Magister Pendidikan Bahasa Indonesia NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016

PENERAPAN MODELPEMBELAJARAN BESTEK - KREATIFTIPE
EKSPLORASI, REPETISI UCAPAN, PRAKTIK, TES (ERUPT)
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA
DALAM KEGIATAN DISKUSI PADA SISWA KELAS XI
MA AN NUR RAMBIPUJI JEMBER

Bram Suryantoro
Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Abstrak: Siswa dituntut komunikatif dan aktif saat pembelajaran
sehingga penerapan model pembelajaran Bestek-Kreatif tipe
ERUPT dipilih untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa.
Berdasarkan observasi awal terhadap pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas XI MA An Nur Rambipuji Jember, guru masih
menggunakan metode ceramah dan siswa pasif dalam
pembelajaran. Hasil belajar siswa tergolong rendah dan masih jauh
dari KKM yang ditentukan. Tujuan penelitian secara umum adalah
mendeskripsikan peningkatan keterampilan berbicara siswa dalam
kegiatan diskusi dengan menerapkan model Bestek-Kreatif Tipe
ERUPT.
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk memperoleh

gambaran objektif tentang peningkatan proses dan hasil
pembelajaran berbicara dalam kegiatan diskusi dengan penerapan
model pembelajaran Bestek-Kreatif Tipe ERUPT yang dilakukan
oleh siswa kelas XI MA An Nur Rambipuji Jember.Rancangan
penelitian ini adalah penelitian tindakan masalah (PTK).
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas meliputi empat tahap yaitu
(1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4)
refleksi. Subjek dari penelitian adalah siswa kelas XI MA An Nur
Rambipuji Jember sebanyak 24 siswa. Sedangkan teknik
pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, tes,
dokumentasi, dan catatan lapangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaran Bestek-Kreatif tipe ERUPT terdiri dari pembuatan
rancangan pelaksanaan pembelajaran dan penerapan model
tersebut. Hasil observasi aktivitas guru selama pembelajaran
dengan menerapkan model pembelajaran Bestek-Kreatif tipe
ERUPT menunjukkan persentase pada siklus I 67,5% meningkat ke
siklus II dengan persentase sebesar 92,5%. Aktivitas siswa yang
diskor dari keaktifan, semangat, belajar dengan tertib, dan
memperhatikan penjelasan guru. Dari hasil observasi rata-rata

aktivitas kegiatan siswa di siklus I sebesar 50% dan pada siklus II
meningkat menjadi 87%. Hasil belajar siswa pada aspek berbicara
juga mengalami peningkatan. Hal ini terbukti dari ketuntasan

NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016__________________________________Halaman | 37

belajar belajar pada siklus I yaitu 68% dan meningkat pada siklus II
menjadi 83%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan
penerapan model pembelajaran Bestek-Kreatif tipe ERUPT dapat
meningkatkan keterampilan berbicara siswa.
Kata-katakunci:peningkatan, keterampilan berbicara, model
pembelajaran Bestek-Kreatif tipe ERUPT
PENDAHULUAN
Bahasa Indonesia digunakan
masyarakat Indonesia sebagai alat
berkomunikasi. Bahasa Indonesia
juga dapat menyampaikan pesan,
gagasan, pengalaman dan pendapat
kepada orang lain. Bahasa Indonesia
juga digunakan sebagai alat untuk

memperoleh ilmu pengetahuan dan
informasi. Pandangan ini membawa
konsekuensi bahwa pembelajaran
bahasa
Indonesia
harus
lebih
menekankan fungsi bahasa sebagai
alat komunikasi dan informasi dari
pada pembelajaran tentang sistem
bahasa (Wahyuni, 2012:28).
Pembelajaran bahasa Indonesia
di sekolah dimaksudkan untuk
meningkatkan
keterampilan
dan
kemahiran
berbahasa
siswa.
Keterampilan

berbahasa
dalam
kurikulum di sekolah mencakup
empat segi yaitu keterampilan
menyimak, keterampilan berbicara,
keterampilan
membaca,
dan
keterampilan
menulis
(Tarigan,
2008:1).
Keempat
keterampilan
tersebut saling berkaitan. Di antara
empat keterampilan itu, keterampilan
berbicara adalah keterampilan yang
harus dimiliki oleh setiap individu.
Keterampilan berbicara merupakan
keterampilan dasar yang pertama kali

dikuasai oleh setiap individu pada
fase pertama jenjang kehidupannya.
Keterampilan
berbicara
termasuk keterampilan dasar yang
menjadi basis keterampilan berbahasa
yang lain. Untuk memperoleh

keterampilan
berbicara
yang
memadai, maka dilakukan pelatihan
secara terus menerus. Hal pertama
yang dilakukan untuk menggali
kemampuan tersebut adalah dengan
menumbuhkan minat pada setiap
individu untuk belajar, dengan cara
menciptakan strategi pembelajaran
yang menarik, baik dengan cara
menciptakan metode dan teknik

pembelajaran ataupun sarana dan
prasarana penunjang pendidikan,
karena dengan latihan secara terus
menerus secara berkesinambungan,
kemahiran berbicara siswa akan
terbentuk sehingga siswa menjadi
pembicara yang kreatif dan aktif
(Nurjamal, 2013:23).
Keterampilan berbicara adalah
kemampuan mengucapkan bunyibunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan serta
menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan.
Berbicara
merupakan
bentuk perilaku manusia yang
memanfaatkan faktor-faktor fisik,
psikologis, nuerologis, semantik dan
lingustik, secara luas sehingga dapat
dianggap sebagai alat manusia yang

paling penting bagi kontrol manusia.
Pendengar
menerima
informasi
melalui rangkaian nada, rekaman,
volume suara, tempo, dan irama
(Wahyuni, 2012:31).
Dalam pembelajaran berbahasa
kemampuan berbicara merupakan
salah satu kemampuan berbahasa di
samping mendengarkan, menulis, dan
membaca yang harus dikuasai oleh

NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016__________________________________Halaman | 38

siswa.
Dalam
pelaksanaannya,
pembelajaran
berbicara

harus
diarahkan untuk membekali siswa
terampil
mengungkapkan
ide,
gagasan,
pengalaman,
pesan,
pendapat, dan pernyataan secara
sistematis, logis, dan kreatif dalam
bentuk ucapan (berbicara). Siswa
harus di latih menggunakan bahasa
untuk berkomunikasi secara lisan
tidak di tuntut untuk mengetahui
pengetahuan
tentang
bahasa
(Depdiknas, 2006:9). Oleh karena itu,
pembelajaran berbicara seharusnya
memberikan peluang kepada siswa

untuk berlatih berbicara sebanyakbanyaknya.
Dalam Kurikulum Tingkat
Satuan
Pendidikan
(KTSP)
disebutkan
bahwa
tujuan
pembelajaran bahasa Indonesia di
SMA agar peserta didik memiliki
kemampuan (1) berkomunikasi secara
efektif dan efisien sesuai dengan etika
yang berlaku, baik secara lisan
maupun tulis, (2) menghargai dan
bangga
menggunakan
bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan
dan bahasa negara, (3) memahami
bahasa

Indonesia
dan
menggunakannya dengan tepat dan
kreatif untuk berbagai tujuan, (4)
menggunakan bahasa Indonesia untuk
meningkatkan
kemampuan
intelektual,
serta
kematangan
emosional dan sosial, (5) menikmati
dan memanfaatkan karya serta untuk
memperluas
wawasan
serta
meningkatkan
pengetahuan
dan
kemampuan berbicara, dan (6)
menghargai dan membanggakan

sastra Indonesia sebagai khazanah
budaya dan intelektual manusia
Indonesia.
Standar
kompetensi
aspek
berbicara pada semester kedua kelas

XI SMA/MA adalah menyampaikan
laporan hasil penelitian dalam diskusi
atau seminar. Kompetensi dasarnya
adalah
mempresentasikan
hasil
penelitian secara runtut dengan
menggunakan bahasa yang baik dan
benar.
Indikator
pembelajaran
meliputi (1) menuliskan pokok-pokok
yang akan disampaikan secara
berurutan,
(2)
mengemukakan
ringkasan hasil penelitian, dan (3)
menjelaskan proses penelitian dan
hasil penelitian dengan kalimat yang
mudah dipahami.
Dalam mata pelajaran bahasa
Indonesia, pembelajaran memiliki
tingkat kepentingan yang sama jika
dibandingkan
dengan
aspek
pembelajaran lain yaitu menyimak,
mambaca dan menulis. Akan tetapi
pada kenyataannya pembelajaran
berbicara justru belum dilaksanakan
dengan baik. Sebagian guru lebih
sering memberi tugas kepada siswa
untuk membaca dan menulis. Pada
sisi lain siswa belum sepenuhnya
percaya diri ketika di tunjuk untuk
berbicara di depan kelas ataupun
dalam kelompok. Apabila hal ini
dibiarkan terus menerus akan
mempengaruhi kualitas siswa dalam
mengembangkan
potensi
dan
kemampuan bernalarnya.
Keterampilan berbicara dalam
situasi formal dapat dilakukan melalui
kegiatan diskusi. Menurut Sudjana
(2000:79) diskusi pada dasarnya ialah
tukar-menukar informasi, pendapat
dan unsur-unsur pengalaman secara
teratur dengan maksud untuk
mendapat pengertian bersama yang
lebih jelas dan teliti tentang sesuatu
untuk
mempersiapkan
dan
menampung keputusan bersama.
Diskusi
sebagai
keterampilan
berbicara merupakan kegiatan tukar-

NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016__________________________________Halaman | 39

menukar gagasan dan pendapat secara
langsung. Melalui diskusi siswa dapat
berbicara lebih banyak dalam
cakupan tema tertentu. Dalam diskusi
tentu saja dapat terjadi adanya
perbedaan pendapat dalam upaya
mendapatkan solusi dari persoalan
yang di bahas. Perbedaan pendapat
tersebut dapat memunculkan adanya
bentuk
rasa
persetujuan,
ketidaksetujuan, sanggahan, ataupun
penolakan dari peserta diskusi.
Penelitian ini diawali dengan
permasalahan, yakni siswa kelas XI
MA An Nur Rambipuji Jember
setelah diadakan evaluasi mata
pelajaran bahasa Indonesia dengan
pokok materi menyampaikan laporan
hasil penelitian dalam diskusi atau
seminar mendapatkan hasil yang
kurang memuaskan. Pada hasil
evaluasi menunjukkan hanya 10 siswa
dari 24 siswa yang mendapat nilai
antara 65-100 atau hanya 40% yang
mendapat nilai diatas kriteria
ketuntasan
minimal
(KKM).
Sedangkan
14
siswa
lainnya
mendapatkan nilai antara 10-60, atau
60% mendapat nilai di bawah KKM.
Ini artinya hanya 40% yang
menguasai
materi
tentang
menyampaikan
laporan
hasil
penelitian dalam diskusi dan seminar,
dan 60% belum menguasai materi
tersebut.
Hasil observasi awal dengan
siswa dan guru menunjukkan indikasi
bahwa keterampilan menulis lebih
baik dari pada berbicara. Siswa
mampu menuliskan pokok-pokok
yang akan disampaikan secara
berurutan. Namun ketika siswa di
minta
untuk
mengemukakan
ringkasan hasil penelitian, baik secara
individu maupun kelompok dengan
berbicara di depan kelas, siswa

merasa kesulitan menyampaikannya.
Hal itu tampak ketika siswa di minta
untuk menjelaskan proses penelitian
dan hasil penelitian dengan kalimat
yang mudah dipahami. Siswa gugup
ketika menyampaikan ringkasan hasil
penelitian dalam situasi formal,
akibatnya
penjelasan
yang
dikemukakan menjadi tidak teratur
dan kalimatnya sulit dipahami. Siswa
tidak berani berbicara karena
beberapa faktor yaitu, malu, gugup,
tidak percaya diri, dan perasaan takut
salah.
Berdasarkan observasi awal di
MA An Nur Rambipuji Jember,
penyebab permasalahan tersebut
adalah (a) kurang percaya diri pada
peserta didik, karena guru jarang
memberikan
pelajaran
yang
mengutamakan keaktifan siswa, guru
hanya memberikan pembelajaran satu
arah, dan jarang memberikan umpan
balik untuk memancing siswa lebih
aktif, sehingga siswa belum terbiasa
terutama pada aspek keterampilan
berbicara di depan kelas, (b) sumber
belajar yang tersedia masih terbatas,
(c) interaksi siswa dengan guru
kurang terjalin, (d) interaksi siswa
dengan siswa kurang terjalin, dan (e)
metode yang digunakan guru masih
menggunakan
metode
ceramah
sehingga keterlibatan siswa dalam
proses pembelajaran sangat kurang
dan guru sangat jarang memberikan
waktu atau meminta siswa untuk
menyelesaikan atau mendiskusikan
suatu masalah sehingga siswa kurang
termotivasi untuk belajar dan berfikir
secara mandiri. Permasalahan tersebut
menunjukkan bahwa kompetensi
dasar yang harus dimiliki siswa
belum tercapai.
Tolak
ukur
keberhasilan
kegiatan belajar siswa banyak

NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016__________________________________Halaman | 40

dipengaruhi
oleh
pendekatan
mengajar yang dilakukan guru. Untuk
menghindari
adanya
monopoli
pembicaraan oleh salah satu pihak
tertentu dalam pelaksanaan diskusi
diperlukan
suatu
metode
pembelajaran
yang
dapat
memaksimalkan
pembagian
kesempatan berbicara siswa dan
untuk merangsang seluruh siswa
untuk berperan aktif dalam berbicara,
yaitu penerapan model pembelajaran
Bestek-Kreatif tipe ERUPT.
Model
pembelajaran
ini
dikembangkan berdasarkan sebuah
strategi yakni banyak berlatih
mengerjakan,
melakukan,
dan
mempraktikkan
hal-hal
yang
berkaitan dengan materi yang
diajarkan. Pembelajaran ini dilakukan
di dalam kelas dengan membentuk
kelompok diskusi agar siswa lebih
berimajinatif dalam menyampaikan
laporan hasil penelitian. Selain itu
model ini memberdayakan ahli atau
teman sebagai narasumber dalam
belajar dan memodifikasi kebiasaan
negatif “ mencontek ” menjadi cara
belajar positif. Seperti yang sudah
dijelaskan bahwa kurangnya rasa
percaya diri dan timbulnya rasa gugup
dapat disebabkan oleh siswa kurang
berlatih berbicara dalam situasi
formal. Sedangkan pada model
pembelajaran Bestek-Kreatif tipe
ERUPT ini ada penekanan kegiatan
praktik atau berlatih yang dilakukan
oleh
siswa
sehingga
peneliti
menganggap model ini cocok dan
layak untuk diterapkan.
Subjek yang di teliti dalam
penelitian ini adalah siswa kelas XI
MA An Nur Rambipuji Jember
dengan pertimbangan guru dan siswa.
Dari sisi guru, yaitu (1) model
pembelajaran kurang bervariasi, dan

(2)
kurang
semangat
dalam
mengajarkan keterampilan berbicara
dengan alasan keterbatasan fasilitas
dan media pembelajaran. Adapun dari
sisi siswa, yaitu (1) siswa kurang
berminat mengikuti pembelajaran
berbicara dikarenakan membosankan
dan bahasa yang digunakan juga
merupakan bahasa sehari-hari, dan (2)
siswa kurang mampu berbicara
bahasa Indonesia dengan baik dan
benar, karena masih kentalnya bahasa
pertama. Melihat kondisi demikian
dan hasil belajar siswa dalam
keterampilan
berbicara
masih
tergolong rendah, maka peneliti perlu
mengadakan
penelitian
tentang
peningkatan kemampuan berbicara
pada sekolah tersebut.
Berdasarkan penjelasan model
pembelajaran Bestek-Kreatif tipe
ERUPT di atas secara garis besar
model pembelajaran ini dapat
mewujudkan sistem pembelajaran
yang memudahkan siswa kelas XI
MA An Nur Rambipuji Jember dalam
memahami materi pelajaran. Selain
itu dalam metode belajar BestekKreatif tipe ERUPT cocok untuk
diterapkan
karena
pencapaian
keterampilan berbicara siswa agar
sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang menuntut siswa untuk banyak
praktik berbicara dalam kegiatan
diskusi sehingga dapat meningkatkan
hasil belajar siswa dalam aspek
berbicara.
Model
pembelajaran
Bestek-Kreatif tipe ERUPT ini dapat
diterapkan dalam proses belajar
mengajar khususnya pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia.
MANFAAT PENELITIAN
Secara teoritis hasil penelitian
ini dapat memberikan sumbangan
bagi ilmu pengetahuan tentang

NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016__________________________________Halaman | 41

diterapkannya teknik baru untuk
meningkatkan keterampilan berbicara
melalui pembelajaran Bestek-Kreatif
tipe ERUPT dalam kegiatan diskusi.
Secara praktis, hasil penelitian
ini dimanfaatkan untuk (1) dapat
menjadi
salah
satu
cerminan
kemampuan
proses
dan
hasil
pembelajaran berbicara khususnya
diskusi sehingga dapat mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, (2)
meningkatkan kemampuan siswa
dalam
keterampilan
berbicara,
khusunya dalam kegiatan diskusi
dengan cara menerapkan model
pembelajaran Bestek-Kreatif Tipe
ERUPT yang dapat menarik minat
siswa dalam pembelajaran berbicara,
(3) dapat merekomendasikan kepada
guru bahasa dan sastra Indonesia
maupun guru mata pelajaran lainnya
agar menggunakan teknik atau model
pembelajaran yang lebih variatif agar
kualitas hasil pembelajaran menjadi
lebih maksimal serta dapat dijadikan
bahan acuan peningkatan kualitas
pembelajaran berbicara di sekolah,
dan
(4)
mampu
memberikan
kontribusi terhadap perkembangan
keilmuan
pembelajaran
bahasa
Indonesia di SMA, dan digunakan
sebagai evaluasi untuk peningkatan
model pembelajarn Bestek-Kreatif
tipe ERUPT.
METODE PENELITIAN
Penelitian Tindakan Kelas
adalah penelitian tindakan kelas
(action research) yang dilakukan
dengan tujuan memperbaiki mutu
praktik pembelajaran dikelasnya.
PTK berfokus pada kelas atau proses
belajar mengajar yang terjadi di kelas,
bukan pada input kelas (silabus,
materi, dan lain-lain) maupun out put
(hasil belajar). PTK harus tertuju atau

mengenai hal-hal yang terjadi di
dalam kelas. Pengertian kelas dalam
PTK adalah sekelompok peserta didik
yang sedang belajar. Siswa belajar
tidak hanya terbatas di dalam ruangan
tertutup saja, tetapi dapat juga ketika
anak sedang melakukan karyawisata
objek wisata, di laboratorium, di
rumah, atau di tempat lain, ketika
siswa sedang mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru (Arikunto,
2010:58).
Tindakan dilakukan disebabkan
ada sesuatu ketidakberhasilan dalam
pelaksanaan pembelajaran berbicara
khususnya
pada
materi
menyampaikan
laporan
hasil
penelitian dalam diskusi atau
seminarpada siswa kelas XI MA An
Nur Rambipuji Jember. Anak-anak
cenderung pasif setiap kali menerima
pelajaran atau pengajaran dari guru,
keterlibatan dan partisipasi belajar
yang minim sehingga membuat gairah
belajar siswa menjadi berkurang.
Rancangan
penelitian
menggunakan data yang ditemukan di
lapangan
yang
berupa
hasil
wawancara dengan siswa dan guru di
kelas. Peneliti juga mengobservasi
ketika pembelajaran bahasa Indonesia.
Setelah mengemukakan masalahnya
maka penelitian ini di mulai dengan
melakukan tindakan untuk mengatasi
masalah tersebut. Oleh karena itu,
peneliti menggunakan pendekatan
kualitatif
karena
menggunakan
sumber data langsung sebagai latar
penelitian.
Menurut
Arikunto,
dkk
(2010:16) penelitian tindakan kelas
ini terdiri dari empat tahapan yang
lazim dilalui, yaitu: (1) perencanaan,
(2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan
(4) refleksi.

NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016__________________________________Halaman | 42

Dalam penelitian ini kehadiran
peneliti di lapangan bertindak sebagai
instrumen sekaligus pengumpul data.
Kehadiran peneliti sebagai instrumen
berperan penuh dalam menemukan
masalah hingga pelaksanaan tindakan.
Sedangkan peran peneliti sebagai
pengumpul
data
dimulai
dari
penyusunan
instrumen
hingga
menganalisis data yang dikumpulkan.
Kehadiran peneliti mutlak diperlukan
untuk memperoleh data dari awal
hingga akhir penelitian.
Subjek penelitian ini adalah 24
siswa kelas XI MA An Nur
Rambipuji Jember dan satu guru
bahasa Indonesia yang juga bertindak
sebagai kolaborator. Dipilihnya siswa
kelas XI MA An Nur Rambipuji
Jember didasarkan pada pertimbangan
(1) keterampilan mengemukakan
pendapat kompetensi berbicara yang
harus dimiliki siswa sesuai dengan
tuntutan kurikulum mata pelajaran
bahasa Indonesia di Madrasah Aliyah,
(2) siswa kelas XI MA An Nur
Rambipuji Jember telah memiliki
kemampuan komunikatif yang perlu
ditingkatkan
secara
berkesinambungan terutama berkaitan
dengan keterampilan menyampaikan
laporan hasil penelitian dalam diskusi
atau seminar, dan (3) pencapaian hasil
belajar belajar siswa kelas XI MA An
Nur
Rambipuji
Jember
perlu
ditingkatkan agar mencapai target
kemampuan minimal yang ditetapkan.
Teknik pengmpulan data dalam
penelitian ini yang digunakan ada
empat macam yaitu teknik observasi,
teknik wawancara, tes, dan catatan
lapangan.Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1) Rencana Program Penelitian
2) Lembar Observasi

3) Pedoman Wawancara
4) Format Catatan Lapangan
5) Tes
Analisis data kualitatif adalah
proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari
hasil pengamatan, wawancara, catatan
lapangan, dan studi dokumentasi
dengan cara mengorganisasikan data
dan membuat kesimpulan sehingga
mudah dipahami oleh diri sendiri dan
orang lain.
Data kuantitaif berasal dari
hasil rata-rata tes belajar sebelum dan
sesudah pembelajaran model BestekKreatif tipe ERUPT diberikan atau
nilai rata-rata akhir siklus persentase
ketuntasan yang dianalisis secara
deskriptif
Tahapan
yang
ditempuh dalam penelitian ini
meliputi tiga tahap, yaitu (1) tahap
pratindakan, (2) tahap pelaksanaan
kegiatan penelitian, dan (3) tahap
analisis data.Pada tahap ini dilakukan
dengan menggunakan kriteria-kriteria
yang telah tercantum dalam sub bab
analisis
data,
yaitu
dengan
membagikan jumlah skor pada jumlah
peserta tes.
HASIL PENELITIAN
Tingkat keberhasilan tindakan
kelas penerapan model pembelajaran
Bestek-Kreatif tipe ERUPT dalam
kegiatan diskusi dapat dilihat pada
meningkatnya keterampilan berbicara
siswa setelah dilakukan penelitian
dengan dua kali siklus. Berdasarkan
hasil penelitian dapat diketahui bahwa
keterampilan berbicara siswa dalam
kegiatan diskusi sudah meningkat dari
mulai pratindakan, siklus I, dan siklus
II.
Kegiatan yang dilakukan pada
siklus I merupakan usaha perbaikan
dari prasiklus untuk meningkatkan

NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016__________________________________Halaman | 43

keterampilan berbicara siswa.Hasil
tes keterampilan berbicara pada siklus
I belum mencapai KKM.Namun
peneliti berkolaborasi dengan guru
untuk melaksanakan siklus II dengan
memperbaiki rencana belajar dari
siklus I, hasil tes keterampilan
berbicara siswa dalam kegiatan
diskusi siswa pada siklus II sudah
mencapai kriteria ketuntasan belajar.
Untuk
mencapai
tujuan
penerapan
model
pembelajaran
Bestek-Kreatif tipe ERUPT penelitian
ini berpedoman pada indikator yang
telah dicantumkan pada kurikulum.
(Majid,
2006:53)
menyatakan
indikator
pencapaian
hasil
pembelajaran
berfungsi
sebagai
tanda-tanda
yang
menunjukkan
terjadinya perubahan perilaku pada
peserta didik. Tanda-tanda itu lebih
cermat dan spesifik dapat diamati
dalam peserta didik. Jika serangkaian
indikator hasil belajar sudah nampak
pada diri peserta didik maka target
kompetensi dasar sudah tercapai.
Rumusan indikator yang ada pada
kurikulum adalah mengutarakan
kembali materi untuk mencapai
rumusan indikator yang telah
ditentukan tersebut pembelajaran
dilaksanakan melalui tiga jenis
kegiatan. Tahapan kegiatan tersebut
adalah kegiatan awal, kegiatan inti
dan
kegiatan
penutup.
Untuk
ketercapaian
rumusan
indikator
tersebut
dalam
pelaksanaanya
dijabarkan pada tujuan khusus pada
setiap kegiatan pembelajaran.
Penerapan metode ERUPT
membuat siswa lebih berani tampil di
depan kelas dan berekspresi dalam
berbicara. Siswa merasakan belajar
yang sangat menyenangkan dan
terbimbing secara menyeluruh dan
tidak monoton. Hasil penelitian

dengan menerapkan metode ERUPT
untuk meningkatkan keterampilan
berbicara siswa dalam kegiatan
diskusi sudah baik.
Penilaian berbicara digunakan
untuk
mengetahui
prestasi
kemampuan berbicara siswa kelas XI
MA An Nur Rambipuji Jember.Dari
pedoman penilaian yang telah
digunakan
hasil
keterampilan
berbicara siswa masih banyak yang
dibawah KKM. Siswa yang tidak
tuntas berjumlah 8 siswa yang
memiliki persentase 32% hasilnya
beda tipis dengan siswa yang tuntas.
Siswa yang tuntas berjumlah 16
siswa yang memiliki persentase 68 %.
Dari hasil siklus I bisa disimpulkan
bahwasannya model pembelajaran
Bestek-Kreatif tipe ERUPT masih
kurang menunjang keberhasilan siswa
dalam pembelajaran berbicara. Untuk
menunjang
keberhasilan
model
pembelajaran Bestek-Kreatif tipe
ERUPT yang digunakan, peneliti
perlu mengadakan pembelajaran pada
siklus II.
Menurut
hasil
observasi
aktivitas siswa yang telah dilakukan
observer yaitu menunjukkan dari 24
siswa tidak ada siswa tidak aktif,
tidak besemanagat, tidak tertib, dan
tidak memperhatikan penjelasan guru.
Dari segi keaktifan 50 % siswa atau
12 siswa aktif, 17% siswa atau 4
siswa cukup aktif dan 33% siswa atau
8 siswa kurang aktif dalam kelompok
diskusi.Segi semangat 58% siswa
atau 14 siswa besemangat, 2 siswa
atau 9% siswa cukup bersemangat,
dan 8 siswa atau 33% siswa kurang
bersemangat. Segi belajar dengan
tertib 42% siswa atau 10 siswa belajar
dengan tertib, 25% siswa atau 6 siswa
cukup tertib, dan 8 siswa atau 33%
siswa tidak tertib. Dari segi

NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016__________________________________Halaman | 44

memperhatikan penjelasan guru 18
siswa atau 75% siswa memperhatikan
penjelasan guru, 9% siswa atau 2
siswa
cukup
memperhatikan
penjelasan guru, dan 4 siswa atau
16% siswa kurang memperhatikan
penjelasan guru. Hal ini dikarenakan
siswa
cukup
senang
dengan
penerapan
model
pembelajaran
Bestek-Kreatif tipe ERUPT yang baru
mereka dapat selama ini.
Lembar observasi pengelola
pembelajaran guru digunakan untuk
mengamati kegiatan guru selama
mengajar
dengan
menggunakan
model pembelajaran Bestek-Kreatif
tipe ERUPT. Persiapan guru cukup
maksimal akan tetapi dalam menggali
kemampuan siswa tentang materi
yang akan dipelajari secara intensif,
seluruh siswa tidak diberi kesempatan
untuk
menjawab
pertanyaanpertanyaan tersebut dan banyak
kegiatan yang belum dilakukan guru
yaitu pada kegiatan akhir.
Berdasarkan
hasil
catatan
lapangan selama pelaksanaan siklus I
pembelajaran
bahasa
Indonesia
tentang menyampaikan laporan hasil
penelitian dalam diskusi atau seminar
melalui model pembelajaran BestekKreatif tipe ERUPT ditemukan
beberapa keterangan dan aktivitas
siswa yang tidak termuat dalam
instrumen lain. Keterangan tersebut
adalah situasi pada saat pembelajaran
berlangsung dengan baik namun
masih ada beberapa anak yang gaduh
dikelas.Selain itu juga ada siswa yang
berbicara sendiri ada juga yang aktif
dalam pembelajaran.
Pada siklus II penilaian
berbicara siswa sudah mencapai apa
yang ditargetkan kepada siswa yakni
prestasi kemampuan berbicara siswa
kelas XI MA An Nur Rambipuji

Jember sudah meningkat dengan
menggunakan model pembelajaran
Bestek-Kreatif Tipe ERUPT yang
digunakan oleh peneliti.Dari pedoman
penilaian yang telah digunakan hasil
keterampilan berbicara siswa sudah
mencapai
KKM
yang
telah
ditentukan.Siswa
yang
tuntas
berjumlah 21 siswa yang memiliki
presentasi83%,
hasilnya
sangat
memuaskan bagi peneliti.
Berdasarkan
hasil
catatan
lapangan selama pelaksanaan siklus II
pembelajaran
bahasa
Indonesia
tentang menyampaikan laporan hasil
penelitian dalam diskusi atau seminar
melalui model pembelajaran BestekKreatif tipe ERUPT ditemukan
beberapa keterangan dan aktivitas
siswa yang tidak termuat dalam
instrumen lain. Keterangan tersebut
adalah situasi pada saat pembelajaran
berlangsung dengan baik, tidak gaduh
lagi dan kondusif. Guru mampu
mengondisikan kelas dengan baik, dan
siswa terlihat lebih aktif. Proses
pembelajaran berjalan dengan lancar.
Oleh karena itu hasil pelaksanakan
tindakan siklus II ini sudah memenuhi
KKM dan kriteria keberhasilan yang
ditetapkan, maka peneliti tidak perlu
melanjutkan atau memperbaiki pada
siklus selanjutnya.
Manfaat yang di dapat dari
penerapan metode ERUPT untuk
keterampilan
berbicara
dalam
kegiatan diskusi adalah siswa dapat
menjadi aktif, berani, berbicara
dengan volume nyaring, menguasai
topik, dan mampu memilih kata-kata
yang tepat dalam berbicara. Siswa
tidak merasakan gugup dan tegang
sehingga dapat berbicara dengan
lancar. Jadi, penerapan metode
ERUPT
dapat
meningkatkan

NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016__________________________________Halaman | 45

keterampilan berbicara siswa dalam
kegiatan diskusi.
Tingkat keterbatasan capaian
penelitian tindakan kelas yang
merupakan
penerapan
metode
ERUPT dapat dilihat pada siklus I
dan siklus II. Keterbatasan terletak
pada proses pembelajaran, sehingga
hasil tes keterampilan berbicara pada
siklus I belum tercapai sesuai dengan
yang diharapkan. Media yang
digunakan
guru
belum
bisamenjangkau
siswa
sehingga
contoh berbicara dalam kegiatan
diskusi tidak dipahami siswa secara
menyeluruh.
Guru
juga
tidak
memberikan kesempatan pada siswa
untuk
mengomentari
kegiatan
temannya di depan kelas sehingga
kesalahan yang terjadi terulanglagi
ketika siswa selanjutnya tampil
didepan kelas. Sedangkan pada siklus
II keterbatasan yang dialami guru
adalah
kurang
mengefektifkan
penggunaan waktu
SIMPULAN
Hasil
penelitian
ini
menunjukkan
ada
peningkatan
kemampuan siswa dalam berbicara
khususnya
pada
pembelajaran
berbicara dalam kegiatan diskusi
melalui model pembelajaran BestekKreatif tipe ERUPT. Selama proses
pembelajaran pada siklus I pada tahap
awal, tahap inti, sampai tahap penutup
siswa kurang antusias mengikuti
setiap tahap pembelajaran. Pada saat
siklus II siswa sangat antusias
mengikuti
tahap
pembelajaran.
Pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran Bestek-Kreatif
tipe ERUPT dalam kegiatan diskusi
diawali dengan mendiskusikan secara
tulisan akan dituliskan, berbicara
secara mandiri, hasil diskusi di tukar

dengan siswa yang lain, memberikan
penilaian pada lembar kerja siswa,
menyajikan hasil diskusi secara lisan
dan refleksi.
Pada siklus I data yang
diperoleh dari hasil tes berbicara yang
dianalisis menggunakan pedoman
penilaian tes akhir siklus. Penilaian
berbicara
digunakan
untuk
mengetahui prestasi kemampuan
berbicara siswa kelas XI MA An Nur
Rambipuji Jember. Dari pedoman
penilaian yang telah digunakan hasil
keterampilan berbicara siswa masih
banyak yang dibawah KKM. Siswa
yang tidak tuntas berjumlah 10 siswa
yang memiliki presentase 42%
hasilnya beda tipis dengan siswa yang
tuntas.
Siswa yang tuntas berjumalah
14
siswa
bahwasanya
model
pembelajaran Bestek-Kreatif tipe
ERUPT masih kurang menunjang
keberhasilan
siswa
dalam
pembelajaran
berbicara.
Untuk
menunjang
keberhasilan
model
pembelajaran Bestek-Kreatif tipe
ERUPT yang digunakan, peneliti
perlu mengadakan pembelajaran lagi
pada siklus II.
Pada siklus II penilaian
berbicara siswa sudah mencapai apa
yang ditargetkan kepada siswa yakni
peningkatan kemampuan berbicara
siswa di kelas XI An Nur Rambipuji
Jember sudah meningkat dengan
menggunakan model pembelajaran
Bestek-Kreatif tipe ERUPT yang
telah digunakan oleh peneliti. Dari
pedoman penilaian yang telah
digunakan,
hasil
keterampilan
berbicara siswa sudah mencapai
KKM yang sudah ditentukan. Tidak
ada siswa yang tidak tuntas, rata-rata
mencapai presentasi keberhasilannya

NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016__________________________________Halaman | 46

adalah
83%,
hasilnya
sangat
memuaskan bagi peneliti
Berdasarkan
analisis
data,
bahwa kemampuan siswa dalam
berbicara pada siklus I dan siklus II
mengalami peningkatan dengan rician
sebagai berikut pada siklus I hasil
penilaian berbicara dalam diskusi
yaitu 68% dan penerapan model
Bestek-Kreatif tipe ERUPT masih
belum
maksimal
dalam
penggunaannya. Sedangkan pada
siklus II hasil penilain keterampilan
berbicara dalam kegiatan diskusi
mencapai 83% dan hasil observasi
model pembelajaran Bestek-Kreatif
tipe ERUPT menunjukkan bahwa
model Bestek-Kreatif yang dijelaskan
oleh peneliti sudah terlaksana dengan
baik. Dari data tersebut maka model
pembelajaran Bestek-Kreatif tipe
ERUPT merupakan salah satu bentuk
inovasi dalam memperbaiki kualitas
proses belajar mengajar yang
bertujuan untuk membantu siswa agar
dapat belajar mandiri dan kreatif,
sehingga siswa dapat memperoleh
pengetahuan.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian,
maka saran-saran ini ditujukan
kepada siswa, guru bahasa Indonesia,
pelaksana peneliti selanjutnya, dan
pembaca, khususnya mahasiswa
Jurusan Bahasa Indonesia.
1) Bagi siswa
Bisa
digunakan
sebagai
alternatif dalam pembelajaran dan alat
untuk belajar mengembangkan diri
dalam hal keterampilan berbicara
khususnya pada forum diskusi,
sehingga
siswa
dapat
meningkatkankemampuan
berbicaranya.

2) Bagi Guru Bahasa Indonesia
Bagi guru mata pelajaran
bahasa Indonesia, hendaknya dapat
menggunakan pembelajaran dengan
model Bestek-Kreatif tipe ERUPT
dalam kegiatan diskusi sebagai
alternatif
pemecahan
masalah
berbicara karena pembelajaran ini
dapat meningkatkan kemampuan
berbicara siswa dalam kegiatan
diskusi.
3) Bagi Kepala Sekolah
Disarankan kepala sekolah
memberikan pengarahan kepada guru
mata pelajaran Bahasa Indonesia
tentang model pembelajaran yang
digunakan dalam proses pembelajaran
Bahasa Indonesia yaitu dengan
menerapkan model pembelajaran
Bestek-Kreatif tipe ERUPT. Karena
dengan
menggunakan
model
pembelajaran tersebut siswa lebih
aktif dan tidak kesulitan lagi untuk
menyampaikan pendapat di depan
kelas sehingga keterampilan berbicara
siswa meningkat.
4) Bagi Peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang
berminat mengadakan penelitian
tentang
penerapan
model
pembelajaran Bestek-Kreatif tipe
ERUPT
untuk
meningkatkan
keterampilan berbicara, disarankan
untuk melakukan penelitian dengan
pokok
pembahasan
lain
dan
menambah strategi belajar bahasa
yang
lain
untuk
lebih
mengoptimalkan kegiatan siswa.
5) Bagi Pembaca
Penelitian ini dapat digunakan
oleh pembaca, khususnya mahasiswa
jurusan Bahasa Indonesia sebagai
informasi
tentang
peningkatan
keterampilan
berbicara
dengan
menerapkan model pembelajaran

NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016__________________________________Halaman | 47

Bestek-Kreatif tipe ERUPT pada
siswa dikalangan SMA/MA.
DAFTAR RUJUKAN
Ahmadi, Muksin. 1990. Strategi
Belajar
Mengajar
Keterampilan Berbicara dan
Apresiasi Sastra. Malang:
YA3
Arikunto,
Suharsimi,
dkk.2008.
Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta:PT Bumi Aksara.
Arikunto,
Suharsimi,
dkk.2010.
Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta:PT Bumi Aksara.
Arsjad dan Mukti.1987. Pembinaan
Kemampuan
Berbicara
Bahasa Indonesia. Jakarta:
Erlangga
Buku Bahasa Indonesia. Ekspresi Diri
dan Akademik. SMA/MA/
Kelas XI Semester 2
Depdiknas, 2003.StandarKompetensi
Mata
PelajaranBahasa
Indonesia.
Jakarta:
Depdiknas
Depdiknas, 2006.Kurikulum Berbasis
Kompetensi:
Kompetensi
Dasar
Mata
Pelajaran
Bahasa Dan Sastra Indonesia
Untuk Sekolah Menengah
Atas. Jakarta
DimyatidanMudjiono.
2006.
BelajardanPembelajaran.
Jakarta: RinekeCipta
Iskandarwassid
dan
Sunendar,
Dadang.
2013.
Strategi
Pembelajaran
Bahasa.
Bandung:
Remaja
Rosdakarya
Tarigan,
Guntur.2008.
Menulis
Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa.
Bandung:
Angkasa

Tarigan.H.G.
1981.
Berbicara
Sebagai Suatu Keterampilan
Berbicara.
Bandung:
Angkasa
Mainuddin,
Hadjisusanto,
dan
Mudjono. 2002. Peranan
Guru
dalam
Diskusi.http//www.
pendidikan guru diskusi.com
/v1/
indeks.php/
read
/2011/12/3/631/ Pendidikanguru. (diakses pada tanggal
21 Maret 2016)
Moleong,
L.J.
2005.Metodelogi
Penelitian
Kualitatif.
Bandung:
PT.
Remaja
Rosdakarya.
N.K, Roestiyah. 1988. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta:
BinaAksara
Nurgiyantoro,
Burhan.
2001.
Penilaian dalam Pengajaran
Bahasa
dan
Sastra.
Yogyakarta:
PT
BPFE
Yogyakarta
Nurjamal, Daeng dkk. 2011. Terampil
Berbahasa.
Bandung:Alfabeta
Sudjana, Nana. 1989. Penelitian dan
Penilaian
Pendidikan.
Bandung: Sinar Baru
Sukatman, dkk. 2002. Strategi
Pembelajaran Bestek-Kreatif.
Jember: Universitas Jember
Wahyuni, Sri dan Ibrahim, Abdul
Syukur.
2012.
Asesmen
Pembelajaran
Bahasa.
Bandung: Refika Adi

NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016__________________________________Halaman | 48