EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA : Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Cicalengka-Bandung Tahun Ajaran 2010/2011.

(1)

Ungkapan Terima Kasih ... iii

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... x

Daftar Gambar ... xii

Daftar Bagan ... xiii

Daftar Lampiran ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Asumsi Penelitian ... 10

F. Hipotesis Penelitian ... 12

BAB II. KAJIAN KONSEPTUAL TENTANG PROGRAM BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA A. Bimbingan Kelompok 1. Konsep Bimbingan Kelompok ... 13

2. Tujuan Bimbingan Kelompok... 15

3. Fungsi Bimbingan Kelompok ... 20

4. Tahap-tahap Bimbingan Kelompok ... 21

5. Strategi dalam Bimbingan Kelompok ... 31

6. Bentuk-bentuk Bimbingan Kelompok ... 34

7. Komponen dalam Bimbingan Kelompok ... 35

8. Kelebihan dalam Bimbingan Kelompok ... 37

B. Kecerdasan Emosional 1. Konsep Kecerdasan Emosional... 41

2. Wilayah Kecerdasan Emosional ... 45

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi ... 50

4. Karakteristik Kecerdasan Emosional ... 51

5. Pengembangan Kecerdasan Emosional ... 53

6. Proses Peningkatan Kecerdasan Emosional... 63

C. Karakteristik Emosi Siswa SMP yang Tergolong ke dalam Fase Remaja 1. Karakteristik Emosi Remaja ... 64

2. Perkembangan Emosi Masa Remaja ... 65

3. Tugas-tugas Perkembangan Remaja ... 67

D. Program Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa 1. Program Bimbingan Kelompok ... 71

2. Rancangan Pelaksanaan Program Bimbingan Kelompok... 72

3. Penelitian Terdahulu yang relevan ... 77

BAB III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 81


(2)

1. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen ... 91

2. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 94

E. Prosedur Analisis Data 1. Pengujian Persyaratan Analisis ... 99

2. Metode Analisis Data ... 100

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Profil Umum Kecerdasan Emosional siswa ... 104

2. Profil Kecerdasan Emosional berdasarkan Aspek ... 105

3. Profil Kecerdasan Emosional Siswa Sebelum mengikuti bimbingan kelompok pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 106

4. Profil Kecerdasan Emosional Siswa Setelah Mengikuti Bimbingan Kelompok ... 110

5. Profil Kecerdasan Emosional Siswa Sebelum dan Sesudah Mengikuti Kegiatan Bimbingan Kelompok ... 114

B. Program Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa ... 116

C. Efektivitas pelaksanaan pendekatan bimbingan kelompok ... 136

1. Pengujian Asumsi Statistik ... 136

2. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 137

D. Pembahasan Penelitian... 143

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 158

B. Rekomendasi ... 159

DAFTAR PUSTAKA ... 161 LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 2.1 Tugas Perkembangan Remaja menurut Pikunas

3.1 Subjek Penelitian

3.2 Pola Skor Opsi Alternatif Respons Model Summated Rating (Likert) pada SPKE

3.3 Kisi-kisi Kecerdasan Emosional

3.4 Hasil Uji Coba Validitas Instrumen Kecerdasan Emosional 3.5 Kriteria Nilai Koefesien Reliabilitas

4.1 Profil Umum Kecerdasan Emosional Siswa SMPN 2 Cicalengka 4.2 Profil Umum Kecerdasan Emosional Siswa berdasarkan Aspek

70 83 91 93 96 95 104 105


(3)

4.5 Profil Kecerdasan emosional Siswa pada Aspek kemampuan menangani emosi diri

4.6 Profil Kecerdasan emosional Siswa pada Aspek kemampuan untuk memiliki keinginan membangkitkan semangat

4.7 Profil Kecerdasan emosional Siswa pada Aspek kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain

4.8 Profil Kecerdasan emosional Siswa pada Aspek kemampuan untuk menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain 4.9 Profil Kecerdasan emosional Siswa setelah Mengikuti Bimbingan kelompok

4.l0 Profil Kecerdasan emosional Siswa pada Aspek Kemampuan mengetahui perasaan dalam dirinya

4.11 Profil Kecerdasan emosional Siswa pada Aspek kemampuan menangani emosi diri

4.12 Profil Kecerdasan emosional Siswa pada Aspek kemampuan untuk memiliki keinginan membangkitkan semangat

4.13 Profil Kecerdasan emosional Siswa pada Aspek kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain

4.14 Profil Kecerdasan emosional Siswa pada Aspek kemampuan untuk menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain 4.15 Profil kecerdasan emosional siswa sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan bimbingan kelompok

4.16 Rangkuman Pre-Post Signifikansi Hasil Penelitian

4.17 Profil kecerdasan emosional siswa sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan konvensional

4.18. Deskripsi Kebutuhan Siswa untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa

4.19. Program Bimbingan Kelompok untuk Kecerdasan Emosional

4.20 Hasil Uji Normalitas Skor Gain Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

4.21 Hasil Perhitungan Rerata pretest-posttest kelompok eksperimen Kecerdasan Emosional

4.22 Hasil uji t berpasangan Pre Test dan Post Test Kelompok Eksperimen 4.23 Hasil Perhitungan Rerata Post-Test Kecerdasan Emosional pada kelompok eksperimen dan kontrol

4.24 Hasil uji t berpasangan Post Test Kelompok Eksperimen dan Kontrol 4.25 Hasil Perhitungan Gain Score Kecerdasan Emosional pada kelompok eksperimen dan kontrol

4.26 Hasil uji t berpasangan Gain Score Kelompok Eksperimen dan Kontrol 108 108 109 110 110 111 112 112 113 114 114 115 116 126 132 137 138 139 140 140 141 142


(4)

2.1 Indikator Kecerdasan Emosi 2.2 Pemahaman antara Manusia 3.1 Rancangan Penelitian

3.2 Rancangan Kuasi Eksperimen 3.3 Hubungan / Pengaruh Variabel 3.4 Prosedur Penyusunan Instrumen

47 52 81 82 85 92


(5)

2.2 Tahap-tahap Perkembangan Bimbingan Kelompok, Tahap Kedua : Peralihan

2.3 Tahap-tahap Perkembangan Bimbingan Kelompok, Tahap Ketiga : Kegiatan (Kelompok Bebas)

2.4 Tahap-tahap Perkembangan Bimbingan Kelompok, Tahap Ketiga : Kegiatan (Kelompok Tugas )

2.5 Tahap-tahap Perkembangan Bimbingan Kelompok, Tahap Ketiga : Kegiatan (Kelompok Tugas )

2.6 Proses Peningkatan Kecerdasan Emosional

25 26 27 28 63


(6)

4. Lampiran 04. Satuan Layanan Bimbingan Konseling 5. Lampiran 05. Dokumentasi Penelitian


(7)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk yang berkembang dan akan selalu mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab hakikat manusia sejak terjadinya konsepsi antara sel telur dengan sperma sampai menjadi tua akan mengalami suatu perkembangan, hanya dalam kualitas dan sifat perkembangannya mengalami berbagai perbedaan sesuai dengan fase-fase perkembangannya. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas perkembangan yang mesti dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya. Pemenuhan terhadap tugas perkembangan dapat dibantu melalui proses pendidikan. Menurut Averoz (2008) diharapkan setiap siswa memperoleh pendidikan secara wajar menuju proses pendewasaan. Proses pendewasaan hakikatnya adalah tugas keluarga dengan lingkungan yang kondusif. Kendatipun demikian sekolah merupakan salah satu lembaga yang membantu proses pendewasaan serta membentuk manusia muda menuju kematangan.

Dalam pembelajaran di sekolah sering ditemukan siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan inteligensinya. Terdapat siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun ada siswa yang walaupun kemampuan inteligensinya relatif rendah, dapat meraih prestasi belajar yang relatif tinggi. Oleh karenanya taraf inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang mempengaruhi.


(8)

Menurut Goleman (2000 : 44), kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama.

Fenomena di sekolah yaitu banyak siswa yang tidak dapat mengontrol emosinya atau bersikap agresif, seperti kasar terhadap orang lain, sering bertengkar, bergaul dengan anak-anak bermasalah, membandel di rumah dan di sekolah, keras kepala dan suasana hatinya sering berubah-ubah, terlalu banyak bicara, sering mengolok-olok dan bertemperamen tinggi. Selain itu para siswa yang memasuki fase remaja di sekolah banyak yang merasa cemas dan depresi, hal tersebut ditunjukkan dengan perilaku seringkali merasa takut, sering merasa gugup dan sedih, serta selalu merasa tidak dicintai oleh lingkungan sekitar. Dalam pergaulan sosial banyak siswa yang menarik diri dari pergaulan, seperti lebih suka menyendiri, bersikap sembunyi-sembunyi, bermuka muram dan kurang bersemangat, merasa tidak bahagia dan terlalu bergantung kepada sesuatu. Permasalahan lain dalam hal perhatian dan berfikir yaitu banyak diantara siswa yang tidak mampu memusatkan perhatian dengan baik atau duduk tenang, seringkali melamun, bertindak tanpa berfikir, bersikap terlalu tegang sehingga tidak bisa berkonsentrasi dalam belajar, sering mendapatkan nilai buruk di sekolah serta tidak mampu membuat fikiran menjadi tenang.


(9)

Berdasarkan hasil observasi terhadap dinamika dan problematika Siswa SMPN 2 Cicalengka, pada umumnya mereka kurang dapat mengontrol emosi dengan baik, lebih menonjolkan sikap agresif daripada logika rasional. Data yang didapatkan dari wakasek kesiswaan dan guru bimbingan konseling di sekolah tersebut, menunjukkan bahwa peristiwa perkelahian antara siswa di kelas seringkali terjadi, hal ini menunjukkan mereka masih belum dapat mengontrol emosinya dengan baik. Ketika dilakukan pengamatan dan wawancara lebih lanjut, banyak diantara siswa yang menunjukkan perilaku kurang sabar, kurang ulet, mudah mengeluh, mudah putus asa dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah maupun dalam menyelesaikan masalah pribadi yang mengganggu kelancaran studi. Berbagai kondisi permasalahan emosional yang terjadi, para siswa telah mengenyampingkan kontrol emosi yang seharusnya dimiliki oleh setiap pelajar. Oleh karenanya dalam hal ini kecerdasan emosional perlu dikembangkan untuk menghindari terjadinya perkembangan psikologis yang negatif, makin tinggi kecerdasan emosional seseorang makin berhasil seseorang mengarungi kehidupan.

Hasil beberapa penelitian di University of Vermont mengenai analisis struktur neurologis otak manusia dan penelitian perilaku oleh LeDoux (1970) menunjukkan bahwa dalam peristiwa penting kehidupan seseorang, EQ selalu mendahului intelegensi rasional. EQ yang baik dapat menentukan keberhasilan individu dalam prestasi belajar membangun kesuksesan karir, mengembangkan hubungan yang harmonis dan dapat mengurangi agresivitas, khususnya dalam kalangan remaja (Goleman, 2002).


(10)

Penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Bantuan Nirlaba bagi anak-anak (chidren’s defense fund) tahun 2010, menggambarkan kehidupan sehari-hari kaum muda Amerika sebagai berikut: (1) tiga remaja dibawah usia 25 tahun meninggal karena terinfeksi HIV dan 25 lainnya mulai terinfeksi, (2) sebanyak 6 orang siswa melakukan bunuh diri, (3) 1407 bayi lahir dari remaja usia belasan tahun, (4) 2833 siswa putus sekolah, (5) 6042 anak ditahan, dan (6) 135000 siswa ditemukan membawa senjata api ke sekolah.

Penelitian lain yang dilakukan di Indonesia, menunjukkan bahwa para siswa yang berpotensi menjadi beban rakyat, dimana mereka terjangkit perilaku menyimpang seperti pergaulan bebas, tawuran antar sekolah, perkelahian diakibatkan hal-hal kecil sehingga akhirnya cenderung dekat dengan pergaulan bebas. Kantor berita Antara tahun 2009 memberitakan berbagai kejadian, yaitu (1) Perkelahian pelajar terjadi antara sekolah, di sepanjang tahun 2008-2009, (2) Siswi SMA Diperkosa beberapa Pemuda, 4 Jan 2009, (3) Foto Bugil SMA Beredar di beberapa kota, 4 Jan 2009, (4) Siswi SMP (16 tahun) Diperkosa dan Dibunuh, 14 Jan 2009, (5) Video Porno Pelajar Gegerkan Warga, 28 Jan 2009, (6) Dua Remaja Perkosa Temannya sendiri, 5 Feb 2009.

Selanjutnya berdasarkan hasil survei Komnas Perlindungan Anak, bekerja sama dengan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) di 12 provinsi pada tahun 2007 diperoleh pengakuan remaja bahwa : Sebanyak 93,7% siswa SMP dan SMU pernah melakukan ciuman, petting, dan oral seks. Sebanyak 62,7% siswa SMP mengaku sudah tidak perawan. Sebanyak 21,2% remaja SMA mengaku pernah


(11)

melakukan aborsi. Sebanyak 97% pelajar SMP dan SMA mengaku suka menonton film porno.

Melihat pergaulan para siswa yang kurang sehat serta kurangnya pembinaan moral terutama pembinaan emosi di setiap sekolah untuk membentuk sikap dan perilaku positif. Oleh karenanya dibutuhkan pendidikan yang mampu membina para siswa untuk dapat mengelola emosinya dengan baik. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengembangkan perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka mencapai tujuan pendidikan tersebut. Melalui sekolah, siswa belajar tentang berbagai pengetahuan yang ada di dunia. Trend di setiap sekolah sebagian besar terlalu mengedepankan prestasi belajar sehingga yang menjadi patokan utama yaitu perkembangan intelektual tanpa memperhatikan perkembangan emosional para siswanya, sehingga tidak jarang para siswa yang mengalami stress ketika akan menghadapi ujian, ditambah lagi ketika melihat prestasi belajarnya yang tidak mengalami peningkatan.

Persoalan pendidikan seperti rendahnya mutu pendidikan dapat diatasi dengan menciptakan suasana pendidikan bermakna yang diciptakan oleh seorang guru di kelas. Senada dengan Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 40 Ayat 2 yang menuntut guru untuk menciptakan suasana pendidikan bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis. Seorang guru di kelas dapat membentuk sikap emosional siswa


(12)

mencakup penguasaan cara belajar yang baik, sehingga akan membentuk siswa memiliki kecerdasan emosional sesuai dengan harapan.

Individu yang memiliki kemampuan kecerdasan emosional yang lebih baik, dapat menjadi lebih terampil dalam menenangkan dirinya dengan cepat, lebih terampil dalam memusatkan perhatian, lebih baik dalam berhubungan dengan orang lain, lebih cakap dalam memahami orang lain dan untuk kerja akademis di sekolah lebih baik (Gottman, 2001). Oleh karenanya untuk dapat mengembangkan serta meningkatkan kecerdasan emosional siswa, perlu disusun sebuah program yang tepat dalam upaya meningkatkan kecerdasan emosional siswa tersebut. Salah satu program yang dapat dilakukan yaitu program bimbingan kelompok dengan menggunakan berbagai teknik yang diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan emosional siswa.

Metode atau pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan emosional siswa diantaranya menggunakan pendekatan layanan bimbingan kelompok di kelas dengan berbagai teknik yang dilakukan. Dengan dilakukannya layanan bimbingan kelompok di kelas sebagai bagian dari layanan bimbingan konseling, diharapkan dapat membentuk kecerdasan emosional siswa sehingga akan muncul generasi-generasi yang senantiasa berfikir mempergunakan akal sehatnya dengan bijaksana, mampu mengontrol emosinya dengan baik serta memiliki pemikiran yang optimis tentang masa depan.

Landasan empirik bagi perlunya layanan bimbingan kelompok untuk memfasilitasi perkembangan kecerdasan emosional siswa, telah dibuktikan oleh


(13)

penelitian John Gottman (1998) yang menunjukkan bukti kuat bahwa mereka yang memiliki kecerdasan emosional relatif baik, mampu memperoleh nilai akademik yang lebih tinggi, mampu bergaul lebih baik, tidak banyak mengalami masalah tingkah laku dan tidak mudah terpancing untuk melakukan tindak kekerasan bila dibandingkan dengan mereka yang kecerdasan emosionalnya rendah. Sebuah laporan dari National Center for Clinical Infant Programs (1992) menyatakan bahwa keberhasilan di sekolah bukan diramalkan oleh kumpulan fakta seorang siswa atau kemampuan dininya untuk membaca, melainkan oleh ukuran-ukuran emosional dan sosial pada diri sendiri dan mempunyai minat, mengetahui pola perilaku yang diharapkan orang lain dan bagaimana mengendalikan dorongan hati untuk berbuat nakal, mampu menunggu dan bersikap sabar, mengikuti petunjuk dan mengacu pada guru untuk mencari bantuan, serta mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan saat bergaul dengan siswa lain. Hampir semua siswa yang prestasi sekolahnya buruk, menurut laporan tersebut tidak memiliki satu atau lebih unsur-unsur kecerdasan emosional ini (tanpa memperdulikan apakah mereka juga mempunyai kesulitan-kesulitan kognitif seperti ketidakmampuan belajar) (Goleman, 2002).

Program bimbingan kelompok yang disusun guna meningkatkan kecerdasan emosional siswa yaitu dengan memperhatikan berbagai aspek seperti karakteristik kecerdasan emosional siswa, program ini juga disusun sedemikian rupa agar tercipta kerjasama yang harmonis antara siswa dan pengelola pendidikan di sekolah. Untuk keperluan penyusunan program pengembangan kecerdasan emosional siswa, terlebih dahulu dilakukan studi untuk mengungkap


(14)

gambaran kecerdasan emosional (EQ) remaja. Hasil studi pendahuluan ini selanjutnya dijadikan pijakan utama dalam merancang program bimbingan kelompok dalam rangka meningkatkan kecerdasan emosional siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan sebagai berikut: “Program bimbingan seperti apa yang tepat untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa?”. Secara umum agar fokus masalah lebih jelas dan terarah dirumuskan bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Seperti apakah profil kecerdasan emosional siswa SMPN 2 Cicalengka tahun ajaran 2010/2011?

2. Bagaimana rumusan program bimbingan kelompok untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa SMPN 2 Cicalengka tahun ajaran 2010/2011? 3. Bagaimana efektivitas program bimbingan kelompok untuk meningkatkan

kecerdasan emosional siswa SMPN 2 Cicalengka tahun ajaran 2010/2011?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1. Mengetahui profil kecerdasan emosional siswa SMPN 2 Cicalengka tahun ajaran 2010/2011

2. Menghasilkan program bimbingan kelompok untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa SMPN 2 Cicalengka tahun ajaran 2010/2011


(15)

3. Mengetahui efektivitas program bimbingan kelompok untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa SMPN 2 Cicalengka tahun ajaran 2010/2011

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1. Teoretis

a. Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya berkaitan dengan program bimbingan kelompok.

b. Memberikan bukti empirik terhadap pentingnya layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa yang sangat berarti dalam menjalankan kehidupannya pada periode sekarang dan periode selanjutnya.

c. Hasil penelitian dapat memberikan kajian dan informasi tentang bimbingan kelompok yang efektif untuk meningkatkan kecerdasan emosional.

2. Praktis

a. Bagi guru bimbingan dan konseling, dapat menyusun program bimbingan kelompok yang berlandaskan pada kerangka acuan layanan dasar bimbingan konseling, serta dapat lebih memanfaatkan jam bimbingan konseling di kelas seefektif mungkin untuk membantu siswa meningkatkan kecerdasan emosionalnya.

b. Bagi kepala sekolah, dapat mendukung komponen pelayanan yang dilakukan di sekolah salah satu diantaranya yaitu dalam dukungan sistem


(16)

untuk menunjang pelaksanaan kegiatan layanan serta memahami pentingnya layanan BK.

c. Bagi peserta didik, dengan mengikuti kegiatan bimbingan kelompok siswa akan terdorong untuk dapat berfikir lebih maju, selalu memiliki gagasan-gagasan baru, berfikir objektif dan positif, lebih terbuka dalam berfikir dan berpendapat, menghargai orang lain, mau dan mampu mengendalikan emosi, mengembangkan rasa setiakawan, belajar untuk membina hubungan interpersonal yang harmonis dan konsisten, serta belajar untuk mempercayai kemampuan diri sendiri dalam memecahkan berbagai permasalahan.

E. Asumsi Penelitian

Asumsi atau anggapan dasar merupakan sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima dan dirumuskan dengan jelas. Asumsi penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Anak yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi secara biologis diramalkan memiliki kesehatan fisik yang lebih baik, secara sosial lebih populer dan lebih disukai oleh teman sebayanya dan oleh para guru yang sering disebut dengan anak yang pandai bergaul, secara kognitif akan mempunyai prestasi lebih tinggi dari temannya yang mempunyai IQ sama tetapi tidak memiliki kecerdasan emosional tinggi. Selanjutnya Goleman menyatakan bahwa kecerdasan emosi jauh lebih banyak memberikan sifat-sifat yang membuat manusia lebih manusiawi dan merupakan faktor


(17)

non-intelektual yang dapat memberikan sukses dalam menjalani hidup (Goleman, 1997).

2. Bimbingan kelompok sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu melalui suasana kelompok yang memungkinkan setiap anggota untuk belajar berpartisipasi aktif dan berbagi pengalaman dalam upaya pengembangan wawasan, sikap dan keterampilan yang diperlukan dalam upaya mencegah timbulnya masalah, atau dalam upaya pengembangan pribadi (Rusmana, 2009)

3. Program Bimbingan Konseling yang didalamnya terdapat layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan kecerdasan emosional siswa, termasuk didalamnya keterampilan emosi, kecakapan emosi, nilai dan keyakinan individu ( Supartini, 2005). Dalam proses bimbingan kelompok akan terjadi proses interaksi antar individu, bimbingan kelompok ini dapat dijadikan wahana pemahaman nilai-nilai positif bagi siswa, khususnya kecerdasan emosional yang diharapkan terbentuk, tidak hanya dengan pendekatan personal namun dengan pendekatan kelompok yang lebih optimal karena para siswa merasa mendapat pembinaan dan informasi secara jelas tanpa merasa dinasehati dan dihakimi.

4. Kecerdasan emosional tidak dipengaruhi oleh faktor keturunan sehingga memberi kesempatan kepada pelaku pendidikan untuk melanjutkan apa yang telah disediakan oleh alam, agar anak mempunyai peluang lebih besar untuk meraih keberhasilan, dengan kata lain kecerdasan emosional lebih merupakan


(18)

hasil belajar, oleh karenanya kemampuan kecerdasan emosional dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok (Saphiro, 1997).

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian yang dikemukakan, maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut: “Bimbingan kelompok yang dilaksanakan di sekolah dapat meningkatkan kecerdasan emosional siswa ”.


(19)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen (eksperimental research) dengan jenis variasi kuasi eksperimen yang bertujuan menguji salah satu variabel, model kuasi eksperimen ini berkaitan dengan pengontrolan variabel, jadi siswa diberikan instrumen kecerdasan emosional lalu didapatkan hasilnya, setelah itu didapatkanlah satu kelompok siswa yang masuk ke dalam kelompok eksperimen dan satu kelompok siswa yang masuk ke dalam kelompok kontrol, berikut desainnya:

Desain kelompok kontrol Prates-Pascates Berpasangan (matching Pretest-PostTest Kontrol Group Design)

Gambar 3.1. Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini kelompok eksperimen diberikan perlakuan menggunakan teknik dalam bimbingan kelompok, dan pada kelompok kontrol mendapatkan perlakuan konvensional yang diberlakukan di sekolah. Perlakuan konvensional disini dimaksudkan yaitu perlakuan yang biasa dilakukan oleh konselor sekolah.

Kelompok Pra-Test Perlakuan Pasca-Test

Pasangan A

Pasangan B

KE

KK

0

0

X 0


(20)

Adapun rancangan kuasi eksperimen uji keefektivan bimbingan kelompok dapat dijabarkan dalam bagan berikut:

Gambar 3.2. Rancangan Kuasi Eksperimen

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kecerdasan emosional siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) melalui sebuah layanan dasar yaitu layanan bimbingan kelompok. Kondisi yang diamati pada penelitian ini adalah peningkatan kecerdasan emosional siswa melalui layanan bimbingan kelompok.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini mengambil populasi dan sampelnya adalah siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Cicalengka. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswa terpilih dari setiap kelas VII. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan probability sampling, yaitu teknik

Pre Test Treatment Post Test

Kelompok Eksperimen

Kelompok Kontrol

Bimbingan Kelompok

Perlakuan Konvensional

Kelompok Eksperimen

Kelompok Kontrol


(21)

pengambilan sampel dimana seluruh elemen populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel.

Adapun secara lebih jelas penarikan subjek penelitian yang diambil dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Subjek Penelitian

No Subjek Jumlah

1 Populasi 450

2 Sampel 150

3 Kelompok Eksperimen 31 4 Kelompok Kontrol 31

Probability sampling yang dipakai adalah dengan sampel random sampling, yaitu merupakan suatu pengambilan sampel secara acak. Dalam hal ini penulis mengambil sampel teknik random sampling atau secara acak, karena salah satu cara pengambilan sampel yang representatif adalah secara acak atau random. Pengambilan sampel secara acak berarti setiap individu dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sampel.

Angket merupakan suatu metode pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan/pernyataan (kuesioner) yang harus diisi oleh setiap responden penelitian, sehingga peneliti mendapatkan kesimpulan tentang informasi yang ingin diperoleh. Teknik ini memberikan tanggung jawab bagi responden yang dijadikan subjek penelitian untuk memilih dan menjawab pertanyaan/pernyataan. Angket yang digunakan dalam penelitian ini merupakan angket langsung dan tertutup, artinya angket tersebut langsung diberikan kepada responden dan responden diharuskan memilih jawaban yang telah tersedia.


(22)

C. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen.

1. Identifikasi Variabel

a. Variabel Independen/ bebas (X)

Variabel independen/bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau penyebab. Pada penelitian sebagai variabel bebas adalah bimbingan kelompok.

b. Variabel Dependen/terikat (Y)

Variabel dependen/terikat adalah variabel yang keberadaannya bergantung pada variabel bebas. Pada penelitian ini sebagai variabel terikat adalah kecerdasan emosional.

2. Hubungan antar Variabel

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas (X) yaitu bimbingan kelompok dan variabel terikat (Y) yaitu kecerdasan emosional. Jadi dalam hal ini bimbingan kelompok sebagai variabel bebas mempunyai pengaruh untuk membentuk kecerdasan emosional siswa sebagai variabel terikat.

Gambar 3.3. Hubungan/pengaruh variabel Bimbingan Kelompok


(23)

3. Definisi Operasional Variabel

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari bimbingan kelompok serta Kecerdasan Emosional. Untuk mendapatkan kejelasan ruang lingkup penelitian, perlu ditegaskan definisi operasional yang merupakan konsep pokok penelitian.

1. Bimbingan Kelompok

Kelompok merupakan kumpulan individu-individu yang berkumpul untuk suatu tujuan tertentu. Terbentuknya kelompok dalam kehidupan manusia merupakan hakikat wujud kemanusiaan, khususnya dimensi sosial dimana manusia selalu berusaha hidup dalam kebersamaan dan berkelompok. Kelompok didukung oleh terbentuknya serta berkumpulnya sejumlah orang yang memiliki tujuan yang sama.

Berbagai kegiatan yang dilakukan oleh Sekolah untuk mengakomodir berbagai tujuan kelompok tertentu yaitu dilakukanlah suatu kegiatan berupa bimbingan kelompok. Dimana bimbingan kelompok ini diberikan oleh guru pembimbing sebagai fasilitator dengan anggota para siswa itu sendiri.

Bimbingan kelompok diartikan sebagai upaya bantuan kepada individu dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan yang diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhannya (Rochman Natawijaya, 1987). Pelayanan dalam bimbingan kelompok ini diberikan oleh konselor kepada peserta didik melalui kelompok kecil, yang bertujuan untuk merespon kebutuhan dan minat peserta didik


(24)

mengenai masalah yang bersifat umum yang dirasakan sebagai masalah bersama.

Selanjutnya dalam bimbingan kelompok merupakan sarana untuk menunjang perkembangan optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan bagi dirinya sendiri, dan sebagai suatu cara memberikan bantuan kepada individu melalui kegiatan kelompok (Tohirin, 2007). Bimbingan merupakan salah satu kegiatan layanan yang paling banyak dipakai karena lebih efektif, banyak orang yang mendapatkan layanan sekaligus dalam satu waktu. Layanan ini juga sesuai dengan teori belajar karena mengandung aspek sosial yaitu belajar bersama. Peserta layanan akan berbagi ide dan saling mempengaruhi untuk berkembang menjadi manusia seutuhnya.

Bimbingan kelompok dalam penelitian ini yaitu kegiatan bimbingan yang dilakukan oleh peneliti kepada siswa kelas VII SMPN 2 Cicalengka untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa, melalui berbagai tahapan yaitu pembentukan, peralihan, kegiatan serta pengakhiran, dimana pelaksanaannya melibatkan para siswa untuk melakukan sebuah interaksi dinamis sehingga terbentuknya keterikatan emosional dan penerimaan antara pribadi siswa.

2. Kecerdasan emosional

Kata Emosi berarti suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang menyertainya, keadaan psikologis dan biologis serta sederet impuls (dorongan) untuk beraksi. Menurut Daniel Goleman (2002) emosi merujuk


(25)

pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis, psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Semua emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi berbagai permasalahan yang muncul. Terdapat beberapa golongan emosi yang terdiri dari amarah, kesedihan, rasa takut, kenikmatan, cinta terkejut, jengkel dan rasa malu. Emosi merupakan respon kita terhadap lingkungan sekitar yang muncul dari kombinasi antara fikiran (thought), perasaan (feelings) dan tindakan (action).

Menurut para ahli, emosi sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, tidak sedikit orang yang sukses dikarenakan ia memiliki kecerdasan dalam mengelola emosi pribadinya. Kecerdasan emosional semakin perlu difahami, dimiliki dan diperhatikan. Menurut Goleman (2002), kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence), menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.

Sementara menurut Caruso (2004) “emotional intelligence as the ability to accurately identify emotions, use emotion to help you think, understand what cause emotions and manage to stay open these emotions in other capture the wisdom of our feeling, dapat diartikan bahwa kecerdasan emosional sebagai kemampuan untuk berfikir, memahami serta mengatur emosi yang akan membuat perasaan kita berubah menjadi bijaksana.


(26)

Kecerdasan emosional didefinisikan sebagai kemampuan merasakan, memahami secara efektif, menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi dan koneksi dan pengaruh manusiawi. Selain itu kecerdasan emosional juga dapat diartikan kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi serta mengatur keadaan jiwa.

Dengan kecerdasan emosional tersebut, seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati. Terdapat berbagai aspek yang mendasari kecerdasan emosi tersebut diantaranya yaitu kemampuan untuk menggunakan emosi secara efektif dalam mengelola diri sendiri dan mempengaruhi hubungan dengan orang lain secara positif dan diukur dari self awareness yang merupakan kemampuan seseorang untuk mengetahui perasaan dalam dirinya, self management yaitu merupakan kemampuan menangani emosinya sendiri, motivation adalah kemampuan menggunakan hasrat untuk setiap saat membangkitkan semangat dan tenaga, empathy merupakan kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, relationship management merupakan kemampuan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain.

Kecerdasan emosional dalam penelitian ini merupakan kemampuan siswa SMPN 2 Cicalengka dalam merasakan yang dirasakan dirinya dan orang lain, memahami secara efektif dengan daya nalar yang logis, serta melakukan tindakan dengan menerapkan kepekaan emosi secara manusiawi. Secara lebih mendetail beserta indikator yang menyertai di antaranya :


(27)

1. Kemampuan mengetahui perasaan dalam dirinya, secara operasional ditandai dengan indikator yaitu (a) Kemampuan dalam menghadapi situasi saat ini.

2. Kemampuan menangani Emosi diri, secara operasional ditandai dengan indikator yaitu (a) Kemampuan dalam memiliki kesadaran emosi diri, (b) Mengekspresikan emosi positif dan negatif dengan tepat, (c) Memiliki tingkat kepedulian terhadap diri serta ketangguhan dalam menghadapi kehidupan

3. Kemampuan untuk memiliki keinginan membangkitkan semangat, secara operasional ditandai dengan indikator yaitu (a) Mengaktualisasikan motivasi diri, (b) Bersikap optimis serta memiliki sudut pandang yang jauh ke depan, (c) Memiliki pandangan yang positif dalam menilai segala sesuatu yang terjadi pada dirinya

4. Kemampuan merasakan apa yang dirasakan orang lain, secara operasional ditandai dengan indikator yaitu (a) Kemampuan dalam memelihara kualitas hidup serta hubungan dengan orang lain, (b) Kemampuan dalam mendengarkan suara hati dan tidak ragu dalam bersikap, (c) Kemampuan dalam menangani konflik batin antara dirinya dengan yang dirasakan oleh orang lain

5. Kemampuan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain, secara operasional ditandai dengan indikator yaitu (a) Kemampuan dalam membangun hubungan dengan orang diluar dirinya, (b) Kemampuan dalam menerima ekspresi emosi positif dan negatif dari


(28)

orang lain, (c) Kemampuan dalam membaca dan merespon ekspresi emosi orang lain dengan tepat, (d) Kemampuan mengenali proses perubahan emosi orang lain.

D. Pengembangan Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data merupakan suatu cara yang ditempuh oleh peneliti untuk memperoleh data yang diteliti. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psikologi. Skala psikologi adalah skala untuk pengukuran di bidang psikologis. Skala psikologi merupakan alat ukur aspek psikologis atau atribut afektif, sedangkan alat pengumpul data yang digunakan adalah skala kecerdasan emosional untuk mengetahui keadaan diri siswa.

Pada skala psikologi pertanyaannya merupakan stimulus yang tertuju pada indikator untuk memancing jawaban yang merupakan refleksi dari keadaan diri subjek yang biasanya tidak disadari oleh responden yang bersangkutan. Format respon yang digunakan dalam instrumen penelitian ini terdiri dari 4 pilihan jawaban dari pertanyaan yang ada. Nilai tengah dihilangkan untuk menghindari kecenderungan responden memilih jawaban yang berada pada nilai tengah tersebut atau jawaban ragu-ragu.

Jenis instrumen pengungkap data penelitian ini adalah skala psikologi yang diaplikasikan dengan format rating scales (skala-penilaian) dalam Kemampuan Kecerdasan Emosional Siswa. Model rating-scales yang digunakan yaitu summated ratings (Likert) dengan alternatif respons pernyataan subjek skala 4 (Empat). Keempat alternatif respons tersebut diurutkan dari kemungkinan kesesuaian tertinggi sampai dengan kemungkinan


(29)

kesesuaian terendah, yaitu : 1) Sangat Sesuai dengan saya (SS), 2) Sesuai dengan saya (S), 3) Tidak Sesuai dengan saya (TS), dan 4) Sangat Tidak Sesuai dengan saya (STS). Secara sederhana, tiap opsi alternatif respons mengandung arti dan nilai skor seperti tertera pada tabel berikut:

Tabel 3.2

Pola Skor Opsi Alternatif Respons Model Summated Rating (Likert) pada SPKE

Pernyataan

Skor Empat Opsi Alternatif Respons

STS TS S SS

Favorabel (+) 1 2 3 4

1. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen

Kisi-kisi instrumen Skala Perkembangan Kecerdasan Emosional dikembangkan dari definisi operasional variabel penelitian yang di dalamnya terkandung aspek-aspek indikator untuk kemudian dijabarkan dalam bentuk pernyataan skala. Langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen dilakukan dalam beberapa tahap, baik dalam perbuatan atau uji cobanya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan di bawah ini yaitu membuat kisi-kisi pengembangan instrumen terlebih dahulu, uji coba di lapangan, revisi dan instrumen jadi.


(30)

Gambar 3.4. Prosedur Penyusunan Instrumen

Data yang akan diungkap dalam penelitian ini yaitu tentang kecerdasan emosional oleh karena itu instrumen yang digunakan yaitu berupa skala kecerdasan emosional. Kisi-kisi yang peneliti kembangkan yaitu aspek-aspek kecerdasan emosional. Instrumen yang telah dibuat diujicobakan sebelum dipergunakan sebagai pengumpul data. Uji coba ini untuk melihat validitas dan reliabilitas instrumen.

Tabel 3. 3

Kisi-kisi Kecerdasan Emosional

Aspek Indikator Jml No.

Pernyataan 1. Kemampuan

mengetahui perasaan dalam dirinya

a. Kemampuan dalam menghadapi situasi

emosional saat ini 5 1, 2, 3, 4

2. Kemampuan menangani emosi diri

b. Kemampuan dalam memiliki

kesadaran emosi diri 3 5, 6, 7 c. Mengekspresikan emosi

positif dan negatif dengan tepat

2 8, 9 Instrumen

Kisi-kisi/ pengembangan instrumen penelitian

Uji coba

Instrumen jadi Revisi


(31)

d. Memiliki tingkat kepedulian terhadap diri serta

ketangguhan dalam menghadapi kehidupan

2 10, 11

3. Kemampuan untuk memiliki keinginan membangkitk an semangat

e. Mengaktualisasikan Motivasi

diri 3 12, 13, 14

f. Bersikap optimis serta memiliki sudut pandang yang jauh ke depan

2 15, 16

g. Memiliki pandangan yang positif dalam menilai segala sesuatu yang terjadi pada dirinya

1 17

4. Kemampuan merasakan apa yang dirasakan orang lain

h. Kemampuan dalam memelihara kualitas hidup serta hubungan dengan orang lain

4 18,19, 20, 21

i. Kemampuan dalam

mendengarkan suara hati dan tidak ragu dalam bersikap

2 22, 23

j. Kemampuan dalam menangani konflik batin antara dirinya dengan yang dirasakan oleh orang lain

1 24

5. Kemampuan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang

k. Kemampuan dalam membangun hubungan dengan orang di luar dirinya

3 25, 26, 27

l. Kemampuan dalam menerima ekspresi emosi positif dan negatif dari orang


(32)

lain lain

m. Kemampuan dalam membaca dan merespon ekspresi emosi orang lain dengan tepat

3 31, 32, 33

n. Kemampuan mengenali proses perubahan emosi orang lain

2 34, 35

Jumlah 35 2. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

a. Validitas

Penilaian terhadap kuesioner ini dilakukan oleh tiga orang pakar (judgest), yaitu orang yang memiliki spesialis dalam bidang penyusunan instrumen/kuesioner. Penilaian ini dilakukan untuk menentukan validitas isi (content validity) dari kuesioner kecerdasan emosional yang telah disusun. Validitas isi adalah validitas yang ditentukan oleh derajat representativitas butir-butir tes yang telah disusun telah mewakili keseluruhan materi yang hendak diukur tersebut. Instrumen tersebut dinyatakan valid setelah dianalisis oleh ketiga pakar tersebut dan dinyatakan untuk bisa dijadikan sebagai instrumen penelitian untuk diuji di lapangan sebelum disebarkan pada subjek penelitian.

Setelah instrumen tersusun sebanyak 50 pernyataan, kemudian dilakukan proses analisis validasi isi kuesioner kecerdasan emosional ini kepada tiga orang pakar pakar yaitu orang yang memiliki spesialis dalam bidang penyusunan instrumen/kuesioner yakni; 1) Prof. Dr. H. A. Juntika


(33)

Nurihsan, M. Pd, 2) Dr. Ilfiandra, M. Pd dan 3) Dr. Ipah Saripah, M. Pd, dan format analisis yang sudah disediakan. Ketiga pakar inilah yang akan menentukan layak atau tidaknya kuesioner untuk disebarkan kepada siswa. Berdasarkan pertimbangan para ahli tersebut ada beberapa pernyataan item yang dinilai tidak relevan karena harus disesuaikan dengan subjek penelitian yaitu siswa tingkat Sekolah Menengah Pertama, dengan tata bahasa yang mengikuti pemahaman remaja tingkat SMP, sehingga pada akhirnya disepakati sebanyak 44 Pernyataan untuk disebarkan kepada siswa yang selanjutnya untuk dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang akan diukur dan mempunyai validitas tinggi serta dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti. Uji validitas yang dilakukan dengan menggunakan rumus “korelasi product moment” yang dikemukakan oleh Karl Pearson sebagai berikut :

= Σ Σ Σ Σ Keterangan:

r xy : Koefisien korelasi antar X dan Y N : Jumlah responden Σ X : Jumlah skor item Σ Y : Jumlah skor total

Σ X2 : Jumlah kuadrat dari skor item Σ Y2 : Jumlah kuadrat dari skor total Σ XY : Jumlah perkalian skor total dengan skor item


(34)

Pengujian validitas butir yang dilakukan dengan program excel, kriteria butir soal dalam kategori valid adalah jika nilai hitung r > nilai tabel r, pada taraf signifikansi 5%, dan kriteria butir soal kategori drop (tidak valid) adalah jika nilai hitung r < nilai tabel r. Rekapitulasi hasil pengujian validitas dapat dibuat seperti tampak pada tabel berikut:

Tabel 3.4

Hasil Uji Coba Validitas Instrumen Kecerdasan Emosional No Item Nilai Hitung r Nilai Tabel r Keterangan

1 0.4 0,32 Valid

2 0.395 0,32 Valid

3 0.402 0,32 Valid

4 0.468 0,32 Valid

5 0.175 0,32 Tdak Valid

6 0.37 0,32 Valid

7 0.378 0,32 Valid

8 0.368 0,32 Valid

9 0.14 0,32 Tidak Valid

10 -0.11 0,32 Tidak Valid

11 0.402 0,32 Valid

12 0.416 0,32 Valid

13 0.387 0,32 Valid

14 0.007 0,32 Tidak Valid

15 0.355 0,32 Valid

16 0.046 0,32 Tidak Valid

17 0.488 0,32 Valid

18 0.382 0,32 Valid

19 0.613 0,32 Valid

20 0.337 0,32 Valid

21 0.384 0,32 Valid

22 0.276 0,32 Tidak Valid

23 0.351 0,32 Valid

24 0.498 0,32 Valid

25 0.383 0,32 Valid

26 0.35 0,32 Valid


(35)

28 0.39 0,32 Valid

29 0.261 0,32 Tidak Valid

30 0.493 0,32 Valid

31 0.189 0,32 Tidak Valid

32 0.364 0,32 Valid

33 0.368 0,32 Valid

34 0.6 0,32 Valid

35 0.475 0,32 Valid

36 0.437 0,32 Valid

37 0.352 0,32 Valid

38 0.029 0,32 Tidak Valid

39 0.403 0,32 Valid

40 0.515 0,32 Valid

41 0.509 0,32 Valid

42 0.693 0,32 Valid

43 0.506 0,32 Valid

44 0.355 0,32 Valid

Berdasarkan perhitungan pada Tabel 3.4 tersebut, dari 44 butir pernyataan tentang Kecerdasan emosional terdapat 35 butir pernyataan yang valid dan 9 butir pernyataan gugur. Secara umum kuesioner tentang kecerdasan emosional seluruh pernyataan mewakili aspek yang hendak diteliti. Untuk hasil perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada lampiran.

b. Reliabilitas

Reliabilitas atau keterandalan instrumen sebagai alat ukur dimaksudkan untuk mengetahui sejumlah kebenaran alat ukur tersebut sesuai atau cocok digunakan sebagai alat ukur. Teknik yang diuji menggunakan rumus alpha


(36)

r 11 : Reliabilitas instrumen k : Banyaknya butir pertanyaan Σαb2 : Jumlah varian butir Σt2 : Varians total

Pengujian reliabilitas perumusan hipotesisnya adalah : Ha = Skor butir berkolerasi positif dengan faktornya, dan Ho = Skor butir tidak berkorelasi positif dengan faktornya. Dasar pengambilan keputusannya adalah : Jika r Alpha positif dan r Alpha > r tabel, maka butir atau variabel tersebut reliabel. Ha diterima, (jika r Alpha > r tabel tapi bertanda negatif, Ha tetap akan ditolak) dan Jika r Alpha positif dan r Alpha < r tabel, maka butir atau variabel tersebut tidak reliabel. Ha ditolak. Sugiyono (1999:149) menjelaskan bahwa kualifikasi normatif nilai koefisien reliabilitas ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 3.5

Kriteria Nilai Koefisien Reliabilitas Koefesien Korelasi Kualifikasi

0,00 – 0,19 Sangat rendah

0,00 – 0,19 Rendah

0,40 – 0,59 Sedang

0,60 – 0,79 Tinggi

0,80 – 1,00 Sangat Tinggi

Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini, koefisien Alpha (α) dicari menggunakan program microsof office 2007. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan program microsof office 2007 didapatkan nilai Alpha Cronbach 0,85 dan rtabel 0,344 pada taraf signifikansi 5 %. Jelas terlihat bahwa r Alpha > r tabel (0,85>0,344). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kuesioner kecerdasan emosional dinyatakan reliabel. Nilai reliabilitas sebesar 0,85 tersebut berada pada katagori sangat tinggi berdasarkan pada tabel koefesien reliabilitas.


(37)

E. Prosedur Analisis Data

Prosedur analisis data disajikan dalam beberapa kajian yaitu : Pengujian Persyaratan Analisis dan Metode Analisis Data yang dijabarkan sebagai berikut. 1. Pengujian Persyaratan Analisis

a. Uji normalitas

Pada penelitian ini diupayakan pengujian normalitas sebaran data. Uji normalitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Pengujian normalitas sebaran data dilakukan dengan cara membandingkan nilai Kolmogorov-Smirnov (K-S) dan Probabilitas dengan nilai signifikannya adalah 0,05. Dengan dasar pengambilan keputusan bahwa : P dari koefesien K-S > 0,05, maka data berdistribusi normal, dan P dari koefesien K-S < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal. Perhitungan dalam pengujian normalitas sebaran data ini menggunakan program SPSS 17.0 for Windows.

2. Metode Analisis Data a. Deskripsi Data

Data yang diperoleh melalui kuesioner kecerdasan emosional yang telah diujicobakan perlu untuk dideskripsikan kembali, ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan kemampuan kecerdasan emosional siswa. Dalam penelitian ini kuesioner dipergunakan untuk mengetahui rerata skor pretest untuk mengetahui kemampuan kecerdasan siswa dan skor posttest untuk mengetahui rerata skor setelah masing-masing kelompok diberikan treatment yang menentukan efektif tidaknya bimbingan kelompok yang diberikan


(38)

kepada siswa. Data dalam penelitian ini dideskripsikan dengan perbandingan rerata empiris data kemampuan kecerdasan emosional siswa berdasarkan pengamatan awal, dan akhir kelompok yang diberikan bimbingan kelompok. b. Teknik Analisis Data

Tujuan dari analisis data dalam penelitian ini adalah untuk mengungkapkan apa yang ingin diketahui dari penelitian ini, yaitu ingin mengetahui efektivitas bimbingan kelompok untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa. Adapun perhitungan analisis datanya menggunakan program SPSS 17.0. for windows.

Analisis data dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Analisis Profil Kecerdasan Emosional Siswa Kelas VII SMPN 2 Cicalengka

Analisis terhadap gambaran umum atau profil kecerdasan emosional dilakukan dengan tahapan berikut:

a) Menentukan skor maksimal ideal yang diperoleh sampel dengan rumus: Skor maksimal ideal = Jumlah soal x skor tertinggi

b) Menentukan skor minimal ideal yang diperoleh sampel dengan rumus: Skor minimal ideal = jumlah soal x skor terendah.

c) Mencari rentang skor ideal yang diperoleh sampel dengan rumus: Rentang Skor= Skor maksimal ideal – Skor minimal ideal


(39)

Berdasarkan langkah perhitungan tersebut didapatkan kriteria kecerdasan emosional siswa kedalam kategori kecerdasan emosional sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah.

2) Analisis Efektivitas Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa

Dalam upaya mengetahui efektivitas bimbingan kelompok untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa dilakukan dengan teknik uji t independent (independent sample t test) melalui analisis data kemampuan kecerdasan emosional siswa sebelum dan sesudah diberikan perlakuan bimbingan kelompok. cara ini dilakukan dengan membandingkan data normalized gain score antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Tujuan uji tersebut adalah untuk mengetahui data empirik tentang keefektivan bimbingan kelompok dibandingkan model lain yang diterima oleh kelompok kontrol. Perhitungan tersebut menggunakan bantuan software Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 17.0.

Adapun prosedur pengujian efektivitas bimbingan kelompok adalah menghitung data normalized gain (N-Gain). Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui selisih antara skor posttest dengan pretest pada kelompok eksperimen dan kontrol. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut

pretest

-maksimal

skor

pretest

posttest


(40)

Selanjutnya menguji perbedaan efektivitas bimbingan kelompok untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa menggunakan uji t independent (independent sample t test). Kriteria untuk uji t tersebut berpandangan pada hipotesis statistik dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa : Ho.= bimbingan kelompok tidak efektif untuk meningkatkan kecerdasan emosional pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Cicalengka, H1.= bimbingan kelompok efektif untuk meningkatkan kecerdasan emosional pada siswa kelas VII SMPN 2 Cicalengka . Taraf keyakinan (α) yang digunakan sebagai kriteria dasar pengambilan keputusan hipotesisnya adalah pada taraf signifikansi 5% atau α=0,05. Dengan demikian pengambilan keputusannya adalah : 1) Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan H1 diterima; dan 2) Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan H1 ditolak. Rumus untuk menentukan thitung yang dipergunakan untuk menganalisis hipotesis penelitian tersebut yaitu :

t =

(

1 1

)(

2 1

)

2 2 2 1 2 1 − − + − n n S S X X (Furqon, 1997:167) Keterangan :

X1 = Rata-rata skor kelompok eksperimen X2 = Rata-rata skor kelompok kontrol S12 = Variansi kelompok eksperimen


(41)

S22 = Variansi kelompok kontrol

n1 = Jumlah subjek kelompok eksperimen n2 = Jumlah subjek kelompok kontrol


(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan pada proses pembelajaran, analisis data penelitian, uji statistik serta pembahasan pada bagian terdahulu tentang program bimbingan kelompok, studi pendahuluan, gambaran umum serta kuesioner terhadap peningkatan kemampuan kecerdasan emosional pada siswa, secara keseluruhan studi ini telah memenuhi tujuannya yaitu pelaksanaan program bimbingan kelompok yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan kecerdasan emosional siswa. Kesimpulan berdasarkan hasil penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Profil kecerdasan emosional siswa SMPN 2 Cicalengka tergolong pada kategori rendah, kriteria siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah diantaranya siswa belum dapat merespon berbagai macam kondisi emosi secara wajar dan positif, sebagian besar masih kebingungan dan bersikap impulsif (kekanak-kanakan) seperti egois, mau menang sendiri, tidak sabaran ataupun melakukan sesuatu tanpa pertimbangan norma (agama atau adat istiadat), cenderung selalu bermasalah dengan orang lain karena kurang menghargai perasaan orang lain. Oleh karenanya diperlukan berbagai bantuan kepada siswa untuk dapat meningkatkan kemampuan kecerdasan emosionalnya secara efektif.

2. Program bimbingan kelompok yang telah disusun merupakan suatu rencana atau pola kegiatan bimbingan kelompok dengan menggunakan tahap-tahap pelaksanaan kegiatan, rencana dan pola kegiatan tersebut dijabarkan ke dalam


(43)

komponen-komponen: (1) Prinsip dasar, dimana mencerminkan konsep bimbingan kelompok, visi dan misi bimbingan konseling serta kebutuhan para siswa, (2) tujuan layanan bimbingan kelompok, khususnya bagi peningkatan kemampuan kecerdasan emosional siswa, (3) isi bimbingan kelompok, meliputi layanan dasar bimbingan, layanan responsif, layanan perencanaan individual dan dukungan sistem.

3. Bimbingan kelompok yang diterapkan kepada siswa terbukti efektif untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa, nilai rata-rata Post-Test lebih tinggi dari Pre-Test. Dengan melihat bahwa skor Post-Test lebih tinggi dari skor Pre-Test, maka dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan pada kemampuan kecerdasan emosional siswa setelah diberikan kegiatan bimbingan kelompok.

B. Rekomendasi

Berdasarkan analisis terhadap temuan penelitian dan pembahasan maka dikemukakan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

1. Kepala Sekolah

Berdasarkan hasil penelitian bimbingan kelompok efektif untuk meningkatkan kemampuan kecerdasan emosional siswa termasuk di dalamnya aspek kemampuan membangkitkan semangat, maka diharapkan kepala sekolah dapat mendukung berbagai kegiatan yang dapat membangkitkan semangat para siswa. Selain itu kepala sekolah beserta warga sekolah lainnya diharapkan dapat menjadi teladan para siswanya dengan memiliki kepribadian yang dikagumi oleh banyak orang seperti bisa dijadikan tempat sharing oleh


(44)

para siswa ataupun sering bersilaturahmi untuk secara langsung menyapa siswa ke dalam kelas.

2. Kepada Guru Bimbingan dan Konseling

Guru bimbingan dan konseling dalam memberikan layanan bimbingan di kelas mampu menunjukkan diri sebagai individu yang memiliki kemampuan kecerdasan emosional yang tinggi, sehingga siswa akan menyenangi guru tersebut dan berupaya untuk meningkatkan kecerdasan emosionalnya. Berdasarkan hasil penelitian bahwa pada berbagai aspek kecerdasan emosional terjadi peningkatan yang signifikan, akan tetapi pada aspek kemampuan menangani emosi diri masih memerlukan penambahan materi layanan agar lebih tampak peningkatannya.

3. Kepada Peneliti Selanjutnya

Kepada pihak-pihak yang ingin meneliti lebih jauh tentang peningkatan kemampuan kecerdasan emosional siswa, dapat dilakukan melalui pendekatan yang berbeda dengan bimbingan kelompok seperti konseling kelompok dengan mempergunakan teknik khusus yang dipandang efektif untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa seperti Ratio-emotive therapy. Selain itu jumlah subjek penelitian dapat ditambah dan mewakili berbagai tingkat pendidikan seperti tingkat SMA, TK ataupun SD.


(1)

Berdasarkan langkah perhitungan tersebut didapatkan kriteria kecerdasan emosional siswa kedalam kategori kecerdasan emosional sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah.

2) Analisis Efektivitas Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa

Dalam upaya mengetahui efektivitas bimbingan kelompok untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa dilakukan dengan teknik uji t independent (independent sample t test) melalui analisis data kemampuan kecerdasan emosional siswa sebelum dan sesudah diberikan perlakuan bimbingan kelompok. cara ini dilakukan dengan membandingkan data

normalized gain score antara kelompok eksperimen dengan kelompok

kontrol. Tujuan uji tersebut adalah untuk mengetahui data empirik tentang keefektivan bimbingan kelompok dibandingkan model lain yang diterima oleh kelompok kontrol. Perhitungan tersebut menggunakan bantuan software Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 17.0.

Adapun prosedur pengujian efektivitas bimbingan kelompok adalah menghitung data normalized gain (N-Gain). Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui selisih antara skor posttest dengan pretest pada kelompok eksperimen dan kontrol. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut

pretest

-maksimal

skor

pretest

posttest


(2)

Selanjutnya menguji perbedaan efektivitas bimbingan kelompok untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa menggunakan uji t independent (independent sample t test). Kriteria untuk uji t tersebut berpandangan pada hipotesis statistik dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa : Ho.= bimbingan kelompok tidak efektif untuk

meningkatkan kecerdasan emosional pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Cicalengka, H1.= bimbingan kelompok efektif untuk meningkatkan

kecerdasan emosional pada siswa kelas VII SMPN 2 Cicalengka . Taraf keyakinan (α) yang digunakan sebagai kriteria dasar pengambilan keputusan hipotesisnya adalah pada taraf signifikansi 5% atau α=0,05. Dengan demikian pengambilan keputusannya adalah : 1) Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan H1 diterima; dan 2) Jika t hitung < t tabel, maka Ho

diterima dan H1 ditolak. Rumus untuk menentukan thitung yang

dipergunakan untuk menganalisis hipotesis penelitian tersebut yaitu :

t =

(

1 1

)(

2 1

)

2 2 2 1 2 1 − − + − n n S S X X (Furqon, 1997:167) Keterangan :

X1 = Rata-rata skor kelompok eksperimen

X2 = Rata-rata skor kelompok kontrol


(3)

S22= Variansi kelompok kontrol

n1 = Jumlah subjek kelompok eksperimen


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan pada proses pembelajaran, analisis data penelitian, uji statistik serta pembahasan pada bagian terdahulu tentang program bimbingan kelompok, studi pendahuluan, gambaran umum serta kuesioner terhadap peningkatan kemampuan kecerdasan emosional pada siswa, secara keseluruhan studi ini telah memenuhi tujuannya yaitu pelaksanaan program bimbingan kelompok yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan kecerdasan emosional siswa. Kesimpulan berdasarkan hasil penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Profil kecerdasan emosional siswa SMPN 2 Cicalengka tergolong pada kategori rendah, kriteria siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah diantaranya siswa belum dapat merespon berbagai macam kondisi emosi secara wajar dan positif, sebagian besar masih kebingungan dan bersikap

impulsif (kekanak-kanakan) seperti egois, mau menang sendiri, tidak sabaran

ataupun melakukan sesuatu tanpa pertimbangan norma (agama atau adat istiadat), cenderung selalu bermasalah dengan orang lain karena kurang menghargai perasaan orang lain. Oleh karenanya diperlukan berbagai bantuan kepada siswa untuk dapat meningkatkan kemampuan kecerdasan emosionalnya secara efektif.

2. Program bimbingan kelompok yang telah disusun merupakan suatu rencana atau pola kegiatan bimbingan kelompok dengan menggunakan tahap-tahap pelaksanaan kegiatan, rencana dan pola kegiatan tersebut dijabarkan ke dalam


(5)

komponen-komponen: (1) Prinsip dasar, dimana mencerminkan konsep bimbingan kelompok, visi dan misi bimbingan konseling serta kebutuhan para siswa, (2) tujuan layanan bimbingan kelompok, khususnya bagi peningkatan kemampuan kecerdasan emosional siswa, (3) isi bimbingan kelompok, meliputi layanan dasar bimbingan, layanan responsif, layanan perencanaan individual dan dukungan sistem.

3. Bimbingan kelompok yang diterapkan kepada siswa terbukti efektif untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa, nilai rata-rata Post-Test lebih tinggi dari Pre-Test. Dengan melihat bahwa skor Post-Test lebih tinggi dari skor Pre-Test, maka dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan pada kemampuan kecerdasan emosional siswa setelah diberikan kegiatan bimbingan kelompok.

B. Rekomendasi

Berdasarkan analisis terhadap temuan penelitian dan pembahasan maka dikemukakan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

1. Kepala Sekolah

Berdasarkan hasil penelitian bimbingan kelompok efektif untuk meningkatkan kemampuan kecerdasan emosional siswa termasuk di dalamnya aspek kemampuan membangkitkan semangat, maka diharapkan kepala sekolah dapat mendukung berbagai kegiatan yang dapat membangkitkan semangat para siswa. Selain itu kepala sekolah beserta warga sekolah lainnya diharapkan dapat menjadi teladan para siswanya dengan memiliki kepribadian yang dikagumi oleh banyak orang seperti bisa dijadikan tempat sharing oleh


(6)

para siswa ataupun sering bersilaturahmi untuk secara langsung menyapa siswa ke dalam kelas.

2. Kepada Guru Bimbingan dan Konseling

Guru bimbingan dan konseling dalam memberikan layanan bimbingan di kelas mampu menunjukkan diri sebagai individu yang memiliki kemampuan kecerdasan emosional yang tinggi, sehingga siswa akan menyenangi guru tersebut dan berupaya untuk meningkatkan kecerdasan emosionalnya. Berdasarkan hasil penelitian bahwa pada berbagai aspek kecerdasan emosional terjadi peningkatan yang signifikan, akan tetapi pada aspek kemampuan menangani emosi diri masih memerlukan penambahan materi layanan agar lebih tampak peningkatannya.

3. Kepada Peneliti Selanjutnya

Kepada pihak-pihak yang ingin meneliti lebih jauh tentang peningkatan kemampuan kecerdasan emosional siswa, dapat dilakukan melalui pendekatan yang berbeda dengan bimbingan kelompok seperti konseling kelompok dengan mempergunakan teknik khusus yang dipandang efektif untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa seperti Ratio-emotive therapy. Selain itu jumlah subjek penelitian dapat ditambah dan mewakili berbagai tingkat pendidikan seperti tingkat SMA, TK ataupun SD.


Dokumen yang terkait

Media Pembelajaran Matematika Kelas VII Tingkat Sekolah Menengah Pertama Menggunakan Macromedia Flash 8

2 35 66

Analisis Soal Dalam Buku Siswa Matematika Kurikulum 2013 Untuk Sekolah Menengah Pertama Kelas VII Berdasarkan Dimensi

0 7 5

Hubungan antara kompetensi profesional guru dengan ptrestasi belajar siswa : studi korelasi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Legok-Tangerang

0 13 80

Pengaruh Sarapan Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa Di Kelas Viii Sekolah Menengah Pertama Negeri 20 Bekasi

32 157 64

EFEKTIVITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MODIFIED JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 4 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 10 61

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PENDEKATAN OPEN-ENDED DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN Novita Rochmadeni KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah Tahun Ajaran 2011/2012)

1 9 55

PENGARUH ACTIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENGELOLAAN LINGKUGAN (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Talangpadang Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 8 56

PENGARUH ACTIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PEMANASAN GLOBAL (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 3 53

PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA TERHADAP KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI SISWA DI SEKOLAH (Penelitian Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 19 Surakarta Tahun Pelajaran 20152016)

0 5 31

Pengaruh pemberian sarapan terhadap memori jangka pendek siswa Kelas Viii Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Surakarta

0 0 53