PENDIDIKAN GURU PENDIDIK ANAK USIA DINI (1)
1
A. JUDUL
PENERAPAN METODE BERMAIN PASIR DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI (Penelitian
Tindakan Kelas di TK Pertiwi Desa Sunia Kecamatan Banjaran Kabupaten
Majalengka Tahun Pelajaran 2016/2017).
B. BIDANG KAJIAN
PENDIDIKAN GURU PENDIDIK ANAK USIA DINI
C. PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pentingnya pendidikan anak usia dini sebagai pondasi dari awal
pertumbuhan dan perkembangan mereka dimasa datang, maka optimalisasi
pendidikan ditiga lingkungan yaitu, keluarga, masyarakat, dan sekolah menjadi
sangat penting. Aspek-aspek yang dikembangkan dalam hal ini diantaranya aspek
fisik, sosial, emosional, dan kognitif anak saling berkaitan dan saling
mempengaruhi satu sama lain. Perkembangan fisik anak meliputi motorik kasar
dan motorik halus. Perkembangan motorik halus ditaman kanak-kanak ditekankan
pada koordinasi gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan
meletakan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan. Salah
satu aktivitas pendidikan yang cocok untuk diterapkan adalah seperti
dikemukakan oleh Solehudin (2009:110) adalah “Aktivitas-aktivitas motorik halus
seperti menggambar atau membuat bentuk-bentuk tertentu dengan tanah liat perlu
di prioritaskan sebagai persiapan untuk mempelajari keterampilan-keterampilan
akademik dasar yang anak alami di SD”.
Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan
dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan.
Saraf motorik halus dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan
rangsangan yang kontinu secara rutin seperti bermain puzzle, menyusun balok,
memasukan benda
kedalam lubang sesuai dengan bentuknya, membuat garis,
melipat kertas dan sebagainya. Kemampuan motorik halus anak berbeda-beda
dalam hal kekuatan maupun ketepatannya
1 dan dipengaruhi oleh pembawaan anak
serta stimulasi yang didapatnya. Lingkungan atau orang tua mempunyai pengaruh
yang lebih besar dalam kecerdasan motorik halus, lingkungan dapat meningkatkan
2
atau menurunkan taraf kecerdasan anak, terutama pada masa-masa kehidupannya.
Kemampuan motorik halus bisa dikembangkan dengan cara anak-anak bermain
dalam suasana suka cita, gembira dan penuh kasih sayang (seperti bermain
menggali pasir, tanah, menuang air, pasir, dll).
Hamdani (2010:03), beberapa kemampuan motorik halus yang penting
bagi anak untuk dikembangkan adalah. 1) mampu melengkungkan telapak tangan
membentuk cekungan. 2) menggunakan jari telunjuk dan jempol untuk memegang
suatu benda, sambil menggunakan jari manis untuk kestabilan tangan mereka. 3)
membentuk lengkung dengan jempol dan telunjuk. Motorik halus adalah gerakan
yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot kecil
(halus) serta memerlukan koordinasi yang cermat seperti menggenggam,
mengambar, menyusun balok, memasukan kelereng, kedalam lobang, membuka
dan menutup objek yang mudah, menuang air tanpa berceceran, bermain pasir,
menggunakan koas, krayon, spidol, serta melipat (Departemen Pendidikan
Nasional, 2008:10).
Berdasarkan permendiknas nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional pada pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa ; “Pendidikan anak
usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan yang utuh membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.
Posisi anak disatu pihak berada pada masa rawan dan labil manakala anak
kurang mendapatkan rangsangan positif dan menyeluruh, pemberian rangsangan
melalui pendidikan untuk anak usia dini perlu diberikan secara komprehensip,
dalam makna anak tidak hanya dicerdaskan otaknya akan tetapi cerdas juga dalam
aspek lain, karena fakta dilapangan masih banyak anak yang bermasalah
diperkembangkan motorik halusnya, seperti belum mampu memegang pensil
dengan benar, belum mampu memegang gunting, dan memegang krayon. Hal ini
sering menimbulkan masalah dan sering menjadikan anak mendapatkan hambatan
saat menyeleseikan tugasnya. Pada dasarnya semua orang sangat menyukai
bermain, dari bayi hingga remaja bahkan sampai dewasa. Hanya saja
dibandingkan remaja dan orang dewasa, anak-anak menghabiskan sebagian
3
waktunya dengan bermain, karena bermain adalah kegiatan yang menyenangkan
bagi anak, dan anak melakukanya setiap hari dengan senang hati. Dalam keadaan
senang dan santai tanpa disadari anak akan lebih mudah mempelajari banyak hal,
sehingga dengan bermain anak akan tumbuh dan berkembang (Pudjiati 2011:7-9).
Beberapa pendapat yang menjelaskan tentang masa kanak-kanak yang
dikenal dengan masa bermain, hal ini dikarenakan anak-anak menghabiskan
sebagian waktunya dengan bermain, karena dengan bermain merupakan hal
menyenangkan bagi anak-anak, dengan hal ini anak-anak terkadang tidak
menyadari dengan bermain anak akan mempelajari banyak hal. Untuk itu metode
yang bisa dilakukan oleh guru dalam membantu anak yang mengalami kesulitan
dalam motorik halus adalah dengan kegiatan bermain pasir. Salah satu yang
banyak ditemui dan paling mudah dicari di lingkungan pendidikan anak usia dini
khususnya di lingkungan TK Pertiwi Sunia adalah pasir. Oleh karena itu
permainan atau pendidikan yang menggunakan media pasir harus lebih
ditingkatkan dan dipergunakan dalam proses pendidikan dengan tujuan untuk
meningkatkan kemampuan motorik halus anak yang nantinya akan melatih
kekuatan, keluwesan pergelangan serta ketepatan dan ketelitian anak dalam
melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan. Mayoritas yang
menyukai pasir karena pasir berstektur lembut yang enak dipegang dan
digenggam oleh tangan anak kecil, selain itu pasir bersifat multiguna karena
mudah diubah bentuknya kebentuk lain sehingga dapat menghasilkan sebuah
karya seni dengan tujuan imajinasi anak.
Menurut Astuti (2008:10) mengemukakan bahwa bermain pasir bisa
digunakan untuk menstimulasi motorik halus, lakukan dipantai atau sediakan pasir
bersih di sepetak bidang di halaman rumah, jangan takut kotor. Montolalu B.E.F
(2005:7.13a), perkembangan motorik halus terjadi ketika anak bermain pasir, anak
dapat membuat gambar-gambar diatas pasir, menulis dengan jarinya maupun
dengan kayu/ranting diatas pasir, mencetak telapak tangan diatas pasir, mencetak
pasir dengan berbagai bentuk, membuat istana dari pasir dan membuat
terowongan dari pasir.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di TK pertiwi Desa Sunia
penulis menemukan beberapa permasalahan diantaranya kemampuan motorik
4
halus anak di TK Pertiwi Desa Sunia belum optimal dengan kenyataan di
lapangan yang terlihat bahwa terdapat 12 anak 60 % dari 20 anak yang belum
mampu memegang pensil dengan benar, memegang gunting dan menggunting
mengikuti garis pola, serta memegang krayon. Permasalahan diatas menjadi
tanggung jawab bagi guru untuk melakukan tindakan kelas dalam meningkatkan
proses pendidikan. Salah satunya dengan memilih metode yang tepat dan sesuai
dalam menyikapi keterbatasan tersebut dengan begitu diharapkan akan
meningkatkan perkembangan motorik halus anak menjadi lebih optimal.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penerapan Metode Bermain Pasir
dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini di TK Pertiwi
Desa Sunia Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka Tahun Pelajaran
2016/2017”.
D. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dapat
diperoleh identifikasi masalah sebagai berikut :
1. Anak kurang mampu atau kesalahan melakukan gerak misal saat memegang
pensil, Krayon dan gunting
2. Kemampuan motorik halus anak belum terlatih secara optimal
3. Strategi yang kurang dalam membantu merangsang perkembangan motorik
halus anak sehingga anak-anak sering bermasalah dalam menjalankan tugas
perkembangan motorik halusnya
4. Anak kurangnya mandiri dalam kegiatan menulis, menggunting, mewarnai
5. Kemampuan motorik halus anak belum telatih secara optimal seperti
menggunakan jari-jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat.
E. BATASAN MASALAH
Permasalahan yang dikemukakan penulis sangat luas, dan perlu
dilakukan pembatasan masalah agar masalah yang dikaji terarah pada sasaran
yang telah ditentukan. Oleh karena itu, masalah dalam penelitian ini dibatasi
sebagai berikut.
1. Penerapan metode bermain pasir untuk meningkatkan kemampuan motorik
halus anak agar kemampuan belajar siswa lebih baik.
5
2. Kemampuan motorik halus anak adalah kemampuan yang berhubungan
dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi matatangan.
3. Proses kegiatan pembelajaran dengan penerapan metode bermain pasir untuk
meningkatkan kemampuan motorik halus anak meliputi ; kegiatan
pembukaan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
4. Subjek penelitian adalah anak TK Pertiwi Desa Sunia Kecamatan Banjaran
Kabupaten Majalengka Tahun Pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 20 orang.
F. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti menetapkan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah persiapan pembelajaran bermain pasir untuk meningkatkan
kemampuan motorik halus anak di TK Pertiwi Desa Sunia tahun pelajaran
2016/2017 ?
2. Bagaimanakah proses penerapan metode bermain pasir untuk meningkatkan
kemampuan motorik halus anak TK Pertiwi Desa Sunia tahun pelajaran
2016/2017 ?
3. Bagaimanakah hasil penerapan metode bermain pasir untuk meningkatkan
kemampuan motorik halus anak TK Pertiwi Desa Sunia tahun pelajaran
2016/2017 ?
G. TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran dengan penerapan metode
bermain pasir untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK
Pertiwi Desa Sunia tahun pelajaran 2016/2017.
2. Mendeskripsikan proses pembelajaran dengan penerapan metode bermain
pasir untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK Pertiwi
Desa Sunia tahun pelajaran 2016/2017.
3. Mendeskripsikan hasil penerapan metode bermain pasir untuk meningkatkan
kemampuan motorik halus anak di TK Pertiwi Desa Sunia tahun pelajaran
2016/2017.
H. MANFAAT PENELITIAN
6
Adapun manfaat penelitian yang diperoleh dari penelitian ini, diantaranya
sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
Dapat menambah wawasan mengenai kegiatan keberhasilan penerapan
metode bermain pasir dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
2. Secara Praktis
a) Bagi Guru
Penelitian ini dijadikan pedoman dalam pemilihan metode
pembelajaran yang tepat dan relevan dalam meningkatkan kemampuan
motorik halus anak.
b) Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk
mengadakan penelitian selanjutnya.
c) Bagi lembaga STKIP Sebelas April Sumedang
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan, perbandingan
dan bahan referensi untuk menambah wawasan mahasiswa lain. Dalam upaya
menambah wawasan ilmu pengetahuan.
d) Bagi Kepala TK
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan acuan
melaksanakan pembinaan pada guru untuk meningkatkan proses
pembelajaran agar proses belajar siswa mencapai hasil yang optimal.
I. ANGGAPAN DASAR
Menurut Surakhmad (1994:107), menyatakan bahwa :
“Anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang
kebenarannya di terima oleh penyidik dapat merumuskan postulat yang
berbeda, seorang penyidik mungkin saja meragukan suatu anggapan
dasar oleh orang lain diterima sebagai kebenaran”.
Atau anggapan dasar juga dikatakan sebagai “sederetan asumsi yang kuat
kedudukan permasalahannya” (Arikunto, 1998:80).
Bertolak dari pendapat diatas, maka yang menjadi anggapan dasar dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Salah satu faktor penting yang menunjukan keberhasilan dalam proses belajar
mengajar dikelas adalah kegiatan belajar yang dikelola dengan berorientasi
pada pembelajaran yang konkrit (nyata) dan praktik.
b) Metode pembelajaran dengan permainan pasir akan dapat dijadikan model
untuk merangsang kemampuan motorik halus.
7
c) Kemampuan guru dalam memilih teknik pembelajaran yang akan digunakan
merupakan salah satu penentu keberhasilan anak usia dini dalam belajar.
d) Salah satu prinsif pembelajaran anak usia dini yaitu pembelajaran berpusat
pada anak sehingga anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran aktif
melakukan sendiri.
J. HIPOTESIS
Hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang dikaji,
jawaban sementara itu belum tentu benar sebelum dibuktikan atau di uji
kebenarannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sudjana (1987:37) menyatakan
bahwa : “Hipotesis adalah pendapat yang kebenaranya masih rendah atau kadar
kebenarannya masih belum menyakinkan, sehingga kebenaran pendapat tersebut
perlu di uji atau di buktikan.
Berdasarkan uraian diatas maka Hipotesis Alternatif (HA) yang diajukan
dalam penelitian ini adalah penerapan metode bermain pasir adalah untuk
meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia dini di TK Pertiwi Desa Sunia
Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka tahun pelajaran 2016/2017.
K. DEFINISI OPERASIONAL
Dibawah ini diuraikan pengertian istilah-istilah yang digunakan dalam
penelitian ini, sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas tentang
permasalahan yang dibahas.
1. Bermain pasir adalah permainan yang menyenangkan bagi anak-anak dengan
menggunakan bahan media yang bertekstur lembut yang enak dipegang dan
digenggam oleh tangan anak. Selain itu, bahan ini bersifat multiguna karena
mudah diubah bentuknya kebentuk lain sehingga dapat menghasilkan sebuah
karya seni sesuai daya imajinasi anak. Bermain pasir bisa digunakan untuk
menstimulasi motorik halus anak, dilakukan di pantai atau sediakan pasir
bersih di sepetak bidang di halaman rumah, jangan takut kotor. Astuti
(2008:10).
2. Kemampuan motorik halus sangat diperlukan anak agar mereka dapat tumbuh
kembang secara optimal. Aswanti (2007:10) menyatakan “motorik halus
berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan koordinasi mata
dan tangan” perkembangan motorik halus adalah bertambahnya kapasitas
8
fungsi dan kemampuan organ tubuh dalam melakukan pergerakan yang
melibatkan otot kecil dan koordinasi
mata dan tangan, seperti kekuatan,
keluwesan pergelangan tangan, ketepatan dan ketelitian dalam mengambil
sesuatu.
L. LANDASAN TEORI
1. Metode bermain pasir
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan atas dasar suatu kesenangan dan
tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Kegiatan tersebut dilakukan secara suka
rela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak lain. Para pakar sering menyatakan
bahwa dunia anak adalah dunia bermain. bermain terungkap dalam berbagai
bentuk apabila anak-anak sedang beraktivitas. Bermain dapat berupa gerakan,
seperti berlari, melempar bola, memanjat, ataupun kegiatan berpikir seperti
menyusun puzzle atau mengingat kata-kata sebuah lagu, dapat pula melakukan
bermain kreatif dengan menggunakan krayon, plastisin, tanah liat, atau pasir.
Dalam kehidupan anak, bermain mempunyai arti yang sangat penting
dapat dikatakan bahwa anak yang sehat selalu mempunyai dorongan untuk
bermain sehingga dapat dipastikan bahwa anak yang tidak bermain-main pada
umumnya dalam keadaan sakit jasmani maupun rohani.
Sementara Montolulu (2007:13) menyatakan bahwa bermain mempunyai
arti sebagaimana dalam bentuk rangkuman sebagai berikut.
(1) Anak dapat memperoleh minat kesempatan mengembangkan potensipotensi yang ada padanya, (2) Anak dapat menemukan dirinya, yaitu
kekuatan dan kelemahanya, kemampuan serta minat dan kebutuhannya,
(3) Memberikan peluang bagi anak untuk berkembang seutuhnya baik
fisik, intelektual, bahasa dan prilaku, (4) Anak terbiasa menggunakan
aspek panca indranya sehingga terlatih dengan baik, (5) Secara alamiah
memotivasi anak untuk mengetahui sesuatu lebih mendalam lagi.
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa bermain bagi
anak merupakan
suatu
kebutuhan
dan
memiliki
peran
penting dalam
mengembangkan berbagai aspek perkembangannya. Bermain secara tidak
langsung merupakan pendekatan belajar, karena pada dasarnya pendidikan TK
memiliki prinsip bermain melalui belajar dan belajar melalui bermain.
1) Pengertian bermain pasir
9
Bermain pasir adalah permainan yang menyenangkan bagi anak-anak
dengan menggunakan bahan atau media yang bertesktur lembut yang enak
dipegang dan digenggam oleh tangan anak. Selain itu, bahan itu bersifat
multiguna karena mudah diubah bentuknya kebentukan lain sehingga dapat
menghasilkan sebuah karya seni sesuai daya imajinasi anak. Bermain pasir bisa
digunakan menstimulasi motorik halus anak, lakukan di pantai atau sediakan pasir
bersih di sepetak bidang di halaman rumah, jangan takut kotor Astuti (2008:10).
Tanah dan lumpur sebenarnya adalah alat permainan yang dekat dengan
anak, pasir memiliki tekstur yang lain dengan lumpur atau tanah, pasir juga
digemari oleh anak sehingga usia dewasa karena bernilai tinggi dalam pendidikan.
Kebanyakan bak pasir di buat dari kayu bentuk dan ukuran dapat diciptakan
sendiri sesuai dengan tempat, kemampuan dan kebutuhan sekolah untuk menjaga
kebersihan sebaiknya guru membuat peraturan yang konsisten dilihat dari segi
kemudahan membersihkan anak dari pasir yang melekat, sebaiknya bak pasir di
tempatkan dekat keran air / dipersiapkan satu ember. Hal ini di perlukan untuk
mencuci tangan dan akan membantu kebiasaan anak untuk ikut bertanggung
jawab terhadap kebersihan dan pemeliharaan perabotan sekolah. Bila pasir tidak
digunakan bak pasir harus ditutup, karena takut kotoran binatang akan merugikan
anak.
2) Manfaat bermain pasir
Mengenai manfaat bermain pasir dengan kegiatan mengisi, mencetak dan
menuang yang dilakukan oleh anak. Astuti (2008:10) mengatakan : “manfaat
bermain pasir adalah melatih kekuatan pergelangan tangan, keluwesan
pergelangan tangan serta presisi”, pasir merupakan media penting dalam dunia
anak, sekalipun orang dewasa tidak menyadarinya.
Adapun manfaat bermain pasir bagi anak-anak (dalam Parent
Guide:2010) antara lain :
a) Psikomotor, anak-anak bermain pasir menggunakan jari, tangan, lengan dan
melatih koordinasi diantaranya. Menggali pasir menggunakan sekop,
membentuk menggunakan berbagai cetakan melatih otot-otot, koordinasi
mata dan motorik halus.
b) Kognitif, bermain pasir menambah pengetahuan anak mengenai berbagai
bentuk, ukuran, perubahan wujud sehingga meningkatkan kecerdasan anak.
10
c) Sensori, bermain pasir merangsang anak untuk mengasah kemampuan sensori
melalui sentuhan kulitnya.
d) Sosial, bermain pasir bersama teman akan meningkatkan kemampuan sosial
untuk saling berbagi, membantu, melakukan kompromi, meminta sesuatu,
menawarkan mainan dan juga membangun hubungan persahabatan.
e) Bahasa, saat bermain bersama teman, komunikasi verbal yang terjadi dua
arah akan semakin memperkaya kosa kata dan memperlancar bicara anak.
3) Langkah-langkah bermain pasir
Langkah yang harus dilakukan dalam bermain pasir adalah sebagai
berikut :
a) Guru
menentukan
peralatan
sebelum
anak
bermain
pasir
dan
mempersiapkan perlatan yang diperlukan sebelum bermain pasir.
b) Merupakan langkah inti yaitu sebagai berikut :
1. Guru membiarkan anak mengisi pasir kedalam ember / wadah sampai
penuh.
2. Kemudian guru menyuruh anak untuk menuangkan dengan cara
membalikan ember / wadah tadi yang sudah diisi pasir tersebut.
3. Dengan pasir yang tersedia guru membiarkan anak mencetak bentuk
sesuai
dengan
imajinasinya
seperti
membuat
gunung, segi
empat, lingkaran dan sebagainya.
4. Sambil dicetak guru menjelaskan pada anak nama-nama yang sedang
dicetak untuk menambah perbendaharaan kata.
2. Kemampuan motorik halus anak
1) Pengertian kemampuan motorik halus
Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan
dengan kemapuan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata, tangan.
Makin muda usia anak semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk
berkonsentrasi pada kegiatan yang berkaitan dengan kemampuan motorik halus,
hampir setiap hari anak menggunakan keterampilan motorik halusnya misal
mengancing baju, makan dengan menggunakan sendok, mengikat tali sepatu saat
menggunakan sepatu, jika sekolah anak mengerjakan hal-hal seperti menggunting,
menulis, mewarnai, anak meronce manik-manik dan lain sebagainya.
Kemapuan motorik halus sangat penting dalam kehidupan anak. Namun
dengan berkembangnya teknologi seperti sekarang banyak anak yang bermain
dengan vidio games sehingga anak-anak jarang bermain menggunakan permainan
11
yang menggunakan motorik halus, misal bermain pasir, bermain permainan
tradisional misal bermain kelereng. Sehingga hal ini pun dapat menyebabkan
kurang berkembangnya otot-otot halus pada tangan. Sehingga anak bisa
mengalami kesulitan dalam menggunakan alat tulis ketika anak masuk sekolah.
Sumantri (2010:143) mengatakan bahwa “motorik halus adalah
pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari jemari dan
tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi dengan tangan”.
Motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu saja dan dilakukan oleh otot kecil seperti keterampilan menggunakan jari
jemari tangan dan pergelangan tangan yang tepat. Aswanti (2007:10) mengatakan
“motorik halus berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan
koordinasi mata dan tangan”.
Depdiknas (2008:20) bahwa motorik halus adalah gerakan yang
melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil (halus)
serta memerlukan koordinasi yang cermat seperti menggunting, meremas,
mengenggam, menggambar, menyusun balok, memasukan kelereng kelubang,
membuka dan menutup objek dengan mudah, menuangkan pasir kedalam wadah,
menuangkan air kedalam wadah tanpa berceceran. Dengan demikian motorik
halus adalah segala kegiatan yang menggunakan otot halus pada bagian tubuh
tertentu serta membutuhkan koordinasi yang cermat.
2) Tahapan perkembangan motorik halus anak
a. Usia 2-3 bulan mulai bisa membuka dan mengepal jari-jemarinya.
b. Usia 1-2 tahun menggambar garis lurus, menyusun menara dari balok.
c. Usia 3-4 tahun menyusun menara dari balok-balok sampai 7 balok.
Menggambar garis lingkaran.
d. Usia 4-5 tahun mengerjakan puzzle, mengancingkan baju, menarik garis
lurus, miring, melipat kertas, melempar dan menangkap bola.
3. Fungsi meningkatkan motorik halus pada anak usia 4-6 tahun
Meningkatkan motorik halus pada anak usia 4-6 tahun menurut Sumantri,
(2005:146) adalah :
1) Mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan
dengan keterampilan gerak kedua tangan.
12
2) Mampu menggerakan anggota tubuh yang berhubungan dengan gerak jarijemari seperti kesiapan menulis, menggambar dan memanipulasi bendabenda.
3) Mampu mengkoordinasikan indra mata dan aktivitas tangan.
4) Mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik halus.
4. Hubungan bermain pasir dengan kemampuan motorik halus anak
usia dini
Dalam proses pendidikan anak usia dini merupakan salah satu
penyelenggaraan pendidikan dan perkembangan anak yang disesuaikan dengan
tahapan-tahapan perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini menurut Hartati
(2005:14) menyatakan bahwa beberapa karakterisitik anak usia dini adalah
sebagai berikut :
a. Memiliki rasa ingin tahu yang besar,
b. Merupakan pribadi yang unik,
c. Suka berfantasi dan berimajinasi,
d. Masa paling potensial untuk belajar,
e. Menunjukan sikap egosentris.
f. Memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek,
g. Sebagai bagian mahluk sosial,
h. Bermain merupakan dunia masa kanak-kanak.
Dengan bermain pasir sebagai alat permainan bagi anak berarti guru
sudah menciptakan pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan sekaligus
memberikan stimulasi bagi anak untuk melakukan keterampilan motorik sehingga
keterampilan motorik halus anak dapat meningkat. Upaya untuk meningkatkan
kemampuan motorik halus anak dapat dilakukan dengan berbagai cara. Astuti
(2008;10) mengatakan : “lima permainan vmotorik halus. Tak hanya motorik
kasar, motorik haluspun perlu dilatih. Supaya menyenangkan dilakukan dengan
cara bermain”. Oleh karena itu usia dinivterutama dibawah 2 tahun menjadi masa
yang paling peka dan potensial bagi anak untuk mempelajari sesuatu.
Berdasarkan uraian diatas penulis menduga serta menyimpulkan bahwa
ada hubungannya bermain pasir dengan kemampuan motorik halus anak, karena
dengan bermain pasir anak dilatih untuk mengisi, menuang dan mencetak. Latihan
mengisi, menuang dan mencetak dapat memberikan manfaat untuk melatih
13
kekuatan, keluwesan pergelangan tangan serta ketepatan dan ketelitian anak
dalam melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan.
M. PROSEDUR PENELITIAN
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan
kelas (PTK), melalui ptk ini dapat dilakukan refleksi terhadap pembelajaran
dengan tindakan. Tindakan tersebut dapat memperbaiki pembelajaran di kelas.
Sesuai dengan tujuan PTK yaitu, penelitian tindakan dalam bidang pendidikan
yang dilaksanakan dalam kelas untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pembelajaraan.
Penelitian ini dimaksud untuk meneliti efektif tidaknya penerapan
metode bermain pasir untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia
dini di TK Pertiwi Desa Sunia Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka tahun
pelajaran 2016/2017. Penulis berkeinginan untuk meningkatkan kemampuan
motorik halus anak yang selama ini menurut pengamatan penulis masih tergolong
rendah.
Dijelaskan oleh Arikunto (2011:3) mengemukakan bahwa :
Metode penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan tehadap
kegiatan berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi
dalam sebuah kelas secara bersama, tindakan tersebut diberikan oleh
guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan siswa.
Penelitian tindakan kelas merupakan satu cara untuk menumbuh
kembangkan pembaruan yang dapat meningkatkan atau memperbaiki hasil belajar
siswa, agar PTK dapat dilangsungkan secara benar, berbagai kondisi harus
dipenuhi.
2. Desain / Rancangan Penelitian
Dalam penelitian yang digunakan penulis adalah model penelitian yang
dikemukakan oleh Arikunto (Suryadi, 2010:50) “empat langkah dalam melakukan
PTK, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi”.
Berdasarkan uraian diatas bahwa penelitian tindakan yang terencana
untuk memecahkan permasalahan dalam bentuk tingkatan atau daur yang
memungkinkan terjadinya kelompok maupun kerja mandiri secara intensif.
14
Gambaran ke empat langkah dalam PTK yaitu.
Perencanaan
Refleksi
Siklus I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
Siklus II
Pelaksanaan
Pengamatan
Sirklus Penelitian Tindakan Kelas
Arikunto (2011)
Tahapan-tahapan PTK
1) Tahap 1, menyusun rencana tindakan (Planing)
Tahap ini menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh
siapa, dan
bagaimana
tindakan
tersebut
dilakukan.
Dalam
tahap
menyusun rencana ini menentukan titik atau fokus peristiwa yang
perlu mendapat perhatian khusus untuk diamati kemudian membuat
instrumen pengamatan untuk membantu merekam fakta yang terjadi
selama tindakan berlangsung.
2) Tahap 2, pelaksanaan tindakan (Acting)
Tahapan ke-2, dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan
implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan
kelas.
3) Tahap 3, pengamatan (Observing)
15
Tahapan ke - 3, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat
guru pelaksana yang berstatus sebagai pengamat yang melakukan
pengamatan balik terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung.
4) Tahap 4,
Tahap ke-4, merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang
sudah dilakukan. Keempat tahap dalam penelitian tersebut adalah unsur
untuk
membuat sirklus
kembali
yaitu satu putaran kegiatan beruntun yang
kelangkah semula. Jadi satu sirklus adalah tahapan penyusun
rancangan sampai dengan refleksi.
3. Lokasi dan Subjek Penelitian
a) Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di TK Pertiwi Desa Sunia Kecamatan
Banjaran Kabupaten Majalengka tahun pelajaran 2016/2017.
Tabel 1
Daftar pengelola TK Pertiwi Desa Sunia
No
Nama
Pendidikan
Terakhir
Jabatan
1.
Dedeh Nurpatiana, S.Pd.Aud.
S1
Kepala
Sekolah
2.
Yike Wasiatfujianti, S.Pd.Aud.
S1
GURU
3.
Yeni Rustiana
SMU
GURU
Ket
b) Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah peserta didik di TK Pertiwi Desa
Sunia Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka. Jumlah sampel peserta
didik di TK Pertiwi Desa Sunia Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka
sebanyak 20 orang anak yang terdiri dari 13 anak laki-laki dan 7 anak
perempuan.
Tabel 2
DAFTAR NAMA ANAK TK PERTIWI DESA SUNIA
No
Nama
L/P
Tempat Lahir
Tanggal Lahir
1.
Erna Adistia
P
Majalengka
10 – 10 – 2010
2.
Fauzan Faturahman
L
Majalengka
23 – 12 – 2010
16
3.
Fazrul Dzikri Abdi
L
Majalengka
20 – 07 – 2011
4.
Fahmi Hidayatulloh
L
Majalengka
02 – 09 – 2011
5.
Keysa Ranti Maharani
P
Majalengka
27 – 04 – 2011
6.
Nazwa Else Rinjani
P
Majalengka
07 – 07 – 2011
7.
Muhamad Wildan Fajrian
L
Majalengka
27 – 12 – 2011
8.
Rifki Aditia Hernawan P
L
Majalengka
26 – 10 – 2010
9.
Rina Jihandini
P
Majalengka
09 – 08 – 2010
10. Muhamad Rifki Akbar P
L
Majalengka
10 – 03 – 2011
11. Kautsar Novia Rahayu
P
Majalengka
14 – 12 – 2010
12. Sifa Rifani Nurhafilah
P
Majalengka
22 – 06 – 2010
13. Efrin Rovanoris Effendi
L
Majalengka
05 – 05 – 2011
14. Difki Maulana
L
Majalengka
09 – 06 – 2010
15. Azka Azzami
L
Majalengka
27 – 04 – 2013
16. Widi Lusiana
P
Majalengka
11 – 08 – 2010
17. Rizki Firmansyah
L
Majalengka
23 – 08 – 2010
18. Rudi Agustia
L
Majalengka
07 – 03 – 2010
19. Ridwan Maulana
L
Majalengka
17 – 09 – 2010
20. Juan Herdiansyah
L
Majalengka
20 – 07 – 2010
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan prosedur bagaimana cara
mendapatkan dan menggumpulkan data yang diinginkan terutama adalah data dari
indikator-indikator keberhasilan tindakan, dengan menggunakan instrumeninstrumen pengumpulan data yang sesuai. Sesuai karakteristik penelitian
kualitatif, penelitian berperan serta sebagai pengumpul data sekaligus alat
pengumpul data yang utama.
Data penelitian yang dikaji dalam penelitian ini yaitu data pelaksanaan
tindakan yang diperlukan untuk mengetahui efektifitas penerapan metode bermain
pasif dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak dengan menggunakan
observasi kegiatan.
Adapun teknik dan alat pengumpulan data pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a) Observasi
17
Penelitian mengadakan pengamatan langsung pada kegiatan permainan untuk
merekam data rentang prilaku, aktivitas atau kejadian-kejadian lain.
b) Penilaian
Penilaian dapat dipakai untuk mengukur kemampuan awal, baik kemampuan
awal perkembangan /peningkatan selama dikenai tindakan dan kemampuan
pada akhir sirklus tindakan.
5. Teknik Analisis Data
Teknik ini dipakai sebagai upaya menganalisis dokumen dapat berupa
Rencana Kegiatan Harian (RKH), Rencana Kegiatan Mingguan (RKKM) dan
Langkah-langkah Pembelajaran.
Teknik pengolahan data untuk pelaksanaan menggunakan pendekatan
kualitatif yang menghasilkan data deskritif, data yang terkumpul diolah dengan
cara dianalisis, kemudian dideskripsikan berupa penjelasan dan pembahasan.
Sedangkan data hasil observasi terhadap kinerja guru dan aktivitas anak diolah
dengan metode persentase terhadap indikator yang dilaksanakan kemudian
diinterpretasikan dan dideskripsikan.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan satatistik sederhana, yaitu
sebagai berikut.
1) Penilaian rata-rata
Peneliti menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa kemudian dibagi
dengan jumlah siswa kelas tersebut sehingga diperoleh nilai rata-rata.
Rumus yang digunakan untuk nilai rata-rata ini adalah.
X=
∑X
∑N
Keterangan :
X = Nilai Rata-rata
∑ X =¿ Jumlah semua nilai siswa
∑ N=¿ Jumlah Siswa
2) Penilaian untuk Ketuntasan Belajar
Ada dua katagori ketuntasan belajar, yaitu secara perorangan dan secara
klasikal. Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen dikatakan berhasil
dalam meningkatkan kognitif anak jika siswa memenuhi ketuntasan belajar, yaitu
masuk dalam katagori baik atau nilai minimal 3. Sebaliknya, ketuntasan klasikal
terpenuhi jika prosentase ketuntasan belajar secara klasikal mencapai minimal
18
80% artinya minimal 17 siswa telah masuk dalam katagori berkembang sesuai
harapan. Untuk menghitung prosentase ketuntasan belajar digunakan rumus
sebagai berikut.
P=
∑ Siswa yang tuntas belajar x 100
∑ siswa
Analisisis dilakukan pada saat tahapan refleksi. Hasil analisis digunakan
sebagai bahan refleksi untuk melakukan perencanaan lanjut dalam siklus
selanjutnya. Hasil analisis juga dijadikan sebagai bahan refleksi dalam
memperbaiki rancangan pembelajaran.
6. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian bermain pasir, lembar
pengamatan dan lembar aspek penilaian kemampuan motorik halus. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri hal-hal sebagai berikut :
Tabel 3
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
No
Variable
Sub Variable
Indikator
1.
Metode
bermain
pasir
(X)
1. Persiapan
Guru
1. Menetapkan
tujuan kegiatan
2. Menetapkan
tema kegiatan
3. Menetapkan alat
dan bahan yang
diperlukan
2. Pelaksana
an
Kegiatan
mengguna
kan
metode
3. Kegiatan
1. Pembukaan
kegiatan
menggunakan
metode
2. Pengembangan
menggunakan
metode
3. Kegiatan
penutup
1. Teknik evaluasi
2. Aspek
yang
Teknik
Pulta
Observasi
Respd
Guru
No.
Item
1
2, 3,
4
5, 6,
7
Dokumenta
si
8,9,1
0
19
Penilaian
melalui
media
2.
Keteram
pilan
motorik
halus
(Y)
1. Keterampi
lan
membuat
bentuk
dievaluasi
17,18
,19,2
0,21,
22
1. Membentuk
Observasi
lingkaran segi Dokumenta
tiga,
segi si
empat
dan
lingkaran
2. Meniru
membuat garis
tegak,
datar,
miring
dan
lengkung
Anak
5,6,7
Anak
1,2,3,
4
1. Menciptakan
Observasi
bentuk
dari Dokumenta
pasir
si
2. Menyusun
berbagai bentuk
3. Menciptakan
bentuk
bangunan
Anak
8
Anak
9,`10
Anak
13
Observasi
3. Komposis 1. Membentuk
Dokumenta
lingkaran segi
i
atau
si
tiga, segi empat,
bentuk
segi tiga
yang
2.
Mencetak
proporsio
bentuk dengan
nal
dan
lebih rapi
menarik
Anak
5,6,7
Anak
8,9,1
0
2. Kemampu
an
mencipta
Kan
sesuatu
dengan
media
pasir
20
Tabel 4
FORMAT KINERJA GURU
Penerapan Metode Bermain Pasir dalam Meningkatkan Kemampuan
Motorik Halus Anak
No
ASPEK
Aspek Pada Komponen Penyusunan RPP
1. Kejelasan perumusan tujuan pembelajaran
2. Kesesuaian materi ajar dengan alokasi waktu
3. Kesesuaian pemilihan sumber/media pembelajaran dengan
tujuan
4. Kesesuaian pemilihan sumber/media pembelajaran dengan
materi
5. Kesesuaian pemilihan sumber/media pembelajaran dengan
karakteristik peserta didik
6. Kejelasan skenario pembelajaran dan indikator
pembelajaran
7. Kerincian skenario pembelajaran
Aspek Pada Komponen Penggunaan Materi Pelajaran
8. Menunjukkan penguasan materi pembelajaran dengan
menggunakan media pasir
9. Menyampaikan materi dengan jelas dengan menggunakan
media pasir
10. Menyampaikan materi sesuai dengan hierarki belajar
11. Menyampaikan materi dengan menggunakan media pasir
SKOR
1
2
3
4
21
sesuai karakteristik siswa
12. Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan dengan
menggunakan media pasir
Aspek Pada Komponen Pendekatan/Strategi Pembelajaran
13. Melaksanakan Pembelajaran sesuai dengan kompetensi
(tujuan) yang akan dicapai
14. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan karakteristik
siswa
15. Melaksanakan pembelajaran secara runtut
16. Kesesuaian penggunaan media pasir
17. Menguasai kelas dengan menggunakan media pasir
18. Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual
19. Melaksanakan
pembelajaran
yang
memungkinkan
tumbuhnya kebiasaan positif
20. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu
yang direncanakan
21. Pelaksanaan penilaian proses belajar siswa
22. Pelaksanaan penilaian hasil belajar siswa
23. Melaksanakan pembelajaran dengan menanamkan nilainilai budaya (pendidikan karakter)
24. Secara keseluruhan proses pembelajaran sesuai dengan
RPP
25. Kesesuaian indikator penilaian
26. Kelengkapan instrument penilaian
27. Kelengkapan instrumen penilaian
28. Pelaksanaan penilaian proses belajar siswa
29. Pelaksanaan penilaian hasil belajar siswa
22
Tabel 5
LEMBAR OBSERVASI ANAK
Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak
Nama
: .......................................
Kelompok
: .......................................
Tanggal Obervasi
: .......................................
Observer
: .......................................
No
1.
Pernyataan
Anak dapat membuat garis
datar diatas pasir
2. Anak dapat membuat garis
miring kanan di atas pasir
3. Anak dapat membuat garis
miring kiri diatas pasir
4. Anak dapat membuat garis
lengkung diatas pasir
5. Anak dapat membentuk
lingkaran diatas pasir
6. Anak dapat membuat
bentuk segi tiga diatas
pasir
7. Anak dapat membuat
bentuk segi empat diatas
pasir
8. Anak dapat mencetak pasir
berbagai bentuk
9. Anak dapat mencetak
telapak tangan diatas pasir
10. Anak dapat membuat
Penilaian Motorik Halus
BS
BS
BB
MB
H
B
Pertemuan ke
1
2
3
4
5
23
terowongan dengan pasir
11. Anak dapat membuat
gambar diatas pasir
12. Anak dapat membuat
istana dari pasir
13. Anak
dapat
menulis
dengan
jari
atau
kayu/ranting diatas pasir
Keterangan :
BB
: Belum Berkembang dengan skor nilai
= 1
MB
: Mulai Berkembang dengan skor nilai
= 2
BSH
: Berkembang Sesuai Harapan dengan skor nilai
= 3
BSB
: Berkembang Sangat Baik dengan skor nilai
= 4
N. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Ruang lingkup dalam penelitian ini terdiri dari atas dua variabel, yaitu
variabel bebas dan variabel terikat. Untuk mengukur kedua variabel diatas,
penulis merencanakan penelitian dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Subjek penelitian adalah TK Pertiwi Desa Sunia Kecamatan Banjaran
Kabupaten Majalengka tahun pelajaran 2016/2017 sebanyak 20 anak yang
terdiri dari 7 anak perempuan dan 13 anak laki-laki.
2. Lokasi penelitian adalah di TK Pertiwi Desa Sunia Kecamatan Banjaran
Kabupaten Majalengka Kabupaten Majalengka.
O. AGENDA KEGIATAN PENELITIAN
Waktu penelitian ini direncanakan dan dilaksanakan dalam waktu 6
(enam) bulan. Adapun rinciannya sebagai berikut.
Tabel 6
Rencana Waktu Penelitian
BULAN
No
1.
KEGIATAN
Penyusunan
Pengajuan
Proposal
I
II
III
IV
V
VI
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
dan
√ √ √ √
24
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Penyusunan dan
Pengajuan BAB I
Perbaikan BAB I
Penyusunan dan
Perbaikan BAB II
Perbaikan BAB II
Penyusunan dan
Pengajuan BAB
III
serta
instrumen
Perbaikan BAB
III
serta
instrumen
Melakukan
Penelitian
Memeriksa hasil
Penelitian
Penyusunan dan
Pengajuan BAB
IV
Perbaikan BAB
IV
Penyusunan dan
Pengajuan BAB
V
Perbaikan V
Sidang Skripsi
Perbaikan
dan
Penggandaan
√ √ √ √ √ √
√ √
√ √ √
√ √
√ √ √
√ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √
√
√
√
√
A. JUDUL
PENERAPAN METODE BERMAIN PASIR DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI (Penelitian
Tindakan Kelas di TK Pertiwi Desa Sunia Kecamatan Banjaran Kabupaten
Majalengka Tahun Pelajaran 2016/2017).
B. BIDANG KAJIAN
PENDIDIKAN GURU PENDIDIK ANAK USIA DINI
C. PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pentingnya pendidikan anak usia dini sebagai pondasi dari awal
pertumbuhan dan perkembangan mereka dimasa datang, maka optimalisasi
pendidikan ditiga lingkungan yaitu, keluarga, masyarakat, dan sekolah menjadi
sangat penting. Aspek-aspek yang dikembangkan dalam hal ini diantaranya aspek
fisik, sosial, emosional, dan kognitif anak saling berkaitan dan saling
mempengaruhi satu sama lain. Perkembangan fisik anak meliputi motorik kasar
dan motorik halus. Perkembangan motorik halus ditaman kanak-kanak ditekankan
pada koordinasi gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan
meletakan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan. Salah
satu aktivitas pendidikan yang cocok untuk diterapkan adalah seperti
dikemukakan oleh Solehudin (2009:110) adalah “Aktivitas-aktivitas motorik halus
seperti menggambar atau membuat bentuk-bentuk tertentu dengan tanah liat perlu
di prioritaskan sebagai persiapan untuk mempelajari keterampilan-keterampilan
akademik dasar yang anak alami di SD”.
Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan
dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan.
Saraf motorik halus dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan
rangsangan yang kontinu secara rutin seperti bermain puzzle, menyusun balok,
memasukan benda
kedalam lubang sesuai dengan bentuknya, membuat garis,
melipat kertas dan sebagainya. Kemampuan motorik halus anak berbeda-beda
dalam hal kekuatan maupun ketepatannya
1 dan dipengaruhi oleh pembawaan anak
serta stimulasi yang didapatnya. Lingkungan atau orang tua mempunyai pengaruh
yang lebih besar dalam kecerdasan motorik halus, lingkungan dapat meningkatkan
2
atau menurunkan taraf kecerdasan anak, terutama pada masa-masa kehidupannya.
Kemampuan motorik halus bisa dikembangkan dengan cara anak-anak bermain
dalam suasana suka cita, gembira dan penuh kasih sayang (seperti bermain
menggali pasir, tanah, menuang air, pasir, dll).
Hamdani (2010:03), beberapa kemampuan motorik halus yang penting
bagi anak untuk dikembangkan adalah. 1) mampu melengkungkan telapak tangan
membentuk cekungan. 2) menggunakan jari telunjuk dan jempol untuk memegang
suatu benda, sambil menggunakan jari manis untuk kestabilan tangan mereka. 3)
membentuk lengkung dengan jempol dan telunjuk. Motorik halus adalah gerakan
yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot kecil
(halus) serta memerlukan koordinasi yang cermat seperti menggenggam,
mengambar, menyusun balok, memasukan kelereng, kedalam lobang, membuka
dan menutup objek yang mudah, menuang air tanpa berceceran, bermain pasir,
menggunakan koas, krayon, spidol, serta melipat (Departemen Pendidikan
Nasional, 2008:10).
Berdasarkan permendiknas nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional pada pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa ; “Pendidikan anak
usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan yang utuh membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.
Posisi anak disatu pihak berada pada masa rawan dan labil manakala anak
kurang mendapatkan rangsangan positif dan menyeluruh, pemberian rangsangan
melalui pendidikan untuk anak usia dini perlu diberikan secara komprehensip,
dalam makna anak tidak hanya dicerdaskan otaknya akan tetapi cerdas juga dalam
aspek lain, karena fakta dilapangan masih banyak anak yang bermasalah
diperkembangkan motorik halusnya, seperti belum mampu memegang pensil
dengan benar, belum mampu memegang gunting, dan memegang krayon. Hal ini
sering menimbulkan masalah dan sering menjadikan anak mendapatkan hambatan
saat menyeleseikan tugasnya. Pada dasarnya semua orang sangat menyukai
bermain, dari bayi hingga remaja bahkan sampai dewasa. Hanya saja
dibandingkan remaja dan orang dewasa, anak-anak menghabiskan sebagian
3
waktunya dengan bermain, karena bermain adalah kegiatan yang menyenangkan
bagi anak, dan anak melakukanya setiap hari dengan senang hati. Dalam keadaan
senang dan santai tanpa disadari anak akan lebih mudah mempelajari banyak hal,
sehingga dengan bermain anak akan tumbuh dan berkembang (Pudjiati 2011:7-9).
Beberapa pendapat yang menjelaskan tentang masa kanak-kanak yang
dikenal dengan masa bermain, hal ini dikarenakan anak-anak menghabiskan
sebagian waktunya dengan bermain, karena dengan bermain merupakan hal
menyenangkan bagi anak-anak, dengan hal ini anak-anak terkadang tidak
menyadari dengan bermain anak akan mempelajari banyak hal. Untuk itu metode
yang bisa dilakukan oleh guru dalam membantu anak yang mengalami kesulitan
dalam motorik halus adalah dengan kegiatan bermain pasir. Salah satu yang
banyak ditemui dan paling mudah dicari di lingkungan pendidikan anak usia dini
khususnya di lingkungan TK Pertiwi Sunia adalah pasir. Oleh karena itu
permainan atau pendidikan yang menggunakan media pasir harus lebih
ditingkatkan dan dipergunakan dalam proses pendidikan dengan tujuan untuk
meningkatkan kemampuan motorik halus anak yang nantinya akan melatih
kekuatan, keluwesan pergelangan serta ketepatan dan ketelitian anak dalam
melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan. Mayoritas yang
menyukai pasir karena pasir berstektur lembut yang enak dipegang dan
digenggam oleh tangan anak kecil, selain itu pasir bersifat multiguna karena
mudah diubah bentuknya kebentuk lain sehingga dapat menghasilkan sebuah
karya seni dengan tujuan imajinasi anak.
Menurut Astuti (2008:10) mengemukakan bahwa bermain pasir bisa
digunakan untuk menstimulasi motorik halus, lakukan dipantai atau sediakan pasir
bersih di sepetak bidang di halaman rumah, jangan takut kotor. Montolalu B.E.F
(2005:7.13a), perkembangan motorik halus terjadi ketika anak bermain pasir, anak
dapat membuat gambar-gambar diatas pasir, menulis dengan jarinya maupun
dengan kayu/ranting diatas pasir, mencetak telapak tangan diatas pasir, mencetak
pasir dengan berbagai bentuk, membuat istana dari pasir dan membuat
terowongan dari pasir.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di TK pertiwi Desa Sunia
penulis menemukan beberapa permasalahan diantaranya kemampuan motorik
4
halus anak di TK Pertiwi Desa Sunia belum optimal dengan kenyataan di
lapangan yang terlihat bahwa terdapat 12 anak 60 % dari 20 anak yang belum
mampu memegang pensil dengan benar, memegang gunting dan menggunting
mengikuti garis pola, serta memegang krayon. Permasalahan diatas menjadi
tanggung jawab bagi guru untuk melakukan tindakan kelas dalam meningkatkan
proses pendidikan. Salah satunya dengan memilih metode yang tepat dan sesuai
dalam menyikapi keterbatasan tersebut dengan begitu diharapkan akan
meningkatkan perkembangan motorik halus anak menjadi lebih optimal.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penerapan Metode Bermain Pasir
dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini di TK Pertiwi
Desa Sunia Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka Tahun Pelajaran
2016/2017”.
D. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dapat
diperoleh identifikasi masalah sebagai berikut :
1. Anak kurang mampu atau kesalahan melakukan gerak misal saat memegang
pensil, Krayon dan gunting
2. Kemampuan motorik halus anak belum terlatih secara optimal
3. Strategi yang kurang dalam membantu merangsang perkembangan motorik
halus anak sehingga anak-anak sering bermasalah dalam menjalankan tugas
perkembangan motorik halusnya
4. Anak kurangnya mandiri dalam kegiatan menulis, menggunting, mewarnai
5. Kemampuan motorik halus anak belum telatih secara optimal seperti
menggunakan jari-jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat.
E. BATASAN MASALAH
Permasalahan yang dikemukakan penulis sangat luas, dan perlu
dilakukan pembatasan masalah agar masalah yang dikaji terarah pada sasaran
yang telah ditentukan. Oleh karena itu, masalah dalam penelitian ini dibatasi
sebagai berikut.
1. Penerapan metode bermain pasir untuk meningkatkan kemampuan motorik
halus anak agar kemampuan belajar siswa lebih baik.
5
2. Kemampuan motorik halus anak adalah kemampuan yang berhubungan
dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi matatangan.
3. Proses kegiatan pembelajaran dengan penerapan metode bermain pasir untuk
meningkatkan kemampuan motorik halus anak meliputi ; kegiatan
pembukaan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
4. Subjek penelitian adalah anak TK Pertiwi Desa Sunia Kecamatan Banjaran
Kabupaten Majalengka Tahun Pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 20 orang.
F. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti menetapkan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah persiapan pembelajaran bermain pasir untuk meningkatkan
kemampuan motorik halus anak di TK Pertiwi Desa Sunia tahun pelajaran
2016/2017 ?
2. Bagaimanakah proses penerapan metode bermain pasir untuk meningkatkan
kemampuan motorik halus anak TK Pertiwi Desa Sunia tahun pelajaran
2016/2017 ?
3. Bagaimanakah hasil penerapan metode bermain pasir untuk meningkatkan
kemampuan motorik halus anak TK Pertiwi Desa Sunia tahun pelajaran
2016/2017 ?
G. TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran dengan penerapan metode
bermain pasir untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK
Pertiwi Desa Sunia tahun pelajaran 2016/2017.
2. Mendeskripsikan proses pembelajaran dengan penerapan metode bermain
pasir untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK Pertiwi
Desa Sunia tahun pelajaran 2016/2017.
3. Mendeskripsikan hasil penerapan metode bermain pasir untuk meningkatkan
kemampuan motorik halus anak di TK Pertiwi Desa Sunia tahun pelajaran
2016/2017.
H. MANFAAT PENELITIAN
6
Adapun manfaat penelitian yang diperoleh dari penelitian ini, diantaranya
sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
Dapat menambah wawasan mengenai kegiatan keberhasilan penerapan
metode bermain pasir dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
2. Secara Praktis
a) Bagi Guru
Penelitian ini dijadikan pedoman dalam pemilihan metode
pembelajaran yang tepat dan relevan dalam meningkatkan kemampuan
motorik halus anak.
b) Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk
mengadakan penelitian selanjutnya.
c) Bagi lembaga STKIP Sebelas April Sumedang
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan, perbandingan
dan bahan referensi untuk menambah wawasan mahasiswa lain. Dalam upaya
menambah wawasan ilmu pengetahuan.
d) Bagi Kepala TK
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan acuan
melaksanakan pembinaan pada guru untuk meningkatkan proses
pembelajaran agar proses belajar siswa mencapai hasil yang optimal.
I. ANGGAPAN DASAR
Menurut Surakhmad (1994:107), menyatakan bahwa :
“Anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang
kebenarannya di terima oleh penyidik dapat merumuskan postulat yang
berbeda, seorang penyidik mungkin saja meragukan suatu anggapan
dasar oleh orang lain diterima sebagai kebenaran”.
Atau anggapan dasar juga dikatakan sebagai “sederetan asumsi yang kuat
kedudukan permasalahannya” (Arikunto, 1998:80).
Bertolak dari pendapat diatas, maka yang menjadi anggapan dasar dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Salah satu faktor penting yang menunjukan keberhasilan dalam proses belajar
mengajar dikelas adalah kegiatan belajar yang dikelola dengan berorientasi
pada pembelajaran yang konkrit (nyata) dan praktik.
b) Metode pembelajaran dengan permainan pasir akan dapat dijadikan model
untuk merangsang kemampuan motorik halus.
7
c) Kemampuan guru dalam memilih teknik pembelajaran yang akan digunakan
merupakan salah satu penentu keberhasilan anak usia dini dalam belajar.
d) Salah satu prinsif pembelajaran anak usia dini yaitu pembelajaran berpusat
pada anak sehingga anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran aktif
melakukan sendiri.
J. HIPOTESIS
Hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang dikaji,
jawaban sementara itu belum tentu benar sebelum dibuktikan atau di uji
kebenarannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sudjana (1987:37) menyatakan
bahwa : “Hipotesis adalah pendapat yang kebenaranya masih rendah atau kadar
kebenarannya masih belum menyakinkan, sehingga kebenaran pendapat tersebut
perlu di uji atau di buktikan.
Berdasarkan uraian diatas maka Hipotesis Alternatif (HA) yang diajukan
dalam penelitian ini adalah penerapan metode bermain pasir adalah untuk
meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia dini di TK Pertiwi Desa Sunia
Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka tahun pelajaran 2016/2017.
K. DEFINISI OPERASIONAL
Dibawah ini diuraikan pengertian istilah-istilah yang digunakan dalam
penelitian ini, sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas tentang
permasalahan yang dibahas.
1. Bermain pasir adalah permainan yang menyenangkan bagi anak-anak dengan
menggunakan bahan media yang bertekstur lembut yang enak dipegang dan
digenggam oleh tangan anak. Selain itu, bahan ini bersifat multiguna karena
mudah diubah bentuknya kebentuk lain sehingga dapat menghasilkan sebuah
karya seni sesuai daya imajinasi anak. Bermain pasir bisa digunakan untuk
menstimulasi motorik halus anak, dilakukan di pantai atau sediakan pasir
bersih di sepetak bidang di halaman rumah, jangan takut kotor. Astuti
(2008:10).
2. Kemampuan motorik halus sangat diperlukan anak agar mereka dapat tumbuh
kembang secara optimal. Aswanti (2007:10) menyatakan “motorik halus
berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan koordinasi mata
dan tangan” perkembangan motorik halus adalah bertambahnya kapasitas
8
fungsi dan kemampuan organ tubuh dalam melakukan pergerakan yang
melibatkan otot kecil dan koordinasi
mata dan tangan, seperti kekuatan,
keluwesan pergelangan tangan, ketepatan dan ketelitian dalam mengambil
sesuatu.
L. LANDASAN TEORI
1. Metode bermain pasir
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan atas dasar suatu kesenangan dan
tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Kegiatan tersebut dilakukan secara suka
rela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak lain. Para pakar sering menyatakan
bahwa dunia anak adalah dunia bermain. bermain terungkap dalam berbagai
bentuk apabila anak-anak sedang beraktivitas. Bermain dapat berupa gerakan,
seperti berlari, melempar bola, memanjat, ataupun kegiatan berpikir seperti
menyusun puzzle atau mengingat kata-kata sebuah lagu, dapat pula melakukan
bermain kreatif dengan menggunakan krayon, plastisin, tanah liat, atau pasir.
Dalam kehidupan anak, bermain mempunyai arti yang sangat penting
dapat dikatakan bahwa anak yang sehat selalu mempunyai dorongan untuk
bermain sehingga dapat dipastikan bahwa anak yang tidak bermain-main pada
umumnya dalam keadaan sakit jasmani maupun rohani.
Sementara Montolulu (2007:13) menyatakan bahwa bermain mempunyai
arti sebagaimana dalam bentuk rangkuman sebagai berikut.
(1) Anak dapat memperoleh minat kesempatan mengembangkan potensipotensi yang ada padanya, (2) Anak dapat menemukan dirinya, yaitu
kekuatan dan kelemahanya, kemampuan serta minat dan kebutuhannya,
(3) Memberikan peluang bagi anak untuk berkembang seutuhnya baik
fisik, intelektual, bahasa dan prilaku, (4) Anak terbiasa menggunakan
aspek panca indranya sehingga terlatih dengan baik, (5) Secara alamiah
memotivasi anak untuk mengetahui sesuatu lebih mendalam lagi.
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa bermain bagi
anak merupakan
suatu
kebutuhan
dan
memiliki
peran
penting dalam
mengembangkan berbagai aspek perkembangannya. Bermain secara tidak
langsung merupakan pendekatan belajar, karena pada dasarnya pendidikan TK
memiliki prinsip bermain melalui belajar dan belajar melalui bermain.
1) Pengertian bermain pasir
9
Bermain pasir adalah permainan yang menyenangkan bagi anak-anak
dengan menggunakan bahan atau media yang bertesktur lembut yang enak
dipegang dan digenggam oleh tangan anak. Selain itu, bahan itu bersifat
multiguna karena mudah diubah bentuknya kebentukan lain sehingga dapat
menghasilkan sebuah karya seni sesuai daya imajinasi anak. Bermain pasir bisa
digunakan menstimulasi motorik halus anak, lakukan di pantai atau sediakan pasir
bersih di sepetak bidang di halaman rumah, jangan takut kotor Astuti (2008:10).
Tanah dan lumpur sebenarnya adalah alat permainan yang dekat dengan
anak, pasir memiliki tekstur yang lain dengan lumpur atau tanah, pasir juga
digemari oleh anak sehingga usia dewasa karena bernilai tinggi dalam pendidikan.
Kebanyakan bak pasir di buat dari kayu bentuk dan ukuran dapat diciptakan
sendiri sesuai dengan tempat, kemampuan dan kebutuhan sekolah untuk menjaga
kebersihan sebaiknya guru membuat peraturan yang konsisten dilihat dari segi
kemudahan membersihkan anak dari pasir yang melekat, sebaiknya bak pasir di
tempatkan dekat keran air / dipersiapkan satu ember. Hal ini di perlukan untuk
mencuci tangan dan akan membantu kebiasaan anak untuk ikut bertanggung
jawab terhadap kebersihan dan pemeliharaan perabotan sekolah. Bila pasir tidak
digunakan bak pasir harus ditutup, karena takut kotoran binatang akan merugikan
anak.
2) Manfaat bermain pasir
Mengenai manfaat bermain pasir dengan kegiatan mengisi, mencetak dan
menuang yang dilakukan oleh anak. Astuti (2008:10) mengatakan : “manfaat
bermain pasir adalah melatih kekuatan pergelangan tangan, keluwesan
pergelangan tangan serta presisi”, pasir merupakan media penting dalam dunia
anak, sekalipun orang dewasa tidak menyadarinya.
Adapun manfaat bermain pasir bagi anak-anak (dalam Parent
Guide:2010) antara lain :
a) Psikomotor, anak-anak bermain pasir menggunakan jari, tangan, lengan dan
melatih koordinasi diantaranya. Menggali pasir menggunakan sekop,
membentuk menggunakan berbagai cetakan melatih otot-otot, koordinasi
mata dan motorik halus.
b) Kognitif, bermain pasir menambah pengetahuan anak mengenai berbagai
bentuk, ukuran, perubahan wujud sehingga meningkatkan kecerdasan anak.
10
c) Sensori, bermain pasir merangsang anak untuk mengasah kemampuan sensori
melalui sentuhan kulitnya.
d) Sosial, bermain pasir bersama teman akan meningkatkan kemampuan sosial
untuk saling berbagi, membantu, melakukan kompromi, meminta sesuatu,
menawarkan mainan dan juga membangun hubungan persahabatan.
e) Bahasa, saat bermain bersama teman, komunikasi verbal yang terjadi dua
arah akan semakin memperkaya kosa kata dan memperlancar bicara anak.
3) Langkah-langkah bermain pasir
Langkah yang harus dilakukan dalam bermain pasir adalah sebagai
berikut :
a) Guru
menentukan
peralatan
sebelum
anak
bermain
pasir
dan
mempersiapkan perlatan yang diperlukan sebelum bermain pasir.
b) Merupakan langkah inti yaitu sebagai berikut :
1. Guru membiarkan anak mengisi pasir kedalam ember / wadah sampai
penuh.
2. Kemudian guru menyuruh anak untuk menuangkan dengan cara
membalikan ember / wadah tadi yang sudah diisi pasir tersebut.
3. Dengan pasir yang tersedia guru membiarkan anak mencetak bentuk
sesuai
dengan
imajinasinya
seperti
membuat
gunung, segi
empat, lingkaran dan sebagainya.
4. Sambil dicetak guru menjelaskan pada anak nama-nama yang sedang
dicetak untuk menambah perbendaharaan kata.
2. Kemampuan motorik halus anak
1) Pengertian kemampuan motorik halus
Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan
dengan kemapuan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata, tangan.
Makin muda usia anak semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk
berkonsentrasi pada kegiatan yang berkaitan dengan kemampuan motorik halus,
hampir setiap hari anak menggunakan keterampilan motorik halusnya misal
mengancing baju, makan dengan menggunakan sendok, mengikat tali sepatu saat
menggunakan sepatu, jika sekolah anak mengerjakan hal-hal seperti menggunting,
menulis, mewarnai, anak meronce manik-manik dan lain sebagainya.
Kemapuan motorik halus sangat penting dalam kehidupan anak. Namun
dengan berkembangnya teknologi seperti sekarang banyak anak yang bermain
dengan vidio games sehingga anak-anak jarang bermain menggunakan permainan
11
yang menggunakan motorik halus, misal bermain pasir, bermain permainan
tradisional misal bermain kelereng. Sehingga hal ini pun dapat menyebabkan
kurang berkembangnya otot-otot halus pada tangan. Sehingga anak bisa
mengalami kesulitan dalam menggunakan alat tulis ketika anak masuk sekolah.
Sumantri (2010:143) mengatakan bahwa “motorik halus adalah
pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari jemari dan
tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi dengan tangan”.
Motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu saja dan dilakukan oleh otot kecil seperti keterampilan menggunakan jari
jemari tangan dan pergelangan tangan yang tepat. Aswanti (2007:10) mengatakan
“motorik halus berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan
koordinasi mata dan tangan”.
Depdiknas (2008:20) bahwa motorik halus adalah gerakan yang
melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil (halus)
serta memerlukan koordinasi yang cermat seperti menggunting, meremas,
mengenggam, menggambar, menyusun balok, memasukan kelereng kelubang,
membuka dan menutup objek dengan mudah, menuangkan pasir kedalam wadah,
menuangkan air kedalam wadah tanpa berceceran. Dengan demikian motorik
halus adalah segala kegiatan yang menggunakan otot halus pada bagian tubuh
tertentu serta membutuhkan koordinasi yang cermat.
2) Tahapan perkembangan motorik halus anak
a. Usia 2-3 bulan mulai bisa membuka dan mengepal jari-jemarinya.
b. Usia 1-2 tahun menggambar garis lurus, menyusun menara dari balok.
c. Usia 3-4 tahun menyusun menara dari balok-balok sampai 7 balok.
Menggambar garis lingkaran.
d. Usia 4-5 tahun mengerjakan puzzle, mengancingkan baju, menarik garis
lurus, miring, melipat kertas, melempar dan menangkap bola.
3. Fungsi meningkatkan motorik halus pada anak usia 4-6 tahun
Meningkatkan motorik halus pada anak usia 4-6 tahun menurut Sumantri,
(2005:146) adalah :
1) Mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan
dengan keterampilan gerak kedua tangan.
12
2) Mampu menggerakan anggota tubuh yang berhubungan dengan gerak jarijemari seperti kesiapan menulis, menggambar dan memanipulasi bendabenda.
3) Mampu mengkoordinasikan indra mata dan aktivitas tangan.
4) Mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik halus.
4. Hubungan bermain pasir dengan kemampuan motorik halus anak
usia dini
Dalam proses pendidikan anak usia dini merupakan salah satu
penyelenggaraan pendidikan dan perkembangan anak yang disesuaikan dengan
tahapan-tahapan perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini menurut Hartati
(2005:14) menyatakan bahwa beberapa karakterisitik anak usia dini adalah
sebagai berikut :
a. Memiliki rasa ingin tahu yang besar,
b. Merupakan pribadi yang unik,
c. Suka berfantasi dan berimajinasi,
d. Masa paling potensial untuk belajar,
e. Menunjukan sikap egosentris.
f. Memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek,
g. Sebagai bagian mahluk sosial,
h. Bermain merupakan dunia masa kanak-kanak.
Dengan bermain pasir sebagai alat permainan bagi anak berarti guru
sudah menciptakan pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan sekaligus
memberikan stimulasi bagi anak untuk melakukan keterampilan motorik sehingga
keterampilan motorik halus anak dapat meningkat. Upaya untuk meningkatkan
kemampuan motorik halus anak dapat dilakukan dengan berbagai cara. Astuti
(2008;10) mengatakan : “lima permainan vmotorik halus. Tak hanya motorik
kasar, motorik haluspun perlu dilatih. Supaya menyenangkan dilakukan dengan
cara bermain”. Oleh karena itu usia dinivterutama dibawah 2 tahun menjadi masa
yang paling peka dan potensial bagi anak untuk mempelajari sesuatu.
Berdasarkan uraian diatas penulis menduga serta menyimpulkan bahwa
ada hubungannya bermain pasir dengan kemampuan motorik halus anak, karena
dengan bermain pasir anak dilatih untuk mengisi, menuang dan mencetak. Latihan
mengisi, menuang dan mencetak dapat memberikan manfaat untuk melatih
13
kekuatan, keluwesan pergelangan tangan serta ketepatan dan ketelitian anak
dalam melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan.
M. PROSEDUR PENELITIAN
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan
kelas (PTK), melalui ptk ini dapat dilakukan refleksi terhadap pembelajaran
dengan tindakan. Tindakan tersebut dapat memperbaiki pembelajaran di kelas.
Sesuai dengan tujuan PTK yaitu, penelitian tindakan dalam bidang pendidikan
yang dilaksanakan dalam kelas untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pembelajaraan.
Penelitian ini dimaksud untuk meneliti efektif tidaknya penerapan
metode bermain pasir untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia
dini di TK Pertiwi Desa Sunia Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka tahun
pelajaran 2016/2017. Penulis berkeinginan untuk meningkatkan kemampuan
motorik halus anak yang selama ini menurut pengamatan penulis masih tergolong
rendah.
Dijelaskan oleh Arikunto (2011:3) mengemukakan bahwa :
Metode penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan tehadap
kegiatan berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi
dalam sebuah kelas secara bersama, tindakan tersebut diberikan oleh
guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan siswa.
Penelitian tindakan kelas merupakan satu cara untuk menumbuh
kembangkan pembaruan yang dapat meningkatkan atau memperbaiki hasil belajar
siswa, agar PTK dapat dilangsungkan secara benar, berbagai kondisi harus
dipenuhi.
2. Desain / Rancangan Penelitian
Dalam penelitian yang digunakan penulis adalah model penelitian yang
dikemukakan oleh Arikunto (Suryadi, 2010:50) “empat langkah dalam melakukan
PTK, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi”.
Berdasarkan uraian diatas bahwa penelitian tindakan yang terencana
untuk memecahkan permasalahan dalam bentuk tingkatan atau daur yang
memungkinkan terjadinya kelompok maupun kerja mandiri secara intensif.
14
Gambaran ke empat langkah dalam PTK yaitu.
Perencanaan
Refleksi
Siklus I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
Siklus II
Pelaksanaan
Pengamatan
Sirklus Penelitian Tindakan Kelas
Arikunto (2011)
Tahapan-tahapan PTK
1) Tahap 1, menyusun rencana tindakan (Planing)
Tahap ini menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh
siapa, dan
bagaimana
tindakan
tersebut
dilakukan.
Dalam
tahap
menyusun rencana ini menentukan titik atau fokus peristiwa yang
perlu mendapat perhatian khusus untuk diamati kemudian membuat
instrumen pengamatan untuk membantu merekam fakta yang terjadi
selama tindakan berlangsung.
2) Tahap 2, pelaksanaan tindakan (Acting)
Tahapan ke-2, dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan
implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan
kelas.
3) Tahap 3, pengamatan (Observing)
15
Tahapan ke - 3, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat
guru pelaksana yang berstatus sebagai pengamat yang melakukan
pengamatan balik terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung.
4) Tahap 4,
Tahap ke-4, merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang
sudah dilakukan. Keempat tahap dalam penelitian tersebut adalah unsur
untuk
membuat sirklus
kembali
yaitu satu putaran kegiatan beruntun yang
kelangkah semula. Jadi satu sirklus adalah tahapan penyusun
rancangan sampai dengan refleksi.
3. Lokasi dan Subjek Penelitian
a) Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di TK Pertiwi Desa Sunia Kecamatan
Banjaran Kabupaten Majalengka tahun pelajaran 2016/2017.
Tabel 1
Daftar pengelola TK Pertiwi Desa Sunia
No
Nama
Pendidikan
Terakhir
Jabatan
1.
Dedeh Nurpatiana, S.Pd.Aud.
S1
Kepala
Sekolah
2.
Yike Wasiatfujianti, S.Pd.Aud.
S1
GURU
3.
Yeni Rustiana
SMU
GURU
Ket
b) Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah peserta didik di TK Pertiwi Desa
Sunia Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka. Jumlah sampel peserta
didik di TK Pertiwi Desa Sunia Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka
sebanyak 20 orang anak yang terdiri dari 13 anak laki-laki dan 7 anak
perempuan.
Tabel 2
DAFTAR NAMA ANAK TK PERTIWI DESA SUNIA
No
Nama
L/P
Tempat Lahir
Tanggal Lahir
1.
Erna Adistia
P
Majalengka
10 – 10 – 2010
2.
Fauzan Faturahman
L
Majalengka
23 – 12 – 2010
16
3.
Fazrul Dzikri Abdi
L
Majalengka
20 – 07 – 2011
4.
Fahmi Hidayatulloh
L
Majalengka
02 – 09 – 2011
5.
Keysa Ranti Maharani
P
Majalengka
27 – 04 – 2011
6.
Nazwa Else Rinjani
P
Majalengka
07 – 07 – 2011
7.
Muhamad Wildan Fajrian
L
Majalengka
27 – 12 – 2011
8.
Rifki Aditia Hernawan P
L
Majalengka
26 – 10 – 2010
9.
Rina Jihandini
P
Majalengka
09 – 08 – 2010
10. Muhamad Rifki Akbar P
L
Majalengka
10 – 03 – 2011
11. Kautsar Novia Rahayu
P
Majalengka
14 – 12 – 2010
12. Sifa Rifani Nurhafilah
P
Majalengka
22 – 06 – 2010
13. Efrin Rovanoris Effendi
L
Majalengka
05 – 05 – 2011
14. Difki Maulana
L
Majalengka
09 – 06 – 2010
15. Azka Azzami
L
Majalengka
27 – 04 – 2013
16. Widi Lusiana
P
Majalengka
11 – 08 – 2010
17. Rizki Firmansyah
L
Majalengka
23 – 08 – 2010
18. Rudi Agustia
L
Majalengka
07 – 03 – 2010
19. Ridwan Maulana
L
Majalengka
17 – 09 – 2010
20. Juan Herdiansyah
L
Majalengka
20 – 07 – 2010
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan prosedur bagaimana cara
mendapatkan dan menggumpulkan data yang diinginkan terutama adalah data dari
indikator-indikator keberhasilan tindakan, dengan menggunakan instrumeninstrumen pengumpulan data yang sesuai. Sesuai karakteristik penelitian
kualitatif, penelitian berperan serta sebagai pengumpul data sekaligus alat
pengumpul data yang utama.
Data penelitian yang dikaji dalam penelitian ini yaitu data pelaksanaan
tindakan yang diperlukan untuk mengetahui efektifitas penerapan metode bermain
pasif dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak dengan menggunakan
observasi kegiatan.
Adapun teknik dan alat pengumpulan data pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a) Observasi
17
Penelitian mengadakan pengamatan langsung pada kegiatan permainan untuk
merekam data rentang prilaku, aktivitas atau kejadian-kejadian lain.
b) Penilaian
Penilaian dapat dipakai untuk mengukur kemampuan awal, baik kemampuan
awal perkembangan /peningkatan selama dikenai tindakan dan kemampuan
pada akhir sirklus tindakan.
5. Teknik Analisis Data
Teknik ini dipakai sebagai upaya menganalisis dokumen dapat berupa
Rencana Kegiatan Harian (RKH), Rencana Kegiatan Mingguan (RKKM) dan
Langkah-langkah Pembelajaran.
Teknik pengolahan data untuk pelaksanaan menggunakan pendekatan
kualitatif yang menghasilkan data deskritif, data yang terkumpul diolah dengan
cara dianalisis, kemudian dideskripsikan berupa penjelasan dan pembahasan.
Sedangkan data hasil observasi terhadap kinerja guru dan aktivitas anak diolah
dengan metode persentase terhadap indikator yang dilaksanakan kemudian
diinterpretasikan dan dideskripsikan.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan satatistik sederhana, yaitu
sebagai berikut.
1) Penilaian rata-rata
Peneliti menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa kemudian dibagi
dengan jumlah siswa kelas tersebut sehingga diperoleh nilai rata-rata.
Rumus yang digunakan untuk nilai rata-rata ini adalah.
X=
∑X
∑N
Keterangan :
X = Nilai Rata-rata
∑ X =¿ Jumlah semua nilai siswa
∑ N=¿ Jumlah Siswa
2) Penilaian untuk Ketuntasan Belajar
Ada dua katagori ketuntasan belajar, yaitu secara perorangan dan secara
klasikal. Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen dikatakan berhasil
dalam meningkatkan kognitif anak jika siswa memenuhi ketuntasan belajar, yaitu
masuk dalam katagori baik atau nilai minimal 3. Sebaliknya, ketuntasan klasikal
terpenuhi jika prosentase ketuntasan belajar secara klasikal mencapai minimal
18
80% artinya minimal 17 siswa telah masuk dalam katagori berkembang sesuai
harapan. Untuk menghitung prosentase ketuntasan belajar digunakan rumus
sebagai berikut.
P=
∑ Siswa yang tuntas belajar x 100
∑ siswa
Analisisis dilakukan pada saat tahapan refleksi. Hasil analisis digunakan
sebagai bahan refleksi untuk melakukan perencanaan lanjut dalam siklus
selanjutnya. Hasil analisis juga dijadikan sebagai bahan refleksi dalam
memperbaiki rancangan pembelajaran.
6. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian bermain pasir, lembar
pengamatan dan lembar aspek penilaian kemampuan motorik halus. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri hal-hal sebagai berikut :
Tabel 3
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
No
Variable
Sub Variable
Indikator
1.
Metode
bermain
pasir
(X)
1. Persiapan
Guru
1. Menetapkan
tujuan kegiatan
2. Menetapkan
tema kegiatan
3. Menetapkan alat
dan bahan yang
diperlukan
2. Pelaksana
an
Kegiatan
mengguna
kan
metode
3. Kegiatan
1. Pembukaan
kegiatan
menggunakan
metode
2. Pengembangan
menggunakan
metode
3. Kegiatan
penutup
1. Teknik evaluasi
2. Aspek
yang
Teknik
Pulta
Observasi
Respd
Guru
No.
Item
1
2, 3,
4
5, 6,
7
Dokumenta
si
8,9,1
0
19
Penilaian
melalui
media
2.
Keteram
pilan
motorik
halus
(Y)
1. Keterampi
lan
membuat
bentuk
dievaluasi
17,18
,19,2
0,21,
22
1. Membentuk
Observasi
lingkaran segi Dokumenta
tiga,
segi si
empat
dan
lingkaran
2. Meniru
membuat garis
tegak,
datar,
miring
dan
lengkung
Anak
5,6,7
Anak
1,2,3,
4
1. Menciptakan
Observasi
bentuk
dari Dokumenta
pasir
si
2. Menyusun
berbagai bentuk
3. Menciptakan
bentuk
bangunan
Anak
8
Anak
9,`10
Anak
13
Observasi
3. Komposis 1. Membentuk
Dokumenta
lingkaran segi
i
atau
si
tiga, segi empat,
bentuk
segi tiga
yang
2.
Mencetak
proporsio
bentuk dengan
nal
dan
lebih rapi
menarik
Anak
5,6,7
Anak
8,9,1
0
2. Kemampu
an
mencipta
Kan
sesuatu
dengan
media
pasir
20
Tabel 4
FORMAT KINERJA GURU
Penerapan Metode Bermain Pasir dalam Meningkatkan Kemampuan
Motorik Halus Anak
No
ASPEK
Aspek Pada Komponen Penyusunan RPP
1. Kejelasan perumusan tujuan pembelajaran
2. Kesesuaian materi ajar dengan alokasi waktu
3. Kesesuaian pemilihan sumber/media pembelajaran dengan
tujuan
4. Kesesuaian pemilihan sumber/media pembelajaran dengan
materi
5. Kesesuaian pemilihan sumber/media pembelajaran dengan
karakteristik peserta didik
6. Kejelasan skenario pembelajaran dan indikator
pembelajaran
7. Kerincian skenario pembelajaran
Aspek Pada Komponen Penggunaan Materi Pelajaran
8. Menunjukkan penguasan materi pembelajaran dengan
menggunakan media pasir
9. Menyampaikan materi dengan jelas dengan menggunakan
media pasir
10. Menyampaikan materi sesuai dengan hierarki belajar
11. Menyampaikan materi dengan menggunakan media pasir
SKOR
1
2
3
4
21
sesuai karakteristik siswa
12. Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan dengan
menggunakan media pasir
Aspek Pada Komponen Pendekatan/Strategi Pembelajaran
13. Melaksanakan Pembelajaran sesuai dengan kompetensi
(tujuan) yang akan dicapai
14. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan karakteristik
siswa
15. Melaksanakan pembelajaran secara runtut
16. Kesesuaian penggunaan media pasir
17. Menguasai kelas dengan menggunakan media pasir
18. Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual
19. Melaksanakan
pembelajaran
yang
memungkinkan
tumbuhnya kebiasaan positif
20. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu
yang direncanakan
21. Pelaksanaan penilaian proses belajar siswa
22. Pelaksanaan penilaian hasil belajar siswa
23. Melaksanakan pembelajaran dengan menanamkan nilainilai budaya (pendidikan karakter)
24. Secara keseluruhan proses pembelajaran sesuai dengan
RPP
25. Kesesuaian indikator penilaian
26. Kelengkapan instrument penilaian
27. Kelengkapan instrumen penilaian
28. Pelaksanaan penilaian proses belajar siswa
29. Pelaksanaan penilaian hasil belajar siswa
22
Tabel 5
LEMBAR OBSERVASI ANAK
Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak
Nama
: .......................................
Kelompok
: .......................................
Tanggal Obervasi
: .......................................
Observer
: .......................................
No
1.
Pernyataan
Anak dapat membuat garis
datar diatas pasir
2. Anak dapat membuat garis
miring kanan di atas pasir
3. Anak dapat membuat garis
miring kiri diatas pasir
4. Anak dapat membuat garis
lengkung diatas pasir
5. Anak dapat membentuk
lingkaran diatas pasir
6. Anak dapat membuat
bentuk segi tiga diatas
pasir
7. Anak dapat membuat
bentuk segi empat diatas
pasir
8. Anak dapat mencetak pasir
berbagai bentuk
9. Anak dapat mencetak
telapak tangan diatas pasir
10. Anak dapat membuat
Penilaian Motorik Halus
BS
BS
BB
MB
H
B
Pertemuan ke
1
2
3
4
5
23
terowongan dengan pasir
11. Anak dapat membuat
gambar diatas pasir
12. Anak dapat membuat
istana dari pasir
13. Anak
dapat
menulis
dengan
jari
atau
kayu/ranting diatas pasir
Keterangan :
BB
: Belum Berkembang dengan skor nilai
= 1
MB
: Mulai Berkembang dengan skor nilai
= 2
BSH
: Berkembang Sesuai Harapan dengan skor nilai
= 3
BSB
: Berkembang Sangat Baik dengan skor nilai
= 4
N. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Ruang lingkup dalam penelitian ini terdiri dari atas dua variabel, yaitu
variabel bebas dan variabel terikat. Untuk mengukur kedua variabel diatas,
penulis merencanakan penelitian dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Subjek penelitian adalah TK Pertiwi Desa Sunia Kecamatan Banjaran
Kabupaten Majalengka tahun pelajaran 2016/2017 sebanyak 20 anak yang
terdiri dari 7 anak perempuan dan 13 anak laki-laki.
2. Lokasi penelitian adalah di TK Pertiwi Desa Sunia Kecamatan Banjaran
Kabupaten Majalengka Kabupaten Majalengka.
O. AGENDA KEGIATAN PENELITIAN
Waktu penelitian ini direncanakan dan dilaksanakan dalam waktu 6
(enam) bulan. Adapun rinciannya sebagai berikut.
Tabel 6
Rencana Waktu Penelitian
BULAN
No
1.
KEGIATAN
Penyusunan
Pengajuan
Proposal
I
II
III
IV
V
VI
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
dan
√ √ √ √
24
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Penyusunan dan
Pengajuan BAB I
Perbaikan BAB I
Penyusunan dan
Perbaikan BAB II
Perbaikan BAB II
Penyusunan dan
Pengajuan BAB
III
serta
instrumen
Perbaikan BAB
III
serta
instrumen
Melakukan
Penelitian
Memeriksa hasil
Penelitian
Penyusunan dan
Pengajuan BAB
IV
Perbaikan BAB
IV
Penyusunan dan
Pengajuan BAB
V
Perbaikan V
Sidang Skripsi
Perbaikan
dan
Penggandaan
√ √ √ √ √ √
√ √
√ √ √
√ √
√ √ √
√ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √
√
√
√
√