PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAININGTERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERISUHU DAN KALOR DI KELAS X SEMESTER IISMA NEGERI 1 PERCUT SEI TUANT.P. 2013/2014.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI
SUHU DAN KALOR DI KELAS X SEMESTER II
SMA NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN T.P.2013/2014

Oleh :
Tonggol Barumun Hasibuan
NIM 4103321049
Program Studi Pendidikan Fisika

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2014

i


iv

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini semaksimal mungkin dan sesuai waktu yang telah direncanakan.
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training
Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Suhu dan Kalor di Kelas X
Semester II SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan T.P. 2013/2014” disusun untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr.
Derlina, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi sekaligus selaku Ketua Program
Studi Pendidikan Fisika FMIPA UNIMED yang telah banyak meluangkan waktu
dalam memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sejak awal hingga akhir
penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Ibu Dr.
Mariati P. Simanjuntak, M.Pd, Bapak Prof. Motlan, M.Sc, Ph.D, M.Pd, dan Bapak
Abdul Rais, S.Pd, ST, M.Si selaku dosen penguji I, II dan III yang telah
memberikan masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai

penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Bapak Drs
Khairul Amdani, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing dan memotivasi serta membantu penulis selama perkuliahan.
Ucapan terima kasih juga di sampaikan kepada bapak Drs. Sehat Simatupang,
M.Si selaku ketua prodi pendidikan Fisika, juga kepada seluruh bapak dan ibu
dosen beserta staf dan pegawai jurusan fisika FMIPA UNIMED yang telah
banyak membantu penulis. Ucapan terima kasih di sampaikan juga kepada Bapak
Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D, selaku dekan FMIPA Unimed. Ucapan
terimakasih juga disampaikan kepada Bapak Muliadi, S.Pd, M.Si selaku kepala
sekolah dan Bapak Drs. P. Simanjuntak, M.Si selaku guru bidang studi fisika di
SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan yang telah banyak membantu dan membimbing
penulis selama penelitian, juga tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada
para guru serta staf Tata Usaha yang telah memberikan kesempatan dan bantuan
selama melakukan penelitian.

v

Teristimewa kepada kedua orangtua penulis yaitu Ayahanda H.
Tambunan Hasibuan dan Ibunda Hj. Sopiah Pulungan yang telah mendo’akan
dan memberikan motivasi yang tidak terkira besarnya baik secara moril maupun

materi, beserta kakak, abang, dan adik (Nurtama, SE, Eka Damayanti, SH, Linda
Romaito, SH, Paisal Sombatua, SH, Nopriati Hsb, Ina Sepriana Hsb, Muhammad
Habibi Hsb, dan Nur Jannah Hsb) yang telah memberikan motivasi kepada
penulis untuk dapat menyelesaikan studi di Unimed ini.
Selain itu penulis ucapkan terima kepada teman-teman seperjuangan,
Meutia yang pengertian dan setia mendengarkan curhatan baik sedih maupun
senang, Maya yang selalu rela membagikan ilmunya, Suriaita yang selalu bersabar
dalam menghadapi cobaan, Tiwi, Saima dan Ica yang menginspirasi bahwa hidup
itu harus dinikmati jangan gara-gara tugas tidak jadi rencana (jalan-jalan), dan
Fitri yang mengajarkan saya untuk lebih bisa memahami teman, beserta seluruh
keluarga besar Fisika Ekstensi 2010 yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu yang telah memberikan ide-ide selama perkuliahan. Teman-teman satu
PPLT (Nita, Putri, Olin, Deti, Suci F, Suci K, Nanda, Vince, Herman, Popot,
Romy, Suwandi, Andri, dll) yang telah banyak membantu selama PPLT. Selain
itu, penulis ucapkan banyak terimakasih kepada adek-adek kos (Aida, Maryuna,
Yuni/Cuning, Aisyah, Nurul) yang telah banyak memotivasi, memberikan
masukan-masukan serta nasehat kepada penulis.
Penulis menyadari, masih banyak kelemahan, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik konstruktif dari pembaca demi sempurnanya
skripsi ini. Kiranya isi skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan.


Medan, Juli 2014
Penulis,

Tonggol Barumun Hasibuan
NIM. 4103321049

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
RIWAYAT HIDUP
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DARTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN


Halaman
i
ii
iii
iv
vi
ix
x
xi

BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
1.2.Identifikasi Masalah
1.3.Batasan Masalah
1.4.Rumusan Masalah
1.5.Tujuan Penelitian
1.6.Manfaat Penelitian
1.7.Defenisi Operasional

1

5
6
6
7
7
8

BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1.Landasan Teori
9
2.1.1. Pengertian Belajar
9
2.1.2. Tujuan Belajar
10
2.1.3. Prinsip-Prinsip Belajar
11
2.1.4. Hasil Belajar
12
2.1.5. Pengertian Aktivitas
13

2.2. Pengertian Model Pembelajaran
14
2.2.1. Model Pembelajaran Inquiry Training
14
2.2.1.1.Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Inquiry Training 19
2.2.2. Model Pembelajaran Konvensional
20
2.3. Materi Pembelajaran
21
2.3.1. Suhu dan Termometer
21
2.3.2. Pemuaian
22
2.3.3. Kalor
25
2.3.4. Pengaruh Kalor Terhadap Perubahan Wujud Zat
27
2.3.5. Hubungan antara perubahan Suhu dan Perubahan Wujud
28
2.3.6. Asas Black

29
2.3.7. Perpindahan Kalor
30
2.4. Penelitian Terdahulu
33

vii

2.5. Kerangka Konseptual
2.6. Hipotesis

35
36

BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
3.2.Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.Variabel Penelitian
3.4.Jenis dan Desain Penelitian
3.4.1. Jenis Penelitian

3.4.2. Desain Penelitian
3.5.Prosedur Penelitian
3.6.Instrumen Pengumpul Data Penelitian
3.6.1. Angket Siswa
3.6.2. Penilaian Sikap
3.6.3. Penilaian Keterampilan
3.6.4. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
3.6.5. Tes Hasil Belajar
3.7. Validitas Tes
3.8.Teknik Analisis Data
3.8.1. Angket Siswa
3.8.2. Observasi Aktivitas Siswa
3.8.3. Tes Hasil Belajar
3.8.3.1.Menghitung Mean dari Pretes dan Postes
3.8.3.2.Uji Normalitas
3.8.3.3.Uji Homogenitas
3.8.3.4.Uji Kesamaan Rata-rata Pretes
3.8.3.5.Uji Hipotesis (Uji t)

37

37
37
37
37
38
38
41
41
41
41
41
42
42
47
47
47
47
47
48
48

49
50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Uji Coba Instrumen Penelitian
4.1.2. Validitas Tes
4.1.3. Reliabilitas Tes
4.1.4. Taraf Kesukaran
4.1.5. Daya Pembeda Soal
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1. Deskripsi Hasil Penelitian
4.2.2.Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
4.2.3. Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
4.2.4. Pengujian Analisa Data

52
52
52
53
53
53
54
54
54
55
57

viii

4.2.4.1.Uji Normalitas Data
4.2.4.2. Uji Homogenitas Data
4.2.5. Uji Kesamaan Rata-Rata Pretes
4.2.6. Uji Hipotesis
4.2.7. Hasil Observasi Aktivitas Siswa
4.2.8. Penilaian Sikap
4.2.9. Penilaian Keterampilan
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian

57
57
58
58
59
61
62
63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran

66
67

DAFTAR PUSTAKA

68

x

DAFTAR TABEL
Halaman
2.1.Tahap Pembelajaran Inquiry Training
2.2.Konversi Skala Termometer
2.3.Koefisien Muai Panjang dan Muai Volum
2.4.Kalor Jenis Beberapa Zat
2.5. Konduktivitas Termal Beberapa Zat
2.6.Penelitaian Terdahulu
3.1.Two Group Pretes – Postes Design
3.2. Kategori dan Persentase Nilai
3.3. Tabel Spesifikasi Tes Hasil Belajar
3.4.Kategori dan Nilai Reliabilitas
3.5. Kategori dan Nilai Taraf Kesukaran
3.6.Kategori dan Nilai Daya Beda
3.7.Kriteria Tingkat Gain yang Dinormalisasi
4.1. Kategori Validitas Tes
4.2. Kategori Taraf Kesukaran Tes
4.3. Tabel Kategori Daya Pembeda Tes
4.4. Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
4.5. Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
4.6. Uji Normalitas Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
4.7. Uji Normalitas Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
4.8. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Data Pretes
4.9. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Data Postes
4.10. Ringkasan Uji Kesamaan Rata-Rata Pada Pretes
4.11. Ringkasan Perhitungan Uji t Data Postes
4.12. Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol
4.13. Penilaian Sikap Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
4.14. Perkembangan Keterampilan Siswa Kelas Eksperimen

18
22
23
26
32
33
38
41
42
44
45
45
47
52
53
53
54
56
57
57
57
58
58
59
59
61
62

ix

Daftar Gambar
Halaman
2.1.Perbandingan Skala Termometer Celcius, Fahrenheit, Kelvin
Dan Reamur
2.2.Pemuaian Panjang
2.3.Koefisien Muai Luas Zat Padat
2.4.Koefisien Muai Volume Zat Padat
2.5.Grafik Perubahan Temperatur Dan Perubahan Wujud Zat
Pada Sebuah Es
2.6.Perpindahan Kalor Dalam Kehidupan Sehari-Hari
2.7.Ujung Besi Yang Dipanaskan Menyebabkan Ujung Yang Lain Ikut Panas
3.1. Skema Rancangan Penelitian
4.1. Diagram Batang Data Pretes Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol
4.2. Diagram Batang Data Postes Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
4.3. Diagram Batang Data Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen
Dan Kelas Kontrol
4.4. Rata-Rata Persentase Penilaian Sikap Siswa Di Kelas Eksperimen
Dan Kontrol
4.5. Rata-Rata Persentase Penilaian Keterampilan Siswa Di Kelas
Eksperimen Dan Kelas Kontrol

21
22
24
24
28
30
31
40
54
55
59
60
61

xi

Daftar Lampiran
Halaman
Lampiran 1.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas
70
Ekperimen Dan Kontrol
Lampiran 2. LKS
120
Lampiran 3. Skenario
141
Lampiran 4 Instrumen Penelitian
153
Lampiran 5. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
158
Lampiran 6. Rubrik Penilaian Sikap
171
Lampiran 7. Rubrik Penilaian Keterampilan
173
Lampiran 8. Deskriptor Observasi Aktivitas Belajar Siswa
174
Lampiran 9. Tabel Persiapan Menghitung Validitas Tes
176
Lampiran 10. Perhitungan Validitas Tes
177
Lampiran 11. Tabel Reliabilitas Instrumen Penelitian
179
Lampiran 12. Perhitungan Reliabilitas Tes
180
Lampiran 13. Tabel Tingkat Kesukaran Instrumen Penelitian
181
Lampiran 14. Perhitungan Tingkat Kesukaran Tes
182
Lampiran 15. Tabel Daya Beda Instrumen Penelitian
183
Lampiran 16. Data Pretest Dan Postest Kelas Eksperimen
184
Lampiran 17. Data Pretest Dan Postest Kelas Kontrol
186
Lampiran 18. Rekapitulasi Hasil Jawaban Pretes Kelas Eksperimen
188
Lampiran 19. Rekapitulasi Hasil Jawaban Postes Kelas Eksperimen
189
Lampiran 20. Rekapitulasi Hasil Jawaban Pretes Kelas Kontrol
190
Lampiran 21. Rekapitulasi Hasil Jawaban Postes Kelas Kontrol
191
Lampiran 22. Perhitungan Rata-Rata, Varians Dan Standar Deviasi
192
Lampiran 23. Uji Normalitas
194
Lampiran 24. Uji Homogenitas
198
Lampiran 25. Uji Hipotesis
201
Lampiran 26.Rekapitulasi Nilai Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen
205
Lampiran 27. Rekapitulasi Nilai Aktivitas Siswa Kelas Kontol
209
Lampiran 28. Rekapitulasi Penilaian Sikap Siswa Kelas Eksperimen
213
Lampiran 29. Rekapitulasi Penilaian Sikap Siswa Kelas Kontrol
217
Lampiran 30. Rekapitulasi Penilaian Keterampilan Siswa Kelas Eksperimen221
Lampiran 31. Harga Tabel Kritisdan r Product Moment
225
Lampiran 32. Daftar Nilai Kritis untuk Uji Liliefors
226
Lampiran 33.Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva
227
Lampiran 34. Daftar Nilai Persentil untuk Distribusi F
228
Lampiran 35.Daftar Nilai Persentil untuk Distribusi t
230
Lampiran 36. Dokumentasi Penelitian
231

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Standar proses pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada suatu satuan pendidikan untuk
mencapai standar kompetensi lulusan. Standar proses pendidikan yang dimaksud
berlaku untuk setiap lembaga pendidikan formal pada jenjang pendidikan tertentu
dimana pun lembaga pendidikan itu berada secara nasional. Dengan demikian,
seluruh sekolah seharusnya melaksanakan proses pembelajaran seperti yang
dirumuskan dalam proses pendidikan ini. Akan tetapi, proses pembelajaran yang
terjadi dalam pendidikan dewasa ini menjadi salah satu masalah yang dihadapi
lembaga pendidikan formal (Sanjaya, 2010:4).
Masalah proses pembelajaran yang dihadapi dalam pendidikan formal
sudah sering didengar baik di kota maupun di pedesaan, yang mengakibatkan
rendahnya mutu lulusan. Dimana proses model pembelajaran konvensional
dengan

mengandalkan metode ceramah yang terjadi dimana-mana, tanpa

mempertimbangkan berbagai faktor yang bisa mempengaruhi keberhasilan proses
pembelajaran. Hal ini tampak dari rata-rata hasil belajar siswa yang senantiasa
masih memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi model
pembelajaran yang masih konvensional atau berpusat pada guru (teacher center)
yang tidak menyentuh ranah dimensi siswa itu sendiri. Seperti kita ketahui, bahwa
banyak mata pelajaran yang diikut sertakan dalam standar kompetensi lulusan UN
(Ujian Nasional) salah satunya adalah mata pelajaran fisika.
Fisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang semua peristiwa dan
gejala fisis yang terjadi di alam. Pengetahuan fisika diperoleh dan dikembangkan
dengan berlandaskan pada serangkaian penelitian yang dilakukan fisikawan dalam
mencari jawaban pertanyaan apa, mengapa, bagaimana dari gejala-gejala alam
serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Kunci keberhasilan belajar fisika
adalah menyenangi fisika. Siswa akan menyenangi fisika jika ia memahami
konsep-konsep fisika dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Namun pada
kenyataannya banyak siswa menganggap fisika sebagai pelajaran yang penuh

2

rumus-rumus. Padahal, fisika merupakan pelajaran yang sangat menarik. Banyak
hal yang terlihat aneh atau unik dapat dijelaskan dengan konsep-konsep yang
indah.
Sesuai dengan pengalaman peneliti saat melakukan Program Pengalaman
Lapangan Terpadu (PPLT), banyak siswa yang menyatakan bahwa pelajaran
fisika itu merupakan pelajaran yang kurang menarik. Mereka juga cenderung
menganggap pelajaran fisika salah satu pelajaran yang membosankan, karena
selalu identik dengan rumus yang banyak dan susah untuk diingat. Guru lebih
sering menggunakan pola mengajar dengan menyajikan materi dan penyelesaian
soal-soal dengan rumus. Siswa hanya dapat menghitung tetapi tidak dapat
mengerti konsep fisika sebenarnya. Dalam proses pembelajaran, khususnya
pembelajaran fisika guru merupakan figur yang harus pandai memilih metode,
media maupun model pembelajaran yang akan digunakan untuk menjelaskan
materi pelajaran agar tercapai sesuai dengan tujuan.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan
dengan instrumen observasi angket dan wawancara dapat diperoleh sejumlah
data. Dari hasil angket yang disebarkan kepada siswa diperoleh hasil bahwa
siswa kurang menyukai pelajaran fisika. Mereka juga cenderung menganggap
pelajaran fisika selalu identik dengan rumus. Selain itu, dalam pelaksanaan
pembelajaran guru sering menggunakan pola mengajar dengan menyajikan materi
yang lebih menekankan pada penggunaan rumus. Selain itu, siswa juga
menganggap pelajaran fisika merupakan pelajaran yang kurang menarik
dikarenakan proses pembelajaran yang membuat siswa menjadi pasif. Siswa
jarang diberi kesempatan untuk bertanya kepada guru jika ada materi yang kurang
dipahami. Hal ini disebabkan model pembelajaran yang digunakan oleh guru
kurang bervariasi dan metode yang digunakan cenderung menggunakan metode
ceramah dan penugasan.
Selanjutnya penulis melakukan wawancara kepada Bapak Parlindungan
Simanjuntak mengatakan bahwa hasil belajar siswa belum mencapai KKM atau
Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditetapkan sekolah, yaitu 75 pada T.P
2013/2014. Hal ini terlihat dari hasil ulangan siswa. Selain dari itu, guru juga

3

mengatakan

bahwa

dalam

melaksanakan

pembelajaran

beliau

masih

menggunakan model pembelajaran konvensional. Dimana pola mengajar yang
digunakan masih menggunakan metode ceramah dan penugasan. Pada proses
pembelajaran, guru jarang melakukan demostrasi pada materi yang sedang
diajarkan. Selain itu, guru juga belum memanfaatkan sarana dan prasarana yang
ada di sekolah sehingga siswa jarang melakukan praktikum di dalam laboratorium
sekolah.

Hal

ini

mengakibatkan

kemampuan

siswa seperti

melakukan

pengamatan, merumuskan hipotesis, menggunakan alat, mengumpulkan data,
mengidentifikasi variabel, membuat kesimpulan dan kegiatan yang lain dapat
mengembangkan keterampilan proses ilmiah yang ada pada diri siswa tidak
tampak.
Menurut Joice dkk (2011:200), untuk menyikapi masalah di atas, perlu
adanya upaya yang dilakukan oleh guru untuk membuat siswa lebih tertarik
mempelajari fisika. Mengingat bahwa proses pembelajaran fisika merupakan
proses pembelajaran untuk membuktikan sesuatu yang masih teori. Perlu
diterapkan model pembelajaran dari fakta menuju teori atau from facts to teories.
Pembenahan dengan menerapkan model pembelajaran inquiry training,
permasalahan tersebut diharapkan dapat teratasi. Hal ini didasarkan karena model
pembelajaran inquiry training ini diarahkan untuk mengajarkan siswa dalam
proses mengkaji dan menjelaskan suatu fenomena khusus. Tujuannya adalah
membantu siswa mengembangkan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk
mengajukan pertanyaan dan menemukan jawabannya berdasarkan rasa ingin
tahunya.
Melalui model pembelajaran inquiry training ini siswa diharapkan aktif
mengajukan pertanyaan mengapa sesuatu terjadi kemudian mencari
mengumpulkan

serta

memproses

data

secara

logis

untuk

dan

selanjutnya

mengembangkan strategi intelektual yang dapat digunakan untuk menemukan
jawaban atas pertanyaan mengapa sesuatu terjadi. Inquiry training dimulai dengan
menyajikan peristiwa yang mengandung teka-teki atau pengetahuan bersifat
tentative (tidak pasti) kepada siswa.

4

Salah satu konsep yang membutuhkan keterlibatan siswa dalam berbagai
aktivitas dan membuat siswa lebih aktif adalah konsep suhu dan kalor. Dimana
pada konsep suhu dan kalor siswa dihadapkan pada suatu permasalahan yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Seperti pada permasalahan bagaimana api
membengkokkan strip logam. Dalam hal ini siswa mulai menyelidikinya lebih
dalam. Awalnya siswa hanya berpikir, bahwa biasanya, benda yang dipanaskan
tidak bengkok, tetapi mungkin terbakar. Lalu mengapa logam tersebut justru
membengkok saat dipanaskan? Hal tersebut mulai menunjukkan peristiwa yang
aneh, tetapi siswa tidak bisa menyimpulkan begitu saja, mereka harus bekerja
menjelaskan situasi, dan hasil dari kerja ini akan berbentuk wawasan, konsep, dan
teori baru bagi mereka.
Siswa-siswa

yang

menghadapi

situasi

tersebut

akan

termotivasi

menemukan jawaban masalah-masalah yang masih menjadi teka-teki. Hal ini
sesuai dengan teori Suchman dalam Joice dkk yang menerapkan model
pembelajaran dari fakta menuju teori atau from facts to teories. Selain itu, guru
juga dapat menggunakan kesempatan ini untuk mengajarkan prosedur pengkajian
sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran inquiry training.
Peneliti sebelumnya yang dilakukan oleh Damanik dan Bukit pada jurnal,
diperoleh hasil kemampuan berpikir kritis fisika siswa yang menggunakan model
pembelajaran inquiry training (IT) lebih baik dibandingkan dengan Direct
Instrucsion (DI). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Hakim dkk pada
jurnal, diperoleh hasil penelitian dengan menunjukkan ada peningkatan hasil
belajar dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training.
Penelitian yang sama dengan menggunakan model pembelajaran inquiry
training dilakukan oleh Sirait (2011) dan Hasibuan (2012), Dari hasil penelitian
yang dilakukan oleh Sirait di kelas X Semester 1 SMA Negeri Percut Sei Tuan,
diperoleh nilai rata-rata pretes 25,75 dan setelah diberi perlakuan yaitu dengan
model pembelajaran inqury training diperoleh nilai rata-rata postes 74,63.
Hasibuan (2012) melakukan penelitian di kelas X Semester 1 SMA Negeri 1
Pahae Julu. Terdapat hasil belajar fisika siswa yang dilihat dari hasil postes siswa
di kelas eksperimen 65,408, sedangkan pada kelas kontrol nilai postes 47,167.

5

Dari hasil kedua penelitian tersebut terdapat peningkatan terhadap hasil belajar
siswa dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training. Akan tetapi
pada kedua penelitian ini terdapat kelemahan yang sama yaitu, penggunaan waktu
yang kurang efektif dan peneliti kurang mampu mengontrol kelas saat
melaksanakan diskusi kelompok sehingga kondisi kelas menjadi tidak kondusif.
Berdasarkan

kelemahan

peneliti

sebelumnya,

untuk

memperbaiki

kelemahan terkait alokasi waktu peneliti akan lebih tegas dalam pembelajaran,
terutama pada pertukaran tahap pembelajaran. Karena biasanya pada pertukaran
tahap pembelajaran memakan waktu yang banyak. Peneliti juga akan
menyampaikan langkah-langkah model inquiry training kepada siswa sebelum
melaksanakan pembelajaran, agar siswa terbiasa dan tidak heran dengan model
yang akan digunakan pada saat pembelajaran. Selain itu, peneliti juga
mengorganisasikan kelompok dengan mempersiapkan 8 kelompok agar
anggotanya lebih sedikit dalam satu kelompok dan siswa dapat dikontrol dengan
baik dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry
Training Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Suhu dan Kalor di
Kelas X Semester II SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan T.P. 2013/2014”.

1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, beberapa masalah dapat diindentifikasi
sebagai berikut :
1.

Rendahnya hasil belajar fisika siswa

2.

Siswa cenderung pasif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar

3.

Model pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi

4.

Metode yang digunakan cenderung menggunakan metode ceramah dan
penugasan

5.

Siswa menganggap bahwa fisika merupakan pelajaran yang sulit dan
membosankan

6

6.

Siswa jarang diberi kesempatan untuk bertanya tentang materi yang
kurang dipahami kepada guru

7.

Proses pembelajaran lebih menekankan pada penggunaan rumus

1.3. Batasan Masalah
Mengingat luasnya masalah yang akan diteliti maka perlu dilakukan
pembatasan masalah :
1.

Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran inquiri
training di kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional di
kelas kontrol kelas X semester II di SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan T.A.
2013/2014

2.

Subyek penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan
T.P 2013/2014

3.

Hasil belajar yang akan diteliti hanya pada aspek kognitif yang disertai
pengamatan aktivitas

4.

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah suhu dan kalor

1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1.

Bagaimana hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran inquiry
training pada materi suhu dan kalor kelas X semester II di SMA Negeri 1
Percut Sei Tuan T.A. 2013/2014?

2.

Bagaimana peningkatan aktivitas siswa yang menggunakan model
pembelajaran inquiry training pada materi

suhu dan kalor kelas X

semester II di SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan T.A. 2013/2014?
3.

Bagaimana peningkatan aktivitas siswa yang menggunakan model
pembelajaran konvensional pada materi suhu dan kalor kelas X semester
II di SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan T.A. 2013/2014?

4.

Apakah ada perbedaan akibat pengaruh penggunaan model pembelajaran
inquiry training terhadap hasil belajar fisika siswa pada materi suhu dan

7

kalor di kelas X semester II di SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan T.A.
2013/2014?

1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah :
1.

Untuk

mengetahui hasil belajar siswa yang menggunakan model

pembelajaran inquiry training pada materi

suhu dan kalor kelas X

semester II di SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan T.A. 2013/2014
2.

Untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa yang menggunakan model
pembelajaran inquiry training pada materi

suhu dan kalor kelas X

semester II di SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan T.A. 2013/2014
3.

Untuk mengetahui peningkatan

aktivitas siswa yang menggunakan

model pembelajaran konvensional pada materi suhu dan kalor kelas X
semester II di SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan T.A. 2013/2014
4.

Untuk mengetahui adanya perbedaan akibat pengaruh penggunaan model
pembelajaran inquiry training terhadap hasil belajar fisika siswa pada
materi suhu dan kalor di kelas X semester II di SMA Negeri 1 Percut Sei
Tuan T.A. 2013/2014

1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi guru untuk menerapkan
model pembelajaran inquiry training dalam upaya meningkatkan hasil
belajar siswa
2. Sebagai bahan informasi hasil belajar fisika dengan menggunakan model
pembelajaran inquiry training pada materi materi suhu dan kalor
3. Sebagai bahan informasi alternatif pemilihan model pembelajaran pada
materi suhu dan kalor
4. Sebagai masukan untuk peneliti dalam menambah wawasan tentang model
pembelajaran inquiry training

8

1.7. Defenisi Operasional
1. Model Pembelajaran inqiry training adalah suatu rangkaian kegiatan
belajar yang melibatkan kemampuan berpikir siswa secara sistematis,
kritis, logis,

dan analitis untuk menganalisis dan memecahkan suatu

persoalan.
2. Hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengalaman
belajar yang dilakukan melalui tes hasil belajar.

66

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari hasil analisa data dan
pengujian hipotesis maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yang diberi perlakuan dengan
model pembelajaran inquiry training adalah 76,29. Nilai rata-rata tersebut
termasuk kategori baik. Sedangkan rata-rata hasil belajar siswa pada kelas
kontrol yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran konvensional
adalah 62,86 Nilai rata-rata tersebut termasuk kategori cukup baik
2. Peningkatan aktivitas belajar siswa di kelas eksperimen selama mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training
pada materi pokok suhu dan kalor di kelas X semester II SMA Negeri 1
Percut Sei Tuan T.P 2013/2014 dengan persentase N-Gain aktivitas untuk
pertemuan I dan pertemuan II =

15% dengan peningkatan aktivitas

kategori rendah, persentase N-Gain aktivitas untuk

pertemuan II dan

pertemuan III = 25% dengan peningkatan aktivitas kategori rendah,
persentase N-Gain aktivitas untuk pertemuan III dan pertemuan IV = 33%
yang merupakan peningkatan aktivitas kategori sedang.
3. Peningkatan aktivitas belajar siswa di kelas kontrol selama mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional
pada materi pokok suhu dan kalor di kelas X semester II SMA Negeri 1
Percut Sei Tuan T.P 2013/2014 dengan persentase N-Gain aktivitas untuk
pertemuan I dan pertemuan II =

12% dengan peningkatan aktivitas

kategori rendah, persentase N-Gain aktivitas untuk

pertemuan II dan

pertemuan III = 16% dengan peningkatan aktivitas kategori rendah,
persentase N-Gain aktivitas untuk pertemuan III dan pertemuan IV = 17%
yang merupakan peningkatan aktivitas kategori rendah.
4. Berdasarkan perhitungan uji t diperoleh bahwa

thitung > ttabel

yaitu

4,862>1,997 maka Ha diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ada

67

perbedaan akibat pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap
hasil belajar siswa pada materi suhu dan kalor semester II SMA Negeri 1
Percut Sei Tuan T.A 2013/2014.

5.2. Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan dalam penelitian ini, maka peneliti
mempunyai beberapa saran, yaitu:
1. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang model pembelajaran
inquiry training ini agar peneliti lebih membimbing siswa dengan cara
aktif bertanya kepada siswa tentang kendala yang dihadapi, memotivasi,
dan mengarahkan agar setiap siswa aktif berdiskusi.
2. Sebelum melakukan pembelajaran, terlebih dahulu peneliti menjelaskan
langkah-langkah model pembelajaran inquiry training agar siswa tidak
kebingungan untuk mengikuti fase pembelajaran sehingga bisa mengikuti
pembelajaran dengan baik
3. Peneliti yang ingin menggunakan model pembelajaran inquiry training
hendaknya lebih tegas lagi dalam mengontrol kelas saat melaksanakan
diskusi kelompok sehingga kelas menjadi lebih kondusif.
4. Kepada guru yang ingin menggunakan model pembelajaran inquiry
training ini supaya mempersiapkan masalah-masalah dalam kehidupan
sehari-hari yang lebih menarik dan terkait pada materi pelajaran sehingga
siswa akan tertarik mengikuti pelajaran.

68

DAFTAR PUSTAKA
Aunurrahman, 2011, Belajar dan Pembelajaran, Alfabeta, Bandung.
Arikunto., S, 2012, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta.
Azizah., A. Dan Parmin, Inquiry Training untuk Mengembangkan Keterampilan
Meneliti Mahasiswa, Unnes Science Education Journal, Hal 10-11.
Damanik., D.P. dan Bukit., N, Analisis Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap
Ilmiah pada Pembelajaran Fisika Menggunakan Model Pembelajaran
Inquiry Training (IT) dan Direct Instrucsion (DI), Jurnal Pendidikan
Fisika, Hal 24.
Dimyati dan Mudjiono, 2006, Belajar dan Pembelajaran, PT Rineka Cipta,
Jakarta.
Djamarah., S.B. dan Aswan., Z, (2006), Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta,
Jakarta.
Hake., R, 1999, Analyzing Change/Gain Scores, Dept. Of Phisics, Indiana
Uneversity USA
Hakim., A. Nasution., H. dan Derlina, Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang
Dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Inquiry Training dan
Konvensional pada Materi Pokok Gaya dan Hukum Newton di Kelas VIII
SMP Negeri 17 Medan, Jurnal Online Pendidikan Fisika, Hal 16.
Hasibuan., L, 2012, Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap
Hasil Belajar Fisika Siswa pada Materi Pokok Hukum Newton dan Gaya
Gesek di Kelas X Semester 1 SMA Negeri 1 Pahae Julu T.P. 2012/2013,
Skripsi FMIPA Unimed, Medan.

Indahwati.,T.S. Sunarno., W. dan Sajidan, 2012. Penerapan Model Inquiry
Training Melalui Teknik Peta Konsep dan Teknik Puzzle Ditinjau dari
Tingkat Keberagaman Aktivitas Belajar dan Kemampuan Memori. Jurnal
Fisika UNS, Hal 258-265.
Joyce., B. Weil., M. dan Calhoun., E, (2011), Models of Teaching: Model-Model
Pengajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Kanginan., M, (2013), Fisika untuk SMA Kelas X, Erlangga, Jakarta.
Nurachmandani., S, 2009, Fisika 1 Untuk SMA/MA Kelas X, Pusat Perbukuan,
Jakarta.
Prasetiyanti., T. Sutrisno., Rahmawati., A, Pembelajaran Training Inquiry Model
Dengan Bantuan KWL Chart Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa
Pendidikan Teknik Bangunan Universitas Sebelas Maret dalam Mata
Kuliah Konstruksi Bangunan Gedung, Jurnal Fisika UNS, Hal 12.

69

Rusman, 2010, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru, PT Raja Grafindo, Jakarta.
Sanjaya., W, 2010, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standard Proses
Pendidikan, Prenada Media Group, Jakarta.
Sardiman, 2011, Interaki & Motivasi Belajar Mengajar, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Sirait., V, 2011, Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Hasil
Belajar Siswa pada Materi Pokok Gerak Lurus di Kelas X Semester 1
SMA Negeri Percut sei tuan T.P.2011/2012, Skripsi FMIPA Unimed, Medan.
Sudjana, 2005, Metoda Statistika, PT Tarsito Bandung, Bandung.
Sudjana., N, 2009, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Trianto, 2011, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik,
Prestasi Pustaka, Jakarta.

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X SEMESTER 1 DITINJAU DARI HASIL BELAJAR, AKTIVITAS, DAN RESPON SISWA DI SMA NEGERI 3 LAMONGAN

0 3 1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF KANCING GEMERINCING TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 BANDAR LAMPUNG

0 4 10

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA PEMBELAJARAN DENGAN METODE SCIENTIFIC INQUIRY DAN DISCOVERY PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 13 BANDAR LAMPUNG

0 13 60

PENGARUH CARA BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR DAN KETERSEDIAAN SARANA BELAJAR DI RUMAH TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SEMESTER GANJIL SMA NEGERI 1 BANYUMAS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 10 87

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 PRINGSEWU BARAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 12 67

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY SISWA KELAS V SEMESTER GANJIL SD NEGERI 1 MARGOSARI KECAMATAN PAGELARAN UTARA KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 9 53

PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KELAS X SEMESTER GENAP 2014/2015 SMA NEGERI 1 MERAPI TIMUR KABUPATEN LAHAT SUMSEL

1 24 77

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SEMESTER GENAP SMA NEGERI 2 GADING REJO TAHUN PELAJARAN 20152016

1 0 9

PENGARUH MODEL STAD TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DI SMA NEGERI 1 TEBAS

0 0 9

TUGAS AKHIR PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBANTUAN MEDIA M-LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR PPKn SISWA KELAS XII SMKN 3 SALATIGA SEMESTER 1 TAHUN AJARAN 20172018

0 0 15