesama manusia.16
Dalam masyarakat yang selalu berpacu dengan kemajuan
zaman, dinamika masjid-masjid sekarang ini banyak yang
menyesuaikan diri dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Artinya
masjid tidak hanya berperan sebagai tempat ibadah shalat tetapi
juga sebagai wadah beraneka kegiatan umat islam. Sebab, masjid
merupakan intergritas dan indentitas umat islam yang
mencerminkan tata nilai keislamanya. Dengan demikian, fungsi
masjid tidak hanya menitikberatkan pada pola aktifitas yang
bersifat akhirat, tetapi memperpadukan antara aktivitas ukhrawi
dan aktivitas duniawi.
16
(49)
40
Masjid ialah sebuah pranata sosial islam yang didalamnya
terjadi berbabagai proses sosial, salah satunya ialah interaksi
sesama anggota masyarakat dengan perbedaan kebudayaan.
Masyarakat Islam sebagai sistem sosial Islam tidak pernah mampu
melepaskan diri dari lingkungannya dan oleh karenanya
lingkungan merupakan hal yang penting ketika akan mendirikan
sebuah masjid. Berdasarkan tujuanya, sebuah masjid tidak dapat
dibangun dalam wilayah yang tidak terjamah oleh manusia karena
pada intinya masjid dan lingkungan masyarakat tidak dapat
dipisakan, keduanya ialah rangkaian sebuah sistem.17
Tujuan utama umat islam berkumpul di masjid ternyata tidak
hanya untuk melaksanakan shalat semata, dalam pertemuan
tersebut muncul proses komunikasi dan interaksi untuk
membicarakan hal-hal yang berubungan dengan kepentingan
bersama. Hal ini lama kelamaan akan membentuk suatu ikatan
emosional dan membentuk kesatuan sosial diantara mereka, yaitu
kesatuan sosial Muslim.18 Fungsi masjid tidak saja dipandang
sebagai instrument keagamaan tetapi juga instrument sosial yang
dapat menjadi fasilitas konsolidasi dan interaksi dalam masyarakat.
17
Syahidin, pemberdayaan Umat Berbasis Masjid, 124. 18
(50)
41
Masjid sebagai pusat kebudayaan seperti kegiatan pendidikan
anak dan remaja, majelis taklim, tempat musyawarah warga,
tempat melasungkan akad nikah, bimbingan manasik haji yang
terjadi di setiap tahunya. Serta tempat pembinaan kehidupan sosial
lainya, seperti pagarnusa, pagunusan dan Margoloyo. Kegiatan
tersebut nerupakan suatu seni pelatihan tenaga dalam olah
pernafasan. Kegiatan ini jarang sekali dilakukan oleh masjid
kebanyakan. Bahkan kegiatan tersebut milik NU sendiri yang
mewakili dari masjid sekecamatan Pacet. Meskipun dengan adanya
kegiatan seperti itu, masjid ini tetap tempat yang benar-benar di
jaga. Masjid ini benar-benar dijaga kesaklaran dan kesucianya,
karena masjid ini berada di wilayah masyrakat agamis dan sang
pendiri masjid juga berjasa besar mengajarkan agama Islam di
wilayah itu.
Masjid ini memiliki banyak fungsi dalam mengatur tata
kehidupan umat Islam yang salah satunya adalah sebagai lembaga
pendidikan anak. Masjid sebagai lembaga pendidikan pertama kali
bagi umat Islam. Sebab di sanalah pertama kali seorang anak
muslim dikenalkan dengan tata kehidupan ber-islam seperti: cara
(51)
42
Dari bentuk pendidikan yang sederhana itu lalu berkembang
menjadi madrasah dan TPA-TPA yang dikenal dengan iqra’-nya
itu. Katakanlah sebagai taman pendidikan, yang disana diajarkan
pengetahuan Agama (Islam) secara teoritis, disamping ditanamkan
prinsip-prinsip Islam tentang kemanusiaan untuk diamalkan dalam
kehidupan. Sebagaimana diketahui bahwa sentral pendidikan
adalah sekolah, rumah, lingkungan, dan tempat ibadah.
Masjid adalah pusat pendidikan dan pengajaran dan karenanya
masjid juga disebut sebagai pusat ilmu.Ilmu-ilmu disampaikan
melalui pengajian-pengajian, ceramah, organisasi dan khutbah.
Oleh sebab itu pendidikan apa pun tidak boleh terpisakan dengan
kehidupan ruahani (spiritual).19 Dalam pendidikan dikenal tiga
jenis, yakni pendidikan formal, informal, dan no formal.Pendidikan
formal berlangsung di berbagai lembaga pendidikan formal,
seperti; Sekolah Dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP).
Sekolah Menengah Umum/Kejuruan (SMU/SMK), berbagai
tingkatan madrasah berkurikulum, Perguruan Tinggi (PT). Dengan
adanya masjid yang makmur akan menghindarkan anak didik dan
kepribadian terbelah (split character), dimana itu disebabkan oleh
karena bertolak belakangnya suasana keadaan yang melingkupi
mereka. Di sekolah anak-anak didik hidup dalam suasana yang
19
(52)
43
terdidik islami, sementara dirumah atau di kampong halaman yang
terjadi adalah sebaliknya.
Sebagaimana fungsi yang harus dijalankan oleh masjid
Al-Hidayah ini sebagai peningkatan pendidikan umat untuk mencapai jama’ah masjid yang memahami ajaran islam secara kafah atau menyeluruh dan sempurna. Hubungan di dalam masjid itulah yang
senantiasa mendekatkan hati mereka. Hal ini mempunyai pengaruh
positif dalam mengemban amanah di muka bumi sebagai khalifah
Allah. Di dalam masjid, pada waktu shalat, ajaran persamaan dan
persaudaraan ummat manusia di praktekkan. Disinilah tiap muslim
disadarkan bahwa sesungguhnya mereka semua sama. Di dalam
masjid hilanglah perbedaan warna kulit, suku, bangsa, kedudukan,
kekayaan, dan madzhab.
Meskipun masjid ini terlatak didaerah pegunungan dan di
plosok desa, masjid ini tetap menempatkan fungsinya sebagai
wadah beraneka kegiatan umat Islam. Dengan demikian, teknologi
pembangunan generasi manusia mutlak memerlukan pendidikan
sebagai proeses transformasi dan tranmisi ilmu pengetahuan.
Dengan tidak menafikan pentingnya bekal yang bersifat material,
ilmu akan menjadi bekal yang lebih bermanfaat bagi seseorang
untuk menjalani hidup yang semakin sarat tantangan. Dapat
dipastikan mampu memberikan alternatif untuk menciptakan
(53)
44
Masjid yang penuh dengan kegiatan pengajian-pengajian
keilmuan akan memainkan peran sebagai fasilitor pendidikan baik
secara lanngsung ataupun tidak. Salah satu yang paling penting di
masjid Al-Hidayah yang merupakan salah satu sebagai tempat
Lembaga Perekonomian. Tampaknya perlu ditegaskan kembali
bahwa selain memiliki fungsi ritual (ibadah) masjid juga memiliki
fungsi sosial (muamalah) karena pada prinsipnya ajaran Islam
tidak pernah dapat melepaskan diri dari dua aspek ini. Kegiatan
perekonomian sangat penting bagi umat islam untuk menunjang
kehidupan.20 Bahkan dapat dipastikan bahwa ekonomi merupakan
tulang pungung dalam perjuangan menyebarkan Islam.
Dengan demikiann, ativitas ekonomi merupakan kehendak
sadar manusia atau sekelompok masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya yang tidak mungkin diperoleh secara
mandiri.Hal inilah yang menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
Menarik untuk dicermati bahwa hubungan data peranan
masjid dengan ekonomi menurut Gazalba adalah bukan hubungan
dalam wujud tindakan rill ekonomi seperti kegiatan produksi,
distribusi, dan konsumsi.Perananya terletak pada bidang ideal atau
konsep ekonomi yang pangkal dan azasnya adalah Al-Qur’an dan
Hadists.21
20
Rifa’I, Manajemen Masjid, Mengoptimalkan Fungsi Sosial Ekonomi Masjid, 20.
21
(54)
45
D. Kegiatan Masjid
Dengan luasnya fungsi dan peran masjid, tak heran jika keberadaan
masjid menjadi kepentingan masyrakat. Bila Masjid yang didirikan oleh
masyarakat otomatis akan menimbulkan sebuah kegiatan agama seperti
kegiatan peribadahan dan pusat kegiatan kemasyrakatan. Ditayakan bahwa yang dimaksud dengan kegiatan peribadahan adalah sholat jum’at sholat rawatib, sholat tarawih dan sholat lainya, serta iktikaf. Sementara yang
dimaksud dengan kegiatan sosial atau kemasyrakatan adalah pengolahan
zakat, pengolahan kurban, pengolahan sumbangan buat fakir miskin,
khitan masal dan pembinaan remaja masjid.
Berikut ini adalah jadwaldaftar imam shalat rawatib adalah di
masjid Al-Hidayah Pacet.
IMAM SHOLAT ROWATIB Tabel 3.1
WAKTU IMAM
DZUHUR Achmad Chuzaini
ASHAR Abdul Jamil
MAGHRIB Syaifudin
ISYA’ Nur Kholis
SHUBUH Muzayyin
(55)
46
Disini juga akan diterangkan mengenai kegiatan rutin masyarakat
kelurahan Pacet di masjid Al-Hidayah sebagai berikut:
UNIT KEGIATAN MASJID Tabel 3.2
Jenis Kegiatan Bulan/Tahunan
Kegiatan pengajian Dilaksanakan dua minggu sekali
Khataman Al-Qur’an Dilaksanakan satu bulan sekali
Diba’ Dilaksanakan satu minggu sekali
Isthigosah Dilaksanakan pada senin wage
Pengajian shubuh Dilaksanakan satu minggu sekali
Dzikrul Ghofilin Dilaksanakan pada sabtu kliwon
Haul Dilaksanakan satu tahun sekali
(56)
47
Berdasarkan dari analisa diatas, bahwa Bagaimana hubungan
Struktur masjid secara vertikal dan horizontal, vertikal merupakan
konsekunsi hubungan manusia dengan tuhanya (Habluminnallah).
sedangkan horizontal merupakan hakikat hubungan antarsesama manusia
sesuai dengan agama (Habluminannas). vertikal dan horizontal ini
merupakan hakikat hubungan antarsesama manusia sesuai dengan ajaran
agama yang bersifat universal.
Struktur yang terdapat pada masjid ini terbagi dua yaitu islam dan
jawa. Struktur islamnya meliputi mimbar, mihrab dan serambi masjid dan
struktur jawanya meliputi atap masjid berbentuk tumpang dan bertingkat
dua, liwan masjid yang berpondasi empat dan gapura masjid. Denah
masjid ini berbentuk bujur sangkar, mimiliki luas 1228 meter.
Fungsi masjid Al-hidayah meliputi dua fungsi yaitu ibadah
mahdhah dan ibadah sosial. Fungsi ibadah mahdhoh adalah untuk
melaksanakan iabdah yang tujuannya kepada Allah seperti ibadah sholat jum’at, sholat berjamaah lima waktu dan iktikaf. Kemudian fungsi ibadah sosial adalah hubunganya dengan masyarakat contohnya seperti kegiatan
masjelis tak’lim, tempat pembinaan dan sarana pendidikan umat, haul masjid serta musyawaroh jamaah bertujuan untuk memakmurkan masjid.
(57)
(58)
48
BAB IV
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN MASJID AL-HIDAYAH
A. Proses Berdirinya Masjid Al-Hidayah
Masjid Al-Hidayah merupakan masjid yang didirikan pada tahun
1928-an, masjid tersebut didirikan atau diprakarsai oleh seseorang tokoh
agama islam bernama KH. Arief. Namun sebelum menjadi sebuah
masjid dulunya adalah sebuah bangunan mushollah. Proses berdirinya
sebuah masjid di desa pacet sangatlah panjang dan bersejarah melihat dari
proses dan perkembanganya.
Awal mula ide pendirian masjid dari seseorang yang bernama KH.
Arief yaitu seorang ulama yang berasal dari jawa tengah, beliau
bukanlah warga asli desa setempat, beliau datang ke desa pacet sekitar
tahun 1918, untuk berkelana menggamalkan ilmu agama islam yang beliau
miliki. Proses berdirinya masjid berawal dari keperhatinan KH. Arief
melihat tidak adanya sebuah tempat ibadah umum buat warga
melaksanakan sholat berjamaah dan sholat jumat serta kegiatan agama
lainya, karna peran dan fungsi masjid dalam masyarakat sangatlah penting
untuk tempat pembinaan umat dan sarana pendidikan agama islam.
(59)
49
Dalam Proses pembangunan masjid berangkat dari rasa perihatin
KH. Arief, setelah tiba dan tinggal didesa tersebut, melihat kenyataan
bahwa di daerah pacet belum ada tempat ibadah umum untuk
melaksanakan sholat serta tidak memiliki sebuah bangunan masjid,
walaupun penduduk desa mayoritas islam. Masjid adalah rumah
peribadatan kaum muslimin. Di situ mereka mengerjakan shalat jama’ah
dan shalat Jum’at, zikir, menyebut dan mengingat Allah serta
memohonkan do’a kepada-Nya.
Melihat fenomena warga desa pacet yang belum mempunyai
tempat ibadah seperti masjid, walau mayoritas warga disana muslim,
disebabkan moral dan budaya warga desa setempat, lebih banyak
melakukan aktifitas kemusyrikan atau meminta selain kepada Allah.
Karna pemahaman agama masyarakat desa masih bisa dikatakan belum
terbentuk dengan kuat. Mereka beragama mengikuti jalur tradisi keluarga
atau keturunan. Kepanutanya terhadap agama tertentu bukan karena faktor
kesadaran diri setelah belajar, memahami dan menghayati, tetapi karena
faktor keluarga dimana mereka dididik sejak usia dini dengan cara-cara
keaagaman yang di anut ayah ibunya maka itu islam di pacet tidak begitu
berkembang.1
1
(60)
50
Kedatangan KH. Arief di desa pacet untuk menggubah pola pikir
warga setempat, dengan cara berdakwah, hakekatnya dakwah merupakan kewajiban umat islam mengajak menuju kebaikan (amar ma’ruf nahi munkar). Dakwah sebagai syiar merupakan tindakan atau upaya untuk
menyampaikan dan memperkenalkan bebagai hal dalam islam, seperti
hukum-hukum, kaidah maupun tatacara prilaku.2 Sedangkan cara
berdakwah KH. Arief di desa pacet, dengan cara lewat mendatanggi
rumah-rumah warga, beliau sangat ingin mencontoh rasulullah yang
berdakwah secara terang-terangan mendatangi rumah satu kerumah laimya
dengan amat sabar walaupun banyak dakwahnya ditentang dan di tolak
oleh kaum quraisy saat itu. Begitu juga yang di alami oleh KH. Arief, yang
berdakwah secara terang- terangan dengan mendatangi rumah warga
sekitar sambil berkenalan untuk membuat suasana keakrapan dengan
warga sekitar desa, warga desapun menyambut pemikiran dan tata cara
KH. Arief dengan pro dan contra dikaranakan beliau orang baru atau orang
asing sebelumnya tidak di kenal warga.
Setelah tinggal beberapa bulan disana, beliau mulai mempunyai
keinginan mencari sebidang tanah untuk di jadikan sebuah rumah, karna
beliau juga belum mempunyai rumah, proses usaha beliau tidaklah sia-sia
dalammenemukan lahan yang kosong untuk dibangun sebuah rumah
namun itu adalah sebuah hutan belantara dan juga berdekatan dengan
sebuah sawah dan juga sungai, namun KH. Arief tetap yakin dan berdoa
2
(61)
51
kepada Allah bahwa akan berkah dunia dan akhirat bila membangun
rumah disitu.
Pada saat proses pembuatan rumah beliau, juga mempunyai ide
ingin membangun sebuah musholla, agar mushollah itu menjadi tempat
atau wadah untuk mendawahkan islam lebih intesif kepada masyarakat
setempat, walau tujuan utama beliau bukan membangun musholla yaitu
ingin mendirikan masjid. Namun beliau berkeyakinan dan berdoa bahwa
musholla itu akan mejadi masjid suatu saat nanti agar bisa menampung
para jamaah lebih banyak. Ciri yang khas dari masjid bila dibandingkan
dengan langgar/surau atau musholla adalah di dalam masjid orang dapat mengerjakan i’tikaf/tafakur, sedangkan di kedua bangunan yang lain tersebut tidak di perkenankan.
Pada umumnya musholla digunakan sebagai tempat shalat fardhu,
lima kali sehari semalam. Langgar/surau selain sebagai tempat shalat
fardhu, juga digunakan sebagai tempat pendidikan dan pengjaran terutama
hal-hal yang berkaitan dengan masalah keagamaan. Selain di maksudkan diatas, masjid juga dapat digunakan sebagai shalat berjama’ah, seperti sholat jum’at, shalat hari raya (kalau tidak ditanah lapangan), shalat tarawih (pada malam bulan puasa) dan lain-lain.
(62)
52
Fungsi pembangunan mushollah atau masjid untuk dijadikan sholat berjama’ah.Sholat berjama’ah adalah merupakan salah satu ajaran islam yang pokok yang diajarkan oleh nabi Muhammad. Namun banyak
Mushollah atau masjid yang didirikan umat islam selain dibuat ibadah sholat juga dibuat untuk sebagai pusat da’wah dan kebudayaan islam dan lain sebagainya, sama halnya dengan fungsi musholla yang dibangun oleh KH. Arief yaitu untuk menegakan ibadah sholat dan berda’wah.3
Beberapa tahun kemudian dakwah dan pembelajaran ilmu agama
islam mulai berkembang pesat dan juga tidak cukup untuk menampung
banyaknya para jamaah. Maka beliapun memiliki ide untuk membangun sebuah masjid agar dapat menampung para jama’ah lebih banyak. Namun proses pembangunan dirasa cukup berat karna faktor material dan biaya
banyak, tidak semudah yang dibayangkan. Maka membangun sebuah
masjid tentu berbeda dengan membangun rumah atau bangunan lainya.
Sebagai bangunan yang terkait dengan kepentingan umum,
biasanya rencana pembangunan pun membutuhkan anggota kepanitiaan
untuk mengatur biaya dan bentuk arsitektur masjid.4
Masjid Al-Hidayah berdiri pada tahun 1928 dari hasil kerja keras
KH Arief dan warga setempat, proses pembangunan yang cukup panjang
menunggu sampai 10 tahun lamanya, walau struktur bangunanya
sederhana terbuat dari material kayu yang beratap tajug tumpang tindih
dua. Walau banguanya hanya sederhana beliau tetap bersyukur kepada
3
Gazalba, Mesjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam, 50. 4
(1)
72
sosial yaitu adanya kegiatan haul untuk mempringati hari kematian dari
KH. Arief. Serta membuat struktur organisasi masjid agar masjid terlihat
makmur kedepanya.
Pada saat KH. Wahab meninggal priode kepemimpinan selanjutnya
di pimpin oleh H. Faqih yaitu adik ipar beliau, H. faqih mengantikan peran
dari KH.Wahab untuk mengembangkan masjid dan pesantren namun
beliau tidak bisa melaksanakan tugas seperti kepemimpinan sebelumnya
sehingga pesantren yang dibangun oleh KH.Arief mengalami kemerosotan
santri sehingga perkembangan pesantren tersebut berlahan-lahan
mengalami kegagalan dalam belajar. Pesantren akhirnya sepi dan para
santri, hingga saat ini perkembangan pesantren tersebut fakum untuk
selamanya. Priode ketiga pada tahun 1990 dipimpin oleh H. Abdul Jamil,
beliau adalah cucu dari KH. Arief. Dalam kepemimpinan beliau ini masjid
kembali berkembang dari aspek bangunan masjid hingga kegiatanya
semakin banyak dan tersetruktur rapi hingga sekarang. Berkaitan dengan
sejarah masjid Al-Hidayah, bahwa masjid ini berdiri pada tahun 1928
terletak di daerah kecamatan Pacet-Mojokerto dan didirikan oleh KH.
(2)
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah memperlihatkan dan meneliti Masjid Al-Hidayah di Desa
Pacet Kabupaten Mojokerto, yang berkenaan dengan sejarah dan
perkembanganya, maka dapat disimpulkan bahwa rumusan masalah dari
sejarah perkembangan masjid Al-Hidayah sebagai berikut :
1. Pacet adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Mojokerto, Profinsi
Jawa Timur Indonesia. Wilayah Pacet berada di kaki lereng gunung
welirang dan gunung penanggungan. Mayoritas pendududuk desanya
beragama islam, walau ada juga yang beragama kristen. Penduduk
Pacet rata-rata bermata pencaharian sebagai petani, karna kawasanya
yang berada di pegunungan
2. Struktur dan fungsi masjid Al-Hidayah. Struktur masjid dilihat dari
aspek terbagi dua yaitu islam dan jawa. Fungsi masjid Al-Hidayah
terbagi menjadi dua yaitu fungsi ibadah mah,dah dan ibadah sosial.
3. Sejarah masjid Al-Hidayah berdiri pada tahun 1928. Dalam
perkembanganya masjid Al-Hidayah meliwati beberapa priode
kepemimpinan, yaitu priode pertama 1928-1951. Priode kedua
1986-1990 dan priode ketiga 1986-1990 2016.
(3)
74
B. Saran
Penulis sadar dari skripsi yang berjudul “ Sejarah Perkembangan
Masjid Al-Hidayah di Pacet-Mojokerto Tahun 1928-2016” masih jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari
saudar agar penulis dapat memperbaiki skripsi ini di kemudian hari, demi
kesempurnaan karya ini.
Untuk pengurus masjid Al-Hidayah penulis memberikan beberapa
saran antara lain, dalam sistem pengolahan masjid seorang pengurus harus
kreatif dalam ide-idenya, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran masjid. Dengan demikian dapat memberikan pengaruh yang
positif terhadap masyarakat sekitarya. Dengan demikian semoga
saran-saran tersebut dapat bermanfaat, dan dapat menjadi bahan pertimbangan
bagi para pengurus masjid dalam sistem pengolahan masjid.
Alhamdulilah segala puji syukur kami panjatkan kehadiaran Allah
SWT. Dengan rahmatnya penulis ini menyadari bahwa di dalam penulisan
terdapat kekurangan serta kekeliruan, dimana hal ini kemampuan yang ada
pada diri penulis. Sekian penulis hanya bisa berucap dan berharap semoga
(4)
75
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Supriyanto. Peran dan Fungsi masjid. Yogyakarta: Cahaya Hikmah, 1997.
Ayub, Moch. E. Manajemen Masjid. Jakarta: Gema Insani, 1996.
Gazalba, Sidi. Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Pustaka Al-Hysnan,
1989.
Haviland, Wiliam. A. Antropologi. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 1999
Kholil, Ahmad. Agama Kultural Masyarakat Pinggiran. Malang : Uin Maliki Press,
2011.
Koentjaraningrat. kebudayaan Jawa. Jakarta : Balai pustaka, 1984.
Mardjoned, Ramlan. Manejemen Masjid. Jakarta: Gema Insani Press, 1996.
Mulyati, Sri. Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia.
Jakarta: Kencana, 2004.
Rifa’i, A. Bahrun. Manajemen Masjid: Mengoptimalkan Fungsi Sosial Ekonomi Masjid.
Bandung: Benang Merah Press, 2005.
Supardi, Teuku Amirudin. Konsep Manejemen Masjid; Optimalisasi Peran Masjid.
Yogyakarta: UII Press, 2011.
Sumalyo Yulianto. Arsitektur Mesjid dan Monumen Sejarah Islam. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 2000.
Sumintardja, Djauri. Kompedium Sejarah Arsitektur. Bandung: Penerbit Yayasan
Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, 1978.
Situmorang, Oloan. Seni Rupa Islam Pertumbuhan dan Perkembanganya. Bandung:
Penerbit Angkasa, 1993
Sarworno, Ahmad. Masjid Jantung Masyarakat. Yogyakarta : Izzan Pustaka, 2003.
Susanta, Gatut. Membangun Masjid dan Musholla. Jakarta: penerbit Swadaya,2007.
Syahidin, Pemberdayaan Umat Berbasis Masjid . Bandung: Penerbit Alfabeta, 2003.
(6)
Utsman, Hasan. Metode Penelitian Sejarah, ter Minhaj Al-Bahtsi Al-Tarikhi Jakarta:
Proyek Pembinaan Dan Sarana PTA/IAIN, 1996.
Wiryo Prawiro, M. Zein. Perkembangan Arsitektur Masjid di Jawa Timur. Surabaya: PT
Bina Ilmu, 1986.
Yani Ahmad. Panduan Memakmurkan Masjid. Jakarta: Al Qalam, 2009.
SUMBER DATA INTERNET
Geoku Indo, “Arti dan pengertian Letak Geografis Indonesia”. Dalan
http://indo-geografi.blogsport.co.id/2011/11/arti-dan-pengertian Letak - geografis. html (20 Maret 2017).
“Kajian Khusus tentang Fungsi Masjid” dalam http : www. Dipertais.net/arikel/ aryo01. Asp (24 Febuari 2017).