DERMATITIS ATOPIK | Karya Tulis Ilmiah DERMATITIS ATOPIK

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 23:18:48 2017 / +0000 GMT

DERMATITIS ATOPIK
DERMATITIS ATOPIKPENDAHULUAN Dermatitis atopik ialah keadaan peradangan kulit kronis residif disertai gatal yang
berhubungan dengan atopi. Kata atopi pertama kali diperkenalkan oleh Coca (1923), yaitu istilah yang dipakai untuk sekelompok
penyakit pada individu yang mempunyai riwayat kepekaan dalam keluarganya misalnya asma bronkial, rinitis alergika, dermatitis
atopik, dan konjungtivitis alergik.1Dinegara industri, prevalensi dermatitis atopi pada anak mencapai 10 sampai 20 %, sedangkan
pada dewasa sekitar 1 sampai 3 %. Dinegara agraris prevalensi dermatitis atopi jauh lebih rendah. Penderita wanita lebih banyak
daripada pria dengan rasio 1,3 : 1. Daerah beriklim panas dan lembab memudahkan timbulnya penyakit. Higiene yang kurang juga
dapat memperberat penyakit. Lingkungan yang mengganggu emosi lebih mudah menimbulkan penyakit.1
Penyebab dermatitis
atopik belum diketahui. Gambaran klinis yang muncul di akibatkan oleh kerja sama berbagai faktor konstitusional dan faktor
pencetus.1DEFINISI
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap pengaruh faktor
eksogen dan atau faktor endogen. Dermatitis atopik ialah keadaan peradangan kulit kronis residif disertai gatal yang umumnya
terjadi pada bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga
atau penderita.1
Kata atopi pertama kali diperkenalkan oleh Coca (1928), yaitu istilah yang dipakai untuk sekelompok
penyakit pada individu yang mempunyai riwayat kepekaan dalam keluarganya misalnya asma bronkial, rinitis alergika, dermatitis
atopik, dan konjungtivitis alergik. 1

SINONIM
Istilah dermatitis atopik masih ada silang pendapat. Banyak istilah lain
yang di gunakan , misalnya : ekzema konstitusional, ekzema fleksural, neurodermatitis diseminata, prurigo Besnier. Tetapi, hingga
sekarang yang paling banyak diterima ialah istilah dermatitis atopik.EPIDEMIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
Dinegara
industri, prevalensi dermatitis atopi pada anak mencapai 10 sampai 20 %, sedangkan pada dewasa sekitar 1 sampai 3 %. Dinegara
agraris prevalensi dermatitis atopi jauh lebih rendah. Penderita wanita lebih banyak daripada pria dengan rasio 1,3 : 1. Daerah
beriklim panas dan lembab memudahkan timbulnya penyakit. Higiene yang kurang juga dapat memperberat penyakit. Lingkungan
yang mengganggu emosi lebih mudah menimbulkan penyakit.1,2 ETIOLOGI
Penyebab pasti dermatitis atopik belum
diketahui, tetapi faktor keturunan merupakan dasar pertama untuk timbulnya penyakit. Dermatitis atopi diduga diturunkan secara
autosomal yang diekspresikan oleh gen IL-4 pada kromosom 5q31-33 1,2 PATOFISIOLOGI
Penyebab Dermatitis Atopi
belum diketahui dengan jelas. Beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain imunologik, genetik, dan gangguan biokimiawi.
Defisiensi imunologik berupa peningkatan IgE dan gangguan fungsi limfosit T, juga didapatkan pada Dermatitis Atopik. Diduga
pada patogenesis dermatitis atopik terdapat early phase reaction (EPR) dan late phase reaction (LPR). Pada EPR, setelah alergen
terikat pada IgE yang terdapat pada permukaan sel mast, terjadilah degranulasi pada sel mast sehingga terjadi pengeluaran histamin
dan beberapa sitokin. Sesudah itu dilanjutkan dengan LPR yaitu timbulnya ekspresi beberapa molekul adhesi pada dinding yang
dipengaruhi oleh beberapa sitokin pada EPR. Sel radang akan tertarik pada dinding pembuluh darah ditempat molekul adhesi
berada. Akhirnya sel radang akan keluar dan pembuluh darah mennuju jaringan sehingga timbul reaksi radang.3 GEJALA KLINIS

Kulit penderita Dermatitis Atopik umumnya kering, pucat, dan redup, kadar lipid di epidermis berkurang dan kehilangan air
lewat epidermis meningkat. Penderita cenderung astenik dengan tingkat intelegensia diatas rata-rata, sering merasa cemas, egois,
frustasi, agresif, atau merasa tertekan. 1ui
Gejala utama dermatitis atopik ialah pruritus (gatal) hilang timbul sepanjang hari,
akibatnya penderita menggaruk-garuk sehingga timbul bermacam-macam ruam berupa papul, likenifikasi, dan lesi ekzematosa
berupa eritema, papulo-vesikel, erosi, eskoriasi, eksudasi dan krusta. Dermatitis atopik dapat terjadi pada masa bayi (infantil), anak,
maupun remaja dan dewasa. 1
1.
Dermatitis Atopik Infantil (usia 2 bulan sampai 2 tahun)Masa awitan paling
sering pada usia 2 ? 6 bulan. Lokalisasi lesi mulai dimuka (dahi dan pipi), meluas ke leher, scalp, pergelangan tangan lipat siku dan
bila anak mulai merangkak lesi ditemukan di lutut. Lesi berupa eritema dan papulovesikel miliar yang sangat gatal, karena garukan
terjadi erosi, ekskoriasi dan eksudasi serta krusta tidak jarang mengalami infeksi. Garukan dimulai setelah umur 2 bulan. Rasa gatal
ini sangat mengganggu sehingga anak gelisah, susah tidur, dan menangis. Lesi menjadi kronis dan residif. Sekitar usia 18 bulan,
mulai tampak likenifikasi di bagian fleksor. Pada usia 2 tahun sebagian besar penderita sembuh, sebagian berlanjut menjadi bentuk
anak. 1, 22.
Dermatitis Atopi pada anak (usia 3 tahun sampai 11 tahun)Dapat merupakan kelanjutan bentuk infantil, atau
timbul sendiri (de novo). Lesi kering, likenifikasi, batas tidak tegas, karena garukan terlihat pula ekskoriasi memanjang dan krusta.
Tempat predileksi di tengkuk, lipat siku dan lutut, pergelangan tangan, kelopak mata, leher, jarang dimuka. Tangan mungkin
kering, likenifikasi atau eksudasi, bibir perional dapat pula terkena. 13.
Dermatitis Atopi pada remaja dan dewasa (usia

12 tahun sampai 30 tahun)Tempat predileksi di muka (dahi, kelopak mata, perioral), leher, dada bagian atas, lipat siku, lipat lutut,
punggung tangan, biasanya simetris. Gejala utama adalah pruritus, kelaina kulit berupa likenifikasi, papul, eskoriasi dan krusta.
Umumnya berlangsung lama, tetapi intensitasnya cenderung menurun setelah usia 30 tahun. Sebagian kecil dapat berlangsung
sampai tua. Dapat pula ditemukan kelainan setempat, misalnya di bibir (kering, pecah, bersisik) vulva, puting susu, skalp. 1

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 1/4 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 23:18:48 2017 / +0000 GMT

Selain terdapat kelainan tersebut, kulit penderita tampak kering dan sukar berkeringat. Ambang rangsang gatal rendah, sehingga
penderita mudah gatal, apalagi setelah berkeringat.Berbagai kelainan dapat menyertai ialah xerosis kutis, iktiosis, hiperlinearis
palmaris et plantaris, pompoliks, ptiriasis alba, keratosis pilaris, lipatan Dennie Morgan, penipisan alis bagian luar (tanda Hertoghe),
keilitis, katarak subkapsular anterior, lidah geografik, liken spinularis (papul-papul tersusun numular) dan keratokonus (bentuk
kornea yang abnormal). Selain itu penderita dermatitis atopik cenderung mudah mengalami kontak urtikaria, reaksi anafilaktik
terhadap obat, gigitan atau senggatan serangga. 1DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan apabila memenuhi 3 kriteria mayor dan
3 kriteria minor berikut menurut Hanifin dan Lobitz (1977) yaitu: 4Kriteria Mayor:1.

Pruritus 2.
Morfologi
dan distribusi khas : dewasa : likenifikasi fleksura, bayi dan anak : lokasi kelainan di daerah muka dan ekstensor3.
Dermatitis bersifat kronik dan residif4.
Riwayat atopi ( asma bronkial, rinitis alergika, dermatitis atopik) pada penderita
atau keluarganya.Kriteria Minor : Xerosis, iktiosis/pertambahan garis di palmar/keratosis pilaris, reaktivasi pada uji kulit tipe cepat,
peningkatan kadar IgE, kecenderungan mendapat infeksi kulit/kelainan imunitas selular, dermatitis pada areola mammae, keilitis,
konjungtivitis berulang, lipatan Dennie-Morgan daerah infraorbita, keratokonus, katarak subskapular anterior, hiperpigmentasi
daerah orbita, kepucatan/eritema daerah muka, pitiriasis alba,lipatan leher anterior, gatal bila berkeringat, intoleransi terhadap bahan
wol dan lipid solven, gambaran perifolikular lebih nyata, intoleransi makanan, perjalanan penyakit dipengaruhi lingkungan dan
emosi, white dermographism/delayed blanch. PEMERIKSAAN LABORATORIUMTelah dilaporkan berbagai hasil laboratorium
penderita dermatitis atopik, walaupun demikian sulit untuk menghubungkan hasil laboratorium ini dengan efek yang ada. 51.
Imunoglobulin IgG, IgM, IgA dan IgD biasanya normal atau sedikit meningkat pada penderita dermatitis atopik. 7 % penderita
dermatitis atopik mempunyai kadar IgA serum yang rendah, dan defisiensi IgA transien banyak dilaporkan pada usia 3-6 bulan.
Kadar IgE meningkat pada 80-90% penderita dermatitis atopik dan lebih tinggi lagi bila sel asma dan rinitis alergika. Tinggi
rendahnya kadar IgE ini erat hubungannya dengan berat ringannya penyakit, dan tinggi rendahnya kadar IgE tidak mengalami
fluktuasi baik pada saat eksaserbasi, remisi, atau yang sedang mendapat pengobatan prednison atau azatioprin. Kadar IgE ini akan
menjadi normal 6-12 bulan setelah terjadi remisi. 52.
Leukosita.
Limfosit Jumlah limfosit absolut penderita

alergi dalam batas normal, baik pada asma, rinitis alergilk, maupun pada dermatitis atopik. Walaupun demikian pada beberapa
penderita dermatitis atopik berat dapat disertai menurunnya jumlah sel T dan meningkatnya sel B. 5b.
Eosinofil Kadar
eosinofil pada penderita dermatitis atopik sering meningkat. Peningkatan ini seiring dengan meningkatnya IgE, tetapi tidak seiring
dengan beratnya penyakit. 5c.
Leukosit polimorfonuklear (PMN) Dari hasil uji nitro blue tetrazolium (NBT) ternyata
jumlah PMN biasanya dalam batas normal. 53.
Komplemen Pada penderita dermatitis atopik kadar komplemen biasanya
normal atau sedikit meningkat. 54.
Bakteriologi Kulit penderita dermatitis atopik aktif biasanya mengandung bakteri
patogen, seperti Staphylococcus aureus, walaupun tanpa gejala klinis infeksi. 55.
Uji kulit dan provokasi Diagnosis
dermatitis atopik ditegakkan hanya berdasarkan gejala klinis. Untuk mencari penyebab timbulnya dermatitis atopik harus disertai
anamnesis yang teliti dan bila perlu dengan uji kulit serta uji eliminasi dan provokasi. Korelasi uji kulit hanya baik hasilnya bila
penyebabnya alergen hirup. Untuk makanan dianjurkan dengan uji eliminasi dan provokasi. Reaksi pustula terhadap 5% nikel sulfat
yang diberikan dengan uji tempel dianggap karakteristik untuk dermatitis atopik oleh beberapa pengamat. Patogenesis reaksi pustula
nikel fosfat ini belum diketahui walaupun data menunjukkan reaksi iritan primer.5DIAGNOSIS BANDING
Umumnya
diagnosis dermatitis atopik tidak terlalu sulit. Pada bentuk infantil dapat menyerupai dermatitis seboroik. Dermatitis seboroik pada
muka mirip dengan dermatitis atopik. Dermatitis seboroik berlokasi di tempat-tempat seboroik yakni kulit kepala yang berambut,

muka terutama alis mata dan lipatan nosolabial, ketiak, dada di atas sternum, interskapular, daerah genitalis eksterna dan perianal.
Kulit pada dermatitis seboroik, berskuama kekuningan dan berminyak. Tidak terdapat stigmata atopi, eosinofilia,peninggian kadar
IgE, tes asetilkolin negatif maupun dermografisme putih. 1
Pada bentuk anak dan dewasa dibedakan dengan neurodermatitis
sirkumskipta vidal atau yang lazim di sebut liken simpleks kronis. Kedua-duanya gatal dan terdapat likenifikasi. Lokasi lesi pada
dermatitis atopik di lipat siku dan lipat lutut (fleksor), sedangkan liken simpleks kronis di siku dan punggung kaki (ekstensor) ada
pula tempat predileksi yang sama yaitu di tengkuk. Dermatitis atopik biasanya sembuh setelah usia 30 tahun, sedangkan
neurodermatitis sirkumskripta dapat berlanjut sampai tua. Pemeriksaan pembantu yang menyokong dermatitis atopik hasil negatif
pada neurodermatitis sirkumskripta. 1
Penyakit lain yang dapat memberi gambaran klinis menyerupai dermatitis atopik yaitu :
dermatitis kontak alergik kronis, dermatitis numularis, sindrom Wiskott-Aldrich, sindrom hiper-IgE dan histiositosis-X.
1PENATALAKSANAAN
Kulit penderita dermatitis atopik umumnya kering dan sangat peka terhadap berbagai rangsangan.
Penderita merasa sangat gatal, sehingga terpaksa menggaruk. Perjalanan dermatitis berlangsung kronis dan cenderung berulang
(kambuh). Banyak faktor yang menyebabkan penyakit ini, misalnya infeksi kulit. Iritai, berkeringat atau kedinginan, sters, endokrin
(contonya : kehamilan, penyakit tiroid, haid). Oleh karena itu penatalaksanaannya pada dasarnya berupaya menghindari atau
menyingkirkan faktor-faktor tersebut. 1Kulit yang sehat boleh di sabun dengan sabun khusus untuk kulit kering, tetapi jangan terlalu

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com


| Page 2/4 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 23:18:48 2017 / +0000 GMT

sering agar lipid di kulit tidak banyak berkurang sehingga kulit tidak semakin kering. Kulit di olesi dengan krim omelien,
maksudnya membuat kulit tidak semakin kering. Pakaian jangan terbuat dari wol atau nilon karena dapat merangsang, pakailah
katun karena selain tidak merangsang juga dapat menyerap keringat. Keringat akan menambah rasa gatal, oleh karena itu pakaian
jangan ketat, ventilasi yang baik akan mengurangi keringat.1
Hindarkan dari perubahan suhu dan kelembaban mendadak.
Sebaiknya mandi dengan air yang suhunya sama dengan suhu tubuh, karena air panas maupun air dingin menambah rasa gatal.
4Upayakan tidak terjadi kontak dengan debu rumah (mengandung Dermatophagoides pteropyssimus) dan bulu binatang karena
dapat menyebabkan gatal bertambah dan menyebabkan penyakit kambuh. 4Makanan dapat mempengaruhi terjadinya kekembuhan
atau menambah rasa gatal. Sebagian kecil para penderita alergi terhadap makanan, yang sering ialah susu sapi, terigu, telur, dan
kacang-kacangan. Dengan meningkatnya usia kemungkinan mendapat alergi tersebut makin berkurang. Menurut penyelidikan Kang
dan Tan, pada bentuk infantil yang mengalami alergi makanan 17,1 % kemudian menurun menjadi 8,7 % pada bentuk anak dan
menjadi 4,2 % pada bentuk dewasa. Memperpanjang masa pemberian ASI pada bayi dan menunda pemberian makananan padat
ternyata tidak mencegah timbul dermatitis atopik. Stres emosional akan memudahkan penyakit kambuh, oleh karena itu hendaknya
dihindari atau di kurangi. 1,2Imunitas seluler penderita dermatitis atopik menurun, sehingga mudah mengalami infeksi oleh virus,
bakteri, dan jamur. Bila mendapat infeksi virus, misalnya vaksinia atau herpes simpleks, akan menimbulkan gejala akut berupa

timbulnya banyak vesikel dan pustul yang akan menyebar disertai demam yang tinggi, dan dapat menyebabkan kematian, disebut
erupsi variseloformis kaposi. Oleh karena itu penderita dermatitis atopik tidak boleh berdekatan dengan penderita varisela, herpes
zoster, atau herpes simpleks. Kuku di potong pendek agar bila mengaruk tidak sampai timbul luka, sehingga tidak mudah terjadi
infeksi sekunder. 1PENGOBATAN
Pengobatan bergantung pada kelainan kulit yang di temukan. Yang paling penting adalah
mencegah penderita agar tidak mengaruk.11.
Terapi sitemik.
Anti histamin golongan H1 (chlorpheniramine,
promethazine, hydroxyzine) untuk mengurangi gatal dan sebagai penenang. Bila sangat gatal dapat diberikan klorpromazin. Jika ada
infeksi sekunder diberi antibiotik seperti eritromisin. Kortikosteroid sistemik tidak di anjurkan, kecuali bila kelainannya luas, atau
eksaserbasi akut, dapat diberikan dalam jangka waktu pendek (7 ? 10 hari), mengingat efek samping yakni osteoporosis, katarak dan
sebagainya. 1,22.
Terapi topikal.Bergantung pada jenis kelainan kulit. Pada bentuk bayi kelainannya eksudatif, karena itu
dikompres, misalnya dengan larutan asam salisil 1/1000 atau permanganas kalikus 1/10.000. setelah kelainan kering, dilanjutkan
dengan krim hidokortison 1 % - 2 %. Pada bentuk anak dan dewasa tidak digunakan kompres karena kelainan kulit kering,
melainkan salap karena salap mempunyai daya penetrasi lebih baik. Salap kortikosteroid yang di pilih ialah golongan sedang atau
kuat karena bentuk anak dan dewasa telah terjadi likenifikasi. Jika efek terapeutik telah tercapai, maka dapat diganti dengan
golongan lemah untuk mencegah terjadinya efek samping. Untuk meningkatkan daya penetrasi, dapat ditambahkan asam salisil 3-5
% pada kortikosteroid topikal.1,2Obat lain yang digunakan ialah ter, misalnya liquor karbonas detergens 2-5 %. Efek ter yang
sebenarnya belum diketahui pasti, rupanya berkhasiat vasokontriksi, astringen, desinfektan, antipruritus, dan memperbaiki

keratinisasi abnormal dengan cara mengurangi proliferasi epidermal dan infiltrasi dermal. Pada penggunaan ter yang lama dapat
terjadi folikulitis. Efek samping ter yang lain adalah fotosensitisasi. Ter dapat pula dikombinasi dengan kortikosteroid.1,2Obat lain
adalah urea 10 %, membuat kulit lemas, hidrofilik, antibakterial, dapat dikombinasikan dengan kortikosteroid topikal. Untuk
membersihkan kulit jangan memakai sabun alkali, tetapi memakai detergen dengan pH asam, atau sabun nonalkali berlemak. 1,2
KOMPLIKASI·
Pada anak penderita dermatitis atopik, 75% akan disertai penyakit alergi lain di kemudian hari.
Penderita dermatitis atopik mempunyai kecenderungan untuk mudah mendapat infeksi virus maupun bakteri (impetigo, folikulitis,
abses, vaksinia. Molluscum contagiosum dan herpes).·
Infeksi virus umumnya disebabkan oleh Herpes simplex atau
vaksinia dan disebut eksema herpetikum atau eksema vaksinatum. Eksema vaksinatum ini sudah jarang dijumpai, biasanya terjadi
pada pemberian vaksin varisela, baik pada keluarga maupun penderita. lnfeksi Herpes simplex terjadi akibat tertular oleh salah
seorang anggota keluarga. Terjadi vesikel pada daerah dermatitis, mudah pecah dan membentuk krusta, kemudian terjadi penyebaran
ke daerah kulit normal.·
Penderita dermatitis atopik, mempunyai kecenderungan meningkatnya jumlah koloni
Staphylococcus aureus. 5PROGNOSIS
Penderita dermatitis atopik yang bermula sejak bayi, sebagian (± 40 %) sembuh
spontan, sebagian berlanjut ke bentuk anak dan dewasa. Adapula yang menyatakan bahwa 40-50 % sembuh pada usia 15 tahun.
Sebagian besar menyembuh pada usia 30 tahun. 1
Secara umum, bila ada riwayat dermatitis atopik di keluarga, bersamaan
dengan asma bronkial, masa awitan lambat, atau dermatitisnya berat, maka penyakitnya lebih persisten. 1KESIMPULANDermatitis

adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen.
Dermatitis atopik ialah keadaan peradangan kulit kronis residif disertai gatal yang umumnya terjadi pada bayi dan anak-anak, sering
berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita.Penyebab pasti dermatitis
atopik belum diketahui, tetapi faktor keturunan merupakan dasar pertama untuk timbulnya penyakit. Dermatitis atopi diduga
diturunkan secara autosomal yang diekspresikan oleh gen IL-4 pada kromosom 5q31-33.Gejala utama dermatitis atopik ialah

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 3/4 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 23:18:49 2017 / +0000 GMT

pruritus (gatal) hilang timbul sepanjang hari, akibatnya penderita menggaruk-garuk sehingga timbul bermacam-macam ruam berupa
papul, likenifikasi, dan lesi ekzematosa berupa eritema, papulo-vesikel, erosi, eskoriasi, eksudasi dan krusta. Dermatitis atopik dapat
terjadi pada masa bayi (infantil), anak, maupun remaja dan dewasa.Mengidentifikasi dan menyingkirkan faktor yang memperberat
dan memicu siklus ?gatal-garuk?. Hindari hal yang dapat mengiritasi kulit bayi, menjaga kebersihan kulit pada bayi khususnya
daerah bokong dan genetalia.DAFTAR PUSTAKA1.
Djuanda, Adhi (edt). Sri Adi Sularsito, Suria Djuanda. 2005. Dermatitis
dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Keempat. FKUI. Jakarta. Hal 129-1532.

Siregar, R. S..Dermatitis Atopik dalm
Penyakit Kulit Alergi dalam Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. EGC. Jakarta. Hal 115-1183.
Barakhbah, Jusuf dkk.
2005. Dermatitis Atopi dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/ SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. sEdisi III. Rumah Sakit
Umum Dokter Soetomo. Surabaya. Hal 1-8 4.
http://www.klikdokter.com/illness/detail/216 diakses tanggal 17 April 20105.
htpp://www.childrenallergyclinic.wordpress.com/ diakses tanggal 17 April 2010

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 4/4 |