Lukman Hidayat F3108024

(1)

PERANAN FREIGHT FOWARDING DALAM PROSEDUR

PENGIRIMAN EKSPOR BARANG ( STUDI KASUS DI ASA CARGO SURAKARTA )

Tugas Akhir Diajukan untuk melengkapi Tugas – Tugas dan memenuhi persyaratan

guna mencapai Gelar Ahli Madya pada Program Studi DIII Bisnis Internasional Fakultas Ekonomi

Univeritas Sebelas Maret Surakarta

Oleh : Lukman Hidayat

NIM : F3108024

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

HALAMAN PERSETUJUAN

Telah disetujui dan diterima oleh Pembimbing Tugas Akhir Jurusan Bisnis Internasional Program Studi Diploma III Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakata, Juli 2011 Disetujui dan diterima oleh Pembimbing

Drs. Supriyono, M.Si NIP 1960022 119860 1 1001


(3)

commit to user

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui dan diterima baik oleh tim penguji Tugas Akhir Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

guna melengkapi tugas-tugas dan syarat-syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Bisnis Internasional

Surakarta, Juli 2011

1. Drs. Kresna Sarosa P, M.Si (...) NIP 1956011 819860 1 1001 PENGUJI


(4)

commit to user

MOTTO

Hai orang – orang yang beriman jadikan sabar dan sholat sebagai

penolong, sesungguhnya Allah beserta orang – orang yang sabar.

( QS. Al – Baqarah 153 )

Orang yang berhasil adalah orang yang dapat meletakkan dasar yang

kuat dengan batu – batu yang orang lain lemparkan kepadanya.

( David Brinkley )

Jadilah engkau orang dari sebagian kecil yang datang kedunia ini

dan meninggalkan tanpa merugikan orang lain.

( Khalil Gibran )

Lebih baik tidak menikmati masa muda daripada tidak menikmati

masa depan.

( Penulis )


(5)

commit to user

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karyaku ini kupersembahkan kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat nikmat dan cobaanNya kepada umatMu ini

2. Ibu dan Ayah yang telah memberikan doa dan motivasi demi terwujudnya tugas akhir ini.

3. Nenekku yang senantiasa memberi semangat agar tidak mudah putus asa disetiap masalah.

4. Teman – temanku Bakri Family : Deni, Oky, Handy, Arif, Ferry, Sely yang selalu ada saat senang, susah dan memberi masukan dan bantuan dalam penyusunan tugas akhir ini.


(6)

commit to user

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya yang dilimpahkan pada kita semua, meskipun dengan kemampuan dan waktu yang terbatas akhirnya penulis mampu menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “PERANAN FREIGHT FOWARDING DALAM PROSEDUR PENGIRIMAN BARANG EKSPOR (STUDI KASUS DI ASA CARGO SURAKARTA).”

Peyelesaian Tugas Akhir ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa adanya bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis dengan rendah hati menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu hingga tersusunnya tugas akhir ini, khususnya kepada :

1. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Harimurti, M.Si selaku Ketua Program DIII Bisnis Internasional Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Supriyono, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar membimbing serta mengarahkan penulisan Tugas Akhir.

4. Bp. Ali Martopo dan Ibu Vidi Nursely selaku Pemilik ASA CARGO yang telah banyak memberi pengarahan dan saran dalam penulisan Tugas Akhir. 5. Seluruh dosen program DIII Bisnis Internasional yang telah memberikan

ilmunya selama menempuh studi dan menjadi mahasiswa di Universitas Sebelas Maret.


(7)

6. Teman-teman BAKRIE FAMILY yang telah mendukungku dan menyemangatiku serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu sehingga dapat terselesainya Tugas Akhir ini.

Penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat dan berguna. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharap saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.

Akhirullsallam Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, Juli 2011


(8)

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN ABSTRAKSI ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... ix

HALAMAN GAMBAR ... xi

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Metode Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Ekspor ... 7

B. Tahap-tahap Pelaksanaan Ekspor ... 7

C. Peran dan Tanggung Jawab Freight Fowarding ... 19

D. Aktifitas Keseluruhan Freight Fowarding sebagai Mata Rantai dalam Kegiatan Ekspor ... 38


(9)

BAB III DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Perusahaan ... 40

1. Sejarah dan Perkembangan ... 40

2. Lokasi Perusahaan ... 41

3. Visi dan Misi Perusahaan ... 41

4. Tenaga Kerja Perusahaan ... 41

B. Pembahasan ... 42

1. Tahap-tahap pengiriman barang ekspor di ASA CARGO ... 42

2. Dokumen-dokumen yang diperlukan dan dikerjakan ASA CARGO dalam pengiriman barang ekspor melalui laut ... 51

3. Kendala dan usaha ASA CARGO dalam pengiriman barang ekspor melalui transportasi laut... 53

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 60


(10)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Tahap – Tahap Pelaksanaan Ekspor ... 11


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Pernyataan 2. Shipping Instruction

3. Packing List

4. Invoice

5. Bill Of Lading (B/L)

6. Nota Pelayanan Ekspor (NPE) 7. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)

8. Lembar Lanjutan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) 9. Certificate Of Origin / Surat Keterangan Asal

10.Packing Declaration

11.Fumigation Certificate / Sertifikat Fumigasi


(12)

commit to user

ABSTRAKSI

PERANAN FREIGHT FOWARDING DALAM PROSEDUR PENGIRIMAN EKSPOR BARANG ( STUDI KASUS DI ASA CARGO SURAKARTA )

LUKMAN HIDAYAT F3108024

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk memperoleh gambaran dan pemahaman yang lebih mendalam mengenai peranan freight fowarding dalam pengiriman barang ekspor yang dilakukan oleh Freight Fowarding ASA CARGO di Surakarta.

Metode yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah metode studi kasus, yaitu mengambil satu obyek tertentu untuk dianalisa secara mendalam dengan memfokuskan pada satu masalah. Data yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan pihak ASA CARGO, sedangkan data sekunder diperoleh dari buku maupun sumber bacaan lainnya.

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa peranan freight fowarding

dalam prosedur pengiriman barang ekspor yang dilakukan oleh ASA CARGO di Surakarta adalah Fowarding merupakan usaha jasa pengurusan transportasi pengangkutan barang yang menengahi antara shipper/pengirim barang dengan

shipping line/perusahaan yang mempunyai alat transportasi. Fowarding memiliki keunggulan dalam jasa yang ditawarkan kepada shipper yang lebih daripada langsung kepada shipping line. Fowarding juga memiliki beberapa agen di semua tujuan yang ditawarkan, karena perusahaan fowarding ini bisa terhubung dengan banyak perusahaan shipping line.

Saran yang dapat penulis berikan adalah peningkatan sarana dan prasarana perusahaan agar dapat meningkatkan kinerja perusahaan.


(13)

ABSTRACT

THE ROLE OF FREIGHT FORWARDING IN SHIPPING

PROCEDURE OF GOODS EXPORT (CASE STUDY IN ASA

CARGO OF SURAKARTA)

LUKMAN HIDAYAT

F3108024

The purpose of final assignment is for gaining image which is deeper concerning with freight forwarding role in export commodities shipping which is performed by Freight Forwarding of ASA CARGO in Surakarta.

Method used in this final assignment is case study method that is taking a certain object to be analyzed deeply by focusing on a case. Data used in this final assignment are primary data and secondary data. Primary data is collected by direct interview with ASA CARGO, while secondary data is gained from book or another source of text.

The result of the research can be concluded that the role of freight forwarding in procedure of export commodities shipping which are performed by ASA CARGO in Surakarta is Forwarding which constitutes business of cargo transportation service which balance between shipper and shipping line which has transportation tools. Forwarding has superiority in offered service to shipper that is more than direct to shipping line. Forwarding has also several agents in all destinations offered, because forwarding company can be connected to a lot of shipping line companies.

Suggestion which author can give is that increase of tolls and infra structure of company in order to improve company work achievement


(14)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perdagangan barang dan jasa antar negara terjadi karena kebutuhan barang dan jasa yang tidak dapat terpenuhi oleh suatu negara, dan negara tersebut dapat memperoleh barang atau jasa tersebut yang lebih murah atau lebih baik mutunya dari negara lain sering disebut kegiatan ekspor impor. Kegiatan ekspor impor mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting bagi perkembangan industri itu sendiri maupun bagi negara.

Perkembangan ekspor di dunia meningkat rata-rata berkisar 19,5% per-tahunnya. Dalam era globalisasi karena dipermudahkannya segala macam akses barang dan jasa untuk masuk dari satu negara ke negara lainnya. Hal ini sangat menguntungkan bagi negara-negara yang sedang berkembang terutama yang sedang memfokuskan pertumbuhan ekonomi pada komoditi ekspor yang yang dihasilkan dari sumber daya alam.

Indonesia adalah negara penghasil sumber daya yang melimpah ruah, hasil buminya mencapai peningkatan 3,4% PDB per-tahun. Sumber daya alam telah banyak dimanfaatkan rakyat Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran negara Indonesia. Salah satunya dibidang ekonomi adalah dengan ekspor produk bahan mentah yang peningkatan tiap tahunnya sekitar 1,5%, dan untuk bahan yang sudah jadi, mencapai 3,4% per-tahun.


(15)

Proses pengiriman barang ke luar negeri masih menemui banyak kendala. Dalam proses pengiriman barang ke luar negeri para pebisnis dunia maupun eksportir tidak mengerjakan sendiri seluruh tugas logistik yang menjadi tanggung jawabnya.

Berbagai alasan diantaranya pengetahuan para eksportir sendiri mengenai hal logistik sampai sekarang masih kurang, para eksportir dalam menjalankan ekspornya lebih memfokuskan pada produksi barang yang akan diekspor serta penanganan masalah logistik dan dokumen bila ditangani sendiri akan memakan biaya yang mahal serta tenaga kerja yang banyak khususnya bagi para eksportir pemula sehingga sebagian dari tugas biasanya diserahkan pada badan usaha lain yang lebih paham tentang ekspor.

Eksportir ini memanfaatkan jasa pengurusan dokumen dan logistik (perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa transportasi) berupa freight fowarder dan EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut).

Peran dan kegiatan freight fowarding ditunjang dengan perkembangan ekspor Indonesia yang mencapai 4,9% per-tahunnya di dalam perkembangan ekspor dan impor yang semakin modern ini menjadi sangat penting karena memudahkan bagi para eksportir maupun importir dalam jasa pengurusan ekspor dan impor. Untuk itu perlunya pemahaman dan pengetahuan dari khalayak umum maupun pihak yang terkait mengenai jasa ini sangat penting. Sehingga diharapkan fungsi dan tanggung jawab jasa ekspedisi sebagai sarana ekonomi dalam mewujudkan sistem pengelolaan pengiriman barang menjadi efisien,


(16)

commit to user

cepat, tepat dan aman (dengan memanfaatkan sistem informasi dan teknologi).

Freight fowarding adalah badan usaha yang bertujuan untuk memeberikan jasa pelayanan atau pengurusan atas seluruh kegiatan ekspor yang diperlukan bagi terlaksananya pengiriman, pengangkutan dan penerimaan barang dengan menggunakan multimodal transport baik melalui darat, laut dan udara.

Bertitik tolak dari latar belakang masalah maka penulis tertarik untuk magang kerja mengambil observasi di ASA CARGO Surakarta dan berdasarkan uraian diatas penulis mengambil judul PERANAN

FREIGHT FOWARDING DALAM PROSEDUR PENGIRIMAN EKSPOR BARANG (STUDI KASUS DI ASA CARGO SURAKARTA).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas maka perumusan masalah pada penelitian adalah :

1. Bagaimana tahap-tahap pengiriman barang ekspor di ASA CARGO? 2. Dokumen-dokumen apa saja yang diperlukan dan dikerjakan ASA

CARGO dalam pengiriman barang ekspor melalui transportasi laut? 3. Kendala apa yang dihadapi ASA CARGO dalam pengiriman barang

ekspor melalui transportasi laut dan usaha apa yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut?


(17)

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui tahap-tahap pengiriman barang ekspor.

2. Mengetahui dokumen-dokumen apa yang diperlukan dalam pengiriman barang ekspor melalui transportasi laut.

3. Mengetahui kendala apa yang dihadapi ASA CARGO dalam pengiriman barang ekspor melalui transportasi laut dan usaha yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Merupakan penerapan ilmu ekonomi khususnya bagi para mahasiswa Bisnis Internasional tentang jasa pengangkutan dan pemasaran ekspor impor yang diperoleh di bangku kuliah dalam dunia praktek atau nyata.

2. Bagi Perusahaan

Memberikan masukan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan aktivitas ekspor yang dapat digunakan sebagai salah satu bahan evaluasi dengan perusahaan dalam mengambil kebijakan untuk meningkatkan aktivitas ekspor dan pengembangan usaha. 3. Bagi Mahasiswa dan Pembaca lainnya

Merupakan tambahan referensi bacaan dan informasi khususnya bagi mahasiswa Jurusan Bisnis Internasional yang sedang menyusun Tugas Akhir dengan pokok permasalahan yang sama.


(18)

commit to user

E. Metode Penelitian

Penelitian pada dasarnya adalah bagian mencari, mendapatkan data untuk selanjutnya dilakukan penyusunan dalam bentuk laporan hasil penelitian. Supaya proses tersebut dapat berjalan lancar serta hasilnya dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, maka diperlukan metode penelitian.

Metode penelitian mengemukakan secara tertulis tata kerja dari suatu penelitian. Metode ini terdiri dari :

1. Ruang Lingkup Penelitian (Tugas Akhir)

Metode yang digunakan dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah studi kasus, dan metode penelitian magang dengan cara praktek kerja lapangan selama satu setengah bulan pada ASA CARGO di Surakarta.

2. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data

1) Data primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Data ini diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan pemilik perusahaan ASA CARGO serta melalui pengalaman magang kerja.

2) Data sekunder

Data sekunder yaitu data pendukung yang diperoleh dari sumber lain yang berkaitan dengan penelitian. Data ini penulis peroleh dari buku maupun sumber bacaan lain.


(19)

commit to user b. Metode Pengumpulan Data

1) Wawancara

Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung atau tidak langsung yang dilaksanakan dengan tatap muka dengan pihak ASA CARGO.

2) Observasi

Dalam penelitian ini penulis melihat secara langsung mengenai kegiatan yang dilakukan ASA CARGO.

3) Studi pustaka

Dengan cara mempelajari dari bahan-bahan yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.

4) Dokumentasi

Mempelajari catatan serta arsip-arsip dokumen yang ada di ASA CARGO.


(20)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Ekspor

Pengertian ekspor banyak para ahli memberikan definisi tentang ekspor, menurut H.S., Marsono (1999 : 7), ekspor adalah perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari daerah pabean, dimana barang yang dimaksud terdiri dari barang dari dalam negeri (daerah pabean), barang dari luar negeri (luar daerah pabean), barang bekas atau baru.

Menurut Moekijat (1984 : 475) “Prosedur adalah serangkaian tugas-tugas yang saling berhubungan yang merupakan urutan menurut waktu dan cara-cara tertentu untuk melaksanakan pekerjaan yang harus diselesaikan. ”Sedangkan pengertian ekspor menurut Amir MS (1990 : 19) “Ekspor adalah menjual barang-barang kepada konsumen di luar negeri atau ke luar batas negara kita.”

Menurut Madura (2001 : 183) “Ekspor adalah penjualan barang dan jasa kepada pembeli yang berdomisili di negara lain. ”Sedangkan menurut Ball dan Culloch (2000 : 91) “Mengekspor adalah menjual beberapa produksi reguler dalam negeri ke luar negeri.”

Menurut Curry (2001 : 195) “Ekspor adalah barang dan jasa yang dijual kepada negara asing untuk dipertukarkan dengan produk lain atau uang.”

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari batas suatu wilayah negara


(21)

atau mengeluarkan barang dari dalam keluar wilayah pabean suatu negara dengan memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku.

B. Tahap-Tahap Pelaksanaan Ekspor 1. Proses Pelaksanaan Ekspor

1) Eksportir mengadakan koresponden dengan importir

Negosiasi ekspor yang dilakukan antara eksportir dengan importir untuk menawarkan dan menegosiasikan komoditi, dalam surat penawaran kepada importir harus dicantumkan jenis barang, mutu, harga, syarat penyerahan barang, syarat pembayaran dan sebagainya.

2) Eksportir dan importir mengadakan kontrak jual beli

Kontrak jual beli akan terjadi apabila importir menyetujui penawaran yang diajukan oleh eksportir, maka kedua belah pihak membuat dan menandatangani kontrak dagang. Dalam kontrak dagang dicantumkan hal-hal yang disepakati bersama.

3) Penerbitan Letter of Credit (L/C)

Letter of Credit (L/C) akan diterbitkan setelah kontrak dagang ditandatangani kedua belah pihak, maka importir membuka L/C melalui Bank Koresponden dinegaranya dan mengirimkan L/C tersebut kepada Bank Devisa yang ditunjuk eksportir, kemudian Bank Devisa yang ditunjuk memberitahukan diterimanya L/C tersebut kepada eksportir.


(22)

commit to user 4) Mempersiapkan barang

Eksportir mempersiapkan barang yang akan diekspor sesuai dengan yang dipesan importir, keadaan barang harus sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam kontrak dagang dan L/C.

5) Mendaftarkan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)

Eksportir mendaftar Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) ke kantor Bea dan Cukai dengan melampirkan surat sanggup bayar apabila barang ekspornya terkena pajak ekspor.

6) Pemesanan Ruang Kapal

Eksportir menghubungi perusahaan pelayaran untuk memesan ruangan pada kapal.

7) Pengiriman Barang ke Pelabuhan

Barang dikirim setelah jadwal kapal diperoleh, pengangkutan komoditi ekspor diserahkan kepada Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) untuk mengirimkan barang ke pelabuhan.

8) Pemeriksaan Bea dan Cukai

Dokumen-dokumen ekspor diperiksa oleh Bea dan Cukai, apabila barang-barang dan dokumen yang menyertainya telah sesuai dengan ketentuan maka Bea dan Cukai menandatangani pernyataan persetujuan muat yang ada pada PEB.

9) Pemuatan Barang ke Kapal

Pihak Bea dan Cukai menandatangani PEB kemudian barang dimuat diatas kapal, segera setelah barang dimuat diatas kapal, pihak


(23)

pelayaran menerbitkan Bill of Lading (B/L) yang kemudian diserahkan kepada eksportir.

10) Surat Keterangan Asal Barang atau disebut SKA

Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) memfiatmuatkan barang milik ekspotir dan mengajukan permohonan ke Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) untuk memperoleh SKA.

11) Pencairan L/C

Eksportir sudah dapat mencairkan L/C di Bank Devisa, apabila baramg-barang sudah dikapalkan. Dokumen-dokumen yang disertakan adalah B/L, commercial invoice, packing list dan PEB kemudian Bank Devisa mengirim dokumen ekspor kepada Bank Importir.

12) Pengiriman Barang ke Importir

Barang dalam perjalanan dengan kapal dari negara eksportir ke pelabuhan di negara importir.


(24)

commit to user

Tahap-tahap pelaksanaan ekspor dapat digambarkan sebagai berikut :

Luar Negeri Dalam Negeri

Gambar 1.1

Sumber : PPEI Jakarta, 2010

IMPORTIR BUYER

Bank Luar Negeri

Bank Dalam Negeri EKSPORTIR

SELLER Produsen

Pelayaran BEA dan CUKAI DISPERINDAG

H C

A

D E F

G B

12 3

11

4

6

7

9

5

8

10


(25)

2. Dokumen Ekspor Impor

Semua jenis dokumen yang terdapat dalam perdagangan internasional (ekspor impor), baik yang dikeluarkan pengusaha, perbankan, pelayaran, dan instansi lainnya mempunyai arti dan peranan penting. Oleh sebab itu semua dokumen yang menyangkut kegiatan tersebut harus dibuat dan diteliti dengan seksama. Dokumen-dokumen dalam perdagangan internasional (ekspor impor tersebut dapat dibedakan dalam tiga kelompok yaitu dokumen induk, dokumen penunjang dan dokumen pembantu).

a. Dokumen Induk

Dokumen induk adalah dokumen inti yang dikeluarkan oleh Badan Pelaksana Utama Perdagangan Internasional, yang memiliki fungsi sebagai alat pembuktian pelaksanaan suatu transaksi, termasuk dalam dokumen ini antara lain :

1. Letter Of Credit (L/C)

Surat yang dikeluarkan oleh suatu bank atas permintaan importir yang ditujukan kepada eksportir di luar negeri yang menjadi relasi importir tersebut, yang memberikan hak kepada eksportir itu untuk menarik wesel-wesel atas importir bersangkutan.

2. Bill Of Lading (B/L)

Surat tanda terima barang yang telah dimuat di dalam kapal laut yang juga merupakan tanda bukti kepemilikan barang


(26)

commit to user

dan juga sebagai bukti adanya kontrak atau perjanjian pengangkutan barang melalui laut.

3. Faktur (Invoice)

Dokumen yang penting dalam perdagangan, data-data dalam invoice akan dapat diketahui berapa jumlah wesel yang akan dapat ditarik, jumlah penutupan asuransi, dan penyelesaian segala bea masuk. Faktur (invoice) dapat dibedakan ke dalam tiga bentuk yaitu :

a) Proforma Invoice

Proforma Invoice adalah penawaran dari bentuk faktur biasa dari penjual kepada pembeli yang potensial juga tawaran kepada pembeli untuk menempatkan pesanannya yang pasti dan sering dimintakan oleh pembeli supaya instansi yang berwenang di negara importir akan memberikan izin impor. Faktur ini biasanya menyatakan syarat-syarat jual beli dan harga barang sehingga segera setelah pembeli yang bersangkutan telah menyetujui pesanan maka akan ada kontrak yang pasti.

b) Commercial Invoice

Nota perincian tentang keterangan jumlah barang-barang yang dijual dan harga barang-barang-barang-barang tersebut serta perhitungan pembayaran. Faktur ini oleh penjual (eksportir) ditujukan kepada pembeli (importir) yang nama dan


(27)

alamatnya sesuai dengan yang tercantum dalam L/C dan ditandatangani oleh yang berhak menandatangani.

c) Consular Invoice

Faktur yang dikeluarkan oleh instansi resmi yaitu kedutaan atau konsulat. Faktur ini terkadang ditandatangani oleh konsul negara pembeli, atau dibuat dan ditandatangani negara sahabat dari negara pembeli. Peraturan-peraturan antar negara memiliki perbedaan antar satu dengan yang lainnya tentang faktur ini, tetapi yang jelas kegunaan faktur ini antara lain untuk memeriksa harga jual dibandingkan harga pasar yang sedang berlaku dan untuk memastikan bahwa tidak terjadi dumping, selain itu juga diperlukan untuk menghitung bea masuk ditempat importir.

4. Dokumen (Polis) Asuransi

Surat bukti pertanggungan yang dikeluarkan perusahaan asuransi atas permintaan eksportir maupun importir untuk menjamin keselamatan atas barang yang dikirim. Dokumen asuransi ini penting karena dapat membuktikan bahwa barang-barang yang disebut didalamnya telah diasuransi. Jenis-jenis resiko yang ditutup juga disebutkan dalam dokumen ini. Dokumen ini menyatakan pihak mana yang meminta asuransi dan kepada siapa klaim dibayarkan. Setiap asuransi wajib dibayar dengan valuta yang sama dengan L/C kecuali syarat-syarat L/C menyatakan lain. Besarnya asuransi tidak perlu sama


(28)

commit to user

dengan besarnya L/C, dapat lebih besar atau lebih kecil tergantung pada jumlah penarikan, syarat-syarat pengapalan, atau syarat-syarat L/C. Penggantian kerugian apabila terjadi kerusakan atau kehilangan akan dibayarkan senilai yang dinyatakan dalam dokumen asuransi tersebut kepada eksportir juga kepada importir apabila telah di endorsee. Dokumen asuransi dapat dibuat atas nama pengasuransi, atas order bank, atas nama pembawa.

b. Dokumen Penunjang

Dokumen yang dikeluarkan untuk memperkuat atau merinci keterangan yang terdapat dalam dokumen induk, terutama faktur (invoice). Termasuk dalam dokumen ini antara lain :

1. Daftar Pengepakan (Packing List)

Dokumen ini dibuat oleh eksportir yang menerangkan uraian dari barang-barang yang dipak, dibungkus atau diikat dalam peti dan sebagainya dan biasanya diperlukan oleh bea cukai untuk memudahkan pemeriksaan. Uraian barang tersebut meliputi jenis bahan pembungkus dan cara mengepaknya. Dengan adanya packing list maka importir atau pemeriksa barang tidak akan keliru untuk memastikan isinya. Nama dan uraian barang haruslah sama seperti tercantum dalam


(29)

2. Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin)

Surat pernyataan yang ditandatangani untuk membuktikan asal suatu barang, digunakan untuk memperoleh fasilitas bea masuk atau sebagai alat penghitung kuota di negara tujuan dan untuk mencegah masuknya barang dari negara terlarang.

3. Surat Keterangan Pemeriksaan (Certificate of Inspection)

Keterangan tentang keadaan barang yang dimuat oleh

independen surveyor, juru pemeriksa barang atau badan resmi yang disahkan oleh pemerintah dan dikenal oleh dunia perdagangan internasional, berfungsi sebagai jaminan atas mutu dan jumlah barang, ukuran dan berat barang, keadaan barang, pengepakan barang ,banyak isi pengepakan. Laporan yang dibuat atas pemeriksaan kualitatif dan analitis didasarkan pada pemeriksaan sampling 2% dari berat yang sebenarnya, dan merupakan dokumen yang disyaratkan L/C.

4. Sertifikat Mutu (Certificate of Quality)

Keterangan yang dibuat berkaitan dengan hasil analisis barang-barang di laboratorium perusahaan atau badan peneliti independen yang menyangkut mutu barang yang diperdagangkan. Dalam hubungannya dengan hal tersebut di Indonesia berlaku peraturan yang mengharuskan adanya standarisasi dan pengendalian mutu untuk barang-barang ekspor, yaitu dengan menerbitkan sertifikat mutu (certificate of quality).


(30)

commit to user

Sertifikat ini wajib dimiliki oleh setiap eksportir untuk keperluan perdagangan apabila diminta oleh pembeli.

5. Sertifikat Mutu dari Produsen (Manufacture’s Quality Certificate)

Dokumen ini lazimnya dibuat oleh produsen atau pabrik pembuat barang yang di ekspor atau supplier yang menguraikan tentang mutu dari barang-barang, termasuk penjelasan tentang baru atau tidaknya barang dan apakah memenuhi standar barang yang ditetapkan. Dokumen ini juga menunjukkan keterangan mengenai barang yang diproduksi oleh produsen yang membawa merek dagangnya (trade mark).

6. Keterangan Timbangan (Weight Note)

Catatan yang berisi tentang keterangan berat dari tiap-tiap kemasan yang tercantum dalam commercial invoice. Keterangan berat dari barang-barang yang dikapalkan atas dasar suatu L/C haruslah sama dengan yang tercantum pada dokumen-dokumen pengapalan. Dokumen ini disamping untuk mengetahui berat barang, juga diperlukan untuk mempersiapkan alat-alat pengangkut barang pada saat pemeriksaan barang.

7. Daftar Ukuran (Measurement List)

Daftar yang berisi ukuran dan takaran dari tiap-tiap kemasan seperti panjang, tebal, garis tengah, serta volume barang. Ukuran dalam dokumen ini haruslah sama dengan syarat-syarat yang tercantum dalam L/C. Volume pengepakan setiap barang


(31)

tersebut diperlukan untuk menghitung biaya angkut atau untuk keperluan persiapan barang.

8. Analisa Kimia (Chemical Analysis)

Pernyataan yang dikeluarkan oleh laboratorium kimia yang berisi komposisi kimiawi dari suatu barang. Dokumen ini juga menjelaskan tentang bahan-bahan dan proporsi serta kandungan bahan yang terdapat pada barang yang diharuskan pemeriksaannya. Penelitian tersebut dilakukan oleh badan analisis obat-obatan, dan bahan-bahan kimia.

9. Wesel (Bill of Exchange)

Sebuah alat pembayaran yang memberikan perintah yang tidak bersyarat dalam bentuk tertulis, yang ditujukan oleh seseorang kepada orang lain.

Pihak-pihak yang terlibat dalam wesel antara lain :

a) drawer adalah yang menandatangani wesel (penarik)

b) drawee adalah membayar (tertarik)

c) payee adalah yang menerima pembayaran

d) endorsee adalah pihak yang menerima perpindahan atau pengalihan wesel

Dalam sebuah wesel juga terdapat jangka waktu pembayaran yang dikenal dengan istilah tenor wesel, yaitu jangka waktu pada saat dimana sebuah wesel dapat dibayarkan yang tercantum pada setiap wesel. Tenor dalam sebuah wesel dapat dibedakan menjadi:


(32)

commit to user 1) Sight Draft

Wesel yang dibayarkan pada saat diperlihatkan atau saat diminta pembayarannya.

2) Time (term/usance) Draft

Wesel berjangka yang dibayarkan setelah beberapa waktu kemudian, dibedakan atas :

a) time sight draft (wesel yang pembayarannya dilakukan pada waktu tertentu setelah wesel diajukan).

b) time date draft (wesel yang harus dibayar pada tanggal tertentu yang telah ditetapkan).

C. Peran dan Tanggung jawab Freight Fowarding

1. Pengertian Perusahaan Fowarding

Perusahaan fowarding berfokus pada kegiatan pengiriman barang baik ekspor maupun impor. Perusahaan ini bekerja dengan menjembatani perusahaan yang ingin melakukan pengiriman barang dengan konsumen yang ada di luar negeri dengan perusahaan pelayaran (shipping line). Perusahaan ini mendapat potongan harga dan kerjasama dari perusahaan pengiriman yang kompeten sehingga mempunyai harga bersaing dibandingkan dari harga yang didapatkan dari perusahaan pengiriman sendiri.

Fowarding merupakan usaha jasa pengurusan transportasi pengangkutan barang yang menengahi antara shipper/pengirim barang dengan shipping line/perusahaan yang mempunyai alat


(33)

transportasi. Fowarding memiliki keunggulan dalam jasa yang ditawarkan kepada shipper yang lebih daripada langsung kepada

shipping line atau air line. Fowarding juga memiliki beberapa agen di semua tujuan yang ditawarkan, karena perusahaan fowarding ini bisa terhubung dengan banyak perusahaan shipping line atau air line.

Kelebihan perusahaan fowarding dalam melayani shipper adalah harga yang ditawarkan perusahaan fowarding kepada shipper cukup murah, jika shipping line dan air line memberikan jasanya langsung kepada shipper maka harga yang diberikan akan lebih mahal daripada kepada perusahaan fowarding yang telah lebih sering memakai jasa shipping line atau air line. Service kontrak adalah perusahaan fowarding memesan tempat kepada shipping line atau air line dan mampu menjualkan sejumlah tertentu kontainer dengan harga yang disepakati dalam waktu tertentu. Jika perusahaan

fowarding tidak bisa menjualkan kontrak tersebut dalam waktu yang telah ditentukan, maka perusahaan fowarding akan terkena denda dan harus membayarkannya kepada shipping line atau air line

(wawancara dengan Bp. Ali pemilik ASA CARGO).

2. Dokumen dalam service Freight Fowarding

Dokumen merupakan salah satu bagian dari usaha freight forwarding yang sangat fital, untuk itu dibutuhkan pemahaman yang cukup mengenai seluk beluk dokumen, agar usaha freight


(34)

commit to user

forwarding menjadi lebih lancar, tanpa melakukan kesalahan-kesalahan yang seharusnya tidak perlu terjadi. Semua kesalahan-kesalahan bisa saja terjadi hanya karena ketidak mengertian kita tentang dokumen-dokumen freight forwarding.

Untuk membatasi pokok bahasan ini tentang dokumen, yaitu dokumen-dokumen yang berhubungan secara langsung dengan

service freight forwarding, jadi dokumen-dokumen lainnya, seperti

packing list atau invoice, tidak termasuk dalam pokok bahasan ini. Secara umum, dokumen freight forwarding dibagi dua.

a. Dokumen-dokumen yang diterima dari customer ada dua macam : 1) FIATA Forwarding Instructions – FFI atau Shipper’s

Instructions

Kita mengenal adanya sebuah dokumen yang disebut sebagai Shipping Instructions, yang merupakan instruksi dari

customer kepada forwarder untuk melaksanakan pengangkutan barang miliknya. Bentuk Shipping Instructions tersebut sangat beragam, dimana masing-masing customer memiliki kebebasan untuk membuatnya. FIATA Forwarding Instructions ini dibuat oleh FIATA untuk menyeragamkan bentuk bagi semua anggota asosiasi Freight Forwarding diseluruh dunia, disamping itu untuk meningkatkan standard profesionalitas sebagai forwarder.


(35)

Kegunaan :

Customer menerbitkan dokumen ini kepada forwarder, sehingga timbul hubungan kontraktual antara forwarder dengan

customer untuk mengatur pengangkutan dari point A ke point B. Customer diharapkan untuk dapat melengkapi semua data yang diperlukan sehubungan dengan rencana pengiriman barang miliknya, termasuk dokumen-dokumen pendukung lainnya, yang dibutuhkan. Forwarder bisa membantu customer dalam pengisian FIATA Forwarding Instructions.

2) FIATA SDT – Shipper’s Declaration of Dangerous Goods

Customer wajib mengisi, menandatangani dan mengembalikan dokumen pengiriman ini kepada freight forwarder yang ditunjuknya untuk melaksanakan pengiriman barang, apabila barang yang akan dikirimnya termasuk dalam kategori barang berbahaya.

Dokumen ini berisi informasi yang mendetail, termasuk didalamnya informasi mengenai klasifikasi barang berbahaya sesuai dengan peraturan pengangkutan barang.

Isi dari dokumen FIATA SDT adalah sebagai berikut : a) Nama shipper dan alamat.

b) Nama forwarder.

c) Marking, jumlah dan jenis kemasan nama teknis dari barang yang bersangkutan.


(36)

commit to user

e) Klasifikasi atau karakteristik barang yang akan dikirim dll.

Freight forwarder wajib membantu customer untuk mengisi dokumen FIATA – SDT ini.

b. Dokumen-dokumen yang diterbitkan untuk customer ada lima macam :

1) FIATA FCR – Forwarder’s Certificate of Receipt

Kegunaannya :

Dokumen ini merupakan penyataan secara resmi dari pihak freight forwarder bahwa ia sudah mengambil alih penguasaan atas barang-barang.

Tanggung jawab forwarder :

Freight Forwarder dianggap bertanggung jawab untuk menerima dan mengirimkan barang-barang kepada pihak yang dikehendaki oleh consignee.

Catatan khusus:

1. FIATA FCR bukan surat berharga, karena pengiriman barang-barang kepada consignee tidak tergantung kepada penyerahan dokumen ini.

2. Dibagian belakang dokumen ini mencantumkan Standard Conditions dari negara dimana dokumen ini diterbitkan. 3. Ketika menerbitkan dokumen ini, freight forwarder harus


(37)

a. Barang-barang yang bersangkutan telah diterima olehnya atau agen yang ditunjuknya dan pelaksanaan pengiriman barang tersebut diperuntukkan semata-mata untuknya. b. Barang-barang tersebut sesuai dan kelihatan dalam

keadaan baik.

c. Data-data yang tercantum dalam dokumen sudah sesuai dengan instruksi yang diterima.

d. Kondisi-kondisi dalam dokumen-dokumen pengapalan, misalnya B/L, tidak bertentangan dengan tanggung jawabnya sehubungan dengan FCR.

Isi / informasi yang ada dalam dokumen FCR : 1) Nama prinsipal dari supplier atau forwarder. 2) Nama dan alamat consignee.

3) Merek dan nomer.

4) Jumlah dan jenis kemasan. 5) Keterangan tentang barang. 6) Berat Kotor.

7) Ukuran barang.

8) Tempat dan tanggal penerbitan FCR.

2) FIATA FCT – Forwarder’s Certificate of Transport

Kegunaannya :

Dengan menerbitkan FCT kepada pengirim barang,

fowarder dianggap bertanggung jawab untuk mengirimkan barang-barang ke tujuan melalui agen yang ditunjuk olehnya.


(38)

commit to user Tanggung jawab fowarder :

Fowarder dianggap bertanggung jawab atas pengiriman barang-barang ke tujuan, melalui agen yang ditunjuk olehnya, kepada pemegang dokumen sesuai dengan kondisi-kondisi yang tercantum dalam FCT.

Catatan khusus :

1. FIATA FCT adalah surat berharga dan penyerahan barang-barang hanya dapat berlaku apabila ditunjukkan dokumen FCT asli.

2. Dibagian belakang dokumen ini mencantumkan Standart Training Conditions dari negara dimana dokumen ini diterbitkan.

3. Ketika menerbitkan FIATA FCT, freight fowarding harus yakin bahwa :

a. Barang-barang sudah sesuai dan kelihatan dalam keadaan baik.

b. Data-data yang tercantum dalam dokumen sudah sesuai dengan instruksi yang diterima.

c. Kondisi dalam dokumen-dokumen pengapalan, misalnya B/L, tidak bertentangan dengan tanggung jawabnya sehubungan dengan FCT.

d. Tanggung jawab untuk menutup asuransi dari pengiriman barang tersebut sudah disepakati.


(39)

e. Dengan jelas disebutkan jumlah dokumen original yang telah diterbitkan.

4. Freight fowarding biasanya mengenakan biaya atas penerbitan dokumen FIATA FCT kepada customer.

Isi dari informasi yang terdapat dalam FIATA FCT : 1) Nama prinsipal.

2) Nama consignee.

3) Nama pihak ke tiga yang ikut diberitahu. 4) Pelabuhan muat.

5) Pelabuhan tujuan. 6) Merek dan nomer.

7) Jumlah dan jenis kemasan. 8) Keterangan tentang barang. 9) Berat Kotor.

10) Ukuran barang. 11) Asuransi.

12) Freight dan biaya-biaya dibayarkan kepada.

13) Tanggal dan tempat penerbitan FIATA FCT. 3) FBL – Negotiable FIATA Combined Transport Bill of Lading

Kegunaannya :

FBL merupakan dokumen lanjutan (Through Document) yang dipergunakan oleh Internasional Freight Forwarding yang bertindak sebagai Multimodal Transport Operator (MTO).


(40)

commit to user Tanggung Jawab Forawarder :

Dengan menerbitkan FBL, maka forwarder bertanggung jawab tidak hanya terhadap pelaksanaan kontrak angkutan barang saja, dan penyerahan barang ditempat tujuan tetapi juga terhadap tindakan dan kesalahan dari carrier dan pihak ketiga lainnya yang terkait.

Catatan Khusus :

1. FBL itu negotiable kecuali dinyatakan sebaliknya.

2. Diterima oleh Bank untuk pengurusan L/C (Documentary Credit).

3. Dapat juga dipergunakan sebagai marine B/L (Ocean B/L). 4. Ketika menerbitkan FBL, freight forwarder harus yakin,

bahwa :

a. Dia atau agennya telah mengambil alih pengapalan barang yang tercantum didalamnya dan hak dari pengirimannya semata-mata tergantung pada dirinya saja.

b. Barangnya kelihatan dalam keadaan baik.

c. Data-data yang tercantum dalam dokumen sesuai dengan instruksi yang telah diterima.

d. Tanggung jawab mengenai asuransi barang telah disepakati.

e. Dengan jelas disebutkan jumlah dokumen asli yang harus diterbitkan.


(41)

5. Dengan menerbitkan FBL, maka forwarder menerima kewajiban-kewajiban SDRs perkilo dari barang yang hilang atau rusak. Bila harapan dari terjadinya kehilangan atau kerusakan barang dapat diketahui, maka tanggung jawabnya akan ditentukan sesuai dengan pembagian yang relevan dari Hukum Nasional atau Konvensi Internasional yang berlaku. 6. Sangat dianjurkan agar freight forwarding yang menerbitkan

FBL, untuk menutup tanggung jawabnya dengan asuransi. Isi dan informasi yang terdapat dalam FBL :

1) Nama shipper. 2) Nama consignee.

3) Nama pihak ketiga yang ikut diberitahu. 4) Tempat penerimaan barang.

5) Nama kapal. 6) Pelabuhan muat.

7) Pelabuhan pembongkaran/tujuan. 8) Tempat penyerahan barang. 9) Merek dan nomer.

10) Jumlah dan jenis kemasan. 11) Perincian barang.

12) Berat kotor. 13) Ukuran barang.

14) Jumlah freight dibayar di ... 15) Freight dibayar di ...


(42)

commit to user 16) Asuransi muatan.

17) Jumlah FBL asli.

18) Nama agen yang akan melaksanakan penyerahan barang. 4) FWR – FIATA Warehouse Receipt

Kegunaannya :

Dipergunakan oleh freight forwarder yang mengoperasikan pergudangan. Ini berhubungan dengan perincian pembagian hak dan pemegangnya, dengan endorsement pada dokumen, pemindahan hak, dan perjanjian bahwa penyerahan barang dengan menyerahkan dokumen FWR senilai barang yang diserahkan oleh pedagang.

Tanggung Jawab Forwarder :

Di Negara-negara dimana STC mencantumkan tentang aktivitas pengoperasian pergudangan, maka peraturan itu akan berlaku pada FWR yang diterbitkan dinegara itu.

Catatan Khusus :

Dokumen ini tidak negotiable kecuali dinyatakan sebaliknya. Apabila disuatu negara diberlakukan secara legal adanya warehouse receipt sesuai dengan hukum nasional yang berlaku, maka FIATA FWR tidak perlu dipergunakan lagi di negara tersebut.

Isi dan informasi yang terdapat dalam FIATA FWR : 1) Nama pemasok/supplier.


(43)

3) Nama pengelola pergudangan. 4) Nama gudang.

5) Alat pengangkut. 6) Asuransi.

7) Merek dan nomer.

8) Jumlah dan jenis kemasan. 9) Perincian barang.

10) Berat kotor.

11) Apakah barang diterima dalam keadaan baik? Oleh siapa? 12) Indikasi berat kotor, dilakukan oleh siapa?

13) Tempat dan tanggal penerbitan. 5) House Bill of Lading/House Airway Bill

Kegunaannya :

Apabila freight forwarder bertidak sebagai carrier dengan melakukan cargo consolidation atau groupage dengan angkutan laut atau angkutan udara, maka freight forwarder tersebut menerbitkan Bill of Ladingnya sendiri kepada masing-masing shipper.

Tanggung Jawab Freight Forwarder :

Tidak ada keseragaman isi atau kondisi dari House Bill of Lading, karena freight forwarder menikmati ‘Kebebasan Berkontrak’.


(44)

commit to user Ini dijelaskan sebagai berikut :

1. Beberapa forwarder tidak menerima tanggung jawab terhadap hilang atau rusaknya barang yang terjadi, apabila barang itu berada dibawah kekuasaan atau pengawasan

actual carrier.

2. Yang lainnya bertanggung jawab sebagai agen meskipun mereka bertindak sebagai principal dan menerbitkan Bill of Lading sendiri.

3. Beberapa freight forwarder menerima pertanggung jawaban, dalam hal ini membayar kerugian kepada shipper, sebagaimana dia juga menerima ganti rugi dari carrier

yang bertanggung jawab.

4. Beberapa freight forwarder yang menerbitkan HBL bertanggung jawab secara penuh seperti yang tercantum dalam FBL.

Isi dan informasi yang terdapat dalam FBL :

Tidak ada keseragaman dalam isi dokumen yang diterbitkan oleh forwarder, tetapi pada umumnya, berisi data-data sebagai berikut :

1) Nama shipper. 2) Nama consignee.

3) Pihak ketiga yang turut diberitahu. 4) Pelabuhan/Airport pemuatan. 5) Tanggal keberangkatan.


(45)

6) Tanggal tiba.

7) Pelabuhan pembongkaran. 8) Tujuan akhir.

9) Freight dibayar di ... 10) Jumlah B/L asli. 11) Merek dan nomer.

12) Jumlah dan jenis kemasan. 13) Berat kotor.

14) Kondisi penyerahan.

15) Keterangan tentang keadaan barang. 16) Tempat dan tanggal penerbitan HBL. 17) Nama dan alamat agen penyerahan barang.

Selain data-data tersebut di atas, dapat juga dicantumkan kode keagenan, nomer rekening, juga nomer rekening shipper/consignee,

route, jenis valuta untuk pembayaran freight, nilai barang yang diberitahukan untuk kepentingan pengangkut maupun untuk kepentingan pabean.

3. Freight Fowarding dalam Konsolidasi Muatan

Konsolidasi barang (cargo consolidation) adalah pengumpulan beberapa kiriman barang dari beberapa shipper untuk beberapa

consignee di suatu tempat dan dari tempat dikirim sebagai suatu satu unit ke tempat penerima. Di tempat penerima oleh agen dari


(46)

commit to user

konsolidasi baru dibagikan kepada consignee yang bersangkutan. Perusahaan yang melakukan ini dinamakan freight forwarding.

Dalam istilah perpetikemasan, petikemas LCL dikirim sebagai FCL untuk kemudian dijadikan atau dipecah menjadi LCL lagi. Biasanya dilakukan di CFS atau premises dari freight forwarding.

Keuntungan dari konsolidasi barang untuk eksportir dan

shipper adalah pembayaran freight lebih rendah daripada bila langsung berhubungan dengan pengangkut (carrier) terutama untuk

shipper dengan muatan sedikit atau lemah akan sangat menghemat biaya. Pengiriman lebih mudah berhubung dengan freight forwarding yang akan mengurus langsung ke berbagai tujuan daripada shipper mencari informasi sendiri ke berbagai perusahaan pelayaran.

Konsolidasi memberikan (door to door service) yang tidak dilakukan oleh perusahaan pelayaran. Untuk perusahaan pelayaran juga ada keuntungan karena kebanyakan muatan dikirim dengan cara FCL sehingga tidak begitu banyak memerlukan pegawai untuk mengerjakan muatan seperti status LCL. Penarikan freight juga lebih mudah karena diselesaikan oleh freight forwarding saja dan tidak oleh beberapa shipper/consignee.

a. Keuntungan Konsolidasi


(47)

a) Mendapatkan freight yang lebih rendah, utamanya bagi

shipper kecil yang kurang memiliki pengetahuan tentang angkutan, baik laut maupun udara.

b) Shipper cukup berhubungan dengan fowarding yang mampu mengirim barang ke berbagai penjuru dibandingkan dengang

actual carrier yang hanya menawarkan jasa angkutan sesuai dengan rute masing-masing.

c) Fowarding konsolidasi mampu menawarkan door to door service.

2) Bagi (actual) carrier

a) Tidak perlu mengurusi muatan kecil-kecil yang berarti penghematan dokumen, waktu dan tenaga kerja.

b) Muatan intensif karena hanya menerima FCL shipment.

c) Hemat biaya karena tidak menyediakan peralatan, ruang dan tenaga untuk menghandle LCL.

d) Tidak ada resiko pembayaran dari (actual) shipper, tetapi cukup berhubungan dengan fowarding konsolidasi.

3) Bagi freight fowarding

a) Mendapat keuntungan dari selisih freight.

4) Bagi ekonomi nasional

a) Karena fowarding konsolidasi memberikan tarif murah, maka barang ekspor memiliki daya saing tinggi membantu pemasukan devisa.


(48)

commit to user

b. Pertanggung Jawaban (Liability) Konsolidasi

Dengan menerbitkan B/L-nya sendiri, fowarding mengambil peran sebagai pengangkut, dan bertanggung jawab atas seluruh proses pengangkutan barang sejak menerima barang dari shipper sampai dengan menyerahkan barang kepada consignee ditempat tujuan.

Dengan kata lain dia bertanggung jawab (liable) atas kehilangan, kerusakan yang mungkin terjadi pada saat barang berada didalam kekuasaan (custody) dari pengangkut (actual carrier). Tetapi ada fowarding yang menolak atas tanggung jawab tersebut, dalam hal ini dia berperan sebagai agen, dan dicantumkan secara jelas didalam B/L-nya.

Fowarding yang menerbitkan FIATA Bill Of Lading (FBL) menerima tanggung jawab (liable) sesuai dengan “ terms” dari FBL, apabila tahapan (saat terjadinya/stage) kehilangan dan kerusakan barang diketahui, pertanggung jawabannya terbatas pada 2 SDRs (Special Drawing Right) perkilogram atas barang yang hilang atau rusak. Dalam hal keterlambatan, pertanggung jawabannya terbatas dua kali freight atau harga barang, mana yang lebih kecil.

c. Peran Freight Fowarding sebagai Pengangkut

Freight fowarding bertindak sebagai operator dan bertanggung jawab penuh dalam melaksanakan pengangkutan meskipun tidak memiliki kapal sendiri.


(49)

Freight fowarding juga bertindak sebagai :

1) Vessel-operating multimodal transport operator

Secara penuh yang melaksanakan berbagai jenis pengangkutan dengan cara door to door dengan satu dokumen intermodal berbentuk FBL.

2) Non-vessel operator (NVO)

Operator muatan yang mengurus pengangkutan lewat laut dari pelabuhan ke pelabuhan dengan menggunakan satu House Bill of Lading atau Ocean Bill of Lading yang juga dapat mencakup transport darat dan berfungsi sebagai non-vessel operating multimodal transport.

3) Non-vessel operating common carrier (NVOCC)

Mempunyai jadwal pelayaran yang tetap dan melaksanakan konsolidasi muatan atau melayani multimodal transport dengan House Bill of Lading (HBL) atau Bill Of Lading dari FIATA (The International Federation of Freight Fowarder Association).

d. Persyaratan Freight Fowarding yang Melaksanakan Konsolidasi

Bagi freight fowarding yang melaksanakan konsolidasi, harus memiliki :

1) Harus memiliki fasilitas : CFS, gudang, kontainer dan perlatan baik di tempat keberangkatan maupun di tempat tujuan (gudang dalam hal ini adalah gudang di bawah pengawasan bea cukai atau yang berfungsi sebagai ICD/inland containers depot).


(50)

commit to user

2) Memiliki partner atau agen di luar negeri yang melaksanakan fungsi break bulk agen.

3) Memiliki tenaga experts di bidang keuangan, asuransi (liability insurance).

4) Memiliki karyawan yang ahli di bidang packaging, stuffing yang mampu memanfaatkan penggunaan ruangan (space) kontainer. 5) Memiki kontrak jangka panjang dengan actual carrier sehingga

mampu menjamin adanya space di kapal atau pesawat udara serta mendapatkan freight yang murah.

4. Hubungan Freight Fowarding dengan Pihak Ketiga dalam

Multimodal Transport

Dalam dunia transportasi angkutan barang dikenal istilah multimodal transport. Multimodal Transport adalah transportasi yang melibatkan lebih dari satu macam moda angkutan, apakah transportasi tersebut terjadi hanya dalam satu macam moda angkutan, apakah transportasi tersebut terjadi hanya dalam satu negara saja ataupun lebih dari satu negara.

1) Pihak Pengangkut

a. Operator angkutan darat b. Jasa kereta api

c. Pemilik kapal d. Angkutan udara


(51)

2) Non Pengangkut

a. Terminal petikemas b. Perdagangan

c. Container Freight Stations (CFS) atau konsolidasi muatan d. Pemilik petikemas

e. Organisasi yang usahanya khusus untuk mengepak, penyelesaian dokumen ekspor/impor, transaksi penukaran valuta asing, dan pengurusan dokumen terkait

3) Pihak lain a. Bank

b. Pihak asuransi

c. Pelabuhan laut/pelabuhan udara d. Bea dan Cukai

D. Aktifitas Keseluruhan Freight Fowarding sebagai Mata Rantai dalam Kegiatan Ekspor

Sesuai dengan posisinya sebagai jasa pelayanan atau pengurusan atas seluruh kegiatan yang diperlukan bagi terlaksananya pengiriman,

freight fowarding mempunyai aktivitas antara lain :

1. Memilih rute perjalanan barang, moda transportasi dan pengangkutan yang sesuai, kemudian memesan ruang muat (space).

2. Melaksanakan penerimaan barang, mensortir, mengepak, menimbang berat, mengukur dimensi, kemudian menyimpan barang ke dalam gudang.


(52)

commit to user

3. Mempelajari letter of credit barang, peraturan negara tujuan ekspor, negara transit, negara impor kemudian mempersiapkan dokumen-dokumen lain yang diperlukan.

4. Melaksanakan transportasi barang ke pelabuhan laut/udara, mengurus izin bea dan cukai, kemudian mempersiapkan dokumen-dokumen lain yang diperlukan.

5. Membayar biaya-biaya handling serta membayar biaya angkut (freight).

6. Mendapat bill of lading atau air way bill dari pihak pengangkut. 7. Mengurus asuransi transportasi barang dan mengajukan klaim kepada

pihak asuransi bila terjadi kehilangan atau kerusakan atas barang. 8. Memonitor perjalanan barang sampai ke pihak penerima, berdasarkan

info dari pihak pengangkut dan agen fowarder di negara transit / tujuan.

9. Melaksanakan penerimaan barang dari pihak pengangkut.

10. Mengurus izin masuk pada bea dan cukai serta menyelesaikan bea masuk dan biaya-biaya yang timbul di pelabuhan transit/tujuan. 11. Melaksanakan transportasi barang dari pelabuhan ke tempat

penyimpanan barang di gudang.

12. Melaksanakan penyerahan barang kepada pihak consignee, dan melaksanakan pendistribusian barang bila diminta.


(53)

commit to user

DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah dan Perkembangan

ASA CARGO adalah perusahaan yang bergerak di bidang

freight fowarding. ASA CARGO berdiri pada 1 September 2008, dengan tujuan untuk pengembangan potensi, pemberdayaan SDM dan pembina jaringan bisnis bagi pendirinya. ASA CARGO didirikan oleh sepasang suami istri yang sama-sama bergerak di bidang ekspor impor.

Perusahaan ini berdiri ketika Bapak Ali selaku pemilik perusahaan ini yang mulai bosan setelah bertahun-tahun bekerja di perusahaan asing, beliau mulai berfikir untuk membangun usaha sendiri. Berkat pengalaman beliau dan didukung oleh istrinya/ Ibu Vidi yang ahli dalam bidang ekspor impor maka didirikanlah perusahaan tersebut yang diberi nama ASA CARGO.

ASA CARGO masih belum berbadan hukum atau masih termasuk dalam perusahaan perseorangan. Meskipun masih berbentuk perusahaan kecil, perusahaan tersebut mampu memberikan pelayanan terbaik dan tidak kalah dengan perusahaan-perusahaan freight fowarder besar yang berada di sekitar kota Solo. ASA CARGO menyediakan berbagai jenis jasa pengiriman baik antar pulau maupun antar negara berupa pengiriman barang melalui udara maupun pengiriman barang melalui laut (FCL/LCL). Selain itu ASA CARGO juga melayani jasa pendampingan proses ekspor (konsultasi


(54)

commit to user

proses ekspor) bagi perusahaan yang baru akan melakukan transaksi ekspor.

2. Lokasi

ASA CARGO bertempat di Jl. Tangkuban Perahu No.1, Ngenden, Banaran, Solo. Sebuah lokasi dipinggir kota Solo namun dekat dengan wilayah pusat perekonomian, misalnya Kampoeng Batik Laweyan, dan beberapa perusahaan besar lainnya, semisal PT. Batik Keris, PT. Dan Liris, dan masih banyak lagi.

3. Visi dan Misi ASA CARGO

a. Visi

Visi perusahaan yaitu menjadikan Freight Fowarding yang unggul melalui inovasi dan kualitas pelayanan.

b. Misi

Misi perusahaan yaitu melayani kebutuhan transportasi dan pengiriman barang ke luar negeri dengan tepat waktu.

4. Tenaga Kerja

ASA CARGO merupakan perusahaan kecil yang hanya dijalankan oleh 3 orang. Selain itu didukung pula oleh 2 orang pekerja lepas pada bagian operasional dan pengurusan perijinan (COO), dan juga beberapa orang untuk membantu dalam proses pengepakan barang. Jadi dalam hal mencari buyer, pengurusan dokumen-dokumen, dan lain-lain yang berhubungan, kebanyakan dilakukan oleh pemilik perusahaan ini sendiri.


(55)

1. Tahap-tahap pengiriman barang ekspor di ASA CARGO

ASA CARGO di Surakarta sebagai freight fowarder memiliki tahapan pengiriman barang ekspor secara sederhana dibandingkan dengan freight fowarder besar yang ada di Surakarta.

Tahapan pengiriman barang ekspor yang dilakukan ASA CARGO di Surakarta dengan pemilik barang adalah sebagai berikut :

a. Penerimaan Shipping Instruction (S/I)

Shipper mengirimkan (S/I) Shipping Instruction melalui fax ataupun email kepada ASA CARGO sebagai tanda kontrak atau order antara eksportir dengan ASA CARGO untuk pengiriman barang, shipper kemudian meneliti (chek list and cover job), dan menyerahkan penanganan ekspor komoditinya kepada ASA CARGO untuk booking space di agen pelayaran. Dapat diketahui dari aktivitas tersebut terdapat peran freight fowarder dalam kegiatan konsolidasi. Disamping itu ASA CARGO juga berperan sebagai pengangkut dimana ASA CARGO sebagai operator dan bertanggung jawab penuh dalam melaksanakan pengangkutan meskipun tidak memiliki kapal sendiri.

b. Pembuatan Invoice dan Packing List

ASA CARGO menerima shipping instruction (S/I) yang dikirim melalui fax ataupun email, kemudian membuat packing list dan invoice. Pembuatan isi pada packing list dan invoice disesuaikan dengan isi shipping instruction (S/I) dimana dalam


(56)

commit to user

packing list dilengkapi dengan jumlah barang dengan gross weight dan nett weight, dan invoice yang dilengkapi harga satuan dan harga total barang.

c. Booking Space with Carrier (pemesanan ruang kapal)

Kemudian ASA CARGO memesan ruang kapal dengan mendatangi perusahaan pelayaran atau via telepon untuk mengambil surat booking kapal. Dalam hal ini tugas wajib bagi

fowarder yang tidak memiliki kapal sendiri, maka setelah

fowarder mendapat S/I dari shipper fowarder harus segera membuat job file yang dibuat berdasarkan S/I shipper kepada agen pelayaran.

Pihak agen pelayaran melakukan penelitian ulang atas

job file dengan melihat kelengkapan S/I, agen pelayaran kemudian segera mengeluarkan booking confirmation kepada ASA CARGO yang kemudian diteruskan kepada shipper.

d. Pengambilan Container

Pengambilan container dilakukan setelah ASA CARGO menerima booking confirmation, dimana booking confirmation berfungsi sebagai surat bukti permohonan untuk mengeluarkan

empty container pada depot agen pengangkutan pelayaran. Atas data yang sudah ada maka agen pelayaran membuat D/O (Delivery Order).


(57)

Pelaksanaan fumigasi kontainer merupakan penyemprotan zat kimia dengan tujuan untuk meminimalisasi atau menghilangkan hama, jamur, dan bakteri dalam kontainer yang kemungkinan dapat menyerang dan merusak barang, melihat barang ekspor seperti kayu flooring yang dimana kayu sangat mudah terserang rengat dan mengakibatkan kerusakan, maka untuk menghindari hal tersebut dilakukan fumigasi.

f. Pengambilan D/O (Delivery Order)

ASA CARGO mengambil D/O (Delivery Order) ke perusahaan pelayaran, setelah mendapat D/O juga mendapat nomer kontainer dan seal kontainer sebagai segel kontainer. D/O (Delivery Order) berguna bagi penerima barang atau freight fowarder untuk mengeluarkan barang dari pengirim atau

shipper.

ASA CARGO mendapat D/O kemudian melakukan Lift on dan Lift off dari depo kemudian dikirim ke gudang eksportir atau shipper menggunakan alat angkut. Lift on yaitu menaikkan kontainer ke atas alat angkut (truk), dan Lift off merupakan penurunan kontainer dari alat angkut (truk) yang kemudian dilakukan stuffing di gudang shipper.

Membayar Lift on dan Lift off kontainer, yaitu pembayaran biaya penaikan kontainer ke alat angkut dan penurunan kontainer dari alat angkut.


(58)

commit to user

Stuffing dilakukan di gudang shipper namun stuffing juga dapat dilakukan di tempat lain yang sudah ditunjuk oleh

shipper, dimana dalam pelaksanaan stuffing dihadiri oleh pihak dari ASA CARGO, pihak dari shipper itu sendiri, pihak dari

Independen Surveyor, dan pihak-pihak lain yang terkait.

Pengisian barang ekspor ke dalam kontainer dengan pengawasan dari pengawas stuffing yang juga ditugaskan dari kepabeanan. Stuffing dilakukan sesuai dengan Shipping Instruction (S/I) dari konsumen staff (shipper) dilakukan sesuai order, muatan ekspor sebelum dimasukkan ke dalam kontainer harus dibungkus (packing) terlebih dahulu agar barang mudah untuk ditata atau dimasukkan ke dalam kontainer.

Setelah selesai pembungkusan di luar harus diberi label atau sticker sebagai petunjuk secara jelas agar dapat dikerjakan sesuai dengan peraturan, untuk mengantisipasi perlakuan barang pada saat pemasukan ke dalam kontainer untuk menjaga barang-barang tertentu mendapatkan perlakuan khusus agar tidak terjadi kerusakan.

h. Membuat Laporan Hasil Stuffing

Laporan hasil stuffing digunakan untuk fiat Persetujuan Ekspor Barang (PEB). Eksportir mengeluarkan laporan mengenai status kontainer, jumlah gross weight (GW) dan nett weight (NW), nomer kontainer dan seal, jumlah komoditi ekspor, negara tujuan dan tanggal stuffing, laporan hasil stuffing tersebut


(59)

dikirim ke ASA CARGO untuk fiat Persetujuan Ekspor Barang (PEB), eksportir juga mengirimkan packing list dan invoice.

Pembuatan stuffing report (Laporan Hasil Stuffing) untuk pembuatan dokumen Bill of Lading (B/L), dari laporan stuffing yang telah diterima kemudian dibuat proforma Bill of Lading, yang kemudian dikirim ke perusahaan pelayaran yang telah ditunjuk untuk segera menerbitkan Bill of Lading (B/L) asli. i. Pengurusan Custom Clearance (Kepabeanan)

ASA CARGO mengurus custom clearance ke kantor Bea dan Cukai untuk memperoleh PEB (Persetujuan Ekspor Barang). Barang yang akan diekspor wajib diberitahukan dan didaftarkan ke kantor pabean dengan menggunakan PEB (Persetujuan Ekspor Barang).

j. Pembuatan Persetujuan Ekspor Barang (PEB)

Pengisian formulir Persetujuan Ekspor Barang (PEB) dapat dilakukan langsung dengan mengisi manual dengan ditulis diatas kertas formulir di Bea dan Cukai atau dengan Electronic Data Interchange (EDI) yang di-onlinekan langsung dengan Bea dan Cukai, pengganti dokumen dengan EDI telah diakui dalam

Incoterms 1990.

Barang yang diberitahukan dalam Persetujuan Ekspor Barang (PEB) yang telah didaftarkan, yang akan dimuat di sarana pengangkut untuk kemudian dikeluarkan dari daerah


(60)

commit to user

pabean dianggap telah diekspor dan diperlakukan sebagai barang ekspor.

Barang komoditi tertentu yang menuntut ketentuan dikenakan pungutan ekspor, jenis dan tarif pungutan ekspor diatur tersendiri dalam keputusan menteri keuangan, namun dalam kenyataannya di lapangan banyak pungutan-pungutan liar (pungli) yang berlaku dikawasan pabean atau pelabuhan.

Pembayaran pungutan ekspor dilakukan secara tunai melalui bank devisa atau kantor pabean sebelum atau pada saat Persetujuan Ekspor Barang (PEB) didaftarkan dengan kurs yang berlaku pada saat pembayaran.

k. Mengambil draft B/L di perusahaan pelayaran atau Shipping Company

Pengambilan Bill of Lading (B/L) ke perusahaan pelayaran sebagai tanda terima pengangkutan barang atau pengiriman barang dari perusahaan pelayaran kepada shipper.

Bill of Lading yang dikeluarkan perusahaan pelayaran berfungsi sebagai berikut :

1) Bukti bahwa barang telah dimuat di atas kapal

2) Dokumen yang menjadi hak milik dari pemilik barang (document of title)

3) Kontrak angkutan (contract of affreight)


(61)

l. Pemuatan Barang ke atas Kapal

Untuk pemuatan barang ekspor ke atas sarana pengangkut dan ekspor melalui pipa atau jaringan transmisi dilaksanakan setelah mendapat persetujuan ekspor dari pejabat pabean.

Persetujan ekspor sebagaimana dimaksud adalah diberikan oleh pejabat pabean setelah dilakukan penelitian dokumen atau pemeriksaan fisik barang.

Beberapa hal yang menjadi perhatian ASA CARGO : 1) Menyiapkan barang yang akan diperiksa

2) Memberitahukan kepada pemeriksa fisik secara bertahap 3) Menyerahkan kepada pemeriksa

4) Persetujuan Ekspor Barang (PEB) yang telah mendapat No. dan tanggal pendaftaran serta telah ditandatangani dan telah mendapat cap dari ASA CARGO

5) Invoice

6) Packing List

7) Dokumen kelengkapan pabean lainnya diwajibkan m. Cek Kontainer

Pemeriksaan kontainer dilakukan oleh pengawas pabean dan disaksikan oleh shipper atau hanya diwakilkan kepada

fowarder.

Pengawas pabean memeriksa kontainer beserta muatan yang disesuaikan dengan dokumen-dokumen yang telah ada,


(62)

commit to user

maka pengawas pabean meminta kertas merah kepada sopir. Kertas merah merupakan surat jalan, dimana surat jalan itu sendiri ada tiga lembar yaitu :

1) Kertas yang berwarna merah : surat jalan untuk arsip kantor 2) Kertas yang berwarna putih : surat jalan untuk pegangan

sopir

3) Kertas yang berwarna kuning : surat jalan untuk pegangan sopir

n. Memperoleh Job Order untuk Bongkar

Job order didapatkan dari stack yang diambil atau diberikan oleh perusahaan pelayaran.

Job order bongkar dan surat jalan dititipkan di pos 4 (apabila truk belum sampai), pos 4 adalah pos paling terakhir saat truk ada di dalam wilayah pabean dan hampir memasuki

gates atau gerbang niaga pelabuhan Tanjung Emas Semarang atau bisa dikatakan pangkalan truk di pelabuhan.

Dilakukan fiat di gates untuk mendapatkan persetujuan ekspor di gates, setelah truk masuk gates.

o. Pengesahan Dokumen dari Gates

Pengesahan dilakukan dengan memintakan tanda tangan dan cap kemudian satu paket dokumen ditinggal dan sisanya untuk arsip kantor ASA CARGO, setelah mendapat persetujuan dari gates.


(63)

p. Mencatat Semua Biaya

Mendata semua biaya yang akan ditagihkan kepada

shipper menjadi nota Invoice. Biaya-biaya tersebut adalah biaya yang seharusnya ditanggung oleh shipper tetapi ditanggung terlebih dahulu oleh fowarder yang kemudian dirincikan menjadi satu lalu dijumlahkan dan menjadi piutang usaha yang akan ditagihkan dan dilunasi pembayarannya oleh shipper.

q. Penyerahan Dokumen Kepada Shipper

ASA CARGO mengirimkan dokumen-dokumen kepada shipper diantaranya :

1) Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) 2) Persetujuan Ekspor (PE)

3) Laporan Pemeriksaan Bea dan Cukai (LPBC)/Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)

4) Sertifikat Karantina

5) Certificate of Origin (COO) 6) Tagihan Invoice

r. Penyerahan Dokumen Kepada Consignee

ASA CARGO mengirimkan dokumen kepada buyer antara lain : 1) Invoice dan Packing List

2) Asuransi (yang diurus oleh shipper) 3) Sertifikat Karantina

4) Certificate of Origin (COO) 5) Laporan Surveyor (LS)


(64)

commit to user

2. Dokumen-dokumen yang diperlukan sekaligus dikerjakan ASA CARGO dalam pengiriman barang ekspor melalui laut

a. S/I (Shipping Intruction)

S/I (Shipping Intruction) adalah surat/formulir perintah pengiriman atau pengapalan barang yang dibuat eksportir yang memuat data lengkap mengenai pelabuhan tujuan, nama dan alamat importir yang dituju, nama dan alamat eksportir, jumlah barang, ukuran barang, berat kotor barang, isi barang, tanda tangan dan nama pengirim atau stamp perusahaan, serta catatan atau pesan lainnya yang berhubungan dengan pengiriman barang.

b. Invoice

Invoice adalah dokumen yang menyatakan kejelasan data-data barang yang dikirim meliputi nama dan alamat shipper dan consignee, serta rincian jumlah, jenis, dan nilai barang.

c. P/L (Packing List)

P/L (Packing List) adalah dokumen yang menyatakan kejelasan data-data barang yang dikirim meliputi nama, alamat

shipper dan consignee, serta rincian jumlah, jenis dan berat barang termasuk jumlah kemasan.

d. B/L (Bill of Lading)

B/L (Bill of Lading) adalah dokumen yang dikeluarkan oleh perusahaan pelayaran sebagai tanda terima penyerahan barang juga sebagai bukti pemilikan atas barang yang telah


(1)

commit to user

menghadapi masalah-masalah tersebut. Pada ASA CARGO khususnya pada bagian sea freight masalah yang sering timbul adalah jadwal keberangkatan kapal yang padat, sehingga tidak sedikit keberangkatan barang yang harus dipindahkan dan ikut kapal lain, dengan catatan keberangkatan barang tersebut disesuaikan dengan tanggal stuffing.

Hal demikian terjadi karena banyaknya shipper/eksportir yang mengekspor barangnya melalui transportasi laut dan kebanyakan dari mereka menginginkan barangnya cepat sampai ditempat tujuan, padahal tidak hanya dari ASA CARGO saja (mewakili shipper) yang menggunakan jasa perusahaan pelayaran tertentu untuk pengiriman barangnya, oleh karena itu sering terjadinya kepadatan keberangkatan barang ekspor melalui laut dengan alat transportasi kapal, namun apabila shipper menginginkan barangnya berangkat sesuai dengan tanggal yang diinginkan dan dengan kapal yang dipilihnya, maka shipper harus mau menaikkan harga atau biaya untuk mendapatkan tempat didalam kapal sesuai dengan tanggal keberangkatan yang diinginkan, sebab dalam suatu muatan terdapat kelas-kelas yang mana dari kelas-kelas tersebut terdapat harga yang berbeda.

ASA CARGO dalam mengatasi kendala keterlambatan pengiriman barang melalui transportasi laut terlebih dahulu melakukan kerjasama atau teken kontrak dengan perusahaan pelayaran, misalnya kontrak selama satu tahun dengan memberikan


(2)

commit to user

atau mensuply beberapa teus (satuan dalam kontainer) tertentu, sehingga untuk pengiriman barang berkapasitas banyak dengan menggunakan jasa perusahaan pelayaran tertentu atau yang diinginkan dapat berjalan dan sampai ditempat tujuan sesuai dengan waktu dan tanggal yang dijadwalkan.


(3)

commit to user

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai peranan

freight fowarding dalam prosedur pengiriman ekspor barang pada ASA

CARGO di Surakarta, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Tahapan pengiriman barang ekspor di ASA CARGO, antara lain sebagai

berikut:

Shipper mengirimkan shipping instruction (S/I) melalui fax

atau email, setelah menerima (S/I) dari shipper kemudian ASA CARGO membuat packing list dan invoice yang isinya sesuai dengan shipping instruction, kemudian ASA CARGO memesan ruang kapal dengan mendatangi perusahaan pelayaran atau via telepon untuk mengambil surat booking kapal. Setelah menerima

booking confirmation dari perusahaan pengapalan, ASA CARGO

melakukan pengambilan kontainer pada depot agen pengangkutan pelayaran, setelah kontainer tiba biasanya dilakukan penyemprotan

gas clearance atau fumigasi untuk menghindari bau yang tidak

sedap dan tumbuhnya jamur, kemudian ASA CARGO mengambil (D/O) ke perusahaan pelayaran, setelah itu barulah dilaksanakan

stuffing, selesai melakukan stuffing ASA CARGO membuat laporan

hasil stuffing yang digunakan untuk fiat persetujuan ekspor barang (PEB), selanjutnya mengurus custom clearance ke kantor Bea dan Cukai untuk memperoleh PEB, setelah itu mengambil (B/L) ke


(4)

commit to user

perusahaan pelayaran sebagai tanda terima pengangkutan barang atau pengiriman barang dari perusahaan pelayaran kepada shipper, selanjutnya dilakukan pemuatan barang ke atas kapal setelah mendapat persetujuan ekspor dari pejabat pabean yang setelah itu melakukan pengecekan kontainer dengan disaksikan oleh shipper atau hanya diwakili fowarder yang bersangkutan, setelah itu mendapatkan job order untuk bongkar yang didapat dari stack yang diambil untuk diberikan kepada perusahaan pelayaran, selanjutnya

melakukan pengesahan dokumen dari gates, kemudian ASA CARGO

mendata semua biaya yang akan ditagihkan kepada shipper menjadi nota invoice, selanjutnya mengirimkan dokumen kepada

shipper antara lain (PEB, PE, LHP, Sertifikat Karantina, COO, dan

Tagihan Invoice), ASA CARGO juga menyerahkan dokumen kepada

consignee antara lain (invoice dan packing list, asuransi, sertifikat

karantina, COO, LS)

2. Dokumen-dokumen yang diperlukan dan dikerjakan dalam pengiriman

barang ekspor melalui transportasi laut antara lain :

a. Shipping Intruction (dibuat atau dikerjakan berdasarkan S/I dari

shipper yang kemudian dikirim ke EMKL yang ditunjuk oleh

shipper)

b. SOP (Shipping Operating Procedures) yang dibuat berdasarkan S/I dari eksportir, kemudian SOP diberikan kepada divisi sea

freight untuk dikerjakan mulai dari booking space pada


(5)

commit to user

c. Packing List dan Invoice (dikerjakan atas permintaan atau

perintah shipper)

d. Draft B/L (dibuat sebagai acuan untuk membuat dokumen B/L

asli)

e. Bill of Lading (dokumen sebagai bukti pemilikan atas barang

yang telah dimuat)

f. Manifest (dokumen yang berisi informasi tentang muatan di

atas kapal)

g. D/O atau Delivery Order (dokumen yang digunakan untuk mengeluarkan barang dari tempat penyimpanannya)

h. Mate’s Receipt (dokumen tanda terima dari pengangkut)

Dalam pengiriman barang ekspor melalui transportasi laut

ASA CARGO menerbitkan dan mengerjakan dokumen berupa Draft

Bill of Lading, Bill of Lading, House Bill of Lading, Invoice, Packing List (apabila dokumen tersebut atas permintaan shipper), dan

dokumen asuransi bila diperlukan.

3. Kendala yang dihadapi oleh ASA CARGO khususnya terjadi pada bagian sea freight masalah yang sering timbul adalah jadwal keberangkatan kapal yang padat, sehingga tidak sedikit keberangkatan barang yang harus dipindahkan dan ikut kapal lain, dengaan catatan keberangkatan barang tersebut disesuaikan dengan tanggal stuffing. Hal demikian terjadi karena banyaknya


(6)

commit to user

laut dan kebanyakan dari mereka menginginkan barangnya cepat sampai ditempat tujuan.

B. SARAN

Berdasarkan hasil uraian kesimpulan diatas, maka dalam penulisan Tugas Akhir terdapat beberapa saran demi kemajuan dan suksesnya ASA CARGO sebagai perusahaan Freight Fowarding, antara lain sebagai berikut : 1. ASA CARGO sebaiknya melakukan tahapan pengiriman barang

ekspor tepat waktu sesuai prosedur mulai dari penerimaan Shipping

Intruction (S/I) sampai penyerahan dokumen pada Cosignee, agar

barang yang dikirim bisa diproses secara lancar dan memberikan rasa aman kepada customer.

2. ASA CARGO sebaiknya menambah karyawan, agar dalam pengurusan

dokumen ekspor yang dikerjakan oleh dapat berjalan dengan lancar sehingga tidak mengecewakan customer.

3. Menghadapi kendala yang mungkin sering terjadi, diharapkan ASA CARGO dapat menjaga hubungan baik dengan perusahaan pelayaran yang jasanya sering dipakai dalam proses pengiriman barang sehingga didalam proses pengiriman ekspor barang ASA CARGO akan lebih diprioritaskan dibandingkan dengan fowarding lainnya sehingga barang dari shipper akan tiba ke tempat tujuan tepat waktu dan customer akan puas dengan kinerja perusahaan.