Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kompetensi Guru SD Negeri Gugus Kendalisada Kecamatan Petungkriyono Kabupaten Pekalongan T2 942012026 BAB II
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kompetensi Guru
Guru memiliki peran penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Pendapat Slameto (2012) bahwa kualitas pendidikan, terutama ditentukan oleh proses belajar mengajar yang berlangsung di ruang-ruang kelas. Dalam proses belajar mengajar tersebut guru memegang peran yang penting. Guru adalah kreator proses belajar mengajar. Ia adalah seorang yang akan mengembangkan suasana bebas bagi siswa untuk mengkaji apa yang menarik minatnya, mengekspresikan ide-ide dan kreativitasnya dalam batas-batas norma-norma yang ditegakkan secara konsisten.
Permendiknas Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi guru, mensyaratkan penguasaan terhadap 24 kompetensi dan telah dirangkum menjadi 14 kompetensi yang harus dikuasai oleh guru meliputi kompetensi:
A. Pedagogik
(2)
2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
3. Pengembangan kurikulum.
4. Kegiatan pembelajaran yang mendidik. 5. Pengembangan potensi peserta didik. 6. Komunikasi dengan peserta didik. 7. Penilaian dan evaluasi.
B. Kepribadian
8. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional. 9. Menunjukkan pribadi yang dewasa dan
teladan.
10. Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, dan rasa bangga menjadi guru.
C. Sosial
11. Bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif.
12. Komunikasi dengan sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua, peserta didik, dan masyarakat.
D. Profesional
13. Penguasaan materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
14. Mengembangkan keprofesian melalui tindakan yang reflektif.
(3)
Guru profesional pada dasarnya harus memiliki kompetensi seperti yang disyaratkan tersebut di atas.
Usman (2006) mengemukakan kompetensi berarti sesuatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun yang kuantitatif. Sejalan dengan itu Finch & Crunkilton 1979 (dalam Mulyasa, 2005) mengartikan kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, ketrampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Muhaimin (2004) menjelaskan kompetensi adalah seperangkat tindakan inteligen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Sifat inteligen harus ditunjukan sebagai kemahiran, ketetapan, dan keberhasilan bertindak. Sifat tanggung jawab harus ditunjukkan sebagai kebenaran tindakan baik dipandang dari sudut ilmu pengetahuan, teknologi maupun etika. Ketiga pendapat di atas, kompetensi berarti kemampuan dan penguasaan terhadap tugas-tugas tertentu. Jika dimaknai pada seorang guru, berarti guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi.
(4)
Selanjutnya Suderajat (2004) memberikan rambu-rambu tentang makna kompetensi. Secara umum kompetensi diartikan sebagai pemilikan pengetahuan (konsep dasar keilmuan), ketrampilan yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan di lapangan, dan nilai nilai serta sikap. Dengan demikian kompetensi memiliki tiga dimensi, yaitu: 1) penguasaan konsep; 2). kecakapan mengimplementasikan konsep; dan 3). pemilikan nilai dan sikap dari konsep yang dikuasai dan diimplementasikannya. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi adalah perpaduan dari penguasaan pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang diwujudkan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak sehingga dapat mencapai tujuan tertentu secara maksimal.
Guru akan mampu mengemban dan melaksanakan tanggung jawabnya jika memiliki berbagai kompetensi yang relevan. Misalnya guru harus menguasai cara belajar yang efektif, harus mampu membuat model satuan pelajaran, mampu memahami kurikulum secara baik, mampu mengajar di kelas, mampu menjadi model badi siswa, mampu memberi nasehat dan petunjuk yang berguna, menguasai teknik-teknik memberikan bimbingan dan penyuluhan, mampu menyusun
(5)
dan melaksanakan prosedur penilaian kemajuan belajar dan sebagainya (Wibowo, 2012). Abdullah (2007) menyebutkan bahwa kompetensi pendidik merupakan kemampuan pendidik dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak, atau diartikan kemampuan dan kewenangan pendidik dalam melaksanakan profesi kependidikannya. Sementara itu menurut Mulyasa (2003) kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial dan spiritual yang secara kaffah membentuk standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme. Berdasarkan uraian di atas maka kompetensi guru sekolah dasar dapat didefinisikan sebagai internalisasi kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial dan spiritual yang diwujudkan dengan penguasaan terhadap pengetahuan, ketrampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak dalam menjalankan profesi sebagai guru di sekolah dasar. Dengan penjelasan pengertian kompetensi guru di atas, maka kompetensi guru dipandang sebagai inti dari suatu profesi guru,
(6)
yaitu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian.
Hal itu mengandung implikasi bahwa seorang profesional yang kompeten itu harus dapat menunjukan ciri-ciri utamanya. Profil tenaga pengajar (guru) ternyata bervariasi, tergantung pada cara mempersepsikan dan memandang apa yang menjadi peran dan tugas pokoknya. 1) Guru sebagai pengajar. 2) Guru sebagai pengajar dan juga sebagai pendidik. 3) Guru sebagai pengajar, pendidik dan juga agen pembaharuan dan pembangunan masyarakat. 4) Guru yang berkewenangan berganda sebagai Pendidik Profesional dengan bidang keahlian lain selain kependidikan (Alma, 2010). Pendidik profesional menunjukkan bahwa orang yang menyandang suatu profesi dan dalam melakukan pekerjaannya sesuai dengan profesinya. Peningkatan kompetensi guru dimaksudkan dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara profesional di satuan pendidikan, menjadi kebutuhan yang amat mendesak dan tidak dapat ditunda-tunda. Hal ini mengingatkan perkembangan atau kenyataan yang ada saat ini maupun di masa depan. Peningkatan kompetensi keguruan, semakin dibutuhkan mengingat terjadinya perkembangan dalam pemerintahan, dari sistem sentralisasi menjadi
(7)
desentralisasi. Pemberlakuan sistem otonomi daerah itu, juga diikuti oleh perubahan sistem pengelolaan pendidikan dengan menganut pola desentralisasi. Pengelolaan pendidikan secara terdesentralisasi akan semakin mendekatkan pendidikan kepada stakeholders pendidikan daerah. Guru semakin dituntut untuk menjabarkan keinginan dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan melalui kompetensi yang dimilikinya (Saud, 2011).
Peningkatan kompetensi guru akan sangat berarti atau bernilai guna apabila dilaksanakan terkait langsung dengan tugas dan tanggung jawab utamanya. Pelaksanaan pengembangan tersebut ideal dilakukan atas dasar prakarsa pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara satuan pendidikan, asosiasi guru, guru secara pribadi, dan lain-lain (Danim, 2010). Dari kesemua itu yang paling berperan penting dalam pelaksanaan pengembangan tersebut adalah guru itu sendiri (guru yang bersangkutan). Tuntutan untuk meningkatkan kompetensi guru bila tidak dibarengi dengan kemauan, tekad dan kreativitas yang tumbuh dari diri sendiri, tidak akan memiliki arti apa-apa.
Kompetensi guru tertuang pada Undang-Undang RI No.14 Tahun 2005 tentang
(8)
Guru dan Dosen, Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Peraturan Pemerintah RI No. 74 Tahun 2008 tentang Guru, dijabarkan bahwa kompetensi yang harus dimiliki seorang pendidik ada empat, yaitu : a) kompetensi pedagogik; b) kompetensi kepribadian: c) kompetensi sosial: d) kompetensi profesional.
2.1.1 Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil pembelajaran, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya (Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan)
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik meliputi:
a. menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual;
(9)
b. menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik;
c. mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu: d. menyelenggarakan kegiatan pengembangan
yang mendidik;
e. memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggara kegiatan pengembangan yang mendidik;
f. berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik;
g. menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar;
h. manfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran;
i. melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran;
j. memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
Dalam Standar Nasional Pendidikan maupun Permendiknas RI No.16 Tahun 2007 tentang Kualifikasi dan Kompetensi Guru, dapat ditegaskan bahwa kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru, meliputi penyusunan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan tindak
(10)
lanjut pembelajaran. Suyatno (2008) menguraikan kompetensi pedadogik meliputi: 1) Pemahaman terhadap peserta didik, 2) Perancangan pembelajaran, 3) Pelaksanaan pembelajaran, 4) Perancangan dan pelaksanaan evaluasi hasil belajar, 5) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Kompetensi pedagogik seorang guru, dapat dilihat pada Permendiknas No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, Permendiknas No. 22 tahun 2006 Tahun 2006 tentang Standar Isi, Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses dan Permendiknas No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian
2.1.2 Kompetensi Kepribadian
Komptensi kepribadian, menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat (3) butir b dikemukakan bahwa, kompetensi kepribadian adalah adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Pemendiknas No. 16 tahun 2007 lebih rinci dijelaskan bahwa kompetensi inti yang harus
(11)
dimiliki oleh guru terkait dengan kompetensi kepribadian ini adalah: a) bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia; b) menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat; c) menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, d) menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri; dan e) menjunjung tinggi kode etik guru.
Kompetensi kepribadian ini bersifat pribadi yang terpendam pada diri masing-masing guru. Ditegaskan oleh Sagala (2011) kemuliaan hati seorang guru diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Guru secara nyata dapat berbagi dengan anak didiknya. Dari berbagai pendapat mengenai kompetensi kepribadian, tampaknya berpulang kembali kepada guru. Karena guru yang memiliki daya kalbu yang tinggi yang menampilkan kepribadian paripurna. Daya kalbu terdiri dari daya spiritual, emosional, moral, rasa kasih sayang, kesopanan, toleransi, kejujuran dan kebersihan, disiplin diri, harga diri, tanggung jawab, keberanian moral, kerajinan, komitmen, estetika, dan etika.
(12)
Penjelasan-penjelasan tentang kompetensi kepribadian, menggambarkan nilai luhur guru yang sempurna di dalam menjalankan tugas sebagai pendidik. Ada beberapa nilai luhur yang harus dimiliki dan dipraktikkan dahulu oleh seorang guru, baru kemudian diajarkan kepada anak didik dalam kehidupan nyata. Nilai-nilai luhur tersebut adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokrasi, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawan (Wibowo, 2012)
2.1.3 Kompetensi Sosial
Sebagai makhluk sosial, guru tentu berhubungan dengan makhluk sosial yang lain. Kompetensi ini berkaitan hubungan guru dengan orang lain, baik peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan orang tua maupun mayarakat. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat (3) butir b dikemukakan bahwa, kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali
(13)
peserta didik, dan masyarakat sekitar. Menurut Pemendiknas No. 16 Tahun 2007 lebih rinci dijelaskan kompetensi inti yang harus dimiliki oleh guru terkait dengan kopetensi sosial ini adalah: a) bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, status sosial ekonomi; b) berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat; c) beradaptasi di tempat bertugas di selulruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya; dan d) berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
Kompetensi ini menggambarkan guru sebagai makhluk sosial, yang harus berinteraksi positif dengan orang lain. Seorang guru--sama seperti manusia lainnya--adalah makhluk sosial, yang dalam hidupnya berdampingan dengan manusia lainnya. Guru diharapkan memberikan contoh baik terhadap lingkungannya, dengan menjalankan hak dan kewajibannya sebagai bagian dari masyarakat sekitarnya. Guru harus berjiwa sosial tinggi, mudah bergaul, dan suka menolong, bukan sebaliknya, yaitu individu yang tertutup dan tidak
(14)
memedulikan orang-orang di sekitarnya (Musfah, 2011)
2.1.4 Kompetensi Profesional
Menjadi guru profesional, tentu didambakan oleh semua pendidik dan dinantikan oleh anak didik. Guru dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan profesinya. Sifat profesionalisme seorang guru akan membawa arah pendidikan yang lebih baik. Menurut Yamin (2006) seorang guru profesional, dia memiliki keahlian, ketrampilan, dan kemampuan sebagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara: “tut wuri handayani, ing
ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso”.
Tidak cukup dengan menguasai materi pelajaran akan tetapi mengayomi murid, menjadi contoh atau teladan bagi murid serta selalu mendorong murid untuk lebih baik dan maju. Guru profesional selalu mengembangkan dirinya terhadap pengetahuan dan mendalami keahliannya, kemudian guru profesional rajin membaca literatur-literatur, dengan tidak merasa rugi membeli buku-buku yang berkaitan dengan pengetahuan yang digelutinya.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan penjelasan pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan
(15)
bahwa, yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Pada pasal 3 ayat (7) Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru dijelaskan bahwa kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya sekurang-kurangnya meliputi penguasaan:
a. Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu: dan
b. Konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang releva, yang secara konseptual menaungi atau koherendengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu
Dalam Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru yang diterbitkan oleh Kementerian
(16)
Pendidikan Nasional (2010) diuraikan masalah kompetensi profesional yaitu:
1. Penguasaan materi, struktur konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. Kegiatan guru meliputi rancangan, materi dan kegiatan pembelajaran, penyajian materi baru dan respon guru terhadap peserta didik memuat informasi pelajaran yang tepat dan mutakhir. Pengetahuan ini ditampilkan sesuai dengan usia dan tingkat pembelajaran peserta didik. Guru benar-benar memahami mata pelajaran dan sebagaimana mata pelajaran tersebut disajikan di dalam kurikulum. Guru dapat mengatur, menyesuaikan dan menambah aktifitas untuk membantu peserta didik menguasai aspek-aspek penting dari suatu pelajaran dan meningkatkan minat dan perhatian peserta didik terhadap pelajaran.
2. Mengembangkan keprofesian melalui tindakan reflektif. Kegiatan meliputi guru melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus menerus dan memanfaatkan hasil refleksi untuk meningkatkan keprofesian. Guru melakukan penelitian tindakan kelas dan mengikuti perkembangan keprofesian melalui belajar dari berbagai sumber, guru juga memanfaatkan TIK dalam berkomunikasi dan pengembangan keprofesian jika dimungkinkan.
2.2.
Penelitian Yang Revelan
Penelitan tentang kompetensi guru yang relevan dilakukan oleh Supriyono (2013) tentang Strategi Peningkatan Kompetensi Guru Madrasah Ibtidaiyah dengan metode penelitian kualitatif, secara umum hasil penilaian kompetensi guru Madrasah Ibtidaiyah yang meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional berada pada kriteria cukup,
(17)
sedangkan kompetensi keagamaan berada pada kriteria sedang.
2.3.
Kerangka Berfikir
Kompetensi personal sekolah terkait dengan kompetensi yang dimiliki guru dan terkait juga produktivitas sekolah, yang merupakan tujuan akhir dari suatu penyelenggaraan pendidikan. Kinerja adalah proses yang menentukan produktivitas organisasi. Produktivitas sekolah diukur dari prestasi belajar siswa, maka hal tersebut akan sangat tergantung pada prosesnya, yaitu kompetensi guru. Dengan kata lain, tak akan ada produktivitas berupa prestasi belajar yang berarti jika tanpa ada kompetensi guru yang baik
Guru adalah unsur utama dalam suatu proses pendidikan. Guru berada dalam front terdepan pendidikan yang berhadapan langsung dengan peserta didik melalui proses interaksi instruksional sebagai wahana terjadinya proses pembelajaran siswa dengan nuansa pendidikan. Dalam proses pembelajaran tersebut, peserta didik akan memperoleh banyak ilmu pengetahuan, pengalaman belajar, dan hubungan sosial dengan sesama, Untuk mencapai tujuan pendidikan yakni
(18)
memperoleh perubahan baik dari segi kognitif,
afektif maupun psikomotorik siswa dalam
berperilaku menuju yang lebih baik. Untuk menjalankan tugasnya dengan baik, guru memerlukan kompetensi yang tinggi, demi tercapainya tujuan pendidikan. Tinggi rendahnya kompetensi seseorang bisa dipengaruhi oleh diri-sendiri juga dari dari orang lain atau lingkungan luar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kompetensi guru yang mencakup kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional terletak pada tercapainya tujuan pendidikan di suatu sekolah.
(1)
peserta didik, dan masyarakat sekitar. Menurut Pemendiknas No. 16 Tahun 2007 lebih rinci dijelaskan kompetensi inti yang harus dimiliki oleh guru terkait dengan kopetensi sosial ini adalah: a) bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, status sosial ekonomi; b) berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat; c) beradaptasi di tempat bertugas di selulruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya; dan d) berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
Kompetensi ini menggambarkan guru sebagai makhluk sosial, yang harus berinteraksi positif dengan orang lain. Seorang guru--sama seperti manusia lainnya--adalah makhluk sosial, yang dalam hidupnya berdampingan dengan manusia lainnya. Guru diharapkan memberikan contoh baik terhadap lingkungannya, dengan menjalankan hak dan kewajibannya sebagai bagian dari masyarakat sekitarnya. Guru harus berjiwa sosial tinggi, mudah bergaul, dan suka menolong, bukan sebaliknya, yaitu individu yang tertutup dan tidak
(2)
memedulikan orang-orang di sekitarnya (Musfah, 2011)
2.1.4 Kompetensi Profesional
Menjadi guru profesional, tentu didambakan oleh semua pendidik dan dinantikan oleh anak didik. Guru dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan profesinya. Sifat profesionalisme seorang guru akan membawa arah pendidikan yang lebih baik. Menurut Yamin (2006) seorang guru profesional, dia memiliki keahlian, ketrampilan, dan kemampuan sebagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara: “tut wuri handayani, ing
ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso”.
Tidak cukup dengan menguasai materi pelajaran akan tetapi mengayomi murid, menjadi contoh atau teladan bagi murid serta selalu mendorong murid untuk lebih baik dan maju. Guru profesional selalu mengembangkan dirinya terhadap pengetahuan dan mendalami keahliannya, kemudian guru profesional rajin membaca literatur-literatur, dengan tidak merasa rugi membeli buku-buku yang berkaitan dengan pengetahuan yang digelutinya.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(3)
bahwa, yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Pada pasal 3 ayat (7) Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru dijelaskan bahwa kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya sekurang-kurangnya meliputi penguasaan:
a. Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu: dan
b. Konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang releva, yang secara konseptual menaungi atau koherendengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu
Dalam Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru yang diterbitkan oleh Kementerian
(4)
Pendidikan Nasional (2010) diuraikan masalah kompetensi profesional yaitu:
1. Penguasaan materi, struktur konsep dan pola pikir
keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. Kegiatan guru meliputi rancangan, materi dan kegiatan pembelajaran, penyajian materi baru dan respon guru terhadap peserta didik memuat informasi pelajaran yang tepat dan mutakhir. Pengetahuan ini
ditampilkan sesuai dengan usia dan tingkat
pembelajaran peserta didik. Guru benar-benar
memahami mata pelajaran dan sebagaimana mata pelajaran tersebut disajikan di dalam kurikulum. Guru
dapat mengatur, menyesuaikan dan menambah
aktifitas untuk membantu peserta didik menguasai
aspek-aspek penting dari suatu pelajaran dan
meningkatkan minat dan perhatian peserta didik terhadap pelajaran.
2. Mengembangkan keprofesian melalui tindakan reflektif.
Kegiatan meliputi guru melakukan refleksi terhadap
kinerja sendiri secara terus menerus dan
memanfaatkan hasil refleksi untuk meningkatkan keprofesian. Guru melakukan penelitian tindakan kelas dan mengikuti perkembangan keprofesian melalui belajar dari berbagai sumber, guru juga memanfaatkan
TIK dalam berkomunikasi dan pengembangan
keprofesian jika dimungkinkan.
2.2.
Penelitian Yang Revelan
Penelitan tentang kompetensi guru yang relevan dilakukan oleh Supriyono (2013) tentang Strategi Peningkatan Kompetensi Guru Madrasah Ibtidaiyah dengan metode penelitian kualitatif, secara umum hasil penilaian kompetensi guru Madrasah Ibtidaiyah yang meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional berada pada kriteria cukup,
(5)
sedangkan kompetensi keagamaan berada pada kriteria sedang.
2.3.
Kerangka Berfikir
Kompetensi personal sekolah terkait dengan kompetensi yang dimiliki guru dan terkait juga produktivitas sekolah, yang merupakan tujuan akhir dari suatu penyelenggaraan pendidikan. Kinerja adalah proses yang menentukan produktivitas organisasi. Produktivitas sekolah diukur dari prestasi belajar siswa, maka hal tersebut akan sangat tergantung pada prosesnya, yaitu kompetensi guru. Dengan kata lain, tak akan ada produktivitas berupa prestasi belajar yang berarti jika tanpa ada kompetensi guru yang baik
Guru adalah unsur utama dalam suatu proses pendidikan. Guru berada dalam front
terdepan pendidikan yang berhadapan langsung dengan peserta didik melalui proses interaksi instruksional sebagai wahana terjadinya proses pembelajaran siswa dengan nuansa pendidikan. Dalam proses pembelajaran tersebut, peserta didik akan memperoleh banyak ilmu pengetahuan, pengalaman belajar, dan hubungan sosial dengan sesama, Untuk mencapai tujuan pendidikan yakni
(6)
memperoleh perubahan baik dari segi kognitif,
afektif maupun psikomotorik siswa dalam
berperilaku menuju yang lebih baik. Untuk menjalankan tugasnya dengan baik, guru memerlukan kompetensi yang tinggi, demi tercapainya tujuan pendidikan. Tinggi rendahnya kompetensi seseorang bisa dipengaruhi oleh diri-sendiri juga dari dari orang lain atau lingkungan luar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kompetensi guru yang mencakup kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional terletak pada tercapainya tujuan pendidikan di suatu sekolah.