PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MEMECAHKAN MASALAH PADA PELAJARAN IPS DI SMPN KOTA BANDUNG.

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR BAGAN ... ix

DAFTAR GAMBAR .……….……… xi

DAFTAR LAMPIRAN………... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………..…...….. 1

B. Rumusan Masalah………..…...… 10

C. Pertanyaan Penelitian………..…..…… 10

D. Tujuan Penelitian………..……..….. 11

E. ManfaatPenelitian... 12

F. Definisi Operasional……….……..…...… 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya... 15

B. Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat... 16

1. Model Pembelajaran... 16

2. Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat... 18

C. Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah... 27

D. Pembelajaran IPS di Tingkat SMP... 38

E. Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah... 43

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian……….. 49

B. Lokasi dan Subjek Penelitian………...………... 57

C. Teknik Pengumpulan Data………... 57

D. Teknik Analisis Data ………... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ………... 61

1. Hasil Studi Pendahuluan ……….…..….. 62

a. Desain dan Penerapan Pembelajaran IPS Saat Ini…….…… 63

b. Kondisi dan Sikap Siswa terhadap IPS ……….…… 67


(2)

d. Kondisi dan Pemanfaatan Sarana, Fasilitas dan

Lingkungan……….…… 73

e. Sistem Evaluasi dalam Pembelajaran IPS……….. 75

2. Pengembangam Model……… 75

a. Orientasi Model………...…… 76

b. Penyusunan Rancangan Model……….……76

3. Hasil Uji Coba Model……….……. 80

a. Uji Coba Terbatas………….………..….… 80

b. Uji Coba Luas………....… 112

c. Efektivitas Implementasi Model Pembelajaran STM….….. 155

d. Deskripsi Pandangan Guru Dan Siswa Terhadap Model Pembelajaran STM…………..……….………158

e. Keunggulan Dan Kelemahan Model Pembelajaran STM Hasil Pengembangan……….………. 160

f. Faktor Pendukung Dan Penghambat dalam Pelaksanaan Model Pembelajaran STM Hasil Pengembangan.…………. 161

B. Pembahasan ………... 164

1. Kondisi Pembelajaran IPS Saat Ini……….. 167

2. Desain Pengembangan Model STM……….... 169

3. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran STM……… 179

4. Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Pengembangan Model Pembelajaran STM……….……….….... 182

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan……… 188

B. Rekomendasi………..…. 190

DAFTAR PUSTAKA……….……… 193

LAMPIRAN – LAMPIRAN……….……… 196


(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perubahan – perubahan yang terjadi kian cepat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum pendidikan harus disusun dengan memperhatikan masa depan. Perubahan hendaknya tidak hanya terjadi pada materi, media, sarana dan prasarana tetapi juga secara keseluruhan sehingga diharapkan nantinya pendidikan dapat membekali siswa untuk dapat memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari – hari yang terjadi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan siswa.

Undang – Undang No. 20 Tahun 2003 mengungkapkan bahwa tujuan pendidikan yang dilakukan bangsa Indonesia harus mengembangkan kompetensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab karenanya pengembangan kompetensi siswa harus disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan siswa serta tuntutan lingkungan bermasyarakat.

Untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan nasional tersebut, mulai tahun 2006 Indonesia menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang merupakan kurikulum yang disusun dan dilaksanakan oleh masing – masing satuan pendidikan dimulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah hingga pendidikan tinggi. Pendidikan dasar yaitu suatu lembaga pendidikan yang


(4)

diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan siswa yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah, yang termasuk dalam pendidikan dasar ini adalah Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Dalam KTSP dirumuskan bahwa tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Kurikulum ini memberi kesempatan kepada guru dan siswa untuk menuangkan pengalaman melalui diskusi, pengamatan, observasi dan keterampilan berpikir untuk memecahkan masalah baik di dalam kelas maupun di luar kelas yang terjadi dalam kesehariannya.

Pengembangan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di tingkat pendidikan dasar harus mengacu pada prinsip – prinsip pedoman standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan KTSP yang dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP) tahun 2006 (Kusnandar, 2007: 140) yaitu:

(1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan siswa dan lingkungannya; (2) Beragam dan terpadu; (3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; (4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan; (5) Menyeluruh dan berkesinambungan; (6) Belajar sepanjang hayat; (7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

Selain itu, pengembangan pembelajaran IPS di tingkat pendidikan dasar juga disesuaikan dengan acuan operasional dalam penyusunan KTSP (Kusnandar, 2007: 143) yaitu:


(5)

(1) Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia; (2) Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan siswa; (3) Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan; (4) Tuntutan pembanguan daerah dan nasional; (5) Tuntutan dunia kerja; (6) Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; (7) Agama; (8) Dinamika perkembangan global; (9) Persatuan nasional dan nilai – nilai kebangsaan; (10) Kondisi sosial budaya masyarakat setempat; (11) Kesetaraan jender; (12) Karakteristik satuan pendidikan.

Tujuan utama pembelajaran IPS pada tingkat SMP/ MTs adalah untuk mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari – hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun masyarakat sedangkan tujuan khususnya diantaranya adalah memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial (Depdiknas, 2006: 7).

Terkait dengan tujuan pembelajaran IPS tersebut semestinya topik – topik yang berhubungan dengan masalah – masalah sosial disajikan dengan cara menarik, dengan menggunakan contoh permasalahan – permasalahan yang nyata agar siswa dapat belajar berpikir memecahkan masalah sehingga siswa merasa tertarik dan melibatkan diri secara aktif dalam proses belajar mengajar.

Pendidikan tidak hanya mengajarkan fakta dan konsep, tetapi juga harus membekali siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan ini. Masalah dalam pembelajaran IPS merupakan suatu keniscayaan sehingga wajar jika manusia termasuk siswa pada khususnya perlu berlatih menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga dimungkinkan akan bermunculannya ide – ide dari diri siswa dalam menanggapi dan menyelesaikan permasalahan secara bermakna dan berkualitas, posisi guru


(6)

pun hanya bertindak sebagai fasilitator yang mendorong siswa untuk mencari dan mengembangkan solusi dari suatu masalah.

Dalam standar nasional pendidikan Indonesia, terdapat standar dalam proses pendidikan yang salah satunya menyebutkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis siswa (Mulyasa, 2009: 28). Untuk mendukung hal tersebut, maka guru harus menguasai hal – hal terkait pembelajaran seperti keterampilan menilai hasil belajar, pemilihan dan penggunaan media pembelajaran, metode mengajar, serta strategi dan pendekatan pembelajaran.

Chauchan (1979: 96) berpendapat bahwa pembelajaran yang baik harus memiliki beberapa karakteristik, yaitu :

Memiliki prosedur ilmiah, hasil belajar yang spesifik, kejelasan lingkungan belajar, kriteria hasil belajar, dan proses pembelajaran yang jelas. Suatu model dapat memberikan manfaat, pertama memberikan pedoman bagi guru dan siswa bagaimana proses mencapai tujuan pembelajaran. Kedua, membantu dalam pengembangan kurikulum bagi kelas dan mata pelajaran lain. Ketiga, membantu dalam memilih media dan sumber, dan keempat membantu meningkatkan efektivitas pembelajaran.

Pembelajaran yang diawali dengan masalah – masalah aktual yang terjadi di masyarakat sekitar kita yang dikaitkan dengan teknologi dan kebutuhan masyarakat membuat konsep – konsep yang telah dipelajari akan dikuasai oleh siswa sehingga dapat bermanfaat bagi dirinya, bermakna bagi kehidupannya dan dapat menyelesaikan permasalahan di lingkungan sekitarnya, dengan


(7)

pembelajaran yang berhubungan dengan kehidupan nyata dapat menjadikan pembelajaran IPS lebih bermakna (meaningful learning) sehingga ilmu yang diperoleh saat pembelajaran dapat bertahan lama dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata siswa.

Dalam hidupnya setiap manusia akan selalu dihadapkan pada masalah, dari mulai masalah sederhana sampai kepada masalah yang kompleks, dari masalah pribadi hingga sampai pada masalah dunia yang secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang tentu saja memiliki dampak negatif dan dampak positif dari penggunaannya.

Hal ini mengakibatkan tuntutan dalam dunia pendidikan menjadi semakin kompleks untuk dapat memotivasi dan membekali siswa menjadi terampil untuk mengambil suatu keputusan dalam rangka memecahkan masalah dengan menggunakan teknologi pada saat ini, karena kurangnya pemahaman kita tentang teknologi baru dan implikasinya akan mengancam kualitas hidup, alam lingkungan, dan generasi masa depan (Waks, L.J, 1991). Ini dikuatkan oleh Cheek, D.W. (1992) bahwa perkembangan teknologi yang ada harus harus tepat pemanfaatannya untuk meningkatkan kualitas hidup karena perkembangan teknologi memiliki efek positif dan negatif bagi masyarakat.

Pada umumnya keadaan di lapangan selama ini, dalam proses pembelajaran siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir yang salah satunya adalah kemampuan pemecahan masalah, kemampuan ini kurang diperhatikan oleh guru dan proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghafal informasi sehingga siswa terbiasa


(8)

untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingat itu dan menghubungkannya dengan kehidupan sehari – hari, akibatnya siswa hanya pintar secara teori.

Guru juga dalam mengajarkan ilmu – ilmu pendidikan sosial sering didominasi oleh penggunaan buku teks dalam proses belajar mengajar. Buku teks merupakan sumber informasi yang harus dipelajari dan akan ditanyakan oleh guru dalam ulangan – ulangan maupun ujian. Akibat dari hal tersebut terdapat kecenderungan dari siswa untuk menguasai materi dengan menghafal apa yang ada dalam buku teks, tanpa mengkaitkan apa yang dipelajari dengan apa yang dihadapinya dalam kehidupan sehari – hari yang dapat menyebabkan banyak siswa tidak mampu menerapkan pengetahuan untuk memecahkan masalah.

Kondisi tersebut juga dinyatakan oleh Solihatin (2008: 34) dalam bukunya tentang gambaran pelaksanaan pembelajaran IPS di tingkat pendidikan dasar yang telah berlangsung hingga saat ini adalah model belajar yang masih bersifat konvensional, tujuan dan peran kritis atau misi IPS untuk mempersiapkan warga negara yang baik dan mampu bermasyarakat masih sulit dicapai, siswa hanya menjadi objek pembelajaran (teacher centre), kurang mendorong potensi siswa, kurang merangsang siswa untuk belajar mandiri, pelajaran IPS bersifat hapalan semata dan membuat kurang bergairah dalam mempelajarinya, evaluasi hanya pada materi yang diajarkan dan hanya menyentuh sebagian dari aspek kognitif dengan tes sebagai alat evaluasi, prestasi siswa tidak maksimal dan pola interaksi dalam pembelajaran yang bersifat searah.


(9)

Sedangkan dalam implementasi materi, Almuchtar (2007: 51) mengemukakan “IPS lebih menekankan pada aspek pengetahuan, berpusat pada guru, mengarahkan bahan berupa informasi yang tidak mengembangkan berpikir nilai serta hanya membentuk budaya menghafal dan bukan berpikir kritis”. Padahal dengan melibatkan siswa pada proses berpikir untuk memecahkan masalah maka akan menghasilkan jawaban atau solusi yang tepat, selain itu siswa juga akan memahami konsep secara mendalam dan lebih tahan lama.

Penelitian yang meneliti tentang kemampuan siswa memecahkan masalah dalam mata pelajaran IPS yaitu penelitian yang dilakukan oleh Rusmadi pada tahun 2009 yang menulis tesis tentang pengembangan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan siswa memecahkan masalah pada mata pelajaran IPS, disana ia mengungkapkan bahwa memang kemampuan siswa dalam memecahkan masalah masih sangat rendah dikarenakan siswa tidak terbiasa melakukan pemecahan masalah dalam proses belajarnya. Hal Ini didukung dengan pernyataan Ross dan Maynes (Miller, 1985: 99) bahwa memang beberapa penelitian membuktikan bahwa guru hanya memberikan sebagian kecil waktu pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan berpikir siswa.

Selain itu, Sunaryanto (2009) juga melakukan penelitian yang membuktikan bahwa kenyataan pembelajaran IPS SMP di lapangan saat ini masih banyak menghadapi masalah dan salah satu solusi untuk mengantisipasi terlaksananya pembelajaran IPS yang ideal adalah perlunya pelaksanaan pembelajaran IPS dengan pengembangan bahan ajar yang berfokus pada pemecahan masalah. Dengan mengaplikasikan pembelajaran ini siswa harus


(10)

dibiasakan untuk berlatih memecahkan masalah dengan rnengkonstruksi pengalamannya sendiri. Hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran IPS, yakni menghasilkan siswa yang memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah sosial dan memiliki sikap sosial.

Agustin (2011) juga menemukan bahwa selama ini siswa hanya menghafal konsep dan kurang mampu untuk menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata, maka perlu dilakukan penelitian – penelitian tentang penerapan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah terutama siswa pada tingkat sekolah menengah.

Hal tersebut selaras dengan penelitian Darmadi (2010) yang meneliti bahwa penggunaan metode pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial secara kontemporer klasik 89,66% masih di dominasi oleh metode ceramah. Dalam proses pembelajaran siswa kurang atau tidak diberi kesempatan untuk berlatih memecahkan masalah – masalah sosial, dalam pembelajaran IPS guru lebih banyak menekankan pada masalah yang bersifat hafalan, tidak sampai pada aspek mengaktifkan siswa berpikir kritis dan menganalisa masalah.

Kemampuan memecahkan masalah menurut Sanjaya (2009: 214) dapat “… mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis, analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah”. Kemampuan memecahkan masalah ini sangat sesuai untuk dikembangkan pada siswa Sekolah Menengah Pertama yang rata – rata berusia 12 sampai 15 tahun yang didasari oleh teori perkembangan anak menurut Piaget (Nasution, 2010: 113).


(11)

Siswa sekolah menengah pertama masuk dalam periode operasional formal (11 – dewasa) yang ditandai dengan pola berpikir anak sudah sistematik dan meliputi proses – proses yang kompleks. Pada periode operasional formal, operasionalnya tidak terbatas pada hal – hal yang kongkret tetapi juga pada hal – hal yang menggunakan logika yang tinggi misalnya berpikir hipotesis deduktif, berpikir rasional, abstrak, proporsional dan sebagainya. Seperti pada orang dewasa, pada fase ini sudah mampu memprediksi berbagai kemungkinan, mampu membedakan mana yang terjadi dan mana yang seharusnya tidak terjadi.

Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa dengan melatih siswa untuk memecahkan masalah karena menurut teori konstruktivisme bahwa siswa harus belajar dari dunia nyata, siswa akan dapat membangun pengetahuannya melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya sesuai dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa. Proses ini dapat kita ibaratkan sebagai proses mendiagnosis untuk mengetahui suatu penyakit sebelum kita memberikan obatnya.

Model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa tersebut adalah model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM). Adapun penelitian – penelitian yang terkait dengan penerapan model pembelajaran STM adalah Soleh Nurdin dalam tesisnya tahun 2004 yang berjudul model pembelajaran STM dalam meningkatkan hasil belajar IPS SD menemukan bahwa model pembelajaran STM mampu berperan untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang disebabkan karena siswa lebih merasakan proses pembelajaran yang sesungguhnya, mampu mengembangkan


(12)

keterampilan berpikir, kesadaran akan kerjasama serta memahami hak dan kewajibannya.

Selain itu, Syaeful Mikdar tahun 2004 meneliti tentang model pembelajaran STM dalam pendidikan demokrasi dengan menggunakan modul. Penelitian ini menghasilkan penemuan bahwa belajar mahasiswa secara keseluruhan terdapat peningkatan yang berarti pada aspek kognitif dan afektif. Penggunaan dalam model pembelajaran STM lebih menarik, aplikatif, interdisipliner, dapat memotivasi berpikir, mengambil keputusan, dan memecahkan masalah di masyarakat.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka judul penelitian ini adalah pengembangan model pembelajaran STM untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa pada pelajaran IPS di SMPN kota Bandung.

B . Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran STM bagaimanakah yang dapat meningkatkan kemampuan siswa memecahkan masalah pada pelajaran IPS di SMPN kota Bandung?

C. Pertanyaan Penelitian

Dari rumusan masalah yang ada dijabarkan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:


(13)

1. Bagaimanakah kondisi pembelajaran IPS yang dilaksanakan saat ini?

2. Model STM bagaimanakah yang sesuai untuk dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa pada pembelajaran IPS di SMP Negeri kota Bandung meliputi desain perencanaan, implementasi dan evaluasi pembelajarannya?

3. Apakah keunggulan dan kelemahan yang dimiliki oleh model pembelajaran STM yang telah dikembangkan dalam meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa pada pelajaran IPS di SMP Negeri kota Bandung?

4. Apakah faktor pendukung dan penghambat pada pelaksanaan model pembelajaran STM yang telah dikembangkan dalam meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa pada pelajaran IPS di SMP Negeri kota Bandung?

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah menghasilkan suatu model pembelajaran STM yang dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa pada pelajaran IPS di SMP Negeri kota Bandung.

2. Tujuan khusus penelitian

Berdasarkan tujuan yang bersifat umum tersebut, dijabarkan beberapa tujuan yang lebih khusus, yaitu :


(14)

b. Menemukan model pembelajaran STM yang dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa pada pembelajaran IPS di SMP Negeri kota Bandung meliputi desain perencanaan, implementasi dan evaluasi pembelajarannya.

c. Mengidentifikasi apa saja keunggulan dan kelemahan yang dimiliki oleh model pembelajaran STM yang telah dikembangkan dalam meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa pada pelajaran IPS di SMP Negeri kota Bandung.

d. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat pada pelaksanaan model pembelajaran STM yang telah dikembangkan dalam meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa pada pelajaran IPS di SMP Negeri kota Bandung.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Penelitian Secara Teoritis

Model STM yang dikembangkan dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan teori pada pembelajaran IPS di sekolah yang dapat memperkuat teori – teori yang sudah ada.

2. Manfaat Penelitian Secara Praktis

a. Bagi peneliti, merupakan sumbangan pemikiran dalam upaya memperbaiki dan menyempurnakan pembelajaran IPS sehingga nantinya pembelajaran menjadi lebih bermakna dan berkualitas.


(15)

b. Bagi kepala sekolah hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi para guru untuk kegiatan pembelajaran IPS di sekolah.

c. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan dalam menerapkan model pembelajaran STM terkait dengan peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.

d. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan kemampuan memecahkan masalah.

F. Definisi Operasional

1. Model pembelajaran STM dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran yang mengaitkan isu atau masalah sosial yang ada di masyarakat untuk dijadikan masalah sesuai dengan materi pembelajaran IPS yang dikaitkan dengan perkembangan teknologi yang memiliki dampak positif atau negatif bagi masyarakat. Hal ini dilakukan dengan beberapa tahapan sebagai berikut: a. Eksplorasi

b. Pembentukan konsep c. Aplikasi

d. Pemantapan konsep e. Evaluasi

2. Kemampuan memecahkan masalah yaitu kemampuan siswa dalam menemukan alternatif penyelesaian masalah yang dapat dilakukan dengan menggunakan aturan tertentu. Indikator kemampuan siswa memecahkan


(16)

masalah dalam penelitian ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Tim Pengembang MKDK UPI yaitu:

a. Mengenali permasalahan b. Merumuskan masalah

c. Mengumpulkan berbagai data untuk pemecahan masalah

d. Merumuskan dan menyeleksi kemungkinan pemecahan masalah e. Mengimplementasi dan mengevaluasi pemecahan masalah


(17)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk berupa model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) yang dapat membantu siswa memecahkan masalah pada mata pelajaran IPS.

Penelitian ini menggunakan pendekatan research and development atau penelitian pengembangan. Sukmadinata (2009a: 164) menyebutkan bahwa “penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah – langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada yang dapat dipertanggungjawabkan”. Metode ini didasarkan pada langkah – langkah penelitian yang berbentuk siklus, setiap langkah yang akan dilakukan mengacu pada hasil sebelumnya yang sudah diperbaiki dan dikembangkan sehingga akhirnya diperoleh suatu produk penelitian yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan.

Research and development dapat digunakan dalam pendidikan. Akan tetapi dalam tingkat penyusunan tesis, Sukmadinata (2006: 187) menyatakan bahwa:

Kegiatan penelitian dan pengembangan dapat dihentikan sampai dihasilkan draf final, tanpa pengujian hasil. Hasil atau dampak dari penerapan model sudah ada, baik pada uji coba terbatas maupun uji coba lebih luas karena selama pelaksanaan pembelajaran ada tugas – tugas yang dilakukan peserta didik juga dilaksanakan test akhir setiap pokok bahasan. Hasil penilaian tugas dan tes akhir tiap pokok bahasan bisa dipandang sebagai hasil atau dampak dari penerapan model yang dikembangkan.


(18)

Penggunaan penelitian pengembangan dapat mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan, merupakan strategi untuk meningkatkan kualitas pendidikan serta memiliki keunggulan jika dilihat dari prosedur kerjanya yang sistematik dan bersifat siklus. Langkah – langkah penelitian dalam proses penelitian pengembangan mengarah kepada siklus yang didasarkan pada setiap langkah yang dilakukan akan selalu mengacu pada hasil langkah sebelumnya yang sudah diperbaiki hingga akhirnya diperoleh suatu produk pendidikan yang baru atau model pembelajaran yang efektif atau adaptabel.

Prosedur penelitian menggunakan research and development dapat merujuk kepada teori Borg dan Gall (Sukmadinata, 2009a: 169) yang mengemukakan 10 langkah yang harus ditempuh dalam penelitian dan pengembangan, yaitu:

1. Penelitian dan pengumpulan informasi (research and information collecting) termasuk di dalamya review literatur dan observasi kelas dan persiapan laporan. Pengumpulan informasi mengenai data lapangan berdasarkan studi awal, dan studi literatur yang menunjang pembelajaran STM untuk meningkatkan kemampuan siswa memecahkan masalah dalam pelajaran IPS. 2. Perencanaan (planning) termasuk di dalamnya menetapkan tujuan dan urutan

pelajaran sesuai dengan tahapan model pembelajaran STM serta uji kelayakan dalam skala kecil yaitu uji terbatas pengembangan model.

3. Mengembangkan bentuk model awal (develop preliminary form of product) termasuk didalamnya mempersiapkan materi belajar, buku – buku yang


(19)

digunakan, media dan evaluasi. Mengembangkan bentuk awal model yang dimaksud adalah menyusun model pembelajaran STM.

4. Uji coba model terbatas (preliminary field testing) yang melibatkan sekolah dan subjek dalam jumlah terbatas. Dalam hal ini uji coba dilakukan pada satu sekolah tertentu dan satu kelas tertentu pula dalam rangka pengembangan model pembelajaran STM yaitu SMPN 26 kota Bandung. Analisis data dapat dilakukan berdasarkan hasil wawancara dan observasi.

5. Revisi produk atau perbaikan terhadap model awal (main product revision) dilakukan terhadap hasil uji coba model terbatas mengenai implementasi pengembangan model pembelajaran STM pada pelajaran IPS dimana hasilnya untuk bahan uji coba luas.

6. Uji coba luas (main field testing) pada tahap ini yang melibatkan sekolah dan subjek dalam jumlah banyak. Data kuantitatif berupa pretes dan postes dikumpulkan dan hasilnya dievaluasi sesuai dengan tujuan. Uji coba luas dilakukan di beberapa sekolah yaitu SMPN 7, SMPN 15, SMPN 29 dan SMPN 40 kota Bandung.

7. Penyempurnaan hasil uji coba model lebih luas (operational product revision) perbaikan model pembelajaran berdasarkan uji coba model lebih luas yang dilakukan peneliti berkolaborasi dengan guru mata pelajaran IPS untuk menghasilkan bentuk model ideal.

8. Uji coba operasional (operational field testing) model yang melibatkan lebih banyak lagi sekolah dan subjek. Data pada langkah ini dikumpulkan dari angket, dan observasi untuk kemudian dianalisis.


(20)

9. Perbaikan model akhir (final product revision) berdasarkan hasil uji coba model lebih luas dengan memperhatikan masukan dan saran dari guru bidang studi.

10. Diseminasi dan distribusi (dessimination and distribution). Pada langkah ini dilakukan publikasi keberhasilan uji coba model dan memonitor distribusi melalui kegiatan pamantauan dan kontrol.

Kesepuluh langkah tersebut dapat dimodifiksasi menjadi tiga tahapan oleh Sukmadinata (2007: 184 – 185) yaitu studi pendahuluan, pengembangan model dan uji coba model.

1. Studi Pendahuluan

Yaitu tahap awal atau persiapan untuk melakukan pengembangan. Beberapa hal yang dilakukan dalam tahap studi pendahuluan yaitu:

a. Studi pustaka (literatur) mencakup langkah – langkah mengkaji teori dan hasil – hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan model pembelajaran STM dan kurikulum pembelajaran IPS meliputi program tahunan, program semester serta RPP nya.

b. Survey lapangan, sebelum terjun ke lapangan maka dilaksanakan pra survey untuk melihat gambaran umum keadaan sekolah tersebut untuk mengumpulkan data berkenaan dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran IPS dan model pembelajaran STM diantaranya gambaran umum tentang kondisi guru, kondisi siswa, kegiatan pembelajaran dan daya dukung sarana faktor pendukung dan penghambat.


(21)

c. Menyusun draft awal model produk yang dikembangkan yaitu draft model pembelajaran STM berdasarkan hasil studi pustaka.

Pada studi pendahuluan ini dapat digunakan metode observasi, angket, wawancara dan studi dokumenter. Hasilnya nanti akan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan model pembelajaran STM untuk meningkatkan kemampuan siswa memecahkan masalah.

2. Tahap pengembangan model

Pengembangan model dilakukan dengan menggunakan langkah – langkah dalam penelitian tindakan kelas dan diskusi untuk memberikan masukan – masukan bagi penyempurnaan rancangan dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Dari masukan – masukan yang ada, akan dibuatkan rancangan baru yang lebih baik kemudian dipraktekan lagi dengan lebih baik dan akan tetap dilakukan pengamatan. Hal ini dilakukan beberapa kali sehingga terbentuk model pembelajaran STM yang dapat meningkatkan kemampuan siswa memecahkan masalah. Dalam tahap ini dilakukan kegiatan mengkaji kurikulum IPS untuk tingkat SMP, merumuskan tujuan, media, metode pembelajaran, merumuskan mekanisme pembelajaran STM, merumuskan alat penilaian, menentukan partisipan dalam pengembangan desain, menentukan prosedur penelitian dan melakukan uji kelayakan desain pembelajaran.

3. Uji coba model.

Pada tahap ini akan dilakukan kegiatan uji coba model di sekolah (tempat penelitian) dengan dua tahap uji coba yaitu:


(22)

a. Uji coba model terbatas

Pengembangan model akan dilakukan pada satu sekolah kelas VII di SMPN 26 kota Bandung dengan sampel kelas VII semester dua sebanyak satu kelas. Penyusunan RPP dilakukan dalam tahap ini, sebelum di uji cobakan, bersama dengan guru IPS menyusun RPP dengan materi yang disepakati. Selama proses pembelajaran, dilakukan pengamatan kepada siswa, guru dan apapun yang terjadi selama pelaksanaan proses pembelajaran misalnya kemajuan yang dicapai, kesulitan, serta hambatan – hambatan yang dialami pada lembar observasi yang telah disediakan dan membandingkan hasil yang dicapai siswa pada pretes dan postes. Uji coba model dilakukan langsung oleh peneliti. Sebelum melaksanakan uji coba terbatas, terlebih dahulu peneliti akan menyebarkan angket bagi guru dan siswa untuk menentukan bagaimana baiknya pelaksanaan uji coba.

Revisi hasil uji coba terbatas yaitu dilakukan dengan melakukan revisi dan penyempurnaan berdasarkan hasil uji coba terbatas pada saat awal menentukan model maupun pada pelaksanaan model selanjutnya serta hasil angket yang disebarkan pada siswa dan guru setelah uji coba terbatas dilakukan. Uji coba terbatas dilakukan pada satu sekolah dengan beberapa siklus kegiatan sehingga kekurangan yang ada pada siklus pertama dapat diperbaiki pada siklus yang berikutnya. Setelah itu maka dilakukan evaluasi dan dilakukan revisi serta disempurnakan pada uji lebih luas. Pada pengujian ini dilakukan penilaian awal dan penilaian akhir untuk melihat pengaruh program dan keberhasilan program.


(23)

b. Uji coba model luas

Uji coba lebih luas ini rencananya akan dilakukan pada empat SMPN di kota Bandung berdasarkan cluster yang ada yaitu SMPN 7, SMPN 15, SMPN 29 dan SMPN 40. Dalam uji coba lebih luas ini, dilaksanakan untuk menghasilkan model pembelajaran STM dalam pembelajaran IPS serta memperbaiki proses pelaksanaannya.

Tujuan uji coba lebih luas adalah menghasilkan program pembelajaran pada mata pelajaran IPS. Langkah – langkah yang dilakukan adalah:

1. Melakukan studi awal untuk mengetahui situasi dan kondisi sekolah tempat yang akan dijadikan tempat uji coba terbatas.

2. Bersiap melakukan uji coba dengan memperkenalkan terlebih dahulu model yang akan dikembangkan kepada kepala sekolah dan guru dengan penyampaian informasi, diskusi dan kolaborasi.

3. Pembagian tugas dengan guru yang akan dilibatkan dalam uji lapangan. 4. Implementasi uji lapangan melalui kegiatan:

a. Penyusunan rancangan secara kolaboratif dalam bentuk rancangan pembelajaran yang disusun oleh peneliti dan guru meliputi media, penetapan kegiatan siswa, pengorganisasian kelas dan menetapkan evaluasi.

b. Implementasi pembelajaran di kelas dilaksanakan oleh guru dan peneliti sebagai observer partisipan.


(24)

d. Revisi dan penyempurnaan program sehingga menjadi bentuk program pembelajaran final.

Untuk lebih jelas langkah – langkahnya dapat dilihat sebagai berikut:

Bagan 3.1.

Langkah Penelitian dan Pengembangan Model • Studi literature (teori)

• Penelitian terdahulu • Pra survey lapangan

Kurikulum

Kondisi guru dan siswa PBM

Lingkungan sekolah Sarana dan prasarana

Faktor pendukung dan

penghambat Hasil kajian literatur dan pra survey Draft awal yang siap untuk diuji cobakan • Pengembangan model meliputi:

Menyusun RPP Melakukan PBM

Melakukan refleksi dan revisi Model final

Menyusun draft awal • Penentuan lokasi kegiatan

• Uji coba terbatas

Desain pembelajaran (RPP) Implementasi

Evaluasi (Pretes dan Postes) Refleksi dan Revisi untuk penyempurnaan

• Uji coba luas

RPP yang sudah diperbaiki Implementasi

Evaluasi (Pretes dan Postes) Refleksi Hasil uji coba model Studi Pendahuluan Perencanaan dan Pengembangan Model Uji Coba Model


(25)

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada SMP Negeri di kota Bandung, dari sekolah – sekolah yang ada, selanjutnya akan ditentukan sebagai lokasi penelitian hanya beberapa sekolah saja setelah dilakukan penentuan sampel. Subjek utama dalam penelitian pengembangan ini adalah seluruh kelas VII dengan mengambil salah satu kelas dari masing – masing sekolah yang telah ditetapkan sebagai sampel dengan menggunakan teknik penarikan sampel berdasarkan penggolongan atau Cluster Random Sampling yaitu sekolah – sekolah digolongkan dalam empat kategori meliputi sekolah cluster 1, 2, 3 dan 4.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan ini, yaitu:

1. Angket

Angket ditujukan untuk menghimpun data atau informasi tentang pembelajaran IPS. Dalam penelitian ini terdapat dua instrumen angket yaitu instrument angket untuk guru dan instrumen angket untuk siswa untuk menjaring data berkenaan dengan aspek – aspek pembelajaran IPS yang berlangsung selama ini seperti pengembangan rencana pembelajaran, media, fasilitas, metode juga informasi tentang rancangan pembelajaran, tanggapan siswa dan guru terhadap implementasi model pembelajaran STM, serta faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan model.


(26)

2. Studi Dokumenter

Ini dilakukan terhadap administrasi kelengkapan mengajar yang disusun oleh guru mata pelajaran IPS serta data – data pendukung untuk mengumpulkan informasi khususnya untuk melengkapi data dalam penelitian. Studi dokumenter dilakukan dengan cara mempelajari kurikulum KTSP dan dokumen kurikulum seperti program tahunan, program semester, silabus serta RPP yang digunakan oleh guru mata pelajaran IPS.

3. Observasi

Observasi digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses pelaksanaan pembelajaran yang dapat diamati. Pada tahap pendahuluan akan dilakukan pengamatan dan pencatatan terkait dengan pembelajaran IPS. Teknik observasi akan dilakukan pada setiap tahapan penelitian, baik pada tahap pra survey, tahap pengembangan model, dan tahap uji coba. Untuk memudahkan dalam pengumpulan data pada saat observasi, maka disusun alat observasi dengan menggunakan lembar observasi dengan bentuk check-list.

4. Tes

Instrumen hasil belajar dikembangkan dalam bentuk tes untuk mengetahui kemampuan siswa memecahkan masalah sebelum dan sesudah dilakukannya pembelajaran. Tes yang digunakan adalah tes subjektif yang memerlukan jawaban secara terbuka atau berbentuk uraian.

5. Wawancara

Wawancara dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi berkenaan dengan pendapat, aspirasi, dan harapan yang diajukan peneliti kepada individu.


(27)

Melalui wawancara peneliti akan mendapatkan informasi yang lebih mendalam daripada observasi dan angket karena peneliti dapat menjelaskan pertanyaan yang tidak dimengerti oleh responden, peneliti dapat mengajukan pertanyaan susulan, dan responden dapat menceritakan sesuatu yang terjadi di masa lalu dan masa mendatang kepada peneliti. Wawancara dilakukan kepada guru IPS, dan siswa untuk mendapatkan data terkait penelitian ini. Bentuk pertanyaan yang diberikan pada saat pra survey atau studi pendahuluan adalah wawancara tak berstruktur atau wawancara secara bebas agar responden tidak menyadari sepenuhnya bahwa ia sedang diwawancarai sehingga dapat lebih jujur memberikan informasi.

D. Teknik Analisis Data

Sesuai dengan tahapan pada proses pengumpulan data yang dilakukan, proses analisis data dilakukan terhadap data yang dikumpulkan dalam beberapa tahapan penelitian:

1. Data studi pendahuluan tentang gambaran umum pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dengan angket dianalisis dengan statistik dan data yang diperoleh dengan observasi, wawancara dan studi dokumenter dianalisis dengan menggunakan deskriptif kualitatif.

2. Pada tahap pengembangan dan uji coba adalah dengan menggunakan analisis kualitatif yaitu melalui penafsiran secara langsung untuk menyusun kesimpulan sehingga memperoleh draf model pembelajaran STM sesuai dengan KTSP dan kondisi yang ada di lapangan sedangkan data kuantitatif yang diperoleh dalam uji coba terbatas maupun uji coba luas melalui hasil


(28)

penilaian pretes (tes awal) dan postes (tes akhir) dalam pengembangan model pembelajaran llmu Pengetahuan Sosial yang akan dianalisis melalui statistik uji perbedaan menggunakan bantuan SPSS versi 18 dengan membandingkan rata – rata hasil pretes di awal dengan hasil postes kesatu, membandingkan postes kesatu dengan postes kedua, membandingkan postes kedua dengan postes ketiga.


(29)

188 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, temuan dan pembahasan yang didapatkan dari kegiatan studi pendahuluan, uji coba terbatas, dan uji coba luas tentang pengembangan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kondisi pembelajaran IPS yang dilaksanakan saat ini masih belum maksimal, hal ini dapat kita lihat dari kondisi siswa, kondisi guru, serta sarana, fasilitas dan lingkungan belajar siswa. Salah satu contohnya adalah pada proses pembelajaran IPS, guru masih lebih aktif dibandingkan siswanya sehingga keterlibatan siswa dalam pembelajaran belum optimal.

2. Desain Pengembangan Model Pembelajaran STM ini dilakukan meliputi perencanaan, implementasi dan evaluasi.

a. Perencanaan, desain model pembelajaran STM dikembangkan meliputi komponen – komponen tujuan, materi, prosedur dan evaluasi hasil belajar yang semuanya sudah tercantum dalam RPP model pembelajaran STM yang sedang dikembangkan, dimana formatnya sama dengan RPP yang biasa digunakan guru di sekolah tetapi dikombinasikan dengan tahapan – tahapan model pembelajaran STM.


(30)

189

b. Implementasi model pembelajaran STM terdiri dari lima tahapan pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.

c. Evaluasi dilakukan pada proses dan juga akhir pembelajaran.

3. Model pembelajaran STM untuk meningkatkan kemampuan siswa memecahkan masalah pada pelajaran IPS di SMPN kota Bandung memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulan model pembelajaran STM yaitu : a. Membuat siswa lebih menghayati kehidupan sehari – hari.

b. Melatih dan membiasakan siswa berpikir kreatif untuk memecahkan masalah.

c. Membuat pelajaran lebih menarik dan tidak membosankan. d. Kepekaan siswa akan masalah sosial meningkat.

e. Siswa mampu bekerjasama dengan siswa yang lainnya. Dan kelemahan mod pembelajaran STM yaitu:

a. Cukup banyak memerlukan waktu.

b. Banyak guru dan siswa yang belum mengenal atau mengerti dengan istilahnya.

c. Membutuhkan media pembelajaran, sarana dan prasarana.

4. Faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan model pembelajaran STM untuk dapat meningkatkan kemampuan siswa memecahkan masalah yaitu:


(31)

190

b. Guru, meliputi latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, kinerja, motivasi, dan kerjasama.

c. Siswa, meliputi pelibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran belum maksimal, dalam diskusi kelompok siswa belum dapat bekerjasama dengan baik, minat dan motivasi siswa.

d. Keterbatasan waktu dalam proses pembelajaran.

e. Keterbatasan media dan sumber belajar di hampir setiap sekolah. f. Pembiasaan.

g. Sosialisasi tentang adanya model pembelajaran STM. h. Relasi antara guru dan siswa yang terjalin baik.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti mengajukan beberapa rekomendasi yang ditujukan kepada pihak guru, peserta didik serta peneliti lain yang akan mengadakan penelitian dan pengembangan model pembelajaran STM selanjutnya.

1. Pihak guru

Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah, model pembelajaran STM dapat digunakan sebagai suatu alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa memecahkan masalah. Ada beberapa hal penting untuk diperhatikan dalam memanfaatkan model pembelajaran STM ini, yaitu:


(32)

191

a. Terlebih dahulu guru perlu memahami konsep model pembelajaran STM sebelum mengimplementasikannya.

b. Perlu adanya optimalisasi guru dalam memotivasi siswa untuk terlibat maksimal dalam pembelajaran.

c. Mempersiapkan lembar kerja yang akan digunakan dalam implementasi d. Memiliki mobilitas yang tinggi selama proses pembelajaran, tidak hanya

duduk dan melakukan pengamatan dari jauh terhadap aktivitas belajar siswa tetapi dapat berkeliling ke setiap kelompok untuk membimbing proses kelompok dan memantau partisipasi setiap siswa.

e. Memiliki kesabaran dan dedikasi yang tinggi selama proses melatih siswa mengembangkan kemampuannya dalam memecahkan masalah.

2. Kepala sekolah

Kepala sekolah adalah pemimpin di sekolah sehingga paling strategis dan memiliki kewenangan dalam menentukan kebijakan – kebijakan pada tingkat satuan pendidikan sehingga harus mendorong, mengarahkan dan memfasilitasi para guru untuk berkreasi dan berinovasi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Bentuk fasilitas yang dibutuhkan guru dalam penerapan model pembelajaran STM yaitu:

a. Suasana kerja yang kondusif.

b. Tersedianya berbagai sarana dan prasarana serta sumber belajar yang memadai.


(33)

192 3. Dinas pendidikan nasional

Peran pemerintah terutama dinas pendidikan nasional dapat mendukung penerapan model STM dengan kebijakan – kebijakan sosialisasi dan peningkatan kemampuan guru dengan menjadikan model pembelajaran ini sebagai acuan dan alternativ dalam peningkatan kualitas pendidikan.

4. Peneliti lain

Penelitian dan pengembangan model pembelajaran STM telah dilakukan dengan seoptimal mungkin dan mengikuti langkah – langkah metode ilmiah namun hasil yang diperoleh belum sempurna karena disebabkan keterbatasan dalam melaksanakan penelitian dan pengembangan antara lain:

a. Pengembangan model pembelajaran STM ini dilakukan pada pembelajaran IPS SMP di kota Bandung dan hasilnya memperlihatkan adanya peningkatan kemampuan siswa memecahkan masalah. Oleh sebab itu, direkomendasikan kepada para peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian dan pengembangan pada mata pelajaran yang lain atau mencari konsep dan variabel yang lain yang dianggap penting.

b. Penelitian dan pengembangan model pembelajaran STM ini dilakukan di kota Bandung dan hanya melibatkan satu sekolah di setiap clusternya. Meskipun penelitian ini telah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa namun mungkin akan berbeda hasilnya jika dilakukan di daerah lain dengan sampel yang lebih besar.


(34)

193

DAFTAR PUSTAKA

Almuchtar, S. (2007). Strategi Pembelajaran Pendidikan IPS. Bandung : SPS Universitas Pendidikan Indonesia.

Anderson, et al. (2001). A Taxonomy For Learning, Teaching And Assessing : A Revision Of Bloom’s Taxonomy Of Educational Objectives. USA : Longman Inc.

Asrori, M. (2007). Psikologi Pembelajaran. Bandung : Wacana Prima.

Chauchan, S. (1979). Innovation In Teaching Learning Process. New Delhi : Vikas publishing house PVT LTD.

Cheek, D.W. (1992). “Evaluating Learning in STS Education Our”. Science, Technology, Society Journal. 31, (1), 64-72 [online]. Tersedia:http://www.jstor.org/stable/1477056. [25 Januari 2011].

Depdiknas. (2006). Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : BSNP.

Gagne, et al. (1992). Principles Of Instructional Design, (4th ed). Orlando : Holt, Rinehart and Winston.

Hernawan A.H, dkk. (2007). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran (cetakan ke delapan). Jakarta : Universitas Terbuka.

Hommels, A. (2003). “STS and the City”. Social Studies of Science journal. 33, (6),945-950.

Joyce B, Weilice M and Calhoun E. (2009). Models of Teaching (edisi ke delapan). USA : Pearson Education Inc.

Klausmeier, H.J. & Sipple, T.S (1980). Learning and Teaching Concept a Strategy For Testing Applications Of Theory. London : Academic Press. Kusnandar. (2007). Guru Profesional Implementasi KTSP Dan Sukses Dalam

Sertifikasi Guru. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Miller, J.P and Seller, W. (1985). Curriculum Perspective And Practice. USA : Longman Inc.


(35)

194

Sumantri, M & Sukmadinata, N.S. (2007). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Universitas Terbuka.

Mulyasa. (2009). Kurikulum Yang Disempurnakan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Nasution, S. (2008). Asas-Asas Kurikukum (edisi ke – 2). Jakarta : Bumi Aksara Nasution, S. (2010). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Dan Mengajar

(cetakan ke-14). Jakarta : Bumi Aksara.

Oliva, P.F. (1992). Developing The Curriculum (Third Edition). New York : Happer Collions Publisher.

Ozmon, H and Craver, S. (1990). Philosophical Foundations Of Education. (Fourth Edition). USA : Merrill Publishing Company.

Poedjiadi, Anna. (2007). Sains Teknologi Masyarakat Model Pembelajaran Kontekstual Bermuatan Nilai (Cetakan Kedua). Bandung : Remaja Rosdakarya.

Puskur, Balitbang Depdiknas. (2006). Panduan Pengembangan Pembelajaran IPS Terpadu. Jakarta: tidak diterbitkan. [online] tersedia: www.puskur.com Rubba, A.P. (1991). “Integrating STS into School Science and Teacher Education:

Beyond Awareness”. Science, Technology, Society Journal. 30. (4), 303-308 [online]. Tersedia: http://www.jstor.org/stable/1476829. [25 Januari 2011].

Rusman. (2010). Model Model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru . Jakarta: Rajawali Press.

Sanjaya, W. (2009). Perencanaan Dan Desain sistem Pembelajaran (Cetakan Kedua). Jakarta : Kencana Prenada Media Grup.

Sapriya. (2009). Pendidikan IPS Konsep Dan Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Shahib, N.M. (2010). Pembinaan Kreativitas Anak Guna Membangun Kompetensi. Bandung : PT. Alumni.


(36)

195

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Solihatin, Etin & Raharjo. (2008). Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta : Bumi Aksara.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2009). Metode Penelitian Pendidikan (cetakan kelima). Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, N.S. (2009). Landasan Psikologi Proses Pendidikan (cetakan kelima). Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, N.S. (2009). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek (cetakan kedua). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Tim Pengembang MKDK. (2006). Kurikulum dan Pembelajaran . Bandung : Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UPI.

Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu : Konsep, Strategi, Implementasinya Dalam KTSP. Jakarta : Bumi Aksara.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Waks, L.J. (1991). “Science, Technology, and Society Education For Urban Schools”. The Journal of Negro Education. 60, (2), 195-202. [online]. Tersedia http://www.jstor.org/ stable/2295610. [25 Januari 2011].

Wahab, A.A. (2008). Metode dan Model – Model Mengajar IPS. Bandung : Alfabeta.

Wasliman, I. (2007). Modul Problematika Pendidikan Dasar. Bandung : Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Winkel. (1996). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo

Woolfok, A. (1995). Educational Psychology (Sixth Edition). USA : A simon & Schuster Company.


(1)

190

b. Guru, meliputi latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, kinerja, motivasi, dan kerjasama.

c. Siswa, meliputi pelibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran belum maksimal, dalam diskusi kelompok siswa belum dapat bekerjasama dengan baik, minat dan motivasi siswa.

d. Keterbatasan waktu dalam proses pembelajaran.

e. Keterbatasan media dan sumber belajar di hampir setiap sekolah. f. Pembiasaan.

g. Sosialisasi tentang adanya model pembelajaran STM. h. Relasi antara guru dan siswa yang terjalin baik.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti mengajukan beberapa rekomendasi yang ditujukan kepada pihak guru, peserta didik serta peneliti lain yang akan mengadakan penelitian dan pengembangan model pembelajaran STM selanjutnya.

1. Pihak guru

Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah, model pembelajaran STM dapat digunakan sebagai suatu alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa memecahkan masalah. Ada beberapa hal penting untuk diperhatikan dalam memanfaatkan model pembelajaran STM ini, yaitu:


(2)

191

a. Terlebih dahulu guru perlu memahami konsep model pembelajaran STM sebelum mengimplementasikannya.

b. Perlu adanya optimalisasi guru dalam memotivasi siswa untuk terlibat maksimal dalam pembelajaran.

c. Mempersiapkan lembar kerja yang akan digunakan dalam implementasi d. Memiliki mobilitas yang tinggi selama proses pembelajaran, tidak hanya

duduk dan melakukan pengamatan dari jauh terhadap aktivitas belajar siswa tetapi dapat berkeliling ke setiap kelompok untuk membimbing proses kelompok dan memantau partisipasi setiap siswa.

e. Memiliki kesabaran dan dedikasi yang tinggi selama proses melatih siswa mengembangkan kemampuannya dalam memecahkan masalah.

2. Kepala sekolah

Kepala sekolah adalah pemimpin di sekolah sehingga paling strategis dan memiliki kewenangan dalam menentukan kebijakan – kebijakan pada tingkat satuan pendidikan sehingga harus mendorong, mengarahkan dan memfasilitasi para guru untuk berkreasi dan berinovasi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Bentuk fasilitas yang dibutuhkan guru dalam penerapan model pembelajaran STM yaitu:

a. Suasana kerja yang kondusif.

b. Tersedianya berbagai sarana dan prasarana serta sumber belajar yang memadai.


(3)

192 3. Dinas pendidikan nasional

Peran pemerintah terutama dinas pendidikan nasional dapat mendukung penerapan model STM dengan kebijakan – kebijakan sosialisasi dan peningkatan kemampuan guru dengan menjadikan model pembelajaran ini sebagai acuan dan alternativ dalam peningkatan kualitas pendidikan.

4. Peneliti lain

Penelitian dan pengembangan model pembelajaran STM telah dilakukan dengan seoptimal mungkin dan mengikuti langkah – langkah metode ilmiah namun hasil yang diperoleh belum sempurna karena disebabkan keterbatasan dalam melaksanakan penelitian dan pengembangan antara lain:

a. Pengembangan model pembelajaran STM ini dilakukan pada pembelajaran IPS SMP di kota Bandung dan hasilnya memperlihatkan adanya peningkatan kemampuan siswa memecahkan masalah. Oleh sebab itu, direkomendasikan kepada para peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian dan pengembangan pada mata pelajaran yang lain atau mencari konsep dan variabel yang lain yang dianggap penting.

b. Penelitian dan pengembangan model pembelajaran STM ini dilakukan di kota Bandung dan hanya melibatkan satu sekolah di setiap clusternya. Meskipun penelitian ini telah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa namun mungkin akan berbeda hasilnya jika dilakukan di daerah lain dengan sampel yang lebih besar.


(4)

193

DAFTAR PUSTAKA

Almuchtar, S. (2007). Strategi Pembelajaran Pendidikan IPS. Bandung : SPS Universitas Pendidikan Indonesia.

Anderson, et al. (2001). A Taxonomy For Learning, Teaching And Assessing : A Revision Of Bloom’s Taxonomy Of Educational Objectives. USA : Longman Inc.

Asrori, M. (2007). Psikologi Pembelajaran. Bandung : Wacana Prima.

Chauchan, S. (1979). Innovation In Teaching Learning Process. New Delhi : Vikas publishing house PVT LTD.

Cheek, D.W. (1992). “Evaluating Learning in STS Education Our”. Science,

Technology, Society Journal. 31, (1), 64-72 [online].

Tersedia:http://www.jstor.org/stable/1477056. [25 Januari 2011].

Depdiknas. (2006). Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : BSNP.

Gagne, et al. (1992). Principles Of Instructional Design, (4th ed). Orlando : Holt, Rinehart and Winston.

Hernawan A.H, dkk. (2007). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran (cetakan ke delapan). Jakarta : Universitas Terbuka.

Hommels, A. (2003). “STS and the City”. Social Studies of Science journal. 33, (6),945-950.

Joyce B, Weilice M and Calhoun E. (2009). Models of Teaching (edisi ke delapan). USA : Pearson Education Inc.

Klausmeier, H.J. & Sipple, T.S (1980). Learning and Teaching Concept a Strategy For Testing Applications Of Theory. London : Academic Press. Kusnandar. (2007). Guru Profesional Implementasi KTSP Dan Sukses Dalam

Sertifikasi Guru. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Miller, J.P and Seller, W. (1985). Curriculum Perspective And Practice. USA : Longman Inc.


(5)

194

Sumantri, M & Sukmadinata, N.S. (2007). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Universitas Terbuka.

Mulyasa. (2009). Kurikulum Yang Disempurnakan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Nasution, S. (2008). Asas-Asas Kurikukum (edisi ke – 2). Jakarta : Bumi Aksara Nasution, S. (2010). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Dan Mengajar

(cetakan ke-14). Jakarta : Bumi Aksara.

Oliva, P.F. (1992). Developing The Curriculum (Third Edition). New York : Happer Collions Publisher.

Ozmon, H and Craver, S. (1990). Philosophical Foundations Of Education. (Fourth Edition). USA : Merrill Publishing Company.

Poedjiadi, Anna. (2007). Sains Teknologi Masyarakat Model Pembelajaran Kontekstual Bermuatan Nilai (Cetakan Kedua). Bandung : Remaja Rosdakarya.

Puskur, Balitbang Depdiknas. (2006). Panduan Pengembangan Pembelajaran IPS Terpadu. Jakarta: tidak diterbitkan. [online] tersedia: www.puskur.com Rubba, A.P. (1991). “Integrating STS into School Science and Teacher Education:

Beyond Awareness”. Science, Technology, Society Journal. 30. (4), 303-308 [online]. Tersedia: http://www.jstor.org/stable/1476829. [25 Januari 2011].

Rusman. (2010). Model Model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru . Jakarta: Rajawali Press.

Sanjaya, W. (2009). Perencanaan Dan Desain sistem Pembelajaran (Cetakan Kedua). Jakarta : Kencana Prenada Media Grup.

Sapriya. (2009). Pendidikan IPS Konsep Dan Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Shahib, N.M. (2010). Pembinaan Kreativitas Anak Guna Membangun Kompetensi. Bandung : PT. Alumni.


(6)

195

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Solihatin, Etin & Raharjo. (2008). Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta : Bumi Aksara.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2009). Metode Penelitian Pendidikan (cetakan kelima). Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, N.S. (2009). Landasan Psikologi Proses Pendidikan (cetakan kelima). Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, N.S. (2009). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek (cetakan kedua). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Tim Pengembang MKDK. (2006). Kurikulum dan Pembelajaran . Bandung : Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UPI.

Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu : Konsep, Strategi, Implementasinya Dalam KTSP. Jakarta : Bumi Aksara.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Waks, L.J. (1991). “Science, Technology, and Society Education For Urban Schools”. The Journal of Negro Education. 60, (2), 195-202. [online]. Tersedia http://www.jstor.org/ stable/2295610. [25 Januari 2011].

Wahab, A.A. (2008). Metode dan Model – Model Mengajar IPS. Bandung : Alfabeta.

Wasliman, I. (2007). Modul Problematika Pendidikan Dasar. Bandung : Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Winkel. (1996). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo

Woolfok, A. (1995). Educational Psychology (Sixth Edition). USA : A simon & Schuster Company.


Dokumen yang terkait

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Terpadu (Quasi Eksperimen di SMPN 87 Jakarta)

0 8 204

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SOSIAL DI MASYARAKAT DALAM MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS VIIIA SMP N SATU ATAP 1 ANAK RATU AJI

0 18 125

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi Menggunakan Model Sains Teknologi Masyarakat untuk Meningkatkan Hasil

0 4 12

PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas Siswa VIII – F di SMP Negeri 19 Bandung.

0 2 53

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DENGAN METODE SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMK.

0 5 38

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT PADA TEMA ENERGI ALTERNATIF UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA SMP.

0 0 38

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP ENERGI DAN KEMAMPUAN APLIKASI SAINS SISWA SD.

0 0 60

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK untuk MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA :Penelitian dan Pengembangan pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung.

0 2 92

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGUASAAN KONSEP SAINS SISWA SEKOLAH DASAR.

0 0 91

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH PADA MATERI GELOMBANG ELEKTROMAGNET SISWA SMA/MA KELAS XII - UNS Institutional Repository

0 0 15