PENERAPAN MODEL PEER TEACHING DALAM PEMBELAJARAN AKTIVITAS PERMAINAN BOLA TANGAN:Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas XI SMA AL-Musyawarah Lembang.

(1)

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ...ii

UCAPA TERIMAKASIH ...iii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ...xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah ...8

C. Batasan masalah ...9

D. Rumusan Masalah ...9

E. Tujuan Penelitian ...10

F. Manfaat Penelitian ...10

BAB II TINJAUAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Tinjauan Teori ...12

1. Hakikat Pembelajaran Aktivitas Permainan Bolatangan ...12

a. Komponen Pembelajaran Aktivitas Permainan Bolatangan ...19

1) Tujuan Pembelajaran ...19

2) Materi/Bahan Pembelajaran ...23

3) Pendekatan/model,Strategi dan Model pembelajaran ...25


(2)

a) Keterampilan Lokomotor Khusus ...31

b) Menangkap Bola ...32

c) Mengoper Bola (Passing) ...32

d) Menggiring Bola (Dribbling) ...33

e) Menembak (Shooting) ...33

2. Hakikat Peer Teaching ...33

3. Penelitian Tindakan Kelas ...38

4. Konsep Waktu Aktif Belajar (JWAB) ...43

B. Kerangka Berfikir ...44

C. Hipotesis Tindakan ...45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan operasional Penelitian ...46

B. Tempat dan waktu Penelitian ...46

1. Tempat Penelitian ...46

2. Waktu penelitian ...46

C. Fokus Penelitian ...47

D. Metode Penelitian ...47

E. Langkah-Langkah Penelitian ...48

a. Observasi Awal ...49

b. Perencanaan ...49

c. Pelaksanaan Tindakan ...50


(3)

G. Teknik Analisis Data ...52

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Latar Penelitian ...54

B. Permasalahan yang Teridentifikasi ...55

C. Perencanaan ...57

1. Uraian Tindakan I ...64

a. Perencanaan Tindakan I ...64

b. Pelaksanaan Tindakan I ...65

c. Analisa Observasi dan Refleksi ...67

2. Uraian Tindakan II ...69

a. Perencanaan Tindakan II ...69

b. Pelaksanaan Tindakan ...70

c. Analisa Observasi dan Refleksi ...71

3. Uraian Tindakan III ...74

a. Perencanaan Tindakan III ...74

b. Pelaksanaan Tindakan III ...75

c. Analisa Observasi dan Refleksi ...76

4. Uraian Tindakan IV ...78

a. Perencanaan Tindakan IV ...78

b. Pelaksanaan Tindakan IV ...79

c. Analisa Observasi dan Refleksi ...81


(4)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ...88 B. Saran ...89 DAFTAR PUSTAKA


(5)

TABEL

2.1 Perbandingan Pengajaran Media Guru dan Media Teman ... 36

3.1 Waktu Penelitian ... 45

4.1 Observasi Awal Jumlah Waktu Aktif Belajar (JWAB) ... 55

4.2 Jumlah Waktu Aktif belajar (JWAB) Tindakan Satu ... 60

4.3 Jumlah Waktu Aktif belajar (JWAB) Tindakan Dua ... 64

4.4 Jumlah Waktu Aktif belajar (JWAB) Tindakan Tiga ... 68

4.5 Jumlah Waktu Aktif belajar (JWAB) Tindakan Empat ... 71

4.6 Jumlah Waktu Aktif belajar (JWAB) Siswa Dalam Pembelajaran Bolatangan Siklus I Dan II ... 74


(6)

Lampiran:

A. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Bolatangan. B. Tugas-Tugas Tutor

C. Catatan Observasi Awal dan Format Observasi JumlahWaktu Aktif belajar Siswa Dalam Garis Waktu.

D. Catatan lapangan dan Format Observasi JumlahWaktu Aktif belajar Siswa Dalam Garis Waktu.

E. SK Pembimbing Skripsi. F. Surat Izin Penelitian. G. Bimbingan Skripsi H. Foto-Foto Penelitian. I. Daftar Riwayat Hidup.


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Permainan bolatangan merupakan salah satu cabang olahraga permainan beregu yang masing-masing regu terdiri atas 7 orang pemain. Tujuan permainan ini adalah memasukan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawan dan menjaga lawan untuk tidak memasukan bola ke gawang regu sendiri. Permainan bolatangan menggunakan bola tangan dengan cara dilempar dan ditangkap. Permainan dilakukan diatas lapangan yang memiliki ukuran tertentu. Permainan bolatangan dapat dilakukan di indoor/outdoor.

Menurut Haris (1986: 6) Permainan bolatangan sebagai suatu cabang olahraga telah memiliki induk organisasi internasional yang disebut International Amateur Handball Federation (IAHF) yang dibentuk pada Tahun 1928. Hasil kesepakatan dari wakil 11 Negara yang dilakukan di Amsterdam. Dalam perkembangannya organisasi ini berubah menjadi International Handball Federation (IHF).

Selanjutnya menurut Haris (1986: 6) menyebutkan pula bahwa di wilayah Asia, organisasi bolatangan sudah berkembang dan sudah memiliki organisasi yang disebut Asian Handball Federation (AHIF), didirikan pada tahun 1974 berpusat di Kuwait. Di Indonesia induk organsasi bolatangan dibentuk pada tahun 2009 dengan nama Asosiasi Bolatangan Indonesia (ABTI) berpusat di Jakarta.

Di Indonesia, sampai dengan saat ini, permainan bolatangan belum berkembang sebagaimana halnya permainan cabang olahraga lainnya seperti


(8)

sepakbola, bolavoli, bolabasket dan cabang olahraga permainan lainnya. Hal ini mungkin disebabkan karena tidak ada lembaga atau persatuan bolatangan yang lebih terstruktur masuk ke daerah-daerah (Kabupaten dan kota), kurangnya sosialisasi, dan kurangnya kejuaraan-kejuaraan baik antar club, daerah atau antar sekolah.

Menurut ABTI dalam (http://www.suarakarya-online.com/news minggu 31 juli), belum adanya kepengurusan yang terstruktur masuk ke pelosok daerah-daerah. Hal ini dibuktikan belum terbentuknya PENGDA (Pengurus Daerah) ataupun PENGCAB (Pengurus Cabang) yang menjadi anggota ABTI. Yang terdaftar di ABTI hanya club yang kebanyakan terbentuk dari universitas dan pelajar sekolah menengah atas. Artinya ABTI belum mempunyai anggota sampai ke daerah-daerah.

Menurut ABTI dalam (http://republika.co.id:8080/berita/87628/Bola minggu 31 juli) bahwa sampai dengan saat ini, kejuaraan yang dilakukan baru sampai tingkat daerah ataupun ditingkat pelajar dan universitas. Tetapi yang mengikuti pertandingan hanya club sekolah dan universitas. Hal ini dibuktikan oleh adanya kejuaraan se-Jawa Barat di Bandung dan ABTI menggelar Indonesian Youth Handball Competition 2009 (IYHC 2009) di Jakarta.walaupun kejuaraan yang bersifat ke daerahan ataupun umum, tetapi atlet yang mengikuti pertandingan sebagian besar adalah atlet berlatar belakang mahasiswa dan pelajar sekolah menengah atas, Karena itu Penulis berkeyakinan bahwa masyarakat umum kurang mengetahui tentang keberadaan permainan bolatangan.


(9)

Dari fakta di atas menyimpulkan bahwa perkembangan permainan bolatangan di Indonesia tidak sebaik perkembangan olahraga yang lainnya. Permainan bolatangan kebanyakan berkembang di lingkungan universitas tertentu, terutama yang memiliki fakultas keolahragaan, diluar universitas itu belum ada, dan tidak semua fakultas keolahragaan tidak mempunyai club bolatangan. Begitu juga permainan bolatangan dilingkungan persekolahan belum berkembang seperti halnya cabang olahraga permainan lainnya. Hanya sebagian kecil sekolah menengah atas (SMA) yang membina bolatangan. Di Kota Bandung kurang lebih 8 (delapan) SMA yang membina permainan bolatangan.

Di lingkungan persekolahan permainan bola tangan merupakan salah satu olahraga permainan yang harus diajarkana. Hal ini karena di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang dikembangkan di sekolah, disebutkan bahwa salah satu aktivitas pembelajaran yang dapat di ajarkan dalam pembelajaran pendidikan jasmani adalah materi olahraga dan permainan. Permainan bola tangan termasuk ke dalam materi olahraga dan permainan (Depdiknas 2006). Dengan demikian guru dan sekolah berkewajiban untuk melaksanakan pembelajaran aktivitas permainan bolatangan dalam mata pelajaran pendidikan jasmani. Namun demikian permainan bolatangan tidak sebaik perkembangan olahraga yang lainnya, sehingga berpengaruh terhadap pembelajaran permainan bolatangan di sekolah. Guru pendidikan jasmani cenderung memilih olahraga permainan lain sebagai aktivitas dalam pembelajaran penjas, hal ini mungkin dikarenakan oleh kurangnya fasilitas, pemahaman guru yang masih terbatas tentang permainan bola tangan. Selain itu, permainan


(10)

bolatangan juga masih asing bagi siswa sehingga siswa tidak begitu menggemari dan belum mengerti tentang permainan bola tangan.

Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) standar kompetensi dan standar pendidikan jasmani dalam PERMENDIKNAS NO. 22 TAHUN 2006 SI yang di ambil di (http://masrangga.blogspot.com/2008/11/tujuan-pendidikan-jasmani.html Juni 16, 2011) telah dirimuskan bahwa standar kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran aktivitas permainan olahraga sebagai berikut:

Memperaktikan berbagai keterampilan permainan olahraga dalam bentuk sederhana dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Kosmpetensi dasar: memperaktikan keterampilan bermain salah satu permainan dan olahraga beregu bola besar serta nilai kerjasama, kejujuran, menghargai, semangat, dan percaya diri

Lebih lanjut dalam Peraturan Mentri Pendidikan Nasional yang di ambil di (http://masrangga.blogspot.com/2008/11/tujuan-pendidikan-jasmani.html Juni 16, 2011) dijelaskan pula merumuskan bahwa standar kompetensi untuk pembelajaran aktivitas permainan bola besar adalah “. . . (3)Mempraktikan gerak dasar permainan bola besar sederhana dengan peraturan yang dimodifikasi, serta nilai kerjasama, sportivitas dan kejujuran.”

Berdasarkan rumusan standar kompetensi tesebut diatas, maka kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh siswa setelah mengikuti aktivitas pembelajaran permainan bolatangan dapat dirumuskan sebagai berikut “Memperaktikan gerakan dasar permainan bolatangan sederhana dengan peraturan yang dimodifikasi, serta nilai kerjasama, sportivitas dan kejujuran.” Maka permainan bolatangan harus diajarkan minimal dalam bentuk permainan sederhana karena dalam permainan


(11)

bolatangan mengajarkan tentang nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan jasmani.

Permasalahan umum yang muncul dalam pembelajaran aktivitas permainan bolatangan disekolah antara lain kurangnya motivasi guru untuk melaksanakan pembelajaran permaian bolatangan. Hal ini mungkin disebabkan karena kurang pemahaman guru tentang hakikat pembelajaran aktivitas permainan bolatangan dalam konteks pendidikan jasmani. Kebanyakan guru memiliki pemahaman bahwa pembelajaran bolatangan harus menggunakan peralatan yang sebenarnya, seperti; bola tangan yang memenuhi standart, gawang sebenarnya yang berukuran 2m x 3m, dan lapangan yang memenuhi standart dalam permainan bolatangan (20m x 40m) untuk olahraga prestasi. Padahal dalam konteks pendidikan jasmani pembelajaran aktivitas bolatangan bukan mengajarkan seluruh anak untuk terampil dalam permainan bolatangan tetapi mengajarkan nilai-nilai mendasar seperti; gemar belolahraga, disiplin, sportivitas, toleransi, kerjasama dan lain-lain, melalui pembelajaran aktivitas bolatangan. Artinya pembelajaran bolatangan dapat dimodifikasi dalam hal peralatan, peraturan dan sarana dan lain-lain. Kondisi dan kendala tersebutlah yang membuat guru Penjas di sekolah, khususnya di SMA tidak mengajarkan permaian bolatangan seperti materi pembelajaran permainan yang lainnya, sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap motivasi siswa terhadap pembelajran permainan bola tangan di sekolah.

Berdasarkan pengamatan penulis, (khususnya permasalahan yang terjadi di SMA Islam AL-Musyawarah Lembang) dalam konteks pembelajaran Penjas


(12)

adalah kurangnya sarana sekolah untuk pembelajaran pendidikan jasmani yang hanya memiliki satu buah lapangan dengan ukuran 15 m X 10 m dan kurangnya Peralatan untuk pembelajaran Penjas dalam aktivitas permainan bola besar, seperti bola dan perlengkapan lain yang menunjang dalam pembelajaran permainan bola besar. khususnya perlengkapan permainan bolatangan.

Berdasarkan pengamatan dalam proses pembelajaran permainan bolatangan di SMA Islam AL-Musyawarah, siswa lebih banyak menunggu giliran mendapatkan bola ketika guru Pendidikan jasmani menginstruksikan kepada siswa untuk bermain bolatangan. Pada kenyataannya dengan bola satu buah dan tambahan bola jika guru penjas membawa bola pribadi dan lapangan yang ada hanya satu buah, siswa yang tidak mendapat giliran bermain bolatangan hanya berdiam diri, mengobrol dengan teman, bermain permainan lain, dan pergi ke warung untuk jajan. Terkadang guru Pendidikan jasmani menggunakan metode yang membuat anak menjadi menunggu terlalu lama untuk mendapat kesempatan mendapatkan bola. Siswa yang tidak mendapat bola, mereka akan menunggu dan berdiam diri atau ngobrol dengan temannya untuk mendapatkan gilirannya. Hal-hal tersebut di atas akan mengakibatkan sasaran dari konsep Pendidikan Jasmani dengan memanfaatkan waktu aktif belajar yang optimal menjadi tidak tercapai.

Untuk mengatasi atau meminimalisir permasalahan di atas maka seorang guru pendidikan jasmani harus menggunakan metode dan pendekatan pembelajaran yang tepat dan sesuai. Salah satu pendekatan pembelajaran yang diharapkan mampu memecahkan permasalahan di atas adalah dengan menggunakan model Peer Taching (Pembelajaran teman sebaya/tutor sebaya).


(13)

Model pengajaran Peer Teaching akan membuat siswa dituntut untuk aktif berdiskusi terhadap sesama teman dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, dengan model pengajaran Peer Teaching siswa akan berperan sebagai guru dan menjelaskan materi pembelajaran yang telah disampaikan oleh guru, sehingga secara tidak langsung siswa telah belajar berkomunikasi, menyampaikan informasi dan menumbuhkan rasa percaya diri siswa, selain itu model pengajaran Peer Taching juga akan merangsang siswa untuk berfikir kritis terhadap suatu tugas gerak yang diberikan oleh guru.

Berdasarkan pada karakteriktis kesulitan yang dihadapi dalam proses pembelajaran aktivitas permainan bolatangan, serta kurangnya motivasi dan pemahaman siswa tentang bermain dan belajar aktivitas permainan bolatangan, maka penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang dilakukan oleh guru atau peneliti di dalam kelasnya sendiri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru.

Dengan diadakannya penelitian ini penulis berharap agar keterampilan gerakan dasar dan keterampilan bermain siswa lebih meningkat dan siswa lebih tertarik terhadap pembelajaran permainan bolatangan. Selain dapat menyalurkan dan mengembangkan keterampilan gerakan dasar dan keterampilan aktivitas permainan bolatangan, penulis berharap siswa dapat menerapkannya di dalam permainan yang sebenarnya.


(14)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka permasalahan yang terkait dengan pembelajaran aktivitas permainan bolatangan baik secara umum maupun secara khusus yang terjadi di SMA Al-Musyawarah Lembang dapat di identifikasi sebagai berikut :

1. Kurangnya motivasi guru untuk mengajarkan permaian bolatangan

2. Kurangnya pemahaman guru tentang hakikat pembelajaran aktivitas permainan bolatangan dalam konteks pendidikan jasmani

3. Ketersediaan sarana dalam pembelajaan penjas permainan bola besar masih kurang, khususnya dalam pembelajaran bolatangan. Pembelajaran menggunakan peralatan yang dimodifikasi dan jumlahnya tidak sesuai dengan banyaknya siswa.

4. Prasarana dibeberapa Sekolah masih sangat kurang. misalnya, lahan yang sempit untuk pembelajaran Penjas khususnya di SMA AL-Musyawarah Lembang. Terbukti dengan ditemukannya lapangan yang luasnya kira-kira 15m x10m dan tidak adanya ruang olahraga.

5. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru cenderung monoton, sehingga banyak siswa yang menunggu giliran mendapatkan bola, akibatnya waktu aktivitas belajar siswa tidak optimal. Padahal banyak metoda atau strategi/pendekatan/metoda yang dapat digunakan untuk mendorong siswa aktif belajar seperti model pembelajaran Peer Teaching (tutor sebaya), model pembelajaran kontruktivisme, model pembelajaran kontekstual, model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran lainnya.


(15)

6. Alokasi dana sekolah yang terbatas untuk sarana dan prasarana pembelajaran Pendidikan Jasmani khususnya.

C. Batasan Masalah

Menyimak permasalahan yang teridentifikasi tersebut diatas, maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini dibatasi di sekitar penerapan model Peer Teaching dalam pembelajaran aktivitas permainan bolatangan di SMA Al-Musyawarah Lembang.

1. Model Peer Teaching yang dimaksud menyerupai pembelajaran teman sejawat/tutor sebaya. Siswa yang dipilih menjadi tutor adalah siswa pilihan guru, yaitu siswa yang dinilai oleh guru memiliki kemampuan komunikasi, keterampilan gerak, kepercayaan diri dan tanggung jawab yang baik dibandingkan siswa yang lainnya sebagai pengganti guru.

2. Untuk mengetahui indikasi terjadinya perubahan aktivitas belajar siswa, maka aktivitas pembelajaran dalam penelitian ini mengunakan lembar observasi Jumlah waktu aktif belajar (JWAB). Menggunakan duration recording.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah, maka masalah yang dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana penerapan model pembelajaran Peer Teaching diterapkan dalam pembelajaran aktivitas permainan bolatangan di SMA Al-Musyawarah Lembang?”


(16)

E. Tujuan Penelitian

Melalui penelitian tindakan kelas, tujuan penelitian ini adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu atau kualitas pembelajaran permainan bolatangan, khususnya melakukan penerapan model Peer Teaching dalam pembelajaran aktivitas permainan bolatangan di SMA Al-Musyawarah Lembang.

F. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkuat teori yang sudah ada dan menyempurnakannya terkait dengan proses pembelajaran permainan bolatangan di Sekolah Menengah Atas (SMA).

2. Secara Praktis

Penelitian tidakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi yang sangat besar bagi semua pihak terkait masalah proses pembelajaran permainan bolatangan di Sekolah Menengah Atas, diantaranya:

a. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pembelajaran bagi guru untuk merangsang lebih berkreasi dan berinovasi lagi. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan menjadi feedback bagi guru Pendidikan Jasmani dalam menyusun strategi pembelajaran yang lebih variatif yang diharapkan memberikan manfaat dalam pelaksanaan proses pembelajaran permainan bolatangan di sekolah menengah atas (SMA).


(17)

b. Bagi Siswa

Siswa diharapkan memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang lebih baik serta siswa menjadi lebih antusias terhadap aktivitas pembelajaran permainan bolatangan pada mata pelajaran pendidikan jasmani di sekolah menengah atas (SMA). Selain itu, apabila anak menyenangi permainan bolatangan diharapkan mereka menjadi atlet yang berkualitas untuk meningkatkan prestasi setinggi-tingginya.

c. Bagi Peneliti

Peneliti secara tidak langsung telah ikut andil bagian dalam memberikan pemahaman dan memperkuat pelaksanaan proses pembelajaran permainan bolatangan yang lebih kreatif dan inovatif yang selama ini kurang terealisasikan dengan baik.

d. Bagi SMA Al-Musyawarah Lembang

Hasil penelitian akan memberikan sumbangan praktis untuk sekolah tersebut dalam rangka perbaikan proses pembelajaran permainan bolatangan.


(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Operasional Penelitian

Tujuan operasional pada penelitian ini adalah ingin menerapkan model pembelajaran Peer Teaching dalam pembelajaran aktivitas permainan bolatangan di SMA Al-Musyawarah Lembang, terutama untuk kelas XI IPS.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Al-Musyawarah Lembang, Penelitian ini khususnya dilaksanakan di kelas XI IPS dengan jumlah 33 orang yang terdiri dari 14 orang siswa laki-laki dan 19 orang siswa perempuan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada awal tahun pelajaran 2011. Waktu penelitian digambarkan seperti pada tabel 3.1 berikut:

Bulan No

Nama Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1 Penyusunan Profosal Skripsi 2 Bimbingan Profosal Skripsi 3 Seminar Profosal Skripsi 4 Surat Keputusan Judul


(19)

5 BAB I (Pendahuluan) 6 BAB II (Tinjauan Teoritis,

Keragka Berfikir, dan Hipotesis Tindakan)

7 BAB III (Metedologi Tindakan)

8 Observasi

9 BAB IV (Pengolahan Data) 10 BAB V (Kesimpulan dan

Saran)

11 Pra Sidang Skripsi

12 Ujian Sidang

C. Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini difokuskan pada penerapan model Peer Teaching dalam pembelajaran aktivitas permainan bolatangan di SMA AL-Musyawarah Lembang.

D. Metode Penelitian

Seperti yang telah dijelaskan sebelumya dalam tinjauan teori, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kelas (Classroom Action Research Method). Dapat disimpulkan secara praktis, penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka, dan belajar dalam pengalaman mereka sendiri. Mereka


(20)

dapat mencoba suatu gagasan perbaikan dalam praktik pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu. Dalam penelitian tindakan kelas, beberapa langkah kongkrit yang harus diambil selama proses penelitian akan dipaparkan lebih lanjut dalam pembahasan langkah-langkah penelitian di bawah ini.

E. Langkah-langkah Penelitian

Model Peer Teaching yang merupakan model pengajaran teman sebaya dan melibatkan siswa sebagai guru atau tutor bagi siswa yang lain maka dalam pemilihan siswa sebagai guru atau tutor dalam penelitian ini siswa dipilih oleh guru yang dinilai memiliki kemampuan komunikasi, keterampilan gerak, kepercayaan diri dan tanggung jawab yang baik dibandingkan siswa yang lainnya sebagai pengganti guru dari masing-masing kelompok. Siswa yang menjadi tutor pada setiap tindakan pada masing-masing siklus selalu bergantian, sehingga semua siswa memiliki kemungkinan yang sama untuk menjadi guru atau tutor, selain itu dalam penelitian ini juga harus memperhatikan langkah-langkah pada penelitian tindakan kelas.

Arikunto (2010:131) mengemukakan bahwa “Konsep pokok penelitian tindakan kelas terdiri atas empat komponen pokok yang menunjukan langkah-langkah yaitu, (1) perencanaan atau planning, (2) Tindakan atau acting, (3) Pengamatan atau observing, (4) Refleksi atau reflection.” Sebelum melakukan empat komponen tersebut, peneliti melakukan observasi awal untuk membuat perencanaan.


(21)

a. Observasi Awal

Observasi dilakukan pada awal turun ke lapangan. Fokus masalah yang di teliti atau diobservasi dengan cara dicatat dalam catatan harian (lampiran-lampiran) dan didokumentasikan seperti Rencana Program Pembelajaran (RPP), foto, dan sebagai (lampiran-lampiran). Maksud observasi adalah mengidentifikasi masalah-masalah pembelajaran yang terkait dengan fokus masalah yang diteliti. Observasi juga dilakukan terhadap interaksi-interaksi akademik yang terjadi sebagai akibat tindakan yang dilakukan. Interaksi-intraksi yang dimaksud dapat mencakup interaksi antara siswa dengan materi pelajaran, interaksi antara siswa, interaksi siswa dengan guru.

Berdasarkan masalah-masalah pembelajaran yang teridentifikasi, pada tahap observasi selanjutnya peneliti membuat suatu perencanaan perbaikan pembelajaran. Salah satu perencanaan yang dibuat oleh peneliti adalah RPP. Sesuai dengan batasan masalah yang dikaji dalam penelitian ini, maka RPP yang dibuat adalah RPP yang berorientasi pada model pembelajaran Peer Teaching. b. Perencanaan

Berdasarkan hasil observasi tersebut di atas, semua catatan-catatan hasil observasi awal dan dokumen-dokumen pembelajaran yang ada dijadikan landasan untuk membuat suatu perencanaan tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1) Perencanaan tindakan pembuatan RPP yang berorientasi pada model pembelajaran Peer teaching.


(22)

2) Perencanaan pelaksanaan RPP yang berorientasi pada model pembelajaran Peer teaching.

c. Pelaksanaan Tindakan

Setelah ke dua perencanaan pertama dibuat, dilakukan tindakan yaitu 1) Membuat RPP yang berorientasi pada model Peer Teaching.

2) Melaksanakan RPP dalam proses pembelajaran yang sebenarnya.

Dalam hal ini peneliti sendiri yang melaksanakan atau bertindak sebagai guru yang melaksanakan RPP yang telah dibuat. Sementara mitra peneliti erperan sebagai observer.

d. Refleksi

Refleksi merupakan tahap berikutnya dari suatu penelitian terhadap kelas. Dalam kegiatan ini peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil-hasil atau dampak dari tindakan. Refleksi merupakan bagian yang sangat penting dari PTK yaitu untuk memahami terhadap proses dan hasil yang terjadi, yaitu berupa perubahan sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan.

Jika hasil refleksi terhadap tindakan satu sudah menyimpulkan bahwa permasalahan sudah terpecahkan, maka tahap penelitian tindakan kelas dianggap cukup. Tapi jika hasil refleksi hasil pertama masih mengandung masalah atau muncul masalah baru, maka penelitian tindakan kelas dilanjutkan dengan perencanaan tindakan dua.

F. Data dan Cara Pengambilannya


(23)

a. Siswa-siswi kelas XI SMA AL-Musyawarah Lembang yang mengikuti pembelajaran aktivitas permainan bolatangan dengan menggunakan model Peer Teaching.

b. Guru/peneliti yang mengajar permainan bolatangan menggunakan model Peer teaching.

c. Lingkungan sekolah SMA AL-Musyawarah Lembang yang dijadikan tempat penelitian.

2. Jenis data: data yang didapatkan adalah data kualitatif yang terdiri dari a. RPP (Rencana Program Pembelajaran).

b. Hasil observasi terhadap pelaksanaan pebelajaran melalui format observasi jumlah waktu aktif belajar (JWAB) siswa dalam bentuk garis waktu. c. Catatan lapangan.

d. Dokumentasi (photo/camera). 3. Cara pengambilan data

a. Data hasil belajar didapat dari RPP.

b. Data tentang situasi belajar mengajar pada saat pelaksanaannya tindakan diambil dengan menggunakan catatan lapangan.

c. Data tentang keaktifan belajar mengajar diambil dari format observasi JWAB siswa dalam bentuk garis waktu yang diambil oleh observer.

d. Data tentang keterkaitan antara perencanaan dengan pelaksanaan didapat dari RPP dan catatan lapangan.


(24)

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan lanjutan dari tahap pengumpulan data. Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dari suatu penelitian. Oleh sebab itu, peneliti harus memahami teknik analisis data agar hasil penelitiannya mempunyai nilai ilmiah yang baik. Dalam penelitian ini analisis data kualitatif yakni sebagai berikut; PTK ada dua jenis data yang dapat dikumpulkan dan dianalisis, yaitu : data berupa kalimat yang diperoleh saat proses pembelajaran dan wawancara yang berhubungan dengan pandangan atau sikap siswa, antusiasme siswa dalam belajar, motivasi siswa. Data jenis ini dapat dianalisis secara kualitatif. Sedangkan data kuantitatif yang diperoleh dari format JWAB diolah dan dijadikan acuan untuk perbaikan proses pembelajaran.

Setelah data terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik kualitatif supaya diperoleh data yang sesuai dengan fokus masalah. Data tersebut meliputi perkataan, tindakan, peristiwa yang diamati (observasi) selama proses pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani berlangsung. Secara garis besar analisis data dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Menelaah seluruh data yang dikumpulkan. Baik dari data hasil observasi lapangan maupun data yang berupa dokumentasi. Penelaahan dilakukan dengan cara “Triangulasi”, yaitu menganalisis, mensintesis, memaknai, menerangkan dan menyimpulkan data yang terkumpul bersama-sama guru penjas, peneliti, dan pembimbing skripsi.

b. Mereduksi data yang didalamnya melibatkan pengkatagorian dan mengklarifikasikan. Hasil yang diperoleh berupa pola-pola dan


(25)

kecendrungan-kecendrungan yang berlaku dalam pelaksanaan pembelajaran aktivitas permainan bolatangan.


(26)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai pembelajaran aktivitas permainan bolatangan di SMA AL-Musyawarah Lembang model Peer teaching secara keseluruhan menunjukan hasil yang baik. Dengan menggunakan model Peer Teaching dalam pembelajaran aktivitas permainan bolatangan siswa bergerak aktif dan memiliki motivasi dalam mengikuti proses pembelajaran. Siswa yang pada awalnya belum mengerti bagaimana cara bermain bolatangan, setelah siswa melakukan pembelajaran permainan bolatangan dengan menggunakan model peer Teaching siswa dapat lebih mengerti bagaimana bermain bolatangan.

Model Peer Teaching yang merupakan model pengajaran dengan menggunakan teman sebaya sebagai tutor atau guru memberi kesempatan kepada siswa yang menjadi tutor untuk melatih diri dalam hal berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain, terutama dalam hal penyampaian materi pembelajaran. Dengan kemampuan berkomunikasi yang baik tutor dapat menyampaikan materi pembelajaran dengan jelas, sehingga siswa dapat bergerak aktif selama pembelajaran dan akan berdampak kepada tingkat waktu aktif belajar siswa yang juga semakin baik.


(27)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa model peer Teaching dapat diterapkan dalam pembelajaran permain bolatangan, sehingga waktu aktif belajar siswa semakin meningkat.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah penulis kemukakan, ada beberapa hal yang dapat disampaikan sebagai saran atau masukan yaitu, sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran menggunakan model Peer Teaching dapat diterapkan dalam pembelajaran aktivitas permainan bolatangan di SMA AL-Musyawarah Lembang, khususnya siswa kelas XI SMA AL-AL-Musyawarah Lembang. Berdasarkan hal tersebut, disarankan bagi para guru pendidikan jasmani untuk menggunakan model Peer Teaching dalam proses pembelajaran penjas, khususnya pembelajaran aktivitas permainan bolatangan.

2. Melalui model Peer Teaching siswa berkesempatan belajar kepemimpinan, berkominikasi dengan teman yang lainnya. Model Peer teaching siswa lebih bersemangat dan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran pendidikan jasmani.

3. Bagi pihak sekolah, ini merupakan momentum untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan jasmani di SMA AL-Musyawarah Lembang.


(28)

Abduljabar, Bambang. 2008. Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.

Anton Borneo. (2009). Pengertian Bolatangan. Tersedia: file:///D:/pengertian-bola-tangan.html) [ Selasa, 12 juli 2011]

Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, Supardi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Carsiwan. 2007. Dasar-Dasar Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK Universitas Pebdidikan Indonesia.

Hanoman-i. (2000). Suara Karya Online. Tersedia:http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=239354 ) [minggu, 31 juli 2011]

Haris, Ridwan. 1986. Bola Tangan Peraturan dan Permainan. Bandung: ADIL. Juliantine, Tite, Toto Subroto dan Yunyun Yudiana. 2010. Belajar dan

Pembelajaran Penjas. Bandung: FPOK Universitas Pebdidikan Indonesia.

Krisnawan. (2010).

Tersedia:http://krisna1.blog.uns.ac.id/files/2010/05/pembelajaran5.pdf) [Selasa, 5 Juli 2011]

Kunandar. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT.Rajagrafinda Persada. Lutan, Rusli. 2000. Strategi Belajar Mengajar Penjaskes. DEPDIKNAS. Mahendra, Agus. 2000. Bola Tangan. DEPDIKNAS.

Metzer, M.W. (2000). Instructional Models for Physical Education. America: Allyn & Bacon.

Republika Newsroom. (2009). Bola Tangan akan Diperkenalkan di Multieven. Tersedia:

http://republika.co.id:8080/berita/87628/Bola_Tangan_akan_Diperkena lkan_di_Multieven) [minggu, 31 juli 2011]


(29)

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Seba, L dan Hendrayana, Y. 2005. Perencanaan Pengajaran Pendidikan Jasmani.

Bandung: FPOK UPI

Soetopo, Hidayat. (2005). Pendidikan dan Pembelajaran. Tersedia:

http://muhamad-win.afgani.blogspot.com/2010/01 proses-belajar-mengajar-sebagai-sistem.html [Rabu, 27 September 2011] Suparyanti. 1992. Strategi Bellajar Mengajar. Jakarta: DEPDIKBUD Turanggana. (2008). Tujuan Pendidikan Jasmani.

Tersedia:http://masrangga.blogspot.com/2008/11/tujuan-pendidikan-jasmani.html) [Kamis, 16 Juni 2011]

University of Melbourne. (2001). Rethinking Peer Teaching.

Tersedia:http://www.aare.edu.au/02pap/lon02122.htm [Kamis, 16 Juni 2011]

Yudiana, Yunyun. (2008). “Aktivitas Permainan”, dalam Pendidikan Jasmani


(1)

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan lanjutan dari tahap pengumpulan data. Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dari suatu penelitian. Oleh sebab itu, peneliti harus memahami teknik analisis data agar hasil penelitiannya mempunyai nilai ilmiah yang baik. Dalam penelitian ini analisis data kualitatif yakni sebagai berikut; PTK ada dua jenis data yang dapat dikumpulkan dan dianalisis, yaitu : data berupa kalimat yang diperoleh saat proses pembelajaran dan wawancara yang berhubungan dengan pandangan atau sikap siswa, antusiasme siswa dalam belajar, motivasi siswa. Data jenis ini dapat dianalisis secara kualitatif. Sedangkan data kuantitatif yang diperoleh dari format JWAB diolah dan dijadikan acuan untuk perbaikan proses pembelajaran.

Setelah data terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik kualitatif supaya diperoleh data yang sesuai dengan fokus masalah. Data tersebut meliputi perkataan, tindakan, peristiwa yang diamati (observasi) selama proses pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani berlangsung. Secara garis besar analisis data dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Menelaah seluruh data yang dikumpulkan. Baik dari data hasil observasi lapangan maupun data yang berupa dokumentasi. Penelaahan dilakukan dengan cara “Triangulasi”, yaitu menganalisis, mensintesis, memaknai, menerangkan dan menyimpulkan data yang terkumpul bersama-sama guru penjas, peneliti, dan pembimbing skripsi.

b. Mereduksi data yang didalamnya melibatkan pengkatagorian dan mengklarifikasikan. Hasil yang diperoleh berupa pola-pola dan


(2)

53

kecendrungan-kecendrungan yang berlaku dalam pelaksanaan pembelajaran aktivitas permainan bolatangan.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai pembelajaran aktivitas permainan bolatangan di SMA AL-Musyawarah Lembang model Peer teaching secara keseluruhan menunjukan hasil yang baik. Dengan menggunakan model Peer Teaching dalam pembelajaran aktivitas permainan bolatangan siswa bergerak aktif dan memiliki motivasi dalam mengikuti proses pembelajaran. Siswa yang pada awalnya belum mengerti bagaimana cara bermain bolatangan, setelah siswa melakukan pembelajaran permainan bolatangan dengan menggunakan model peer Teaching siswa dapat lebih mengerti bagaimana bermain bolatangan.

Model Peer Teaching yang merupakan model pengajaran dengan

menggunakan teman sebaya sebagai tutor atau guru memberi kesempatan kepada siswa yang menjadi tutor untuk melatih diri dalam hal berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain, terutama dalam hal penyampaian materi pembelajaran. Dengan kemampuan berkomunikasi yang baik tutor dapat menyampaikan materi pembelajaran dengan jelas, sehingga siswa dapat bergerak aktif selama pembelajaran dan akan berdampak kepada tingkat waktu aktif belajar siswa yang juga semakin baik.


(4)

89

Sehingga dapat disimpulkan bahwa model peer Teaching dapat diterapkan dalam pembelajaran permain bolatangan, sehingga waktu aktif belajar siswa semakin meningkat.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah penulis kemukakan, ada beberapa hal yang dapat disampaikan sebagai saran atau masukan yaitu, sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran menggunakan model Peer Teaching dapat diterapkan dalam pembelajaran aktivitas permainan bolatangan di SMA AL-Musyawarah Lembang, khususnya siswa kelas XI SMA AL-AL-Musyawarah Lembang. Berdasarkan hal tersebut, disarankan bagi para guru pendidikan jasmani untuk menggunakan model Peer Teaching dalam proses pembelajaran penjas, khususnya pembelajaran aktivitas permainan bolatangan.

2. Melalui model Peer Teaching siswa berkesempatan belajar kepemimpinan, berkominikasi dengan teman yang lainnya. Model Peer teaching siswa lebih bersemangat dan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran pendidikan jasmani.

3. Bagi pihak sekolah, ini merupakan momentum untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan jasmani di SMA AL-Musyawarah Lembang.


(5)

Abduljabar, Bambang. 2008. Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.

Anton Borneo. (2009). Pengertian Bolatangan. Tersedia:

file:///D:/pengertian-bola-tangan.html) [ Selasa, 12 juli 2011]

Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, Supardi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Carsiwan. 2007. Dasar-Dasar Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK Universitas Pebdidikan Indonesia.

Hanoman-i. (2000). Suara Karya Online. Tersedia:http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=239354 ) [minggu, 31 juli 2011]

Haris, Ridwan. 1986. Bola Tangan Peraturan dan Permainan. Bandung: ADIL. Juliantine, Tite, Toto Subroto dan Yunyun Yudiana. 2010. Belajar dan

Pembelajaran Penjas. Bandung: FPOK Universitas Pebdidikan

Indonesia. Krisnawan. (2010).

Tersedia:http://krisna1.blog.uns.ac.id/files/2010/05/pembelajaran5.pdf) [Selasa, 5 Juli 2011]

Kunandar. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT.Rajagrafinda Persada. Lutan, Rusli. 2000. Strategi Belajar Mengajar Penjaskes. DEPDIKNAS. Mahendra, Agus. 2000. Bola Tangan. DEPDIKNAS.

Metzer, M.W. (2000). Instructional Models for Physical Education. America: Allyn & Bacon.

Republika Newsroom. (2009). Bola Tangan akan Diperkenalkan di Multieven. Tersedia:


(6)

Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Seba, L dan Hendrayana, Y. 2005. Perencanaan Pengajaran Pendidikan Jasmani.

Bandung: FPOK UPI

Soetopo, Hidayat. (2005). Pendidikan dan Pembelajaran. Tersedia:

http://muhamad-win.afgani.blogspot.com/2010/01 proses-belajar-mengajar-sebagai-sistem.html [Rabu, 27 September 2011] Suparyanti. 1992. Strategi Bellajar Mengajar. Jakarta: DEPDIKBUD Turanggana. (2008). Tujuan Pendidikan Jasmani.

Tersedia:

http://masrangga.blogspot.com/2008/11/tujuan-pendidikan-jasmani.html) [Kamis, 16 Juni 2011]

University of Melbourne. (2001). Rethinking Peer Teaching.

Tersedia:http://www.aare.edu.au/02pap/lon02122.htm [Kamis, 16 Juni 2011]

Yudiana, Yunyun. (2008). “Aktivitas Permainan”, dalam Pendidikan Jasmani SMA/SMK. Bandung: FPOK Universitas Pebdidikan Indonesia.


Dokumen yang terkait

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) Pada Mata Pelajaran Ips

0 7 107

Peningkatan Minat Belajar Akuntansi Dengan Metode Peer Teaching Pada Konsep Jurnal Umum Dan Laporan Keuangan Siswa Kelas Xi Di Sma Darussalam Ciputat

0 6 170

PENERAPAN TEKNIK PERMAINAN TEBAK KONSEP UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR ASOSIATIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII-B MTs. Al Musyawarah Lembang).

0 0 50

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEACHING GAMES FOR UNDERSTANDING (TGFU) DALAM PERMAINAN BOLA VOLI: Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VIII G SMP Negeri 1 Lembang Kabupaten Bandung Barat.

0 0 4

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS : Studi Eksperimen Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung.

1 9 35

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP PENGUASAAN GERAK DALAM PEMBELAJARAN AKTIVITAS PERMAINAN BOLA BASKET.

2 13 27

IMPLEMENTASI MODEL PEER TEACHING DALAM PEMBELAJARAN AKTIVITAS PERMAINAN BOLAVOLI.

0 1 30

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MOVEMENT PROBLEM BASED LEARNING (MPBL) DALAM PEMBELAJARAN MELAKUKAN PASSING DAN SHOOTING PADA AKTIVITAS PERMAINAN BOLABASKET :Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Cianjur.

0 0 31

PENERAPAN PEMBELAJARAN MELEMPAR BOLA KE DALAM LAPANGAN DALAM PERMAINAN SEPAK BOLA MELALUI PERMAINAN MODIFIKASI BOLA TANGAN PADA SISWA KELAS V SDN CITRASARI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT.

0 0 50

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PEER TEACHING. pdf

0 0 11