Pengaruh Teknik Gnt Pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Smp Kelas Vii Pada Konsep Organisasi Kehidupan

(1)

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana S1 (strata satu)

Oleh

MUSRIPAH

NIM : 108016100065

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2013


(2)

Pada Konsep Organisasi Kehidupan” Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, Mei 2013

Yang Mengesahkan


(3)

Pada Konsep Organisasi Kehidupan” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqasyah pada 4 Juni 2013 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Biologi.


(4)

Nama : Musripah

NIM : 108016100065

Jurusan/ Prodi : Pendidikan IPA/ Pendidikan Biologi Angkatan Tahun : 2008

Alamat : Gunungbatu Selatan RT. 007 RW. 002 Desa Gunungbatu Kec. Bodeh Kab. Pemalang Jawa Tengah 52353

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Teknik GNT Pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa SMP Kelas VII Pada Konsep Organisasi Kehidupan adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

1. Nama : Dr. Sujiyo Miranto, M. Pd

NIP : 19681228 200303 1 004

Dosen Jurusan : Pendidikan IPA 2. Nama : Yanti Herlanti, M.Pd.

NIP : 19710119 200801 2 010

Dosen Jurusan : Pendidikan IPA

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.


(5)

i

Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa SMP Kelas VII Pada Konsep Organisasi Kehidupan, Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Studi Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik GNT pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar biologi siswa SMP kelas VII pada konsep organisasi kehidupan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen dengan desain penelitian two group pretes dan postes design. Populasinya adalah seluruh siswa SMP Bakti Idhata. Dengan menggunakan teknik Cluster Random Sampling. Sampel yang terpilih yaitu kelas VII-C sebagai kelas eksperimen (yang menggunakan teknik GNT pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD) dan kelas VII-A sebagai kelas kontrol (yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD). Instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar biologi berbentuk pilihan ganda sebanyak 20 soal. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t, dan berdasarkan

perhitungan uji-t diperoleh thitung 3,34 dan ttabel 1,68 pada taraf signifikansi 5%

yang berarti thitung > ttabel (3,34 > 1,68). Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh teknik GNT pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar biologi siswa.


(6)

ii

ABSTRACT

Musripah, The Impact of GNT Technique of STAD Cooperative Learning Model on the results of biology learning, Script of Science Education Department, Faculty of Tarbiya and Teacher Training, State Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta.

This research aims to determine the impact of GNT technique of STAD cooperative learning model on the results of biology learning. The method used was quasi experiment research using two group pretest and posttest designs. The population was the entire of Bakti Idhata junior high school students. By using cluster random sampling technique, the samples taken randomly were VII-C as an experiment class (which uses GNT technique of STAD cooperative learning model) and VII-A as the controlling class (which uses cooperative learning model STAD) . The instrument used was a biology achievement test formed 20 multiple choice questions and a form of observation teacher and student activities. The data analysis technique used in this study was t-test, and based on the calculation of t-test showed tcount 3, 34 and ttable 1, 68 at the significance level of 5% which

means tcount > ttable (3, 34> 1, 68), so hypothesis testing results can be concluded

that there was the impact of GNT technique of STAD cooperative learning model on the results of biology learning.

Keywords: GNT technique, STAD cooperative learning model, the result of learning


(7)

iii

Puji sukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karunia nikmatNya yang tiada batas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Strategi GNT Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa SMP Kelas VII

Pada Konsep Organisasi Kehidupan” ini dengan baik. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan atas baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan cahaya dalam hidup penulis berupa cahaya Islam.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Walaupun waktu, tenaga dan pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, demi terselesaikannya skripsi ini agar bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga atas bimbingan, pengarahan, dukungan serta bantuan dari berbagai pihak kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis sangat berterima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Rif’at Syauqi Nawawi, MA Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M. Sc Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Nengsih Juanengsih, M. Pd Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan dosen pembimbing akademik yang telah memberikan pengarahan dan masukan serta motivasi kepada penulis mulai dari awal masuk perkuliahan sampai terselesaikannya skripsi ini. 4. Ibu Dr. Zulfiani, M. Pd Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(8)

iv

Jakarta Selatan, Ibu Fazriyanti, S. Pd dan Ibu Fitri Nurrochmi, S. Pd Guru Mata Pelajaran IPA SMP Bakti Idhata Cilandak Jakarta Selatan serta segenap guru dan karyawan sekolah yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

7. Paling istimewa untuk orang tuaku tercinta ayahanda Maksum dan Ibunda Sukhaeriyah yang telah merawat, membesarkan, mendidik, dan mencurahkan kasih sayang serta tak bosan-bosannya memberikan

dukungan moril, materil, semangat dan do’a untuk penulis. Munawaroh,

S. Pd (Kakak), M. Nurcholidin dan Mushafiya Khoiriyah Adinda tercinta yang selalu memberikan dukungan, semangat, canda, tawa, do’a, inspirasi serta warna-warni dalam keluarga kecil penulis. Semoga Allah swt memberikan balasan terindah untuk semuanya.

8. Romo Kyai H. Slamet Zaeni beserta Ibu Nyai Hj. Ruqoyah S., Abah Ulul Albab, Umi Anissa Vinsa, Guru spiritual penulis di PP. Bahrul ‘Ulum Pemalang dan seluruh dewan Asatid, terimakasih tak berhingga atas

bimbingan, arahan, ilmu, serta do’a yang telah diberikan kepada penulis.

Allah swt Maha Tahu, maka biarlah Ia yang akan membalas seluruhnya. 9. Mas Mustolihudin S, Pd. sebagai motivator dan segala dukungannya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Mas Abdul Aziz, S. Pd., Mas Zamaksyarie Dhofier, S. Pd., Mas Fathudin, S. H., Mas Mirza Mushoffa, S. Kom., terima kasih atas segala arahan, saran serta kritiknya. 10.Seluruh rekan-rekan Ikatan Mahasiswa Pelajar Pemalang (IMPP), teman-teman Forum Silaturrahmi Alumni Bahrul Ulum (FORSANBA), dan seluruh anggota Batubara Institute yang selalu memberikan motivasi kepada penulis. Sahabat sejatiku, Mahasiswa Satu Angkatan 2008, Jurusan Pendidikan Biologi khususnya Kelas B yang selalu memberi canda, tawa, serta warna warni masa perkuliahan; Mpo Riyanti,


(9)

v

menyelesaikan skripsi ini. Dan juga kepada teman-temanku yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis berharap dan berdo’a kepada Allah SWT, agar seluruh

pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis, akan mendapatkan balasan yang setimpal disisiNya, jazakumullah akhsanal jaza.

Jakarta, Mei 2013 Penulis,


(10)

vi

LEMBAR PENGESAHAN

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 8

BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS ... 9

A. Deskripsi Teoritik ... 9

1. Konsep Belajar ... 9

a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran ... 9

b. Belajar Menurut Faham Konstruktivisme ... 11

2. Hasil Belajar ... 13

a. Pengertian Hasil Belajar ... 13

b. Tipe-Tipe Hasil Belajar ... 15

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 16

1) Faktor Internal ... 16

2) Faktor Eksternal ... 17


(11)

vii

b. Prosedur GNT ... 26

5. Konsep Organisasi Kehidupan ... 29

a. Ruang Lingkup Materi Ajar Biologi ... 29

b. SK dan KD Materi Organisasi Kehidupan ... 31

c. Kajian Materi Organisasi Kehidupan ... 31

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 32

C. Kerangka Berpikir ... 34

D. Perumusan Hipotesis ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 36

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

B. Metode dan Desain Penelitian ... 36

C. Populasi dan Sampel Penelitian... . 37

D. Variabel Penelitian ... 37

E. Teknik Pengumpulan Data... ... 37

F. Instrumen Penelitian ... 38

1. Tes Hasil Belajar ... 38

2. Lembar Observasi Guru dan Siswa ... 39

G. Kalibrasi Instrumen Tes ... 40

1. Validitas ... 40

2 Reliabilitas ... 41

3. Tingkat Kesukaran ... 42

4. Daya Beda ... 43

H. Teknik Analisa Data ... 43

1. N-Gain ... 43

2. Analisis Data Kuantitatif ... 44

a. Uji Normalitas ... 44


(12)

viii

B. Data Peningkatan Hasil Belajar (N-Gain) ... 49

C. Hasil Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis.. 50

1. Uji Normalitas ... 50

2. Uji Homogenitas ... 51

3. Uji Hipotesis Penelitian ... 52

D. Data Kualitatif ... 53

1. Observasi Aktivitas Guru... ... 54

2. Observasi Aktivitas Siswa ... 55

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62


(13)

ix

Tabel 2.2 Kriteria Penghargaan Berdasarkan Rata-Rata Kelompok ... 22

Tabel 2.3 Perbandingan Pembelajaran Antara Model Pembelajaran STAD dengan Strategi GNT dengan Model Pembelajaran STAD ... 27

Tabel 3.1 Disain Penelitian ... 36

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen ... 38

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Lembar Observasi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 40

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Hasil Penelitian ... 47

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Hasil Penelitian Per Indikator ... 48

Tabel 4.3 Persentase Peningkatan Hasil Belajar (N-Gain) ... 49

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Pretest ... 50

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Postest ... 51

Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Pretest ... 51

Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Postest ... 52

Tabel 4.8 Hasil Uji-t Pretest ... 52

Tabel 4.9 Hasil Uji-t Postest ... 53

Tabel 4.10 Hasil Observasi Aktivitas Guru ... 54


(14)

x

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ... 82

Lampiran 3 Handout GNT ... 96

Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 114

Lampiran 5 Kunci Jawaban LKS ... 118

Lampiran 6 Rubrik Penilaian LKS ... 122

Lampiran 7 Kisi-Kisi Instrumen Tes ... 124

Lampiran 8 Rekap Analisis Instrumen Tes (Anates) ... 135

Lampiran 9 Soal Instrumen Tes ... 136

Lampiran 10 Kunci Jawaban Instrumen Tes ... 140

Lampiran 11 Lembar Observasi Aktivitas Guru Kelas Eksperimen ... 141

Lampiran 12 Lembar Observasi Aktivitas Guru Kelas Kontrol ... 145

Lampiran 13 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen ... 149

Lampiran 14 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol ... 153

Lampiran 15 Keterangan Hasil Observasi Aktivitas Guru ... 157

Lampiran 16 Keterangan Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 160

Lampiran 17 Nilai Kemajuan Kelas Eksperimen ... 164

Lampiran 18 Nilai Kemajuan Kelas Kontrol ... 166

Lampiran 19 Nilai Hasil Belajar ... 168

Lampiran 20 Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Eksperimen... 169

Lampiran 21 Distribusi Frekuensi Postest Kelas Eksperimen ... 171

Lampiran 22 Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Kontrol ... 173

Lampiran 23 Distribusi Frekuensi Postest Kelas Kontrol ... 175

Lampiran 24 Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen ... 177

Lampiran 25 Uji Normalitas Postest Kelas Eksperimen ... 178

Lampiran 26 Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol ... 179

Lampiran 27 Uji Normalitas Postest Kelas Kontrol ... 180

Lampiran 28 Uji Homogenitas Pretest ... 181


(15)

xi

Lampiran 34 Hasil Pretest Per Indikator Kelas Eksperimen ... 189

Lampiran 35 Hasil Postest Per Indikator Kelas Eksperimen ... 193

Lampiran 36 Hasil Pretest Per Indikator Kelas Kontrol ... 196

Lampiran 37 Hasil Postest Per Indikator Kelas Kontrol ... 199

Lampiran 38 Tingkat Ketuntasan Belajar ... 202

Lampiran 39 Lembar Pengesahan Uji Referensi ... 203

Lampiran 40 Surat-Surat ... 210


(16)

1

Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu. Pendidikan semula berasal dari bahasa Yunani, dari kata pais artinya “anak” dan again artinya

“membimbing”. Maka “paedagogie”, diartikan sebagai bimbingan yang

diberikan kepada anak.1 Dalam bahasa inggris, education (pendidikan) berasal dari educate (mendidik) yang artinya memberi peningkatan (to elicit, to give rise to), dan mengembangkan (to evolve, to develop). Dalam pengertian yang sempit, education atau pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan.2 Dan dalam bahasa Arab dikenal dengan

tarbiyah” yang berarti pendidikan.

Pendidikan memiliki kurikulum sebagai tolok ukur keberhasilannya. Kurikulum meliputi tujuan isi dan metode yang lebih luas atau lebih umum, sedangkan yang lebih sempit kurikulum merupakan tugas pengajaran.3 Kurikulum yang sedang diterapkan dan dikembangkan oleh pemerintah sebagai pengembangan dari kurikulum 2004 (KBK) saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Prinsip yang digunakan dalam pengembangan KTSP adalah berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik dan lingkungannya, beragam dan terpadu, tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, relevan dengan kebutuhan, menyeluruh dan

1

Sudirman, Tabrani Rusyan, Zainal Arifin, Toto Fathoni, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 1991), Cet. V, h. 4.

2

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), Cet. V(Revisi), h.10.

3

Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. XI, h. 6.


(17)

berkesinambungan, belajar sepanjang hayat, seimbang antara kepentingan global, nasional dan lokal.4

Pengembangan KTSP ditujukan pada kompetensi tertentu, berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang utuh dan terpadu, serta dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud hasil belajar.5 Hasil belajar siswa dalam tiap mata pelajaran dinyatakan dengan ketercapaian ketuntasan minimal (KKM). Dengan batas KKM 75 % menguasai bahan ajar. Siswa yang tidak mencapai KKM mengikuti program remedial, dan siswa yang mencapai KKM mengikuti program pengayaan atau mengikuti pembelajaran pada kemampuan dasar berikutya.

Menurut Irma Pujiati banyak siswa yang belum mencapai KKM 75, karena masalah-masalah seperti masalah belajar siswa di kelas, desain dan strategi pembelajaran dikelas, alat bantu, sumber belajar, sistem penilaian dan proses evaluasi, pengembangan pribadi peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan lainnya atau masalah kurikulum. Sehingga setiap sekolah menetapkan batas ketuntasan belajar yang bervariasi, bahkan kurang dari 75% batas yang ditentukan oleh pemerintah.6 Masalah ketuntasan dalam belajar merupakan masalah penting bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar biologi.

Masalah lain dalam pembelajaran adalah kebanyakan guru dalam mengelola pembelajarannya menggunakan bahan ajar (media) konvensional yaitu bahan ajar instan, membeli dari penerbit dan pakai, tanpa upaya menyiapkan dan menyusun sendiri, seperti buku-buku teks, buku sumbangan dari pemerintah dan LKS.7 Dalam penggunaannya peran siswa hanya membaca dan kemudian menghafal. Pada saat guru menerangkan peran siswa

4

E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. VI, h. 151.

5

Ibid., h. 146. 6

Irma Pujiati, Peningkatan Motivasi dan Ketuntasan Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, Jurnal Ilmiah Kependidikan, 1, 2008, h. 70.

7

Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif: Menciptakan Metode Pembelajaran yang Kreatif dan Menyenangkan, (Jogjakarta: Diva Press, 2011), Cet. I, h. 18.


(18)

hanya sebagai pendengar karena materi yang disampaikan oleh guru sudah tersedia lengkap di dalam buku teks.

Kondisi serupa juga terjadi dalam pembelajaran biologi, Biologi merupakan salah satu bagian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pendidikan biologi diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitarnya. Mata pelajaran biologi terdiri dari konsep, prinsip, hukum, dan teori yang sebagian merupakan sesuatu yang abstrak.8

Pembelajaran biologi menuntut adanya peran aktif dari siswa, akan tetapi proses pembelajaran biologi yang berkembang saat ini masih banyak ditekankan dengan ceramah murni dan menghafal, sehingga sulit untuk dipahami. Biologi termasuk mata pelajaran yang dianggap sulit bagi sebagian besar siswa. Dalam kehidupan sehari-hari dapat dibuktikan betapa sulitnya mata pelajaran biologi. Hal itu terlihat dari adanya bermacam-macam tempat bimbingan belajar IPA, les IPA, kursus-kursus IPA dikarenakan hasil belajar yang masih tergolong rendah.9

Tampaknya, perlu adanya perubahan paradigma dalam menelaah proses belajar siswa dan interaksi antara siswa dan guru, khususnya dalam proses pembelajaran biologi. Kegiatan belajar mengajar seharusnya lebih mempertimbangkan siswa. Siswa bukanlah sebuah botol kosong yang bisa diisi dengan muatan-muatan berbagai macam informasi yang dianggap perlu oleh guru. Alur proses belajar tidak harus berasal dari guru menuju siswa. Siswa bisa juga saling mengajar dengan sesama siswa lainnya.

Langkah yang dapat dilakukan agar dapat menarik minat siswa dalam pembelajaran adalah melaksanakan pengembangan dalam pengajaran dan pembelajaran. Guru harus dapat membangkitkan semangat konsentrasi siswa sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa. Selain itu juga, guru harus dapat memilih dan menyajikan model maupun strategi belajar yang lebih efektif. Salah satunya adalah dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD).

8

Sri Wahyuningsih, Efektivitas Penggunaan Alat Peraga IPA (Fisika) Kelas 1 SLTP N Yogyakarta, Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 2, 2005, h. 199.

9


(19)

STAD merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru yang pertama kali akan menggunakan model pembelajaran kooperatif hendaknya menggunakan tipe STAD.10 Keistimewaan dalam STAD adalah kerjasama dalam kelompok belajar. Pelaksanaanya menerapkan strategi kelompok belajar dengan anggota 4-5 orang dengan memperhatikan individu seperti tingkat kemampuan, jenis kelamin, kecepatan belajar, sosial budaya atau latar belakang yang berbeda.

Model STAD dapat ditunjang dengan media pembelajaran seperti lembar kerja siswa (LKS), handout, dan modul. Dengan LKS, siswa dapat mengerjakan latihan-latihan soal yang mengacu pada ringkasan konsep yang diberikan sehingga dapat menumbuhkan penguatan dalam ingatan dan pemahaman siswa. Handout adalah bahan ajar yang sangat ringkas yang diberikan kepada peserta didik ketika mengikuti kegiatan pembelajaran. Dengan handout guru dapat membantu siswa untuk memberikan bimbingan selama mengikuti kegiatan belajar. Sedangkan dengan modul, siswa yang mengikuti pembelajaran lebih banyak mendapat kesempatan untuk belajar secara mandiri, memiliki catatan yang lengkap dan akurat, sehingga siswa dapat menjawab soal kuis dengan mudah.11 Hal ini didukung dengan hasil penelitian dari Anugrah Ayumaharani Widianingsih (2012) yang berjudul

“Perbandingan hasil belajar kelas tipe STAD dilengkapi dengan modul dan LKS pada konsep sistem gerak pada manusia”. dari penelitian ini diperoleh

pembelajaran STAD dengan dilengkapi modul mendapatkan hasil lebih tinggi daripada yang dilengkapi dengan LKS.12

Akan tetapi, dewasa ini masih banyak dijumpai di kelas, pembelajaran kooperatif tidak berjalan efektif. Seperti, diskusi masih banyak didominasi oleh seorang siswa yang pandai, siswa yang pintar enggan mengajari anggota

10

Robert E. Slavin, Cooperatif Learning : Teori, Riset dan Praktik, Terj. dari Cooperatif Learning:Theory, Research and Practice oleh Narulita Yusron, (Bandung: Nusa Media, 2013), Cet. XIII, h. 143.

11

Prastowo, op. cit., h.79. 12

Anugrah Ayumaharani Widianingsih, Perbandingan Hasil Belajar Kelas Tipe STAD Dilengkapi dengan Modul dan LKS Pada Konsep Sistem Gerak pada Manusia, Skripsi pada Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2012, h. 69, tidak dipublikasikan.


(20)

kelompoknya yang belum mengerti, sehingga diskusi tidak berjalan dengan baik, siswa belum mencapai KKM disebabkan belum memahami konsep dengan baik.13

Dalam pembelajaran STAD siswa cenderung berpangku tangan pada kelompoknya sehingga banyak siswa yang mengandalkan beberapa teman dalam kelompok yang mempunyai prestasi akademik,14 pada tahap penyampaian materi siswa tidak memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru, pada akhirnya hal tersebut berakibat pada hasil belajar yang diperoleh.

Fenomena ini menunjukkan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif membutuhkan persiapan matang. Pertama, siswa harus sudah memiliki pengetahuan awal tentang topik atau materi yang akan dipelajari. Kedua, siswa sudah harus mempunyai keterampilan bertanya. Keterampilan ini penting karena pembelajaran kooperatif tidak akan berjalan efektif jika siswa tidak mempunyai kompetensi bertanya jawab. Tanya jawab merupakan proses transaksi atau penetapan gagasan atau ide intersubjektif dalam rangka membangun pengetahuan. Pembelajaran kooperatif membutuhkan dukungan pengalaman siswa baik berupa pengetahuan awal maupun kemampuan bertanya jawab.15 Oleh karena itu, diperlukan teknik yang tepat yang dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran.

Guided Note Taking (GNT) adalah salah satu dari beberapa teknik pembelajaran. Pada teknik GNT, siswa dituntut untuk membuat catatan dan menyimpulkan sendiri dari materi yang disampaikan oleh guru, dimana sebelumnya guru membuatkan skema atau pola dengan mengosongi sebagian poin-poin yang penting sehingga terdapat bagian-bagian yang kosong dalam handout yang diberikan. Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan diri serta diharapkan mampu memecahkan masalah

13

Selistiawati, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Perhitungan Kimia (Stoikiometri), Skripsi pada Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2011, h. 81, tidak dipublikasikan.

14

Eviyana Ayu Nugroho, Perbedaan Hasil Belajar Kimia Siswa Antara yang diberi Model NHT dengan STAD Kelas XI Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi, Skripsi pada Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2011, h. 61, tidak dipublikasikan.

15

Agus Suprijono, Cooperatif Learning, Tori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), Cet. VII, h. 102.


(21)

sendiri. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa supaya aktif mengembangkan pengetahuannya.

Tujuan dari teknik ini, agar siswa berlatih berfikir, berani bertanya, memberikan kesempatan siswa untuk mengembangkan diri serta diharapkan mampu memecahkan masalah sendiri. Walaupun teknik ini akan berjalan baik di kelas yang kemampuannya merata, namun sebenarnya kelas dengan kemampuan siswa yang bervariasi lebih membutuhkan strategi ini. Karena dengan kemampuan siswa yang beragam tersebut, maka siswa yang lamban pemahamannya akan terbantu dan termotivasi siswa yang lebih cepat pemahamannya. Demikian juga siswa yang lebih cepat pemahamannya akan semakin terasah. Teknik ini diharapkan dapat membantu siswa mempersiapkan pengetahuannya sehingga pembelajaran dapat berjalan efektif dan maksimal.

Peneliti menggunakan teknik GNT pada model pembelajaran STAD pada konsep organisasi kehidupan karena materi ini termasuk konsep dalam mata pelajaran biologi yang banyak terdapat istilah-istilah maupun bahasa ilmiah yang sulit dipahami jika hanya dengan mendengarkan. Organisasi kehidupan merupakan materi yang banyak memanfaatkan informasi penyusun tubuh makhluk hidup dan pembahasannya. Untuk itu diperlukan strategi dan model pembelajaran yang dapat mengemas setiap bahasan didalamnya. Harapannnya jika ditambah dengan mencatat pemahaman siswa akan bertambah sehingga hasil belajar pun meningkat.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik dengan penggunaan teknik GNT pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa, sehingga penulis mengangkat judul dalam skipsi ini, yaitu : “Pengaruh Teknik GNT Pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa SMP Kelas VII Pada Konsep Organisasi Kehidupan”.


(22)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Siswa sulit memahami materi sehingga banyak siswa belum mencapai KKM.

2. Bahan ajar yang digunakan bersifat konvensional, tidak disusun sendiri oleh guru yang bersangkutan.

3. Pembelajaran biologi menuntut peran aktif siswa, tetapi pembelajaran biologi yang berkembang masih ditekankan pada ceramah murni dan menghafal.

4. Siswa merasa sulit belajar biologi sehingga hasil belajar siswa masih tergolong rendah.

5. Pembelajaran kooperatif tidak berjalan efektif dan siswa cenderung pasif dalam pembelajaran.

6. Pembelajaran kooperatif memerlukan teknik yang tepat supaya berjalan efektif dan maksimal.

7. Diperlukan alat bantu yang dapat membantu siswa dalam memahami materi yang disampaikan dengan ceramah.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:

1. Pembelajaran yang digunakan pada kelas eksperimen adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan teknik GNT. Teknik GNT diberikan sebagai upaya dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif yang efektif pada fase presentasi kelas.

2. Pembelajaran yang digunakan pada kelas kontrol menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, karena untuk mengetahui adanya pengaruh dari teknik GNT sebagai upaya dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif yang efektif.


(23)

3. Hasil belajar biologi yang dimaksud adalah nilai akhir mata pelajaran biologi siswa SMP Bakti Idhata kelas VII semester II, pada konsep organisasi kehidupan pada domain kognitif C1, C2, C3 dan C4. Tingkat kognitif ini merupakan penjabaran dari kompetensi dasar pada konsep organisasi kehidupan.

D. Perumusan Masalah

Atas dasar identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian sebagai berikut: Apakah terdapat pengaruh penggunaan teknik GNT pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar biologi siswa SMP Kelas VII pada konsep organisasi kehidupan?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh teknik GNT pada model pembelajaran kooperatif tipe STADterhadap hasil belajar biologi siswa SMP Kelas VII pada konsep organisasi kehidupan.

F.Kegunaan Hasil Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Peneliti, Untuk memperluas wawasan dan pangalaman tentang cara belajar biologi.

2. Bagi siswa, dapat menjadi alternatif pembelajaran dalam memahami konsep biologi, bertukar pikiran, menghargai dan mendengarkan pendapat orang lain.

3. Bagi guru, dapat menjadi motivator agar dapat menerapkan teknik pembelajaran yang sesuai sebagai salah satu alat untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

4. Bagi sekolah, semoga bisa menjadi penyempurna pembelajaran biologi untuk memperoleh hasil belajar yang optimal.


(24)

9

1. Konsep Belajar

a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Yang pasti belajar adalah proses. Proses dari tidak tahu menjadi tahu. Dari belajar kita mengetahui banyak hal. Dari ilmu yang kecil hingga

ilmu yang luar biasa. ”Ilmu merupakan pengetahuan manusia yang diperoleh secara logis dan mempunyai bukti-bukti yang empiris”.1 Dari ilmu kita dapat mengetahui berbagai macam hal yang besar.

Belajar merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa mengenal batas usia, dan berlangsung seumur hidup. Beberapa ahli mengemukakan pandangan yang berbeda tentang belajar. Diantaranya

Skinner, mengemukakan bahwa ”belajar adalah suatu perilaku. Pada

saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik, sebaliknya, bila

tidak belajar maka responnya menurun”.2 Jadi tujuan belajar adalah suatu gambaran mengenai tingkah laku yang baik yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa setelah belajar.

Belajar memang harus dilakukan setiap saat, karena belajar adalah proses siswa dalam mengingat. Karena kita ketahui, manusia adalah makhluk yang menciptakan suatu pengalaman. Untuk itu, banyak hal yang pasti terjadi dalam hidup seseorang. Jika siswa tidak belajar dalam hidupnya, banyak hal yang mungkin terlupakan. Karena dalam setiap benak manusia pasti memikirkan apa-apa yang terjadi atau yang akan terjadi kemudian.

1

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. VIII, h. 14.

2

Dimyati, dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), Cet. IV, h. 9.


(25)

Belajar merupakan perubahan perilaku yang relatif permanen yang diperoleh dari pengalaman dan tidak bisa dihubungkan pada temporary body states (keadaan tubuh temporer) seperti kedaan yang disebabkan oleh sakit, keletihan atau obat-obatan.3

Dalam ilmu psikologi, belajar tidak diartikan sebagaimana pengertian sehari-hari, dalam kehidupan sehari-hari belajar diartikan orang secara sempit atau terbatas dengan menghafal atau mencari atau memperoleh pengetahuan. Dalam kaitannya dengan perkembangan manusia, belajar merupakan faktor penentu proses perkembangan, manusia memperoleh hasil perkembangan berupa pengetahuan, sikap, keterampilan, nilai, reaksi, keyakinan dan lain-lain tingkah laku yang dimiliki manusia diperoleh melalui belajar.4

Berdasarkan beberapa definisi belajar yang diutarakan, secara umum, belajar dapat didefinisikan sebagai usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Rayandra Asyhar menyatakan bahwa dalam pembelajaran peran guru tidak hanya mengajar melainkan membelajarkan peserta didik agar mau belajar.5 Pada dasarnya pembelajaran merupakan upaya membelajarkan pembelajar yang meliputi unsur-unsur yang kompleks seperti guru, siswa, materi, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Sedangkan menurut Emily Barosse pembelajaran adalah aktivitas sosial budaya yang mana pembelajar mengkonstruksi makna pengetahuan

3

B. R. Hergenhahn dan Matthew H. Olson, Theories Of Learning, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), Cet. II, Edisi VII, h. 8.

4

Alisuf Sabri, Psiikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. I, h. 54.

5

Rayandra Asyhar, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2011), Cet. I, h. 6.


(26)

yang dipengaruhi oleh interaksi pengetahuan awal dan pengetahuan dari hasil belajarnya yang baru.6

Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan, bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang disengaja atau upaya yang dirancang oleh pendidik, dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan (kelas/sekolah), yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan belajar, serta terjadinya interaksi antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa.

Hasil yang tinggi dalam pembelajaran adalah harapan dari semua orang. Harapan tersebut terus tertanam dalam diri siswa dan akan mengalami kepuasan ketika siswa telah mendapatkan apa yang ia harapkan dalam pembelajaran. Untuk itu, dalam menentukan hasil belajar khususnya biologi tentu siswa harus mendapatkan rangsangan atau dorongan serta motivasi untuk melakukan kegiatan belajar dengan cara guru menjadikan pembelajaran di kelas lebih menarik dan lebih efektif.

b. Belajar Menurut Faham Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah isi dari pandangan psikologi dan filosofi bahwa individu dapat dibentuk atau dibangun dari apa yang mereka pelajari dan mereka pahami.7 Menurut konstruktivisme menyatakan

bahwa, “ seorang siswa sebagai subjek aktif menciptakan

struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan”.8

Ide-ide konstruktivisme banyak berlandaskan pada teori Vygotsky, ia

mengemukakan bahwa, “ interaksi sosial dengan orang lain memacu

6

Emily Barosse (ed.), Learning To Teach, (New York: The McGraw-Hill Companies, 2007), Cet. I, h. 461.

7

Dale H. Schunk, Learning Theories in Educational Perspective, (Boston: Pearson, 2012), Cet. VI, h. 229.

8

Rusmono, Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu perlu: Untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), Cet. I, h. 12.


(27)

perkembangan ide-ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa”. 9

Jadi, dalam konstruktivisme seorang pendidik tidak mengajarkan kepada anak didiknya bagaimana menyelesaikan persoalan, namun mempresentasikan masalah dan mendorong siswa untuk menemukan pemecahan masalah mereka sendiri dalam menyelesaikan permasalahan. Pendidik berupaya mendorong anak didik untuk saling tukar menukar ide sampai persetujuan tercapai. Dalam hal ini peranan pendidik bukan pemberi jawaban terakhir, melainkan mengarahkan peserta didik untuk membentuk (mengkonstruksi) pengetahuannya sendiri.

Berdasarkan teori ini dikembangkanlah pembelajaran kooperatif, yaitu siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya.

Strategi pokok dari model belajar mengajar konstruktivisme adalah meaningful learning yaitu mengajak siswa untuk berpikir dan memahami materi pelajaran, bukan sekedar mendengar, menerima, dan mengingat-ingat ataupun menghafal.10 Pemahaman terhadap konsep dan struktur suatu materi menjadikan materi itu dipahami secara lebih komprehensif, peserta didik lebih mudah mengingat materi itu bila yang dipelajari merupakan pola yang berstruktur.

Ide penting lain yang diturunkan dari teori Vygotsky adalah Scaffolding. Scafolding adalah memberikan sejumlah bantuan kepada siswa selama tahap-tahap awal pembelajaran kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, isyarat-isyarat,

9

Ibid., h. 13. 10

Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. IX, h. 240.


(28)

peringatan-peringatan, dorongan, menguraikan masalah kedalam langkah-langkah memecahkan masalah, dan memberikan contoh.11

Hal ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik menuntaskan suatu masalah dan membekali peserta didik menemukan pengetahuannya secara mandiri. Prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam pengembangan pembelajaran konstruktivisme adalah:

1. Prior Knowledge/ Previous Experience yaitu, konstruksi

pengetahuan tidak berangkat dari “pikiran kosong” (blank mind), peserta didik harus memiliki pengetahuan tentang apa yang hendak diketahui.

2. Conceptual-Change Process (proses perubahan konseptual) yaitu,

proses pemikiran yang terjadi pada diri peserta didik ketika peta konsep yang dimilikinya dihadapkan dengan situasi dunia nyata.12

Konstruksi pengetahuan membutuhkan kemampuan mengingat

dan mengungkapkan kembali pengalaman, kemampuan

membandingkan, kemampuan mengambil keputusan, dan kemampuan lebih menyukai satu daripada yang lain.

2. Hasil Belajar

a. PengertianHasil Belajar

Hasil adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk sesuatu yang dicapai seseorang setelah melakukan suatu usaha. Bila dikaitkan dengan belajar berarti hasil menunjuk sesuatu yang dicapai oleh seseorang yang belajar dalam selang waktu tertentu.

Hasil belajar ditujukan pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar merupakan indikator untuk menunjukkan adanya derajat perubahan tingkah laku siswa.13 Sudjana menerangkan bahwa hasil

11

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), Cet. II, h. 76. 12

Agus Suprijono, Cooperatif Learning Teori & Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), Cet. VII, h. 43.

13

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), Cet. VI, h. 159.


(29)

belajar merupakan bertambahnya kemampuan siswa sesudah memperoleh pengalaman dari kegiatan belajar.14 Pengalaman belajar memberikan pengaruh terhadap meningkatnya kemampuan siswa.

Sukmadinata menambahkan bahwa hasil belajar merupakan realisasi pengembangan kemampuan yang dimiliki oleh seorang siswa. Penguasaan hasil belajar dapat ditunjukkan dari perubahan perilakunya, baik dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan motorik, serta sikap siswa.15

Dari beberapa pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan peningkatan kemampuan siswa setelah melakukan kegiatan belajar, yang terlihat dari perubahan pengetahuan, keterampilan serta sikap, dibandingkan sebelum melakukan kegiatan belajar. Meningkatnya kemampuan siswa, mencerminkan bahwa kegiatan belajar berlangsung secara optimal.

Hasil belajar yang optimal akan menunjukkan adanya perubahan perilaku yang khas. Berikut ini adalah karakteristik perilaku hasil belajar yang paling penting, antara lain:

1) Perubahan Intensional yaitu perubahan yang terjadi akibat pengalaman atau praktik yang dilakukan dengan sengaja dan disadari atau bukan dengan kebetulan.

2) Perubahan positif dan aktif artinya perubahan bersifat positif yaitu baik, bermanfaat dan sesuai dengan harapan, dan bersifat aktif yaitu perubahan tersebut senantiasa merupakan penambahan dengan diperolehnya pemahaman dan keterampilan baru yang lebih baik daripada yang telah diketahui sebelumnya.

14

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. XVII, h. 22.

15

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. V, h. 102.


(30)

3) Perubahan efektif dan fungsional yaitu perubahan yang timbul karena proses belajar bersifat efektif artinya perubahan tersebut membawa pengaruh, makna, dan manfaat tertentu bagi siswa.16

b. Tipe-Tipe Hasil Belajar

Menurut Bloom dalam Sudijono, hasil belajar tipe kognitif yang diklasifikasikan dalam taksonomi Bloom dibagi menjadi enam jenjang kemampuan, yaitu pengetahuan/hafalan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis) dan evaluasi (evaluation).17 Tipe kognitif dalam taksonomi Bloom digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Tipe Kognitif (Taksonomi Bloom)

1) Hafalan (C1) meliputi kemampuan menyatakan kembali istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan prosedur yang telah dipelajarinya.

2) Pemahaman (C2) meliputi kemampuan seseorang untuk mengerti informasi yang diterima, misalnya dapat menafsirkan bagan, diagram atau grafik, menerjemahkan suatu pernyataan verbal ke dalam rumusan matematis atau sebaliknya, meramalkan berdasarkan kecenderungan tertentu, serta mengungkapkan sesuatu konsep atau prinsip dengan kata-kata sendiri.

16

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), Cet. V(Revisi), h. 116.

17

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), Cet. XII, h. 49.

Hafalan

Pemahaman

Penerapan

Analisis

Sintesis


(31)

3) Penerapan (C3) meliputi kemampuan menggunakan prinsip, rumus-rumus, teori, metode yang dipelajarinya pada situasi baru atau pada situasi konkrit.

4) Analisis (C4) meliputi kemampuan menguraikan suatu informasi yang dihadapi menjadi komponen-komponennya sehingga terstruktur informasi serta hubungan antar komponen informasi tersebut menjadi jelas.

5) Sintesis (C5) meliputi kemampuan untuk mengintegrasikan bagian-bagian yang terpisah-pisah menjadi suatu keseluruhan yang terpadu. 6) Evaluasi (C6) meliputi kemampuan untuk mempertimbangkan nilai

suatu pernyataan, uraian, pekerjaan berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan.

c. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Biologi

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi proses hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.18

1) Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi Faktor-faktor jasmaniah dan Faktor-faktor psikologis. a)Faktor jasmaniah

Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir. Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi keadaan otak, panca indera, anggota

18

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2003), Cet. IV, h. 54.


(32)

tubuh. Kedua, kondisi kesehatan. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara makan dan minum yang teratur, olahraga istirahat, tidur, rekreasi, ibadah.

b)Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Pertama: intelegensi yaitu kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Kedua: minat yaitu kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Ketiga: bakat yaitu kemampuan untuk belajar.

2) Faktor Eksternal

Selain karakteristik siswa (faktor internal), faktor-faktor eksternal juga dapat mempengaruhi proses belajar siswa. Faktor ini meliputi beberapa faktor, yakni:

a) Faktor lingkungan keluarga

Faktor lingkungan rumah atau keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian orangtua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya maka akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya.

b)Faktor lingkungan sekolah

Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa disekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa


(33)

dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.

c) Faktor lingkungan masyarakat

Seorang siswa hendaknya dapat memilih lingkungan masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa karena keberadaannya dalam masyarakat. Lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah, lembaga-lembaga pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja dan lain-lain.

3. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning berasal dari kata Cooperative Dalam kamus Inggris-Indonesia karangan John M. Echols dan Hassan Shadily, kooperatif (cooperative) artinya bekerjasama.19 Learning artinya pengetahuan20. Dengan demikian cooperative learning ialah mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.

Pembelajaran kooperatif merupakan bagian dari strategi pembelajaran yang dapat mencapai tujuan yang bervariasi.21 Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk instruksi kelompok kecil yang biasa dipraktekkan oleh guru dan siswa. 22 Hubungan antar kelompok tidak hanya dapat mempengaruhi toleransi dan penerimaan

19

John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris- Indonesia: An English-Indonesian Dictionary, (Jakarta: PT Gramedia, 2005), Cet. XXVI, h. 353.

20

Ibid., h. 352. 21

Richard I. Arends, Nancy E. Winitzky, dan Margaret D. Tannenbaum, Exploring Teaching An Introduction to Education, (New York: The McGraw-Hill Companies, 2001), Cet. II, h. 196.

22

Colin Marsh, Becoming a Teacher Knowledge, Skills and Issues, (Australia: Pearson, 2010), Edisi V, h. 141.


(34)

yang lebih luas terhadap siswa, tetapi juga dapat mendukung terciptanya hubungan yang lebih baik diantara siswa-siswa dengan latar belakang yang berbeda-beda.

Kesimpulannya bahwa, Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang menyaratkan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil dengan beragam kemampuan, saling membantu dalam mempelajari materi pelajaran. Hal ini memberi pelajaran kepada siswa untuk memikul tanggung jawab yang lebih besar bagi pembelajaran mereka sendiri. Tujuan pembelajaran kooperatif akhirnya adalah memungkinkan masing – masing siswa agar menjadi lebih sukses di sekolah.

Pembelajaran kooperatif adalah instruksi yang digunakan pada kelompok kecil dimana siswa bekerja sama untuk menyelesaikan tugas dengan baik sesuai dengan kondisi kelompok, masing-masing siswa bekerja sama untuk memperoleh hasil yang baik bagi dirinya sendiri dan kelompoknya.23

Untuk mencapai hasil yang maksimal empat prinsip dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Empat prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

1) Saling ketergantungan positif (possitive interdependence). 2) Tanggung jawab perseorangan (Individual Accountability). 3) Interaksi promotif (face to face promotion interaction). 4) Partisipasi dan Komunikasi (Participation Communication).24

Pada model pembelajaran kooperatif, keberhasilan tidak semata-mata diperoleh dari guru, tetapi juga keterampilan yang dilakukan oleh siswa. Lungdren menyusun keterampilan-keterampilan kooperatif tersebut secara terinci dalam tiga tingkatan keterampilan, yaitu:

23

Jack C. Richards and Theodore S. Rodgers, Approaches and Methods in Language Teaching, (New York: Camridge University Press, 2006), Cet. XI, Edisi II, h. 195.

24

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011), Cet. VIII, Edisi I, h. 246.


(35)

1) Keterampilan kooperatif tingkat awal, antara lain:

a) Berbagi tugas, yaitu menjalankan tugas sesuai dengan tanggung jawabnya.

b) Mengambil giliran, yaitu menggantikan teman dengan tugas tertentu dan mengambil tanggung jawab tertentu dalam kelompok.

c) Mendorong adanya partisipasi, yaitu memotivasi semua anggota kelompok untuk berkontribusi.

d) Mengundang orang lain untuk berbicara atau membuat kesepakatan, yaitu menyamakan pendapat (persepsi).

2) Keterampilan kooperatif tingkat menengah, antara lain: a) Mendengarkan dengan aktif.

b) Bertanya, yaitu meminta atau menyampaikan kembali informasi. c) Membuat ringkasan, yaitu menafsirkan kembali informasi

dengan kalimat yang berbeda. d) Menerima tanggungjawab.

3) Keterampilan kooperatif tingkat mahir

Keterampilan kooperatif pada tingkat mahir yaitu mengolaborasi, artinya memperluas konsep, menghubungkan pendapat-pendapat dengan topik tertentu, Memeriksa ketepatan atau membandingkan jawaban dan memastikan bahwa jawaban tersebut benar, dan menetapkan tujuan.25

b. Pengertian Model STAD

Tipe Student Team Achievement Division (STAD) adalah metode pembelajaran kooperatif untuk mengelompokkan siswa dengan kemampuan beragam yang melibatkan pengakuan tim dan tanggungjawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota.

25

Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet. I, h. 133.


(36)

Anggota kelompok terdiri dari campuran menurut prestasi, jenis kelamin, dan suku.26

STAD mempunyai lima komponen utama, yaitu: 27

1) Class Presentation (tahap mengajar). Presentasi kelas dalam STAD

berbeda dengan pengajaran biasa karena mereka harus benar-benar fokus pada satuan STAD. Dengan cara ini siswa menyadari bahwa selama presentasi kelas berlangsung mereka harus memperhatikan secara seksama, karena dengan begitu akan membantu mereka menjalani kuis dengan baik, dan nilai kuis itu menentukan nilai kelompok mereka.

2) Teams (belajar kelompok) yaitu peserta didik belajar dalam

kelompok mereka. Pada tahap ini guru memberikan LKS yang harus dikerjakan kemudian dikumpulkan. Selama belajar kelompok tugas anggota kelompok adalah untuk menuntaskan pemahaman mereka tentang materi yang telah disampaikan oleh guru dan membantu peserta yang lain dalam menuntaskan pemahamannya. 28 3) Quissez (kuis), kuis yang dimaksud adalah kuis individu. Selama

mengerjakan kuis siswa tidak boleh saling bekerja sama.

4) Individual improvement scores (penskoran nilai individu) yaitu berdasarkan hasil kuis masing-masing siswa.

5) Team recognition (Penghargaan kelompok) adalah menilai

kemajuan individu dan memberikan nilai kelompok serta memberikan penghargaan kepada kelompok unggulan. Setelah kelompok selesai mengerjakan tugasnya, maka mereka mendapat nilai yang sesuai dengan hasil pekerjaannya yang disebut nilai dasar. Nilai dasar untuk setiap kelompok berbeda tetapi nilai ini

26

Suyatno, Menjelajah Pembelajaran Inovatif, (Surabaya: Masmedia Buana Pustaka, 2009), Cet. I, h. 52.

27

Shlomo Sharan (ed.) Handbook Of Cooperative Learning Method, (Wetsport: CT Praeger, 1999), Cet. II, h. 6.

28

Crys Fajar Partana, Kajian Efektivitas Penerapan Metode Pembelajaran Kooperative Tipe Jigsaw dan STAD Pada Mata Pelajaran IPA Aspek Kimia Di SMP 2 Mlati Sleman, FMIPA UNY: Jurnal Cakrawala Pendidikan, 2, 2008, h. 157.


(37)

sama untuk setiap anggota kelompok. Nilai kelompok kemudian dibandingkan dengan nilai kuis. Bila nilai kuis mereka melebihi nilai dasar, peserta didik akan mendapatkan poin untuk kelompok mereka. Poin ini disebut poin kemajuan. Dengan ketentuan sebagai berikut: 29

Tabel 2.1

Ketentuan Penetapan Poin Kemajuan

Nilai Kuis Poin Kemajuan

Lebih dari 10 poin di bawah nilai dasar 0

10 poin di bawah sampai 1 poin di bawah

nilai dasar 10

Sama dengan nilai dasar sampai 10 poin di

atas nilai dasar. 20

Lebih dari 10 poin di atas nilai dasar 30

Pekerjaan yang sempurna tanpa

menghiraukan nilai dasar 30

Tujuan dari adanya nilai kuis dan nilai dasar adalah agar peserta didik memberikan nilai yang maksimal untuk kelompoknya. Nilai kelompok disusun dari poin kemajuan anggota kelompoknya. Setiap anggota kelompok mempunyai nilai kemajuan, nilai ini kemudian dijumlah dan dibagi jumlah anggota kelompok. Rata-rata dari poin kemajuan ini dinamakan rata-rata kelompok. Rata-rata ini yang digunakan untuk menentukan prestasi kelompok dengan ketentuan sebagai berikut: 30

Tabel 2.2

Kriteria Penghargaan Berdasarkan Rata-Rata Kelompok Kriteria

(Rata-rata Kelompok) Penghargaan

10 Good team

20 Great Team

25 Super team

29

Ibid., h. 157. 30


(38)

Ciri-ciri pembelajaran STAD, yaitu kelas terbagi ke dalam kelompok-kelompok kecil, tiap kelompok terdiri dari 4-5 anggota yang heterogen.

Langkah-langkah dalam pelaksanaan model STAD, Yaitu:

1) Membuat kelompok heterogen beranggotakan 4-5 siswa (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, atau pun suku).

2) Guru menyajikan materi.

3) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan bersama anggota kelompoknya. Anggota yang tahu menjelaskan pada anggota yang lain sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.

4) Guru memberi kuis/pertanyaan secara individu. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.

5) Memberi evaluasi. 6) Kesimpulan.31

Keberhasilan dalam pembelajaran STAD dipengaruhi oleh beberapa faktor. Metode ini melibatkan kompetisi antar kelompok. Siswa dikelompokkan secara beragam berdasarkan kemampuan, latar belakang, jenis kelamin, dan lain-lain. Hubungan antar kelompok merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan penggunaan pembelajaran STAD. Hubungan antar kelompok tidak hanya dapat mempengaruhi toleransi dan penerimaan yang lebih luas terhadap siswa, tetapi juga dapat mendukung terciptanya hubungan yang lebih baik diantara siswa dengan tingkat kecerdasan, jenis kelamin, dan latar belakang yang beranekaragam.

Perolehan nilai kuis setiap anggota menentukan skor yang diperoleh oleh kelompok. Jadi, setiap anggota harus berusaha memperoleh nilai maksimal supaya kelompok memperoleh prestasi.

Pemberian penghargaan bagi kelompok maupun individu berprestasi juga dapat meningkatkan motivasi siswa, adanya interaksi

31


(39)

atau penampilan yang diberikan oleh masing-masing individu untuk kelompoknya.

4. Strategi Guided Note Taking (GNT) a. Pengertian Strategi

Strategi pembelajaran merupakan kegiatan yang dipilih yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Strategi dapat diartikan sebagai pola-pola umum tentang kegiatan guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan atau ditetapkan.32

Sedangkan strategi dalam dunia pendidikan, diartikan sebagai a plant method, or series of actifities designed to acheaves a particular educational goal.33 Yaitu sebuah penciptaan metode atau seri aktifitas yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Sanjaya menyatakan bahwa “strategi merupakan pola umum rentetan kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu”.34 Hal ini merupakan tindakan guru dalam melaksanakan rencana pembelajaran. Artinya, berkaitan dengan usaha guru dalam menggunakan beberapa variabel pembelajaran seperti: tujuan, bahan, metode, dan alat serta evaluasi.

Kesimpulannya, strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang

32

Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2002), Cet. II, h. 5.

33

Sanjaya, op. cit., h. 126. 34

Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005), Cet. III, Edisi I, h. 99.


(40)

digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: ceramah, demonstrasi, dan diskusi.

Metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, Teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalnya, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Seperti telah diketahui bahwa pembelajaran dengan ceramah merupakan bagian dari pembelajaran konvensional. Pada metode ini, pengajaran disampaikan secara lisan oleh guru kepada siswa. Pada prosesnya cenderung hanya terjadi komunikasi satu arah yaitu guru ke siswa. Guru sebagai transmitter dan siswa sebagai receiver.

Ceramah sebagai metode pembelajaran mempunyai keunggulan dan kelemahan, agar keefektifan pembelajaran dengan metode ceramah lebih meningkat, selain memanfaatkan keunggulannya, juga diupayakan agar kelemahan-kelemahannya diatasi. Salah satunya adalah dengan menggunakan teknik Guide Note Taking.

b. Pengertian Teknik GNT

Teknik GNT yaitu guru menyiapkan bagan atau skema atau yang lain yang dapat membantu peserta didik dalam membuat catatan-catatan ketika guru menerangkan.35 GNT atau catatan terbimbing dikembangkan agar metode ceramah guru mendapat perhatian siswa.

35

Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008), Cet. I, h. 32.


(41)

Ada banyak bentuk atau pola yang dapat dikerjakan untuk strategi ini, salah satunya dan yang paling sederhana adalah mengisi titik-titik.

Pembelajaran kooperatif dengan teknik ini dilakukan dengan ceramah atau presentasi dari guru. Akan tetapi, siswa diajak untuk berperan aktif dengan cara poin-poin penting dalam pembelajaran dibuat kosong atau guru tidak memberikan definisinya secara lengkap sehingga peran siswa hanya membaca dan kemudian menghafal.

Pada teknik ini pembelajaran diawali dengan memberikan bahan ajar misalnya berupa handout dari materi ajar yang disampaikan dengan metode ceramah kepada peserta didik. Mengosongi sebagian poin-poin yang penting sehingga terdapat bagian yang kosong dalam handout tersebut. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah mengosongkan istilah atau definisi dan menghilangkan beberapa kata kunci.36

Guru menjelaskan kepada peserta didik bahwa bagian yang kosong dalam handout memang sengaja dibuat agar siswa tetap berkonsentrasi mengikuti pembelajaran. Selama ceramah berlangsung peserta didik diminta mengisi bagian-bagian yang kosong tersebut. Setelah penyampaian materi dengan ceramah selesai, guru meminta peserta didik untuk membacakan kembali handoutnya yang sudah dilengkapi.

c. Prosedur GNT

Adapun prosedur atau langkah-langkah dalam penerapan GNT adalah sebagai berikut:37

a. Persiapkan sebuah handout yang mengikhtisarkan poin-poin penting dari sebuah pelajaran yang disampaikan dengan ceramah yang diberikan oleh guru.

b. Sebagai ganti memberikan teks yang lengkap, tinggalkan bagian-bagian teks itu kosong.

36

Suprijono, op. cit.., h. 105. 37

Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2013), Cet. VIII, Edisi Revisi, h. 123.


(42)

c. Beberapa cara melakukan hal ini meliputi:

 menyediakan sejumlah istilah dan definisi; biarkan istilah itu atau definisinya kosong.

Contoh:

...; sebuah gambar bersisi lima.

 Tinggalkan satu atau lebih dari sejumlah poin itu kosong. Contoh:

1) Ciri-ciri makhluk hidup a) Bernafas

b) Memerlukan Nutrisi c) ... d) ... e) Tumbuh dan berkembang f) ...

2) Semua makhluk hidup peka terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya (...). Makhluk hidup dilengkapi dengan ... yang peka terhadap rangsang. Seperti panas, dingin, tekanan dan sentuhan.

d. Bagikan handout kepada peserta didik. Jelaskan bahwa blangko-blangko itu untuk membantu mereka mendengarkan secara aktif pelajaran yang disampaikan dengan ceramah.

Supaya model handout tidak monoton maka dibuatlah variasi sebagai upaya untuk membuat siswa menjadi lebih aktif, informasi tidak mengandalkan kepada guru, dan mengajak siswa untuk serta merta mencari dari sumber lain, dengan memberikan sebuah kertas kerja yang menyediakan sub-sub topik utama dari materi. Tinggalkan sejumlah besar ruang untuk catatan. Contohnya sebagai berikut:

Gerak pada makhluk hidup dibedakan menjadi dua yaitu: 1). Gerak aktif :


(43)

Tabel 2.3

Perbedaan Model Pembelajaran STAD dengan Teknik GNT dan Model Pembelajaran STAD tanpa GNT

Kegiatan Tahap STAD + GNT STAD - GNT

Awal Pembukaan Guru mengkondisikan

kelas

Guru mengkondisikan kelas

Absensi Guru mengabsen

siswa

Guru mengabsen siswa

Motivasi

Guru memberikan

motivasi

Guru memberikan

motivasi Guru menyampaikan

tujuan pembelajaran.

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru menjelaskan

prosedur pembelajaran STAD dengan strategi GNT.

Guru menjelaskan

prosedur pembelajaran STAD.

Apersepsi Guru memberikan

apersepsi

Guru memberikan

apersepsi Inti

Pembagian Kelompok

Guru membagi

kelompok yang

berjumlah 4-5 siswa.

Guru membagi

kelompok yang

berjumlah 4-5 siswa.

Guru membagikan

handout GNT -

Presentasi Kelas

Guru menjelaskan

materi dengan

ceramah dan siswa memperhatikan dan melengkapi catatan dalam handout GNT.

Guru menjelaskan

materi dengan ceramah dan siswa menyimak penjelasan guru.

Guru meminta siswa berdiskusi dengan teman sebangku untuk melengkapi handout GNT.

-Guru meminta siswa membacakan kembali handout yang sudah

dilengkapi dari

penjelasan guru.

-

Belajar kelompok

Guru meminta siswa

bergabung dengan

kelompoknya.

Guru meminta siswa

bergabung dengan

kelompoknya.

Guru membagikan

LKS.

Siswa berdiskusi


(44)

“Guru memberikan instruksi kepada setiap anggota kelompok untuk kerja sama, berdiskusi ketika mengerjakan lembar kerja. Anggota yang

lebih mengerti

menjelaskan kepada

anggota lainnya

sampai semua anggota

dalam kelompok

mengerti. Guru

memperhatikan dan membimbing aktivitas siswa setiap kelompok

STAD.”

untuk mengerjakan LKS.

“Guru memberikan

instruksi kepada setiap

anggota kelompok

untuk kerja sama, berdiskusi ketika mengerjakan lembar kerja. Anggota yang

lebih mengerti

menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok mengerti. Guru memperhatikan

dan membimbing

aktivitas siswa setiap

kelompok STAD.”

Guru meminta siswa mengumpulkan LKS hasil kerja kelompok.

Guru meminta siswa

mengumpulkan LKS

hasil kerja kelompok.

Kuis

Guru mengadakan tes individu atau kuis.

Guru mengadakan tes individu atau kuis. Guru meminta siswa

untuk mengerjakan kuis dengan tenang dan bertanggungjawab

Guru meminta siswa untuk mengerjakan kuis dengan tenang dan bertanggungjawab .

Guru mengamati

aktivitas kuis yang dilakukan siswa dan menegur siswa jika terjadi kecurangan dalam penyelesaian kuis.

Guru mengamati

aktivitas kuis yang dilakukan siswa dan menegur siswa jika terjadi kecurangan dalam penyelesaian kuis.

Guru meminta siswa untuk mengumpulkan jawaban kuis

Guru meminta siswa untuk mengumpulkan jawaban kuis

Guru mengacak

lembar jawaban kuis dan diberikan kepada siswa lain untuk bertukar koreksi.

Guru mengacak lembar jawaban kuis dan diberikan kepada siswa lain untuk bertukar koreksi.

Pemberian Skor Individu

Guru mengumumkan

perolehan nilai

individu

Guru mengumumkan

perolehan nilai

individu


(45)

hargaan Kelompok

perolehan skor

kelompok

perolehan skor

kelompok Guru mengumumkan

prestasi kelompok.

Guru mengumumkan

prestasi kelompok.

Penutup Guru memberikan

kesimpulan.

Guru memberikan

kesimpulan.

Guru memberikan

penghargaan kepada kelompok berprestasi

Guru memberikan

penghargaan kepada kelompok berprestasi

5. Konsep Organisasi Kehidupan

a. Ruang Lingkup Materi Ajar Biologi

Biologi adalah studi tentang makhluk hidup dan berbagai teori yang mengungkapkan dan menjelaskan tentang dunia kehidupan. Sedangkan menurut ahli lain biologi adalah kata biologi berasal dari bahasa yunani yaitu bios yang berarti hidup dan logos yang berarti memikirkan atau ilmu. Dengan demikian, biologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk tentang makhluk hidup. Sebagai ilmu, biologi memiliki peranan untuk mendeskripsikan objek dan persoalannya dari berbagai tingkat kehidupan yang ada di lingkungan sekitar.38

Bahan ajar atau bisa juga dikatakan materi ajar merupakan sekumpulan pengetahuan, keterampilan, sikap serta nilai yang tersusun dalam satu kesatuan utuh. Suatu pengetahuan dalam materi ajar dapat dikelompokkan menjadi pengetahuan fakta, pengetahuan konsep, pengetahuan prosedural dan pengetahuan metakogntif.39

Ruang lingkup yang dipelajari siswa pada materi ajar biologi, diantaranya:40

1) Hakikat biologi, keanekaragaman hayati dan pengelompokkan makhluk hidup, hubungan antar komponen ekosistem, perubahan materi dan energi, peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem.

38

Yulianto Edi Martono, Upaya Peningkatan Hasil Belajar Biologi Pada Respirasi Melalui Alat Peraga Dua Dimensi Siswa Kelas XI-IPA 6 Semester Genap SMA N 4 Surakarta, Forum Komunikasi Pengembangan Profesi Pendidik Kota Surakarta, h. 55.

39

Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini, op. cit., h. 37. 40

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, (Jakarta: Depdiknas, 2006), h. 452.


(46)

2) Organisasi seluler, struktur jaringan, struktur dan fungsi organ tumbuhan dan hewan serta penerapannya dalam konteks sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

3) Proses yang terjadi pada tumbuhan, proses metabolisme, hereditas, evolusi, bioteknologi dan implikasinya pada sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

Dalam pembelajaran biologi, banyak sekali konsep yang perlu dipelajari oleh siswa. Oleh karena itu, untuk memudahkan siswa dalam mempelajari berbagai konsep tersebut, dan mempermudah guru dalam penyampaian materi ajar, maka diperlukan sebuah perencanaan yang baik sebelum dilakukan kegiatan belajar mengajar di kelas. Melalui perencanaan yang matang, hasilnya siswa dapat mempelajari materi ajar biologi dengan mudah. Dalam belajar biologi, peserta didik haruslah berperan aktif. Peran aktif ini dapat terlaksana apabila menggunakan cara belajar yang sesuai, sehingga diharapkan dapat menyebabkan perkembangan potensi intelektual, rasa puas serta motivasinya.

b. SK dan KD Materi Organisasi Kehidupan

Bidang biologi sebagai cakupan dalam lingkup IPA, memberikan ruang bagi siswa agar mampu memahami apa yang dikaji mengenai diri sendiri dan alam sekitar. Dalam kaitannya dengan bidang IPA-biologi, standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA-Biologi merupakan sebuah standar minimum yang berlaku secara nasional untuk dijadikan acuan bagi siswa dalam menguasai aspek yang dikaji dalam bidang biologi.41

Berkaitan dengan konsep organisasi kehidupan yang dipelajari untuk tingkat SMP/MTs, memiliki standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) sebagai berikut:42

41

Isriani Hardini, Dewi Puspitasari, Strategi Pembelajaran Terpadu: Teori, Konsep dan Implementasi, (Yogyakarta: Familia, 2012), Cet. I, h. 151.

42


(47)

(48)

Dyah Erlina Sulistyoningrum, Slamet Santosa, dan Joko Ariyanto, (2012) berdasarkan hasil penelitiannya tentang pengaruh Strategi pembelajaran Guided Note Taking (GNT) dengan mengoptimalkan penggunaan alat peraga dapat disimpulkan sebagai berikut: Strategi pembelajaran Guided Note Taking (GNT) dengan mengoptimalkan penggunaan alat peraga berpengaruh nyata terhadap hasil belajar biologi siswa ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.43

Yudha Anggara (2012), dalam penelitiannya yang berjudul peningkatan kedisiplinan belajar matematika melalui strategi Guided Note Taking pada siswa kelas VII SMP N 2 Banyudono menunjukkan bahwa penerapan strategi pembelajaran Guided Note Taking dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan kedisiplinan belajar matematika siswa.44

Dyah Erlina Sulistianingrum (2012) dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh penerapan strategi Guided Note Taking (GNT) dengan mengoptimalkan penggunaan torso terhadap hasil belajar biologi siswa SMA Negeri Kebakkramat Tahun Pelajaran 2011/2012 menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa meningkat dengan penerapan strategi pembelajaran Guided Note

Taking dengan media pembelajaran berupa Torso.45

Tamas Makany, Jonathan Kemp, and Itiel E. Dror (2008) dari analisisnya menyimpulkan bahwa catatan terbimbing non-linier yaitu diberi batasan waktu secara signifikan lebih baik daripada kelompok linier (yang tidak dibatasi waktu) dari segi kuantitas maupun kualitas materi yang dipelajari.46

43

Dyah Erlina Sulistianingrum, Slamet Santosa, dan Joko Ariyanto, Pengaruh Strategi Pembelajaran Guided Note Taking (GNT) dengan Mengoptimalkan Penggunaan Alat Peraga, Jurnal Pendidikan Biologi, 1, 2012, h. 75.

44

Yudha Anggara, Peningkatan Kedisiplinan Belajar Matematika Melalui Strategi Guided Note Taking Pada Siswa Kelas VII SMP N 2 Banyudono, Naskah Publikasi Skripsi Pada Sarjana UMS, 2012, h. 2.

45

Dyah Erlina Sulistianingrum, Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Guided Note Taking (GNT) dengan Mengoptimalkan Penggunaan Torso terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa SMA Negeri Kebakkramat Tahun Pelajaran 2011/2012, Skripsi pada Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2012, h. 70.

46

Tamas Makani, Jonathan Kemp, Itiel E. Dror, Optimishing the Use of Note-Taking as an External Cognitive Aid for Increasing Learning, British Jurnal of Education Technology, 2008, h. 1.


(49)

Irma Pujiati (2008) berdasarkan hasil penelitiannya tentang peningkatan motivasi dan ketuntasan belajar matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD menyatakan bahwa model STAD dapat meningkatkan motivasi dan ketuntasan belajar matematika siswa.47

Eviana Ayu Nugroho (2011) berdasarkan hasil penelitiannya tentang perbandingan hasil belajar kimia siswa antara yang diberi model NHT dengan STAD kelas XI pada pokok bahasan laju reaksi menerangkan bahwa hasil pembelajaran siswa yang diajar menggunakan metode NHT lebih tinggi daripada dengan metode STAD hal ini dikarenakan pada pembelajaran STAD siswa cenderung mengandalkan siswa yang pintar dan tidak memperhatikan ketika guru menerangkan.48

Anugrah Ayumaharani Widianingsih (2012) dalam penelitian yang berjudul Perbandingan hasil belajar kelas tipe STAD dilengkapi dengan modul dan LKS pada konsep sistem gerak pada manusia, diperoleh hasil penelitian bahwa pembelajaran STAD dilengkapi modul mendapatkan hasil lebih tinggi daripada yang dilengkapi LKS.49

Jahidin (2010) dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh strategi pembelajaran terhadap penguasaan konsep biologi menyimpulkan bahwa strategi kooperatif tipe STAD lebih efektif meningkatkan penguasaan konsep biologi dibandingkan strategi konvensional.50

Penelitian tersebut memberikan hasil yang sama bahwa strategi GNT maupun STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa dari berbagai bidang ilmu atau mata pelajaran serta dalam berbagai jenjang pendidikan.

47

Pujiati, op. cit., h. 87. 48

Eviyana Ayu Nugroho, Perbedaan Hasil Belajar Kimia Siswa Antara yang diberi Model NHT dengan STAD Kelas XI Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi, Skripsi pada Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2011, h. 61, tidak dipublikasikan.

49

Anugrah Ayumaharani Widianingsih, Perbandingan Hasil Belajar Kelas Tipe STAD Dilengkapi dengan Modul dan LKS Pada Konsep Sistem Gerak pada Manusia, Skripsi pada Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2012, h. 69, tidak dipublikasikan.

50

Jahidin, Pengaruh Strategi Pembelajaran Terhadap Penguasaan Konsep Biologi, Jurnal Evaluasi Pendidikan, 1, 2010, h. 41.


(50)

C. Kerangka Berpikir

Belajar adalah suatu proses yang berisikan segala aktivitas manusia baik fisik maupun mental yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang berlaku secara konstan. Hasil belajar biologi adalah tingkat penguasaan siswa yang dicapai oleh pelajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur biologi yang terdapat di dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur biologi tersebut sesuai tujuan pendidikan yang ditetapkan.

Proses pembelajaran biologi tidak hanya sekedar membaca dan mendengarkan, tetapi siswa juga dituntut untuk belajar sambil bekerja yaitu mencatat, bertukar pikiran atau diskusi supaya siswa lebih memahami isi pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satu diantaranya adalah dengan teknik GNT pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Dengan teknik GNT pemahaman siswa akan terasah karena selain mendengarkan guru menerangkan siswa juga belajar mencari jawaban sendiri dengan membaca sumber lain ataupun bertanya kepada sesama teman sebaya dalam setiap prosesnya. Dengan demikian, apabila teknik ini diterapkan dengan baik maka siswa dapat membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri sehingga diharapkan siswa dapat memiliki daya ingat dan pemahaman yang lebih baik lagi yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa tersebut.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka diduga penggunaan teknik GNT pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat mempengaruhi hasil belajar biologi siswa.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Hasil belajar biologi siswa yang diajar dengan menggunakan teknik GNT pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada konsep organisasi kehidupan lebih tinggi dari siswa yang hanya diajar menggunakan model pembelajaran tipe STAD.


(51)

36

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat yang digunakan untuk penelitian ini adalah SMP Bakti Idhata yang beralamat di Jl. Melati No. 25 Cilandak Barat, Jakarta Selatan. Penelitian dilaksanakan pada semester Genap, yaitu pada bulan Maret-April Tahun Ajaran 2012-2013.

B. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian dilaksanakan menggunakan metode quasi eksperimen atau eksperimen semu, yakni metode penelitian yang dilakukan dengan pengontrolan sesuai dengan kondisi yang ada (situasional).

Desain penelitian yang digunakan adalah two group pretest-posttest design, yakni desain yang dilakukan terhadap dua kelas subjek. Desain ini menggunakan dua kelas, dimana kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan strategi GNT dan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelas Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen T1 X1 T2

Kontrol T1 X2 T2

Keterangan: T1 : Pretest T2 : Posttest

X1 : Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan teknik GNT X2 : Model pembelajaran kooperatif tipe STAD


(52)

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang berfungsi sebagai sumber data.1 Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Bakti Idhata. Populasi terjangkau adalah seluruh siswa kelas VII di SMP Bakti Idhata.

Sampel adalah sebagian dari populasi2 Sampel diambil dari populasi terjangkau dengan teknik Cluster Random Sampling, yaitu pengambilan 2 unit kelas dari jumlah kelas yang ada. Dari 2 kelas tersebut diundi, kelas mana yang akan dijadikan kelas eksperimen dan kontrol. Setelah dilakukan sampling terhadap kelas yang ada, diperoleh sampel secara random adalah kelas VII-C sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-A sebagai kelas kontrol.

D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas (variabel X) yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan strategi GNT .

2. Variabel terikat (variabel Y) yaitu hasil belajar.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian berupa tes dan non tes. Untuk tes berupa tes objektif pilihan ganda (pretest dan posttest pembelajaran), sedangkan non tes menggunakan lembar observasi kegiatan guru dan siswa.

Adapun urutan rancangan pengumpulan data selama dilakukannya penelitian, adalah sebagai berikut:

1. Melakukan observasi untuk menentukan kelas yang akan dijadikan kelompok subjek penelitian.

2. Memberikan pretest pada kedua kelompok/kelas, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

1

Hadeli, Metode Penelitian Kependidikan, (Ciputat: Quantum Teaching, 2006), Cet. I, h. 67. 2


(53)

3. Memberikan perlakuan kepada kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan strategi GNT dan kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada konsep organisasi kehidupan.

4. Selama pembelajaran berlangsung, observer menilai kegiatan guru dan siswa dengan menggunakan lembar observasi kegiatan guru dan siswa. 5. Memberikan posttest pada kedua kelompok, yang selanjutnya data yang

telah diperoleh dianalisis untuk dijadikan laporan.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data, antara lain:

1. Tes hasil belajar

Tes ini merupakan tes objektif yang berbentuk pilihan ganda, dengan 4 alternatif pilihan pada setiap butir, yaitu a, b, c dan d. Materi tes yang diberikan adalah tentang konsep organisasi kehidupan . Tes tersebut disusun berdasarkan ranah kognitif taksonomi Bloom, pada jenjang C1 (mengingat), C2 (memahami), C3 (menerapkan) dan C4 (menganalisis).

Tes ini berjumlah 20 butir soal, yang dilakukan dua kali terhadap siswa. Tes pertama diberikan kepada siswa sebelum dilakukan pembelajaran (pretest) dan tes kedua diberikan kepada siswa setelah dilakukan pembelajaran (posttest).

Kisi-kisi instrumen dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Kompetensi

Dasar Indikator

No Butir Soal Jumlah

Butir Soal

C1 C2 C3 C4

6.3 Mendeskripsi kan

keragaman pada sistem

Menjelaskan sel dan

sejarah tentang sel. 1*,2,3 4* 4

Menjelaskan organel - organel yang terdapat dalam sel,

5, 6, 7*, 8, 9, 10*, 11, 12*, 13,

15*,


(54)

organisasi kehidupan mulai dari tingkat sel sampai organisme.

seperti : membran sel, sitoplasma, vakuola, retikulum endoplasma, badan golgi, mitokondria, ribosom, kloroplas,

sentriol, dan

nukleus.

14*

Menentukan organel pada sel hewan dan sel tumbuhan.

17 18, 19 20* 4

Menyimpulkan perbedaan sel hewan dan sel tumbuhan.

21* 22* 2

Menjelaskan

jaringan, organ dan sistem organ. 25*, 26*, 27, 28 23*, 24*, 29* 7 Membedakan

jaringan, organ dan sistem organ.

30*,31 2

Mengklasifikasikan jaringan penyusun

organ pada

tumbuhan dan

hewan.

32* 33 34* 3

Mendeskripsikan

organ penyusun

sistem organ pada

hewan dan

tumbuhan.

35 36 37*,

38 4

Mengurutkan urutan

organisasi kehidupan 39*, 40 2

Jumlah 20 12 4 4 40

Keterangan: * valid

2. Lembar Observasi Guru dan Siswa

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.3 Suatu

3

Margono, Metode Penelitian Pendidikan: Komponen MKDK, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), Cet. IV, h. 158.


(1)

(2)

(3)

(4)

248

FOTO KEGIATAN PENELITIAN

Kegiatan Belajar Kelas Eksperimen

Kegiatan Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kegiatan Belajar Kelas Kontrol Lampiran 41


(5)

249

Kegiatan Diskusi Kelompok Kelas Eksperimen

Kegiatan Kuis Individu Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kegiatan Diskusi Kelompok Kelas Kontrol


(6)

250

Kegiatan Postest Kelas Eksperimen


Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe stad terhadap penguasaan konsep siswa pada materi bunyi

1 56 180

Perbandingan antara model pembelajaran cooperative learning tipe stad dengan pembelajaran konvensional dalam rangka meningkatkan hasil belajar PAI (eksperimen kelas XI SMA Negeri 3 Tangerang)

2 14 159

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA PADA KONSEP IKATAN KIMIA (Kuasi Eksperimen di SMA Dharma Karya UT Tangerang Selatan)

0 13 259

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (Student Team Achievement Divisions) STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD

1 6 165

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Peningkatan hasil belajar PKN siswa kelas IV MI Attaqwa Bekasi Utara melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)

0 5 152

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN MEDIA PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN HIDROKARBON.

1 3 16

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MATERI ORGANISASI KEHIDUPAN MELALUI PEMBELAJARAN PENEMUAN TERPIMPIN Peningkatan Hasil Belajar Biologi Materi Organisasi Kehidupan Melalui Pembelajaran Penemuan Terpimpin (Guided Discovery) Pada Siswa Kelas Vii A Smp

0 1 15

PENGARUH PENDEKATAN SAVI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 14 SURAKARTA.

0 0 14

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Mata Pelajaran TIK

0 0 2