PENATALAKSANAAN DERMATITIS ATOPIK

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 4:23:01 2017 / +0000 GMT

PENATALAKSANAAN DERMATITIS ATOPIK
Dermatitis atopik umumnya tidak
dapat disembuhkan, tetapi dapat dikontrol. Sebagian penderita mengalami
perbaikan sesuai
dengan bertambahnya usia. Langkah yang penting adalah
menjalin hubungan baik dengan orang tua penderita, menjelaskan
mengenai
penyakit tersebut secara rinci, termasuk perjalanan penyakit, dampak
psikologis, prognosis, dan prinip
penatalaksanaan. Langkah pertama dalam
penatalaksanaan penderita DA adalah menghindari atau sedikitnya mengurangi
faktor penyebab, misalnya eliminasi makanan, faktor inhalan, atau faktor
pencetus sel Walaupun masih kontroversial ternyata
Ibayi yang memperoleh
air susu ibu lebih jarang menderita DA dibandingkan bayi yang memperoleh
pengganti air susu
ibu.Penghindaran faktor alergen
pada bayi berumur kurang dari l tahun akan mengurangi beratnya gejala. DA.

Maka
dianjurkan agar bayi dengan riwayat keluarga alergi memperoleh hanya
ASI sediIkitnya 3 bulan, bila mungkin 6 bulan pertama
dan ibu yang
menyusui dianjurkan untuk tidak makan telur, kacang tanah, terigu, dan susu
sapi. Susu sapi diduga merupakan
alergen kuat pada bayi dan anak, maka
bagi mereka yang jelas alergi terhadap susu dapat dipergunakanbangkan
untuk
menggantinya dengan susu kedelai, walaupun kemungkinan alergi
terhadap susu kedelai masih ada. 60% penderita DA di bawah
usia 2 tahun
memberikan reaksi positif pada uji kulit terhadap telur, susu, ayam, dan
gandum. Reaksi positif ini akan
menghilang dengan bertambahnya usia.
Walaupun pada uji kulit positif terhadap antigen makanan tersebut di atas,
belum
tentu mencerminkan gejala klinisnya. Demikian pula hasil uji
provokasi, sehingga membatasi makanan anak tidak selalu berhasil
untuk

mengatasi penyakitnya.Membutuhkan terapi yang
integral dan sistemik, meliputi hidrasi kulit, terapi topikal,
identifikasi dan eliminasi faktor penyebab dan pencetus dan bila perlu
terapi sistemik.Penatalaksanaan dasar diberikan
untuk
semua kasus baik yang ringan, sedang maupun berat, berupa berupa
perawatan kulit, hidrasi, kortikosteroid topikal, antihistamin,
tars,
antibiotik bila perlu, identifikasi dan eliminasi faktor-faktor pencetus
kekambuhan. Perawatan Kulit Hidrasi
adalah
terapi DA yang esensial. Dasar hidrasi yang adekuat adalah
peningkatan kandungan air pada kulit dengan cara mandi dan
menerapkan
sawar hidrofobik. untuk mencegah evaporasi. Mandi selama 15-20 menit 2
kali sehari tidak menggunakan air
panas dan tidak menambahkan oil (minyak)
karena mempengaruhi penetrasi air. Sabun dengan moisturizers disarankan
Setelah mandi memberihkan sisa air dengan handuk yang lembut. Bila perlu
pengobatan topikal paling baik setelah mandi karena

penetrasi obat jauh
lebih baik. Pada pasien kronik diberikan 3-4 kali sehari dengan water-in-oil
moisturizers sediaan lactic
acid.Pengobatan topikal adalah untuk
mengatasi kekeringan kulit dan peradangan. Mengatasi kekeringan kulit atau
memelihara hidrasi kulit dapat dilakukan dengan mandi memakai sabun lunak
tanpa pewangi. Meskipun mandi dikatakan dapat
memperburuk kekeringan
kulit, namun berguna untuk mencegah terjadi infeksi sekunder. Jangan
menggunakan sabun yang
bersifat alkalis dan sebaliknya pakailah sabun atau
pembersih yang mempunyai pH 7,0. Pemberian pelembab kulit penting untuk
menjaga hidrasi antara lain dengan dasar lanolin, krim air dalam minyak,
atau urea 10% dalam krim. Untuk mengatasi
peradangan dapat diberikan krim
kortikosteroid. Penggunaan kortikosteroid topikal golongan kuat sebaiknya
berhati-hati dan
tidak digunakan di daerah muka. Apabila dermatitis telah
teratasi maka secepatnya pengobatan dialihkan pada penggunaan
kortikosteroid

golongan lemah atau krim pelembab. Untuk daerah muka sebaiknya digunakan
krim hidrokortison 1%.Dengan
pengobatan topikal yang
baik dapat dicegah penggunaan pengobatan sistemik. Karena perjalanan
penyakit DA adalah kronik
dan residif, maka untuk pemakaian kortikosteroid
topikal maupun sistemik untuk jangka panjang sebaiknya diamati efek
samping yang mungkin terjadi. Bila dengan kortikosteroid topikal tidak
adekuat untuk menghilangkan rasa gatal dapat
ditambahkan krim yang
mengandung mental, fenol, lidokain, atau asam salisilat. Bila dengan
pengobatan topikal ini tetap
tidak adekuat, maka dapat dipertimbangkan
pemberian pengobatan sistemik Kortikosteroids topical. Kortikosteroid topikal
mempunyai efek antiinflamasi, antipruritus, dan efek vasokonstriktor. Yang
perlu diperhatikan pada penggunaan kortikosteroid
topikal adalah: segera setelah mandi dan diikuti berselimut untuk meningkatkan penetrasi; tidak
lebih dari 2 kali sehari;
bentuk salep untuk kulit lembab bisa menyebabkan
folikulitis; bentuk krim toleransinya cukup baik; bentuk lotion dan spray

untuk daerah yang berambut; pilihannya adalah obat yang
efektif tetapi potensinya terendah; efek samping yang harus
diperhatikan
adalah: atropi, depigmentasi, steroid acne dan kadang-kadang
terjadi absorbsi sistemik dengan supresi dari
hypothalamic-pituitary-adrenal
axis; bila kasus membaik, frekuensi pemakaian diturunkan dan diganti
dengan yang
potensinya lebih rendah; bila kasus sudah terkontrol,
dihentikan dan terapi difokuskan pada hidrasi.Antihistamin Untuk
mengurangi rasa gatal
dapat diberikan antihistamin (H1) seperti difenhidramin atau terfenadin,
atau antihistamin nonklasik
lain. Kombinasi antihistamin H1 dengan H2
dapat menolong pada kasus tertentu. Pada bayi usia muda, pemberian sedasi
dengan kloralhidrat dapat pula menolong. Penggunaan obat lain seperti
sodium kromoglikat untuk menstabilkan dinding sel mast
dapat memberikan
hasil yang memuaskan pada 50% penderita. Penggunaan kortikosteroid oral
sangat terbatas, hanya pada

kasus sangat berat dan diberikan dalam waktu
singkat, misalnya prednison 0,5-1,0 mg/kgBB/hari dalam waktu 4 hari.Merupakan

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 1/2 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 4:23:01 2017 / +0000 GMT

terapi standar,
tetapi belum tentu efektif untuk menghilangkan rasa gatal karena rasa
gatal pada DA bisa tak terkait dengan
histamin.Tars Mempunyai efek anti-inflamasi
dan sangat berguna untuk mengganti kortikosteroid topikal pada manajemen
penyakit kronik. Efek samping dari tar adalah folikulitis, fotosensitisasi
dan dermatitis kontak.Antibiotik sistemik Antibiotik
sistemik dapat
dipertimbangkan untuk mengatasi DA yang luas dengan infeksi sekunder.
Antibiotik yang dianjurkan adalah

eritromisin, sefalosporin, kloksasilin,
dan terkadang ampisilin Infeksi di curigai bila ada krusta yang
luas, folikulits, pioderma
dan furunkulosis. S. aureus yang
resisten penisilin merupakan penyebab tersering dari flare akut.
Bila diduga ada resistensi
penisilin, dicloxacillin atau sefalexin dapat
digunakan sebagai terapi oral lini pertama. Bila alergi penisilin,
eritromisin adalah
terapi pilihan utama, dengan perhatian pada pasien asma
karena bersama eritromisin, teofilin akan menurunkan metabolismenya.
Pilihan lain bila eritomisin resisten adalah klindamisin.. Dari hasil
pembiakan dan uji kepekaan terhadap Staphylococcus
aureus 60% resisten
terhadap penisilin, 20% terhadap eritromisin, 14% terhadap tetrasiklin,
dan tidak ada yang resisten
terhadap sefalosporin Imunoterapi dengan
ekstrak inhalan umumnya tidak menolong untuk mengatasi DA pada anak.Identifikasi
dan eliminasi
faktor-faktor eksaserbasi Sabun dan baju yang bersifat iritatif dihindari. Baju

iritatif dari wol dihindari.
Demikian juga keringat dapat juga mengiritasi
kulit. Stres sosial dan emosional juga harus dihindari. Eliminasi alergen
makanan, binatang dan debu rumah.TERAPI MEDIKA MENTOSA· Kortikosteroid sistemik. Efek perbaikannya cepat, tetapi flare
yang parah sering terjadi pada steroid withdrawal. Bila tetap harus diberikan, tapering dan perawatan intensif kulit harus dijalankan.
· Thymopentin. Untuk dapat mengurangi gatal-gatal dan eritem digunakan timopentin subkutan 10 mg/ dosis 1 kali/hari selama 6
minggu, atau 3 kali/minggu selama 12 minggu. · Interferon-gamma. Dosis yang digunakan g /m2/ hari subkutan diberikan selama
12 minggu.ug-100uantara 50 · Siklosporin A. Pemberian per oral 5 mg/kg/hari selama 6 minggu. Dapat pula diberikan secara
topikal dalam bentuk salep atau gel 5%. · Tacrolimus. Digunakan takrolimus 0,1 % dan 0,03 % topikal dua kali sehari. Obat ini
umumnya menunjukan perbaikan pada luasnya lesi dan rasa gatal pada minggu pertama pengobatan. Tacrolimus tidak
mempengaruhi fibroblasts sehingga tidak menyebabkan atropi kulit. · Pimecrolimus Pemakaian pimecrolimus 1,0 % mereduksi
gejala sebesar 35 %. · Gammaglobulin Bekerja sebagai antitoksin, antiinflamasi dan anti alergi. Pada DA Gammaglobulin intravena
(IVIG) adalah terapi yang sangat mahal, namun harus dipertimbangkan pada kasus kasus khusus. · Probiotik Lactobacillus
rhamnosus GG 1 kapsul (109) kuman/dosis dalam 2 kali/hari memperbaiki kondisi kulit setelah 2 bulan.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 2/2 |