HUBUNGAN HASIL PELATIHAN, BANTUAN MODAL, DAN PENDAMPINGAN PROGRAM MICROFINANCE SYARIAH BERBASIS MASYARAKAT DENGAN KEMANDIRIAN EKONOMI MUSTAHIK : Studi Tentang Lembaga Amil Zakat Nasional Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid Bandung Jawa Barat.

(1)

i

DISETUJUI DAN DISYAHKAN OLEH PEMBIMBING

PEMBIMBING I

Prof. Dr. H. Sutaryat Trisnamansyah, MA

PEMBIMBING II


(2)

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, selesailah penyusunan tesis yang berjudul "Hubungan Hasil Pelatihan, Bantuan Modal, Dan Pendampingan dengan Kemandirian Ekonomi Mustahik (Studi Lembaga Amil Zakat Nasional Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid Bandung). Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat penyelesaian studi pada Program Magister Pendidikan Luar Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Untuk keberhasilan optimal sebuah program pemberdayaan, aspek yang tidak dapat diabaikan adalah komponen sumber daya manusia terutama skill dan sikap mental dari peserta program sebagai salah satu penentu dalam mewujudkan keberhasilan penyelenggaraan program pemberdayaan. Oleh karena itu, penyaringan atau proses rekrutmen, pelatihan dan pendampingan secara intens sangat perlu dilakukan secara terus menerus agar tercapai hasil yang sesuai dengan yang diharapkan. Peserta program dituntut untuk mempunyai kinerja yang berkualitas dan berkemampuan yang tinggi. Peserta atau anggota program Misykat yang berkinerja tinggi, dalam hal ini, salah satunya dapat diperoleh melalui pelatihan dan pendampingan yang berkelanjutan. Selain itu, pemberian modal kerja yang tepat sasaran merupakan faktor-faktor yang dapat meningkatkan kemandirian anggota dalam hal ini mustahik.

Secara keseluruhan, tesis ini terdiri dari lima bab. Bab I berisi penjelasan mengenai latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan


(3)

iii

masalah, rumusan masalah, paradigma penelitian, hipotesa, tujuan penelitian, definisi operasional, dan manfaat penelitian. Bab II menyajikan landasan teori yang berkaitan dengan program Misykat, hubungan dan pengaruh hasil pelatihan terhadap peningkatan pendapatan, hubungan dan pengaruh bantuan modal dan pendampingan terhadap kemandirian anggota Misykat dalam hal ini Mustahik penerima Zakat. Metodologi penelitian dipaparkan pada Bab III, yang berisi pendekatan dan metode penelitian, populasi dan sampel, uji coba instrumen, dan teknik pengolahan dan analisis data. Bab IV berisi tentang deskripsi hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian, temuan penelitian dan implikasi hasil penelitian. Kesimpulan hasil penelitian dan rekomendasi penelitian pada berbagai pihak diuraikan pada bab terakhir, yaitu pada bab V.

Demikianlah tesis ini dibuat, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran merupakan sumbangan yang sangat berharga untuk perbaikan dan kesempurnaan.

Bandung, Agustus 2010


(4)

iv

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul "Hubungan Hasil Pelatihan, Bantuan Modal, dan Pendampingan Program Misykat (Microfinance Syariah Berbasis Masyarakat) dengan Peningkatan Pendapatan Mustahik sebagai Anggota Misykat (Studi Kasus Lembaga Amil Zakat Nasional Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid Bandung)" ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Agustus 2010 Yang Membuat Pernyataan


(5)

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT atas petunjuk, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan salah satu tugas akhir program Magister, Jurusan PLS Konsentrasi Pelatihan pada Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penulis sepenuhnya menyadari sepenuhnya bahwa hasil ini berkat petunjuk, arahan, bimbingan, dan bantuan yang diperoleh penulis dari para Guru Besar, para Pendidik, pihak terkait, teman-teman, dan keluarga yang secara ikhlas memotivasi dan begitu tekun dan terus-menerus mendorong penulis untuk menyelesaikan tugas ini.

Pada kesempatan ini, penulis dengan hati yang tulus dan ikhlas menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya, khususnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H. Sutaryat Trisnamansyah, MA selaku Pembimbing I. Walaupun dalam kesibukanya, Beliau sempat menyisihkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, dan petunjuk yang sangat bermanfaat pada awal, proses, dan sampai akhir penulisan tesis ini dengan segala kesabaran dalam memberi bimbingan dan memacu penulis sehingga tugas akhir selesai pada saat yang telah direncanakan.

2. Bapak Prof. Dr. Hj. Melly Sri Sulastri Rifa'i., M.Pd selaku Pembimbing II. Walaupun dalam kesibukannya tetap menyediakan waktu dan pemikiran untuk memberikan bimbingan dengan ikhlas dan sabar kepada penulis.


(6)

vi

Beliau senantiasa memberikan dorongan dan motivasi yang sangat berharga bagi penulis untuk penulisan tesis ini.

3. Bapak Dr. Ugi Suprayogi, M.Pd selaku ketua Program Studi Pendidikan Luar Sekolah, Program Pasca Sarjana yang dengan penuh perhatian mendorong dan terus mendukung penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

4. Bapak Rektor dan Seluruh Staff Pimpinan UPI.

5. Bapak-bapak & Ibu dosen pengajar pada jurusan Pendidikan Luar Sekolah : Prof. Dr. H. Sutaryat Trisnamansyah, MA., Prof. Dr. H. D. Sudjana, M.Ed., Prof. Dr. H. Engking Soewarman Hasan, M.Pd., Prof. Dr. H. Enceng Mulyana, M.Pd., Prof. Dr. H. Achmad Hufad, M.Pd., Prof. Dr. Mustofa Kamil M.Pd., Prof. Dr. Hj. Melly Sri Sulastri Rifa'i., M.Pd., Prof. Dr. Hj. Ihat Hatimah, M.Pd., Dr. Ugi Suprayogi, M.Pd., Dr. Ayi Olim, M.Pd., Dr. Sardin M.Pd. yang telah banyak memberikan bekal berharga pada penulis. Semoga semua amal dan ibadahnya diterima oleh ALLAH SWT.

6. KH. Abdullah Gymnastiar selaku guru, orang tua, dan pimpinan Pesantren Daarut Tauhiid Bandung tempat dimana penulis mengabdikan diri, yang telah memberikan kesempatan dan dukungan berharga untuk mengikuti Pendidikan S2 ini.

7. H. Dudung Abdul Ghani, S.E, M.Pd selaku Ketua Yayasan Daarut Tauhiid beserta jajaran pimpinan dan rekan-rekan kerja yang telah memberikan dukungan dan doa sehingga berhasil menyelesaikan S2 di UPI.

8. H. Asep Hikmat selaku Direktur Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid Bandung, yang telah memberikan masukan banyak pada penulis,


(7)

vii

penyelenggara Program Misykat serta para pendamping dan anggota Majelis Misykat yang telah membantu penulis, dengan meluangkan waktu untuk mengisi angket.

9. Istriku Medy Herdiana, A.Md. dan Anak-anak tercinta, Nida Lathifah Meisyabrina, Nadiah Khairunnisa, dan Nailah Nur Rasyidah yang selalu jadi inspirasi dan semangat bagi penulis untuk segera menyelesaikan tesis ini. 10.Ayahanda H. Zainuddin Amid, Ibunda Hj. Iyun Syaharun serta kakak-kakak

dan adik-adik tercinta yang selalu mengingatkan dan memberikan dorongan serta doanya sehingga penulis mampu menyelesaikan tesis ini.

11.Penulis juga menyampaikan terima kasih yang mendalam kepada teman-teman seperjuangan, seluruh teman-teman-teman-teman PLS UPI angkatan 2008, yang selalu bersama-sama berjuang dan saling mendukung dalam menyelesaikan pendidikan dan penelitian ini.

12.Semua pihak yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam menyelesaikan penulisan ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda, atas amal ibadahnya. Amiiin.

Bandung, Agustus 2010


(8)

viii

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara hasil pelatihan, bantuan modal, dan pendampingan dengan peningkatan pendapatan dalam kemandirian ekonomi anggota (Mustahik) program Misykat Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid di Kecamatan Sukasari Kota Bandung. Permasalahan yang diangkat mengacu pada rumusan masalah penelitian, yaitu: 1) Bagaimana hubungan hasil pelatihan dengan peningkatan pendapatan mustahik?, 2) Bagaimana hubungan bantuan modal dengan peningkatan pendapatan mustahik?, 3) Bagaimana hubungan pendampingan dengan peningkatan pendapatan mustahik?, dan 4) Bagaimana hubungan hasil pelatihan, bantuan modal, pendampingan secara bersama-sama dengan peningkatan pendapatan mustahik?

Teori yang digunakan sebagai dasar dalam penelitian ini adalah teori kemandirian yang dikemukakan oleh Covey (1989), yang menjelaskan bahwa kemadirian warga belajar dalam berwirausaha, mandiri secara fisik, madiri secara mental, mandiri secara emosional, dan mandiri secara finansial. Kemandirian yang ditekankan dalam penelitian ini adalah kemandirian finansial atau ekonomi dimana tolak ukurnya adalah peningkatan pendapatan (mustahik) anggota Misykat yang dikaitkan dalam konteks pendidikan Luar Sekolah.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif-inferensial. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Sampel sebanyak 50 responden dari sebanyak 66 populasi anggota (mustahik) program Misykat di Kecamatan Sukasari, yang telah mengikuti program Misykat Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid Bandung.

Dari hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa: 1) Terdapat hubungan yang signifikan antara hasil pelatihan dengan peningkatan pendapatan anggota Misykat. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kontribusi hasil pelatihan terhadap peningkatan pendapatan anggota (mustahik) sebesar 21.53%, 2) Terdapat hubungan yang signifikan antara bantuan modal dengan peningkatan pendapatan anggota Misykat. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kontribusi bantuan modal terhadap peningkatan pendapatan anggota Misykat sebesar 17.39, 3) Terdapat hubungan yang signifikan antara pendampingan dengan peningkatan pendapatan anggota Misykat. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kontribusi pendampingan terhadap peningkatan pendapatan anggota Misykat sebesar 16%, dan 4) Terdapat hubungan yang signifikan antara hasil pelatihan, bantuan modal, dan pendampingan secara bersama-sama dengan peningkatan pendapatan anggota Misykat. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kontribusi hasil pelatihan, bantuan modal, dan pendampingan secara bersama-sama terhadap peningkatan pendapatan anggota Misykat sebesar 54.46.

Implikasi yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah: 1) Dalam penyusunan materi pelatihan, harus sesuai dengan apa yang dirasakan dan dibutuhkan oleh peserta pelatihan, sehingga hasilnya bisa dimanfaatkan untuk mendukung pelaksanaan tugas, 2. Penyelenggara harus selalu berupaya untuk memfasilitasi dan memberikan bantuan modal kepada anggota serta memberikan pendampingan untuk pembinaan secara menyeluruh baik aspek moral, sikap dan keterampilan yang berkelanjutan.


(9)

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN... i

SURAT PERNYATAAN... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... .. ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR DIAGRAM ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 14

C. Perumusan Masalah ... 15

D. Tujuan Penelitian ... 15

E. Manfaat Penelitian ... 16

F. Paradigma Penelitian ... 17


(10)

x

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 121

A. Konsep pendidika Luar Sekolah ... 21

B. Konsep Pelatihan ... 24

C. Konsep Bantuan Modal ... 40

D. Konsep Pendampingan ... 53

E. Konsep Kewirausahaan ... 71

F. Konsep Pendapatan ... 80

G. Konsep Pemberdayaan ... 87

H. Konsep Kemandirian ... 93

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 108

A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 108

B. Populasi dan Sampel ... 110

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 113

D. Operasional Variabel ... 113

E. Uji Validitas dan Realibilitas ... 119

F. Prosedur Pengumpulan Data ... 121

G. Teknis Pengolahan dan Analisis Data ... 122

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 135

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 135

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 162

C. Temuan Penelitian ... 172


(11)

xi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 178

A. Kesimpulan ... 178

B. Implikasi... ... 180

C. Rekomendasi... 184

DAFTAR PUSTAKA ... 189

LAMPIRAN ... 205


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Anggota Misykat Penerima Dana Bergulir ... 111

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ... 113

Tabel 3.3 Overasional Variabel X1 Penerapan Hasil Pelatihan ... 116

Tabel 3.4 Overasional Variabel X2 Bantuan Modal ... 117

Tabel 3.5 Penjabaran Variabel X3 Pendampingan ... 118

Tabel 3.6 Penjabaran Variabel Y Penerapan Hasil Pelatihan ... 119

Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden ... 136

Tabel 4.2 Usia Responden ... 137

Tabel 4.3 Tingkat Pendidikan Responden ... 138

Tabel 4.4 Status Pernikahan Responden ... 139

Tabel 4.5 Anggota Keluarga (Tanggungan) Responden ... 140

Tabel 4.6 Jenis Usaha Responden ... 141

Tabel 4.7 Deskripsi Harga untuk Masing-Masing Variabel ... 143

Tabel 4.8 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 147

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Variabel Penelitian ... 148


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Hubungan Antar Variabel Penelitian ... 18 Gambar 2.1 Daur Managing Training ... 38 Gambar 2.2 Kurva Penerimaan Total (TR) dan Penerimaan Marginal (MR) ... 85 Gambar 2.3 Maksimisasi Laba, Biaya Penerimaan, dan Laba Total ... 86 Gambar 4.1 Hubungan Variabel-variabel Penelitian ... 161


(14)

xiv

DAFTAR DIAGRAM

Halaman

Diagram 4.1 Jenis Kelamin Responden ... 136

Diagram 4.2 Usia Responden... 137

Diagram 4.3 Tingkat Pendidikan Responden ... 138

Diagram 4.4 Status Pernikahan Responden ... 139

Diagram 4.5 Anggota Keluarga (Tanggungan) Responden ... 140


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 3.1 Instrumen Penelitian ... 195

Lampiran 3.2 Pengujian Validitas Instrumen ... 205

Lampiran 4.3 Rekapitulasi Hasil Pengujian Validitas Item Instrumen X1 ... 207

Lampiran 4.4 Rekapitulasi Hasil Pengujian Validitas Item Instrumen X2 ... 208

Lampiran 4.5 Rekapitulasi Hasil Pengujian Validitas Item Instrumen X3 ... 209

Lampiran 4.6 Rekapitulasi Hasil Pengujian Validitas Item Instrumen Y ... 210

Lampiran 4.7 Pengujian Realibilitas Instrumen Variabel X1 ... 211

Lampiran 4.8 Pengujian Realibilitas Instrumen Variabel X2 ... 212

Lampiran 4.9 Pengujian Realibilitas Instrumen Variabel X3 ... 213

Lampiran 4.10 Pengujian Realibilitas Instrumen Variabel Y ... 214

Lampiran 4.11 Pengolahan Data dan Uji Hipotesis ... 215

Lampiran 4.12 Deskripsi Hasil Penelitian ... 217

Lampiran 4.13 Uji Normalitas Distribuís Data Variable X1 ... 218

Lampiran 4.14 Uji Normalitas Distribuís Data Variable X2 ... 219

Lampiran 4.15 Uji Normalitas Distribuís Data Variable X3 ... 220

Lampiran 4.16 Uji Normalitas Distribuís Data Variable Y ... 221

Lampiran 4.17 Analisis Korelasi Tunggal X1 degan Variabel Y ... 223

Lampiran 4.18 Analisis Korelasi Tunggal X2 degan Variabel Y ... 224

Lampiran 4.19 Analisis Korelasi Tunggal X3 degan Variabel Y ... 225

Lampiran 4.20 Analisis Korelasi Tunggal X1 degan Variabel X2 ... 226


(16)

xvi

Lampiran 4.22 Analisis Korelasi Ganda X1, X2, X3 degan Variabel Y ... 228

Lampiran 4.23 Analisis Regresi Tunggal Y atas Variabel X1 ... 229

Lampiran 4.24 Analisis Regresi Tunggal Y atas Variabel X2 ... 233

Lampiran 4.25 Analisis Regresi Tunggal Y atas Variabel X3 ... 237

Lampiran 4.26 Analisis Regresi Ganda Y atas Variabel X1, X2, X3 ... 241

Lampiran 4.27 Nilai-Nilai Chi Kuadrat ... 245

Lampiran 4.28 Nilai-Nilai r Product Moment ... 246

Lampiran 4.29 Nilai-Nilai r Dalam Distribusi t ... 247


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Adanya krisis moneter pada pertengahan tahun 1997 telah berdampak kepada krisis ekonomi, dan politik yang berkepanjangan. Krisis yang berkepanjangan ini telah menimbulkan berbagai dampak negatif bagi kehidupan masyarakat, antara lain melemahnya kegiatan ekonomi, menurunnya pelayanan kesehatan, dan pendidikan, memburuknya kondisi sarana dan prasana umum dan berbagai dampak negatif lainnya. Kompleksitas dari dampak krisis tersebut pada kehidupan menuntut adanya kesadaran dan upaya yang sungguh-sungguh untuk memberdayakan manusia Indonesia dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan proses perubahan yang mendasar dalam kehidupan masyarakat. Philip Roupp (1953: 16) mengemukakan bahwa pembangunan ialah ”development signifies change from something through to be better“, yaitu adanya proses menuju kehidupan yang lebih baik. Keberhasilan dalam pembangunan sangat ditentukan oleh kualitas pelaku pembangunan itu sendiri. Sumber alam yang berlimpah yang dimiliki bangsa Indonesia, letak geografis yang menguntungkan, serta iklim yang menunjang kesuburan tanah, perlu diimbangi dengan peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk mengolah sumber-sumber alam yang ada.

Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan semua bangsa didunia karena pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan


(18)

dari usaha untuk mencapai kemajuan bangsa. Pembangunan harus mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia, baik sebagai insan, maupun sebagai sumber daya pembangunan. Manusia adalah faktor utama dalam pembangunan. Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah menempatkan manusia Indonesia sebagai titik pusat segenap gerak pembangunan dalam PJPT II tahun (1994 - 2008). Soepardjo Adikusumo dkk. dalam Tjahya Supriatna (1997 : 77) menyatakan “kualitas sumber daya manusia secara menyeluruh yang meliputi tingkat kesehatan, ilmu pengetahuan, keterampilan memanfaatkan teknologi, dan sikap mentalnya dalam pembangunan akan menentukan keberhasilan pembangunan itu sendiri”.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia menempati urutan ke-111 dunia dari 182 negara. Sementara di ASEAN, Indonesia masuk urutan enam dari 10 negara Perhimpunan Negara-negara Asia Tenggara. Menurut Hardiyanto, Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, Kantor Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat dalam

Metrotvnews.com Senin, 2 Agustus 2010 22:56 WIB. "Jatuhnya IPM atau

rendahnya sumber daya manusia (SDM) disebabkan masalah pendidikan, kesehatan dan kemiskinan,". Ia mengatakan, rendahnya SDM bangsa Indonesia tidak sebanding dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang cukup besar. "Dari segi aspek pendidikan, sebanyak 55 persen penduduk Indonesia tidak tamat jenjang sekolah dasar (SD)," katanya. Kemudian masalah kesehatan, kata dia, terjadinya angka kematian pada ibu melahirkan mencapai 228 per 100 ribu. Jumlah kematian ibu melahirkan tersebut tentu angka yang luar biasa


(19)

dibandingkan dengan negara - negara lain di dunia. "Jika dibandingkan dengan Malaysia, angka kematian ibu melahirkan 63 per 100 ribu, Thailand 78 per 100 ribu, Filipina 173 per 100 ribu," jelasnya. Masalah kemiskinan, kata dia, secara kuantitas angka kemiskinan Indonesia meningkat dibarengi dengan pendapatan per kapita yang sangat rendah. "Ketiga permasalahan inilah penyebab utama jatuhnya IPM bangsa Indonesia dibandingkan dengan negara lain di dunia," katanya. Dia mengatakan, hal ini sungguh menjadi tantangan besar bagi bangsa Indonesia agar ke depannya IPM meningkat.

Pengembangan sumber daya manusia sangat erat kaitannya dengan program pengentasan kemiskinan. Kemiskinan merupakan masalah yang mendasar bagi bangsa Indonesia yang sedang membangun. Napitupulu (1980 : 60) mengatakan bahwa ”sebagai negara yang sedang berkembang, kita menghadapi masalah-masalah yang hampir bersama-sama; masalah pertambahan penduduk, masalah kemiskinan, masalah buta huruf, dan masalah keterlantaran bagi sebagian anak usia sekolah“. Data Strategis Badan Pusat Statistik menyebutkan, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2010 sebesar 31,02 juta orang (13,33 persen). Kemiskinan di Propinsi Jawa Barat menurut Data Strategis Badan Pusat Statistik Jawa Barat pada kegiatan Sensus penduduk maret

2010 sebesar 4.773.720 orang (11,27 persen). Masyarakat miskin ditandai dengan

rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan, serta rapuhnya kondisi kesehatan dan gizi mereka. Rendahnya pendapatan menyebabkan rendahnya daya jangkau terhadap pelayanan pendidikan, sehingga penduduk miskin sulit untuk memperoleh pendidikan yang memadai. Rendahnya pendidikan pada gilirannya


(20)

mengakibatkan terbatasnya lapangan kerja yang dapat dimasuki untuk memperoleh nafkah yang wajar. Kemiskinan dalam sebuah teori lingkaran setan dikatakan bahwa penyebab kemiskinan adalah kebodohan, dan sebaliknya kebodohan disebabkan karena kemiskinan. Penduduk miskin yang hidup dalam serba kekurangan sulit untuk dapat keluar dari lingkaran ketidakberdayaan.

Konsep pemberdayaan dalam wacana pembangunan masyarakat selalu dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipatif, jaringan kerja, dan keadilan. Pada dasarnya, pemberdayaan diletakan pada kekuatan tingkat individu dan sosial. Menurut rapport (1987), pemberdayaan diartikan sebagai pemahaman secara psikologis pengaruh kontrol individu terhadap keadaan sosial, kekuatan politik, dan hak-haknya menurut undang-undang. Sementara itu, McArdie (1989) mengartikan pemberdayaan sebagai proses pengambilan keputusan oleh orang-orang yang secara konsekuen melaksanakan keputusan-keputusan tersebut. Orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya, bahkan merupakan keharusan untuk lebih diberdayakan melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan, keterampilan serta sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan mereka tanpa bergantung pada pertolongan dari hubungan eksternal. Namun demikian, McArle mengimplikasikan hal tersebut bukan untuk mencapai tujuan melainkan makna pentingnya proses dalam pengambilan keputusan.

Disadari besarnya bahaya dalam masyarakat apabila orang-orang miskin dan lemah tidak mendapatkan apa yang memenuhi kebutuhan pokok mereka dan mereka terancam kelaparan. Sayid Sabiq, ulama kontemporer Mesir kita menulis


(21)

“suatu jamaah komunitas yang di dalamnya kemiskinan tersebar luas maka akan berkobarlah disana permusuhan dan kebencian, sehingga akan tergoncangkan eksistensi umat karena gangguan yang merajalela sehingga bermunculan aliran-aliran ekstrim“. (Republika 5 Nopember 2004 : 9). Kemiskinan didefinisikan sebagai ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak (BPS dan Depsos, 2002). Lebih jauh disebutkan kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada dibawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non-makanan yang disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan (poverty treshold). Frank Ellis (dalam Suharto, 2005) menyatakan bahwa kemiskinan memiliki berbagai dimensi yang menyangkut aspek ekonomi, politik, dan sosial-psikologis. Secara ekonomi, kemiskinan dapat didefinisikan sebagai kekurangan sumber daya yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan sekelompok orang. Sumber daya dalam hal ini tidak hanya menyangkut masalah finansial saja, tetapi juga meliputi semua jenis kekayaan (wealth) yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam arti luas.

Masyarakat miskin cenderung lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas aksesnya kepada kegiatan ekonomi, sehingga tertinggal jauh dari masyarakat lainnya yang mempunyai potensi lebih tinggi. Ciri-ciri kaum miskin sebagaimana dikemukakan oleh Emil Salim (1980: 19), ialah sebagai kelompok penduduk yang tidak cukup mendapatkan kesempatan untuk memperoleh bahan kebutuhan pokok dalam jumlah yang memadai, seperti makanan, pakaian, perumahan, fasilitas kesehatan, air minum, kesempatan pendidikan, transportasi


(22)

dan komunikasi, serta kesejahteraan sosial pada umumnya. Karakteristik lain yang mewarnai kehidupan penduduk miskin secara material adalah tingginya angka kelahiran, kualitas gizi yang rendah, keadaan sanitasi yang buruk serta berkembangnya berbagai kebiasaan hidup dan cara bekerja yang tidak produktif. Dari konteks tersebut di atas, jelaslah bahwa penanganan keterbelakangan dan kemiskinan berada pada manusia itu sendiri, Salah satu langkah mendasar dalam upaya mengangkat masyarakat miskin dari kesengsaraan adalah mengentaskan kelompok masyarakat terbawah, yaitu penduduk yang pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan.

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam usaha mengangkat derajat kehidupan masyarakat dari kemiskinan. Paulo (1985 : 101) menyatakan, “jalan pintas satu-satunya yang paling mangkus atau efektif untuk menanggulangi permasalahan kemiskinan adalah melalui pendidikan dengan pengembangan kualitas sumber daya manusia “. Pendidikan yang relevan adalah upaya pendidikan yang dapat membantu individu maupun kehidupan keluarga dalam memecahkan problema masyarakat. Secara akademik upaya tersebut berkenaan dengan membangun kesejahteraan manusia melalui upaya rekonstruksi struktur dan proses pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan masyarakat secara kuantitatif maupun kualitataif. Sunarto (1998 : 7) mengemukakan bahwa pendidikan menjadikan manusia indonesia bermutu tinggi dan pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas nasional dan kemajuan kehidupan bangsa. Philip Coombs (1983 : 14 ) mengatakan bahwa “bila bentuk pendidikan formal tidak mampu dilakukan oleh penduduk miskin, maka


(23)

pemerintah berkembanglah yang harus membuat kebijakan pendidikan non formal untuk mengatasi kesempatan kerja, urbanisasi, peningkatan pendapatan, dan perbaikan kesehatan serta gizi.

Pendidikan luar sekolah adalah salah satu jalur pendidikan yang bertugas mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan tujuan untuk memberikan kesempatan belajar seluas-luasnya bagi masyarakat. Soedirjanto dalam Umberto Sihombing (1999 : 111) menyebutkan bahwa tujuan pendidikan luar sekolah adalah “memberikan kesempatan belajar yang seluas-luasnya bagi masyarakat yang karena berbagai fäktor seperti kesulitan ekonomi, sosial, dan lingkungan yang kurang mendukung tidak mendapat kesempatan untuk mengikuti pendidikan melalui jalur pendidikan sekolah”.

Tujuan pendidikan luar sekolah yang dikemukakan di atas menjelaskan bahwa, pendidikan luar sekolah di samping memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengikuti pendidikan, juga memberikan pelayanan kepada mereka yang ingin mendapat suatu keterampilan untuk bekal dalam meningkatkan taraf hidupnya. Pembelajaran pendidikan luar sekolah diarahkan pada pembelajaran sumber daya manusia, agar memiliki kreativitas, dinamis, mandiri, punya etos kerja, serta mampu melihat dan memanfaatkan peluang, sehingga dapat menghasilkan warga belajar yang berpendirian teguh untuk menghadapi masa depan. Tadjudin Noor Effendi (1995) mengemukakan bahwa “pengembangan sumber daya manusia termasuk di dalamnya adalah meningkatkan partisipasi manusia melalui perluasan kesempatan untuk mendapatkan penghasilan, peluang kerja, dan berusaha“. Pelatihan dapat


(24)

mengatasi adanya permasalahan dengan keadaan atau situasi yang diharapkan pada saat mendatang. Pelatihan menurut Inpres Nomor 5 Tahun 1974 dalam Moekijat (1991:3), adalah : “Suatu bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan formal, dalam waktu yang relatif singkat, dan dengan materi yang mengutamakan praktek daripada teori”.

Penyelenggaraan pendidikan yang sesuai dengan tujuan pembangunan menjadi tanggungjawab semua pihak, yaitu pemerintah, keluarga dan masyarakat, agar proses pendidikan berkembang dalam suatu arah terwujudnya pembangunan manusia seutuhnya. Peran serta masyarakat dalam Peraturan Pemerintah RI No. 39 Tahun 1992, berfungsi ikut memelihara, menumbuhkan, meningkatkan, dan mengembangkan pendidikan nasional. Dilihat dari aspek tujuannya, seperti yang tertuang dalam PP RI No. 39 Tahun 1992 pasal : 3 adalah “peran serta masyarakat bertujuan mendayagunakan kemampuan yang ada pada masyarakat bagi pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”.

Kebijakan pendidikan keluarga diarahkan pada terwujudnya keterampilan anggota keluarga yang bercirikan kemampuan memperoleh kehidupan yang layak, memiliki ketahanan sosial dan ekonomi yang mapan dan tangguh, serta kesejahteraan lahir dan bathin. Setiap keluarga agar mampu mendukung pembangunan yang berkelanjutan. Peningkatan keluarga menurut Redya Betty (1998 : 85) dimaksudkan agar keluarga dapat berfungsi sebagai tempat persemaian nilai-nilai luhur budaya bangsa.


(25)

Agama Islam mengajarkan kepada umatnya agar melindungi, menyantuni dan memelihara kemanusiaan dan kehormatan orang-orang lemah dan tidak berdaya. Allah SWT. dalam Al-Qur’an memerintahkan kepada mereka yang berkecukupan untuk mengeluarkan zakat, infaq, dan sodaqoh dari sebagian harta benda mereka. Zakat difardlukan dalam Rukun Islam yang ketiga. Sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Hadid ayat 16, yang artinya “Dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya“. Kalau zakat ditelaah secara ekonomis, maka perintah zakat itu pada dasarnya bagi mereka yang berkecukupan akan dapat membangun masyarakat konsumen karena mempunyai daya beli, sedangkan bagi masyarakat miskin, zakat secara ekonomis dapat membantu dalam pengentasan kemiskinan untuk pemenuhan kebutuhan hidup. Zakat secara organis dapat menyangkut kehidupan psikologis. Zakat bagi si kaya dapat mensucikan diri, memberikan kepuasan bathin, menambah ketaqwaan dan tawadlu, serta dapat mempererat tali silaturahim diantara sesama muslim. Zakat bagi masyarakat miskin, selain merupakan ajaran agama yang dapat mempererat tali silaturahmi, juga merupakan sarana untuk bersyukur dan mendoakan orang lain yang sama nilainya dengan mendoakan diri sendiri. Sekh Mohammad Iqbal tokoh muslim dari Pakistan mengemukakan bahwa, dalam Al-Qur’an lebih dari 600 kali kita diperintahkan untuk mengeluarkan zakat, guna menolong orang-orang yang kekurangan, miskin, dan tidak punya perlindungan. Dua puluh enam kata zakat diantaranya dikaitkan dengan shalat yang menjadi pilar utama Islam. Firman Allah dalam Al-Qur’an surat A1-Mu’minuun ayat 1 - 4, yang artinya “Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, yaitu mereka yang


(26)

dengan khusuk mengerjakan shalat, menjauhkan diri dari perkataan tidak berguna, dan mereka yang mengeluarkan zakat”. Apabila orang muslim mengerti tentang makna zakat sebagaimana telah diuraikan di atas, dan zakat dikelola secara benar, maka zakat akan membantu mengurangi kemiskinan.

Sebagaimana dikemukakan oleh Abdul A’la, Guru Besar IAIN Sunan Ampel, Surabaya, bahwa:

“pengembangan zakat produktif dengan tujuan pemberdayaan umat tidak bisa berhenti sebatas pada wacana fikih zakat semata. Zakat dengan karakter transformatif perlu disikapi dari sisi teologis. Zakat tidak bisa dipahami dari sisi wajib dan tidak wajib, tapi harus lebih menukik pada dasar keimanan, sebagai salah satu dimensi dari ketauhidan yang dianut umat Islam. Dengan menjadikan zakat sebagai ajaran teologis, umat Islam tidak bisa menganggap cukup dengan hanya mengeluarkan zakat serta setelah itu abai terhadap proses dan dampaknya. Mereka justru dituntut untuk melaksanakan zakat dengan niat yang benar, melalui proses yang sejalan dengan tujuan dan ajaran agama, yaitu melabuhkan keadilan, kesetaraan, dan kesejahteran bagi umat manusia.”

Penyaluran zakat dapat dilakukan secara langsung dari muzaki yang berzakat, kepada yang berhak menerima zakat dalam hal ini mustahik. Namun agar memberdayakan penerima zakat, khususnya fakir dan miskin (mustahik), sehingga mustahik tersebut dapat mandiri dan berdaya untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga, bahkan jangka panjang dapat menjadi muzaki (pemberi zakat) baru, penyaluran zakat dilakukan secara tidak langsung, melalui Lembaga Amil Zakat Nasional ( LAZNAS ).

Dompet Peduli Ummat (DPU) Daarut Tauhiid yang berlokasi di jalan Gegerkalong Girang No. 32 Kelurahan Isola Kecamatan Sukasari Bandung, sebagai salah satu Lembaga Pembangunan Umat dan Amil Zakat Nasional yang berkiprah dalam mengelola zakat, membuat suatu program pemberdayaan


(27)

mustahik (penerima zakat) untuk menyalurkan titipan zakat dari para muzaki melalui program Misykat (Microfinance Syariah berbasis Masyarakat) yang berlokasi di jalan Gegerkalong Girang No. 32 Kelurahan Isola Kecamatan Sukasari Bandung.

Sasaran dari kegiatan program Misykat adalah masyarakat muslim ekonomi lemah yang bertempat tinggal di kecamatan Sukasari yang bersungguh-sungguh untuk mengembangkan potensi, sehingga mempunyai produktivitas yang tinggi dalam beramal dan berkarya. Miller (1992:10) mengemukakan, pembelajaran terpadu merupakan salah satu mata rantai dari pendidikan. Pembelajaran terpadu secara keseluruhan merupakan satu pembelajaran yang menyatukan serangkaian pengalaman belajar yang saling berhubungan satu sama lain yang berpusat pada sebuah persoalan tertentu. (Oemar Hamalik, 2000 : 43). Oleh karena itu, Johnson dan Kuntz (1992:46) menegaskan bahwa pembelajaran terpadu harus didasarkan atas pemahaman secara holistik tentang kehidupan manusia dan perkembangannya. Keterpaduan dalam pembelajaran berkaitan dengan 3 unsur yaitu : (1) keterpaduan dengan unsur proses, (2) keterpaduan dengan isi pembelajaran, dan (3) keterpaduan dengan pengalaman belajar. Unsur-unsur tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang di dalam prosesnya saling berinteraksi, pengaruh mempengaruhi, dan saling bergantung satu sama lain

(integrated learning) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

Misykat Dompet Peduli Umat Daarut Tauhiid sebagai sebuah wadah pembinaan bagi masyarakat, mencoba mengambil bagian menjadi salah satu solusi dalam menyelesaikan berbagai problematika yang ada dengan memegang


(28)

teguh ajaran Islam yang Rohmatan Lilaalamiin. Misykat berusaha mengabdikan diri membangun kembali masyarakat yang telah terpuruk dengan mengadakan berbagai latihan terapan dan pembinaan yang dilaksanakan secara terarah dan berkesinambungan untuk mencapai kemandirian dan kesejahteraan umat.

Program pembiayaan kredit mikro kaum dhuafa yang dikembangkan Muhammad Yunus telah mengilhami lahirnya program Microfinance Syariah berbasis Masyarakat (Misykat) yang didirikan oleh Lembaga Amil Zakat Nasional Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid (DPU DT) dengan perubahan dan penyesuaian oleh Ir. Iwan Rudi Saktiawan, M.Ag, sejak 5 tahun silam. Misykat merupakan lembaga keuangan mikro untuk orang-orang miskin yang dananya berasal dari zakat, infak, dan sedekah; yang dikhususkan untuk pemberian dana modal usaha kaum dhuafa. Mereka yang mendapatkan modal dari Misykat diharuskan membuka usaha atau bisnis secara mandiri. Namun sebelumnya, kaum dhuafa dan miskin diharuskan terlebih dahulu mengajukan dan mengikuti pembekalan untuk mengelola uang yang akan diterimanya nanti. Mereka tiap pekan mengikuti kegiatan pendampingan yang dipandu seorang staf Misykat. Selain mendapatkan materi yang berkaitan dengan kewirausahaan, leadership, manajemen keuangan, dan juga ada pengetahuan kerohanian (agama) untuk memotivasi mereka. Setelah memahami dan mengetahui tujuan dari uang yang didapatkan dari Misykat, selanjutnya mereka diberi modal dan diwajibkan untuk melaporkan aktivitasnya itu. Mereka yang menjadi anggota Misykat ini punya kewajiban untuk membantu berjalannya program-program pemberdayaan yang dikembangkan Misykat. Mereka yang sudah cukup berdaya dan mengalami


(29)

peningkatan dalam ekonomi, kemudian dimandirikan; sekaligus membuktikan bahwa pendampingan, pelatihan, dan pembinaan yang diterimanya itu bermanfaat dan bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka juga dianjurkan untuk berbagi dan membantu kaum dhuafa atau mereka yang belum berdaya dengan menjadi donatur.

Program Misykat yang diselenggarakan oleb Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid menarik untuk diteliti dan dikaji lebih cermat lagi, karena merupakan suatu program pendidikan luar sekolah yang dapat dijadikan alternatif dalam memecahkan masalah sumber daya manusia khususnya untuk penyiapan insan mandiri bagi masyarakat ekonomi lemah. Pola hidup mandiri para kaum dhuafa dalam penelitian ini merupakan pengaruh (outcomes atau impact) dari pelaksanaan pelatihan dan pendampingan. Impact merupakan tujuan akhir dari program Misykat, yaitu : (a) adanya perubahan taraf hidup lulusan yang ditandai dengan perolehan pekerjaan atau berwirausaha, perolehan atau peningkatan pendapatan, kesehatan dan penampilan diri, (b) membelajarkan orang lain terhadap hasil belajar yang telah dimiliki dan dirasakan manfaatnya oleh anggota, (c) peningkatan partisipasinya dalam kegiatan sosial dan pembangunan masyarakat, baik partisipasi dalam bentuk tenaga, pikiran, harta benda, dan dana. (D. Sudjana 2001,34:38).

Penelitian ini ingin melihat bagaimana hubungan hasil pelatihan keterampilan, bantuan modal dan pendampingan program Misykat terhadap pendapatan dan kemandirian ekonomi mustahik yang dijadikan objek pendistribusian zakat melalui pembiayaan produktif. Guna memperkuat hasil penelitian, observasi dan wawancara dilakukan kepada pihak LAZ DPU DT dan anggota program Misykat. Responden penelitian ini adalah para anggota program Misykat LAZ DPU DT. Para anggota program bertempat tinggal di Kota Bandung,


(30)

Jawa Barat. Sampel yang digunakan adalah 66 responden anggota program Misykat periode tahun 2009.

B. Identifikasi Masalah

Fokus kajian dalam penelitian ini adalah pelatihan keterampilan, bantuan modal dan pendampingan terhadap anggota Misykat. Dalam hal ini pelatihan keterampilan, bantuan modal dan pendampingan yang menjadi landasan berfikir sekaligus dilihat secara nyata hubungannya dengan peningkatan pendapatan dan kemandirian ekonomi mustahik dalam hal ini anggota Misykat melalui data yang diperoleh dari penelitian.

Dari uraian di atas maka masalah-masalah yang timbul dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Belum diketahuinya hubungan Hasil Pelatihan Keterampilan dengan peningkatan pendapatan mustahik sebagai anggota Misykat di Kecamatan Sukasari Kota Bandung.

2. Belum diketahuinya hubungan Bantuan Modal dengan peningkatan pendapatan mustahik sebagai anggota Misykat di Kecamatan Sukasari Kota Bandung.

3. Belum diketahuinya hubungan Pendampingan dengan peningkatan pendapatan mustahik sebagai anggota Misykat di Kecamatan Sukasari Kota Bandung. 4. Belum diketahuinya hubungan Hasil Pelatihan Keterampilan, Bantuan Modal,

dan Pendampingan dengan peningkatan pendapatan mustahik sebagai anggota Misykat di Kecamatan Sukasari Kota Bandung.


(31)

C. Perumusan Masalah

Untuk mendapatkan jawaban permasalahan diatas diajukan beberapa pertanyaan -pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana hubungan pelatihan keterampilan terhadap peningkatan pendapatan anggota Misykat di kecamatan Sukasari kota Bandung?

2. Bagaimana hubungan bantuan modal pada peningkatan pendapatan anggota Misykat di Kecamatan Sukasari kota Bandung?

3. Bagaimana hubungan pendampingan pada peningkatan pendapatan anggota Misykat di Kecamatan Sukasari kota Bandung?

4. Bagaimana hubungan hasil pelatihan keterampilan, bantuan modal dan pendampingan terhadap peningkatan pendapatan kelompok Misykat di kecamatan Sukasari kota Bandung?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan tentang hubungan hasil pelatihan keterampilan dengan peningkatan pendapatan usaha mustahik sebagai anggota Misykat di kecamatan Sukasari kota Bandung.

2. Untuk mendeskripsikan tentang hubungan bantuan modal dengan peningkatan pendapatan usaha mustahik sebagai anggota Misykat di kecamatan Sukasari kota Bandung.

3. Untuk mendeskripsikan tentang hubungan pendampingan dengan peningkatan pendapatan usaha mustahik sebagai anggota Misykat di kecamatan Sukasari kota Bandung.


(32)

4. Untuk mendeskripsikan tentang hubungan pelatihan keterampilan, bantuan modal, dan pendampingan dengan peningkatan pendapatan dan kemandirian ekonomi mustahik sebagai anggota Misykat di kecamatan Sukasari kota Bandung.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan khasanah ilmu PLS, khususnya tentang pemberdayaan Ekonomi Masyarakat.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini juga dapat memberikan informasi tambahan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan pendapatan dan kemandirian mustahik bagi pengurus Misykat Daarut Tauhiid sebagai pengambil kebijakan serta pelaku usaha umumnya.

3. Secara khusus, hasil penelitian ini bisa memberikan kontribusi pemikiran atau usulan kepada lembaga-lembaga amil zakat nasional selaku lembaga resmi yang ditunjuk pemerintah sebagai pengumpul dan pengelola zakat untuk menjadikan model pemberdayaan mustahik.

4. Bagi Anggota Misykat, diharapkan dapat memberikan motivasi untuk mengikuti proses pelatihan dan pendampingan dengan maksimal dalam program Misykat, sehingga hasil yang diraih bisa secara maksimal, guna mewujudkan wirausahaan yang handal dan pada akhirnya lahir pribadi yang mandiri.


(33)

5. Hasil penelitian ini pun diharapkan dapat merangsang peneliti-peneliti lain untuk mencoba mengungkapkan lebih jauh mengenai aspek-aspek lain yang berhubungan dengan peningkatan pendapatan dan kemandirian mustahik.

F. Paradigma Penelitian

Berdasarkan hal tersebut penelitian ini dibentuk oleh keterkaitan teoritis antara variabel-variabel, hasil belajar pelatihan keterampilan, bantuan modal, pendampingan dan hubungannya terhadap peningkatan pendapatan ekonomi mustahik. Keempat konsep tersebut akan diformulasikan ke dalam suatu proses penelitian.

Untuk memperoleh rujukan teori yang menyeluruh, maka penelitian ini harus didukung oleh teori-teori sebagai berikut : teori tentang pelatihan, teori tentang belajar, teori pembelajaran orang dewasa (Andragogi), teori tentang motivasi, teori kesejahteraan dan kemandirian ekonomi.

Teori pelatihan dalam konteks penelitian ini yang akan dimunculkan adalah : teori yang menjelaskan tentang ”kompetensi fasilitator, materi dan metode pelatihan”. Kompetensi fasilitator, materi dan metode pelatihan seperti apa yang akan memberikan hasil yang maksimal terhadap output sebuah pelatihan.

Karena hakekatnya yang dilibatkan dalam proses pelatihan ini adalah orang dewasa, sehingga teori belajar dan pembelajaran orang dewasa menjadi hal yang sangat penting untuk dirujuk dalam penelitian ini. Teori andragogi yang akan dirujuk dalam konteks penelitian ini adalah : karakteristik warga belajar orang dewasa, karakteristik fasilitator untuk warga belajar orang dewasa, metode


(34)

pembelajaran orang dewasa yang efektif, proses penyusunan dan jenis materi pembelajaran untuk orang dewasa.

Umumnya motivasi belajar orang dewasa sudah mulai menurun, dibanding dengan anak-anak yang belum dewasa. Teori motivasi yang sangat penting untuk dirujuk pada konteks penelitian ini, adalah teori yang menjelaskan tentang ”Hal-hal yang mengurangi motivasi belajar bagi orang dewasa, dan bagaimana cara memotivasi orang dewasa dalam belajar”.

Teori tentang kesejahteraan dan kemandirian yang akan dirujuk pada konteks penelitian ini adalah teori yang memberikan gambaran: faktor-faktor yang mendorong kemandirian yang dihubungkan dengan kehidupan sosial-ekonomi masyarakat, dan berbagai alternatif pemecahannya.

Berdasarkan uraian secara teoritis di atas dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1

Hubungan antar Variabel Penelitian Keterangan :

X1 : Variabel Bebas Pelatihan Keterampilan X2 : Variabel Bebas Bantuan Modal

X2 : Variabel Bebas Pendampingan

Y1 : Variabel Terikat Peningkatan Pendapatan

X2

X1

X2


(35)

G. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris (Nazir, 1999:182). Berdasarkan kerangka pemikiran di atas dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Pelatihan keterampilan dengan peningkatan pendapatan anggota Misykat di Kecamatan Sukasari Kota Bandung.

2. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara bantuan modal dengan peningkatan pendapatan anggota Misykat di Kecamatan Sukasari Kota Bandung.

3. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pendampingan dengan peningkatan pendapatan anggota Misykat di Kecamatan Sukasari Kota Bandung.

4. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Pelatihan keterampilan, bantuan modal, dan pendampingan dengan peningkatan pendapatan anggota Misykat di Kecamatan Sukasari Kota Bandung. 5. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara peningkatan

pendapatan dengan kemandirian anggota Misykat di Kecamatan Sukasari Kota Bandung.

H. Metodelogi penelitian

Penelitian ini mengungkapkan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan pendapatan anggota Misykat. Objek penelitian adalah anggota


(36)

Misykat yang mendapatkan pelatihan keterampilan, bantuan modal dan pendampingan. Adapun variabel yang dianalisis yaitu hasil pelatihan keterampilan, bantuan modal dan pendampingan sebagai variabel bebas, dan peningkatan pendapatan mustahik sebagai variabel terikat.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta pengaruh dengan fenomena yang sedang diselidiki. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif.


(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITlAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis hubungan antara Pelatihan Keterampilan, Bantuan Modal dan Pendampingan terhadap Peningkatan Pendapatan Anggota Misykat Lembaga Amil Zakat Nasional Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid di Kecamatan Sukasari Kota Bandung. Rumusan tujuan dan masalah tersebut disusum untuk menjawab hipotesis penelitian. Penelitian ini termasuk pada penelitian korelasional, dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, metode analisis statistik deskriptif-inferensial, dan teknik analisis datanya korelasi dan regresi, baik tunggal maupun ganda.

Penelitian korelasional menurut Suryabrata (2003:82) adalah penelitian yang digunakan untuk mengetahui fungsional antara dua variabel atau lebih, baik hubungan terpisah antar variabel atau bersama-sama. Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data yang diperoleh, sedangkan statistik inferensial digunakan untuk membuat kesimpulan. Sugiyono (2003: 169-170) menjelaskan bahwa statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan data yang terkumpul sebagaimana adanya, tanpa maksud membuat kesimpulan secara umum. Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.


(38)

Statistik inferensial yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan jenis statistik parametrik. Sugiyono (2003:171) menjelaskan bahwa dalam statistik inferensial terdapat statistik parametrik dan nonparametrik, dalam penggunaannya tergantung pada asumsi dan jenis data yang digunakan. Penggunaan statistik parametrik harus secara random, sedangkan dalam statistic non parametric tidak harus memenuhi asumsi-asumsi tersebut. Oleh karena itu, sebelum melakukan analisis terhadap tiap hipotesis yang diajukan, data yang diperoleh terlebih dahulu dicari normalitasnya.

Pendekatan kuantitatif merupakan penelitian dengan karekteristik penalaran logis dan deduktif, berbasis pengetahuan: hubungan sebab akibat, menguji teori, melakukan uji analisis statistik dan objektif. (Danim, 2002:34). Kerlinger (Creswell, 1994:82) mendefinisikan pendekatan kuantitatif yaitu ‘a set

of interrelated constructs (variables), definitions, and propositions that present systematic view of phenomena by specipying relations among variables, with purpose of explaining natural phenomena’ (pendekatan kuantitatif sebagai suatu

keterkaitan dari (variabel), rumusan dan dalil-dalil yang tersusun secara sistematis, khususnya hubungan antara variabel-variabel dengan tujuan untuk menjelaskan hubungan fenomena tersebut). Pendekatan kuantitatif pada penelitian ini digunakan pada tahap uji coba.

Penelitian kuantitatif sebagai penelitian empirik yang datanya dikumpulkan dan disajikan dalam bentuk angka. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey, yaitu upaya pengumpulan informasi dari sebagian populasi yang dianggap dapat mewakili populasi tertentu. Metode ini


(39)

bertitik tolak pada konsep, hipotesis, dan teori yang sudah mapan sehingga tidak akan memunculkan teori yang baru. Penelitian survei memiliki sifat verifikasi atau pengecekan terhadap teori yang sudah ada (Mantra, 2001). Penelitian survei merupakan perangkat penelitian yang murah dan cepat sehingga informasi yang dibutuhkan dapat dihasilkan secara akurat dan tepat waktu. Bentuk kuesionernya pun sederhana dan relatif mudah sehingga tidak memerlukan pelatihan secara khusus (Stone, 1993) dengan teknik korelasional. Metode survey adalah penelitian yang dalam pengumpulan datanya dilakukan dengan menggunakan kuesioner, yaitu daftar pertanyaan atau pernyataan untuk mengumpulkan jawaban dari sejumlah responden (sampel). Adapun teknik korelasional berkaitan dengan pengukuran hubungan-hubungan antara dua atau lebih variabel, yaitu dengan mengkorelasikan; (a) skor data pelatihan keterampilan dengan peningkatan pendapatan anggota Misykat; b) skor data bantuan modal dengan peningkatan pendapatan anggota Misykat; (c) skor data pendampingan dengan peningkatan pendapatan anggota Misykat; dan (d) skor data pelatihan keterampilan, bantuan modal, dan pendampingan dengan peningkatan pendapatan anggota Misykat.

B. Populasi dan sampel 1. Populasi

Sudjana (1992:6) mengemukakan, “populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif mengenai karakteristik-karakteristik tertentu dan semua anggota kumpulan yang lengkap


(40)

dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya”. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (1997:115) populasi adalah keseluruhan objek penelitian.

Yang menjadi populasi dari penelitian ini adalah seluruh anggota Misykat Daarut Tauhiid penerima pinjaman dana bergulir tahap pertama yang berjumlah 66 orang.

Tabel 3.1

Anggota Misykat penerima pinjaman dana bergulir wilayah Kecamatan Sukasari

No Nama Majelis Anggota Penerima Besar Pinjaman 1 An-Nisa 6 orang Rp. 3.950.000,- 2 Daarul Hikmah 6 orang Rp. 4.200.000,- 3 Al-Hanif 6 orang Rp. 3.950.000,- 4 Al-Barokah 6 orang Rp. 3.600.000,- 5 Daarul Muttaqin 6 orang Rp. 4.500.000,- 6 Baitur Rahman 6 orang Rp. 3.700.000,- 7 Al-Latif 8 orang Rp. 5.200.000,- 8 AI-Hidayah 4 orang Rp. 3.500.000,- 9 Al-Ikhlas 4 orang Rp. 2.600.000,- 10 Al-Hikmah 8 orang Rp. 5.300.000,- 11 Al-Firdaus 6 orang Rp. 4.500.000,-

Total 66 orang Rp. 45.000.000,-

Sumber: Profil Misykat 2009

2. Sampel.

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti untuk memperoleh data yang dapat mewakili populasi (Suharsimi Arikunto: 1997:117). Pengambilan sampel dipakai untuk mempelajari karakteristik populasi tempat sampel itu diambil (I Gusti Ngurah Agung: 1992:19).

Teknik Pengambilan sampel penelitian menggunakan dua buah teknik sampling, yaitu : proportionate Stratified random sampling dan kemudian dilanjutkan dengan simple random sampling. Suharsimi Arikunto (1998:127)


(41)

mengatakan “bahwa pada umumnya teknik pengambilan sampel penelitian tidak tunggal, tetapi gabungan 2 atau 3 teknik”. Selanjutnya Sudjana (2002: 173) mengatakan “Sampling acak biasanya diperbaiki dengan cara proporsional”.

proportionate Stratified random sampling adalah pengambilan sampel dari

anggota populasi secara acak dan berstrata proposional, dan dilakukan sampling ini apabila anggota populasinya heterogen atau tidak sejenis (Ridwan, 2003:58). Teknik ini dilakukan karena jumlah populasi anggota Misykat heterogen (Heterogen jumlah populasinya). Simple random sampling adalah teknik pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen (Sugiono, 2003:63).

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan cara menggunakan teknik sampel jenuh atau yang dikenal dengan istilah sensus yaitu pengambilan sampel dengan cara menjadikan seluruh anggota populasi menjadi sampel (Ridwan: 2006). sampel yang diambil berdasarkan jumlah populasinya yang diteliti kurang dari 150 orang.

Berhubungan dengan jumlah sampel, Surakhmad (1994: 100) menyarankan apabila subyek kurang dari 100 (seratus), pengambilan sampel sekurang-kurangnya 50% dari ukuran populasi. Sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah seluruh anggota Misykat Daarut Tauhiid di Kecamatan Sukasari Kota Bandung. Dan dari seluruh anggota diambil secara acak sebanyak 50 orang dari 66 orang (populasi) yang telah dilatih, diberikan bantuan modal dan mendapat pendampingan.


(42)

C. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi penelitian

Lokasi Penelitian adalah di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Jawa Barat yang merupakan lokasi majelis Misykat binaan Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini diharapkan selesai dalam waktu 6 bulan dengan jadwal sebagai berikut:

Tabel 3.1

Jadwal Penelitian

No Kegiatan Feb Maret April Mei Juni Juli

1. Pengajuan Proposal Penelitian 2. Pendekatan Informal

3. Observasi Awal 4. Sidang Proposal 5. Penelitian Awal 6. Pengumpulan Data 7. Pengolahan Data 8. Analisis Data 9. Bimbingan

10. Pelaporan Penelitian

D. Operasional Variabel

Penelitian ini terdiri dari tiga variabel yaitu pelatihan keterampilan, bantuan modal, dan pendampingan anggota. Ketiga variabel tersebut masing-masing dipecah menjadi variabel bebas, meliputi penerapan hasil pelatihan, bantuan modal dan pendampingan. Sedangkan variabel terikatnya adalah peningkatan pendapatan.


(43)

Guna kepentingan penyederhanan dalam analisis, maka masing-masing variabel dan sub variabel diberikan simbol-simbol sebagai berikut: Variabel Penerapan Hasil Pelatihan dengan simbol X1, Variabel bantuan modal dengan simbol X2, Variabel pendampingan dengan simbol X3, dan Variabel peningkatan pendapatan anggota (mustahik) dengan simbol Y.

Alat pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan mempermudah olehnya (Riduwan, 2004:98). Selanjutnya, Beliau menjelaskan alat bantu (instrumen) merupakan sarana yang dapat diwujudkan dalam benda, contohnya: angket (questionnaire), daftar cocok (checklist), skala

(scala), pedoman wawancara (interview guide), lembar pengamatan (observation sheet), soal ujian (soal tes I inventory), dan sebagainya.

Instrumen yang yang dipakai dalam penelitian ini adalah angket. Angket adalah daftar pertanyaan atau pernyataan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respon sesual dengan permintaan pengguna. Angket digunakan untuk menggali dan dapat mengungkapkan hal-hal atau informasi yang sifatnya rahasia sehingga data yang lebih lengkap akurat dan konsisten (Sugiyono, 2003: 162). Berhubungan dengan angket dijadikan sebagai pertimbangan yang dijadikan dasar, Beliau menambahkan bahwa kuesioner cocok digunakan apabila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Selanjutnya, Zainuddin (1982: 70) menjeiaskan bahwa penggunaan angket oleh peneliti atas pertimbangan sebagai berikut : 1) Agar hasil pengukuran terhadap variabel-variabel yang diteliti dapat dianalisa dan diolah secara statistik, 2) Dengan alat


(44)

pengumpul data tersebut memungkinkan dapat diperoleh data yang obyektif, 3) Memungkinkan penelitian dilakukan dengan mudah serta lebih dapat menghemat waktu, biaya, dan tenaga.

Kuesioner (angket) yang digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk tertutup. Angket tertutup (angket berstruktur) adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda silang (X) atau checklist (√) (Riduwan, 2004: 100). Selanjutnya, Sugiyono (2003: 163) menjelaskan bahwa angket tertutup adalah berisi pertanyaan atau pernyataan yang mengharapkan jawaban singkat atau mengharapkan responden memilih salah satu jawaban dan pertanyaan/pernyataan yang tersedia, agar responden tidak jenuh dalam mengisi jumlah pertanyaan/pernyataan dan disarankan 20-30 item.

Instrumen penelitian digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan untuk menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap instrumen harus mempunyai skala pengukuran. Dengan skala pengukuran, maka variabel yang diukur dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga lebih akurat, efesien, dan komunikatif (Suglyono, 105- 106: 2003). Jenis skala pengukuran yang dipakai dalam penelitian ini adalah menggunakan skala interval. Skala interval adalah skala yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain mempunyai bobot yang sama (Riduwan, 2004: 84).

Dalam skala interval, variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan.


(45)

Jawaban setiap item instrumen pada mempunyai gradasi dan sangat positif sampai sangat negatif (pada pernyataan atau pertanyaan positif), atau sebaliknya pada pernyataan atau pertanyaan negatif (Sugiyono, 2003: 107-108).

Titik tolak penyusunan instrumen adalah variabel-variabel penelitian yang ditetapkan oleh peneliti. Dari variabel tersebut diberikan definisi operasionalnya, dan kemudian ditentukan indikatornya yang akan diukur. Dari indikator tersebut kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Untuk mempermudah penyusunan instrumen digunakan kisi-kisi instrumen (Sugiyono, 2003:120). Penjabaran variabel tersebut terlihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1

Operasional Variabel X1 Penerapan Hasil Pelatihan

Sub Variabel

Indikator Jumlah

Item

Nomor Item Aspek

Pengetahuan

a. Tingkat kemanfaatan materi

b. Tingkat penerapan materi dan penguasaan materi

1. Penerapan materi

2. Peningkatan kualitas pembelajaran 3. Peningkatan kwalitas dan kwantitas penggunaan metode pembelajaran 4. Peningkatan prestasi kerja

5. Sikap terhadap pekerjaan lebih baik

7 5 2 3 2 6 1 -7 8- 12 13-14 15-17 18-19 20-25


(46)

Tabel 3.2

Operasional Variabel X2 Bantuan Modal

Sub

Variabel Indikator

Jumlah Item Nomor Item Bantuan Modal (X2)

A. Analisa usaha 1. Prospek usaha

2. Prospek pengembangan

3. Fungsi pemantauan bantuan modal 4. Efektifitas bantuan modal

B. Besaran permodalan

1. Sistem penerapan pengembalian 2. Efetifitas perputaran modal 3. Efek dari Efektifitas Asset

4. Hubungan efektifitas perputaran modal 5. Jumlah modal yg diberikan

C. Hubungan bantuan modal

1. Peluang pengembalian pinjaman 2. Pengaruh prospek usaha

3. Antisipasi iklim usaha 4. Kondisi penerapan bagi hasil 5. Hubungan peningkatan pendapatan D. Analisa hasil

1. Kondisi perbandingan sebelum & sesudah 2. Efek peningkatan percepatan pengembalian

pinjaman

3. Efek peningkatan usaha 4. Dampak bantuan modal

5 5 6 5 1-5 6-10 11-16 17-21


(47)

Tabel 3.3

Penjabaran Variable X3 (Pendampingan)

Sub Variabel Indikator Jumlah

Item

Nomor Item

Pendampingan A.Efektifitas Pertemuan

1. Efektifitas Pertemuan Pendamping 2. Efektifitas Pertemuan warga

Belajar

3. Efek dari Efektifitas Pertemuan 4. Penerapan Efektifitas Pertemuan 5. Pengaruh Efektifitas Pertemuan 6. Fungsi Efektifitas Pertemuan 7. Konsekwensi Efektifitas

Pertemuan

7

1 - 7

B.Tatap muka

1. Intensitas tatap muka Pendamping 2. Intensitas tatap muka warga

Belajar

3. Efek dari Tatap muka

4. Penerapan efektifitas Tatap muka 5. Pengaruh Tatap muka

6. Fungsi Tatap muka 7. Konsekwensi Tatap muka

12

8 – 19

C.Tugas

1. Tugas Individu 2. Tugas Kelompok

3. Ketepatan dalam memilih usaha 4. Pengaruh pendampingan

5

20 - 24


(48)

Tabel 3.4

Penjabaran Variabel Y Peningkatan Pendapatan

Sub Variabel Indikator Jumlah

Item Nomor Item Peningkatan Pendapatan (Y)

A. Peningkatan Omset dan Jumlah Produk 1. Peningkatan Omset

2. Peningkatan jumlah Produk

B. Peningkatan tabungan dan Perubahan kondisi ekonomi

1. Peningkatan Tabungan 2. Perubahan kondisi ekonomi

C. Peningkatan jumlah, dan kepuasan pelanggan

1. Peningkatan jumlah pelanggan 2. Peningkatan kepuasan pelanggan D. Peningkatan Pendapatan dan

Keuntungan

1. Peningkatan pendapatan 2. Peningkatan keuntungan

6

6

11

6

1 - 6

7 - 12

13-23

24 - 29

Jumlah 29

E. Uji Validitas dan Realibilitas 1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Dalam hal ini peneliti menggunakan rumus korelasi

product moment (r) dari Pearson dengan taraf signifikan kesalahan 5 %. Artinya

butir pertanyaan dinyatakan signifikan jika koefisien korelasi dari r hitung lebih besar dari koefisien korelasi dari r tabel.


(49)

Rumus yang digunakan adalah:

[ ][ ]

[ [ ]

{

Χ 2 Χ 2

}

{

[ Υ 2 [ Υ ]2

}

Υ ∑ Χ ∑ − ΧΥ ∑

ΧΥ = n n n

r

(Arikunto: 2003) Penjelasan Rumus:

ΧΥ

r : Koefisien korelasi yang dicari X : Nilai variabel bebas

Y : Nilai variabel terikat n : Jumlah sampel

Untuk menguji signifikasi hasil perhitungan tersebut di atas digunakan uji t, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

t =

(Sujana, 2002 : 380) Keterangan:

r = Koefisien korelasi n = jumlah resPonden t = harga t hitung

Menurut Sujana (2002 : 377) jika

t

hitung >

t

table maka butir item dianggap valid. Hasil uji validitas berdasarkan perhitungan statistik dilakukan dengan bantuan komputer metode Excel

2. Uji Realibilitas

Reabilitas menunjuk kepada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen


(50)

tersebut sudah baik menggunakan rumus spearman Brown dengan menggunakan teknik belah dua (split-half method) yaitu membagi atau mengelompokkan menjadi dua berdasarkan item-item ganjil genap dan belah awal akhir. Dalam hal ini digunakan teknik belah dua, ganjil-genap. Untuk memperoleh indeks realibilitas soal akan menggunakan rumus:

r11 =

(Ridwan: 2004) Keterangan:

r11 = realibilitas instrumen

r ½ ½ = indeks korelasi antara dua belahan

Sedangkan untuk menguji signifikan koefisien korelasi tersebut akan digunakan rumus t-student sebagai berikut :

t =

(Sudjana, 2002 : 380)

Koefisien reliabilitas dinyatakan signifikan bila

t

hitung >

t

table pada taraf nyata 0,05 dengan db = n-2. Hasil uji reliabilitas dilakukan dengan bantuan komputer metode Excel.

F. Prosedur Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data dari responden dilaksanakan melalui beberapa tahap diantaranya:


(51)

b. Kunjungan ke kantor Misykat Daarut Tauhiid untuk memperoleh ijin penelitian dan menggali informasi tentang keadaan majelis, karakteristik, dan ukuran populasi yang akan dijadikan bahan penentuan sampling dan ukuran sampel.

c. Kunjungan ke majelis-majelis anggota Misykat yang dijadikan sampel untuk memperoleh informasi tentang keadaan anggota yang bersangkutan.

d. Setelah data dianggap akurat dan pasti maka dilakukan penentuan sampel.

e. Penetapan angket kepada responden yang telah ditetapkan.

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dalam penelitian ini berpatokan pada kisi-kisi yang disesuaikan dengan indikator-indikator data yang ada. Analisis yang akan digunakan adalah statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif berguna untuk mendiskripsikan variabel penelitian yang diperoleh melalui hasil-hasil pengukuran, seperti : mengukur rata-rata (mean), standar deviasi, dan varians serta mendeskripsikan data dalam bentuk tabel. Sedangkan statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis dan membuat generalisasi (Sugiyono, 2003: 170). Analisis yang akan digunakan dalam statistik inferensial adalah analisis korelasi sederhana dari multipel dan regresi sederhana dari multipel. Perhitungan statistik terhadap analisis korelasi dan regresi dilakukan dengan bantuan komputer metode SPSS.


(52)

1. Perhitungan Kecenderungan Umum Skor Responden

a) Kemudian menghitung rata-rata setiap variabel yang diperoleh dari data tidak bergolong diperoleh dengan rumus:

(Furqon, 1999: 36) X = harga rata-rata yang dicari

∑X = jumlah harga untuk variabel tertentu n = jumlah sampel

b) Selanjutnya, mencari varians dan simpangan baku. Sedangkan untuk menghitung vanians (S2) dan simpangan baku atau standar deviasi (S) dengan rumus:

varians:

standar deviasi : S = √S2 atau

dengan keterangan: n = Banyaknya responden X = Jumlah Skor


(53)

Setelah diperoleh hasil perhitungan di atas kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan distribusi data dengan pengujian normalitas distribusi data.

2. Pemeriksaan distribusi data

Pada statistik inferensial terdapat statistik parametris dan non parametris. Statistik parametris digunakan untuk menguji parameter populasi melalui statistik, atau menguji populasi melalui data sampel (Sugiyono, 2003: 171). Selanjutnya, Beliau menambahkan bahwa statistik parametris memerlukan terpenuhinya banyak asumsi, asumsi yang utama adalah data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal. Untuk mengetahui normal tidaknya data maka diuji dengan uji normalitas distribusi data, yang dilakukan dengan uji Chi-Kuadrat (Sugiyono, 2003: 199). Beliau menyusun langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Merangkum data seluruh variabel yang akan diuji normalitasnya.

2) Menentukan jumlah kelas interval. Dalam hal ini jumlah intervalnya = 6, karena luas kurve normal dibagi menjadi enam, yang masing-masing luasnya adalah: 2,7%; 13,34%; 33,96%; 33,96%; 13,34%; dan 2,7% .

3) Menentukan panjang kelas interval yaitu: (data terbesar - data terkecil) dibagi jumlah kelas interval (6).

4) Menyusun ke dalam tabel distribusi frekuensi, yang sekaligus tabel penolong untuk menghitung Chi Kuadrat.


(54)

Tabel penolong untuk pengujian normalitas

Interval fo fh (fo - fh ) (fo - fh )2

5) Menghitung frekuensi yang diharapkan (fh), dengan cara mengalikan

persentase luas tiap bidang kurve normal dengan jumlah anggota sampel. 6) Memasukkan harga-harga fh ke dalam tabel kolom (fh), sekaligus menghitung

harga-harga (f0 - fh) dan dan menjumlahkanya. Harga

adalah merupakan harga Chi Kuadrat (χh2) hitung.

7) Membandingkan Chi Kuadrat hitung dengan Chi Kuadrat tabel. Bila Chi Kuadrat hitung lebih kecil atau sama dengan harga Chi Kuadrat tabel

(χh2 < χt2), maka distribusi data dinyatakan normal, dan bila lebih besar ( > ) dinyatakan tidak normal.

3. Uji Hipotesa

Hipotesis yang digunakan pada bab I akan diuji. Namun sebelum, diuji hipotesis tersebut terlebih dahulu diubah menjadi hipotesis statistik, yang terdiri dari “hipotesis nol” yang bersimbolkan Ho dan “Hipotesis alternatif” yang bersimbolkan H1. Untuk menguji hipotesis, analisis yang digunakan adalah analisis korelasi dan regresi. Untuk menguji H1, H2, H3 analisis yang digunakan


(55)

adalah analisis korelasi dan regresi tunggal, sedangkan H digunakan analisis korelasi dan regresi ganda.

Korelasi dan regresi mempunyai hubungan yang erat sekali. Pada umumnya analisis regresi didahului oleh analisis korelasi, akan tetapi setiap analisis korelasi belum tentu dilanjutkan dengan analisis regresi. Korelasi yang tidak dilanjutkan dengan regresi, adalah korelasi antara dua variabel tidak mempunyai hubungan kausal / sebab akibat, atau hubungan fungsional. Analisis regresi dilakukan apabila hubungan dua variabel berupa hubungan fungsional / kausal (Sugiyono, 2003: 236).

a. Analisis Korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk mencari derajad hubungan antara variabel-variabel. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui derajad hubungan dinamakan koefisien korelasi (Sudjana, 2002: 367).

1) Menghitung koefisien korelasi tunggal (X1 dengan Y, X2 dengan Y, dan X3 dengan Y)

[ ][ ]

[ [ ]

{

Χ 2 Χ 2

}

{

[ Υ 2[ Υ ]2

}

Υ ∑ Χ ∑ − ΧΥ ∑ ΧΥ = n n n r

(Sudjana, 2002: 369) Keterangan :

r

xy= kooefisien korelasi X = data variabel X Y = data variabel Y N = banyaknya sampel


(56)

(a) Menguji signifikansi koefisien korelasi digunakan rumus :

t =

(b) Menentukan kriteria pengujian signifikansi korelasi :

Jika thitung > ttabel maka korelasi signifikan dan thitung < ttabel maka korelasi tidak signifikan.

(c) Tentukan dk dengan rumus: dk = n - 2 pada taraf signifikan 0,05 diperoleh ttabel .

(d) Bandingkan thitung dengan ttabel dan lihat pada kriteria pengujian signifikansi

2) Menghitung koefisien korelasi ganda (X1, X2, dan X3 dengan Y), menggunakan rumus:

Keterangan:

Ryx1x2x3 = Kooefisien korelasi ganda antara variabel X1, X2, dan X3 secara bersama-sama dengan Y

r yx1 = Kooefisien korelasi X1 dengan Y

r yx2 = Kooefisien korelasi X2 dengan Y

r yx3 = Kooefisien korelasi X3 dengan Y r yx1x2 = Kooefisien korelasi X1 dengan X2 r yx1x3 = Kooeflsien korelasi X1 dengan X3


(57)

(a) Menentukan kriteria uji signifikansi dengan taraf signifikansi 0,05, yaitu jika Fhitung > Ftabel, maka dinyatakan signifikan dan Fhitung < Ftabel maka korelasi tidak signifikan.

(b) Cari Fhitung > Ftabel dengan rumus:

Keterangan :

R = koefesien korelasi

K = jumlah variable independen N = jumlah sampel

(c) Cari Ftabel = F (1 - α) d k pembilang = k

dk penyebut = n - k - 1, dengan melihat tabel F dapat diperoleh Ftabel (d) Bandingkan Fhitung dengan Ftabel dan dikonsultasikan dengan kriteria uji

signifikansi.

3) Menghitung koefisien determinasi

Koefesien determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen. Rumus yang digunakan adalah:

cd = r2 x 100 % Keterangan:

cd = koefisien determinasi r2 = kuadrat koefisien korelasi.


(58)

b. Analisis Regresi

Kegunaan regresi dalam penelitian salah satunya adalah untuk meramalkan atau memprediksi variable terikat (Y) apabila variabel bebas (X) diketahui (Sugiyono, 2004:236). Analisis regresi adalah cara bagaimana suatu variabel dengan variabel lainya berhubungan atau mempunyai hubungan fungsional (Sudjana, 2002: 310).

Regresi Sederhana

Sesuai dengan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu hipotesis 1 sampai 3, perlu dianalisis dengan regresi linier sederhana untuk pengujiannya. Pengujian ini dipergunakan untuk mencari pola hubungan fungsional antara variabel X1 (Hasil Pelatihan) dengan variabel Y (peningkatan pendapatan), X2 (Modal Kerja) dengan variabel Y (peningkatan pendapatan), dan variabel X3 (pendampingan) dengan variabel Y (peningkatan pendapatan). Riduwan (2002 : 145) menuliskan langkah-langkah dalam analisis regresi sebagai berikut:

1) Menuliskan rumus persamaan regresi linier sederhana:

Ŷ = a + b X

(Sudjana, 2002: 312) Dengan keterangan :

Ŷ = subyek variabel terikat yang diproyeksikan

X = Variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk diprediksikan a = Nilai konstanta harga Y jika X = 0


(59)

b = Nilai arah sebagaimana penentu ramalan (prediksi) yang menunjukkan nilai peningkatan (+) atau nilai penurunan (-) variabel Y

Untuk memperoleh besarnya harga a dan b menggunakan rumus:

(Sudjana, 2002: 315)

2) Membuat tabel penolong seperti berikut ini : No

Resep

X Y XY X2 Y2

1 2 3 ...

N ∑X ∑Y ∑XY ∑X2 ∑Y2

3) Mencari jumlah Kuadrat Regresi (JK Reg (a) ) dengan rumus:

4) Mencari jumlah Kuadrat Regresi (JK Reg [d/a]) dengan rumus:

5) Mencari jumlah Kuadrat Residu (JK Res) dengan rumus: JK Res = ∑Y2 - Reg [b/a] - JK Reg [a]

6) Mencari Rata-Rata Jumlah Kuadrat Regresi RJK Reg [a] dengan rumus: RJK Reg [a] = JK Reg [a]


(1)

tersebut bisa digunakan untuk peningkatan kualitas pemberdayaan secara luas.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulhak, I. (1996). Strategi Membangun Motivasi Dalam Pembelajaran Orang Dewasa. Bandung : AGTA Manunggal Utama.

---, (1995). Metodologi Pembelajaran pada Pendidikan Orang Dewasa. Bandung : Cipta lntelektual.

Ali, Mohammad dkk (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung : Pedagogiana Press

Alma, Bukhori (2005). Kewirausahaan. Bandung : Alfa Beta. Alma, Buchori. (1998). Pengantar Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta

Antonio, M. Syafi’i. (1999). Bank Syariah bagi Bankir dan Praktisi Keuangan. Jakarta: Tazkia Institute.

Arif, Z. MS. & Napitupulu, W.P. (1997). Seri Manajemen Pendidik, Pedoman Baru Menyusun Bahan Belajar. Jakarta: Grasindo, PT Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Arikunto, Suharsimi. (1993). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta, IKAPI.

---, (1997). Dasar-Dasar Evaluasi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Atmodiwirio, S. (2002). Manajemen Pelatihan. Jakarta: Ardadiza Jaya Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan. (2000). Pengukuran Kinerja. Suatu Tinjauan pada Instransi. Jakarta: BPKP.

Coombs, P.H and Manzoor, Ahmed (1978). Attacking Rural Goverty How Non

Formal Education Can Help. Baltimore : The John Hopkins Press. Craig G, dan Mayo M. (1995). Community Empowerment: A Reader in

Participation and Development. London: Zads Books. Dale, A .T. (1998). Kinerja. Jakarta: PT Elek Media Komputindo.

Departemen PU (2007). Modul Tingkat Dasar Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta : Direktorat Jenderal Cipta Karya.

Dessler, G. (1983). Human Behavior, Improving Performance at Work. Jakarta: Virginia: Reston Publishing Company.


(3)

Dessler, G. (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Dadi Kayana Abadi.

Dharma, A. (1998). Perencanaan Pelatihan. Jakarta: Pusdiklat Pegawai Depdikbud. Dirjen PLSP. (2004). Pedoman Penyelenggaraan Program Kecakapan Hidup (Life

Skills) Pendidikan Non Formal. Jakarta: Ditjen PLSP

Ditjen PLS (2003). Program Life Skills Melalui Pendekatan Broad Based Education (BBE). Jakarta : Direktorat Tenaga Teknis Depdiknas.

Drucker, P. (1997). People and Performance. London: Heihmahn.

Echols M.J. dan Shadily, H. (2000). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta : PT Gramedia.

Farmer, A.J and Papagiannis, (1975). Program Evaluation. Functional Education For Family Life Planning, III. Word Education, USA: Van Dick Printing Company, North Haven, Connecticut.

Furqon. (1999). Statistika Terapan Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta. Gibson, J. L., Ivancevich, J. M., dan Donnely, J. H. (1994). Organisasi dan

Manajemen. Jakarta: Erlangga.

Ginanjar Kartasasmita. (1997). Pemberdayaan Masyarakat: Konsep Pemnagunan yang Berakar Pada Masyarakat. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Hamalik, 0. (1999). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksar

---, (1993). Sistem dan Prosedur Pengembangan Kurikulum. Lembaga Pendidikan dan Pelatihan. Bandung: Tri Guna Karya.

Handoko, T.H. (1996). Managemen (Edisi II). Yogyakarta: BPEE.

Harry Hikmat. (2001). Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Humaniora Utama Press.

Hasibuan, H.M.SP. (1996). Organisasi dan Motivasi. Jakarta : Sinar Grafika Offset.

Ibrahim, Yunus. (1999), Bekerja Bersama Masyarakat, Buku Saku Konsultan Pendamping, Jayagiri, Swadamas.

Ihat, Hatimah dan Sardin (2007) Modul Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan, Bandung : Universitas Terbuka UPBJJ Bandung,


(4)

Ihromi T.O. (1996). Kajian Wanita Dalam Pembangunan. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Jalal, F. dan Supriadi, D. (2001). Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah. Depdiknas: Bapenas, Adicita Karya Nusa.

Joni, R. T. (1980). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud.

Kartasasmita, Ginanjar. (1997). Pemberdayaan Masyarakat : Konsep

Pembangunan Yang Berakar Pada Masyarakat. Yogyakarta :

UGM.

Kartini, K. (1992). Pengantar Ilmu Mendidik Teoritis. Apakah Pendidikan Masih Diperlukan. Bandung: Mandar Maju.

Kartono (1994). Motivasi Kerja Yang Berhasil. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Kurniasih, Nia. (1998). Pengaruh Bantuan Modal Terhadap Volume Penjualan Pedagang Anggota Koperasi Baitul Mall wa Tamwil Skripsi. FPIPS Ekonomi Koperasi IKIP Bandung; tidak diterbitkan.

Kusriyanto, B. (1991). Meningkatkan Produktifitas Karyawan. Jakarta: Balai Pustaka.

Malayu S. P. H. (1994). Manajemen SDM, Dasar dan Kunci Keberhasilan. Jakarta: Haji Masagung.

Martoyo, S. (1996). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE. Marzuki, S. (1996). Strategi dan Model Pelatihan. Jurusan PLS IKIP Malang. Marwansyah dan Mukaram (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung:

Pusat Penerbitan Administrasi Niaga. Politeknik Negeri Bandung. Mitchel, G. (1993). Evaluasi Pelatihan. Bandung: Mandar Maju.

Moekijat. (1991). Latihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Mandar Maju.

Napitupulu, P. (1996). Jurnal Pendidikan. Jakarta: Ikatan Sarjana Pendidikan. Indonesia.

N.S., Abdullah. (1987). Pengantar Ilmu Ekonomi. Bandung: LP3EK FPIPS IKIP Bandung.


(5)

Nasution (1986), S. (1996). Didaktik Azas-Azas Mengajar. Bangdung: Jemmars. Newby, t. (1992). Training Evaluation Handbook. England: Gower Publishing

Company Limited.

Notoatmojo, S. (1991). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.

Prabu, A. M. (2000). Managemen Sumber Daya Manusia di Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Rae. L. (1990). Mengukur Efektivitas Pelatihan Jakarta: Sen PPM. Riduwan. (2004). Metode & Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Rival, V. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. Dari Teori ke Praktek). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Rogers, A. (1994). Teaching Adult. Philadelpia: Open University Press.

Russell, B. (1993). Human Resources Management. Ney York: Mc.Graw-Hill, Inc. Trisnamansyah, S. (1984). Pengaruh Motif Beralifiasi, Keterbukaan Komunikasi,

Persepsi dan Status Sosial Ekonomi terhadap Perilaku Modern Petani. Desertasi pada FPS IKIP Bandung : tidak diterbitkan.

---. (1982). Pendidikan Kemasyarakatan. Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan - IKIP.

---. (1995). Action Research dan Aplikasinya Dalam Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Gita Setra Jayagiri.

Saktiawan, Iwan Ruth. (2003). Mierofinance Syariah Berbasis Masyarakat. Makalah. DPU Daarut Tauhiid; tidak diterbitkan.

Simamora, H. (1995). Menejemen Sumber Daya Manusia . Edisi I, STIE YKPN. Soedjiarto. (1997). Memantapkan Sistem Pendidikan Nasional dalam Menyiapkan

Manusia Memasuki Abad Ke-21. Jakarta.

Stoner, J.A.F. (1996). Managemen. Jakarta: PT Prenhallindo. Sudjana. (2002). Metode Statitiska. Bandung: Tarsito.

Sudjana, D. (1993). Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif dalam Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Nusantara Press.


(6)

---, (2000). Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah Production.

---,(2000). Manajemen Program Pendidikan Untuk Pendidikan Luar Sekolah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah Production. ---, (2001). Pendidikan Luar Sekolah. Wawasan, Sejarah Perkembangan,

Falsafah, Teori Pendukung, Azas. Bandung : Falah Production.

---, (2003). Mengembangkan Kemandirian Melalui Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Diklusepa Diktentis.

Sudjana, N. (1989). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Sugiyono, (2002). Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.

Sumantri, M. (1988). Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: P2LPTK Ditjen Dikti Sumantri, S. ( 2001). Pelatihan Dan Pengembangan Sumberdaya Manusia,

Bandung: Unpad Fakultas Psikologi.

Sunardi, G.H. (2001). Studi Hubungan Antara Motivasi Kerja dan Pengetahuan Komunikasi, Hasil Pelatihan dengan Kinerja Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) di Kabupaten Bandung. Tesis pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Supriyanto, J. (1996). Hubungan Industrial. Yogyakarta: UGM.

Surakhmad, W. (1994). Pengantar Penelitian Pendidikan. Tarsito: Bandung. Suryana. (2001). Kewirausahaan. Jakarta: Salemba Empat.

---. (1998). Konsep dan Peran Kewirausahaan. Makalah. FPIPS UPI Bandung.

Suryabrata, S. (2003). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Weiss, H.C. (1972). Evaluation Research. Methods for Essessing Program Effectiveness. London: Prentice-Hall International, Inc.

Winardi, J. (2001). Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta Rajawali Press.