EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL DENGAN TEKNIK DESENSITISASI SISTEMATIS UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN: Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Singaraja Tahun Ajaran 2010/2011.

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 12

E. Asumsi Penelitian ... 13

F. Hipotesis Penelitian ... 14

G. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 15

BAB II KAJIAN TEORI TENTANG KECEMASAN SISWA MENGHADAPI UJIAN DAN TEKNIK DESENSITISASI SISTEMATIS DALAM KONSELING BEHAVIORAL ... 16

A. Hakikat Kecemasan Menghadapi Ujian ... 16

1. Masalah Kesulitan Belajar ... 16

2. Pengertian Kecemasan Ujian ... 20

3. Tipe-tipe Kecemasan ... 28

4. Faktor Penyebab Kecemasan Menghadapi Ujian ... 30

5. Dimensi-dimensi Kecemasan Menghadapi Ujian ... 32

6. Dampak Kecemasan Menghadapi Ujian ... 36

7. Pengelolaan Kecemasan Menghadapi Ujian Siswa di Sekolah ... 38

B. Teknik Desensitisasi Sistematis dalam Konseling Behavioral ... 43


(2)

a. Konsep Dasar Konseling Behavioral... 44

b. Pengertian Konseling Behavioral ... 44

c. Tujuan Konseling Behavioral ... 47

d. Teknik Konseling Behavioral ... 49

f. Pandangan Konseling Behavioral terhadap Kecemasan ... 52

g. Langkah-langkah Konseling Behavioral ... 53

h. Asumsi Tingkah Laku Bermasalah ... 54

2. Hakikat Teknik Desensitisasi Sistematis ... 55

a. Pengertian Teknik Desensitisasi Sistematis ... 55

b. Konsep Dasar Teknik Desensitisasi Sistematis ... 57

c. Relevansi dan Manfaat Teknik Desensitisasi Sistematis terhadap Kecemasan Menghadapi Ujian ... 61

d. Prosedur Teknik Desensitisasi Sistematis sebagai Upaya dalam Mereduksi Kecemasan Menghadapi Ujian ... 64

e. Penyusunan Program Teknik Desensitisasi Sistematis untuk Mereduksi Kecemasan Menghadapi Ujian ... 70

C. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 74

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 77

A. Desain Penelitian ... 77

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 79

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 81

D. Pengembangan Instrumen Penelitian... 86

E. Prosedur Analisis Data ... 94

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 99

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 113

A. Hasil Penelitian ... 113

1. Profil Umum Kecemasan Siswa Menghadapi Ujian ... 113

2. Profil Umum Aspek-aspek Kecemasan Siswa Menghadapi Ujian ... 114

3. Profil Kecemasan Siswa Menghadapi Ujian Sebelum dan Setelah Diberikan Perlakuan ... 115


(3)

Desensitisasi untuk Mereduksi Kecemasan Menghadapi Ujian ... 124

5.Program Konseling Behavioral dengan Teknik Desensitisasi Sistematis ... 130

B. Pembahasan ... 166

1. Profil Umum Kecemasan Siswa Menghadapi Ujian ... 166

2. Profil Umum Aspek-aspek Kecemasan Siswa Menghadapi Ujian ... 168

3. Profil Kecemasan Siswa Menghadapi Ujian Sebelum dan Setelah Diberikan Perlakuan ... 171

4. Efektivitas Teknik Konseling Behavioral dengan Teknik Desensitisasi untuk Mereduksi Kecemasan Menghadapi Ujian ... 178

5. Evaluasi Program Konseling Behavioral dengan Teknik Desensitisasi Sistematis untuk Mereduksi Kecemasan Menghadapi Ujian ... 182

6. Keterbatasan Penelitian ... 185

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 187

A. Kesimpulan ... 187

B. Rekomendasi ... 188

DAFTAR PUSTAKA ... 190


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 3.1 Desain Quasi Eksperiment ... 77 3.2 Jumlah Populasi dan Sampel penelitian ... 81 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Kecemasan Menghadapi Ujian ... 87 3.4 Hasil Perhitungan Uji Validitas Butir Kuesioner Kecemasan

Menghadapi Ujian ... 91 3.5 Kriteria Nilai Koefisien Reliabilitas ... 93 3.6 Kriteria Umum Kecemasan Menghadapi Ujian ... 96 3.7 Kriteria Kecemasan Menghadapi Ujian Berdasarkan Aspek-aspeknya... 97 4.1 Profil Umum Kecemasan Menghadapi Ujian Siswa Kelas X

SMA Negeri 2 Singaraja ... 113 4.2 Profil Umum Kecemasan Menghadapi Ujian Berdasarkan

pada Aspek-aspeknya ... 114 4.3 Profil Kecemasan Menghadapi Ujian Sebelum Diberikan

Intervensi pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 116 4.4 Profil Kecemasan Menghadapi Ujian pada kelompok Eksperimen

dan Kontrol Dilihat dari Aspek-aspeknya ... 117 4.5 Profil kecemasan menghadapi ujian pada siswa pada kelompok

eksperimen setelah diberikan intervensi teknik desensitisasi sistematis ... 119 4.6 Profil kecemasan menghadapi ujian siswa pada kelompok kontrol

yang diberikan perlakuan konvensional ... 120 4.7 Profil Kecemasan Menghadapi Ujian pada kelompok Eksperimen

Setelah Diberikan Intervensi Dilihat dari Aspek-aspeknya ... 121 4.8 Profil Kecemasan Menghadapi Ujian pada kelompok Kontrol

Dilihat dari Aspek-aspeknya ... 122 4.9 Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 124 4.10 Hasil Perhitungan Rerata pretest-posttest kelompok eksperimen

kecemasan menghadapi ujian ... 125 4.11 Hasil uji t berpasangan Pre Test dan Post Test Kelompok Eksperimen ... 126


(5)

4.12 Hasil Perhitungan Rerata posttest kecemasan menghadapi ujian

pada kelompok eksperimen dan kontrol ... 127 4.13 Hasil uji t berpasangan Post Test Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 127 4.14 Hasil Perhitungan Gain Score kecemasan menghadapi ujian pada

kelompok eksperimen dan kontrol ... 128 4.15 Hasil uji t berpasangan Gain Score Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 129 4.16 Rekapitulasi Tingkat Efektivitas dan Signifikasi Teknik

Desensitisasi Sistematis untuk Mereduksi Kecemasan Menghadapi

Ujian ... 130 4.17 Rekapitulasi Sasaran Intervensi Kecemasan Menghadapi Ujian

Dilihat pada Aspek-aspeknya... 150 4.18 Instrumen Evaluasi Program Konseling Behavioral dengan Teknik

Desensitisasi Sistematis untuk Mereduksi Kecemasan Menghadapi Ujian pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Singaraja


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Rancangan Quasi Eksperiment ... 77 3.2 Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 112


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

01. Satuan Layanan Kegiatan ... 196

02. Modul Panduan Intervensi ... 224

03. Kuesioner Kecemasan Menghadapi Ujian ... 241

04. Hasil Pengolahan Analisis Data ... 245

05. Hasil Evaluasi Program ... 271

06. Dokumentasi Kegiatan Penelitian ... 274

07. SK Pembimbing Tesis ... 280


(8)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Keberhasilan pendidikan nasional tidak terlepas dari proses pembelajaran di sekolah. Sekolah merupakan salah satu unsur yang dominan dalam penyelenggaraan pendidikan formal, di samping keluarga dan masyarakat. Pendidikan yang berlangsung di sekolah meliputi seluruh aktivitas untuk membahas seperangkat materi pelajaran agar siswa mempunyai kecakapan dan pengetahuan yang bermanfaat dalam kehidupannya. Harapan keberhasilan pendidikan tersebut berlandaskan pada tujuan pendidikan nasional (UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003), yang menyatakan bahwa

”Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis,serta bertanggungjawab”. Dalam upaya mencapai tujuan pendidikan tersebut, sudah tentunya siswa mengalami berbagai kendala. Salah satunya adalah kesulitan belajar yang memungkinkan prestasi belajar siswa tidak sesuai dengan harapan.

Kesulitan dan rendahnya prestasi belajar merupakan salah satu faktor yang menjadi sorotan dunia pendidikan. Salah satu penyebab kesulitan dan rendahnya prestasi belajar adalah kecemasan. Pada umumnya, siswa mengalami kecemasan ketika dihadapkan pada pelajaran yang dianggap sulit, berorientasi untuk mendapkan nilai yang tinggi, guru tegas dalam mengajar serta cemas ketika menghadapi ujian. Kecemasan dalam menghadapi ujian tidak hanya dialami oleh


(9)

2

2

siswa yang kecerdasanya rendah, tetapi siswa yang kecerdasan dan motivasinya tinggipun dapat mengalami kesulitan belajar. Siswa yang mengalami kesulitan belajar, akan sukar dalam menyerap materi pelajaran yang disampaikan guru sehingga ia akan malas dalam belajar, serta tidak dapat menguasai materi, menghindari pelajaran, mengabaikan tugas-tugas yang diberikan guru, penurunan nilai belajar dan prestasi belajar rendah (Makmun, 2009 : 309). Salah satu kesulitan belajar yang dialami oleh siswa adalah perasaan cemas ketika menghadapi ujian pada mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa.

Kecemasan merupakan suatu kondisi yang hampir pernah dialami oleh semua orang, hanya tarafnya saja yang berbeda-beda. Freud (dalam Corey, 2007 :17) mengungkapkan bahwa kecemasan adalah semacam kegelisahan, kekhawatiran dan ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas. Pada prinsipnya, kecemasan itu penting untuk meningkatkan motivasi dalam meraih suatu tujuan, namun yang menjadi permasalahan adalah ketika kecemasan yang dialami oleh individu tersebut terlalu tinggi akan bisa berdampak negatif. Dalam upaya menentukan apakah siswa mengalami kecemasan atau tidak, diperlukan penelaahan yang seksama dengan cara mengenali symptom atau gejala beserta faktor-faktor yang melatarbelanginya. Masalah kecemasan menjadi fokus utama penelitian, karena sesuai dengan hasil observasi awal teridentifikasi banyak siswa dalam setiap jenjang kelas merasa cemas ketika akan menghadapi ujian, terutama pada pelajaran yang dianggap sulit.

Berdasarkan hasil studi lapangan dan keterangan guru bimbingan dan konseling di sekolah, teridentifikasi beberapa permasalahan utama yang


(10)

ditemukan, yaitu : konsep diri akademik, perilaku menyimpang serta kecemasan siswa dalam menghadapi ujian. Adapun salah satu cara untuk mengetahui permasalahn siswa tersebut menggunakan tes AUM (Alat Ungkap Masalah). Melalui tes AUM yang terdiri dari 225 item pernyataan tersebut dapat terungkap kategori permasalahan siswa, yang salah satunya adalah kecemasan menghadapi ujian. Dari kategori permasalahan tersebut, yang akan dikaji lebih mendalam adalah masalah kecemasan siswa dalam menghadapi ujian akhir semester pada mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa yaitu : matematika, fisika, kimia dan bahasa inggris. Berdasarkan hasil analisis tes AUM yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling untuk kelas X di SMA Negeri 2 Singaraja tahun 2010 didapatkan data tentang kecemasan menghadapi ujian/ulangan, yaitu : 58% siswa merasa gelisah saat ujian dan menghadapi mata pelajaran yang sulit, 68% khawatir tugas-tugas pelajaran dan ulangan hasilnya tidak memuaskan, 72% siswa merasa takut menghadapi ujian/ulangan, 34% seringkali tidak siap menghadapi ujian, dan 54% cemas dan khawatir terhadap suatu hal yang akan terjadi dalam ulangan. Prosentase hasil tes ungkap masalah tersebut dengan jelas menggambarkan bahwa siswa mengalami kecemasan dalam menghadapi ujian, yang sudah tentunya perlu dipikirkan upaya penanganannya.

Banyak faktor pemicu timbulnya kecemasan pada diri siswa. Target kurikulum yang terlalu tinggi, iklim pembelajaran yang kompetitif, pemberian tugas yang sangat padat, serta sistem penilaian yang ketat merupakan faktor penyebab timbulnya kecemasan yang bersumber dari faktor kurikulum. Begitu juga, sikap dan perlakuan guru yang kurang bersahabat dan terlalu tegas merupakan sumber penyebab timbulnya kecemasan yang bersumber dari faktor


(11)

guru. Penerapan disiplin sekolah yang ketat dan lebih mengedepankan hukuman, iklim sekolah kurang nyaman, serta sarana dan prasarana belajar sangat terbatas juga merupakan faktor pemicu terbentuknya kecemasan pada siswa yang bersumber dari faktor manajemen sekolah. Sedangkan faktor penyebab kecemasan yang berasal dari dalam diri siswa dalam menghadapi ujian adalah, siswa memandang ujian yang dihadapinya dirasa sulit dan tidak sanggup untuk menyelesaikannya dengan baik. Siswa lebih berorientasi untuk mendapatkan nilai yang tinggi, sehingga untuk menggapai harapan tersebut membuat siswa merasa cemas saat menghadapi ujian (ulangan), baik itu ulangan harian, ulangan tengah semester maupun akhir semester serta ujian nasional. Perasaan kurang yakin bisa menjawab tiap butir soal, takut jawabannya salah, takut nilai dan prestasinya turun, takut tidak lulus dan alasan lain merupakan penyebab kecemasan yang bersumber dari dalam diri siswa. Apalagi siswa kelas X yang masih dalam proses penyesuaian diri dalam menempati jenjang pendidikan baru untuk menyesuaikan kondisi terhadap proses pembelajaran, interaksi dengan teman maupun guru yang mengajar, taraf kesulitan mata pelajaran, jangkauan standar kelulusan yang tinggi serta kesiapan dalam menghadapi ujian.

Pada umumnya, kecemasan menghadapi ujian terjadi karena siswa merasa takut tidak bisa menjawab soal dengan sempurna, takut yang dipelajarinya tidak keluar dalam ujian, takut dikalahkan siswa lain dan takut tidak lulus dalam ujian. Pada dasarnya apa yang dialami siswa tersebut merupakan perasaan belaka, sehingga apa yang telah dipelajari sebelumnya menjadi terlupakan saat ujian. Pendapat tentang pengaruh kecemasan ujian selaras dengan hasil penelitian Nawangsari (2010) yang menjelaskan bahwa kecemasan siswa dalam menghadapi


(12)

ujian akan berpengaruh terhadap prestasi akademiknya. Sekitar 53 % dipengaruhi oleh materi pelajaran yang dianggap sulit, kemudian disusul 26 % dipengaruhi oleh fasilitas yang kurang memadai dan 23 % dipengaruhi oleh cara mengajar yang sulit dipahami. Nuryanti (2010) dengan penelitiannya yang berjudul

“Efektivitas Brain Gym dalam Menurunkan Kecemasan Siswa Menghadapi Ujian

Sekolah”, mengungkapkan bahwa pada umumnya kecemasan menghadapi ujian

terjadi sebagai akibat siswa menganggap tes sebagai masalah besar sehingga timbul kecemasan ketika harus menghadapi tes. Dalam penelitiannya tersebut didapatkan bahwa prosentase siswa yang mengalami kecemasan menghadapi ujian akhir semester adalah setengah dari jumlah siswa yang ditelitinya, sehingga melalui penerapan teknik brain gym didapatkan nilai rata-rata skala kecemasan siswa menghadapi ujian sekolah pada kelompok eksperimen sebesar 8.25, sedangkan nilai rata-rata pada kelompok kontrol sebesar 16.75. Siswa pada umumnya merasa cemas karena menganggap ujian yang akan dihadapinya terlampau sulit, kurang percaya diri untuk bisa memperoleh nilai yang baik dan takut mengalami kegagalan.

Pada prinsipnya, ujian bertujuan untuk mengetahui perubahan tingkah laku, baik potensial maupun aktual dan kecakapan baru yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Tetapi sering kali siswa menganggap ujian sebagai masalah besar sehingga timbul kecemasan ketika harus menghadapi ujian. Kecemasan tersebut disebabkan karena adanya persepsi yang kuat dalam diri siswa, dimana nilai ujian yang baik merupakan tanda kesuksesan belajar sedangkan nilai ujian yang rendah merupakan kegagalan dalam belajar. Adanya persepsi tersebut membuat siswa menganggap bahwa nilai adalah satu-satunya


(13)

indikator terpenting. Masyarakat juga sering kali menilai keberhasilan siswa semata-mata berdasarkan pada nilai ujian, indeks prestasi (IP), dan ranking yang berhasil diperoleh sehingga nilai ujian seringkali menjadi tujuan utama yang harus diraih oleh siswa (Nuryanti, 2010).

Kecemasan ujian mempengaruhi orang-orang di setiap bidang kehidupan, setiap kali orang dari segala usia harus dievaluasi dan dinilai berkaitan dengan kemampuan mereka, prestasi, atau kepentingan. Lufi (2004:2) menyatakan bahwa kecemasan ujian telah menjadi salah satu faktor yang paling mengganggu di sekolah dan di tempat lain dimana pengujian dilakukan. Diperkirakan bahwa 30% dari semua siswa menderita berbagai tingkat kecemasan ujian. Kecemasan ujian yang tinggi dicirikan oleh kebiasaan dan sikap yang melibatkan diri pada persepsi negatif dan harapan saat ujian. Kebiasaan mencela diri sendiri, rasa takut dan aktivitas fisiologis yang tinggi dalam situasi ujian dimana mereka sedang dievaluasi akan mempengaruhi cara mereka menafsirkan dan merespon kejadian dilingkungan. Hill dan Wigfield (1984) memproyeksikan kejadian hampir 10 juta siswa pada tingkat sekolah menengah dan perguruan tinggi mengalami kecemasan ujian yang signifikan. Selanjutnya diungkapkan melalui sebuah surveinya terhadap kebutuhan konseling, yang menemukan bahwa siswa lebih banyak membutuhkan bantuan dalam menurukan tingkat kecemasan ujian. Kenyataan tersebut menggambarkan bahwa pada umumnya siswa membutuhkan bantuan yang tepat supaya kecemasan ujian yang dialami siswa dapat direduksi.

Pada umumnya siswa mengalami kecemasan menghadapi ujian khususnya mata pelajaran yang dianggap sulit, seperti : Matematika, Fisika, Kimia, dan Bahasa Inggris. Kondisi pembelajaran siswa yang kompetitif dituntut untuk


(14)

memenuhi standar kelulusan yang ditentukan pada masing-masing mata pelajaran yang tentunya tidak mudah dicapai oleh siswa. Pada mata pelajaran dengan standar kelulusan yang tinggi membuat siswa menjadi sangat cemas dan kurang yakin untuk mencapainya, sehingga muncul kecemasan. Kecemasan tersebut muncul akibat pemikiran irasional yang membuat individu khawatir dengan apa yang dihadapinya (Freud : 1991 :86). Wolpe dalam Gorey (2007:209) juga mengungkapkan bahwa kecemasan juga dapat ditimbulkan oleh kondisi kurang rileksnya tubuh dan pikiran saat menghadapi suatu persoalan sehingga menjadi tegang. Selanjutnya untuk mereduksi kecemasan tersebut diperlukan penemuan respon-respon positif yang berlawanan dengan respon negatif (kecemasan) tersebut.

Ciri-ciri siswa yang mengalami kecemasan menghadapi ujian, yaitu : sulit konsentrasi, bingung memikirkan jawaban soal, mental blocking, merasa gelisah, panik, berkeringat, raut muka tegang, kondisi tubuh tidak rileks, ekspresi mengkerutkan kening dan biasanya tangan memegang dahi, dan berkecamuk pemikiran yang irasional. Sudah tentunya kecemasan siswa dalam menghadapi ujian harus mendapatkan upaya penanganan yang efektif sehingga siswa bisa mengikuti ujian dengan tenang. Sebagai konselor sekolah yang bertugas menangani permasalahan siswa dan meningkatkan mutu pendidikan, memiliki kewajiban untuk menangani masalah kecemasan ujian yang dialami oleh siswa.

Peran bimbingan dan konseling dalam meningkatkan mutu pendidikan tidak hanya terbatas pada bimbingan yang bersifat akademik tetapi juga sosial, pribadi, intelektual dan pemberian nilai. Melalui bantuan bimbingan dan konseling maka akan menciptakan kualitas manusia yang tidak hanya berorientasi akademik


(15)

tinggi, namun berperan pula dalam mengembangkan kepribadian dan hubungan sosial individu yang baik dalam kehidupannya, sehingga integrasi dari seluruh potensi individu dapat dimunculkan dalam berbagai aspeknya, bukan hanya kognitif atau akademis saja tetapi juga seluruh komponen dirinya baik itu kepribadian, hubungan sosial serta memiliki niali-nilai yang dapat dijadikan pegangan. Peran bimbingan dan konseling di dalam meningkatkan mutu pendidikan dan menangani permasalahan siswa terletak pada bagaimana bimbingan dan konseling itu membangun manusia seutuhnya dari berbagai aspek yang ada dalam diri peserta didik, baik akademik, pribadi-sosial dan karir. Kecemasan menghadapi ujian merupakan salah satu wujud masalah akademik siswa yang tentunya merupakan bidang kajian bimbingan dan konseling untuk bisa mereduksinya.

Guru bimbingan dan konseling, pada umumnya sudah dapat menangani berbagai permasalahan sesuai dengan bidang kajiannya, baik bimbingan pribadi, sosial, akademik dan karir. Salah satunya adalah menangani masalah kecemasan siswa dalam menghadapi ujian. Adapun upaya bimbingan dan konseling yang sudah dilakukan untuk mereduksi kecemasan adalah melalui pemberian layanan pengembangan diri dan bimbingan kelompok yang salah satunya mengkaji tentang upaya untuk mengarahkan siswa supaya tidak cemas dalam menghadapi ujian. Disamping itu, konselor sekolah juga memberikan layanan informasi tentang kiat-kiat untuk tidak cemas ketika menghadapi ujian, seperti lebih sering berdoa, berupaya untuk berpikir yang tenang dan berupaya mengkondisikan diri supaya tidak cemas. Namun, yang diberikan tersebut hanyalah dalam bentuk layanan informasi yang sulit untuk dipahami siswa dan sulit untuk mengetahui


(16)

tingkat efektivitasnya, apalagi tidak dilakukan evaluasi program layanan bimbingan dan konseling yang tepat. Kesulitan yang sering dialami konselor sekolah adalah dalam menentukan teknik penanganan dan menentukan seberapa besar tingkat penurunan kecemasan yang dialami siswa. Apabila kecemasan pada siswa tidak mendapatkan penanganan yang tepat, akibat yang diprediksikan adalah prestasi siswa menjadi tidak optimal dan kemungkinan tidak lulus dalam ujian sebagai akibat merasa sangat cemas.

Dibutuhkan teknik efektif yang bisa mereduksi kecemasan menghadapi tersebut. Berdasarkan penyebab kecemasan ujian yang teridentifikasi pada siswa maka dalam penelitian ini digunakan Teknik Desensitisasi Sistematis yang merupakan salah satu Teknik Konseling Behavioral untuk mereduksi kecemasan menghadapi ujian. Konseling behavioral merupakan salah satu model konseling yang berupaya mengkondisikan perilaku konseli dari yang tidak nyaman menjadi nyaman sehingga bisa melakukan aktivitas dengan baik nantinya. Teknik desensitisasi sistematis memandang kecemasan siswa terjadi karena kondisi kurang rileks dalam situasi ujian. Teknik Desensitisasi Sistematis melalui relaksasi ini berupaya mengkondisikan individu dari yang tidak nyaman menjadi lebih tenang dan rileks saat menghadapi ujian. Desensitisasi sistematis adalah teknik yang cocok digunakan untuk menangani kecemasan dan ketakutan individu dalam menghadapi suatu persoalan, salah satunya kecemasan menghadapi ujian. Teknik ini bisa diterapkan secara efektif pada berbagai situasi penghasil kecemasan, mencakup situasi interpersonal, ketakutan terhadap ujian, dan kecemasan neurotik (Wolpe dalam Corey, 2007:208).


(17)

Permasalahan yang tergambar di atas dapat diartikan bahwa kecemasan siswa dalam menghadapi ujian dapat direduksi apabila ditangani dengan menggunakan teknik yang tepat. Adapun kecemasan yang akan direduksi dalam penelitian ini adalah kecemasan siswa dalam menghadapi ujian (ulangan) akhir semester. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mereduksi kecemasan menghadapi ujian

melalui suatu penelitian yang berjudul ”Efektivitas Konseling Behavioral dengan

Teknik Desensitisasi Sistematis untuk Mereduksi Kecemasan Menghadapi Ujian (Studi Eksperimen pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Singaraja Tahun Ajaran 2010/2011)”.

B. Rumusan Masalah

Kecemasan merupakan salah satu bentuk perwujudan pikiran yang irasional dan kondisi yang kurang nyaman yang dialami oleh individu dalam menghadapi suatu tantangan yang menyebabkan ketegangan. Kecemasan yang tinggi dalam menghadapi ujian merupakan masalah yang berbahaya bagi siswa, sebab akan sangat berpengaruh terhadap prestasi belajarnya. Dengan demikian permasalahan ini sangat perlu untuk ditanggulangi dengan teknik yang tepat dan efektif.

Dari sekian banyak model konseling yang ada, maka perlu dipilih model konseling yang tepat untuk mereduksi kecemasan dalam menghadapi ujian pada siswa. Maka, dalam penelitian ini digunakan Teknik Desensitisasi Sistematis untuk mereduksi kecemasan dalam menghadapi ujian pada siswa, yang berupaya mengkondisikan individu menjadi santai penuh, dari tidak nyaman menjadi lebih tenang dan rileks dalam menghadapi ujian sehingga terhindar dari rasa tegang pada tubuh dan pikiran yang merupakan salah satu penyebab timbulnya


(18)

kecemasan. Kecemasan dapat menurun apabila penyebab kecemasan dapat direduksi dengan teknik penanganan yang tepat sehingga siswa bisa mencapai kondisi nyaman, baik psikis maupun psikologisnya. Kondisi yang nyaman tersebutlah diwujudkan melalui penerapan teknik desensitisasi sistematis. Berdasarkan alasan tersebutlah maka peneliti menggunakan teknik desensitisasi sistematis untuk mereduksi kecemasan menghadapi ujian pada siswa. Berdasarkan

latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah “ Apakah konseling

behavioral dengan teknik desensitisasi efektif untuk mereduksi kecemasan

menghadapi ujian?”. Supaya fokus masalah lebih jelas dan terarah, maka

dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana profil kecemasan menghadapi ujian pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Singaraja Tahun Ajaran 2010/2011?

2. Bagaimana profil kecemasan menghadapi ujian berdasarkan aspek-aspeknya pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Singaraja Tahun Ajaran 2010/2011?

3. Bagaimana bentuk program dan modul konseling behavioral dengan teknik desensitisasi sistematis untuk mereduksi kecemasan menghadapi ujian? 4. Bagaimana tingkat efektivitas konseling behavioral dengan teknik

desensitisasi sistematis untuk mereduksi kecemasan menghadapi ujian pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Singaraja Tahun Ajaran 2010/2011?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah menguji teknik desensitisasi sistematis untuk mereduksi


(19)

kecemasan menghadapi ujian. Adapun untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan langkah sebagai berikut.

1. Mengetahui profil kecemasan menghadapi ujian pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Singaraja Tahun Ajaran 2010/2011

2. Mengetahui profil tingkat kecemasan menghadapi ujian siswa berdasarkan pada aspek-aspeknya pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Singaraja Tahun Ajaran 2010/2011

3. Membuat program dan modul konseling behavioral dengan teknik desensitisasi sistematis untuk mereduksi kecemasan menghadapi ujian. 4. Mengetahui tingkat efektivitas Konseling Behavioral dengan Teknik

Desensitisasi Sistematis untuk mereduksi kecemasan menghadapi ujian pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Singaraja Tahun Ajaran 2010/2011.

D. Manfaat Penelitian

Signifikansi penelitian yang dimaksud dalam hal ini adalah manfaat atau kegunaan hasil penelitian yang ditemukan, baik secara teoritis maupun secara praktis.Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis

Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapakan dapat menambah wawasan keilmuan dan memperkaya teori-teori bimbingan dan konseling, terutama dalam pemanfaatan konseling behavioral dengan teknik desensitisasi sistematis untuk mereduksi kecemasan siswa menghadapi ujian.


(20)

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai suatu masukan bagi sekolah dalam menyusun suatu kebijakan sehubungan dengan upaya mereduksi tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi ujian.

Bagi guru, penelitian ini akan sangat bermanfaat sebagai landasan untuk mengetahui penyebab serta mengidentifikasi siswa yang mengalami permasalahan cemas dalam menghadapi ujian dan dapat memberikan pemecahan masalah dengan mengupayakan teknik desensitisasi sistematis.

Bagi siswa , penelitian ini akan sangat bermanfaat sebagai pedoman dalam menciptakan kondisi yang rileks dan nyaman sehingga bisa menghadapi ujian dengan tenang. Siswa juga dapat mempraktekkan secara individual untuk mereduksi kecemasan yang dialaminya.

E.Asumsi Penelitian

Pandangan atau asumsi beberapa ahli yang dapat dijadikan pijakan dalam mendukung dan memperkuat penelitian ini, yaitu:

1. Tingkat kekhawatiran yang dialami siswa selama menempuh ujian dengan cepat dapat meramalkan betapa kacaunya mereka ketika ujian. Sumber daya mental yang difokuskan pada satu tugas kognitif yaitu kekhawatiran hanya akan mengurangi sumber–sumber daya yang tersedia untuk memproses imnformasi lain. Apabila kita disibukkan oleh kecemasan bahwa kita akan gagal dalam ujian yang sedang dihadapi, perhatian untuk menyusun jawaban akan berkurang, setara dengan besarnya kekhawatiran. Kecemasan akan mendorong orang ke arah malapetaka yang dapat diramalkan (Daniel Goelman, 1975:215)


(21)

2. Titik Kristiyani (dalam www.kompas.com, 2008:1), mengungkapkan bahwa, kecemasan menghadapi ujian menjadi persoalan yang penting karena memiliki akibat luas, baik dalam area akademik maupun personal siswa. Secara akademik, kecemasan ini berakibat pada kegagalan akademik hingga penolakan terhadap sekolah (school refusal).

3. Studi penelitian yang dilakukan oleh Hekmat Hamid (2006) mengemukakan bahwa teknik desensitisasi sistematis efektif untuk mengurangi kecemasan berbicara di depan umum. Kecemasan berkurang secara signifikan setelah diberikan perlakuan desensitisasi sistematis.

4. Egbochukuand (2005) memebuktikan lewat penelitiannya, bahwa Teknik Desensitisasi Sistematis efektif dalam mengurangi kecemasan ujian pada siswa Sekolah Menengah Atas Nigeria, sehingga dianjurkan terapi ini cocok digunakan dalam mereduksi kecemasan.

5. Zettle Robert D (2003) membuktikan dalam penelitiannya terhadap siswa yang mengalami kecemasan sejumlah 24 orang (sampel), bahwa teknik desensitisasi sistematis efektif untuk mereduksi kecemasan siswa dalam menghadapi ujian matematika.

6. Desensitisasi sistematis bisa diterapkan secara efektif pada berbagai situasi penghasil kecemasan, mencangkup situasi interpersonal, ketakutan menghadapi ujian, ketakutan-ketakutan yang digeneralisasi, dan kecemasan-kecemasan neurotik (Gerald Corey, 2007:210).

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu dugaan (Assumtion) yang masih perlu dibuktikan kebenarannya dalam penelitian. Perumusan hipotesis penelitiannya adalah


(22)

Konseling Behavioral dengan Teknik Desensitisasi Sistematis Efektif untuk Mereduksi Kecemasan Menghadapi Ujian pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Singaraja.

G. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Singaraja yang berada di Jalan Srikandi, Singaraja, Bali, telepon (0362) 24321, Fax : (0362) 7001468. Di sekolah ini terdapat 6 kelas untuk kelas X, terdapat 6 kelas untuk kelas XI dan terdapat 6 kelas untuk kelas XII (2 kelas untuk program IPA, 3 kelas untuk program IPS dan 1 kelas untuk program Bahasa). Peneliti melaksanakan penelitian terhadap siswa kelas X. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan selama enam bulan (Maret-Juli 2011) mulai dari studi pendahuluan, pretest, treatment, posttest sampai dengan analisis data.


(23)

78

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian mengenai efektivitas konseling behavioral dengan teknik desensitisasi sistematis untuk mereduksi kecemasan menghadapi ujian pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Singaraja ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian eksperimental (quasi eksperiment) menggunakan desain eksperimen Pretest-Posttest Control Group Design. Dalam penelitian ini, kelompok eksperimen diberikan perlakuan teknik desensitisasi sistematis dan pada kelompok kontrol mendapatkan perlakuan konvensional yang diberlakukan di sekolah. Perlakuan konvensional disini maksudnya adalah perlakuan yang biasa diberikan oleh konselor sekolah. Adapun rancangan penelitiannya adalah sebagai berikut.

Tabel. 3.1.

Desain Quasi Eksperiment

KE O1 X1 O2 KK O1 X2 O2 Keterangan :

KE : Kelompok Eksperimen. KK : Kelompok Kontrol

X1 : Konseling Behavioral dengan Teknik Desensitisasi Sistematis X2 : Perlakuan Konvensional

O1 : Pretest O2 : Posttest


(24)

79

Adapun rancangan quasi eksperiment uji keefektifan Teknik Desensitisasi Sistematis dapat dijabarkan dalam gambar berikut.

Gambar 3.1. Rancangan Quasi Eksperiment

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pada dasarnya dapat digolongkan menjadi 2 bagian, yaitu populasi target dan populasi terjangkau. Dalam penelitian ini dimaksud populasi penelitian adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti. Adapun populasi target dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 2 Singaraja, sedangkan populasi terjangkaunya adalah siswa kelas X SMA Negeri 2 Singaraja tahun akademik 2010-2011.

Dipilih kelas X SMA Negeri 2 Singaraja sebagai populasi penelitian ini karena : 1) Siswa kelas X SMA Negeri 2 Singaraja mendapatkan perlakukan konvensional (Layanan Bimbingan Konseling) secara rutin oleh guru pembimbing/konselor sekolah, sehingga peneliti mencoba membandingkan perlakukan konvensional tersebut dengan perlakukan (treatment) yang peneliti berikan sesuai dengan rancangan penelitian yang dibuat peneliti, (2) Siswa kelas

Preetest Treatment Posttest

Kelompok Eksperimen

Teknik Desensitisasi

Sistematis

Kelompok Eksperimen

Kelompok Kontrol

Perlakuan konvensional

Kelompok Kontrol


(25)

80

X tersebut baru memasuki jenjang sekolah baru yang sudah tentunya menyesuaikan diri dalam berbagai situasinya, khususnya dalam menghadapi ujian, apalagi standar nilai minimal yang harus dicapai siswa dalam mata pelajaran mencapai 8,0. Kondisi tersebut sudah tentunya menimbulkan kecemasan pada diri siswa (3) Sebagai persiapan awal dalam menghadapi Ujian Nasional saat kelas XII nanti yang sudah tentunnya diliputi berbagai persoalan khususnya masalah kecemasan.

Jumlah populasi dalam penelitian ini cukup banyak, maka penelitian ini dilakukan terhadap sampel. Dalam mengambil sampel, teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik “proporsional random sampling”. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa-siswa yang memiliki permasalahan kecemasan yang tinggi dalam menghadapi ujian. Adapun langkah-langkah dalam menentukan sampel dalam penelitian ini yaitu:1) langkah-langkah pertama adalah memberikan pretes kepada seluruh siswa kelas X, yang bertujuan untuk mengetahui siswa manakah yang mengalami kecemasan yang tinggi dalam menghadapi ujian. Instrumen penelitian diberikan setelah dijudgement oleh pakar; 2) Langkah selanjutnya adalah menentukan proporsi siswa yang mengalami kecemasan yang tinggi pada masing-masing kelas, 3) Dari jumlah siswa yang kecemasannya tinggi dibagi menjadi dua kelompok secara random, yaitu eksperimen dan kontrol. Berdasarkan ketentuan kaidah teknik eksperimen maka jumlah sampel yang digunakan adalah 48 orang. Dari jumlah tersebut maka dirandom menjadi dua kelompok dengan cara melakukan undian yang diambil oleh masing-masing sampel sehingga masing-masing sampel berkesempatan untuk terpilih dalam kelompok. Setelah terbentuk dua kelompok, maka jumlah


(26)

81

sampel pada kelompok eksperimen dan kontrol masing-masing berjumlah 34 orang siswa. Adapun tabel jumlah populasi dan sampel dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.2

Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian

No Subjek Jumlah

1 Populasi 192

2 Sampel 68

3 Kelompok Eksperimen 34

4 Kelompok Kontrol 34

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel yang dilibatkan

Sugiyono (2008:61) mengungkapkan bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemuadian ditarik simpulan. Penelitian ini memiliki dua variabel utama yaitu variabel terikat (dependent variabel) dan variabel bebas (independent variabel), variabel terikat adalah faktor yang diobservasi dan diukur untuk menentukan pengaruh variabel bebas, sedangkan variabel bebas adalah faktor yang diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh pelaksana eksperimen untuk menentukan hubungannya dengan fenomena yang di observasi.

Variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini terdiri dari du variabel, yaitu : 1). Variabel bebas yaitu kecemasan menghadapi ujian, dan 2). Variabel terikat yaitu Konseling Behavioral dengan Teknik Desensitisasi Sistematis.


(27)

82

2. Definisi Operasional

a. Kecemasan Menghadapi Ujian

Mengacu pada teori kecemasan yang diungkapkan oleh Casbarro, J (2005 :23) dan berdasarkan beberapa definisi para ahli, maka yang dimaksud kecemasan menghadapi ujian dalam penelitian ini adalah suatu kondisi psikologis dan fisiologis siswa yang tidak menyenangkan yang ditandai pikiran, perasaan dan perilaku motorik yang tidak terkendali yang memicu timbulnya kecemasan dalam menghadapi ujian. Adapun kondisi yang tidak terkendali dan tidak menyenangkan tersebut yaitu: sulit konsentrasi, bingung memilih jawaban yang benar, mental blocking, khawatir, takut, gelisah, gemetar pada saat menghadapi ujian (ulangan). Kecemasan dalam penelitian ini adalah berfokus pada kecemasan menghadapi ujian (ulangan semester), khususnya pada mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa, seperti matematika, fisika, kimia dan bahasa inggris.

Adapun aspek kecemasan menghadapi ujian dalam penelitian ini dapat dikategoriken menjadi tiga aspek yaitu manifestasi kognitif, afektif, dan perilaku motorik yang tidak terkendali. Adapun penjelasan tentang aspek dan indicator kecemasan menghadapi ujian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Manifestasi kognitif yang tidak terkendali adalah munculnya kecemasan sebagai akibat dari cara berpikir siswa yang tidak terkondisikan yang seringkali memikirkan tentang malapetaka atau kejadian buruk yang akan terjadi dalam menghadapi ujian. Adapun indikator manifestesi kognitif dalam kecemasan menghadapi ujian yaitu:


(28)

83

a).Sulit konsentrasi.

Sulit konsentrasi dalam menghadapi ujian adalah suatu aktivitas berpikir siswa yang tidak bisa focus terhadap masalah yang akan diselesaikannya dalam menghadapi ujian. Sulit konsentrasi dalam ujian ditunjukkan dengan kesulitan dalam membaca dan memahami pertanyaan ujian, kesulitan berpikir secara sistematis, kesulitan mengingat kata kunci dan konsep saat menjawab pertanyaan essai atau uraian.

b).Bingung

Bingung, adalah perasaan yang timbul saat siswa harus mengambil suatu keputusan yang sulit dalam menjawab soal ujian oleh karena terdapat beberapa laternatif jawaban yang menurutnya benar atau salah karena pikirannya. Dalam kondisi pikiran yang bingung tersebut sehingga tidak dapat memilih jawaban yang benar.

c).Mental blocking

Mental blocking adalah hambatan secara mental / psikologis yang menyelubungi pikiran siswa saat ujian sehingga tidak bisa berpikir dengan tenang. Manifestasi (kemunculan) mental blocking ditunjukkan dengan pertanda bahwa saat membaca pertanyaan ujian, tiba-tiba pikiran seperti kosong (blank) dan kemungkinan tidak mengerti alur jawaban yang benar saat ujian atau bahkan lebih cemas lagi karena kehabisan waktu dalam pengerjaan soal ujian.

2) Manifestasi afektif yang tidak terkendali adalah kecemasan muncul sebagai akibat siswa merasakan perasaan yang berlebihan saat


(29)

84

menghadapi ujian yang diwujudkan dalam bentuk perasaan khawatir, gelisah dan takut dalam menghadapi ujian terutama pada mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa. Berdasarkan definisi tersebut, maka indikator kondisi afektif dalam kecemasan menghadapi ujian, yaitu:

a).Khawatir

Khawatir adalah perasaan terganggu akibat bayangan/pikiran buruk yang dibuat oleh siswa sendiri dan dibayangkan akan terjadi saat menghadapi ujian. Bayangan dan pikiran buruk yang dimaksud yaitu merasa khawatir apabila soal ujian terlalu sulit untuk dijawab, perkiraan antara apa yang dipelajari tidak keluar dalam ujian.

b).Takut

Takut adalah suatu perasaan tidak berani menghadapi sesuatu yang pada perasaannya akan mendatangkan bencana bagi siswa saat menghadapi ujian. Rasa takut tersebut membuat siswa menjadi tidak berdaya untuk berpikir dengan baik karena selalu dibayangi oleh bencana yang dibayangkan karena kemungkinan tidak bisa mendapatkan nilai yang memuaskan, takut tidak lulus, dan takut duduk paling depan sehingga tidak bisa tenang dalam ujian.

c).Gelisah

Gelisah adalah perasaan tidak tentram yang dialami siswa saat ujian sehingga membuatnya tidak percaya diri untuk bisa menghadapi ujian dengan baik. Rasa gelisah dalam menghadapi ujian muncul karena siswa tidak bisa menemukan jawaban soal yang sulit, waktu yang disediakan


(30)

85

dirasa tidak cukup dan merasa gelisah ketika ada siswa yang sudah mendahului selesai mengerjakan soal ujian.

3) Perilaku motorik yang tidak terkendali adalah gerakan tidak menentu seperti gemetar dan tegang pada otot yang dirasakan oleh siswa ketika menghadapi ujian. Berdasarkan definisi tersebut, maka indikator perilaku motorik dalam kecemasan menghadapi ujian, yaitu:

a).Gemetar

Gemetar adalah suatu gerakan yang dilakukan tanpa sengaja, karena merasakan suatu ancaman ketika menghadapi ujian seperti diharuskan untuk menjawab soal dengan cepat, diharuskan duduk di depan dan keterbatasan waktu yang tersedia saat ujian. Semua gerakan ini tanpa disadari dan dapat mempengaruhi tangan, lengan, kepala, wajah, pita suara dan kaki.

b. Konseling Behavioral dengan Teknik Desensitisasi Sistematis

Mengacu pada teori yang dikemukanan oleh Wolpe, maka yang dimaksud dengan Konseling Behavioral dengan Teknik Desensitisasi Sistematis dalam penelitian ini adalah teknik yang diterapkan untuk membantu siswa guna memperbaiki pola tingkah lakunya dengan melakukan desensitisasi atau gerak-gerak relaksasi yang menyenangkan untuk mereduksi kecemasan menghadapi ujian. Desensitisasi sistematis digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat secara negatif dalam situasi menghadapi ujian, dan menyertakan pemunculan tingkah laku atau respon yang berlawanan dengan kondisi kecemasan menghadapi ujian yang hendak


(31)

86

direduksi tersebut. Desensitisasi sistematis diarahkan kepada mengajar konseli untuk menampilkan suatu respon yang tidak konsisten dengan kecemasan sehingga tercapai kondisi yang rileks dan nyaman. Gerakan relaksasi ini memungkinkan siswa untuk dapat mencapai kondisi yang nyaman dan rileks sehingga dapat menghadapi ujian dengan tenang. Dalam teknik-teknik relaksasi, konseli dilatih untuk santai dan mengasosiasikan keadaan santai dalam pengalaman tentang kecemasan yang dibayangkan dan divisualisasikan seterusnya sedikit demi sedikit dihilangkan seiring dengan kondisi rileks yang diciptakan oleh konseli, dan juga dilatih untuk menghilangkan ketegangan pada pikiran dan menciptakan kondisi rileks pada tubuh. Melalui penerapan desensitisasi sistematis, siswa dapat lebih nyaman dalam menghadapi permasalahan yang terkait dengan kecemasan. Siswa juga dianjurkan untuk dapat melatih Teknik Desensitisasi di rumah supaya tetap berada dalam situasi yang tenang. Dengan demikian, siswa pada nantinya dapat melakukan aktivitas dan mengikuti ujian tanpa rasa cemas yang tinggi.

D. Pengembangan Instrumen Penelitian

Data yang dikumpulkan adalah data tentang kecemasan menghadapi ujian pada siswa kelas X. Data tersebut diperoleh menggunakan instrumen kuisioner kecemasan pola Likert, baik pada tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest)

Secara operasional, pengembangan kuesioner kecemasan menghadapi ujian dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut, yaitu : (1) Menyusun kisi-kisi instrumen, (2) Merumuskan butir pernyataan, (3) Melakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner. Ketiga langkah ini dijelaskan sebagai berikut, yaitu :


(32)

87

1. Menyusun Kisi-kisi Kuesioner Kecemasan

Untuk mengukur kecemasan siswa menghadapi ujian, digunakan skala kecemasan pola Likert dengan lima rentangan jawaban secara bertingkat, yaitu : sangat sesuai, sesuai, kurang sesuai, tidak sesuai dan sangat tidak sesuai. Dimana skor bergerak dari skor satu sampai dengan lima. Pada pernyataan yang positif, responden yang menjawab Sangat Sesuai (SS) diberi skor 5, Sesuai (S) diberi skor 4, Kurang Sesuai (KS) diberi skor 3, Tidak Sesuai (TS) diberi skor 2, dan Sangat Tidak Sesuai (STS) diberi skor 1. Bila pernyataan negatif, maka penskoran sebaliknya. Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka tingkat kecemasannya semakin tinggi (sangat cemas) atau sebaliknya. Adapun kisi-kisi kuesioner disajikan dalam tabel 3.3.

Tabel 3.3.

Kisi-kisi Kuesioner Kecemasan Menghadapi Ujian

Variabel Aspek Sub Aspek Indikator Nomor

Item Jumlah Item Kecemasan menghadapi ujian 1. Manifestasi Kognitif yang tidak terkendali

a. Ketegangan Pada pikiran

1) Sulit Konsentrasi 2) Bingung 3) Mental blocking 1-5 6-11 12-16 5 6 5 2. Manifestasi Afektif yang tidak terkendali

a. Perasaan akan terjadinya hal buruk

1) Khawatir 2) Takut 3) Gelisah

17-22 23-29 30-36 6 7 7 3. Perilaku motorik

yang tidak terkendali

a. Melakukan gerakan tanpa disengaja

1) Gemetar 37-40 4


(33)

88

2. Merumuskan butir-butir pernyataan

Berpedoman terhadap kisi-kisi kuesioner kecemasan, sebagaimana telah disajikan dalam tabel 3.2, maka selanjutnya disusunlah butir-butir pernyataan. Adapun contoh pernyataan kuesioner kecemasan dapat disajikan seperti pernyataan di bawah ini, yaitu :

- Saya sulit fokus saat menghadapi ujian mata pelajaran yang sulit. - Seolah-olah daya ingat menurun ketika dihadapkan pada soal ujian

Setelah pernyataan-pernyataan tersusun, agar kuesioner kecemasan dapat digunakan dengan baik sebagai metode pengumpulan data penelitian, maka selanjutnya dilakukan kajian standarisasi instrumen dengan melakukan uji validitas dan reliabilitas (keandalan) perangkat kuesioner kecemasan.

3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Ada 2 persyaratan pokok dari instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data penelitian yakni validitas dan reliabilitas (Hamzah et.al, dalam Sutanaya, 2005:74).Validitas berhubungan dengan ketepatan terhadap apa yang mesti diukur oleh tes dan seberapa cermat tes melakukan pengukurannya, atau dengan kata lain validitas tes berhubungan dengan ketepatan tes tersebut terhadap konsep yang akan diukur sehingga betul-betul bisa mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono,2008).Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan Program SPSS 17.0 For Windows.

Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner kecemasan menghadapi ujian. Kuesioner tersebut diberikan 2 kali, yaitu : pre-test diberikan untuk mengetahui profil umum kecemasan dan untuk menentukan sampel penelitian dan posttest diberikan setelah pemberian perlakuan berakhir.


(34)

89

a. Uji Validitas Isi dan Konstruk Instrumen

Validasi isi dan konstruk kuesioner kecemasan ini langsung dikonsultasikan pada 3 orang pakar/judgest dengan format analsis yang sudah disediakan. Penilaian terhadap kuesioner ini dilakukan oleh tiga orang pakar (judgest), yaitu orang yang memiliki keahlian dalam bidang penyusunan instrumen/kuesioner. Penilaian ini dilakukan untuk menentukan validitas isi (content validity) dari kuesioner kecemasan menghadapi ujian yang telah disusun. Validitas isi adalah validitas yang ditentukan oleh derajat representativitas butir-butir tes yang telah disusun telah mewakili keseluruhan materi yang hendak diukur tersebut. Instrumen tersebut dinyatakan valid setelah dianalisis oleh ketiga pakar tersebut dan dinyatakan untuk bisa dijadikan sebagai instrumen penelitian untuk diuji di lapangan sebelum disebarkan pada subjek penelitian.

Adapun ketiga pakar (judgest) yang menilai isi dan konstruk kuesioner kecemasan menghadapi ujian dalam penelitian ini adalah : Dr. Budi Susetyo,M.Pd yang memberikan saran untuk memperjelas pernyataan item dengan aspek dan indikator, item mudah dipahami oleh siswa dan fokus dengan teori kecemasan yang digunakan. Dr. Ilfiandra,M.Pd memberikan saran untuk membuat pernyataan dalam bentuk item negatif karena ingin mengetahui intensitas perilaku, harus jelas SPOK dalam membuat pernyataan dan lebih mengarah ke psikis dan bukan klinis. Prof. Dr. H. Ahmad Juntika Nurhisan,M.Pd., memberikan saran untuk tidak menggunakan kata-kata yang bermakna kontinyuitas seperti sering dan selalu dalam membuat item pernyataan. Berdasarkan penilaian ketiga pakar tersebut, dari 40 jumlah item


(35)

90

 

 

  2 2 2 2 Y Y X X n Y X XY N rxy

X

Y

XY

X2

Y2

tersebut dilakukan perbaikan redaksi kalimat dan memperjelas maksud setiap item pernyataan. Setelah dinilai oleh para pakar, maka selanjutnya dilakukan uji keterbacaan instrumen pada siswa kelas X di sekolah yang berbeda.

b. Uji Validitas Butir Instrumen

Setelah dilakukan uji validitas isi dan konstruk berdasarkan penilaian para pakar/judgest, maka selanjutnya dilakukan uji validitas butir. Instrumen kecemasan ujian tersebut disebarkan pada responden yang sudah ditentukan untuk mengetahui validitas butirnya. Untuk menguji validitas butir digunakan korelasi product moment, yaitu korelasi antara skor butir dengan skor totalnya. Untuk menentukan validitas butir instrumen, dipergunakan rumus product moment, yaitu :

(Sutrisno Hadi.2005 :33) Keterangan :

r = Koefesien korelasi n = Banyaknya responden

= Jumlah skor variabel bebas = Jumlah skor variabel terikat

= Jumlah kuadrat skor variabel bebas = Jumlah kuadrat skor variabel terikat


(36)

91

Kriteria yang digunakan adalah dengan membandingkan harga rxy dengan harga tabel kritik r product moment, dengan ketentuan rxy dikatakan valid apabila rxy > r tabel pada taraf kepercayaan 5%. Perhitungan dalam menentukan validitas butir ini menggunakan bantuan program microsoft excel 2007.

Berdasarkan hasil perhitungan melaui program microsoft excel 2007 didapatkan jumlah kuesioner yang valid adalah 30 item dan sisanya dinyatakan tidak valid. Adapun rekapitulasi hasil perhitungan uji validitas ditampulkan pada tabel berikut.

Tabel 3.4

Hasil Perhitungan Uji Validitas Butir Kuesioner Kecemasan Menghadapi Ujian

Aspek Sub Aspek Indikator Item rtabel rxy Ket

1. Manifestasi a) Ketegangan 1) Sulit 1 0,312 0,759 Valid Kognitif pada pikiran Konsentrasi 2 0,312 0,688 Valid

yang 3 0,312 0,617 Valid

tidak terkendali 4 0,312 0,671 Valid

5 0,312 0,289 Drop

2) Bingung 6 0,312 0,591 Valid

7 0,312 0,379 Valid

8 0,312 0,322 Valid

9 0,312 0,300 Drop

10 0,312 0,339 Valid

11 0,312 0,259 Drop

3) Mental 12 0,312 0,321 Valid

Blocking 13 0,312 0,522 Valid

14 0,312 0,274 Drop

15 0,312 0,417 Valid

16 0,312 0,434 Valid

2. Manifestasi a) Perasaan 1) Khawatir 17 0,312 0,278 Drop

Afektif akan terjadinya 18 0,312 0,335 Valid

yang tidak hal buruk 19 0,312 0,351 Valid

terkendali 20 0,312 0,370 Valid

21 0,312 0,591 Valid


(37)

92

2) Takut 23 0,312 0,285 Drop

24 0,312 0,495 Valid

25 0,312 0,485 Valid

26 0,312 0,396 Valid

27 0,312 0,469 Valid

28 0,312 0,256 Drop

29 0,312 0,329 Valid

3) Gelisah 30 0,312 -0,08 Drop

31 0,312 0,410 Valid

32 0,312 0,581 Valid

33 0,312 0,399 Valid

34 0,312 0,493 Valid

35 0,312 0,526 Valid

36 0,312 0,495 Valid

3. Perilaku motorik a. Melakukan 1) Gemetar 37 0,312 0,425 Valid tidak terkendali gerakan tanpa 38 0,312 0,356 Valid

disengaja 39 0,312 0,327 Valid

40 0,312 -0,28 Drop

Berdasarkan hasil analisis uji validitas instrumen di atas, maka dapat dibuat rekapitulasi item yang valid dan tidak valid (drop). Dari hasil analisis tersebut didapatkan 30 item yang dinyatakan valid dan 10 item dinyatakan drop atau tidak valid.

c. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas merujuk pada ketetapan/keajegan alat ukur dalam menilai apa yang diinginkan akan memberikan hasil yang relatif sama. Artinya, instrument tersebut dapat dipercaya untuk mengukur karena sifatnya tetap sehingga dapat memberikan hasil yang dipercaya juga. Untuk mencari reliabilitas instrumen adalah menentukan alpha crobach (r).

Analisis Reliabilitas Instrumen penelitian ini menggunakan teknik Alpha Cronbach yang dianalisis dengan Program SPS 17.0 For Windows.


(38)

93

 

2 2 1 i t t n SD SD SD k k

r

     

Sumber : Dantes, Nyoman (2007) Keterangan :

rn = Koefesien Reliabilitas k = Banyaknya Butir Tes SDt2 = Simpangan Baku Skor Total SDi2 = Simpangan Baku Skor Butir ke-i

Dasar pengambilan keputusannya adalah : Jika r Alpha positif dan r Alpha > r tabel, maka butir atau variabel tersebut reliabel. Ha diterima, (jika r Alpha > r tabel tapi bertanda negatif, Ha tetap akan ditolak) dan Jika r Alpha positif dan r Alpha < r tabel, maka butir atau variabel tersebut tidak reliabel. Ha ditolak.

Sugiyono (1999:149) menjelaskan bahwa kualifikasi normatif nilai koefisien reliabilitas ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 3.5.

Kriteria Nilai Koefisien Reliabilitas

Koefesien Korelasi Kualifikasi

0,00 – 0,19 Sangat rendah

0,00 – 0,19 Rendah

0,40 – 0,59 Sedang

0,60 – 0,79 Tinggi

0,80 – 1,00 Sangat Tinggi

Pada pengujian reliabilitas dalam penelitian ini, koefisien Alpha (α) dicari menggunakan program microsof office 2007.


(39)

94

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan program microsof office 2007 didapatkan nilai Alpha Cronbach 0,87 dan rtabel 0,312 pada taraf signifikansi 5 %. Jelas terlihat bahwa r Alpha > r tabel (0,87>0,312). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kuesioner kecemasan menghadapi ujian dinyatakan reliabel. Nilai reliabilitas sebesar 0,87 tersebut berada pada katagori sangat tinggi berdasarkan pada tabel koefesien reliabilitas. Perhitungan uji reliabilitas terlampir.

E. Prosedur Analisis Data

Prosedur analisis data disajikan dalam beberapa kajian yaitu : Pengujian Persyaratan Analisis dan Metode Analisis Data yang dijabarkan sebagai berikut.

1. Pengujian Persyaratan Analisis a. Uji normalitas

Pada penelitian ini diupayakan pengujian normalitas sebaran data. Uji normalitas adalah dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Pengujian normalitas sebaran data dilakukan dengan cara membandingkan nilai Kolmogorov-Smirnov dan Probabilitas dengan nilai signifikannya adalah 0,05. Dengan dasar pengambilan keputusan bahwa : P dari koefesien K-S > 0,05, maka data berdistribusi normal, dan P dari koefesien K-S < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal. Uji normalitas dikenakan pada pretest dan posttest kelompok eksperimen dan control. Perhitungan dalam pengujian normalitas sebaran data ini menggunakan program SPSS 17.0 for Windows.


(40)

95

2. Metode Analisis Data a. Deskripsi Data

Data yang diperoleh melalui kuesioner kecemasan yang telah diujicobakan perlu untuk dideskripsikan kembali, ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan kecemasan siswa dalam menghadapi ujian. Dalam penelitian ini kuesioner dipergunakan untuk mengetahui rerata skor pretest untuk mengetahui tingkat kecemasan siswa dan skor posttest untuk mengetahui rerata skor setelah masing-masing kelompok diberikan perlakuan (treatment) yang menentukan efektif tidaknya teknik desensitisasi sistematis untuk mereduksi kecemasan menghadapi ujian pada siswa.

Data dalam penelitian ini dideskripsikan dengan perbandingan rerata empiris data tingkat kecemasan siswa amatan awal dan akhir kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan teknik desensitisasi sistematis.

b. Teknik Analisis Data

Tujuan dari analisis data dalam penelitian ini adalah untuk mengungkapkan apa yang ingin diketahui dari penelitian ini, yaitu ingin mengetahui Efektivitas Konseling Behavioral dengan Teknik Desensitisasi untuk Mereduksi Kecemasan Menghadapi Ujian. Adapun perhitungan analisis datanya menggunakan program SPSS 17.0. for windows. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini ada dua yaitu analisis data kuantitatif dan kualitatif. Analisis data kuantitatif digunakan untuk membandingkan hasil yang diperoleh dari pretest dan posttest kelompok eksperimen dan kontrol. Sedangkan analisis data kualitatif menggunakan analisis non-statistik (berupa pernyataan kata-kata) yaitu


(41)

96

dengan mendeskripsikan dan memberikan makna terhadap hasil analsisi data. Adapun analisis data dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

1)Analisis Profil Umum Tingkat Kecemasan Ujian pada Siswa

Analisis terhadap profil tingkat kecemasan menghadapi ujian dilakukan untuk menentukan krtiteria kecemasan pada kategori : sangat cemas,cukup cemas dan tidak cemas. Adapun prosedurnya adalah berikut: a) Menentukan skor maksimal ideal yang diperoleh sampel dengan

rumus: Skor maksimal ideal = Jumlah soal x skor tertinggi

b) Menentukan skor minimal ideal yang diperoleh sampel dengan rumus: Skor minimal ideal = jumlah soal x skor terendah.

c) Mencari rentang skor ideal yang diperoleh sampel dengan rumus: Rentang Skor= Skor maksimal ideal – Skor minimal ideal

d) Mencari interval skor dengan rumus : Interval skor = Rentang skor/3 (Sudjana,1996)

Berdasarkan langkah perhitungan tersebut didapatkan kriteria tingkat kecemasan menghadapi ujian dengan menggunakan rentang skor, sehingga didapatkan kriteria sangat cemas, cukup cemas dan tidak cemas. Rincian tabel distribusi kecemasan menghadapi ujian disajikan pada tabel 3.6

Tabel 3.6

Kriteria Umum Kecemasan Menghadapi Ujian

No Interval Keterangan

1 111-115 Sangat Cemas

2 71-110 Cukup Cemas


(42)

97

2) Analisis Profil Kecemasan Menghadapi Ujian Berdasarkan pada Aspek-aspeknya

Analisis terhadap profil tingkat kecemasan menghadapi ujian berdasarkan pada aspek-aspeknya dilakukan untuk menentukan kategori : sangat cemas, cukup cemas dan tidak cemas. Adapun prosedurnya adalah berikut:

a) Menentukan skor maksimal ideal yang diperoleh sampel dengan rumus: Skor maksimal ideal = Jumlah soal x skor tertinggi

b) Menentukan skor minimal ideal yang diperoleh sampel dengan rumus: Skor minimal ideal = jumlah soal x skor terendah.

c) Mencari rentang skor ideal yang diperoleh sampel dengan rumus: Rentang Skor= Skor maksimal ideal – Skor minimal ideal

d) Mencari Interval skor = Rentang skor/3 (Sudjana,1996)

Berdasarkan langkah perhitungan tersebut didapatkan kriteria tingkat kecemasan menghadapi ujian berdasarkan aspek-aspeknya. Rekapitulasi tabel distribusi kecemasan menghadapi ujian berdasarkan pada aspek-aspeknya disajikan pada tabel 3.7 berikut.

Tabel 3.7

Frekuensi Kecemasan Menghadapi Ujian Berdasarkan pada Aspek-aspeknya

Aspek Interval Keterangan

Manifestasi Kognitif yang Tidak Terkendali

45-60 Sangat Cemas

29-44 Cukup Cemas

12-28 Tidak Cemas

Manifestasi Kognitif yang Tidak Terkendali

56-75 Sangat Cemas

36-55 Cukup Cemas

15-35 Tidak Cemas

Manifestasi Kognitif yang Tidak Terkendali

12-15 Sangat Cemas

8-11 Cukup Cemas


(43)

98

3) Analisis Efektivitas Konseling Behavioral dengan Teknik Desensitisasi Sistematis untuk Mereduksi Kecemasan Menghadapi Ujian

Pengujian efektivitas konseling behavioral dengan teknik desensitisasi sistematis untuk mereduksi kecemasan menghadapi ujian dilakukan dengan melakukan uji t independent (independent sample t test) melalui analisis data tingkat kecemasan menghadapi ujian pada siswa sebelum dan sesudah diberikan perlakuan teknik desensitisasi sistematis. Teknik ini dilakukan dengan membandingkan data normalized gain score antara kelompok eksperimen dengan kelompok control. Tujuan uji tersebut adalah untuk mengetahui data empirik tentang kefektifan teknik desensitisasi sistematis dibandingkan model lain yang diterima oleh kelompok kontrol. Perhitungan tersebut menggunakan bantuan software Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 17.0

Adapun prosedur pengujian efektivitas teknik desensitisasi sistematis adalah sebagai berikut.

Pertama menguji efektivitas teknik desensitisasi sistematis untuk mereduksi kecemasan menghadapi ujian menggunkaan uji t independent (independent sample t test). Kriteria untuk uji t tersebut berpandangan pada hipotesis statistik: Ho: µ1 = µ2 dan H1: µ1 > µ2. Hipotesis statistik ini

yang menyatakan bahwa : Ho.= Teknik desensitisasi sistematis tidak efektif untuk mereduksi kecemasan menghadapi ujian pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Singaraja, H1.= Teknik desensitisasi sistematis efektif untuk mereduksi kecemasan menghadapi ujian pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Singaraja. Taraf keyakinan (α) yang digunakan sebagai kriteria dasar pengambilan keputusan hipotesisnya adalah pada taraf signifikansi


(44)

99

5% atau α= 0,05. Dengan demikian pengambilan keputusannya adalah : 1) Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan H1 diterima; dan 2) Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan H1 ditolak. Apabila H0 diterima dan H1 ditolak, maka Konseling Behavioral dengan Teknik Desensitisasi Sistematis Tidak Efektif untuk Mereduksi Kecemasan Menghadapi Ujian pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Singaraja, sedangkan apabila H0 ditolak dan H1 diterima, maka Konseling Behavioral dengan Teknik Desensitisasi Sistematis Efektif untuk Mereduksi Kecemasan Menghadapi Ujian pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Singaraja.

Selanjutnya adalah menghitung data normalized gain (N-Gain). Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui selisih antara skor posttest dengan pretest pada kelompok eksperimen dan kontrol. Apabila rata-rata kecemasan pada kelompok eksperimen lebih rendah daripada kelompok kontrol, maka dikatakan teknik desensitisasi efektif untuk mereduksi kecemasan menghadapi ujian. Pembuktian dilakukan uji t kembali terhadap selisih skor pretest dan posttest kelompok eksperimen dan kontrol, sehingga tergambar signifikansinya. Melalui pembuktian terhadap ketiga uji t, maka dapat diketahui efektif tidaknya konseling behavioral dengan teknik desensitisasi sistematis untuk mereduksi kecemasan menghadapi ujian.

F. Posedur Pelaksanaan Penelitian

Melakukan suatu penelitian ilmiah diperlukan prosedur yang terstruktur untuk menentukan arah dan ketepatan pelaksanaan penelitian yang dilakukan. Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: (1)tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan,


(45)

100

dan (3) tahap pengolahan dan analisis data. Secara garis besar tahapan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan

Adapun beberapa kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Studi literatur berupa buku-buku yang membahas tentang kecemasan dan teknik Desensitisasi Sistematis yang merupakan salah satu teknik dalam Konseling Behavioral.

b.

Menyusun kuesioner penelitian untuk divalidasi oleh judgest/pakar sebagai prasyarat sebelum disebarkan ke responden/siswa untuk validasi selanjutnya. Sebelum disebarkan ke siswa, maka dilakukan uji keterbacaan pada beberapa siswa supaya kuesioner yang dibuat bisa dipahami oleh siswa sesuai dengan jenjang kelas, yaitu siswa kelas X SMA. Kuesioner ini berfungsi untuk mengukur tingkat kecemasan menghadapi ujian yang dialami oleh siswa. c. Pelaksanaan tes awal (pretest) pada seluruh siswa kelas X yang berjumlah 6

kelas untuk mengetahui profil kecemasan menghadapi ujian, baik secara umum maupun berdasarkan pada aspek-aspeknya. Pretest ini dilaksanakan di awal sebelum pemberian perlakuan.

d.

Menyusun program hipotetik teknik desensitisasi sistematis untuk mereduksi kecemasan menghadapi ujian. Program yang dibuat divalidasi oleh judgest/pakar sebagai penimbang layak tidaknya program yang dibuat bisa diterapkan dalam penelitian. Tujuan pembuatan program tersebut adalah sebagai dasar untuk melaksanakan segenap kegiatan yang direncanakan dalam penelitian.


(46)

101

e. Menentukan sampel penelitian menggunakan teknik random sampling. Sampel penelitian didapat dari siswa yang teridentifikasi sangat cemas dalam menghadapi ujian. Siswa yang sudah teridentifikasi tersebut dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan teknik desensitisasi sistematis dan kelompok kontrol yang diberi perlakuan konvensional.

2. Tahap Pelaksanaan

Adapun beberapa kegiatan yang dilaksanakan pada tahap pelaksanaan dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut.

a. Pelaksanaan Konseling Behavioral dengan Teknik Desensitisasi Sistematis untuk Mereduksi Kecemasan dengan langkah sebagai berikut:

1) Menetapkan jadwal pelaksanaan perlakuan sesuai dengan hasil kesepakatan terhadap sampel pada kelompok eksperimen dan pertimbangan pihak sekolah.

2) Mengkondisikan kelompok yang sudah ditetapkan sebagai kelompok eksperimen, sehingga tahu dengan baik kegiatan yang akan diikuti oleh mereka.

3) Menyiapkan media yang mendukung seperti instrument music untuk relaksasi dalam penerapan teknik desensitisasi sitematis. Adapun media tersebut sudah terpilih sesuai dengan pertemuan yang dijadwalkan. 4) Memberikan perlakuan teknik desensitisasi sistematis pada kelompok

eksperimen. Intervensi teknik desensitisasi dalam penelitian ini diberikan sebanyak 7 (tujuh) sesi yang mengacu pada program efektivitas yang


(47)

102

telah dirancang. Adapun rincian pemberian perlakuannya yaitu : 2 sesi untuk layanan dasar, 3 sesi untuk layanan responsif, 1 sesi untuk layanan perencanaan individual dan 1 sesi untuk layanan konseling individual. Adapun penjabaran perlakuan yang sudah dilakukan tersebut adalah sebagai berikut.

Sesi 1

Sesi ini merupakan pemberian layanan dasar dengan tema “Upaya Siswa untuk Dapat Mengikuti Ujian Tanpa Rasa Cemas yang Berlebihan”. Strategi yang akan digunakan adalah dalam bentuk layanan informasi. Materi layanan yang dibahas adalah mengenai bagaimana upaya siswa supaya dapat mengikuti ujian dengan tenang. Pelaksanaan layanan dilakukan di ruang kelas.

Pada tahap awal dalam sesi ini konselor menciptakan attending yang tepat dan menyenangkan sehingga siswa mengikuti kegiatan layanan dengan baik, selanjutnya konselor menyampaikan tujuan layanan yang dimaksud. Terlihat seluruh siswa berdisiplin untuk mengikuti kegiatan. Pada tahap awal ini salah seorang siswa diminta untuk menceritakan upaya yang sudah dilakukan untuk dapat mengikuti ujian dalam kondisi cemas yang dialaminya. Waktu untuk tahap awal ini adalah sekitar 10 menit

Pada tahap inti, peneliti merumuskan tujuan yang ingin dicapai dan mendeskripsikan bagaimana upaya siswa supaya dapat menghadapi ujian dengan tenang. Siswa diajak untuk berargumentasi dan mendiskusikan mengenai upaya untuk mengikuti ujian dengan tenang. Pada saat


(48)

103

kegiatan berlangsung, hampir seluruh siswa aktif dalam kegiatan diskusi, sehingga proses layanan dapat berlangsung dengan baik. Waktu untuk tahap inti ini adalah sekitar 25 menit.

Pada tahap akhir dalam sesi ini, dilakukan penilaian kegiatan layanan, dalam bentuk hasil observasi dan melontarkan beberapa pertanyaan ke siswa untuk mengetahui antusias siswa dalam mengikuti layanan dan daya serap terhadap layanan yang diikutinya. Di akhir kegiatan, siswa diminta untuk mengisi jurnal harian kegiatan setelah mengikuti layanan.

Sesi 2

Sesi ini merupakan pemberian layanan dasar dengan tema “Mereduksi Kecemasan Menghadapi Ujian”. Pemberian layanan dasar ini berlandaskan bahwa siswa perlu mengetahui beberapa aspek yang menyebabkan munculnya kecemasan menghadapi ujian dalam taraf yang mengkhawatirkan. Selanjutnya, supaya siswa dapat mengetahui gambaran awal mengenai upaya untuk mereduksi kecemasan menghadapi ujian. Strategi yang akan digunakan adalah dalam bentuk layanan informasi. Materi layanan yang dibahas adalah mengenai pemahaman kecemasan menghadapi ujian dan upaya untuk mereduksinya.

Pada tahap awal dalam sesi ini diciptakan attending yang tepat dengan memberikan motivasi pada siswa sehingga dapat mengikuti kegiatan layanan dengan nyaman, selanjutnya konselor menyampaikan tujuan layanan yang dimaksud. Dalam tahap awal ini, siswa diminta


(49)

104

menceritakan bagaimana situasi dan kondisi mereka saat berada dalam situasi yang sangat cemas dalam menghadapi ujian. Waktu untuk tahap awal ini adalah sekitar 10 menit.

Pada tahap inti dalam sesi ini, peneliti merumuskan tujuan yang ingin dicapai dan mendeskripsikan bagaimana kecemasan menghadapi ujian, faktor penyebab dan rancangan upaya untuk mereduksinya. Siswa diajak untuk berargumentasi dan mendiskusikan permasalahan yang disampaikannya terkait dengan kecemasan menghadapi ujian. Teknik yang digunakan dalam sesi ini adalah diskusi dan diimbangi dengan relaksasi. Waktu untuk tahap inti ini adalah sekitar 25 menit.

Pada tahap akhir dalam sesi ini, peneliti melakukan penilaian kegiatan layanan, dalam bentuk hasil observasi dan melontarkan beberapa pertanyaan ke siswa untuk mengetahui antusias dan tangapan siswa dalam mengikuti layanan. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya seandainya ada yang belum dipahami oleh mereka. Siswa disuruh untuk mengisi jurnal kegiatan layanan untuk mengetahui keberhasilan layanan yang diberikan.

Sesi 3

Sesi ini berjudul “Mengendalikan Manifestasi Kognitif melalui Teknik Desensitisasi Sistematis”. Intervensi ini bertujuan untuk melatih siswa mengendalikan manifestasi kognitif yang berlebihan, yaitu sulit konsentrasi, bingung dan mental blocking sehingga rasa sangat cemas dalam menghadapi ujian dapat direduksi. Intervensi ini dilakukan 3 (tiga) kali sesuai dengan kondisi dan waktu yang tersedia.


(50)

105

Pada tahap awal dalam sesi ini diawali dengan menciptakan attending yang tepat supaya siswa dapat mengikuti kegiatan dengan nyaman, selanjutnya mendorong siswa untuk mengungkapkan kondisi tidak terkendalinya manifestasi kognitif yang benar-benar dialaminya saat ujian. Waktu untuk tahap awal ini adalah sekitar 10 menit

Pada tahap inti dalam sesi ini diawali dengan merumuskan tujuan yang ingin dicapai dan mempraktekkan teknik desensitisasi yaitu siswa dapat mengendalikan manifestasi kognitifnya sehingga rasa sangat cemas dapat direduksi. Siswa dikondisikan untuk membayangkan berada ditempat yang menyenangkan dan sejuk sambil diiringi musik relaksasi yang disediakan. Siswa diajak bersama-sama untuk mencapai keadaan rileks sampai pikirannya menjadi tenang dan nyaman, sehingga siswa benar-benar merasakan dapat mengendalikan menifestasi kognitif yang berlebihan dengan indikator tidak mengalami bingung, dapat konsentrasi dan tidak mengalami mental blocking. Waktu untuk tahap inti ini adalah sekitar 25 menit.

Pada tahap akhir dalam sesi ini dilakukan penilaian intervensi kegiatan, menggunakan jurnal harian sebagai penilaian proses sesi intervensi yang diikuti siswa. Siswa diberikan kesempatan untuk menanyakan beberapa hal yang belum dipahami siswa terkait dengan pemberian intervensi yang dilakukan. Selanjutnya siswa diupayakan untuk melatih intervensi tersebut di rumah masing-masing secara individual. Waktu untuk tahap akhir ini dialokaskan sekitar 10 menit.


(1)

3. Siswa

a. Siswa bisa mengendalikan manifestasi kognitif (sulit konsentrasi, bingung dan mental blocking), menifestasi afektif (takut, khawatir dan gelisah) dan perilaku motorik (gemetar), sehingga dapat mengikuti ujian dengan tenang.

b. Siswa hendaknya bisa berpikir yang tenang, berpikir positif, tidak menganggap ujian sebagai ancaman, rileks dalam menghadapi ujian, belajar yang tekun, dan menyadari bahwa ujian adalah suatu tugas yang harus diikuti dan diselesaikan.

4. Peneliti Selanjutnya

a. Diupayakan menggunakan lebih dari satu sekolah, sehingga dapat membandingkan tingkat kecemasan sekolah satu dengan yang lainnya dan membandingkan tingkat kecemasan pada setiap jenjang kelas dalam satu sekolah, antara sekolah perkotaan-pedesaan, antar sekolah unggulan-favorit dan antar sekolah negeri-swasta.

b. Diupayakan membandingkan dengan teknik lain untuk mereduksi kecemasan menghadapi ujian, seperti brain gym dan cognitive behavioral theraphy atau mengkolaborasikan dua teknik yang berbeda untuk mereduksi kecemasan menghadapi ujian.

c. Menggunakan desain eksperimen yang lebih powerfull seperti desain true eksperimen.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson dkk. (1996). Pengantar Psikologi. Cetakan ketiga. Jakarta: Erlangga. Bararah,V.F.(2011). Penyebab Tubuh Bisa Gemetar. (online). Tersedia di:

http://carahidup.um.ac.id/2010/03/penyebab-tubuh-bisa-gemetar/.

Bruce R. Fretz, Nancy A. K, Shelly M. O, Sharon M. Jones, and Marilyn W. Merikangas. (1989). Intervention Targets for Reducing Preretirement Anxiety and Depression. Journal of Counseling Psychology 1989,Vol. 36, No.3,301-307, University of Maryland.

Bucklew.(1980). Paradigma Kecemasan. (online). Tersedia di http: www.paradigma kecemasan/tingkat kecemasan/edu/pdf. Diakses tanggal 7 September 2010.

Casbarro, J. (2005). Test Anxiety and What You Can Do About It, Practical Guide for Teachers, Parents and Kids. United States of America : Dude Publishing.

Corey, G (a).(2005). Theory and Practice of Counseling & Psychotherapy. 7th ed. Belmont : Thomson Brooks/Cole.

Corey, G (b). (2007). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.

Cormier &Cormier,L.S.(1985). Interviewing Strategies for Helper :Foundamental Skills and Cognition Behavioral Inetrvention. California : Brooks/ Cole Publishing.

Dantes, N. (2007). Metodelogi Penelitian untuk Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora. Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha.

Depdinas.(2004).Kompetensi Belajar Siswa dan Hasil Penelitian tentang

Kesulitan Belajar.(online).Tersedia di: http//www.kesulitan

belajar/pdf/2010.

Dacey, J.S. (2000). Your anxious child : How parents and teachers can relieve anxiety in children. San Fransisco: Jossey-Bass Publishers.

Egbochukuand, E. O.; Obodo, B. O.(2005). Effects of Systematic Desensitisation (SD) Therapy on the Reduction of Test Anxiety Among Adolescents in Nigerian Schools. Journal of Instructional Psychology, Vol. 32 Issue 4, p298-304, 7p


(3)

Frederick J.; Borkovec, T. D. (1983). "Relaxation-Induced Anxiety: Paradoxical Anxiety Enhancement Due to Relaxation Training". Journal of Consulting and Clinical Psychology 51 (2): 171–82.

Goelman, D. (1975). Emotional Intelegence. Jakarta : PT Pustaka Jaya

Goldfried, M. R.(1971). Systematic Desensitization as Training in Self Control. Journai of Consuiting and Ciinical Psychology,37,228-234.

Griez Eric,J.L, Faravelly. C, Nutt D,& Johar J .( 2001). Anxiety Disorder an Introduction to Clinical Management and Research. New York

Gunarsa, S D.(2004). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hakim, T. (2008). Belajar Efektif. Jakarta : Niaga Swadaya.

Hall, C. S. dan Lindzey, G.(1995). Teori-teori Psikodinamik (Klinis). Cet. Ke-3. Penerjemah; Yustinus. Editor: Supraktiknya. Yogyakarta : Kanisius.

Hansen,J.dkk.(1982). Counseling: The Theory and Process, Third Edition. London : Allyn and Bacon,INC.

Hartanti & Judith E.D. (1997). Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura. Jurnal Psikologi Pendidikan : Anima. 12, 46, 2007.

Hekmat,H, Lubitz, L & Deal R .(2006). Semantic desensmzation: a paradigmatic intervention approach to anxiety disorders. Journal of Psychology.

Hembree. R. (1988). Correlates, Causes, Effects, and Treatment of Test Anxiety. Review of Educational Research. 58. 47-77.

Hidayati,A.(2008).Penyebab Kecemasan dalam kehidupan

Interpersonal.(online).Tersedia di: http://www.penyebab

kecemasan/2008/edu.

Hill. K. T., & Wigfield. A. (1984). Test anxiety: A major educational problem and what can be done about it. The Elementary School Journal. 85. 105-126. Hong, E. (1998). Differential stability of individual differences in state and trait

test anxiety. Learning & Individual Differences, 10, 51-70.

Horney .(1994). Penyebab Kecemasan (online). Tersedia di : http//www.penyebab kecemasan dan pengaruhnya/kepribadian.co.id.

Jeffrey K. Z. (1975). Behavior Therapy and Eksperimental Psycatry. United States. Journal of Psychology.


(4)

Jerry L. D. C.(1988). Cognitive-Relaxation and Social Skills Treatments of Anger: A Year Later. Journal of Counseling Psychology, Vol.35, No.3, 234-236. American Psychological Association, State University.

Jersild .(1963). Pengaruh Kecemasan terhadap Prilaku Manusia.(online). Tersedia di: http: www. Pengaruh kecemasan.edu/html.

Kaplan, H.I & Sadock, B.J.(1997). Comprehensive Group Psychotherapy. Baltimore : The William Wikins Co.

Kartikasari, B. D. (1995). Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Kecemasan dalam Komunikasi Interpersonal. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Kevin R. K, Alex S, H, and Kenneth L. Miller. (1989) Relation of Counselor Intention and Anxiety to Brief Counseling Outcome. Journal of Counseling Psychology, Vol.36, No.2, 158-162. American Psychological Association. Krumboltz,J.D dan Thoresen,C.E.(1976). Counseling Methods. New York :

Holt,Renehart and Watson.

Latipun.(2006). Psikologi Konseling. Malang : UMM Press.

Liebert, R. M., & Morris, L. W. (2000). Cognitive and emotional components of test anxiety: A distinction and some initial data. Journal of Psychological Vol.20, 975-978.

Lufi, D; Okasha, Susan; Cohen, Arie. (2004). Test Anxiety and It’s Effect on the Personality of Students with Learning Disabilities. Journal of Psychological ,Vol. 27 Issue 3, p176-184, 9p, 3.

Mary.C, and John J. H. (1990). An Attempt to Establish the Experimental Construct Validity of Cognitive and Behavioral Approaches to Assertiveness Training.

Journal of Counseling Psychology, Vol.37, No.3,243-247. American

Psychological Association, Inc. Susquehanna University.

Makmun,A.S.(2009). Psikologi Kependidikan,Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

McDonald, A. S.(2001).The Prevalence and Effects of Test Anxiety in School Children... Journal Educational Psychology, Vol. 21 Issue 1, p89-101, 13p. Myers. R. A. (1986). Research on educational and vocational counseling. In S. L.

Garfield & A. E. Bergin (Eds.). Handbook on psychotherapy and behavior change (pp. 715-738). New York: Wiley.

Nawangsari .(2000). Pengaruh Kecemasan Ujian terhadap Prestasi Akademik

Siswa, Skripsi.(online). Tersedia di: http://www. Kecemasan


(5)

Nawangsari, N. A. F.(2001). Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika. Jurnal Psikologi Pendidikan: Insan media psikologi, 3,2, 2001, 75-88.

Natalia.(2008). Efektivitas Model Konseling Behavioral dengan Teknik Desensitisasi Sistematis untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan Siswa dalam Menghadapi UAN. Skripsi. Singaraja : Undiksha.

Nietzel, M.T. & Berstein, D.A. (1987). Introduction to Clinical Psychology. 2nd ed. New Jersey : Prentice-Hall Inc.

Nuryanti .(2010). Efektivitas Brain Gym dalam Menurunkan Kecemasan siswa Menghadapi Ujian Sekolah. Tesis. Surakarta : Universitas muhammadiyah. Poerwadarmita,W.J.S.(1986). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Kepala

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan Kebudayaan.

Plass,J.,&Hill,K.T.(2002). Children's achievement strategies and test performance: The role of time pressure, evaluation anxiety, and sex. Journal Psychology, Vol. 22, 31-36.

Post.(1978). Definisi Kecemasan.(online). Tersedia di: http//www.definisi kecemasan//pengertian.com.

Rosmy, N. S.(2010). Rasa Khawatir dan Cara Menghadapinya.(online).Teredia di: http://nenengrosmy.wordpress.com/2010/05/08/rasa-khawatir-apa-itu-dan-bagaimana-cara-mengatasinya/.

Sudjana,M.A. (1996). Metode Statistik. Bandung : Tarsito.

Sudrajat,A.(2008). Upaya Mencegah Kecemasan Siswadi Sekolah.(online).

Tersedia di

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/01/upaya-mencegah-kecemasan-siswa-di-sekolah/.

Sugiharto, DYP. (2007).Pendekatan-Pendekatan Konseling.(makalah online). Tersedia di http:// e – Psikologi. co.id.

Sugiyono (a). (1999). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono (b).(2008). Metode Penelitian Pendidikan,Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suherman. (2008). Konsep dan Aplikasi Bimbingan dan Konseling. Jurusan PPB UPI.

Suherman, AS, U .(2009). Manajeman Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rezki.


(6)

Sulaiman Zein.(2008).Effect of Test Anxiety.(online).Tersedia di: http://id.wordpress.com/tag/teknik-konseling/, 2008:6 /.

Suryani,K .(2000). Meditasi Relaksasi Spirit . Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Sutanaya, Anom.(2005). Kecemasan siswa terhadap sekolah ditinjau dari

motivasi berprestasi dan konsep diri akademik pada siswa SMA Negeri Denpasar Tahun 2005. Tesis. Singaraja : Unit Penerbitan IKIP Negeri Singaraja.

Sutrisno H.(2005). Metodologi Research. Yogyakarta : Andi.

Stuart.(2001).Konsep Kecemasan.(online).Tersedia di: http:// morningcamp.com/?p=237/Konsep Kecemasan.

Taty. (2010). Model Konseling Behavioristik untuk Membantu Siswa Mengatasi Kecemasan Belajar. Disertasi. Bandung : UPI

Tillich, P dan Freud, S. (2006). Kecemasan Matematika.(online). Tersedia di: http://en.wikipedia.org/wiki/mathematical Anxiety.

Wine,J.D.(2003). Test anxiety and Direction of Attention. Journal Psychological Bulletin, 76, 92-104.

Wolpe,J.(1958). Psychoterapy : The Nonscientific Heritage and The New Science. New Yersey : Basic Books,Inc.

Yusuf, S, L.N.(2006). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Yusuf, S, L.N (b).(2007). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung : Rizqi Press.

Zainal,A.R.(2011).Rasa Takut dan Cemas.(online). Tersedia di : http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/1669724-rasa-takut-dan-cemas/.

Zettle,R.D.(2003). Acceptance and Commitment Therapy (ACT) VS Systematic Desensitization in Treatment of Mathematics Anxiety. The Psycological Journal,Vol 53,197-215.


Dokumen yang terkait

TEKNIK RELAKSASI KESADARAN INDERA DAN SELF TALK UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN DITINGGALKAN PASANGAN

5 40 26

Campur Kode pada Keterampilan Berbicara Siswa Kelas X SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014

0 35 167

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP TATA NAMA DAN PERSAMAAN REAKSI SEDERHANA (PTK pada Siswa Kelas X 6 SMA Negeri 2 Pringsewu Tahun Pelajaran 2011-2012)

0 2 50

UPAYA MENURUNKAN KECEMASAN SISWA MENGHADAPI UJIAN MENGGUNAKAN TEKNIK DESENSITISASI SISTEMATIS PADA SISWA KELAS VIII UNGGULAN SMP NEGERI 1 ABUNG SEMULI LAMPUNG UTARA TAHUN PELAJARAN 2010-2011

9 77 58

UPAYA MENURUNKAN KECEMASAN SISWA MENGHADAPI UJIAN MENGGUNAKAN TEKNIK DESENSITISASI SISTEMATIS PADA SISWA KELAS VIII UNGGULAN SMP NEGERI 1 ABUNG SEMULI LAMPUNG UTARA TAHUN PELAJARAN 2010-2011

2 7 9

PENGGUNAAN TEKNIK DESENSITISASI SISTEMATIS UNTUK MENGURANGI KECEMASAN CALON MAHASISWA DALAM MENGHADAPI SELEKSI BERSAMA MASUK PERGURUAN TINGGI NEGERI (SBMPTN) TAHUN PELAJARAN 2014/2015

3 27 63

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA ANTARA MODEL PBL DENGAN KOOPERATIF TIPE STAD ( Studi pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 2 Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014)

2 15 54

EFEKTIFITAS KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK DESENSITISASI SISTEMATIK UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN SISWA SMP NEGERI 19 SEMARANG

0 16 26

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE LEARNING TOGETHER (LT) DENGAN MEDIA SITUS PERADABAN DUNIA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SEJARAH (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X IIS 3 SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016)

1 1 14

SMP Negeri 1 Singaraja Tahun Ajaran 20122013

0 0 19