PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X ATPH MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA STANDAR KOMPETENSI MENYIAPKAN BENIH DI SMKN 1 CIKALONGKULON CIANJUR – JAWA BARAT.
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN KEASLIAN
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1.Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2.Identifikasi Masalah ... 4
1.3.Batasan Masalah ... 4
1.4.Perumusan Masalah ... 5
1.5.Tujuan Penelitian ... 5
1.6.Manfaat Penelitian ... 6
1.7.Penjelasan Istilah dalam Judul ... 6
1.8.Sistematika Penulisan ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10
2.1.Hasil Belajar ... 10
2.2.Model Pembelajaran ... 14
2.3.Pembelajaran Kooperatif ... 15
2.4.Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 20
2.5.Standar Kompetensi Menyiapkan Benih ... 25
2.6.Paradigma Penelitian ... 26
(2)
BAB III METODE PENELITIAN ... 30
3.1.Rencana Penelitian ... 30
3.1.1. Lokasi Penelitian ... 30
3.1.2. Subjek Penelitian ... 30
3.2.Desain Penelitian ... 30
3.3.Prosedur Penelitian ... 32
3.4.Instrumen Penelitian ... 34
3.5.Validasi Instrumen ... 35
3.5.1. Validitas ... 35
3.5.2. Reliabilitas ... 37
3.5.3. Tingkat kesukaran ... 38
3.5.4. Daya Beda ... 39
3.6.Analisis Data ... 41
3.6.1. Analisis Tes Hasil Belajar ... 41
3.6.2. Analisis Observasi ... 42
3.7.Validasi Data ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44
4.1.Deskripsi Hasil Penelitian ... 44
4.1.1. Gambaran penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ... 44
4.1.2. Deskripsi data hasil belajar siswa pada setiap siklus pembelajaran ... 45
4.1.3. Deskripsi data observasi ... 50
4.2.Hasil Analisis Data ... 54
4.2.1. Hasil analisis data peningkatan belajar siswa ... 54
4.2.2. Hasil analisis data observasi ... 58
4.3.Pembahasan Hasil Penelitian ... 63
4.4.Temuan Selama Pelaksanaan Penelitian ... 69
4.4.1. Kemudahan ... 70
(3)
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 72
5.1.Kesimpulan ... 72
5.2.Rekomendasi ... 73
DAFTAR PUSTAKA ... 75 LAMPIRAN-LAMPIRAN
(4)
DAFTAR TABEL
Tabel
2.1.Konversi skor perkembangan ... 22
2.2.Kriteria penghargaan kelompok ... 23
2.3.Sintaks model pembelajaran kooperatif tipe STAD ... 24
3.1. Kriteria tingkat kesukaran ... 39
3.2. Kriteria daya pembeda ... 40
3.3.Kategori tafsiran rata-rata hasil belajar siswa tehadap materi ... 41
3.4. Kriteria Normalized Gain ... 42
3.5. Konversi nilai keterlaksanaan pembelajaran oleh guru ... 43
4.1.Data hasil belajar siswa pada siklus pertama ... 45
4.2.Data hasil belajar siswa pada siklus kedua ... 47
4.3.Data hasil belajar siswa pada siklus ketiga ... 48
4.4.Data hasil observasi proses pembelajaran pada siklus pertama ... 50
4.5.Data hasil observasi aktivitas siswa pada siklus pertama ... 50
4.6.Data hasil observasi proses pembelajaran pada siklus kedua ... 51
4.7.Data hasil observasi aktivitas siswa pada siklus kedua ... 52
4.8.Data hasil observasi proses pembelajaran pada siklus ketiga ... 53
4.9.Data hasil observasi aktivitas siswa pada siklus ketiga ... 53
4.10. Data perbandingan hasil belajar tiap siklus ... 54
4.11. Data peningkatan hasil belajar atau N-Gain tiap siklus ... 57
4.12. Data hasil observasi proses pembelajaran tiap siklus ... 59
4.13. Data hasil observasi aktivitas siswa tiap siklusnya yang relevan dengan pembelajaran ... 60
4.14. Data hasil observasi aktivitas siswa tiap siklusnya yang tidak relevan dengan pembelajaran ... 61
(5)
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1.Diagram paradigma penelitian ... 27 3.1.Diagram desain penelitian tindakan kelas ... 31 4.1.Perbandingan nilai rata-rata pre tes dan post test dari
siklus I, II dan III ... 56 4.2.Perbandingan persentase KKM pada siklus I, II dan III ... 56 4.3.Perbandingan indeks rata-rata N-Gain pada siklus I, II dan III ... 58 4.4.Persentase nilai rata-rata observasi proses pembelajaran pada
siklus I, II, dan III ... 59 4.5.Persentase nilai rata-rata observasi aktivitas siswa yang relevan
dengan kegiatan pembelajaran pada siklus I, II, dan III ... 61 4.6.Persentase nilai rata-rata observasi aktivitas siswa yang tidak
Relevan dengan kegiatan pembelajaran pada siklus I, II,
(6)
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A (SIKLUS I)
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 77
Lampiran 2. Kisi-kisi Instrumen ... 82
Lampiran 3. Hasil Uji Validitas dan Tingkat kesukaran Instrumen .... 83
Lampiran 4. Lembar Judgement ahli ... 88
Lampiran 5. Soal Tes dan Kunci Jawaban ... 90
Lampiran 6. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 94
Lampiran 7. Lembar Observasi Proses Pembelajaran ... 95
Lampiran 8. Lembar Observasi Kegiatan Siswa ... 97
LAMPIRAN B (SIKLUS II) Lampiran 9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 99
Lampiran 10. Kisi-kisi Instrumen ... 105
Lampiran 11. Hasil Uji Validitas dan Tingkat kesukaran Instrumen .... 106
Lampiran 12. Lembar Judgement ahli ... 111
Lampiran 13. Soal Tes dan Kunci Jawaban ... 113
Lampiran 14. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 116
Lampiran 15. Lembar Observasi Proses Pembelajaran ... 117
Lampiran 16. Lembar Observasi Kegiatan Siswa ... 119
LAMPIRAN C (SIKLUS III) Lampiran 17. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 121
Lampiran 18. Kisi-kisi Instrumen ... 126
Lampiran 19. Hasil Uji Validitas dan Tingkat kesukaran Instrumen .... 127
Lampiran 20. Lembar Judgement ahli ... 132
Lampiran 21. Soal Tes dan Kunci Jawaban ... 134
Lampiran 22. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 137
Lampiran 23. Lembar Observasi Proses Pembelajaran ... 138
(7)
LAMPIRAN D (DOKUMEN LAIN)
Lampiran 25. Silabus Menyiapkan Benih ... 142
Lampiran 26. Lembar Penilaian Hasil Tes Siklus I ... 146
Lampiran 27. Lembar Penilaian Hasil Tes Siklus II ... 148
Lampiran 28. Lembar Penilaian Hasil Tes Siklus III ... 150
Lampiran 29. Dokumentasi Selama Kegiatan Penelitian ... 152
(8)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Pembelajaran merupakan perpaduan antara kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh guru dan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Dalam interaksi tersebut diharapkan tidak hanya terjadi komunikasi satu arah dari guru kepada murid, tetapi lebih bersifat dua arah antara guru dan murid. Sehingga nantinya diharapkan proses pembelajaran dapat berjalan dengan penuh semangat, atraktif dan menyenangkan. Perkembangan pembelajaran di sekolah dewasa ini sangat memprihatinkan, karena pada kenyataannya di lapangan menunjukkan bahwa siswa pasif dalam belajar dan hanya menerima apa yang diajarkan oleh gurunya. Sedangkan guru hanya sekedar menyampaikan informasi pengetahuan semata tanpa melibatkan siswa dalam proses pembelajarannya.
Pelajaran produktif di SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) merupakan suatu pelajaran tambahan yang membedakan dengan sekolah biasa, dasar-dasar tentang kejuruan yang diambil oleh siswa diajarkan dan dipraktekkan. Idealnya pelajaran produktif ini lebih menitikberatkan pada kegiatan praktik di lapangan, hanya saja disebabkan oleh keterbatasan alat, bahan, serta lahan percobaan, maka terkadang kegiatan praktikum tersebut tidak sepenuhnya dilaksanakan
(9)
dan sebagai gantinya pembelajaran dilakukan di dalam kelas dengan menyampaikan materi-materi saja.
Tidak terlaksananya kegiatan pembelajaran yang seharusnya dibarengi dengan praktik langsung di lapangan dan hanya diganti dengan penyampaian materi ini terkadang menyebabkan pemahaman siswa akan materi yang disampaikan menjadi berkurang, daya kreatifitas siswa tidak muncul, pembelajaran cenderung monoton serta membosankan dan akhirnya berdampak pada hasil pembelajaran yang tidak memenuhi standar ketuntasan minimum belajar. Kondisi seperti ini tentunya tidak diharapkan dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, perlu adanya usaha untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan mengembangkan berbagai metode dan model pembelajaran yang menarik serta lebih menitik beratkan kepada siswa untuk mengembangkan potensi diri yang dimiliki. Sehingga nantinya diharapkan siswa dapat lebih aktif dalam setiap pembelajaran di kelas.
Solusi yang bisa dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakter materi pelajaran yang akan disampaikan di dalam kelas. Khususnya di kelas X ATPH yang komposisi materi pelajarannya lebih didominasi oleh Dasar Kompetensi Kejuruan (DSK) dan Kompetensi Kejuruan maka banyak materi dasar yang perlu dipahami secara mendalam sehingga memerlukan kerjasama antar siswa untuk memahami secara menyeluruh materi yang ada.
(10)
Salah satu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif. Dengan model ini memungkinkan siswa untuk dapat lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, karena setiap siswa bersama dengan anggota kelompok terlibat secara langsung dalam menemukan suatu konsep yang sedang dipelajari.
Model kooperatif terbagi ke dalam beberapa tipe, satu diantaranya yaitu model belajar kooperatif tipe “Student Team Achievement Division (STAD)”
yang dikembangkan oleh Slavin dan kawan-kawan di Universitas John Hopkins. Di dalam model kooperatif tipe STAD ini siswa mendiskusikan bahan belajar dalam kelompok secara bersama-sama dan kompetisi antar kelompok. Siswa bekerja dalam kelompok untuk belajar dari temannya serta mengajar temannya (tutor sebaya). Disamping itu penerapan model pembelajaran ini di lapangan cenderung lebih mudah untuk guru atau pengajar yang baru pertama kali menerapkan model pembelajaran kooperatif karena untuk penyampaian materi pembelajarannya tidak harus terpaku dengan metode ceramah saja, kemudian dalam pembagian kelompok juga bisa disesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan masing-masing peserta didik.
Hanya yang menjadi perbedaan atau hal yang perlu diperhatikan adalah penghargaan yang diberikan tidak kepada individu yang mendapatkan nilai bagus atau tertinggi, melainkan kepada kelompok yang mendapatkan nilai rata-rata tertinggi yang diperoleh dari nilai masing-masing anggota kelompoknya. Sehingga diharapkan untuk setiap pertemuannya akan mendorong tiap anggota
(11)
kelompok yang sudah mendapatkan nilai yang memenuhi standar ketuntasan belajar membantu anggota yang belum mencapai nilai ketuntasan belajarnya.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merasa tertarik untuk mencoba mengaplikasikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam kegiatan belajar mengajar di kelas dan bermaksud untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas X ATPH Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif STAD Pada Standar Kompetensi Menyiapkan Benih di SMKN 1 Cikalongkulon Cianjur – Jawa Barat”.
1.2. Identifikasi Masalah
Beberapa masalah yang telah diidentifikasi oleh penulis diantaranya adalah:
a. Menurunnya pemahaman dan keaktifan siswa di kelas akibat dari kegiatan pembelajaran yang cenderung monoton.
b. Kegiatan praktikum yang terkadang tidak terlaksanakan sehingga pemahaman siswa akan materi tersebut menjadi tidak maksimal.
c. Hasil belajar siswa yang masih rendah, hal ini dibuktikan dengan hanya 50% dari total siswa 44 orang yang nilainya memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan sebesar 75.
1.3. Batasan Masalah
Beberapa batasan masalah yang terdapat pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
(12)
a. Penelitian terfokus pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam standar kompetensi menyiapkan benih pada kompetensi dasar menguji daya kecambah, memberi perlakuan benih terhadap hama atau penyakit dan menyemai benih.
b. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil tes (ranah kognitif) yang diberikan pada setiap siklus pembelajaran.
c. STAD dilakukan mulai dari siklus ke-1 sampai siklus ke-3.
1.4. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas terdapat beberapa rumusan masalah, diantaranya adalah:
a. Bagaimana gambaran penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa Kelas X ATPH?
b. Bagaimana hasil belajar siswa Kelas X ATPH melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD?
c. Bagaimana gambaran aktivitas siswa Kelas X ATPH melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD?
d. Seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa Kelas X ATPH melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD?
1.5. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang diteliti, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
(13)
a. Untuk mengetahui bagaimana gambaran penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa Kelas X ATPH.
b. Untuk mengetahui bagaimana hasil belajar siswa Kelas X ATPH melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
c. Untuk mengetahui bagaimana gambaran aktivitas siswa Kelas X ATPH melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
d. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa Kelas X ATPH melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
1.6. Manfaat Penelitian
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan akan memberikan manfaat, yaitu:
a. Meningkatkan hasil belajar siswa dan motivasi belajar siswa dengan strategi pembelajaran yang bervariasi.
b. Meningkatkan keterampilan guru dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, meningkatkan motivasi guru agar melakukan inovasi dalam pembelajaran serta membantu guru berkembang secara profesional.
c. Memberikan masukan bagi sekolah untuk menentukan tindakan yang tepat dalam mengantisipasi menurunya pemahaman dan hasil belajar siswa serta menambah wawasan bagi guru-guru lain dalam lingkup sekolah yang sama.
(14)
Berikut ini adalah penjelasan dari istilah yang terdapat pada judul skripsi ini
a. Model Pembelajaran Kooperatif; menurut Slavin (2009: 9) menyatakan bahwa Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
b. Kelas X Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (ATPH); merupakan salah satu jurusan yang terdapat di SMKN 1 Cikalongkulon, Cianjur – Jawa Barat.
c. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievment Divisions (STAD); merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa yang heterogen. Model ini dipandang sebagai metode yang paling sederhana dan langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif.
d. Hasil Belajar; merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan pengetahuan individu tersebut sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya.
e. Standar Kompetensi Menyiapkan Benih; adalah salah satu standar kompetensi yang terdapat pada mata pelajaran Produktif di Sekolah
(15)
Menengah Kejuruan, disitu dibahas seputar benih dari mulai mengidentifikasi karakteristik benih, menguji daya kecambah benih, memberi perlakuan benih terhadap hama atau penyakit, mengidentifikasi perlakuan benih untuk mencegah dormansi, dan menyemai benih.
Jadi pengertian dari judul penelitian “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas X ATPH Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Student Teams Achievment Divisions (STAD) Pada Standar Kompetensi
Menyiapkan Benih di SMKN 1 Cikalongkulon Cianjur” adalah aplikasi dari model pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan keaktifan siswa pada kegiatan atau proses pembelajaran yang diharapkan nantinya dapat ikut meningkatkan hasil belajar siswa kelas X ATPH pada standar kompetensi pelajaran produktif menyiapkan benih.
1.8. Sistematika Penulisan
Berperan sebagai pedoman penulis agar penulisannya lebih terarah dan sistematis dalam rangka menuju tujuan akhir yang hendak dicapai. Adapun struktur organisasi atau sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut ini.
BAB I berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan istilah dalam judul dan sistematika penulisan.
(16)
BAB II berisi tentang kajian pustaka sebagai landasan teoritis dalam pengkajian penyusunan skripsi ini.
BAB III berisi tentang lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, prosedur penelitian, instrumen penelitian, validasi instrumen, analisis data, dan validasi data.
BAB IV berisi tentang deskripsi hasil penelitian, hasil analisis data, pembahasan dan temuan selama pelaksanaan penelitian.
BAB V berisi tentang kesimpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
(17)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Rencana Penelitian 3.1.1.Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian di SMK Negeri 1 Cikalongkulon Desa Cinangsi, Kecamatan Cikalongkulon, Kabupaten Cianjur.
3.1.2.Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X ATPH SMK Negeri 1 Cikalongkulon Tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 45 orang, terdiri dari 36 orang siswa laki-laki dan 9 orang siswa perempuan. Karakteristik siswa kelas X ATPH ini pada umumnya ramai tapi masih bisa diatur, dalam pembelajaran di kelas kondisinya cenderung gaduh karena jumlah siswa yang cukup banyak, hanya sebagian siswa yang memiliki motivasi yang tinggi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, kemudian ada siswa tertentu yang sering membolos pada saat jam pelajaran dan hasil belajarnya pun banyak yang masih di bawah KKM.
3.2. Desain Penelitian
Desain penelitian ini sendiri terdiri dari tiga siklus dan tiap siklus terdiri atas beberapa tahapan yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi, sehingga dengan desain penelitian seperti ini maka termasuk kedalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
(18)
Berikut ini adalah alur kegiatan dari desain penelitian menurut Kemmis dan Taggart (2008: 90) dalam Prihantoro (2011), yang dilaksanakan (Gambar 3.1).
Desain penelitian merupakan suatu rencana dan struktur penelitian yang dibuat sedemikian rupa agar diperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian. Rencana ini merupakan program menyeluruh dari penelitian.
Perencanaan
Siklus I Pelaksanaan
Pengamatan Refleksi
Perencanaan
Siklus III Pelaksanaan
Pengamatan Refleksi
Perencanaan
Siklus II Pelaksanaan
Pengamatan Refleksi
(19)
Dalam rencana tersebut tercakup hal-hal yang dilakukan peneliti (Puspowarsito, 2008: 80) dalam (Prihantoro, 2011).
3.3. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini menempuh tahapan-tahapan dalam siklus penelitian tindakan kelas. Dalam tiga siklus yang direncanakan menempuh empat tahapan penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Taggart dalam Prihantoro (2011), yang berpendapat sebagai berikut “Penelitian tindakan kelas dilakukan melalui proses yang dinamis dan komplementasi yang terdiri atas empat momentum esensial, antara lain perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting)”.
Penerapan keempat tahapan tersebut dalam penelitian ini, dapat dideskripsikan sebagai berikut.
a. Tahap perencanaan (planning)
1) Membuat silabus materi pembelajaran menyiapkan benih. 2) Membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang
digunakan untuk pembelajaran selama 2 x 45 menit dengan rincian (a) Kegiatan awal Apersepsi 15 menit (b) Kegiatan inti berisi penyajian atau presentasi materi, pengerjaan lembar kerja siswa dan mengaktifkan siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, presentasi perwakilan kelompok dan pengerjaan kuis individual selama 60 menit, (c) memeriksa hasil kuis dan memberikan penghargaan kepada kelompok yang memperoleh nilai rata-rata paling tinggi selama 10 menit (d) kegiatan akhir
(20)
rangkuman 5 menit.
3) Membuat lembar kerja siswa yang digunakan untuk mengaktifkan siswa pada pembelajaran dengan penyusunan tahap demi tahap yang membawa siswa dalam penyelesaian soal.
4) Membuat instrumen penelitian.
b. Tahap pelaksanaan (acting)
1) Guru melakukan apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
2) Memberikan materi atau presentasi pelajaran yang akan diberikan. 3) Kemudian membagi siswa kedalam beberapa kelompok yang
heterogen.
4) Membagikan lembar kerja siswa untuk dikerjakan oleh kelompok. 5) Guru mengawasi dan membimbing jalannya diskusi kelompok. 6) Tiap kelompok atau salah satu perwakilan kelompok
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. 7) Siswa mengerjakan kuis secara individual.
8) Terakhir guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan nilai tertinggi serta kesimpulan dan penguatan terhadap materi yang telah didiskusikan.
c. Tahap pengamatan (observing)
1) Tim peneliti mengamati situasi pembelajaran yang berlangsung.
(21)
untuk bahan refleksi. d. Tahap refleksi (reflecting)
1) Tim peneliti melakukan refleksi terhadap kekuatan dan kelemahan dari tindakan yang telah berlangsung pada siklus kesatu sesuai dengan data hasil observasi.
2) Tim peneliti mengidentifikasi kendala atau ancaman dan menentukan alternatif jalan keluar untuk mengatasinya.
3) Tim peneliti membuat perencanaan ulang (replanning) untuk siklus kedua.
3.4. Instrumen Penelitian
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain: a. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan sebagai pedoman ketika melakukan pengamatan/observasi secara langsung untuk mendapatkan data yang akurat di lapangan. Lembar observasi yang digunakan oleh peneliti adalah lembar observasi pelaksanaan proses pembelajaran.
b. Soal Tes
Tes tertulis digunakan peneliti untuk mengetahui skor peningkatan individu dan kelompok. Tes diberikan pada setiap awal dan akhir siklus kepada masing-masing siswa. Jenis tes yang diberikan yaitu berupa tes objektif berupa pilihan ganda dan subjektif berupa soal essay yang disusun berdasarkan kisi-kisi soal yang telah ditetapkan sebelumnya, untuk lebih lengkapnya kisi-kisi soal setiap siklusnya dapat dilihat pada
(22)
lampiran 2, 10, dan 18. Agar tes yang kita berikan kepada siswa itu sesuai, maka sebelumnya terlebih dahulu dilakukan analisis terhadap soal tersebut tersebut seperti validitasnya, reliabilitasnya, indeks/taraf kesukaran, daya pembeda serta pola jawaban dari soal tes tersebut.
3.5. Validasi Instrumen
Dalam pelaksanaan penelitian ini, instrumen penelitian yang akan digunakan terlebih dahulu dilakukan validasi instrumen. Tujuan validasi ini adalah agar instrumen yang digunakan dapat memenuhi standar yang telah ditetapkan sehingga nantinya diharapkan data yang diperoleh juga memenuhi standar yang ada.
3.5.1.Validitas
Untuk instrumen lembar observasi dan soal tes subjektif berupa essay maka validitas datanya menggunakan judgement expert atau validasi pakar. Validasi pakar adalah validasi kepada para ahli (expert judgement), tentunya para ahli yang dimaksud adalah guru mata pelajaran serta guru pamong. Setelah instrumen tersebut dibuat maka peneliti terlebih dahulu melakukan diskusi dan meminta saran serta masukan agar instrumen yang akan digunakan sesuai dengan kriteria yang diharapkan. Untuk lembar validasi
judgement expert tiap siklusnya dapat dilihat pada lampiran 4, 12 dan 20.
Sedangkan untuk validitas soal tes objektif teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah teknik korelasi product moment dengan angka kasar yang dikemukakan oleh Pearson dalam Arikunto, (2009: 72) sebagai berikut:
(23)
2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N rxy Keterangan :rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
N = Jumlah responden
X = Jumlah skor X
Y = Jumlah skor Y
XY = Jumlah hasil kali dari variabel X dan Variabel Y
X2 = Jumlah kuadrat dari variabel X
Y2 = Jumlah kuadrat dari variabel YSetelah harga rxy diperoleh, kemudian dilanjutkan dengan taraf signifikansi koefesien denagn menggunakan rumus t-student yaitu:
2 1 2 r n r t
(Sudjana, 2006: 380) Keterangan :
n = Banyak data r = Koefisien korelasi
Penafsiran dari harga koefisien korelasi dinyatakan valid apabila thitung> tTabel dengan taraf signifikansi 0,05.
Berdasarkan uji validitas butir soal, maka diperoleh 55 soal yang dinyatakan valid. Lebih lengkap mengenai perhitungan uji validitas butir soal tiap siklusnya dapat dilihat pada lampiran 3, 11 dan 19, sedangkan untuk validasi kontruksi menurut Arikunto (2009: 67) sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam Tujuan Instruksional Khusus.
(24)
3.5.2.Reliabilitas
Instrumen yang baik adalah instrumen yang dapat dengan ajeg memberikan data yang sesuai dengan kenyataan atau dalam istilahnya lebih dikenal dengan reliabilitas. Sesuai dengan yang dikemukakan Arikunto (2009: 90) bahwa “reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama”.
Reliabilitas tes pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus
Sperman-Brown dengan teknik belah dua ganjil genap. Langkah-langkah
perhitungannya sebagai berikut:
a. Mengelompokkan skor butir soal bernomor ganjil sebagai belahan pertama dan skor butir soal nomor genap sebagai belahan kedua.
b. Mengkorelasikan skor belahan pertama dengan skor belahan kedua menggunakan rumus korelasi Product moment dengan angka kasar. c. Menghitung indeks reliabilitas dengan menggunakan rumus
Sperman-Brown, yaitu: ) 1 ( . 2 2 1 2 1 2 1 2 1 11 r r r
(Arikunto, 2009: 93) Keterangan :
11
r = Reliabilitas instrumen
2 1 2 1
r = rxy yang disebut sebagai indeks korelasi antar dua belah instrumen
Besarnya koefisen reliabilitas diinterpretasikan untuk menyatakan kriteria reliabilitas. Menurut Arikunto (2009: 245) bahwa:
(25)
r11≤0,20 = Reliabilitas sangat rendah 0,20< r11≤0,40 = Reliabilitas rendah 0,40< r11≤0,60 = Reliabilitas sedang 0,60< r11≤0,80 = Reliabilitas tinggi 0,80< r11≤1,00 = Reliabilitas sangat tinggi
Berdasarkan perhitungan reliabilitas instrumen penelitian diperoleh harga r11 untuk instrumen pada siklus I sebesar 0,02 untuk siklus II sebesar 0,10 dan siklus III sebesar -0,003. Hal ini menunjukan bahwa reliabilitas instrumen tersebut termasuk kriteria sangat rendah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut peneliti melakukan diskusi dengan rekan sesama peneliti beserta guru mata pelajaran yang bersangkutan.
3.5.3.Tingkat Kesukaran
Pengujian tingkat kesukaran dilakukan untuk mengetahui suatu soal baik atau tidak. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar (Arikunto, 2009: 207). Tingkat kesukaran (P) butir tes pada dasarnya adalah peluang responden atau peserta tes untuk menjawab benar pada suatu butir soal. Untuk menentukan taraf kesukaran setiap item tes, digunakan rumus:
JS B P
Arikunto (2009 : 208)
Keterangan
P = Tingkat kesukaran
B = Jumlah siswa yang menjawab benar JS = Jumlah siswa yang mengikuti tes
(26)
Tingkat kesukaran untuk setiap butir soal diketahui dengan mengkonsultasikan nilai P pada Tabel kriteria tingkat kesukaran berikut ini. Tabel 3.1 Kriteria tingkat kesukaran
Rentang P Kriteria
0,70 – 1,00 Mudah
0,30 – 0,70 Sedang
0,00 – 0,30 Sukar
Sumber: Arikunto (2009 : 210)
Berdasarkan perhitungan tingkat kesukaran, didapat soal dengan kategori mudah, sedang dan sulit secara bervariatif pada setiap siklusnya. Lebih lengkap mengenai taraf kesukaran dapat dilihat pada lampiran 3, 11 dan 19.
3.5.4.Daya Beda
Daya pembeda soal yang dimaksud adalah untuk mengetahui sejauh mana soal dapat membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dan yang berkemampuan rendah dilihat dari dapat atau tidaknya mengerjakan soal. Daya pembeda untuk setiap butir soal dapat diketahui dengan menggunakan rumus berikut:
B A B B A A P P J B J B
D
Arikunto (2009 : 213) Keterangan:
D = Daya pembeda
BA = Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab benar BB = Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab benar JA = Jumlah siswa kelompok atas
(27)
PA = Proporsi jawaban benar kelompok atas PB = Proporsi jawaban benar kelompok bawah
Daya pembeda untuk setiap butir soal diketahui dengan mengkonsultasikan nilai pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Kriteria daya pembeda
Rentang D Kriteria
0,70 – 1,00 Baik sekali
0,40 – 0,70 Baik
0,20 – 0,40 Cukup
0,00 – 0,20 Jelek
< 0,00 Tidak baik
Sumber: Arikunto (2009 : 218)
Berdasarkan perhitungan daya pembeda butir soal diperoleh soal dengan daya beda bervariasi dari setiap siklusnya. Lebih lengkap mengenai perhitungan daya beda dan kriterianya dapat dilihat pada lampiran 3, 11 dan 19.
Kesimpulan dari uji validitas instrumen penelitian untuk soal pilihan ganda yang digunakan adalah berjumlah 10 soal dari 20 soal yang diuji validitasnya untuk tiap siklusnya, lebih lengkapnya mengenai jenis soal beserta kunci jawaban dari soal tersebut dapat dilihat pada lampiran 5, 13 dan 21.
(28)
3.6. Analisis Data
Data yang diperoleh berasal dari tes hasil belajar dan observasi aktivitas pembelajaran kemudian dilakukan pengolahan data atau analisis data yang dilakukan dengan cara sebagai berikut.
3.6.1 Analisis Tes Hasil Belajar
Nilai siswa diperoleh dengan menggunakan rumus (Sukardi, 2008: 146).
Nilai = � � � � ℎ � �
� � � 100
Rata-rata nilai siswa diperoleh dengan menggunakan rumus: = � � ℎ � ��
�� � � � �
Rata-rata nilai siswa yang telah diperoleh kemudian dikonversikan pada Tabel dibawah ini:
Tabel 3.3. katagori tafsiran rata-rata hasil belajar siswa terhadap materi
Nilai rata-rata Keterangan
40-55 Sangat rendah
56-65 Rendah
66-75 Sedang
76-85 Tinggi
86-100 Tinggi sekali
Sumber: (Sukardi, 2008)
Hasil yang diperoleh menunjukan tingkat pemahaman siswa tentang materi pelajaran yang telah diberikan. Sedangkan untuk mengetahui
(29)
efektifitas peningkatan hasil belajar yaitu dihitung menggunakan teknik Normalized Gain.
Normalized Gain dihitung dengan rumus:
N-Gain = � −
� � � −
Skala nilai yang digunakan pada data N-Gain terdapat pada Tabel di bawah ini:
Tabel 3.4. Kriteria Normalized Gain
Skor N-Gain Kriteria N-Gain
0,70 < N-gain Tinggi
0,30 ≤ N-gain < 0,70 Sedang
N-gain < 0,30 Rendah
3.6.2 Analisis Observasi
Data observasi yang dimaksud adalah data hasil observasi keterlaksanaan proses pembelajaran. Sudjana (2006: 77-78), skala penilaian yang digunakan yaitu dengan rentang nilai dalam bentuk angka 1, 2, 3, dan 4. Angka tersebut memiliki arti:
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
Data yang diperoleh akan dihitung dengan rumus (Sudjana, 2006: 78), N = � �� � � � ℎ
(30)
Hasil yang diperoleh kemudian dikonversikan seperti pada Tabel 3.5 dibawah ini,
Tabel 3.5. Konversi nilai keterlaksanaan pembelajaran oleh guru
Nilai Keterangan
10-29 Sangat kurang
30-49 Kurang
50-69 Cukup
70-89 Baik
90-100 Baik sekali
Sumber: (Sudjana,2006)
3.7. Validasi Data
Untuk menguji kebenaran penelitian ini, maka setiap data yang diperoleh di cek keabsahannya. Pengecekkan keabsahan data pada penelitian ini adalah dengan member cek. Member cek yaitu mengecek kebenaran dan kesahihan data temuan dengan cara mengkonfirmasikan dengan sumber data. Data atau informasi tentang keseluruhan pelaksanaan tindakan yang diperoleh peneliti utama dan peneliti mitra dikonfirmasi kebenarannya kepada guru kelas melalui diskusi balikan (refleksi kolaboratif) pada setiap akhir pelaksanaan tindakan lain pada akhir keseluruhan pelaksanaan tindakan.
(31)
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Gambaran penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas X ATPH dengan jumlah murid sebanyak 45 orang dapat terlaksanakan sesuai dengan langkah pembelajaran yang terdapat pada RPP tiap siklusnya.
2. Hasil belajar siswa dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, hal ini terlihat dari naiknya nilai rata-rata kelas dan persentase siswa yang meraih nilai di atas KKM tiap siklusnya yaitu pada siklus pertama nilai rata-rata sebesar 40,94 dan persentase yang mencapai KKM 0%, siklus kedua nilai rata-rata sebesar 69,91 dan persentase yang mencapai KKM 42,86%, pada siklus ketiga nilai rata-rata sebesar 74,03 dan persentase yang mencapai KKM 45,71%.
3. Gambaran aktivitas siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat terlaksana dengan baik yang dilihat dari hasil observasi aktivitas siswa yang relevan dengan kegiatan pembelajaran mengalami kenaikan dari siklus ke siklusnya dengan nilai 70,7% pada siklus ketiga, sedangkan aktivitas siswa yang tidak relevan
(32)
dengan kegiatan pembelajaran mengalami penurunan dari siklus ke siklusnya dengan nilai 8,43% pada siklus ketiga.
4. Peningkatan hasil belajar dari siklus pertama sampai siklus kedua dapat meningkat dengam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, indeks rata-rata N-Gain pada siklus pertama yaitu 0,26 yang termasuk kategori rendah, lalu pada siklus kedua meningkat jadi 0,61 yang termasuk kategori sedang. Namun dari siklus kedua ke siklus ketiga terjadi penurunan indeks rata-rata N-Gain dari 0,61 pada siklus kedua menjadi 0,56 pada siklus ketiga, besarnya nilai penurunan adalah 0,05 walaupun keduanya bila dilihat masih terkategorikan dalam tingkatan sedang.
5.2. Rekomendasi
Berdasarkan hasil kajian terhadap peningkatan hasil belajar dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, peneliti mengemukakan beberapa rekomendasi diantaranya adalah:
1. Untuk siswa sebaiknya mulai membiasakan diri belajar secara berkelompok, karena dengan belajar secara berkelompok atau kooperatif akan diperoleh beberapa keuntungan seperti bisa mendiskusikan materi pelajaran yang belum dipahami, menumbuhkan rasa kebersamaan dan mengurangi sifat egoisme.
2. Untuk guru pelajaran beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila akan menerapkan model pembelajaran ini adalah:
(33)
a. Alokasi waktu yang tersedia harus disesuaikan dengan cukup banyaknya tahapan yang harus dilaksanakan pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
b. harus mampu membimbing dan mengarahkan siswa di tiap tahapan pembelajaran karena siswa memegang peranan yang cukup dominan. c. Variasi penyampaian materi perlu dilakukan untuk menghindari kejenuhan siswa, misalnya dengan menggunakan metode demonstrasi atau pemodelan.
d. Pemberian tes disetiap akhir kegiatan pembelajaran sebaiknya jangan dilakukan setiap minggunya, perlu mempertimbangkan situasi dan kondisi apalagi terhadap siswa yang belum terbiasa dengan metode seperti ini karena dikhawatirkan siswa akan merasa terbebani.
e. Waktu pelaksanaan model pembelajaran ini sebaiknya harus secara simultan atau berkelanjutan serta tidak terlalu lama jedanya antara kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan dengan yang akan dilaksanakan.
3. Untuk pihak sekolah agar mendorong para guru untuk melakukan pengembangan dan penelitian mengenai peningkatan hasil belajar dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menambah indikator penelitian yang diteliti serta dilakukan pada materi pembelajaran yang lainnya.
(34)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
Dahlan, M.D. (1990). Model-model Mengajar (Beberapa Alternatif Interaksi
Belajar Mengajar). Bandung: Diponegoro.
Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, SB dan Zain, A. (2003). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Ibrahim, M. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.
Karli, H. dan Margaretha, S. (2002). Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi 2. Bandung: Bina Media Informasi.
Lie, A. (2002) Cooverative Learning (Mempraktikan Cooperative Learning di
Ruang-ruang Kelas). Jakarta: Grasindo.
Prihantoro, Y. (2011). Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen Melalui
Penggunaan Metode Belajar Dari Pengalaman (Experiental Learning Method). Skripsi, Universitas Galuh. Tidak diterbitkan.
Prihatina, D. I. (2010). Upaya meningkatkan keaktifan belajar siswa melalui
pembelajaran model kooperatif tife STAD, pada pokok bahasan Organisasi Kehidupan. Skripsi, Universitas Galuh. Tidak diterbitkan.
Roestiyah. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Slavin, R. E. (2009). Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Sriyono. (1992). Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana. (2006). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Administrasi (Cetakan ke-Empat Belas). Bandung: Alfabeta.
(35)
Sukardi. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.
Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Pustaka Publisher.
Yusuf, K. (2010). Artikel [online] Keunggulan dan Kekurangan Pembelajaran
Kooperatif tipe STAD. Tersedia pada http://karmawati-
yusuf.blogspot.com/2010/02/keunggulan-dan-kekurangan-pembelajaran-kooperatif-tipe-STAD.html, diunduh pada Kamis 11 Oktober 2012 pukul
(1)
Hasil yang diperoleh kemudian dikonversikan seperti pada Tabel 3.5 dibawah ini,
Tabel 3.5. Konversi nilai keterlaksanaan pembelajaran oleh guru
Nilai Keterangan
10-29 Sangat kurang
30-49 Kurang
50-69 Cukup
70-89 Baik
90-100 Baik sekali
Sumber: (Sudjana,2006)
3.7. Validasi Data
Untuk menguji kebenaran penelitian ini, maka setiap data yang diperoleh di cek keabsahannya. Pengecekkan keabsahan data pada penelitian ini adalah dengan member cek. Member cek yaitu mengecek kebenaran dan kesahihan data temuan dengan cara mengkonfirmasikan dengan sumber data. Data atau informasi tentang keseluruhan pelaksanaan tindakan yang diperoleh peneliti utama dan peneliti mitra dikonfirmasi kebenarannya kepada guru kelas melalui diskusi balikan (refleksi kolaboratif) pada setiap akhir pelaksanaan tindakan lain pada akhir keseluruhan pelaksanaan tindakan.
(2)
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Gambaran penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas X ATPH dengan jumlah murid sebanyak 45 orang dapat terlaksanakan sesuai dengan langkah pembelajaran yang terdapat pada RPP tiap siklusnya.
2. Hasil belajar siswa dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, hal ini terlihat dari naiknya nilai rata-rata kelas dan persentase siswa yang meraih nilai di atas KKM tiap siklusnya yaitu pada siklus pertama nilai rata-rata sebesar 40,94 dan persentase yang mencapai KKM 0%, siklus kedua nilai rata-rata sebesar 69,91 dan persentase yang mencapai KKM 42,86%, pada siklus ketiga nilai rata-rata sebesar 74,03 dan persentase yang mencapai KKM 45,71%.
3. Gambaran aktivitas siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat terlaksana dengan baik yang dilihat dari hasil observasi aktivitas siswa yang relevan dengan kegiatan pembelajaran mengalami kenaikan dari siklus ke siklusnya dengan nilai 70,7% pada siklus ketiga, sedangkan aktivitas siswa yang tidak relevan
(3)
dengan kegiatan pembelajaran mengalami penurunan dari siklus ke siklusnya dengan nilai 8,43% pada siklus ketiga.
4. Peningkatan hasil belajar dari siklus pertama sampai siklus kedua dapat meningkat dengam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, indeks rata-rata N-Gain pada siklus pertama yaitu 0,26 yang termasuk kategori rendah, lalu pada siklus kedua meningkat jadi 0,61 yang termasuk kategori sedang. Namun dari siklus kedua ke siklus ketiga terjadi penurunan indeks rata-rata N-Gain dari 0,61 pada siklus kedua menjadi 0,56 pada siklus ketiga, besarnya nilai penurunan adalah 0,05 walaupun keduanya bila dilihat masih terkategorikan dalam tingkatan sedang.
5.2. Rekomendasi
Berdasarkan hasil kajian terhadap peningkatan hasil belajar dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, peneliti mengemukakan beberapa rekomendasi diantaranya adalah:
1. Untuk siswa sebaiknya mulai membiasakan diri belajar secara berkelompok, karena dengan belajar secara berkelompok atau kooperatif akan diperoleh beberapa keuntungan seperti bisa mendiskusikan materi pelajaran yang belum dipahami, menumbuhkan rasa kebersamaan dan mengurangi sifat egoisme.
2. Untuk guru pelajaran beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila akan menerapkan model pembelajaran ini adalah:
(4)
a. Alokasi waktu yang tersedia harus disesuaikan dengan cukup banyaknya tahapan yang harus dilaksanakan pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
b. harus mampu membimbing dan mengarahkan siswa di tiap tahapan pembelajaran karena siswa memegang peranan yang cukup dominan. c. Variasi penyampaian materi perlu dilakukan untuk menghindari kejenuhan siswa, misalnya dengan menggunakan metode demonstrasi atau pemodelan.
d. Pemberian tes disetiap akhir kegiatan pembelajaran sebaiknya jangan dilakukan setiap minggunya, perlu mempertimbangkan situasi dan kondisi apalagi terhadap siswa yang belum terbiasa dengan metode seperti ini karena dikhawatirkan siswa akan merasa terbebani.
e. Waktu pelaksanaan model pembelajaran ini sebaiknya harus secara simultan atau berkelanjutan serta tidak terlalu lama jedanya antara kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan dengan yang akan dilaksanakan.
3. Untuk pihak sekolah agar mendorong para guru untuk melakukan pengembangan dan penelitian mengenai peningkatan hasil belajar dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menambah indikator penelitian yang diteliti serta dilakukan pada materi pembelajaran yang lainnya.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
Dahlan, M.D. (1990). Model-model Mengajar (Beberapa Alternatif Interaksi
Belajar Mengajar). Bandung: Diponegoro.
Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, SB dan Zain, A. (2003). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Ibrahim, M. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.
Karli, H. dan Margaretha, S. (2002). Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi 2. Bandung: Bina Media Informasi.
Lie, A. (2002) Cooverative Learning (Mempraktikan Cooperative Learning di
Ruang-ruang Kelas). Jakarta: Grasindo.
Prihantoro, Y. (2011). Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen Melalui
Penggunaan Metode Belajar Dari Pengalaman (Experiental Learning Method). Skripsi, Universitas Galuh. Tidak diterbitkan.
Prihatina, D. I. (2010). Upaya meningkatkan keaktifan belajar siswa melalui
pembelajaran model kooperatif tife STAD, pada pokok bahasan Organisasi Kehidupan. Skripsi, Universitas Galuh. Tidak diterbitkan.
Roestiyah. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Slavin, R. E. (2009). Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Sriyono. (1992). Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana. (2006). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Administrasi (Cetakan ke-Empat Belas). Bandung: Alfabeta.
(6)
Sukardi. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.
Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Pustaka Publisher.
Yusuf, K. (2010). Artikel [online] Keunggulan dan Kekurangan Pembelajaran
Kooperatif tipe STAD. Tersedia pada
http://karmawati-
yusuf.blogspot.com/2010/02/keunggulan-dan-kekurangan-pembelajaran-kooperatif-tipe-STAD.html, diunduh pada Kamis 11 Oktober 2012 pukul