STUDI KOMPETENSI PENDIDIK DAN PENGARUHNYA TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN METODE BCCT PADA KELOMPOK PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) DI KECAMATAN SUKASARI BANDUNG.

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sumber daya manusia yang unggul merupakan aset yang paling berharga bagi setiap Negara. Indonesia yang memiliki jumlah penduduk terbanyak ke-3 di dunia, memiliki potensi sumber daya manusia yang sangat besar. Apabila diberdayakan dengan sebaik-baiknya maka dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Salah satu upaya Pemerintah dalam memberdayakan sumber daya manusia adalah mengelola sektor pendidikan menjadi lebih profesional. Sektor pendidikan yang paling dasar dalam pembentukan pribadi sumber daya manusia ( SDM ) di Indonesia, adalah melalui program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

PAUD sangat di perlukan sebagai sarana pemenuhan hak anak seperti tertera pada UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1, butir 14 : ”PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. Hadirnya teori baru tentang multiple intellegence mengingatkan kepada kita bahwa setiap anak akan memiliki beberapa potensi kecerdasan, potensi kecerdasan tersebut akan berkembang secara optimal bila dikembangkan sejak dini melalui layanan pendidikan yang tepat dan sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

Keberhasilan membina saat ini merupakan kesuksesan bagi masa depan anak. Sebaliknya kegagalan dalam penangganan anak usia dini akan merupakan bencana


(2)

bagi kehidupan anak di masa yang akan datang. Menurut Undang-undang Sisdiknas pasal 28, tentang PAUD terdiri dari tiga jalur pendidikan, yaitu jalur formal yang meliputi Taman kanak-kanak (TK), Raudhatul Atfhal (RA) atau bentuk lain yang sederajat, jalur non-formal meliputi kelompok bermain (KB) taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. Dan jalur informal meliputi pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. Kegiatan pembelajaran PAUD diselenggarakan melalui bermain, karena anak usia pra-sekolah sangat membutuhkan keleluasaan untuk bermain dalam mengembangkan fungsi fisiologis dan psikologisnya yang berkenaan dengan permainan.

Bermain adalah hal yang penting bagi seorang anak, permainan dapat memberikan kesempatan untuk melatih keterampilan dan dapat mengembangkan ide-ide sesuai dengan cara dan kemampuannya sendiri. Menurut Bredkamp ( dalam Solehudin, 200 : 47), bagi anak usia 0-6 tahun, bermain, selain menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, juga memberikan kesenangan dan mengembangkan imajinasi. Gerakan-gerakan fisiknya tidak sekadar penting untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan fisik, melainkan juga berpengaruh positif terhadap pertumbuhan, rasa harga diri, bahkan perkembangan kognisi. Pemahaman anak terhadap suatu konsep hampir sepenuhnya bergantung pada pengalaman – pengalaman yang bersifat langsung.

Jika pengertian bermain dipahami dan sangat dikuasai oleh pendidik, maka kemampuan itu akan berdampak positif pada cara kita dalam membantu proses belajar anak. Kegiatan bermain dapat membantu anak mengembangkan kreatifitas sekaligus memupuk sikap kerjasama, sportifitas, sosialisasi, menahan diri, imajinasi,


(3)

intelegensi, tenggang rasa, persuasif, dan emosional. Karl Buhler, dalam teori fungsi menyatakan bahwa anak-anak bermain oleh karena harus melatih fungsi-fungsi jiwa raganya untuk mendapatkan kesenangan di dalam perkembangannya dan dengan permainan itu anak mengalami perkembangan semaksimal mungkin.

Perkembangan PAUD cukup pesat di Indonesia, apalagi setelah perhatian pemerintah pada kesejahteraan guru-guru PAUD melalui sertifikasi profesi sebagai guru diberlakukan. Bahkan saat ini ada suatu metode pembelajaran yang digunakan untuk PAUD berupa pemahaman pembelajaran bermain dengan cara beraneka ragam. Salah satunnya dengan menggunakan Beyond Center and Circles Time (BCCT) yang telah digunakan di berbagai provinsi di Indonesia. Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi yang memiliki jumlah PAUD dan pengguna BCCT terbanyak di Indonesia (Diknas, 2008).

BCCT atau pendekatan sentra dan lingkaran adalah suatu metode atau pendekatan dalam penyelenggaraan PAUD. Metode ini dikembangkan berdasarkan hasil kajian teoritik dan pengalaman empirik yang merupakan pengembangan dari pendekatan Montessori, High/Scope, dan Reggio Emilia. Metode ini dikembangkan oleh Creative Center for Childhood Research and Training (CCCRT) Florida, USA dan diterapkan di Creative Pre-School Florida, USA sejak tahun 80-an, baik untuk anak normal maupun untuk anak berkebutuhan khusus. Metode BCCT dilakukan melalui permaianan yang edukatif. Penggunaannya dinilai memberikan konstribusi positif terhadap kesuksesan belajar anak.


(4)

BCCT efektif dalam menerapkan pembelajaran pada anak usia dini, antara lain karena dilakukan dengan permainan, sehingga anak merasa senang dalam melakukan kegiatan belajar. Adapun pendekatan BCCT ini telah di terapkan secara baik di Sekolah Al Falah Jakarta Timur dan TK Istiqlal Jakarta. Sedangkan Kelompok Bermain Nurul Huda Kecamatan Sukasari sebagai pilot project yang pertama. Oleh karena itu penulis bermaksud meneliti aplilkasi pendekatan BCCT pada pembelajaran anak usia dini, yang di harapkan dapat meningkatkan potensi kreatifitas anak usia dini di Kecamatan Sukasari tersebut.

Jean Piaget (1972 : 27) dalam mengomentari tentang bagaimana anak belajar, mengatakan bahwa : “Anak seharusnya mampu melakukan percobaan dan penelitian sendiri. Guru, tentu saja, bisa menuntun anak-anak dengan menyediakan bahan-bahan yang tepat, tetapi yang terpenting agar anak dapat memahami sesuatu, ia harus membangun pengertian itu sendiri, ia harus menemukannya sendiri”.

Pelatihan PAUD dewasa ini semakin gencar diselenggarakan di Jawa Barat. Banyak inovasi program pelatihan yang diluncurkan untuk memperbaiki serta meningkatkan kualitas penyelenggaraan, baik dari sisi metode, sarana dan prasarana, maupun dari segi peningkatan kualitas kinerja pendidik. Kota Bandung, dalam hal ini menjadi penggerak utama PAUD di Jawa Barat, sehingga pengembangan inovasi program pelatihan semua PAUD di kabupaten/ kota yang lain dipusatkan di Kota Bandung. Terkait dengan pendidik pada PAUD, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005, tentang standar pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan pada PAUD wajib memiliki latar belakang pendidikan S1 atau D4, sementara itu


(5)

undang-undang Nomor 14 tentang Guru dan Dosen menyebutkan bahwa guru wajib memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional yang di peroleh melalui pendidikan profesi. Jadi guru wajib memiliki pendidikan S1/D4 di tambah pendidikan Profesi Guru.

Menurut Sudjana (1987), pembelajaran adalah penyiapan suatu kondisi agar terjadinya belajar. pembelajaran adalah upaya logis yang didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan belajar anak. Pembelajaran sangat bergantung kepada pemahaman guru tentang hakikat anak sebagai peserta atau sasaran belajar. Rumusan tersebut tidak terbatas dalam ruang saja, akan tetapi juga sistem pembelajaran. Sistem pembelajaran dapat dilaksanakan dengan cara membaca buku, belajar di kelas atau di sekolah, belajar di luar halaman dan belajar di lingkungan tempat anak tinggal. Dengan demikian, diharapkan anak mampu berkembang dengan baik karena diwarnai oleh organisasi dan interaksi antara berbagai komponen yang saling berkaitan. Tak berbeda dengan itu.

Hartati (2005), memandang pembelajaran anak usia dini merupakan proses interaksi antara anak, orang tua, atau orang dewasa lainnya, dalam suatu lingkungan, untuk mencapai tugas perkembangan. Interaksi yang dibangun tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Hal ini disebabkan interaksi tersebut mencerminkan suatu hubungan di antara anak, akan memperoleh pengalaman yang bermakna, sehingga proses belajar dapat berlangsung dengan lancar. Menurut Vigotsky, bahan pengalaman interaksi sosial merupakan hal


(6)

yang penting bagi perkembangan proses berpikir anak. Aktivitas mental yang tinggi pada anak dapat terbentuk melalui interaksi dengan orang lain.

Melihat kondisi di atas, maka kebutuhan penyiapan pendidik yang mampu mengasuh dan membimbing anak usia dini sejak lahir sampai 6 tahun merupakan suatu keharusan, pendidik anak usia dini di sebut guru PAUD, baik yang mengajar di Taman Kanak-kanak (TK) maupun Kelompok Bermain ( Kober ) dan Tempat menitipan Anak ( TPA ). Merujuk Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 pasal 1 ayat 1 di nyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi anak pada jalur pendidikan formal, serta pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah, termasuk pendidikan anak usia dini. Oleh karena itu sebutan guru PAUD tidak hanya berlaku bagi pendidik yang bertugas di jalur pendidikan formal saja, tetapi juga di pendidikan nonformal, dan informal kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa sebutan bagi pendidik Kober oleh anak di sebut juga ”guru” Para pendidik PAUD yang profesional hendaknya mengetahui mengenai Kompetensi. Kompetensi merupakan kemampuan dan penguasaan dalam melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan. Kompetensi merupakan penampilan yang rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan. Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang di wujudkan dalam pembiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi dapat dikenali melalui sejumlah indikator yang dapat diukur dan diamati.


(7)

Kompetensi dapat dicapai melalui pengalaman belajar yang dikaitkan dengan bahan kajian dan bahan pelajaran secara konstektual ( kurikulum 2004 ).

Kompetensi dasar adalah jenis-jenis kemampuan minimal yang harus dimiliki oleh seseorang dalam bidang profesi tertentu. Pendidik adalah pihak yang memberikan, menyampaikan, membimbing, melatih dan menfasilitasi peserta didik untuk menguasai pengetahuan, sikap dan ketrampilan tertentu. Kemampuan pendidik tidak terlepas dari tiga komponen yang secara bersama-sama membentuk norma berfikir dan berperilaku seorang pendidik. Komponen-komponen tersebut adalah a) Pengetahuan adalah memberikan wawasan dan kerangka berpikir sebagai landasan untuk menguasai dan membentuk suatu keterampilan pendidik. b) Sikap adalah sumber dorongan dalam mendayagunakan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya pada konteks tahapan pengelolaan, dan c) Keterampilan adalah memberikan kecakapan pengetahuan dan sikap yang dimiliki pendidik dalam melaksanakan tugasnya.

Pembelajaran berfokus pada anak sebagai subjek ”pembelajar,” pendidik hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator. Pembentukan perilaku dan kemampuan dasar tersebut dicapai melalui tema-tema yang dikembangkan tenaga pendidik. Hal ini dilakukan dengan tujuan : 1) Merangsang perkembangan kreatifitas dan inovasi anak, 2) Merangsang anak untuk melakukan eksplorasi dengan menggunakan alat permainan edukatif di sekitarnya, 3) Mengembangkan kecakapan hidup anak mengarah kepada kemandirian, disiplin, mampu bersosialisasi dan memiliki keterampilan dasar yang berguna bagi kehidupannya kelak, dan 4) Mengembangkan berbagai aspek perkembangan/kecerdasan anak.


(8)

Metode merupakan cara dalam rangka pencapaian tujuan. Dihubungkan dengan pembelajaran PAUD, metode digunakan dalam rangka mengembangkan kemampuan fisik, motorik, sosial, emosi, kognitif dan bahasa anak. Dengan metode BCCT ini diharapkan anak mampu mengembangkan potensi perkembangan kognitif, bahasa, afektif yang dimilikinya, sesuai dengan tingkatan usia anak, dengan demikian diharapkan tujuan penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini akan terwujud sesuai dengan yang diamanatkan oleh undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003.

Berdasarkan uraian di atas, penulis akan meneliti sejauh mana kompetensi pendidik berperan pada keberhasilan menerapkan pembelajaran metode BCCT pada Anak Usia Dini kelompok bermain Nurul Huda di Kecamatan Sukasari tersebut.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka ada beberapa masalah dalam penelitian ini yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Masih terbatasnya jumlah pendidik profesional yang terlatih yang memiliki kompetensi yang memadai sebagai salah satu agen pengubah yang menjadi ujung tombak keberhasilan penerapan BCCT program PAUD di lapangan. 2. Di lapangan, khususnya di Kecamatan Sukasari, tenaga pendidik yang mampu

menerapkan metode BCCT tersebut masih kurang.

3. Kondisi objektif PAUD, termasuk fasilitas dan sarana prasarana, masih belum memadai dalam menerapkan metode BCCT.


(9)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan umum penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut, Apakah kompetensi pendidik PAUD menunjukkan pengaruh yang berarti dalam penerapan pembelajaran metode BCCT pada anak usia dini ? Untuk menjawab perumusan masalah tersebut secara khusus, diajukan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi objektif PAUD di Kecamatan Sukasari dilihat dari kelebihan dan kekurangannya dalam penerapan metode BCCT tersebut ? 2. Bagaimana kadar kompetensi yang dimiliki Pendidik PAUD pada kelompok

bermain Nurul Huda?

3. Bagaimana penerapan pembelajaran melalui Metode BCCT pada PAUD kelompok bermain Nurul Huda di Kecamatan Sukasari?

4. Bagaimana pengaruh kompetensi pendidik terhadap proses pembelajaran metode BCCT, pada PAUD kelompok bermain Nurul Huda di Kecamatan Sukasari?

D. Definisi Operasional

Untuk memudahkan pembaca dalam menafsirkan beberapa istilah dalam penelitian ini, maka peneliti membuat beberapa pengertian mengenai :

1. Kompetensi Pendidik

Kompetensi pendidik adalah pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kompetensi dapat dikenal


(10)

melalui sejumlah indikatornya yang dapat diukur dan diamati, yaitu terdiri atas : a) kompetensi pedagogik, b) kompetensi profesional, c) kompetensi kepribadian, dan d) kompetensi sosial. ( Pada Undang-Undang RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Bab IV pasal 10).

2. Pengaruh, mempunyai pengertian positif dan negatif. Setiap anak bisa mempengaruhi yang lainnya seperti pengaruh pembelajaran BCCT pada PAUD sehingga anak berkembang potensi berpikirnya dalam hal bahasa, kognitif dan afektif, dan kreatifitas berpikirnya, Pengaruh positif bermain pasir, air, menggunting kertas pada anak usia dini, membawa dampak bagi perkembangan psikomotorik anak. Pengaruh pembelajaran penerapan baca tulis hitung dengan memaksakan anak sehingga anak tertekan dalam pembelajaran. Permainan yang negatif seperti bermain PS, tembak-tembakan menggunakan peluru kecil, menyerang teman dengan sengaja dengan pasir, smack dwon, membawa pengaruh pada prilaku yang kurang baik. ( Nakita edisi 2009 : 4).

3. Pembelajaran menurut Sudjana (2005 ; 8), adalah sebagai upaya yang sistematis dan disengaja oleh pendidik untuk menciptakan kondisi-kondisi, agar peserta didik melakukan kegiatan belajar. Jadi pembelajaran merupakan interaksi edukatif antara warga belajar dengan komponen-komponen pembelajar lainnya, misalnya dengan orang, lingkungan, bahan APE untuk menghasilkan perubahan ke arah lebih baik lagi. Pembelajaran yang di gunakan kelompok bermain Nurul Huda adalah metode BCCT.


(11)

4. Metode BCCT artinya pendekatan sentra dan lingkaran dalam penyelenggaraan PAUD yang berfokus pada anak yang proses pembelajarannya berpusat di sentra main. Di saat anak dalam lingkaran, digunakan empat jenis pijakan (scoffolding) untuk mendukung perkembangan anak, yaitu 1) pijakan lingkungan main, 2) pijakan sebelum main 3) pijakan selama main dan, 4) pijakan setelah main. BCCT adalah beyond centers and circle time yang merupakan suatu metode atau pendekatan dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini (PAUD) yang dilakukan dengan bermain dan terencana di sentra-sentra, dan pendidikan mendukung pembelajaran sebelum dan sesudah bermain dengan duduk melingkar (Jean Piaget, 1972, dalam Direktorat PAUD ( 2006 : 3 ).

Pembelajaran dengan metode BCCT dapat diukur melalui beberapa hal, yaitu : a) Pembelajaran berpusat pada anak, b) Menempatkan setting lingkungan bermain, c) Memberikan dukungan penuh terhadap setiap anak untuk aktif, kreatif, dan berani mengambil keputusan sendiri d) Peran guru sebagai fasillitator, motivator, dan evaluator, e) Kegiatan anak berpusat di sentra-sentra bermain yang berfungsi sebagai pusat minat, f) Memiliki standar operasional prosedur yang baku, dan g) Pemberian pijakan sebelum dan setelah anak main dilakukan dalam posisi duduk melingkar. (Sundari, 2007).

5.Kelompok PAUD Kecamatan Sukasari merupakan tempat bermain sambil belajar untuk anak usia 2.5 – 6. tahun yang dibentuk, oleh dan untuk masyarakat sekitar dalam rangka usaha meningkatkan pengetahuan, keterampilan sikap, dan kemandirian anak usia dini pada lingkungan masyarakat sekitar.


(12)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban terhadap rumusan masalah yaitu untuk mengetahui kompetensi pendidik serta pengaruhnya terhadap pembelajaran metode BCCT pada anak usia dini, di PAUD Kecamatan Sukasari tersebut. Untuk menjawab rumusan masalah tersebut secara khusus penelitian ini akan mendeskripsikan permasalahan sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan kondisi objektif PAUD Kecamatan Sukasari, dilihat dari kelebihan dan kekurangan yang ada di kelompok bermain Nurul Huda.

2. Mendeskripsikan kadar kompetensi yang dimiliki para pendidik Anak Usia Dini.

3. Mendeskripsikan penerapan pembelajaran melalui Metode BCCT pada PAUD Nurul Huda.

4. Mengetahui pengaruhnya terhadap pembelajaran anak usia dini dari penerapan pembelajaran Metode BCCT.

F. Manfaat Penelitian 1. Secara Teori

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi, konsep teori Pendidikan Luar Sekolah pada umumnya, Manfaat bagi akademik, sebagai bagian pengembangan ilmu pengetahuan pada pendidik PAUD khususnya. Mengembangkan teori dan konsep yang telah ada mengenai kompetensi pendidik serta konsep pembelajaran metode BCCT/ pendekatan sentra dan lingkaran pada Anak Usia Dini pada kelompok bermain PAUD Nurul Huda Kecamatan Sukasari.


(13)

2. Secara Praktis.

a. Di harapkan dapat bermanfaat bagi penentu kebijakan sebagai bahan dalam perumusan program pembinaan anak usia dini. serta berguna bagi praktisi yang secara langsung dilapangan bagi para pendidik PAUD.

b. Manfaat bagi penyelenggara PAUD, sebagai bahan pedoman dalam menerapkan pembelajaran metode BCCT pada anak usia dini.

c. Sebagai masukan dan informasi tambahan bagi para birokrasi akademisi dan praktisi dalam menjalankan tugas dan perannya masing-masing sehingga program PAUD dapat berjalan secara optimal dan hasilnya dapat dirasakan masyarakat secara luas.

d. Memberi masukan kepada pendidik PAUD agar dapat merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program kegiatan bermain pada anak dengan benar serta memiliki kemampuan menerapkan konsep bermain, dan pembelajaran melalui bermain, evaluasi perkembangan anak, konsep dasar PAUD.

3. Untuk Penelitian Selanjutnya

a. Sebagai salah satu informasi bagi peneliti lain yang menggeluti bidang PAUD.

b. Sebagai pendukung maupun penemuan terbaru dari hasil penelitian mengenai kompetensi pendidik dalam menerapkan pembelajaran metode BCCT pada anak usia dini tersebut.


(14)

G. Kerangka Berpikir

Kondisi objektif PAUD mengenai kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancamannya akan memperlihatkan pengaruh lingkungan keluarga dan sekolah, peraturan dan kebijakan pemerintah, serta dapat mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran anak usia dini, sehingga pembelajaran dengan metode BCCT menjadi lebih efektif.

Kompetensi yang dimiliki para pendidik anak usia dini dalam menunjang pembelajaran pada anak usia dini mejadi sangat penting, karena pada pendidikan usia dini, prinsip pembelajaran yang diterapkan adalah melalui bermain sambil belajar, belajar seraya bermain yang bertujuan untuk membangun potensi yang dimiliki anak. Apabila aktifitas bermain pada setting anak usia dini ini dilakukan dengan cara-cara yang lebih terorganisasi dan terstruktur, maka akan memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan dan perkembangan anak, baik dari segi kognitif, afektif maupun psikomotorik, sehingga kompetensi pendidik ke arah itu menjadi mutlak dimiliki.

Penerapan pembelajaran melalui Metode BCCT pada anak usia dini diharapkan dapat memberikan konstribusi dalam peningkatan perkembangan anak secara baik. Perkembangan anak berubah secara fisik, intelektual, sosial dan emosional melalui pelaksanaan dan pencapaian tugas-tugas perkembangan anak. Perkembangan anak sangat penting. Karena itu agar orang tua dan pendidik mengetahui tentang apa yang diharapkan anak di masa yang akan datang, pencapaian sosial anak dapat dilakukan melalui aktivitas bermain anak. Dengan demikian orang tua menyadari perlunya menyiapkan anak untuk menghadapi harapan - harapan di


(15)

masa depannya. Lingkungan sekitar anak dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses pendidikan, misalnya ; pakaian, keadaan di sekitar rumah, alat permainan yang menunjang, seperti ; balok-balok dari dus bekas, buku–buku cerita bergambar yang menarik. Kegiatan bermain yang dilakukan anak tersebut akan memberikan manfaat yang besar bagi pengembangan aspek-aspek perkembangan anak. Untuk itu perlu difasilitasi dengan tersedianya berbagai alat permainan yang berfungsi merangsang potensi dan kemampuan yang telah dimiliki anak. Alat permainan yang dimaksud adalah alat permainan yang memiliki nilai edukatif atau sering disebut dengan APE.

Dengan menggunakan metode BCCT atau pendekatan sentra dan lingkaran, kompetensi pendidik diyakini akan meningkatkan efektivitas pembelajaran. Oleh sebab itu, mengingat pendidik PAUD sebagai ujung tombak yang bergerak di lapangan menjadi salah satu unsur yang harus diperhatikan baik kualitas maupun kuantitas, maka program pelatihan dengan BCCT/ pendekatan sentra lingkaran, merupakan salah satu program yang penting yang ditujukan bagi pendidik PAUD untuk meningkatkan kompetensi paedagogik, kepribadian, sosial, profesional dan kinerja pendidik PAUD dalam menjalankan peran dan tugasnya dalam mendidik warga belajar, selain itu dengan pendekatan sentra dan lingkaran anak didik akan lebih tergali potensi perkembangannya, dikarenakan dengan BCCT anak akan lebih terarah lagi dalam pembelajaran yang di berikan di sekolah dan anak tidak akan mengalami kebosanan, pada saat lingkaran anak akan di arahkan pada setiap kegiatan, dan permaianan pembelajaran juga sesuai dengan minat anak dan tidak


(16)

dipaksakan pada setiap anak untuk mengikuti semua kegiatan yang di berikan pendidik.

Pendidik hendaknya mempersiapkan apa-apa yang akan di berikan anak didik mengenai persiapan sentra ini, agar dalam proses pembelajaran berlangsung tidak mengalami kerepotan dalam mengarahkan anak, dan anak sebelumnya di berikan pengarahan, bimbingan untuk setiap kegiatan agar tidak terjadi berebutan dalam sentra, dan pendidik memberikan alokasi waktu setiap kegiatan yang akan di mainkan anak.

Penelitian ini difokuskan pada pendidik PAUD Kecamatan Sukasari yaitu PAUD Nurul Huda sebagai bahan penelitian dalam menerapkan pembelajaran BCCT tersebut. Sejauh mana pendidik PAUD Nurul Huda memberikan pembelajaran BCCT sentra dan lingkaran itu pada peserta didiknya, sehingga diharapkan pada akhirnya anak dapat terstimulasi untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya seperti anak menjadi mandiri, disiplin, penuh percaya diri, mampu bersosilaisasi dengan lingkungan sekolah dan masyarakat tempat anak berada dan menjadi anak yang cerdas berbekal ilmu pengetahuan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi agar menjadi dirinya sendiri, anggota masyarakat serta menjadi warga negara sebagai sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.


(17)

Gambar 1.1. Kerangka Berpikir Penelitian.

Sumber : Modifikasi dari Komponen Pembelajaran (Sudjana :2004 ; 34) INPUT

Lingkungan Keluarga & Sekolah

Peraturan dan Kebijakan

Kurikulum Pembelajaran Masukan Sarana

OUTPUT

Identifikasi Kebutuhan pembelajaran Anak

Usia Dini

Kompetensi Pendidik PAUD 1.Kompetensi

paedagogik 2.Kompetensi

kepribadian 3.Kompetensi professional

4.Kompetensi social. Evaluasi

Perkembangan Anak Usia Dini 1.Moral dan nilai agama

yang baik

2.Peningkatan kognitif anak

3.Fisik yang sehat 4.Bahasa yang baik 5.Sosial emosional yang

terkendali 6.Peningkatan

kreativitas 7.Jiwa seni 8.Kecakapan hidup

PROSES Pembelajaran dengan Metode BCCT/Pendekatan sentra dan lingkaran.


(18)

Gambar 1.2.

Studi Kompetensi Pendidik Dan Pengaruhnya Terhadap Pembelajaran Metode BCCT /Sentra Dan Lingkaran Pada Kelompok Paud Nurul Huda Kecamatan Sukasari

Bandung.

PERTANYAAN PENELITIAN :

1. Bagaimana kondisi objektif PAUD di Kecamatan Sukasasri?

2. Bagaimana kompetensi yang dimiliki pendidik Anak Usia Dini?

3. Bagaimana penerapan pembelajaran melalui Metode BCCT pada Anak Usia Dini ? 4. Bagaimana pengaruhya

terhadap pembelajaran melalui Metode BCCT ?

KAJIAN PUSTAKA :

1. Dasar Filosofi PAUD 2. Kompetensi Pendidik

a. Kompetensi paedagogik b. Kompetensi kepribadian c. Kompetensi professional d. Kompetensi sosial

3. Teori Pembelajaran Anak Usia Dini

a. PAUD sebagai program Pendidikan Luar Sekolah b. Teori Proses Pembelajaran

Penerapan BCCT c. Keunggulan metode BCCT d. Metode pembelajaran BCCT

pada Anak Usia Dini 4. Evaluasi Perkembangan Anak Usia

Dini

a. Moral dan nilai agama yang baik

b. Peningkatan kognitif anak c. Fisik yang sehat d. Bahasa yang baik e. Sosial emosional yang

terkendali

f. Peningkatan kreativitas g. Jiwa seni

h. Kecakapan hidup

METODE PENELITIAN :

Pendekatan Kualitatif metode studi kasus. Teknik Pengumpulan data :

1. Observasi 2. Wawancara 3. Studi Dokumentasi

OUTPUT :

1. Pendidik yang kompeten dalam pedagogik, kepribadian, professional, sosial.

2. Penerapan pembelajaran BCCT yang efektif

3. Anak usia dini yang : -cerdas -sehat -kreatif -Mandiri -Disiplin -Mampu bersosialisasi

RUMUSAN MASALAH :

1. Kondisi objektif PAUD di Kecamatan Sukasasri 2. Kompetensi yang dimiliki

pendidik Anak Usia Dini 3. Penerapan pembelajaran

melalui Metode BCCT pada Anak Usia Dini

4. Pengaruhya terhadap pembelajaran melalui Metode BCCT


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Sesuai dengan substansi permasalahan, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut atau perspektif partisipan. Partisipan adalah orang-orang yang diajak wawancara, observasi, dan dokumentasi dengan harapan memberikan data, pendapat, pemikiran, persepsinya. Pemahaman diperoleh melalui analisis berbagai keterkaitan dari partisipan, dan melalui penguraian ”pemaknaan partisipan” tentang sistuasi-situasi dan peristiwa-peristiwa. Pemaknaan partisipasi meliputi perasaan, keyakinan, ide-ide, pemikiran dan kegiatan partisipan. Beberapa penelitian kualitatif diarahkan lebih dari sekadar memahami fenomena tetapi juga mengembangkan teori – teori yang sudah ada.

Penelitian kualitatif ini mengkaji perspektif dengan multi strategi. Strategi-strategi yang bersifat interaktif, seperti observasi langsung, observasi partisipasif, wawancara mendalam, dokumen-dokumen, teknik-teknik pelengkap, seperti foto, rekaman, dll. Strategi penelitian bersifat fleksibel, menggunakan aneka kombinasi dari teknik-teknik untuk mendapatkan data yang valid. Kenyataan yang berdimensi jamak merupakan sesuatu yang komplek tidak dapat dilihat secara apriori dengan satu metode saja. Menurut Trisnamansyah Sutaryat dalam Materi perkulihan Metode Penelitian ( 2008 : 104 ).


(20)

Adapun Karakteristik penelitian kualitatif antara lain :

1. Kajian Naturalistik : melihat situasi nyata yang berubah secara alamiah, terbuka, tidak ada rekayasa pengontrolan variabel.

2. Analisis Induktif : Mengungkap data khusus, detil untuk menemukan kategori, dimensi, hubungan penting dan asli, dengan pertanyaan terbuka.

3. Holistik : Totalitas fenomena dipahami sebagai sistem yang komplek, keterkaitan menyeluruh tak dipotong padahal terpisah, sebab-akibat.

4. Data Kualitatif : Deskripsi rinci dalam persepsi pengalaman orang.

5. Hubungan dan persepsi pribadi hubungan akrab peneliti informal, persepsi dan pengalaman pribadi peneliti penting untuk pemahaman fenomena-fenomena. 6. Dinamis : perubahan terjadi terus, lihat proes desain fleksibel.

7. Orientasi keunikan setiap situasi khas, pahami sifat khusus dan dalam konteks sosial historis, analisis silang khusus, hubungan waktu tempat.

8. Empati Netral : subjektif murni, tidak dibuat-buat.

Trisnamansyah (2006 : 124), juga mengemukakan Secara umum penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan, yaitu menggambarkan dan mengungkap (to

describe and expolre), dan menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain) (McMillan & Schumacher, 2001). Memiliki makna yang hampir sama

dengan hal itu adalah menguji atau memahami (to examine or to understand), dan menemukan atau mengembangkan (to discover or to generate).

Banyak penelitian kualitatif yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan dan mengungkapkan. Hasil-hasil penelitian ini memperkaya


(21)

kepustakaan dengan gambaran yang sangat kaya tentang situasi-situasi yang sangat kompleks, juga memberikan saran-saran bagi peneliti lebih lanjut.

Penelitian ini lebih diarahkan pada memberikan penjelasan. Peneliti menjelaskan hubungan antar peristiwa dan antar makna, postmodern, tindakkan. Pertanyaan umum penelitian secara logis bertalian dengan tujuan, kebanyakkan pertanyaan kualitatif berfokus pada topik-topik yang bersifat analitis, mengajukan pertanyaan ”bagaimana dan mengapa” (how and why) dari fenomena-fenomena. Untuk kemudian diikuti secara lebih terurai dangan pertanyaan ”siapa, apa, dimana dan kapan” (who, what, where and when). Penelitian - penelitian kualitatif difokuskan pada meneliti individu, kelompok, proses, organisasi atau sistem.

B. Metode Penelitian

Umumnya penelitian kualitatif menggunakan strategi multi metode, data yang diperoleh dengan suatu metode wawancara, dilengkapi, diperkuat dan disempurnakan dengan menggunakan metode lain seperti observasi, dan studi dokumenter. Demikian juga dengan data yang diperoleh dengan observasi/ pengamatan secara langsung dan terarah setiap hari dan dilengkapi serta disempurnakan dengan data wawancara dan dokumen-dokumen. Penelitain kualitatif didasarkan atas asumsi bahwa data dapat dilengkapi dan disempurnakan sepanjang proses penelitian, desain penelitian juga bersifat emerse, berubah, berkembang, disesuaikan, dan disempurnakan.

Penelitian kualitatif menggunakan kombinasi metode-metode tersebut sebagai strategi, bukan sebagai metode tunggal atau metode linier yang langkah-langkahnya diikuti secara kaku. Dalam penelitian ini satu metode umpamanya,


(22)

wawancara mendalam sebagai fokus, diperkuat atau dilengkapi dengan metode lain, dengan demikian dalam pelaksanaan pengumpulan data, peneliti menentukan satu metode yang paling tepat, efesien, fleksibel, dan aman metode lain sebagai pelengkap.

Ada beberapa peranan dalam penelitian ini yaitu :

1. Pengamat penuh, peneliti di sini berperan sebagai pengamat, peneliti berada di luar situasi yang diamati dan tidak ada hubungan sama sekali antara pengamat dengan yang diamati. Pengamatan demikian tidak cocok dalam penelitian kualitatif, tapi cocok untuk penelitian kuantitatif.

2. Pengamat partisipan penuh, pengamat ikut serta dalam semua kegiatan kelompok yang diamati dan melakukan tugas-tugas sebagaimana anggota kelompok melakukannya, pengamatan demikian tidak cocok untuk penelitan kualitatif maupun penelitian lainnya.

3. Pengamat dari dalam, pengamat mempunyai peranan tertentu di dalam

kegiatan yang diamati, melakukan pengamatan sambil mengerjakan tugas dalam kelompok, pengamatan demikian juga tidak cocok dalam penelitian kualitatif, sebab pengamat mempunyai kepentingan lain di luar. Penelitian yang harus dikerjakan sampai berhasil dan konsentrasi peneliti menjadi pecah. 4. Pengamat partisipatif, pengamat berada di dalam kegiatan yang dilakukan

kelompok, peneliti menciptakan peranan-peranan sendiri tanpa lebur dalam kepentingan kegiatan kelompok yang diamati, pengamatan demikian cocok untuk penelitan kualitatif, dan banyak dilakukan dalam penelitian etnografi, studi kasus, dan isu-isu kritis.


(23)

5. Pewawancara mendalam, peneliti menjalin hubungan dengan partisipan dan mengadakan wawancara mendalam berkenaan dengan kegiatan yang datanya dikumpulkan, peneliti demikian sangat cocock untuk penelitian kualitatif, dan banyak digunakan dalam studi fenomenologis, teori dasar dan studi kritis. 6. Peneliti partisipatif, peneliti demikian cukup dilakukan dua fungsi meneliti

dan ikut serta dalam melaksanakan sekaligus, biasa dalam studi kritis, penelitian tindakkan.

Adapun teknik dalam penelitian ini menggunakan :

1. Wawancara.

Dapat dilakukan dalam beberapa bentuk : intervew informal, intervew dengan menggunakan pedoman intervew, dan intervew berstandar, intervew informal wawancara beranjak dari pembicaraan yang tidak formal, dan berlangsung secara alamiah.

Peneliti di sini melakukan wawancara dan pengamatan secara langsung dan ikut serta dalam pembelajaran, dengan pendidik PAUD Kelompok bermain Nurul Huda, peserta didik, dan para orang tua murid dengan maksud untuk mengkonstruksi berbagai data mengenai kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan BCCT / sentra lingkaran yang diterapkan di Kelompok Bermain Nurul Huda pada bulan Agustus 2008/2009.

Peranan peminpin dan pengelola sekolah dalam pembelajaran sangat tinggi, hal ini dibuktikan adanya partisipasi kepala sekolah/ pengelola kelompok bermain Nurul Huda, dalam menyampaikan kegiatan awal pada anak didiknya, juga turut serta para orang tua murid dalam memberikan makanan bergizi secara


(24)

bergilir berdasarkan absensi murid, yang dilaksanakan 2 kali dalam sebulan, hal ini diadakan untuk menjalin tali silaturhmi dan saling mengenal antar orang tua/wali murid.

Peserta didik mengadakan kegiatan out door yang dilaksanakan sekali dalam tiga bulan, untuk memperkenalkan warga belajar terhadap lingkungan, seperti ke perkebunan, ke perkebunan little farmmer, dan kolam renang, serta berkunjung ke panti asuhan yang diharapkan dapat memberikan pembelajaran kepada anak rasa kepedulian kepada kaum dhuafa, dan dapat merasakan kesusahan mereka. Biasanya kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Romadhan dengan tujuan anak dapat bergaul dengan anak yang tidak berayah dan ibu, selain itu kunjungan ke museum perjuangan dan museum fosil yang dengan tujuan mengetahui perjuangan para pahlawan pembela bangsa dahulu, juga binatang-binatang purba zaman dahulu kala, dan dapat melatih kepahlawanan sejak dini.

Di sini peneliti lebih mengutamakan data verbal yang diperoleh melalui percakapan dan tanya jawab pendidik PAUD, peserta didik, peminpin/pengelola sekolah, para orang tua murid. Maka oberservasi/pengamatan dan wawancara peneliti dapat menghasilkan :

a. Dengan metode pembelajaran BCCT, pendidik PAUD dapat lebih terfokus kepada peserta didik, dapat lebih memahami karakteristik peserta didik karena jumlah peserta didik lebih sedikit. Dalam satu sentra yaitu 6 orang dengan pendidik 1 orang.

b. Peserta didik dapat lebih mengetahui jenis permainan yang difokuskan dalam sentra, seperti contoh alat permainan yang termasuk dalam sentra ibadah,


(25)

miniatur mesjid, gereja, patung muslim, Alkitab, Al-Qur`an, gambar orang memperagakan ibadah sesuai dengan kepercayaan masing-masing, karena apapun agama yang mereka anut, mereka melakukan ibadah untuk meyembah Allah SWT, sebagai pencipta bumi dan isinya.

c. Kepala Sekolah, orang tua murid mengetahui tingkat kemampuan anaknya, karena mereka mengetahui jenis permainan dalam satu sentra yang dapat mengenalkan keadaan sekitar mereka. Melalui kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh kelompok bermain tersebut. Selain itu melalui komunikasi dan diskusi yang dilakukan oleh orang tua. Kepala sekolah, pendidik dengan orang tua, orang tua dengan penyelenggara program, sangat membantu dalam mengetahui tingkat perkembangan yang dialami oleh peserta didik dalam mengikuti kegiatan di kelompok bermain.

Selain data verbal, peneliti juga menggunakan data non verbal, yaitu berupa bahasa tubuh atau isyarat simbolik yang dilakukan oleh responden tetap diperhatikan oleh peneliti, kegiatan pengamatan dan wawancara ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana responden merasakan manfaat yang didapat dalam pembelajaran melalui pendekatan sentra dan lingkaran yang dilakukan, agar perkembangan peserta didik lebih meningkat dan mengalami kemajuan.

2. Observasi/ Pengamatan

Peneliti dalam hal ini melakukan observasi/pengamatan untuk mendapatkan data berupa dokumen yang akurat dari bulan Desember dan awal Januari 2009 sampai Juni 2009, baik mengenai perilaku personal maupun sarana


(26)

dan prasarana. Dalam observasi ini penelitian selalu mengaitkan dengan dua hal yakni informasi (apa yang terjadi) dan konteks (hal-hal yang berkaitan sekitarnya). Hal ini dilakukan peneliti dalam rangka menemukan makna dari relaksasi keduanya. Data hasil observasi dapat berupa deskripsi yang faktual, cermat dan terinci mengenai keadaan lapangan, kegiatan pendidik, peserta didik, orang tua dan situasi sosial, serta konteks dimana kegiatan-kegiatan itu terjadi. Observasi/ pengamatan yang peneliti lakukan di Kelompok Bermain Nurul Huda, sebelumnya pendidik PAUD mengikuti pelatihan kegiatan sentra dan lingkaran sebagai berikut :

a. Penyelenggara PAUD yang telah mengikuti pelatihan BCCT pada tahun ajaran 2007/2008, semester 1 bersama-sama dengan pendidik PAUD, membuka 3 sentra yaitu sentra main peran, sentra persiapan dan sentra balok. Lingkungan untuk anak usia dini direncanakan dengan pengelompokkan dan penataan bahan main, penggunaan warna, penataan alat perabot, dan jumlah serta jenis bahan main yang dipilih. Bahan-bahan main di tata dalam rak dan wadah yang diberi nama dengan kata dan gambar sesuai dengan sentra-sentra yang telah ditentukan. Pendidik PAUD mengelompokkan serta mencocokkan bahan-bahan pada tempatnya yang tepat, merupakan bagian dari pengalaman belajar, dan mengatur ruang secara bijaksana untuk memenuhi kebutuhan perkembangngan anak yang mengikuti dan memberi pijakan kegiatan dan prilaku anak sehingga anak belajar menggunakan bahan-bahan secara tepat dan bermain dengan anak lain.


(27)

b. Pada semester 2, Kelompok Bermain Nurul Huda membuka 4 sentra yaitu sentra bahan alam, sentra seni dan kreativitas, sentra olah tubuh dan sentra ibadah. Kegiatan yang diamati peneliti meliputi ruang (tempat), pelaku (Pendidik PAUD), peserta didik dan kegiatan (aktivitas). Lingkungan belajar di luar kelas, ketika warga belajar dan pendidik PAUD bermain menggunakan APE yang tersedia untuk melatih keserasian antara gerak tangan, mata, dan melatih motorik halus serta mengembangkan imajinasi peserta didik dalam berkreativitas dengan menggunakan alat yang ada. Tujuan observsi/pengamatan yang peneliti lakukan adalah untuk mengetahui kemampuan pendidik PAUD dalam penerapan metode pendekatan sentra dan lingkaran pada proses pembelajaran program PAUD yang baru diterapkan di Kelompok Bermain Nurul Huda yang diperoleh dari buku-buku panduan serta pengarahan yang diberikan oleh penyelenggaraan dalam penggunaan metode pendekatan sentra dan lingkaran yang telah mengikuti pelatihan pendekatan sentra dan lingkaran yang diselenggarakan oleh Diknas Kota Bandung di Jalan Taman Pramuka dengan mengikutkan pendidik sebanyak dua orang dari Kecamatan Sukasari tersebut salah satunya Pendidik kelompok bermain Nurul Huda.

3. Studi Dokumentasi

Penelitian ini menggunakan studi dokumentasi, berupa setiap bahan tertulis, photo kegiatan maupun film yang dapat dijadikan sumber data karena dalam banyak dokumen digunakan sebagai sumber data yang dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan, maka dengan ini peneliti


(28)

menggunakan dokumentasi untuk keabsahan data yang di perlukan. ( dapat di lihat dalam lampiran ). Data yang ingin didapat melalui studi dokumentasi ini adalah :

Perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan perkembangan peserta didik. Kegiatan yang dilakukan peserta didik dalam proses pembelajaran sangatlah berarti untuk mengetahui aktivitas bermain dalam setiap sentra.

Peneliti dalam melakukan penelitian mengandalkan pengamatan, wawancara dan catatan lapangan. Catatan lapangan adalah catatan tertulis apa yang dilihat, dialami dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data pengumpulan kualitatif. Catatan lapangan terdiri atas dua bagian, pertama deskriptif yang berisi gambaran tentang pengamatan orang, tindakan, dan pembicaraan. Kedua bagian reflektif yang berisi kerangka berfikir dan pedapat peneliti, gagasan dan kepeduliannya.

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah para pendidik PAUD pada Kelompok Bermain Nurul Huda di Kecamatan Sukasari, yang menerapkan metode pembelajaran BCCT. Diambil tiga orang pendidik sebagai responden. Dengan demikian penelitian ini akan mendeskripsikan kadar kompetensi pendidik dalam menerapkan pembelajaran metode BCCT pada peserta didik, serta pengaruh hasil pembelajarannya.

Adapun subjek penelitian sebagai responden adalah : Para Pendidik PAUD yang berjumlah tiga orang, peserta didik di Kelompok Bermain Nurul Huda yang


(29)

berusia 2.5 - 4,5 tahun yang memiliki potensi lebih menonjol dari rekan – rekannya, serta wawancara dengan Pengelola/pimpinan Sekolah yang telah mengetahui penerapan metode pembelajaran pendekatan BCCT sentra lingkaran, juga tiga orang tua murid yang berjumlah tiga orang di Kelompok Bermain Nurul Huda, dengan pengamatan langsung, juga untuk di mintai pendapatnya mengenai pembelajaran BCCT tersebut.

Dalam penelitian ini sumber data sekunder diambil dari dokumentasi, atau laporan yang tersedia pada Kelompok Bermain Nurul Huda. Sedangkan data primer yang berupa kompentensi pendidik /pimpinan sekolah, serta penerapan pembelajaran BCCT pada peserta didik bersumber dari para pendidik, peserta didik, kepala sekolah, dan orang tua peserta didik melalui wawancara dan observasi yang berupa catatan-catatan resmi dan tak resmi yang berkenaan dengan kegiatan pembelajaran metode BCCT tersebut.

Tabel 3.1. Responden Penelitian

No Responden Jumlah orang

1 Tenaga pendidik 3

2 Anak usia Dini 3

3 Orang tua murid 3

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Penelitian kepustakaan (Library research), digunakan untuk mendapatkan data sekunder, yaitu pencarian bahan-bahan dan teori-teori dengan mempelajari, meneliti, mengkaji, serta menelaah literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti mengenai kompetensi guru dan pembelajaran penerapan BCCT pada Anak Usia Dini.


(30)

Penelitian lapangan (Field research), digunakan untuk mendapatkan data primer, yaitu dengan mendatangi para guru/pendidik, peserta didik, orang tua, dan kepala sekolah PAUD di Kecamatan Sukasari yang bersangkutan untuk melakukan pengamatan langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan di PAUD tersebut, serta memperoleh data dan informasi mengenai masalah yang sedang diteliti oleh penyusun. Penelitian lapangan ini dilakukan dengan cara :

Pengumpulan analisis data penelitian kualitatif bersifat interaktif, berlangsung dalam lingkaran yang saling tumpang tindih, langkah-langkahnya biasa disebut strategi pengumpulan dan analisis data, teknik yang digunakan fleksibel, tergantung pada strategi terdahulu yang digunakan data yang diperoleh, secara umum langkah – langkahnya ada kesamaan antar satu penelitian dengan penelitian lainnya tetapi di dalamnya ada variasi seperti :

1. Perencanaan meliputi kegiatan peneliti dalam menganalisa pernyataan

masalah dan pertanyaan penelitian, yang berfokus pada usaha pengumpulan data dengan menggambarkan seting, lokasi yang berada di Kelompok Bermain Nurul Huda, wawancara kepada pendidik PAUD tersebut, kepala sekolah dan orang tua murid yang menjadi subjek penelitian yang diharapkan menghasilkan informasi tentang masalah yang diteliti. Peneliti membuat rancangan berupa proposal dan memohon ijin secara lisan kepada penyelenggara kelompok bermain PAUD tersebut, untuk menjajagi lapangan, mengamati proses pembelajaran. Peneliti juga membina hubungan baik dengan penyelenggara dan para pendidik, agar nantinya di lapangan tidak menemukan kesulitan dalam memperoleh data yang diharapkan.


(31)

2. Pengumpulan data permulaan yaitu peneliti membentuk hubungan dua arah, kepercayaan dengan individu atau kelompok yang akan diteliti, peneliti mendapatkan data dengan mengambil subjek penelitian sebanyak tiga pendidik PAUD dengan melakukan wawancara, dan pengamatan secara langsung, dalam tahapan permulaan ini peneliti mengamati proses kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode pendekatan sentra dan lingkaran, yang dimulai Agustus 2008.

3. Pengumpulan data utama peneliti melakukan pembaruan atas data yang diperoleh pada data permulaan dengan tahap mendengarkan, melihat, dan membaca apa yang sedang terjadi, pada tahap ini peneliti terjun langsung dalam kegiatan yang diselenggarakan pada bulan Desember 2008, dan peneliti mulai mempersiapkan sekaligus mengurus berbagai surat perijinan. dan pada akhirnya peneliti secara mental memproses banyak ide dan fakta-fakta ketika mengumpulkan data, dengan menggunakan bukti-bukti yang menguatkan dalam fase terakhir.

4. Pengumpulan data akhir pengumpulan data di dapat ketika peneliti

meninggalkan tempat penelitian, atau melaksanakan interview terakhir, juga peneliti memberikan banyak perhatian pada inprestasi dan verifikasi yang mungkin dari temuan yang ada dengan informan kunci, interview yang tersisa atau berupa pengumpulan dokumen.

5. Penyelesaian pengumpulan data yang sedang dilakukan digabungkan dengan analisis data dengan membangun fakta-fakta yang ditemukan dalam catatan data.


(32)

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa catatan pengamatan selama megikuti pembelajaran baik pendidiknya, maupun anak didik dan peran serta orang tua, observasi, wawancara dan studi dokumentasi dengan uraian sebagai berikut :

1. Catatan anekdot bertujuan untuk menjaring data secara tertulis tentang kinerja pendidik dalam menerapkan pembelajaran penerapan BCCT tersebut, pada Anak Usia Dini.

2. Observasi bertujuan untuk melihat kondisi obyek startegi pendidik dalam menerapkan pembelajaran BCCT pada Anak Usia Dini.

3. Wawancara ditujukan kepada pendidik yang bertujuan untuk menggali strategi apa yang telah digunakan dalam mengembangkan kreativitas anak sedangkan wawancara kepada peserta didik bertujuan untuk memperoleh gambaran kemampuan anak dalam melakukan berbagai aktivitas bermain.

4. Studi dokumenter untuk mengetahui Portofolio kinerja pendidik dalam pembelajaran BCCT pada Anak Usia Dini, yang meliputi :

a. Kompetensi Pendidik Anak Usia Dini yang diperoleh melalui

penyampaian pembelajaran penerapan BCCT setiap harinya dan pelatihan yang pernah di ikutinya.

b. Catatan Anekdot dan Portofolio perkembangan Anak Usia Dini.

c. Program kegiatan dan Jadwal kegiatan harian, mingguan, bulanan,

semesteran dan tahunan.


(33)

5. Membuat kisi-kisi instrumen penelitian, sebagai bahan dan proses dalam mengumpulkan data yang didapat selama meneliti, dimulai dari pendidik, mengenai kadar kompetensinya, dalam memberikan pembelajaran pada peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran yang di berikan dengan panduan yang pada beberapa instrumen berikut ini.

Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrumen Pengumpulan Data.

Aspek Kadar Kompetensi Para

Pendidik

Sub Aspek Responden Teknik

Pengumpulan Data 1. Kompetensi Pedagogik

Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.

Memahami karakteristik peserta didik usia PAUD yang berkaitan dengan aspek, fisik, inteletual, sosial

emosional, moral, dan latar belakang sosial budaya.

Para Guru Observasi

Mengidentifikasikan potensi peserta didik usia PAUD dalam berbagai bidang pengembangan.

Para Guru Observasi

Mengidentifikasikan kemampuan awal peserta didik usia PAUD dalam berbagai bidang

pengembangan.

Para Guru Observasi

Lanjutan Tabel 3.2 Aspek Kadar Kompetensi Para

Pendidik

Sub Aspek Responden Teknik

Pengumpulan Data

Mengidentifikasikan kesulitan peserta didik usia PAUD dalam berbagai bidang pengembangan.

Para Guru Observasi

Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip

pembelajaran yang mendidik

Memahami berbagai teori belajar dan prinsip – prinsip bermain sambil belajar yang mendidik yang terkait dengan berbagai bidang

pengembangan di TK/PAUD.


(34)

Menerapkan berbagai

pendekatan, strategi, metode, dan teknik bermain sambil belajar yang bersifat holistik, otentik, dan bermakna, yang terkait dengan berbagai bidang pengembangan di TK/PAUD.

Para Guru Observasi

Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu. Memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum

Para Guru Observasi

Menentukan tujuan kegiatan pengembangan yang

mendidik.

Para Guru Observasi

Menentukan tujuan kegiatan bermain sambil belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan pengembangan.

Para Guru Observasi

Memilih materi kegiatan pengembangan yang mendidik yaitu kegiatan bermain sambil belajar sesuai dengan tujuan

pengembangan.

Para Guru Observasi

Menyusun perencanaan semester, mingguan dan harian dalam berbagai kegiatan pengembangan di TK/PAUD.

Para Guru Observasi

Lanjutan Tabel 3.2 Aspek Kadar Kompetensi Para

Pendidik

Sub Aspek Responden Teknik

Pengumpulan Data

Mengembangkan indikator dan instrumen penilaian.

Para Guru Observasi

Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik Memahami prinsip-prinsip perancangan kegiatan pengembangan yang mendidik dan menyenangkan.

Para Guru Observasi

Mengembangkan komponen-komponen rancangan

kegiatan pengembangan yang


(35)

mendidik dan menyenagkan. Menyusun rancangan

kegiatan pengembangan yang mendidik yang lengkap, baik untuk kegiatan di dalam kelas, maupun di luar kelas.

Para Guru Observasi

Menerapkan kegiatan bermain yang bersifat holistik, otentik, dan bermakna.

Para Guru Observasi

Menciptakan suasana

bermain yang menyenagkan, inklusif, dan demokratis

Para Guru Observasi

Memanfaatkan media dan sumber belajar yang sesuai dengan pendekatan bermain sambil belajar.

Para Guru Observasi

Menerapkan tahapan bermain anak dalam kegiatan

pengembangan di TK/PAUD.

Para Guru Observasi

Mengambil keputusan transaksional dalam kegiatan pengembangan di TK/PAUD sesuai dengan situasi yang berkembang.

Para Guru Observasi

Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengemba-ngan yang mendidik

Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan kualitas kegiatan pengembangan yang mendidik.

Para Guru Observasi

Lanjutan Tabel 3.2 Aspek Kadar Kompetensi Para

Pendidik

Sub Aspek Responden Teknik

Pengumpulan Data Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. Menyediakan berbagai kegiatan bermain sambil belajar untuk mendorong peserta didik

mengembangkan potensinya secara optimal termasuk kreativitasnya.

Para Guru Observasi

Brkomunikasi secara efektif,

Memahami berbagai strategi berkomunikasi yang efektif,


(36)

empatik, santun dengan peserta didik

empatik dan santun, baik secara lisan maupun tulisan. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik dengan bahasa yang khas dalan interaksi pembelajaran yang terbangun secara siklikal dari (a)penyiapan kondisi

psikologis peserta didik (b) memberikan pertanyaan atau tugas sebagai undangan kepada peserta didik.

Para Guru Observasi

Menylenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.

Memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar sesuai dengan karakteristik kurikulum TK/PAUD.

Para Guru Observasi

Menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk di nilai dan dievaluasi sesuai dengan karakteristik kurikulum TK/PAUD.

Para Guru Observasi

Menentukan prosedur

penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.

Para Guru Observasi

Mengembangkan instrument penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.

Para Guru Observasi

Lanjutan Tabel 3.2 Aspek Kadar Kompetensi Para

Pendidik

Sub Aspek Responden Teknik

Pengumpulan Data

Mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar secara

berkesinambungan dengan menggunakan berbagai instrument.

Para Guru Observasi

Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk berbagi tujuan.

Para Guru Observasi


(37)

dan hasil belajar. Memanfaatkan

hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran

Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk menentukan ketuntasan belajar.

Para Guru Observasi

Menggunkan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan.

Para Guru Observasi

Mengkomunikasikan informa-si hainforma-sil penilaian dan evaluainforma-si kepada pemangku kepentingan

Para Guru Observasi

Memanfaatkan informasi hasil penilaian dan evalusi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Para Guru Observasi

Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran

Melakuakn refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Para Guru Observasi

Melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan, memanfaatkan hasil refleksi untuk perbaikan dan pengembangan

kurikulum TK/PAUD.

Para Guru Observasi

Melakukan penelitian tinda-kan kelas untuk meningkattinda-kan kualitas pembelajaran

TK/PAUD

Para Guru Observasi

Lanjutan Tabel 3.2 Aspek Kadar Kompetensi Para

Pendidik

Sub Aspek Responden Teknik

Pengumpulan Data 1.1. Kompetensi Kepribadian

Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan Nasional Indonesia.

Menghargai peserta didik tanpa membedakan

keyakinan yang dianut, suku, adat istiadat, daerah asal, dan gender.

Para Guru Observasi

Bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut,


(38)

hukum dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat, serta kebudayaan nasional Indonesia yang beragam. Bersikap sesuai

dengan norma agama yang dianut, hukum dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat, serta kebudayaan nasional Indonesia yang beragam.

Berprilaku jujur, tegas, dan manusiawi.

Para Guru Observasi

Berprilaku jujur, tegas, dan manusiawi, berprilaku yang mencerminkan ketakwaan, dan akhlak mulia.

Para Guru Observasi

Berprilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan anggota masyarakat di sekitarnya.

Para Guru Observasi

Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.

Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil.

Para Guru Observasi

Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa.

Para Guru Observasi

Lanjutan Tabel 3.2 Aspek Kadar Kompetensi Para

Pendidik

Sub Aspek Responden Teknik

Pengumpulan Data

Menunjukkan etos kerja tangungjawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.

Menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi.

Para Guru Observasi

Bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri.

Para Guru Observasi

Bekerja mandiri secara profesional.


(39)

Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

Memahami kode etik profesi guru.

Para Guru Observasi

Menerapkan kode etik profesi guru

Para Guru Observasi

Berprilaku sesuai dengan kode etik profesi guru.

Para Guru Observasi

1.2. Kompetensi Profesional

Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

Memahami standar

kompetensi mata pelajaran yang diampu.

Para Guru Observasi

Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu Memahami tujuan

pembelajaran yang diampu

Para Guru Observasi

Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. Memilih materi

pembelajaran yang diampu sesuai dengan tingkat

perkembangan peserta didik.

Para Guru Observasi

Mengolah materi pelajaran yang diampu secara kreatif sesuai dengan tingkat

perkembangan peserta didik.

Para Guru Observasi

Lanjutan Tabel 3.2 Aspek Kadar Kompetensi Para

Pendidik

Sub Aspek Responden Teknik

Pengumpulan Data Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. Melakaukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus menerus.

Para Guru Observasi

Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangkan peningkatan


(40)

keprofesionalan. Melakukan penelitian tindakkan kelas untuk peningkatan

keprofesionalan.

Para Guru Observasi

Mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber.

Para Guru Observasi

Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam berkomunikasi.

Para Guru Observasi

Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri.

Para Guru Observasi

1.3. Kompetensi Sosial

Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.

Bersikap inklusif dan objektif terhadap peserta didik, temn sejawat dan lingkungan sekitar dalam melaksankan pembelajaran.

Para Guru Observasi

Lanjutan Tabel 3.2 Aspek Kadar Kompetensi Para

Pendidik

Sub Aspek Responden Teknik

Pengumpulan Data

Tidak bersikap diskriminatif terhadap peserta didik, teman sejawat, orang tua peserta didik dan lingkungan sekolah karena perbedaan agama, suku, jenis kelamin, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.

Para Guru Observasi


(41)

secara efektif, empatik, dan santun dengan sesam pendidik, tenaga kependidikan

teman sejawat dan

komunikasi ilmiah lainnya secara santun, empatik dan efektif.

Berkomunikasi dengan orang tua, peserta didik, dan masyarakat secara santun, empatik, dan efektif tentang program pembelajaran dan kemajuan peserta didik.

Para Guru Observasi

Mengikutsertakan orang tua peserta ddik dan masyarakat dalam program

pembelajaran dan dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik.

Para Guru Observasi

Beradaptasi di tempat bertugas diseluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya. Beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja dalam rangkan

meningkatkan efektivitas sebagai pendidik.

Para Guru Observasi

Melaksanakan berbagai program dalam lingkungan kerja untuk

mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan di daerah yang bersangkutan.

Para Guru Observasi

Lanjutan Tabel 3.2 Aspek Kadar Kompetensi Para

Pendidik

Sub Aspek Responden Teknik

Pengumpulan Data

Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

Berkomuniakasi dengan teman sejawat, profesi ilmiah, dan komunitas ilmiah lainnya melalui berbagai media dalam rangkan meningkatkan kulaitas pembelajaran.

Para Guru Observasi

Mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi pembelajaran


(42)

kepada komunikasi profesi sendiri secara lisan dan tulisan maupun bentuk lain.

2. Penerapan pembelajaran BCCT

2.1. Fokus pada anak 2.2.Menempatkan setting lingkungan 2.3.Memberikan dukungan /motivasi pada peserta didik.

2.4. Peran guru

2.5.Sentra-sentra mainan. 2.6.Standar operasional 2.7.Pemberian pijakan

Pembelajaran berpusat pada anak;

Menempatkan setting lingkungan bermain Memberikan dukungan penuh terhadap setiap anak untuk aktif, kreatif, dan berani mengambil keputusan sendiri;

Peran guru sebagai

fasillitator, motivator, dan evaluator;

Kegiatan anak berpusat di sentra-sentra bermain yang berfungsi sebagai pusat minat;

Memiliki standar oprasional prosedur yang baku;

Pemberian pijakan sebelum dan setelah anak main dilakukan dalam posisi duduk melingkar. Guru dan peserta didik, dan Orang Tua Observasi Terstruktur, Wawancara, dan catatan Lapangan

Lanjutan Tabel 3.2 Aspek Kadar Kompetensi Para

Pendidik

Sub Aspek Responden Teknik

Pengumpulan Data 3. Hasil pengaruh pembelajaran penerapan BCCT pada Peserta Didik 3.1. Moral dan nilai

agama yang baik. 3.2. Peningkatan kognitif anak

Bagaimana moral dan nilai agama anak

Bagaimana peningkatan kognitif anak

Peserta didik dan orang tua murid.

Obsevasi, Catatan Lapangan, dan wawancara


(43)

3.3. Fisik yang sehat

3.4. Bahasa yang baik

3.5. Sosial emosional yang terkendali

3.6. Peningkatan kreativitas 3.7.Jiwa seni

3.8. Kecakapan hidup

Bagaimana kondisi fisik anak

Bagaimana bahasa yang digunakan anak sehari-hari.

Bagaimana pengendalian sosial emosional anak

Bagaimana peningkatan kreativitas anak.

Bagaimana jiwa seni anak Bagaiman life skill anak setelah pembelajaran BCCT. Bagaimana kecakapan anak dalam mesikapi kegiatan mainnya.

E. Teknik Analisis Data

Penelitian kualitatif menggunakan desain penelitian studi kasus dalam arti penelitian difokuskan pada satu fenomena saja yang dipilih dan ingin dipahami secara mendalam, dengan mengabaikan fenomena-fenomena lainnya. Satu fenomena tersebut bisa berupa seorang pimpinan sekolah atau pimpinan pendidikan sekelompok siswa, suatu program, suatu proses, satu penerapan kebijakkan, atau satu konsep.

Menurut Trisnamansyah (2007 :48), data dalam penelitian kualitatif umumnya berupa narasi deskriptif kualitatif kalaupun ada data dokumen yang analisisnya berupa naratif kualitatif, mencari kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan informasi, Analisis data dalam penelitian kualitatif tidak dinantikan sampai semua data terkumpul, tetapi dilakukan secara berangsur-angsur setelah selesai mendapatkan sekumpulan data dari hasil wawancara, observasi dan dokumen, Penafsiran diarahkan pada menemukan esensi atau hal-hal yang mendasar dari kenyataan.


(44)

Penelitian kualitatif menuntut perencanaan yang matang untuk menentukan tempat, partisipan dan memulai pengumpulan data, rencana ini bersifat emergent atau berubah dan berkembang sesuai dengan perubahan dalam temuan dilapangan. Desain yang berubah atau emergent tersebut bersifat sirkuler karena penentuan sampel yang bersifat purposif, pengumpulan data dan analisis data dilakukan secara simultan yang merupakan langkah yang bersifat interaktif bukan terpisah-pisah.

Sugiyono, (2008 : 91 ) mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehngga datanya sudah jenuh, ada tiga analisis data dalam penelitian kualitatif menurut Miles dan Huberman, yaitu reduksi data, display data penarikkan kesimpulan /verifikasi. Kegunaan penelitian kualitatif bagi pengembangan teori, penelitian kualitatif dengan, tehnik studi kasusnya sangat cocok untuk melakukan pengungkapan (exploratory) dan penemuan (discovery), studi pengungkapan (exploratory studies) berkenaan dengan sesuatu topik yang pada penelitian dahulu hanya memberikan hasil- hasil yang sangat terbatas, studi ini selanjutnya diarahkan pada menjabarkan konsep. Mengembangkan suatu model, preposisi, atau hipotesis, beberapa studi dapat diarahkan pada pemahaman konsep yang absrak dari pengalaman sosial partisipan, seperti pemahaman manajemen berbasis sekolah, pembelajaran berbasis kompetensi, konsep model, preposisi, hipotesis adalah ” teori dasar ” sebab abstraksinya dikembangkan dari observasi dan bukan diturunkan dari teori terdahulu.


(45)

F. Kredibilitas Data

Perpanjangan keikut sertaan dilapangan dalam kredibilitas data memerlukan pengamatan dan perpanjangan pengamatan dalam peliputan data dan keikutsertaan peneliti dalam situs penelitian, Meloeng (2002 :175), perpanjangan keikut sertaan peneliti akan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan terhadap data dan informasi yang dikumpulkan.

Ketekunan pengamatan, perpanjangan waktu pengamatan akan

memperoleh keadaan dan informasi yang sebenarnya dan bukan merupakan hal yang semu, sehingga jika perpanjangan waktu pengamatan akan makin nampak keadaan yang sebenarnya tentang keaslian objek penelitian. Untuk melaksanakan penelitian memerlukan ketekunan pengamatan secara langsung pada kelompok bermaian PAUD Nurul Huda Kecamatan Sukasari, Ketekunan pengamatan ini bermaksud untuk menemukan unsur-unsur dan ciri-ciri dalam situasi pembelajaran pendidik terhadap anak usia dini yang relevan sesuai dengan apa yang di pembelajarannya secara efektif.

Pengecekan sejawat melalui diskusi. Melakukan diskusi dengan teman sejawat yang mengetahui situs penelitian dan juga nara sumber yang berperan dalam kegiatan sehari- hari tentang situs penelitian, hal ini bertujuan agar dalam penelitian tetap mempertahankan kejujuran dan sikap terbuka untuk menerima masukan-masukan sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda antara peneliti dengan sumber informasi, selain itu pemeriksaan data melalui diskusi berfungsi untuk memantapkan peneliti dalam mengungkapkan data dan informasi yang berkaitan dengan situs penelitian.


(46)

Kecukupan referensi. Analisis menggunakan referensi berfungsi sebagai pembanding teroritis terhadap kebenaran data dan informasi yang diperoleh dalam situs penelitian, Hal ini dilakukan melalui penyajian data dan informasi yang dilakukan oleh pendidik PAUD dalam proses pembelajaran. Tehnik analisis kasus negatif dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi implementasi pelatihan PAUD dan kecenderungan negatif yang berkaitan dengan perkembangan anak usia dini. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan serta peluang-peluang yang akan ditempuh oleh PAUD untuk mengembangkan potensi kecerdasan anak usia dini tersebut.

Pengecekan Anggota. Dalam penelitian ini peneliti sebagai instrumen kunci, tetap bermitra dengan PAUD, dan pimpinan kelompok bermain untuk memperoleh data perkembangan anak usia dini. Oleh karena itu pengecekan anggota yang terlibat sangat menentukan kebenaran dan informasi implementasi pelatihan pendidik anak usia dini. Kriteria keterangan uraian secara rinci merupakan paparan analisis data dari pemberi data informasi kepada peneliti, hal ini disebut keteralihan data dan informasi.

Kriteria kebergantungan. Auditor berusaha memenuhi patokan, apakah

keputusan inkuiri dan metodologinya ditemukan, diperiksa dan ditunjang, kemencengan peneliti juga ditelaah untuk menerapkan sejauh manakah peneliti terlalu cepat mengakhiri suatu kegiatan pengumpulan data hal ini perlu dilakukan karena peneliti percaya pada pengetahuan apriorinya. Juga auditor perlu menelaah sejauh manakah seluruh data telah dimanfaatkan dalam analisis, dan sejauh manakah setiap bidang yang bercakup secara beralasan sudah ditelaah oleh


(47)

peneliti, juga sejauh mana tindak tanduk peneliti dipengaruhi oleh persoalan praktis seperti pengaruh sponsor penelitian atau karena pengaruh subjek. Sejauh manakah peneliti telah berusaha menemukan kasus negatif, data positif dan pengaruh subjek penelitian.

Kriteria kepastian dengan menggunakan teknik auditing dalam penelitian ini adalah memeriksa kebergantungan dan kepastian data dan informasi telah sejauh mana telah dikumpulkan dan bagimana ketersediaan data dan informasi pada sumbernya.


(48)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian maka kesimpulan penelitian dari studi kompetensi pendidik, dan pengaruhnya terhadap proses pembelajaran metode BCCT pada kelompok pendidik anak usia dini tersebut sebagai berikut : 1. Kondisi objektif PAUD Nurul Huda di kecamatan Sukasari dilihat dari

kekuatannya memiliki tempat strategis, di tengah kompleks perumahan sehingga anak aman bermain dan belajar tidak bising dengan kendaraan, dan bangunan yang baik, lingkungan yang kondusif dan strategis dan sumber daya manusia yang unggul, serta anak usia dini yang begitu berpotensi, yang memerlukan bimbingan dan pengarahan untuk perkembangan selanjutnya dan kerjasama yang baik dengan tingkat-tingkat terkait seperti Himpunan Pendidik Anak Usia Dini (Himpaudi) sudah cukup baik. Kelemahannya kurangnya kompetensi pendidik dalam memberikan pembelajaran BCCT pada anak didik sehingga pendidik hanya menerapkan metode konvensional dalam proses pembelajaran yang berlangsung, kerjasama yang baik hendaknya perlu di tingkatkan baik itu dengan pendidik lainnya, orang tua dan anak yang didiknya, sehingga tercipta proses pembelajaran yang baik. Peluangnya sebetulnya bila pembelajaran BCCT tersebut di tata dengan baik maka banyak orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya pada kelompok bermain Nurul Huda tersebut dan ancamannya bila pembelajaran BCCT ini tidak


(49)

dilaksanakan dengan baik maka kemungkinan anak akan kurang dalam pengembangan potensinya dan terbatas pada apa yang di perintahkan pendidik, sehingga anak akan menjadi anak yang tidak kreatif apalagi kalau pembelajaran BCCT ini hanya yang di kehendaki pendidik saja.

2. Kadar kompetensi yang dimiliki para pendidik PAUD Nurul Huda di peroleh

melalui pelatihan dan kompetensi itu sendiri berupa ketrampilan, pengetahuan, yang dimiliki pendidik Anak Usia Dini diantaranya kompetensi paedagogik, pendidik sudah memahami karakteristik setiap anak didiknya, dan paham mengenai dasar-dasar pendidikan, menguasai prinsip dan pendekatan bermain untuk anak, memberikan bimbingan. Kompetensi kepribadian, pendidik sudah memiliki kepekaan terhadap perasaan dan pikiran anak didiknya dapat menghargai perbedaan dan keunikkan individu dan cepat tanggap terhadap kesulitan anak didiknya, memiliki rasa kasih sayang kepada anak didik responsif serta memberikan motivasi pada anak, memiliki kesabaran, keluwesan, kejujuran penuh perhatian dan objektif. Kompetensi profeional, pendidik telah cukup menguasai menu pembelajaran yang berorientasi pada fisik anak, sosial dan emosional, bahasa dan seni ketrampilan anak,

memahami pengembangan tema pembelajaran dapat menguasai

pengembangan program yang sesuai dengan kebutuhan dan pengembangan anak didik seperti dapat merancang program semester, program mingguan dan program harian. Kompetasi sosial, pendidik telah cukup memahami anak dalam konteks kekeluargaan, budaya dan masyarakat sekitar, mampu berkomunikasi dengan anak dapat bekerja sama dengan orang tua, pihak


(50)

pemerintah dan masyarakat di sekitarnya untuk kepentingan pendidikan. Para pendidik PAUD Nurul Huda juga sudah memiliki standar sertifikasi pendidik. 3. Penerapan pembelajaran melalui metode BCCT pada peserta didik usia dini memiliki peran sangat penting dalam pengembangan sumber daya manusia, penyelengaraan pendidikan anak usia dini di PAUD Nurul Huda sudah memiliki pendekatan yang cukup tepat, sehingga dapat mengoptimalkan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik, terutama dalam melejitkan seluruh potensi kecerdasan peserta didik, ada banyak pendekatan dalam pendidikan anak usia dini, diantaranya adalah BCCT atau pendekatan sentra dan lingkaran, pendekatan BCCT mendasarkan pada asumsi bahwa peserta didik belajar melalui bermain dengan benda-benda dan orang-orang di lingkungannya, dalam bermain peserta didik berinteraki dengan lingkungan, pengalaman bermain yang tepat dapat mengoptimalkan seluruh aspek perkembangan peserta didik, baik fisik, emosi, kognisi, maupun sosial peserta didik.

4. Pengaruh pembelajaran melalui metode BCCT pada peserta didik usia dini sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik, pendekatan ini telah memperlihatkan kepada orang tua betapa pentingnya bermain sensori motorik, bermain peran, bermain pembangunan sampai munculnya keaksaraan, pendidik PAUD, pengelola, dan tenaga kependidikan lainya serta orang tua mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam penerapan pembelajaran BCCT ini, untuk mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan, dan mencerdaskan, maka metode BCCT membantu semua


(51)

pihak yang ingin mempelajari dan mencoba menerapkannya di lingkungan sekitar.

B. Rekomendasi 1. Secara Praktis

Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti mengemukakan beberapa rekomendasi kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan pengembangan program pendidikan anak usia dini terutama dalam penerapan pembelajaran metode BCCT.

a. Bagi pengelola pembelajaran ini bukan satu-satunya yang terbaik di terapkan pada kelompok bermain Nurul Huda, adapun untuk pendidik hendaknya mengembangkan ilmu pengetahuan yang lebih banyak lagi mengenai pembelajaran BCCT ini, aga menjadi pedoman bagi pendidik untuk memberikan kebebasan anak bermain sambil belajar, bisa memanfaatkan sumber daya, sumber alam yang tersedia, fasilitas, sarana prasarana yang di miliki kelompok bermain Nurul Huda.

b. Pendidik hendaknya menjadikan pendidikan lebih kreatif dalam

memberikan pembelajaran seperti adanya komputer dengan membuat perencanaan pembelajaran tahunan, semesteran, mingguan dan harian yang formatnya sudah tersedia di sekolah pendidik perlu mengembangkan dan mempraktekkan dalam pembelajaran yang berjalan, sulitnya mendapatkan referensi tentang pembelajaran metode BCCT di kecamatan sukasari ini ada baiknya yayasan memberikan fasilitas pada pendidik


(52)

untuk mengikut sertakan pendidik dalam pelatihan dan pembinaaan BCCT yang diadakan Diknas kota maupun propinsi.

2. Secara Teoritis

a. Bagi pengembang ilmu hasil penelitian ini memberikan kontribusi secara teoritis, yaitu memberikan pengembangan pada teori yang sudah ada, yaitu mengembangkan aspek-aspek yang dimiliki anak, seperti aspek kognitif, bahasa, psikomotorik, fisik, sosial emosional, kreativitas, moral dan nilai agama, serta kecakapan hidup. Sehingga hasil penelitian ini dapat mengembangkan tingkat keberhasilan anak didik bersama-sama dengan disiplin ilmu psikologi.

b. Bagi peneliti yang akan datang, agar di teliti lebih lanjut mengenai metode pembelajaran lain yang dapat di ukur pengaruhnya pada peserta didik, dan bukan saja kompetensi pendidik, namun kepeminpinan kepala sekolah juga perlu di teliti keberhasilannya dalam meningkatkan mutu PAUD, demikian juga bagi peneliti yang akan datang bidang psikologi, dapat melanjutkan penelitian ini melalui perilaku peserta didik dalam mengembangkan aspek kognitif, bahasa, psikomotorik, sosial emosional, kreativitas seni dan nilai moral agama anak didik, serta kecakapan hidup.


(1)

pemerintah dan masyarakat di sekitarnya untuk kepentingan pendidikan. Para pendidik PAUD Nurul Huda juga sudah memiliki standar sertifikasi pendidik. 3. Penerapan pembelajaran melalui metode BCCT pada peserta didik usia dini memiliki peran sangat penting dalam pengembangan sumber daya manusia, penyelengaraan pendidikan anak usia dini di PAUD Nurul Huda sudah memiliki pendekatan yang cukup tepat, sehingga dapat mengoptimalkan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik, terutama dalam melejitkan seluruh potensi kecerdasan peserta didik, ada banyak pendekatan dalam pendidikan anak usia dini, diantaranya adalah BCCT atau pendekatan sentra dan lingkaran, pendekatan BCCT mendasarkan pada asumsi bahwa peserta didik belajar melalui bermain dengan benda-benda dan orang-orang di lingkungannya, dalam bermain peserta didik berinteraki dengan lingkungan, pengalaman bermain yang tepat dapat mengoptimalkan seluruh aspek perkembangan peserta didik, baik fisik, emosi, kognisi, maupun sosial peserta didik.

4. Pengaruh pembelajaran melalui metode BCCT pada peserta didik usia dini sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik, pendekatan ini telah memperlihatkan kepada orang tua betapa pentingnya bermain sensori motorik, bermain peran, bermain pembangunan sampai munculnya keaksaraan, pendidik PAUD, pengelola, dan tenaga kependidikan lainya serta orang tua mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam penerapan pembelajaran BCCT ini, untuk mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan, dan mencerdaskan, maka metode BCCT membantu semua


(2)

pihak yang ingin mempelajari dan mencoba menerapkannya di lingkungan sekitar.

B. Rekomendasi 1. Secara Praktis

Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti mengemukakan beberapa rekomendasi kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan pengembangan program pendidikan anak usia dini terutama dalam penerapan pembelajaran metode BCCT.

a. Bagi pengelola pembelajaran ini bukan satu-satunya yang terbaik di terapkan pada kelompok bermain Nurul Huda, adapun untuk pendidik hendaknya mengembangkan ilmu pengetahuan yang lebih banyak lagi mengenai pembelajaran BCCT ini, aga menjadi pedoman bagi pendidik untuk memberikan kebebasan anak bermain sambil belajar, bisa memanfaatkan sumber daya, sumber alam yang tersedia, fasilitas, sarana prasarana yang di miliki kelompok bermain Nurul Huda.

b. Pendidik hendaknya menjadikan pendidikan lebih kreatif dalam memberikan pembelajaran seperti adanya komputer dengan membuat perencanaan pembelajaran tahunan, semesteran, mingguan dan harian yang formatnya sudah tersedia di sekolah pendidik perlu mengembangkan dan mempraktekkan dalam pembelajaran yang berjalan, sulitnya mendapatkan referensi tentang pembelajaran metode BCCT di kecamatan sukasari ini ada baiknya yayasan memberikan fasilitas pada pendidik


(3)

untuk mengikut sertakan pendidik dalam pelatihan dan pembinaaan BCCT yang diadakan Diknas kota maupun propinsi.

2. Secara Teoritis

a. Bagi pengembang ilmu hasil penelitian ini memberikan kontribusi secara teoritis, yaitu memberikan pengembangan pada teori yang sudah ada, yaitu mengembangkan aspek-aspek yang dimiliki anak, seperti aspek kognitif, bahasa, psikomotorik, fisik, sosial emosional, kreativitas, moral dan nilai agama, serta kecakapan hidup. Sehingga hasil penelitian ini dapat mengembangkan tingkat keberhasilan anak didik bersama-sama dengan disiplin ilmu psikologi.

b. Bagi peneliti yang akan datang, agar di teliti lebih lanjut mengenai metode pembelajaran lain yang dapat di ukur pengaruhnya pada peserta didik, dan bukan saja kompetensi pendidik, namun kepeminpinan kepala sekolah juga perlu di teliti keberhasilannya dalam meningkatkan mutu PAUD, demikian juga bagi peneliti yang akan datang bidang psikologi, dapat melanjutkan penelitian ini melalui perilaku peserta didik dalam mengembangkan aspek kognitif, bahasa, psikomotorik, sosial emosional, kreativitas seni dan nilai moral agama anak didik, serta kecakapan hidup.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anggani, Agus etty Fawzia (2009). Pengembangan Anak Usia Dini, Gramedia Jakarta.

Depdiknas ( 2004 ), Lebih jauh tentang sentra dan saat lingkaran, bahan pelatihan Jakarta : Direktorat pendidikan anak usia dini, Ditjen PLS dan Pemuda, Depdiknas.

--- ( 2006 ) Pedoman pendekatan Betond Center and Circle Time (BCCT), dalam pendidikan Anak Usia Dini.

--- ( 2007 ) Naskah Akademik dan Rambu-rambu penyelenggaraan PG PAUD. Jakarta : Dikti-Depdiknas.

Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah Depdiknas, ( 2006 ) Bahan Ajar Pelatihan Tenaga Pendidik PAUD, Jakarta.

--- Pendidikan Anak Usia Dini ( 2002 ) Pelatihan Pengelolaan dan Tenaga Pendidik Kelompok Bermain, Jakarta.

--- Pendidikkan Madrasah Raudhatul Athfal, (2007 ) Kurikulum dan pedoman penilaian Raudhatul Athfal, Jakarta.

Dit. PADU, Ditjen PLSP, Depdiknas, Sekolah Al-Falah, jakarta Timur dan CCCRT, (2004 ) Lebih Jauh tentang Sentra dan saat Lingkaran, Bermain Anak jilid 1, Pijakkan dan Penilaian Main Anak Usia Dini. Jakarta.

Florida ( 2005 ), Florida Voluntary Prekindegarten Education Standars, Florida : Departemen of Education.

Handoko, D. ( 2008 ), Mengajar dengan sentra dan lingkaran, dalam Pena Pendidikan (on-line) http://www.penapendidikan.com mengajar dengan sentra dan lingfkaran.Diakses 11 November 2008.

Hurlock, E.B. (1991 ) Perkembangan Anak, Jakarta : Erlangga.

Komaruddin ( 2006 ) Pengembangan dan pelatihan Sumber Daya Manusia, Bandung : Penerbit Kappa Sigma.

Moleong, L. J. (2007) Metodologi Penelitian Kualitatiaf, Edisi Revisi, Bandung, PT Remaja Rosdakarya.


(5)

MUI, PAUD, DIKJEN PLS dan Pemuda,(2005). Pendidikan Anak Usia Dini menurut pandangan Islam. Jakarta.

Mulyasa, E. ( 2005 ) Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru, Bandung, PT Remaja Rosdakarya.

Munandar, S.C.U (1985), Mengembangkan bakat dan Kreatifitas Anak Sekolah Petunjuk Bagi Orang Tua dan Guru, Jakarta : PT. Gramedia. Nakita (2009), Kecerdasan Pola Bermain Pada Anak., Majalah Ilmiah Populer,

Jakarta.

Rahayu Kariadinata, (2008). Model pembelajaran dengan pendekatan beyond Centers and Circle Time ( BCCT) : Suatu Pendekatan Inovatif Untuk RA/TK. UIN Bandung.

Saeful Sagala (2005). Pembelajaran Pedagogik. Gramedia. Jakarta.

Semiloka Nasional (2005). Menyongsong Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini Jalur pendidikan Nonformal, UGM.

--- (2007). Falsafah Landasan Filosofis PAUD. Universitas Negeri Jakarta. Jakarta

Sudjana, D. (2004). Pendidikan non formal (wawasan, sejarah perkembangan, filsafat, dan teori pendukung, serta Azas ). Bandung, Falah Production.

--- (2004 ). Manajemen Program pendidikan ,Bandung : Falah Production.

--- (2005 ). Metode dan teknik Pembelajaran Partisipasif, Bandung : Falah Production.

--- ( 2006 ). Evaluasi Program pendidikan Luar Sekolah, Bandung : Falah Production.

Sugiono, ( 2007 ). Metode Penelitian Pendidikan, Bandung Alfabeta.W

Sulistyo, S. H. ( 2008) BCCT cocok untuk pendidikan Anak usia Dini dalam http://www.bisnis.com ( senin 17/12/2008 12:30 WIB).

Syodih, S, ( 2007 ). Metode Penelitian pendidikan, Kerja Sama Program Pasca Sarjana UPI Bandung, Remaja Rosdakarya.


(6)

Trisnamansyah, S. (2000 ), Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Handout Perkuliahan Program Studi Pendidikan Luar Sekolah, Bandung Sekolah Pasca Sarjana UPI.

--- (2007 ), Metode Penelitian, Handout Perkuliahan Program Studi Pendidikan Luar Sekolah, Bandung Sekolah Pasca Sarjana UPI.

Winarsih, B. (2007 ). Media bermain dan kegiatan bermain Anak PAUD metode BCCT. KB. Kuncup Mekar.