Magister Pendidikan Bahasa Indonesia NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENULIS CERPEN
UNTUK SISWA KELAS VII SMP/MTS
Nanik Herawati
Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Abstrak: Upaya penyelenggaraan pengembangan di bidang
pendidikan sangat dianjurkan guna meningkatkan kualitas sumber
daya manusia yang memadai. Pengembangan atau pembaharuan ini
menyentuh sarana nonfisik; seperti pengembangan kualitas tenagatenaga kependidikan yang memiliki pengetahuan, kemampuan, dan
keterampilan dalam memanfaatkan fasilitas yang tersedia, serta
memiliki cara kerja yang inovatif. Seorang pendidik dituntut
kreativitasnya untuk mampu menyusun bahan ajar yang menarik dan
sesuai dengan tingkat kebutuhan peserta didik. Mutu pembelajaran
menjadi rendah ketika pendidik hanya terpaku pada bahan-bahan
ajar yang konvensional tanpa ada kreativitas untuk mengembangkan
bahan ajar tersebut. Berkaitan dengan masalah tersebut, tujuan
penelitian ini adalah untuk mengembangkan bahan ajar teks cerpen
untuk siswa kelas VII SMP/MTs. Secara khusus, masalah yang
dikaji meliputi (1) Bagaimanakah kebutuhan bahan ajar menulis teks
cerpen untuk peserta didik kelas VII berdasarkan teknik storyboard
di MTsN. Tumpang?, (2) Bagaimanakah mengembangkan bahan ajar

modul menulis teks cerpen berdasarkan teknik storyboard untuk
siswa MTsN. Tumpang kelas VII?, dan (3) Bagaimanakah kelayakan
bahan ajar modul menulis teks cerpen berdasarkan teknik storyboard
untuk siswa MTsN. Tumpang kelas VII?.
Penelitian dan pengembangan ini mengacu pada 10 tahapan
dari Borg dan Gall yang disederhanakan menjadi 5 tahapan, yaitu
penelitian dan pengumpulan informasi, pengembangan produk, uji
validasi, revisi produk, dan uji coba produk. Data diperoleh dari
telaah buku teks pelajaran bahasa Indonesia, wawancara, penyebaran
angket/kuesioner, validasi produk, dan uji coba terbatas siswa.
Namun, masih ada beberapa kelemahan di dalam buku teks pelajaran
bahasa Indonesia yang digunakan. Kedua, produk yang
dikembangkan berjudul Menulis Teks Cerpen Berdasarkan Teknik
Storyboard untuk Siswa SMP/MTs kelas VII. Modul dinilai
kelayakannya berdasarkan aspek isi/materi, penyajian, bahasa, dan
kegrafikan. Ketiga, modul pembelajaran menulis teks cerpen pada
aspek isi/materi memperoleh skor rata-rata sebesar 4,16 dengan
kategori “baik”, aspek penyajian memperoleh skor rata-rata
sebesar 4,24 dengan kategori “sangat baik”, aspek bahasa
memperoleh skor rata-rata sebesar 4,08 dengan kategori “baik”, dan

aspek kegrafikan memperoleh skor rata-rata sebesar 4,36 dengan
kategori “sangat baik”. Skor tersebut diakumulasikan dan

NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016________________________________Halaman | 210

menghasilkan skor rata-rata sebesar 4,21 dengan persentase
kelayakan sebesar 84,2%. Jadi, modul Menulis Teks Cerpen
Berdasarkan Teknik Storyboard untuk Siswa SMP/MTs kelas VII
sangat layak digunakan.
Kata-kata kunci : pengembangan, bahan ajar modul, menulis
cerpen, teknik storyboard, siswa SMP/MTS .
PENDAHULUAN
Upaya
penyelenggaraan
pengembangan di bidang pendidikan
sangat dianjurkan guna meningkatkan
kualitas sumber daya manusia yang
memadai.
Pengembangan
atau

pembaharuan ini menyentuh sarana
nonfisik;
seperti
pengembangan
kualitas tenaga-tenaga kependidikan
yang
memiliki
pengetahuan,
kemampuan, dan keterampilan dalam
memanfaatkan fasilitas yang tersedia,
serta memiliki cara kerja yang
inovatif. Pembaharuan di bidang
pendidikan pada dasarnya juga
menyentuh
sarana
fisik/fasilitas
pendidikan: seperti silabus, RPP,
buku guru, buku siswa, lembar
kegiatan siswa (LKS), bahan ajar,
media pembelajaran, lembar penilaian

(LP), dan alat evaluasi.
Keberhasilan
pencapaian
tujuan
pembelajaran terutama ditentukan
oleh proses pembelajaran dan bahan
ajar yang digunakan oleh guru.
Melalui bahan ajar yang tepat, siswa
akan mengalami perubahan dalam
pengetahuan,
pemahaman,
keterampilan, nilai dan sikap, yang
akhirnya akan tercipta keefektifan
dalam proses belajar mengajar. Oleh
karena itu, dalam pembelajaran perlu
dikembangkan bahan ajar yang
menarik agar siswa lebih semangat
dan termotivasi.
Salah satu masalah yang
sering dihadapi oleh guru dalam

kegiatan
pembelajaran
adalah
memilih atau menentukan bahan ajar

atau materi pembelajaran yang tepat
dalam rangka membantu siswa
mencapai kompetensi. Hal ini
disebabkan oleh kenyataan bahwa
dalam kurikulum atau silabus, materi
bahan ajar hanya dituliskan secara
garis besar dalam bentuk materi
pokok.
Tugas
guru
adalah
menjabarkan materi pokok tersebut
sehingga menjadi bahan ajar yang
lengkap.
Fokus penelitian ini adalah

pembelajaran menulis cerpen yang
masuk dalam kegiatan bersastra
bertujuan
untuk
meningkatkan
kemampuan siswa dalam menikmati,
menghayati, dan memahami karya
sastra (Suryaman, 2012: 37). Untuk
dapat meningkatkan kemampuan
siswa tersebut, dibutuhkan minat
siswa dalam pembelajaran menulis
cerpen.
Berdasarkan penelitian
tentang materi menulis cerpen,
ditemukan bahwa masih banyak siswa
yang kurang memiliki minat dalam
hal menulis cerpen. Hal yang
menyebabkan minimnya minat siswa
dalam menulis cerpen adalah
kurangnya sarana dan prasarana

seperti buku bacaan, antologi cerpen,
dsb. Selain itu, pembelajaran menulis
cerpen
yang
dilakukan
guru
cenderung monoton. Hal itulah yang
akhirnya membuat siswa kurang
tertarik dengan kegiatan menulis
cerpen. Oleh karena itu, dibutuhkan
teknik dan bahan ajar baru untuk
menanggulangi minimnya minat
siswa
dalam
menulis
cerpen.

NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016________________________________Halaman | 211

Pemilihan teknik yang sesuai dengan

kompetensi siswa diharapkan mampu
menarik minat siswa dalam menulis
cerpen.
Tarigan (2008: 3) menyatakan
bahwa menulis merupakan suatu
keterampilan
berbahasa
yang
dipergunakan untuk berkomunikasi
secara tidak langsung, tidak secara
tatap muka dengan orang lain.
Menulis merupakan suatu kegiatan
yang produktif dan ekspresif.
Pengertian menulis juga dikemukakan
oleh Kurniawan dan Sutardi (2012)
yang mengatakan bahwa menulis
adalah mengungkapkan ide gagasan
dalam pikiran dan rasa melalui
bahasa. Seseorang dikatakan terampil
menulis apabila ia memahami dan

mengaplikasikan
proses
pengungkapan ide, gagasan, dan
perasaan dalam bahasa tulis dengan
mempertimbangkan
faktor-faktor,
antara lain ejaan dan tata bahasa,
organisasi atau susuan tulisan,
keutuhan
(koherensi),
kepaduan
(kohesi), tujuan, dan sasaran tulisan.
Cerpen, sesuai dengan namanya,
adalah cerita yang pendek. Akan
tetapi, berapa ukuran panjang pendek
itu memang tidak ada aturannya, tidak
ada satu kesepakatan di antara para
pengarang
dan
para

ahli
(Nurgiyantoro, 2012: 10). Sementara
itu, Sayuti (2000: 10) mengemukakan
bahwa cerpen menunjukkan kualitas
yang
bersifat
compression
(pemadatan),
concentration(pemusatan),
dan
intensity(pendalaman),
yang
semuanya berkaitan dengan panjang
cerita dan kualitas struktural yang
disyaratkan oleh panjang cerita itu. Di
pihak lain, Phyllis Duganne (via
Diponegoro, 1994: 6) seorang penulis
wanita Amerika, mengatakan bahwa

cerpen ialah susunan kalimat-kalimat

yang
merupakan
cerita
yang
mempunyai bagian awal, tengah, dan
akhir. Dan setiap cerpen punya tema,
yakni inti cerita atau gagasan yang
ingin diucapkan oleh cerita itu.
Tidak
mudah
untuk
membelajarkan
siswa
tentang
bagaimana menulis teks cerpen. Oleh
karena itu, diperlukan bahan ajar yang
tepat untuk membelajarkan hal
tersebut pada siswa.
Berdasarkan latar belakang
tersebut
peneliti
bermaksud
mengembangkan bahan ajar menulis
teks cerpen yang sesuai dengan
kurikulum 2013, dengan judul
penelitian “Pengembangan Bahan
Ajar
Menulis
Teks
Cerpen
Berdasarkan
Teknik
Storyboard
Untuk Siswa Kelas VII SMP/MTs”.
Secara khusus, masalah yang dikaji
meliputi (1) Bagaimanakah kebutuhan
bahan ajar menulis teks cerpen untuk
peserta didik kelas VII berdasarkan
teknik
storyboard
di
MTsN.
Tumpang?,
(2)
Bagaimanakah
mengembangkan bahan ajar modul
menulis teks cerpen berdasarkan
teknik storyboard untuk siswa MTsN.
Tumpang
kelas
VII?,
(3)
Bagaimanakah kelayakan bahan ajar
modul
menulis
teks
cerpen
berdasarkan teknik storyboard untuk
siswa MTsN. Tumpang kelas VII?
METODE PENGEMBANGAN
Penelitian dan pengembangan
bahan ajar menulis teks cerpen
berdasarkan teknik storyboard ini
menggunakan model pengembangan
yang diadaptasi dari model R & D
(Research & Development) dari Borg
& Gall (2005:772), yaitu penelitian
yang
berorientasi
untuk
mengembangkan dan memvalidasi

NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016________________________________Halaman | 212

produk yang digunakan
dalam
pendidikan. Model ini dipilih dengan
pertimbangan
(1)
mencakup
pembelajar, materi, dan sajian bahan
ajar yang digunakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, (2)
memberi
peluang
untuk
mengembangkan format evaluasi
guna mengukur komponen bahan ajar
yang dikembangkan layak atau tidak,
(3) memberi peluang untuk merevisi
isi maupun sajian bahan ajar, (4)
menggunakan pendekatan sistem
dalam merancang bahan ajar sehingga
membuka adanya peluang dalam
mengintegrasikan semua variable
yang mempengaruhi belajar melalui
desain
pembelajaran,
dan
(5)
memiliki sifat prosedural dan
sistematis yang banyak digunakan
dalam bidang pendidikan (Degeng,
1977).
Prosedur
penelitian
pengembangan, menurut Borg & Gall
(2005) ini terdiri atas sepuluh langkah
yang diadaptasi menjadi sembilan
langkah yaitu: (1) penilitian dan
pengumpulan
informasi,
(2)
perencanaan, (3) pengembangan
produk awal, (4) uji coba produk
awal, (5) merevisi produk hasil uji
coba, (6) uji coba lapangan, (7)
validasi ahli dan praktisi, (8)
penyempurnaan produk akhir, dan (9)
diseminasi implementasi.
Desain
penelitian
pengembangan ini adalah desain
deskriptif kualitatif dilakukan untuk
mengetahui kelayakan produk dari
segi isi, bahasa, penyajian materi,dan
kegrafikaan. Adapun desain uji coba
menggunakan dua tahap, yaitu uji
coba lapangan dan uji validasi oleh
tim ahli dan praktisi. Dari kedua
kegiatan tersebut akan diperoleh data
kuantitatif dan kualitatif yang

selanjutnya dideskripsikan untuk
mengetahui kelayakan bahan ajar.
Uji coba produk bahan ajar menulis
cerpen dengan teknik storyboard
dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh umpan balik dari
pengguna produk, yang berupa
persepsi, kritik, komentar, dan saran.
Selanjutnya, umpan balik tersebut
digunakan sebagai dasar perbaikan
produk yang telah dikembangkan
(Willis, 1995). Uji coba produk
dimaksudkan
untuk
menguji
keefektifan, efisiensi dan daya tarik
produk yang dihasilkan. Desain uji
coba penelitian pengembangan ini
dilakukan melalui dua tahap. Pertama
pada subjek validasi ahli yang terdiri
dari ahli materi, ahli desain/grafika,
dan praktisi/guru. Kedua pada subjek
uji coba siswa. Hasil dari validasi ahli
digunakan
untuk
mengetahui
kelayakan materi dan kelayakan
desain/tampilan bahan ajar. Jika isi
materi dan desain belum layak, maka
harus dilaksanakan revisi produk
sesuai dengan masukan dari ahli
materi, ahli media, dan praktisi/guru.
Selanjutnya, bahan ajar yang telah
direvisi ini nantinya akan diuji
cobakan
kepada
siswa
untuk
mengetahui kelayakan sebagai bahan
ajar. Subjek uji coba dalam penelitian
pengembangan ini meliputi ahli
materi,
ahli
media/grafika,
praktisi/guru, dan siswa. Ahli materi
dalam bahan ajar teks cerpen ini
adalah 1 orang dosen yang
berkompeten dalam bidang materi
pembelajaran bahasa dan sastra pada
Universitas Islam Malang. Ahli
desain/grafika yaitu 1 orang dosen
yang ahli dalam bidang desain pada
Universitas Islam Malang. Praktisi
adalah 2 orang guru mata pelajaran
Bahasa Indonesia pada MTsN.

NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016________________________________Halaman | 213

Tumpang. Sedangkan untuk uji coba
siswa terdiri 30 siswa kelas VII MTs.
Negeri Tumpang. Jenis data dalam
pengembangan ini adalah data
interval yang diperoleh dengan
pendekatan kuantitatif dan data
dekriptif naratif yang diperoleh
dengan pendekatan kualitatif. Data
kualitatif yaitu data yang diperoleh
dari tanggapan ahli materi, ahli
desain, dan praktisi/guru. Bentuk data
kualitatif
ini
berupa
catatan,
komentar,
saran,
dan
kritik.
Sedangkan data kuantitatif yaitu data
yang diperoleh dari hasil penyekoran
angket yang telah diisi oleh ahli
materi, ahli desain, praktisi, dan
siswa. Adapun data yang diperoleh
terkait aspek dalam instrumen hasil
validasi tim ahli meliputi aspek (1)
kelayakan
isi,
(2)
kelayakan
penyajian, (3) ukuran buku, (4) desain
kulit buku, dan (5) desain isi buku.
Hasil validasi dari praktisi/guru
meliputi aspek (1) kelayakan bahasa
dan
(2)
kelayakan
penyajian.
Sedangkan data yang diperoleh dari
hasil uji coba siswa untuk mengetahui
kelayakan bahan ajar melalui angket
dengan kriteria meliputi (1) organisasi
isi materi, (2) tingkat keterbacaan, (3)
tampilan fisik.
Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
angket. Bentuk instrumen yang
digunakan adalah checklist dengan
skala pengukuran rating scale Data
hasil uji coba dianalisis dengan
menggunakan teknik analisis data
kualitatif dan kuantitatif.
Data
verbal yang diperoleh dari hasil
penelitian harus direduksi terlebih
dahulu sebelum dianalisis secara
kualitatif. Sedangkan data kuantitaif
dianalisis
dengan
menggunakan

rumus perhitungan nilai rata-rata dan
rumus
statistik deskriptif persentase. Produk
bahan ajar teks cerpen untuk siswa
kelas VII SMP/MTs. Ini dikatakan
layak dan dapat dimanfaatkan sebagai
bahan ajar apabila mencapai kriteria
layak dengan rentang skala
persentase 80%-100%.
HASIL PENGEMBANGAN
Produk pengembangan yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah
berupa bahan ajar teks cerpen untuk
siswa kelas VII SMP/MTs. Uji bahan
ajar teks cerpen dilakukan melalui
empat tahap, yakni validasi ahli
materi
bahasa,
validasi
ahli
desain/grafika, validasi praktisi/guru,
dan uji coba siswa yang terdiri dari 30
siswa. Berikut penyajian dan analisis
data temuan dari masing-masing
tahap uji.
Data Hasil Validasi Dosen Ahli
Validasi produk oleh dosen ahli
dilakukan oleh Dr. Akhmad Tabrani,
M,Pd dan Dr. Sri Wahyuni, M.Pd.
Data hasil validasi oleh dosen ahli
meliputi aspek kelayakan isi/materi,
penyajian, bahasa, dan kegrafikan.
Validasi dari dosen ahli dilakukan
dengan memberikan penilaian di
setiap aspek. Berikut ini disajikan
hasil validasi dalam tiap aspek. hasil
validasi dosen ahli pada aspek
kelayakan
isi/materi
dapat
disimpulkan bahwa validasi tahap 1
memperoleh skor rata-rata 3,22
dengan kategori “cukup”, sedangkan
validasi tahap 2 memperoleh skor
rata-rata 4,39 dengan kategori “sangat
baik”. Hasil validasi yang dilakukan
dosen ahli pada aspek kelayakan
penyajian dapat diketahui bahwa
validasi tahap 1 memperoleh skor

NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016________________________________Halaman | 214

rata-rata 3,11 dengan kategori
“cukup”, sedangkan validasi tahap 2
memperoleh skor rata-rata 4,67
dengan kategori “sangat baik”. Hasil
validasi pada aspek kelayakan bahasa
diketahui bahwa validasi tahap 1 yang
dilakukan dosen ahli memperoleh
skor ratarata 3,67 dengan kategori
“baik”, sedangkan validasi tahap 2
memperoleh skor ratarata 4,17 dengan
kategori “baik”. Hasil validasi dosen
ahli dari masing-masing aspek,
didapatkan data skor rata-rata yang
disajikan
pada
tabel
berikut
diimplementasikan. Meskipun secara
perhitungan, bahan ajar ini cukup
layak dan dapat diimplementasikan,
namun sesuai saran ahli masih
terdapat beberapa bagian bahan ajar
yang harus direvisi. Pertama, pada
bagian aspek kognitif seharusnya
ditambah dengan aspek psikomotorik
dan afektif. Kedua, pada tingkat
keterbacaan
seharusnya
lebih
diperhatikan. Ketiga, pada aspek
bahasa sebaiknya memperhatikan
ejaan yang sesuai EYD.
Data Hasil Validasi Praktisi/Guru
Validasi produk ini dilakukan oleh
Ali Shodikin, S.Pd, dan Mislia, S.Pd,
yang sama-sama mengajar di MTsN.
Tumpang. Validasi produk oleh guru
Bahasa Indonesia terdiri dari empat
aspek,
yaitu aspek
kelayakan
isi/materi,
kelayakan
penyajian,
kelayakan bahasa, dan kelayakan
kegrafikan. Hasil validasi aspek
isi/materi oleh guru Bahasa Indonesia
dapat diketahui bahwa skor rata-rata
dari guru 1 yaitu 3,6 dengan kategori
“baik”, sedangkan skor rata-rata dari
guru 2 yaitu 4 dengan kategori “baik”.
Hasil validasi aspek penyajian oleh
guru
Bahasa
Indonesia
dapat
diketahui bahwa skor rata-rata dari

guru 1 yaitu 3,7 dengan kategori
“baik”, sedangkan skor rata-rata dari
guru 2 yaitu 3,8 dengan kategori
“baik”. Hasil validasi untuk aspek
kegrafikan yang dilakukan oleh guru
Bahasa Indonesia dapat diketahui
bahwa skor rata-rata dari guru 1 yaitu
3,7
dengan
kategori
“baik”,
sedangkan skor rata-rata dari guru 2
yaitu 4 dengan kategori “baik”.
Data
Hasil
Uji
Coba
Lapangan/Siswa
Tahapan akhir dari penelitian
pengembangan ini adalah uji coba
siswa secara terbatas terhadap produk
berupa modul Menulis Teks Cerpen
Berdasarkan Teknik Storyboard untuk
Siswa SMP/MTS Kelas VII. Uji coba
ini sebatas tanggapan dan respon
siswa selaku pengguna modul
pembelajaran.
Penilaian
yang
dilakukan siswa mencakup empat
aspek,
yaitu
aspek
isi/materi,
penyajian, bahasa, dan kegrafikan
dengan total 20 butir indikator
penilaian. Uji coba produk ini
dilakukan di MTsN. Tumpang. Siswa
yang menjadi responden adalah siswa
kelas VII
berjumlah 30 siswa.
Responden dipilih oleh guru Bahasa
Indonesia yang juga mengampu mata
pelajaran Bahasa Indonesia di kelas
VII. Berdasarkan hasil uji coba
terbatas pada 30 siswa, aspek
kelayakan isi/materi memperoleh skor
rata-rata 4,32 dengan kategori “sangat
baik”.
Berdasarkan hasil uji coba terbatas
pada 30 siswa, aspek kelayakan
penyajian memperoleh skor rata-rata
4,32 dengan kategori “sangat baik”.
Berdasarkan hasil uji coba terbatas
pada 30 siswa, aspek kelayakan

NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016________________________________Halaman | 215

bahasa memperoleh skor rata-rata
4,32 dengan kategori “sangat baik”.
Hasil uji coba terbatas pada 30 siswa,
aspek
kelayakan
kegrafikan
memperoleh skor rata-rata 4,47
dengan kategori “sangat baik”.
Siswa yang menjadi responden dalam
uji coba ini tidak sekedar memberi
nilai untuk setiap aspek, tetapi juga
memberikan saran dan pendapat
tentang modul menulis teks cerpen
berdasarkan teknik storyboard. Saran
dan pendapat siswa tersebut di
antaranya, (1) modul sangat menarik,
mudah dipahami, dan berbeda dengan
yang lainnya. Menjadikan lebih
bersemangat untuk belajar, (2) materi
yang disajikan sangat menarik dan
mudah dipahami, (3) penyajian
gambar dalam modul membuat saya
tertarik, (4) gambar/ilustrasi pada
langkah-langkah menulis cerpen
kurang bagus, (5) gambar/ilustrasi
pada langkah-langkah menulis cerpen
lebih bagus lagi jika diberi warna, (6)
warna pada modul diganti dengan
warna yang lebih bagus, (7)
sampul/cover maupun isinya sangat
inovatif dan menarik perhatian orang
sehingga membuat orang ingin
membeli dan membacanya, (8)
kualitas kertas bagus, (9) alangkah
baiknya jika modul ini diperbanyak,
(10) pembuatan modulnya kreatif, dan
modul
ini
dapat
menambah
pengetahuan/wawasan,
(11)
sampul/cover lebih menarik lagi jika
diberi gambar, (12) bahasa yang
digunakan sesuai untuk siswa
SMP/MTS, (13) bisa dijadikan
referensi, dan (14) modul ini sangat
membantu untuk belajar
Berdasarkan uraian hasil uji coba
siswa secara terbatas pada setiap
aspek, didapatkan data skor rata-rata
keseluruhan aspek menunjukkan

bahwa hasil uji coba terbatas pada 30
siswa untuk keseluruhan aspek
memperoleh skor rata-rata 4,36
dengan kategori “sangat baik”.
SIMPULAN
Buku bahan ajar
menulis
cerpen berdasarkan teknik storyboard
untuk siswa kelas VII MTsN.
Tumpang yang dihasilkan ini
diharapkan
mampu
membuat
pembelajaran lebih menarik bagi.
Materi yang ada di dalam bahan ajar
menulis
cerpen
ini
dirancang
sedemikian rupa sebagai tuntutan
kepada siswa agar lebih aktif sedang
guru hanya sebagai fasilitator. Materi
pembelajaran yang diahasilkan ini
telah divalidasi oleh validasi ahli isi
(Dr. Akhmad Tabrani, M.Pd) selaku
dosen bahasa dan sastra Indonesia
Universita Islam Malang, kemudian
oleh ahli perancang dan media (Dr.
Sri Wahyuni, M.Pd) selaku dosen
bahasa
dan
sastra
Indonesia
Universitas Islam Malang, dan salah
dua orang guru MTsN. Tumpang
sebagai ahli praktisi (Ali Shodikin,
M.Pd dan Mislia, S. Pd) sekaligus
guru pengampu mata pelajaran bahasa
Indonesia.
Berdasarkan hasil analisis data
hasil revisi bahan ajar menulis cerpen
berdasarkan teknik storyboard untuk
siswa kelas VII MTsN. Tumpang
adalah
sebagai
berikut;
(1)
karakteristik bahan ajar
menulis
cerpen berdasarkan teknik storyboard
untuk siswa kelas VII MTsN.
Tumpang yang dikembangkan adalah
materi yang disajikan diberikan
kepada siswa dengan menggunakan
treknik storyboard, (a) kegiatan yang
disajikan bertujuan untuk membantu
siswa mencapai tujuan pembelajaran
yang
telah
ditetapkan
dan

NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016________________________________Halaman | 216

memudahkan siswa dalam belajar
atau memahami materi, (b) kegiatan
pembelajaran yang terkait dengan
kehidupan nyata bagi siswa sehingga
dapat
belajar
tentang
cara
memecahkan masalah, (c) siswa dapat
menemukan sesuatu dari masalah
yang diberikan, (d) siswa dapat
menemukan sendiri konsep atau
langkah penulisan yang menarik
(storyboard)
dan
dapat
menghubungkan dengan pengalamanpengalaman sebelumnya serta benda
disekitarnya, (e) kegiatan yang
disajikan dapat membuat siswa lebih
aktif.
Hasil
validasi
kelayakan
pengembangan materi pembelajaran
menulis cerpen berbasis pendekatan
proses secara keseluruhan memiliki
skor rata-rata 4,21 dengan presentase
kelayakan
84,2%,
hal
ini
menunjukkan bahwa bahan ajar
menulis cerpen berdasarkan teknik
storyboard untuk siswa kelas VII
MTsN. Tumpang layak digunakan
sebagai bahan ajar untuk membantu
siswa dan guru pada proses belajar
mengajar.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan di
atas, beberapa saran yang dapat
dikemukakan,
yaitu
(1)
pengembangan bahan ajar menulis
cerpen berdasarkan teknik storyboard
untuk siswa kelas VII MTsN.
Tumpang hanya sebatas keterampilan
menulis semata, oleh karena itu
diharapkan ada tindak lanjut dari
pengembangan
materi
tersebut
sehingga
penelitian
ini
lebih
sempurna, (2) disarankan kepada
pengembang-pengembang
lainnya
untuk menguji cobakan materi
pembelajaran
menulis
berbasis

pendekatan proses ini kepada siswa
beserta dengan soal-soal latihan
mandirinya, (3) disarankan kepada
pengembang mencoba menggunakan
produk
pengembangan
materi
pembelajaran menulis cerpen dalam
pembelajaran kurikulum 2013 revisi
(K-13, rev).
DAFTAR RUJUKAN
Adnan, Baharudin. 2013. Peningkatan
Keterampilan Menulis Cerpen
Melalui Teknik Papan Cerita
(Storyboard) Siswa Kelas VII.
Arief, Nur Fajar. 2008. Hakekat
Keterampilan Berbahasa BI.
Bahan.
Perkuliyahan
S2
Unisma Malang Tidak di
Publikasikan
Azwar, Saifuddin. 2007. Sikap
Manusia:
Teori
dan
Pengukurannya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Offset.
Borg, Walter R. and Meredith Damien
Gall.
1983.
Educational
Research An Introduction.
Fourth Edition. New York &
London: Lungman.
Daryanto. 2013. Menyusun Bahan
ajar modul untuk Persiapan
Guru
dalam
Mengajar.
Yogyakarta: Gava Media.
Departemen Pendidikan Nasional.
2003. Pedoman Penulisan
Modul. Direktorat Pendidikan
Menengah
Kejuruan
Direktorat
Jenderal
Pendidikan
Dasar
dan
Menengah.
Diponegoro, Mohammad. 1994. Yuk,
Nulis
Cerpen
Yuk.
Yogyakarta:
Shalahuddin
Press.

NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016________________________________Halaman | 217

Heri, E. 2008. Menggagas Sebuah
Cerpen. Semarang.:PT. Sindur
Press
Kurniawan, Heru & Sutardi. 2012.
Penulisan Sastra Kreatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Lestari, Ika. 2013. Pengembangan
Bahan Ajar Berbasis: Sesuai
dengan Kurikulum Satuan
Pendidikan.
Padang:
Akademia Permata.
Mistar, Junaidi. 2010. Pedoman
Penulisan Tesis. Universitas
Islam Malang. Program Pasca
Sarjana Universitas Islam..
Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori
Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:
Gadjah
Mada
University
Press..
Prastowo, Andi. 2013. Panduan
Kreatif Membuat Bahan Ajar
Inovatif. Yogyakarta: Diva
Press.
Pringgawidagda, Suwarna. 2002.
Strategi Penguasaan Bahasa.
Yogyakarta: Adicita Karya
Nusantara.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualiatif, dan R &
D. Bandung: Alfabeta.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis
sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. (Edisi Revisi).
Bandung: Angkasa.
pojokmenulis.blogspot.com/.../storyb
oard-dapat-menjadi-salahsatu.html di akses Pada jam
11:30 Hari Sabtu, 7 Mei 2016
https://teorimultimedia.wordpress.co
m/2013/05/17/teknik-dasardalam-pembuatan-storyboard/
di akses pada jam 21:33 WIB
Hari Kamis, 30 Juni 2016
http://halimyou.blogspot.co.id/2012/0
8/pengertian-storyboard_6.html

di akses pada jam 20.15 WIB
Hari Senin, 4 Juli 2016

NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016________________________________Halaman | 218