HUBUNGAN ANTARA PENILAIAN KOGNITIF STRESSFUL BUDAYA AKADEMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI MAHASISWA.

(1)

HUBUNGAN ANTARA PENILAIAN KOGNITIF STRESSFUL BUDAYA

AKADEMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI MAHASISWA

(Studi Korelasional pada Mahasiswa Semester Tiga Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung Tahun Ajaran 2013-2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

AGNI MARLINA 0900312

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

Hubungan Antara Penilaian Kognitif

Stressful

Budaya Akademik Dengan

Penyesuaian Diri Mahasiswa

Oleh Agni Marlina

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Agni Marlina 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

ABSTRAK

Agni Marlina (0900312). Hubungan Antara Penilaian Kognitif Stressful Budaya Akademik Dengan Penyesuaian Diri Mahasiswa (Studi Korelasional pada Mahasiswa Semester Dua Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung Tahun Ajaran 2012-2013). Skripsi. Jurusan Psikologi FIP UPI. Bandung (2014).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penilaian kognitif stressful budaya akademik, penyesuaian diri mahasiswa, dan hubungan antara penilaian kognitif stressful budaya akademik dengan penyesuaian diri mahasiswa. Subjek penelitian adalah mahasiswa semester tiga Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung Tahun Ajaran 2013-2014 sebanyak 85 orang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan penyebaran kuesioner, sedangkan instrumen penelitian menggunakan skala penilaian kognitif stressful budaya akademik yang diadaptasi dari teori Lazarus & Folkman (1984) dan penyesuaian diri mahasiswa berdasarkan teori Schneiders (1964). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara penilaian kognitif stressful budaya akademik dengan penyesuaian diri mahasiswa semester tiga Fakultas Ilmu Pendidikan UPI Bandung dengan koefisien korelasi sebesar -0,569 dan memiliki tingkat hubungan antara kedua variabel yang tergolong sedang. Hubungan antara kedua variabel tersebut menunjukkan korelasi yang negatif dimana berarti bahwa semakin tinggi penilaian kognitif stressful budaya akademik, maka semakin rendah penyesuaian diri mahasiswa (maladjustment). Begitupun sebaliknya, semakin rendah penilaian kognitif stressful budaya akademik, maka semakin tinggi penyesuaian diri mahasiswa (well-adjustment).


(5)

ABSTRACT

Agni Marlina (0900312). Relationship Between Cognitive Appraisal Stressful Academic Culture with College Student Adjustment (Correlational Study on College Student Semester Three Faculty of Education, University of Education Indonesia Bandung School Year 2012-2013). S1 thesis. Psychology Department Indonesia University Of Education. Bandung (2014).

This research aims to describe the cognitive appraisal stressful academic culture, college student adjustment, and relationship between cognitive appraisal stressful academic culture with college student adjustment. Subjects of this research are college students of the third semester of E Faculty of Education, University of Education Indonesia Bandung School Year 2013-2014 with 85 of sample. This research uses a quantitative approach with a correlation method. Data collection techniques used were the questionnaires, whereas the research instrument using cognitive appraisal stressful academic culture scale that was adapted from Lazarus & Folkman's theory (1984 ) and the adjustment of college students based on the theory of Schneiders (1964 ). The results showed that there is a relationship between cognitive appraisal stressful academic culture with college student adjustment with a correlation coefficient of -0.569 and has a degree of relationship between the two variables is classified as moderate. The relationship between these two variables showed a negative correlation which means that the higher cognitive appraisal stressful academic culture, the lower college student adjustment (maladjustment). Otherwise, the lower cognitive appraisal stressful academic culture, the higher college student adjustment (well - adjustment). Key words : cognitive appraisal stressful, academic culture, adjustment


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GRAFIK ... xi

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian... B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... D. Manfaat/Signifikansi Penelitian ... E. Struktur Organisasi Skripsi ... 1 5 7 7 8

BAB II KONSEP PENILAIAN KOGNITIF STRESSFUL, BUDAYA AKADEMIK DAN PENYESUAIAN DIRI

A. Konsep Penilaian Kognitif ... B. Transisi Dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Ke Perguruan Tinggi ... C. Konsep Budaya Akademik ... D. Konsep Penyesuaian Diri ... E. Kerangka Pemikiran ... F. Asumsi Penelitian ... G. Hipotesis Penelitian ... H. Penelitian Yang Relevan...

10 18 23 24 31 33 34 34


(7)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian ... B. Desain Penelitian ... C. Metode Penelitian ... D. Variabel Definisi Operasional ... E. Instrumen Penelitian ... F. Proses Pengembangan Instrumen ... G. Teknik Pengumpulan Data ... H. Analisis Data ...

37 39 39 40 42 48 54 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... ... B. Pembahasan ...

58 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... B. Saran ...

82 83


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Sekolah Menengah Atas (SMA) dan universitas merupakan dua institusi yang memiliki perbedaan nyata baik dari segi fisik hingga sistem yang meliputinya. Adanya perbedaan cara belajar, perbedaan pola hubungan antara mahasiswa dengan pengajar, perbedaan kegiatan ekstrakurikuler, bahkan perbedaan hubungan antara mahasiswa dan mahasiswa yang lain, membutuhkan kemampuan dan keterampilan yang mumpuni untuk dapat beradaptasi di lingkungan universitas.

Ketika seorang siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) menjadi seorang mahasiswa di suatu universitas, merupakan suatu fase peralihan yang memiliki banyak kemungkinan yang terjadi. Salah satunya adalah kemungkinan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan universitas yang memiliki banyak perbedaan kultur dan dinamika dengan lingkungan sekolah. Hal ini karena terdapat beberapa kendala yang dialami oleh para mahasiswa ketika pertama kali mereka masuk ke lingkungan baru yang sangat berbeda dari lingkungan yang mereka hadapi sebelumnya (Kertamuda & Herdiansyah, 2009: 12).

Brouwer (Alisjahbana, 1983: 68), mencatat beberapa masalah yang harus diperhatikan oleh mahasiswa dalam kaitannya dengan situasi dan status baru yang dihadapi, yaitu: perbedaan cara belajar, perpindahan tempat tinggal (kost, kontrakan, atau tinggal bersama keluarga), mencari teman baru dan hal-hal yang berkaitan dengan pergaulan, perubahan relasi (relasi orang tua-anak, antar saudara, antar teman sepermainan diganti dengan relasi dosen-mahasiswa, mahasiswa-mahasiswa dan sebagainya), pengaturan waktu, serta nilai-nilai hidup yang didapat di kampus.

Selain itu pada universitas pun terdapat penjurusan mahasiswa berdasarkan subyek mata kuliah yang diambil. Setiap jurusan memiliki materi dan


(9)

sifat pembelajaran yang berbeda-beda. Kondisi-kondisi tersebut menuntut mahasiswa untuk dapat menyesuaikan diri dengan metode pengajaran yang diterapkan. Hal ini dikarenakan pada masa Sekolah Menengah Atas (SMA) pola pembelajaran tentulah berbeda. Mahasiswa dituntut untuk lebih bertanggung jawab dengan tugas-tugas yang dibebankan dan mampu mengatur diri sendiri dengan kebutuhan-kebutuhan di kampus.

Masalah-masalah yang berkaitan dengan peralihan masa Sekolah Menengah Atas (SMA) ke universitas, dapat membangkitkan emosi tersendiri bagi mahasiswa bahkan bisa menjadi sumber tekanan/stres pada dirinya. Ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Kertamuda & Herdiansyah (2009: 19) yang menyatakan bahwa jadwal kegiatan perkuliahan, metode belajar, norma serta kultur universitas yang menjadi stimulus sekaligus stresor bagi mahasiswa baru. Namun hal ini tentunya dipengaruhi pula oleh penilaian masing-masing mahasiswa terhadap setiap masalah yang ia hadapi ketika memasuki fase peralihan ke tingkat universitas. Dengan penilaian kognitif (cognitive appraisal), individu yang satu akan memberikan penilaian dan respon yang berbeda dengan individu yang lain terhadap situasi/kejadian yang sama (Lazarus & Folkman, 1984: 23). Seorang mahasiswa akan menilai apakah pengalaman yang ia hadapi berdampak positif atau negatif bagi kehidupan dirinya di kampus. Hal ini berarti bahwa penilaian kognitif seorang individu dapat menghayati peran yang dijalankannya, misalnya peran sebagai mahasiswa yang dipersepsikan sebagai suatu ancaman (threat) yang mempengaruhi kesejahteraannya atau mungkin sebagai suatu tantangan (challenge) yang akan menentukan langkah selanjutnya berkaitan dengan pengalaman yang terjadi.

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti pada bulan Januari 2013 dalam rangka mengetahui gambaran kondisi mahasiswa tingkat pertama, didapatkan hasil bahwa mahasiswa mengalami suatu tekanan ketika menghadapi situasi yang mereka hadapi berkaitan dengan lingkungan kampus. Hal ini disebabkan karena situasi tersebut sangatlah berbeda dengan situasi yang sebelumnya mereka alami di SMA. Mulai dari waktu belajar, hubungan dengan teman sebaya, hubungan mahasiswa dengan dosen, serta peraturan yang mereka


(10)

jalani di kampus membuat mahasiswa mengalami hambatan untuk menyesuaikan diri.

Salah satunya sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rosiana (2011: 492-494) dimana sebagian mahasiswa belum dapat menyesuaikan diri dengan pola belajar mandiri yang seharusnya diterapkan di perguruan tinggi. Beberapa di antara mahasiswa membayangkan bahwa kuliah akan menyenangkan karena memiliki jadwal dan peraturan yang relatif lebih longgar daripada saat di Sekolah Menengah Atas (SMA). Namun setelah menjalani kuliah, mereka terkejut dengan jadwal kuliah yang berbeda-beda setiap hari dengan rentang waktu yang seringkali berjauhan antara satu mata kuliah ke mata kuliah lain. Hal ini, menurut mahasiswa, membuat mereka merasa lelah sehingga mereka kurang optimal dalam belajar dan mengatur waktu untuk kegiatan lainnya.

Berdasarkan penelitian tersebut, menurut Rosiana (2011: 493-494), apa yang menjadi penilaian kognitif mahasiswa terhadap budaya akademik di kampus berbeda dengan kenyataan yang mereka hadapi di lapangan sehingga dapat mempengaruhi pola penyesuaian diri mahasiswa baik di kampus maupun di luar kampus. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan sebanyak 19,54% mahasiswa tingkat pertama di Universitas Islam Bandung memiliki IPK dibawah angka 2 yang merupakan salah satu ciri bahwa para mahasiswa tersebut kurang memiliki kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan budaya dan tuntutan belajar di perguruan tinggi sejak awal memasuki perguruan tinggi (Rosiana, 2011: 493-494).

Arkoff (1968: 143) menjelaskan bahwa penyesuaian diri di universitas dalam hal pencapaian kuliah meliputi prestasi akademik mahasiswa dan pertumbuhan pribadi. Dalam pendekatannya, mahasiswa yang dapat menyesuaikan diri dengan baik adalah mahasiswa yang memperoleh nilai yang memuaskan, lulus dalam setiap mata kuliah serta mencapai kelulusan akhir. Sebaliknya, mahasiswa yang tidak dapat menyesuaikan diri adalah mahasiswa yang memperoleh nilai yang tidak memuaskan, kurang menunjukkan penampilan dalam setiap mata kuliah, atau gagal, dan menunjukkan kecenderungan drop out


(11)

dari universitas atau perguruan tinggi sebelum kelulusan akhir. Selain prestasi akademik, penyesuaian diri di universitas juga melibatkan gagasan pertumbuhan pribadi. Seorang mahasiswa yang dapat menyesuaikan diri dengan baik adalah mahasiswa yang akan menunjukkan pertumbuhan pribadi baik dalam hal non-potensi akademik dengan mengacu pada prestasi di luar kelas, seperti dalam seni dan musik, kreativitas, dan kepemimpinan.

Selain itu penelitian lain yang dilakukan oleh Thawabieh, A.M & Qaisy L.M (2012: 110) mengenai “Assessing Stress among University Student” menunjukkan bahwa mahasiswa mengalami stres dengan level sedang (moderate) dimana salah satunya dikarenakan mahasiswa datang dari kota yang berbeda-beda sehingga terdapat hambatan yang mereka alami ketika akan menyesuaikan diri dan menjalin relasi dengan mahasiswa lainnya. Di sisi lain, hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada salah satu mahasiswa baru menunjukkan bahwa prestasi akademis yang mahasiswa miliki cenderung lebih rendah bila dibandingkan dengan prestasi akademisnya sewaktu di SMA karena perbedaan metode dan cara belajar antara perkuliahan dengan SMA. Selain itu mahasiswa pun lebih rentan terhadap penyakit flu dan sakit kepala akibat dari pola makan yang tidak teratur karena jadwal perkuliahan yang berbeda-beda setiap harinya.

Ini membuktikan bahwa terdapat penilaian kognitif stressful pada mahasiswa dimana situasi yang mereka alami berkaitan dengan stres akademik cenderung membuatnya mengalami suatu hambatan dalam menyesuaikan diri. Hal tersebut berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Schneiders (1964: 274) dimana individu yang kurang mampu menyesuaikan diri adalah individu yang tidak dapat menyelaraskan tuntutan dalam dirinya dengan tuntutan lingkungannya dengan cara-cara yang dapat diterima lingkungannya.

Penyesuaian diri menarik untuk dikaji mengingat banyaknya mahasiswa dari berbagai universitas yang mengalami masalah dengan penyesuaian dirinya di kampus, sebagaimana pula yang diungkapkan oleh Schneiders (1964: 468) bahwa banyak siswa yang memiliki kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan situasi akademik karena benturan mendasar antara apa yang mereka inginkan dari


(12)

pendidikan dan apa yang pendidikan seharusnya berikan. Berdasarkan uraian di atas, peneliti memfokuskan kajian pada hubungan antara penilaian kognitif (cognitive appraisal) stressful budaya akademik dengan penyesuaian diri mahasiswa semester tiga di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung Tahun Ajaran 2013-2014.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Seiring dengan berbagai perbedaan yang dihadapi mahasiswa berkaitan dengan kondisi di universitas/perguruan tinggi, maka akan timbul suatu penilaian tertentu pada diri mahasiswa berkaitan dengan pengalaman yang mereka hadapi di kampus. Tentunya hal ini akan mempengaruhi penyesuaian diri mahasiswa saat dihadapkan dengan berbagai hambatan dan kesulitan yang berkaitan dengan perbedaan-perbedaan tersebut. Suatu permasalahan yang dihadapi oleh mahasiswa dapat dipandang sebagai suatu ancaman yang akan merugikan dirinya pribadi atau mungkin suatu tantangan yang akan memberikan motivasi bagi dirinya untuk mencapai tujuannya. Hal tersebut tergantung pada penilaian kognitif (cognitive appraisal) mahasiswa yang merupakan proses penilaian setiap individu terhadap peristiwa atau kejadian yang ia hadapi. Apakah dipersepsikan sebagai sesuatu yang berdampak positif atau berdampak negatif bagi kehidupannya di masa depan.

Peneliti memfokuskan penelitian ini pada mahasiswa semester tiga tahun ajaran 2013-2014 dengan pertimbangan bahwa mahasiswa tersebut telah menempuh masa satu tahun ajaran di kampus Universitas Pendidikan Indonesia. Peneliti merasa bahwa dalam jangka waktu satu tahun ajaran tersebut, mahasiswa semester tiga telah melakukan proses pembentukan penilaian kognitif stressful budaya akademik yang mereka rasakan selama perkuliahan sehingga dapat mempengaruhi pola penyesuaian diri mahasiswa di kampus maupun di luar kampus.


(13)

Berdasarkan identifikasi masalah yang berkembang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran penilaian kognitif stressful budaya akademik pada mahasiswa semester tiga Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung Tahun Ajaran 2013-2014?

2. Bagaimana gambaran penyesuaian diri mahasiswa semester tiga Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung Tahun Ajaran 2013-2014?

3. Bagaimana hubungan antara penilaian kognitif stressful budaya akademik dengan penyesuaian diri mahasiswa semester tiga Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung Tahun Ajaran 2013-2014?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.Untuk mengetahui gambaran penilaian kognitif stressful budaya akademik pada mahasiswa semester tiga Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

2.Untuk mengetahui gambaran penyesuaian diri mahasiswa semester tiga Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

3.Untuk mengetahui hubungan antara penilaian kognitif stressful budaya akademik dengan penyesuaian diri mahasiswa semester tiga Fakultas


(14)

Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat teoretis

Penelitian ini diharapkan mampu memperkaya referensi dalam bidang ilmu pengetahuan khususnya dalam kajian psikologi klinis mengenai penilaian kognitif (cognitive appraisal) stres remaja yang berstatus sebagai mahasiswa tingkat pertama terhadap budaya akademik yang dihadapi, serta dapat memberikan sumbangan ilmiah terhadap pengembangan psikologi pendidikan, khususnya tentang masalah penyesuaian diri mahasiswa tingkat pertama.

2. Manfaat praktis

a. Bagi mahasiswa. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi serta gambaran mengenai penilaian kognitif (cognitive appraisal) stres pada mahasiswa terhadap budaya akademik dan penyesuaian dirinya di kampus. Sehingga mereka dapat mengatasi berbagai hambatan dan kesulitan yang dihadapi selama masa perkuliahan serta mampu mencapai prestasi akademik yang optimal.

b. Bagi universitas. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan bagi pihak universitas dan dosen pembimbing akademik dalam rangka membantu dan mengarahkan mahasiswanya untuk dapat menghadapi berbagai hambatan dan


(15)

kesulitan yang mereka temui selama masa perkuliahan di kampus, seperti pengaturan waktu, bersosialisasi dengan teman baru, mencapai kesuksesan akademik, dan lain-lain.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Adapun rincian mengenai urutan penulisan dari setiap bab dalam skripsi ini dijabarkan sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan A.Latar Belakang

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah C.Tujuan Penelitian

D.Manfaat/Signifikan Penelitian E. Asumsi Penelitian

F. Hipotesis Penelitian

G.Struktur Organisasi Skripsi

BAB II: Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian BAB III: Metodologi Penelitian

A.Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian B. Desain Penelitian

C.Metode Penelitian D.Definisi Operasional E. Instrumen Penelitian

F. Proses Pengembangan Instrumen G.Teknik Pengumpulan Data H.Analisis Data

BAB IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan A.Pengolahan atau Analisis Data


(16)

B. Pembahasan atau Analisis Temuan BAB V: Kesimpulan dan Saran Daftar Pustaka


(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung yang terletak di Jl. Dr. Setiabudhi 229, Bandung.

2. Populasi Penelitian

Dalam penelitian sosial, populasi didefinisikan sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian (Azwar, 2012:77). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012:80).

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester tiga Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung Tahun Ajaran 2013-2014, yaitu sebanyak 813 yang berada di Bumi Siliwangi. Fakultas Ilmu Pendidikan mempunyai tujuh jurusan yakni Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan (Kurtekpend), Jurusan Administrasi Pendidikan (Adpend), Jurusan Psikologi Pendidikan Bimbingan (PPB), Jurusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS), Jurusan Pendidikan Luar Biasa (PLB), Jurusan Psikologi, dan Jurusan Pedagogik.


(18)

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2012: 81). Banyak ahli riset menyarankan untuk mengambil sampel sebesar 10% dari populasi, sebagai aturan kasar (Azwar, 2012: 82). Jumlah populasi pada penelitian ini sebanyak 813 untuk penelitian sampel diambil dari populasi sebesar 10% yaitu sebanyak 81 mahasiswa dalam populasi mahasiswa semester tiga Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung Tahun Ajaran 2013-2014. Menurut Winarno Surakhmad (1998:100), untuk jaminan ada baiknya sampel ditambah sedikit lagi dari jumlah matematik. Oleh karena itu agar sampel yang digunakan representatif, maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 85 orang responden.

Setelah memperoleh data jumlah responden, peneliti kemudian mengambil sampelnya berdasarkan teknik proporsional. Teknik proporsional ini digunakan dengan membagi setiap sampel menjadi proporsi-proporsi sampel penelitian. Jumlah sampel yang diteliti adalah berjumlah 85 orang. Untuk mendapatkan jumlah sampel tersebut, maka peneliti melakukan penarikan sampel pada mahasiswa di setiap jurusan di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.


(19)

Sebaran sampel penelitian pada mahasiswa semester tiga FIP UPI Tahun Ajaran 2013-2014

Jurusan Jumlah

Populasi

Perhitungan Sampel Jumlah Sampel

Kurtekpend 105 105/813 x 85 = 10,97 11

Adpend 57 57/813 x 85 = 5,96 6

PPB 83 83/813 x 85 = 8,67 9

PLS 80 80/813 x 85 = 8,36 8

PLB 128 128/813 x 85 = 13,38 13

Psikologi 74 74/813 x 85 = 7,74 8

Pedagogik 286 286/813 x 85 = 29,9 30

Jumlah 813 85

B. Desain Penelitian

Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika. Dengan metoda kuantitatif akan diperoleh signifikansi hubungan antar variabel yang diteliti (Azwar, 2012: 5).

C. Metode Penelitian

Sementara itu, metode korelasional dipilih karena peneliti bermaksud untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yang memang secara natural terdapat pada subjek, tanpa peneliti memberikan perlakuan apapun terhadap subjek (Sternberg, 2001).

Penelitian korelasional bertujuan menyelidiki sejauhmana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel, berdasarkan korelasi. Dengan studi korelasional peneliti dapat memperoleh


(20)

informasi mengenai taraf hubungan yang terjadi, bukan mengenai ada-tidaknya efek variabel satu terhadap variabel yang lain (Azwar, 2012: 6-7)

D. Variabel Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Variabel dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian (Fathoni, 2006). Variabel adalah suatu konsep yang memiliki variasi nilai (Widoyoko, 2012: 2). Menurut Sugiyono (2012: 38), variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Dalam peneltian ini terdapat dua variabel yang akan diteliti yaitu variabel penilaian kognitif stressful budaya akademik (variabel X) sebagai variabel independen/bebas dan variabel penyesuaian diri (variabel Y) sebagai variabel dependen/terikat.

2. Definisi Operasional

a. Penilaian kognitif stressful budaya akademik

Penilaian kognitif stressful budaya akademik ini dibuat berdasarkan konsep penilaian kognitif dari Lazarus & Folkman (1984). Penilaian kognitif stressful budaya akademik yaitu tinggi rendahnya tingkat interpretasi pribadi mahasiswa terhadap setiap kejadian atau peristiwa yang mereka alami berkaitan dengan budaya akademik di kampus yang berpotensi menimbulkan stres, dimana penilaian kognitif stressful budaya akademik ini terdiri dari tiga dimensi yaitu stressful-harm, stressful-threat, dan stressful-challenge. Tinggi rendahnya penilaian kognitif stressful pada mahasiswa dalam


(21)

penelitian ini dilihat dari jumlah skor total hasil pengukuran yang mencakup ketiga dimensi tersebut.

Semakin tinggi skor total yang diperoleh, semakin tinggi pula penilaian kognitif stressful pada mahasiswa semester tiga terhadap budaya akademik yang mereka hadapi di kampus, yang artinya bahwa mahasiswa menilai dan memaknai situasi atau kejadian yang berkaitan dengan budaya akademik di kampus sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan tekanan/stres. Begitupun sebaliknya, semakin rendah skor total yang diperoleh, semakin rendah pula penilaian kognitif stressful pada mahasiswa semester tiga terhadap budaya akademik yang mereka hadapi di kampus, yang artinya bahwa mahasiswa menilai dan memaknai situasi atau kejadian yang berkaitan dengan budaya akademik di kampus sebagai sesuatu yang tidak menimbulkan tekanan/stres.

b. Penyesuaian Diri

Penyesuaian diri pada penelitian ini dibuat berdasarkan konsep penyesuaian diri dari Schneiders (1964). Penyesuaian diri adalah seberapa besar kemampuan mahasiswa semester tiga dalam memenuhi kebutuhan dan mengatasi ketegangan, frustasi, serta konflik yang dihadapinya di kampus yang tergambar dari instrumen penyesuaian diri mahasiswa. Definisi operasional pada variabel ini bertolak ukur pada dua dimensi yang merupakan variasi penyesuaian diri, yaitu sebagai berikut :

1) Penyesuaian terhadap diri pribadi (personal adjustment), merupakan tinggi rendahnya nilai skor dalam penyesuaian yang dilakukan mahasiswa terhadap dirinya yang mencakup antara lain penyesuaian nilai-nilai moral dan apa yang dianggap penting serta bagaimana mahasiswa tersebut berhasil menilai dirinya sendiri.


(22)

2) Penyesuaian terhadap lingkungan sosial (social adjustment), merupakan tinggi rendahnya nilai skor dalam penyesuaian yang dilakukan mahasiswa dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosialnya, sehingga dapat melakukan dan bertindak secara efektif supaya dapat diterima oleh lingkungan sosial, yakni di lingkungan rumah dan keluarga, di lingkungan sekolah/kampus, dan di lingkungan masyarakat.

Skor keseluruhan yang tinggi menunjukkan bahwa mahasiswa semester tiga dapat menyesuaikan diri dengan baik di kampus (well-adjusted), sebaliknya skor keseluruhan yang rendah menunjukkan bahwa mahasiswa semester tiga belum dapat menyesuaikan diri dengan baik di kampus (maladjustment).

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data penelitian dengan cara melakukan pengukuran (Widoyoko, 2012: 51). Penelitian ini menggunakan instrumen berupa skala psikologis. Instrumen terdiri dari instrumen yang mengungkap penilaian kognitif stressful budaya akademik dan penyesuaian diri mahasiswa.

1. Instrumen Penilaian kognitif Stressful Budaya Akademik

Instrumen ini disusun untuk mengukur penilaian kognitif stressful pada mahasiswa terhadap budaya akademik yang mereka hadapi. Landasan teori yang digunakan adalah tahapan penilaian kognitif yang dikemukakan oleh Lazarus & Folkman yakni primary appraisal - stressful.


(23)

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen

Penilaian Kognitif Stressful Budaya Akademik

Variabel Dimensi Indikator Budaya Akademik No.

Item Jmlh. Item Penilaian kognitif stressful budaya akademik

Stresfull - Harm

1. Penghargaan terhadap pendapat orang lain 25 1

2. Pemikiran rasional dan kritis-analitis 1 2

5

3. Kebiasaan membaca 2 1

4. Penambahan ilmu dan wawasan 29 1

5. Kebiasaan meneliti dan mengabdi kepada masyarakat 3 2

19

6. Penulisan artikel, makalah, buku 6 1

7. Diskusi ilmiah 32 1

8. Proses belajar-mengajar 33 1

9. Manajemen Perguruan Tinggi 34 1

Stresfull - Threat

1. Penghargaan terhadap pendapat orang lain 22 1

2. Pemikiran rasional dan kritis-analitis 27 2

17

3. Kebiasaan membaca 7 2

11

4. Penambahan ilmu dan wawasan 30 2

12

5. Kebiasaan meneliti dan mengabdi kepada masyarakat 31 1

6. Penulisan artikel, makalah, buku 8 2

26

7. Diskusi ilmiah 9 1

8. Proses belajar-mengajar 10 1

9. Manajemen Perguruan Tinggi 23 1

Stresfull - Challenge

1. Penghargaan terhadap pendapat orang lain 24 2

4


(24)

3. Kebiasaan membaca 14 1

4. Penambahan ilmu dan wawasan 15 1

5. Kebiasaan meneliti dan mengabdi kepada masyarakat 16 1

6. Penulisan artikel, makalah, buku 18 1

7. Diskusi ilmiah 20 2

28

8. Proses belajar-mengajar 21 1

9. Manajemen Perguruan Tinggi 35 1

Jumlah 35

2. Instrumen Penyesuaian Diri Mahasiswa

Instrumen ini disusun untuk melihat penyesuaian diri yang dilakukan oleh mahasiswa semester tiga. Setiap pernyataan menggambarkan respon mental atau perilaku seorang mahasiswa untuk mengatasi kebutuhan di dalam dirinya berkaitan dengan budaya akademik yang ia hadapi. Landasan teori yang digunakan adalah variasi penyesuaian diri yang dikemukakan oleh Schneiders yakni penyesuaian terhadap diri pribadi (personal adjustment) dan penyesuaian terhadap lingkungan sosial (social adjustment).

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Penyesuaian Diri Mahasiswa

Dimensi Indikator

No. Item Jumlah

Item

(+) (-)

Penyesuaian terhadap diri pribadi

(personal adjustment)

Kesehatan fisik 1, 18, 35, 39, 43

6, 47, 50, 53, 55, 57

11

Kesehatan emosi 15, 48, 51, 54, 56

23, 36, 40, 44, 58

10

Moral 11, 19, 24, 31,

34

37, 41, 45, 49, 52


(25)

Penyesuaian diri pada nilai keagamaan (religious adjustment)

7, 16, 27, 32 2, 12, 38, 42, 46

9

Penyesuaian terhadap lingkungan

sosial (social adjustment)

Penyesuaian sosial di lingkungan rumah dan keluarga

3, 28, 33 8, 17, 20 6

Penyesuaian sosial di lingkungan kampus

9, 21, 29 4, 13, 25 6

Penyesuaian sosial di lingkungan masyarakat

5, 14, 26, 30 10, 22 6

Jumlah Item 58

3. Teknik Skoring

Instrumen penilaian kognitif stressful budaya akademik dan penyesuaian diri mahasiswa akan diukur dengan menggunakan skala Likert. Sugiyono (2012:93) menjelaskan bahwa skala ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.

Pada kuesioner terdapat lima alternatif pilihan dalam menjawab setiap pernyataan. Subjek diminta untuk memilih salah satu dari lima alternatif pilihan yang tersedia yakni Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Pilihan dari setiap pernyataan memiliki nilai tertentu, sebagai berikut:


(26)

Tabel 3.4

Skoring bobot penilaian pada Skala Penilaian kognitif stressful budaya akademik dan Skala Penyesuaian Diri Mahasiswa

Alternatif Pilihan

Item

Favorable Unfavorable

Sangat Sesuai (SS) 4 1

Sesuai (S) 3 2

Tidak Sesuai (TS) 2 3

Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4

4. Kategorisasi Skala

Kategorisasi bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang posisinya berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur (Azwar, 2013: 147). Karena kategorisasi ini bersifat relatif, maka luasnya interval yang mencakup setiap kategori yang diinginkan dapat ditetapkan secara subjektif selama penetapan itu berada dalam batas kewajaran dan dapat diterima akal (common sense).

Dalam penelitian ini, peneliti mengelompokkan dalam tiga kategori dengan rumus norma sebagai berikut:

Tabel 3.5

Kategorisasi Data dengan Tiga Jenjang

Kategorisasi Rumus

Rendah X < (µ - 1,0σ)

Sedang (µ - 1,0σ) ≤ X ≤ (µ + 1,0σ)

Tinggi (µ + 1,0σ) ≤ X


(27)

Keterangan: X = skor subjek µ = rata-rata baku

σ = deviasi standar baku

Kategorisasi ini kemudian digunakan sebagai norma dalam pengelompokkan skor sampel, baik skor penilaian kognitif stressful budaya akademik maupun skor penyesuaian diri mahasiswa.

Pengkategorisasian ini dibantu dengan menggunakan bantuan SPSS 18.0 untuk mengetahui besar mean serta standard deviation untuk mempermudah perhitungan. Berdasarkan rumusan tiga kategorisasi skala penilaian kognitif stressful budaya akademik, didapat hasil sebagai berikut:

Tabel 3.6

Kategorisasi Skala Penilaian Kognitif Stressful Budaya Akademik

Rumus Kategori

X < 48 Rendah

48 ≤ X ≤ 61 Sedang

61 ≤ X Tinggi

Berdasarkan rumusan tiga kategorisasi skala penyesuaian diri mahasiswa, didapat hasil sebagai berikut:

Tabel 3.7

Kategorisasi Skala Penyesuaian Diri Mahasiswa

Rumus Kategori

X < 71 Rendah

71≤ X ≤ 87 Sedang


(28)

F. Proses Pengembangan Instrumen 1. Validitas Isi

Validitas instrumen mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Valid tidaknya suatu alat ukur tergantung pada mampu tidaknya alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur, yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar, 2011: 5-6).

Dalam penelitian ini, uji validitas instrumen dilakukan dengan menguji validitas isi (content validity) yang merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgement. Hal yang dikaji dalam validitas isi ini adalah sejauhmana isi tes mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur (Azwar, 2011: 45).

Dalam penelitian ini, uji validitas isi dilakukan oleh professional judgement yaitu oleh Dra. Herlina, M.Pd., Psi., Helli Ihsan, M.Si. dan Drs. MIF. Baihaqi, M.Si. Terdapat beberapa revisi item dalam penyusunan bahasa dan beberapa item yang tidak tepat pada indikatornya sehingga diganti atau dihilangkan.

2. Uji Coba Instrumen

Peneliti melakukan uji coba instrumen untuk mengukur sejauh mana instrumen penelitian dapat mengungkap dengan tepat gejala-gejala yang akan diukur dan sejauhmana instrumen tersebut dapat menunjukkan


(29)

dengan sebenarnya gejala yang diukur, baik instrumen penilaian kognitif stressful budaya akademik maupun instrumen penyesuaian diri mahasiswa.

Peneliti melakukan uji coba instrumen kepada 100 mahasiswa semester tiga yang tersebar di seluruh Fakultas UPI Bandung kecuali Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP). Fakultas yang dimaksud yaitu FPMIPA, FPBS, dan FPTK.

3. Analisis Item

Kualitas skala psikologi sangat ditentukan oleh kualitas item-item di dalamnya. Oleh karena itu, selain berbagai masalah yang menyangkut penulisan item, salah satu hal pokok yang perlu mendapat perhatian dalam penyusunan dan pengembangan skala psikologi adalah prosedur analisis dan seleksi item (Azwar. 2013: 75).

Analisis item yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan pengujian daya diskriminasi item yang dilakukan dengan cara menghitung korelasi antara distribusi skor item dengan distribusi skor skala itu sendiri menggunakan formula koefisien korelasi Rank Spearman. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi Spearman (ρs).

riX = Σ iX – (Σ i) (Σ X)/n

√[Σi2–(Σi)2/n][ ΣX2–(ΣX)2/n]

i = Skor item X = Skor skala

n = Banyaknya subjek

Sebagai kriteria pemilihan item berdasar korelasi item-total. Biasanya digunakan batasan riX ≥ 0,30 (Azwar, 2013: 86).

Berdasarkan perhitungan uji validitas yang telah dilakukan terhadap 35 item dalam instrumen penilaian kognitif stressful budaya


(30)

akademik dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 18.0. diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa hanya 27 item yang valid. Secara lebih rinci item-item tersebut dapat dilihat dalam tabel 3.8 di bawah ini :

Tabel 3.8

Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif Stressful Budaya Akademik

No. Item Valid No. Item

Tidak Valid

1, 2, 3, 6, 7, 8, 9, 10, 13, 14, 15, 16, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 27, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35

4, 5, 11, 12, 17, 19, 26, 28

∑ = 27 item ∑ = 8 item

Berikut ini rincian item pernyataan pada instrumen penilaian kognitif stressful budaya akademik:

Tabel 3.9 Kisi-Kisi Instrumen

Penilaian Kognitif Stressful Budaya Akademik

Variabel Dimensi Indikator Budaya Akademik No.

Item Jmlh. Item Penilaian kognitif stressful budaya akademik

Stresfull – Harm

1. Penghargaan terhadap pendapat orang lain

19 1

2. Pemikiran rasional dan kritis-analitis 1 1

3. Kebiasaan membaca 2 1

4. Penambahan ilmu dan wawasan 21 1 5. Kebiasaan meneliti dan mengabdi

kepada masyarakat

3 1

6. Penulisan artikel, makalah, buku 4 1

7. Diskusi ilmiah 24 1

8. Proses belajar-mengajar 25 1

9. Manajemen Perguruan Tinggi 26 1 Stresfull -

Threat

1. Penghargaan terhadap pendapat orang lain

16 1

2. Pemikiran rasional dan kritis-analitis 20 1


(31)

4. Penambahan ilmu dan wawasan 22 1 5. Kebiasaan meneliti dan mengabdi

kepada masyarakat

23 1

6. Penulisan artikel, makalah, buku 6 1

7. Diskusi ilmiah 7 1

8. Proses belajar-mengajar 8 1

9. Manajemen Perguruan Tinggi 17 1 Stresfull -

Challenge

1. Penghargaan terhadap pendapat orang lain

18 1

2. Pemikiran rasional dan kritis-analitis 9 1

3. Kebiasaan membaca 10 1

4. Penambahan ilmu dan wawasan 11 1 5. Kebiasaan meneliti dan mengabdi

kepada masyarakat

12 1

6. Penulisan artikel, makalah, buku 13 1

7. Diskusi ilmiah 14 1

8. Proses belajar-mengajar 15 1

9. Manajemen Perguruan Tinggi 27 1

Jumlah 27

Berdasarkan perhitungan uji validitas yang telah dilakukan terhadap 58 item dalam instrumen penyesuaian diri mahasiswa dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 18.0. diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa hanya 26 item yang valid. Secara lebih rinci item-item tersebut dapat dilihat dalam tabel 3.10 di bawah ini :

Tabel 3.10

Hasil Uji Validitas Instrumen Penyesuaian Diri Mahasiswa

No. Item Valid No. Item Tidak Valid

2, 3, 4, 5, 9, 10, 11, 14, 16, 17, 22, 24, 25, 27, 28, 29, 33, 35, 38, 42, 44, 47, 49, 51, 53, 56

1, 6, 7, 8, 12, 13, 15, 18, 19, 20, 21, 23, 26, 30, 31, 32, 34, 36, 37, 39, 40, 41, 43, 45, 46, 48, 50, 52, 54, 55, 57, 58


(32)

Berikut ini rincian item pernyataan pada instrumen penyesuaian diri mahasiswa:

Tabel 3.11 Kisi-Kisi Instrumen Penyesuaian Diri Mahasiswa

Dimensi Indikator Jmlh

Item

Penyesuaian terhadap diri pribadi

(personal adjustment)

Kesehatan fisik 18, 22, 25 3

Kesehatan emosi 21, 24, 26 3

Moral 7, 12, 23 3

Penyesuaian diri pada nilai keagamaan (religious adjustment)

1, 9, 14, 19, 20 5 Penyesuaian terhadap lingkungan sosial (social adjustment)

Penyesuaian sosial di lingkungan rumah dan keluarga

2, 10, 15, 17

4

Penyesuaian sosial di lingkungan kampus

3, 5, 13, 16

4

Penyesuaian sosial di lingkungan masyarakat

4, 6, 8, 11 4

Jumlah 26

4. Reliabilitas

Salah satu ciri instrumen ukur yang berkualitas baik adalah reliabel, yaitu mampu menghasilkan skor yang cermat dengan eror pengukuran kecil. Pengertian reliabilitas mengacu kepada keterpercayaan atau konsistensi hasil ukur, yang mengandung makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran. (Azwar, 2013: 111). Adapun menurut Sugiyono (2012: 121), instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila


(33)

digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.

Koefisien reliabilitas (rxx’) berada dalam rentang angka dari 0 sampai dengan 1,00. Bila koefisien reliabilitas semakin tinggi mendekati angka 1,00 berarti pengukuran semakin reliabel (Azwar, 2013: 112). Uji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach yang dihitung dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 18.0. Adapun rumus Alpha Cronbach adalah sebagai berikut:

r11 : Reliabilitas instrumen

k : banyak soal

: jumlah varians butir : varians total

Dalam penelitian ini, koefisien reliabilitas dihitung dengan bantuan SPSS versi 18.0 dan menghasilkan koefisien reliabilitas penilaian kognitif stressful budaya akademik sebesar 0,793 dan koefisien reliabilitas penyesuaian diri mahasiswa sebesar 0,889. Hal ini menunjukkan bahwa kedua instrumen penelitian ini dapat diandalkan karena mendekati angka 1,0.

Tabel 3.12

Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif Stressful Budaya Akademik

Cronbach's

Alpha N of Items

,793 27

Tabel 3.13


(34)

Cronbach's

Alpha N of Items

,889 26

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan penyebaran kuesioner kepada mahasiswa tingkat pertama (semester tiga) tahun ajaran 2013-2014. Kuesioner adalah suatu alat pengumpul informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk menjawab secara tertulis pula oleh responden. Kuesioner dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang diri responden atau informasi tentang orang lain (Margono, 2004).

H. Analisis Data

1. Uji Normalitas Data

Pengujian normalitas data digunakan untuk mengetahui bentuk distribusi data (sampel) yang digunakan dalam penelitian (Sugiyono, 2012: 271).

Uji normalitas untuk data penilaian kognitif stressful budaya akademik dan penyesuaian diri ini menggunakan analisis Kolmogorov-Smirnov. Suatu data dikatakan berdistribusi normal, jika p lebih besar daripada 0,05. Sedangkan suatu data dikatakan tidak berdistribusi normal, jika p lebih kecil daripada 0,05.

Berdasarkan hasil uji normalitas dengan menggunakan bantuan software SPSS 18.0 diperoleh hasil seperti pada table 3.10 berikut ini:

Tabel 3.14 Uji Normalitas Data


(35)

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Penilaian kognitif

stressful budaya

akademik

,087 85 ,156 ,966 85 ,023

Penyesuaian diri mahasiswa

,129 85 ,001 ,940 85 ,001

a. Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan hasil perhitungan didapat hasil nilai Sig. pada variabel penilaian kognitif stressful budaya akademik sebesar 0,156 yang berarti bahwa data berdistribusi normal. Sedangkan nilai Sig. pada variabel penyesuaian diri sebesar 0,001 yang berarti bahwa data tidak berdistribusi normal. Oleh karena ini, teknik analisis data selanjutnya menggunakan statistik nonparametric.

2. Uji Korelasi

a. Teknik Korelasi

Uji korelasi digunakan untuk melihat seberapa erat hubungan antara variabel X dan variabel Y, pada penelitian ini adalah untuk melihat seberapa erat hubungan antara penilaian kognitif stressful budaya akademik dengan penyesuaian diri mahasiswa. Uji korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Korelasi Rank Spearman dengan rumus:


(36)

t = rank kembar

Tx = Jumlah rank kembar pada variabel X Ty = Jumlah rank kembar pada variabel Y

Setelah diketahui koefisien korelasinya, maka langkah selanjutnya adalah menginterpretasikan koefisien korelasinya. Berikut ini merupakan tabel pedoman untuk menginterpretasi koefisien korelasi:

Tabel 3.15

Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat kuat

(Sugiyono, 2012: 184)

b. Uji Signifikansi

Uji signifikansi dilakukan untuk menguji apakah hubungan yang ditemukan signifikan atau tidak. Berdasarkan nilai signifikansi, bisa diambil kesimpulan atas hipotesis:

Ho : tidak terdapat hubungan (korelasi) antara dua variabel.

Ha : terdapat hubungan (korelasi) antara dua variabel.

Pada penelitian ini uji signifikansi diukur dengan membandingkan angka signifikasi/probabilitas yang dihasilkan oleh kedua variabel dengan taraf signifikansinya. Kriteria signifikasi korelasinya dapat dilihat pada tabel 3.16 berikut ini:

Tabel 3.16


(37)

Kriteria

Probabilitas > 0,05 Ho diterima Probabilitas < 0,05 Ho ditolak

(Sugiyono, 2012)

c. Uji Determinasi

Analisis korelasi dapat dilanjutkan dengan menghitung koefisien determinasi, dengan cara mengkuadratkan koefisien yang ditemukan (Sugiyono, 2012:185).

KD = r2 x 100%

KD = Koefisien Determinasi r = koefisien korelasi


(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagian besar mahasiswa semester tiga FIP UPI memiliki tingkat penilaian kognitif stressful budaya akademik yang sedang. Artinya mereka cukup memaknai totalitas atau keseluruhan dari kehidupan dan kegiatan akademik di kampus sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan tekanan atau stres.

2. Sebagian besar mahasiswa semester tiga FIP UPI memiliki penyesuaian diri dengan tingkat sedang. Artinya, sebagian besar mahasiswa memiliki kemampuan yang cukup dalam menyelaraskan tuntutan dalam dirinya dengan tuntutan lingkungannya dengan cara-cara yang dapat diterima lingkungannya sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Schneiders (1964). Penyesuaian seperti ini dapat dikatakan sebagai penyesuaian diri yang baik (good adjustment/well adjustment).

3. Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara penilaian kognitif stressful budaya akademik dengan penyesuaian diri mahasiswa semester tiga Fakultas Ilmu Pendidikan UPI Bandung meskipun tingkat hubungan antara kedua variabel tersebut tergolong sedang. Artinya, penilaian kognitif stressful budaya akademik memiliki hubungan yang cukup terhadap penyesuaian diri mahasiswa dimana semakin tinggi penilaian kognitif stressful budaya akademik, maka semakin rendah penyesuaian diri mahasiswa (maladjustment). Begitupun sebaliknya, semakin rendah penilaian kognitif stressful budaya akademik, maka semakin tinggi penyesuaian diri mahasiswa (well-adjustment).


(39)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, berikut ini akan dipaparkan saran dari hasil penelitian:

1. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya diharapkan untuk menggali aspek-aspek lain selain penilaian kognitif stressful budaya akademik yang dapat berkontribusi terhadap penyesuaian diri mahasiswa. Hal ini dikarenakan koefisien determinasi pada penelitian ini sebesar 32,38% yang berarti bahwa penyesuaian diri pada mahasiswa dapat dijelaskan oleh penilaian kognitif stressful budaya akademik. Hal ini membuktikan bahwa terdapat 67,62% faktor-faktor lain yang dapat berkontribusi terhadap penyesuaian diri mahasiswa. Selain itu bagi penelitian selanjutnya diharapkan memfokuskan kajian tentang perbedaan atau perbandingan antara mahasiswa perempuan dan mahasiswa laki-laki mengenai hubungan antara kedua variabel yang diteliti.

2. Bagi mahasiswa

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa semester tiga FIP UPI yang memiliki penilaian kognitif stressful budaya akademik yang tinggi, memiliki kecenderungan penyesuaian diri yang rendah dimana mereka sulit untuk menyelaraskan antara kebutuhan dirinya dengan tuntutan di kampus. Oleh karena itu, diharapkan mahasiswa dapat lebih meningkatkan kemampuan mereka dalam menghadapi berbagai situasi dan kondisi yang berkaitan dengan budaya akademik di kampus karena hal tersebut dapat membangkitkan emosi tersendiri bagi mahasiswa bahkan bisa menjadi sumber tekanan/stres pada dirinya. Mahasiswa diharapkan dapat memaknai serta menghayati budaya akademik kampus sebagai suatu tantangan yang dapat memotivasi dirinya ke arah yang lebih positif. Misalnya dengan tidak


(40)

memandang budaya akademik sebagai suatu bahaya yang akan berdampak pada prestasi akademik serta membuat rencana-rencana kegiatan yang akan dilakukan di masa depan.

3. Bagi universitas

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi gambaran bagi pihak universitas agar lebih mengarahkan serta memberi pengetahuan dan bimbingan melalui program-program akademik untuk membantu mahasiswa mengatasi hambatan yang dihadapinya berkaitan dengan budaya akademik di kampus sebagai suatu totalitas dari kehidupan dan kegiatan akademik yang perlu dihayati, dimaknai dan diamalkan oleh warga masyarakat akademik, khususnya mahasiswa.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Alisjahbana, A, Sidharta, M, Brouwer, M.A.W. (1983). Menuju Kesejahteraan Jiwa. Jakarta: Gramedia.

Arkoff, A. (1968). Adjustment and Mental Health. New York: McGraw-Hill.

Azwar, S. (2013). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

______________. (2012). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

______________. (2011). Tes Prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

______________. (2011). Dasar-dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Christyanti, D., Mustami’ah, D. dan Sulistiani, W. (2010). “Hubungan antara

Penyesuaian Diri terhadap Tuntutan Akademik dengan Kecenderungan Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya”. INSAN. Vol.12 No. 03, Desember 2010.

Csikszentmihalyi, M. (1990). Flow : The psychological of optimal experience [online]. Retrieved September 22, 2010, from http://ifile.it/zg6qkv0/280952_0061339202.rar.

Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Rosda

Fahmy, M. (1982). Penyesuaian Diri : Pengertian dan Peranannya dalam Kesehatan Mental. Jakarta : Bulan Bintang.


(42)

Fathoni, A. (2006). Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.

Jean, D. (2010). "The Academic and Social Adjustment of First-Generation College Students" (2010). Dissertations and Theses. Paper 1490.

Kadapatti M.G., Vijayalaxmi A.H.M. (2012). “Stressors of Academic Stress – A

Study On Pre-University Students. Indian J.Sci.Res. 3(1) : 171-175, 2012

Kertamuda, F. dan Herdiansyah, H. (2009). “Pengaruh Strategi Coping Terhadap

Penyesuaian Diri Mahasiswa Baru”. Jurnal Universitas Paramadina. 6, (1),

11-23.

Kistanto, N. H. (2000). Budaya Akademik: Kehidupan dan Kegiatan Akademik di Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia. Jakarta: Dewan Riset Nasional, Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi.

Lazarus, R.S., & Folkman, S. (1984). Stress Appraisal and Coping. New York: Spinger Publishing Company.

Margono. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Rosiana, D. (2011). “Penyesuaian Akademis Mahasiswa Tingkat Pertama”. Prosiding SNaPP2011: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora. Vol 2, No. 1, Th. 2011.

John. W.S. (2003). Adolescence : Perkembangan Remaja. Jakarta : Penerbit Erlangga.


(43)

Schneiders, A. (1964). Personal Adjustment and Mental Health. New York: Rinehart and Winston.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sternberg, R.J. (2001). Psychology In Search of The Human Mind (third ed.). Orlando: Harcourt Inc.

Surakhmad, W. (1998). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.

Thawabieh, A.M. dan Qaisy L.M. (2012). “Assessing Stress among University

Students”. American International Journal of Contemporary Research. Vol.2,

No.2, February 2012.

Trianingsih, M.S. (2012). Hubungan Antara Penyesuaian Diri Di Sekolah Dengan Stres Pada Siswa Akselerasi Di SMP N 5 Yogyakarta. Thesis S1 pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta: tidak diterbitkan.

Widoyoko, E.P. (2012). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagian besar mahasiswa semester tiga FIP UPI memiliki tingkat penilaian kognitif stressful budaya akademik yang sedang. Artinya mereka cukup memaknai totalitas atau keseluruhan dari kehidupan dan kegiatan akademik di kampus sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan tekanan atau stres.

2. Sebagian besar mahasiswa semester tiga FIP UPI memiliki penyesuaian diri dengan tingkat sedang. Artinya, sebagian besar mahasiswa memiliki kemampuan yang cukup dalam menyelaraskan tuntutan dalam dirinya dengan tuntutan lingkungannya dengan cara-cara yang dapat diterima lingkungannya sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Schneiders (1964). Penyesuaian seperti ini dapat dikatakan sebagai penyesuaian diri yang baik (good adjustment/well adjustment).

3. Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara penilaian kognitif

stressful budaya akademik dengan penyesuaian diri mahasiswa semester

tiga Fakultas Ilmu Pendidikan UPI Bandung meskipun tingkat hubungan antara kedua variabel tersebut tergolong sedang. Artinya, penilaian kognitif stressful budaya akademik memiliki hubungan yang cukup terhadap penyesuaian diri mahasiswa dimana semakin tinggi penilaian kognitif stressful budaya akademik, maka semakin rendah penyesuaian diri mahasiswa (maladjustment). Begitupun sebaliknya, semakin rendah penilaian kognitif stressful budaya akademik, maka semakin tinggi penyesuaian diri mahasiswa (well-adjustment).


(2)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, berikut ini akan dipaparkan saran dari hasil penelitian:

1. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya diharapkan untuk menggali aspek-aspek lain selain penilaian kognitif stressful budaya akademik yang dapat berkontribusi terhadap penyesuaian diri mahasiswa. Hal ini dikarenakan koefisien determinasi pada penelitian ini sebesar 32,38% yang berarti bahwa penyesuaian diri pada mahasiswa dapat dijelaskan oleh penilaian kognitif stressful budaya akademik. Hal ini membuktikan bahwa terdapat 67,62% faktor-faktor lain yang dapat berkontribusi terhadap penyesuaian diri mahasiswa. Selain itu bagi penelitian selanjutnya diharapkan memfokuskan kajian tentang perbedaan atau perbandingan antara mahasiswa perempuan dan mahasiswa laki-laki mengenai hubungan antara kedua variabel yang diteliti.

2. Bagi mahasiswa

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa semester tiga FIP UPI yang memiliki penilaian kognitif stressful budaya akademik yang tinggi, memiliki kecenderungan penyesuaian diri yang rendah dimana mereka sulit untuk menyelaraskan antara kebutuhan dirinya dengan tuntutan di kampus. Oleh karena itu, diharapkan mahasiswa dapat lebih meningkatkan kemampuan mereka dalam menghadapi berbagai situasi dan kondisi yang berkaitan dengan budaya akademik di kampus karena hal tersebut dapat membangkitkan emosi tersendiri bagi mahasiswa bahkan bisa menjadi sumber tekanan/stres pada dirinya. Mahasiswa diharapkan dapat memaknai serta menghayati budaya akademik kampus sebagai suatu tantangan yang dapat memotivasi dirinya ke arah yang lebih positif. Misalnya dengan tidak


(3)

memandang budaya akademik sebagai suatu bahaya yang akan berdampak pada prestasi akademik serta membuat rencana-rencana kegiatan yang akan dilakukan di masa depan.

3. Bagi universitas

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi gambaran bagi pihak universitas agar lebih mengarahkan serta memberi pengetahuan dan bimbingan melalui program-program akademik untuk membantu mahasiswa mengatasi hambatan yang dihadapinya berkaitan dengan budaya akademik di kampus sebagai suatu totalitas dari kehidupan dan kegiatan akademik yang perlu dihayati, dimaknai dan diamalkan oleh warga masyarakat akademik, khususnya mahasiswa.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Alisjahbana, A, Sidharta, M, Brouwer, M.A.W. (1983). Menuju Kesejahteraan

Jiwa. Jakarta: Gramedia.

Arkoff, A. (1968). Adjustment and Mental Health. New York: McGraw-Hill.

Azwar, S. (2013). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

______________. (2012). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

______________. (2011). Tes Prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

______________. (2011). Dasar-dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Christyanti, D., Mustami’ah, D. dan Sulistiani, W. (2010). “Hubungan antara

Penyesuaian Diri terhadap Tuntutan Akademik dengan Kecenderungan Stres

pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya”. INSAN. Vol.12 No. 03, Desember 2010.

Csikszentmihalyi, M. (1990). Flow : The psychological of optimal experience

[online]. Retrieved September 22, 2010, from

http://ifile.it/zg6qkv0/280952_0061339202.rar.

Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Rosda

Fahmy, M. (1982). Penyesuaian Diri : Pengertian dan Peranannya dalam

Kesehatan Mental. Jakarta : Bulan Bintang.


(5)

Fathoni, A. (2006). Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.

Jean, D. (2010). "The Academic and Social Adjustment of First-Generation College Students" (2010). Dissertations and Theses. Paper 1490.

Kadapatti M.G., Vijayalaxmi A.H.M. (2012). “Stressors of Academic Stress – A Study On Pre-University Students. Indian J.Sci.Res. 3(1) : 171-175, 2012

Kertamuda, F. dan Herdiansyah, H. (2009). “Pengaruh Strategi Coping Terhadap Penyesuaian Diri Mahasiswa Baru”. Jurnal Universitas Paramadina. 6, (1),

11-23.

Kistanto, N. H. (2000). Budaya Akademik: Kehidupan dan Kegiatan Akademik di

Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia. Jakarta: Dewan Riset Nasional, Kantor

Menteri Negara Riset dan Teknologi.

Lazarus, R.S., & Folkman, S. (1984). Stress Appraisal and Coping. New York: Spinger Publishing Company.

Margono. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Rosiana, D. (2011). “Penyesuaian Akademis Mahasiswa Tingkat Pertama”.

Prosiding SNaPP2011: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora. Vol 2, No. 1, Th.

2011.

John. W.S. (2003). Adolescence : Perkembangan Remaja. Jakarta : Penerbit Erlangga.


(6)

Schneiders, A. (1964). Personal Adjustment and Mental Health. New York: Rinehart and Winston.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sternberg, R.J. (2001). Psychology In Search of The Human Mind (third ed.). Orlando: Harcourt Inc.

Surakhmad, W. (1998). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.

Thawabieh, A.M. dan Qaisy L.M. (2012). “Assessing Stress among University Students”. American International Journal of Contemporary Research. Vol.2,

No.2, February 2012.

Trianingsih, M.S. (2012). Hubungan Antara Penyesuaian Diri Di Sekolah

Dengan Stres Pada Siswa Akselerasi Di SMP N 5 Yogyakarta. Thesis S1 pada

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta: tidak diterbitkan.

Widoyoko, E.P. (2012). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI MAHASISWA PERANTAU ASAL LAMPUNG Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Penyesuaian Diri Mahasiswa Perantau Asal Lampung.

0 4 18

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI MAHASISWA PERANTAU ASAL LAMPUNG Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Penyesuaian Diri Mahasiswa Perantau Asal Lampung.

0 2 18

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN PENYESUAIAN DIRI SANTRI BARU Hubungan Antara Efikasi Diri Dengan Penyesuaian Diri Santri Baru.

8 50 15

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU Hubungan Antara Kematangan Emosi Dengan Penyesuaian Diri Pada Mahasiswa Perantau.

2 16 13

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU Hubungan Antara Kematangan Emosi Dengan Penyesuaian Diri Pada Mahasiswa Perantau.

0 2 16

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK Hubungan Antara Harga Diri Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa.

1 1 16

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK Hubungan Antara Harga Diri Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa.

1 0 21

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA Hubungan Antara Efikasi Diri Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa.

0 1 16

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA Hubungan Antara Efikasi Diri Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa.

1 5 19

HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN DIRI DENGAN

0 0 13