PENGARUH MODEL PENGAJARAN TANGGUNG JAWAB PRIBADI DAN SOSIAL (TPSR) DALAM PEMBELAJARAN PENCAK SILAT TERHADAP HASIL BELAJAR (KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTOR) SISWA SMPN 2 JATIWANGI.

(1)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

PENGARUH MODEL PENGAJARAN TANGGUNG JAWAB PRIBADI DAN SOSIAL (TPSR) DALAM

PENGARUH MODEL PENGAJARAN TANGGUNG JAWAB PRIBADI DAN SOSIAL (TPSR) DALAM PEMBELAJARAN PENCAK SILAT

TERHADAP HASIL BELAJAR (KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTOR) SISWA SMPN 2 JATIWANGI

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Konsentrasi Pendidikan Olahraga

Oleh

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO 1201322

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

PENGARUH MODEL PENGAJARAN TANGGUNG JAWAB PRIBADI DAN SOSIAL (TPSR) DALAM

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Pengaruh Model

Pengajaran Tanggung Jawab Pribadi dan Sosial (Teaching Personal and Social

Responsibility-TPSR) dalam Pembelajaran Pencak Silat terhadap Hasil Belajar

(Kognitif, Afektif, dan Psikomotor) Siswa SMPN 2 Jatiwangi” ini dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini, atau dalam klaim dari pihak terhadap karya saya.

Bandung, Oktober 2014 Yang membuat pernyataan,

Rajip Mustafillah Rusdiyanto NIM 1201322


(3)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

PENGARUH MODEL PENGAJARAN TANGGUNG JAWAB PRIBADI DAN SOSIAL (TPSR) DALAM

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO

PENGARUH MODEL TANGGUNG JAWAB PRIBADI DAN SOSIAL (TPSR) DALAM PEMBELAJARAN PENCAK SILAT TERHADAP HASIL BELAJAR (KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTOR) SISWA SMPN 2

JATIWANGI

Disetujui dan Disahkan Oleh Pembimbing:

Pembimbing I

Dr. H. R. Boyke Mulyana, M.Pd NIP. 196210231989031001

Pembimbing II

Dr. Mulyana, M.Pd NIP. 197108041998021001

Mengetahui,


(4)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

PENGARUH MODEL PENGAJARAN TANGGUNG JAWAB PRIBADI DAN SOSIAL (TPSR) DALAM

Prof. Dr. H. Adang Suherman, M.A NIP. 196306181988031002


(5)

PENGARUH MODEL PENGAJARAN TANGGUNG JAWAB PRIBADI DAN SOSIAL (TEACHING PERSONAL AND SOCIAL RESPONSIBILITY-TPSR) DALAM PEMBELAJARAN PENCAK SILAT TERHADAP HASIL BELAJAR (KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTOR) SISWA SMPN 2

JATIWANGI

Rajip Mustafillah R.

Abstrak

Hasil belajar yang diharapkan meliputi tiga aspek yaitu psikomotor, kognitif dan afektif, karena ketiga aspek tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Apabila salah satu dari ketiga aspek yang diharapkan tidak tercapai, dikhawatirkan akan terjadinya ketidakseimbangan. Metode yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan nonequivalent control

group design dilakukan di SMP Negeri 2 Jatiwangi Kabupaten Majalengka. Siswa

yang terlibat sebagai partisispan sebanyak 50 siswa SMP Negeri 2 Jatiwangi yang mengikuti ekstrakurikuler pencak silat. Dari 50 siswa dibagi menjadi dua kelompok eksperimen sebanyak 25 siswa dan kelompok kontrol sebanyak 25 siswa dengan menggunakan random assignment. Kelompok kontrol mendapat model pembelajaran konvensional sedangkan kelompok eksperimen mendapat model TPSR dengan frekuensi 3 kali per minggu selama enam minggu dengan durasi setiap pertemuan 2 x 45 menit. Pembelajaran ini dilakukan pada kegiatan ekstrakurikuler pencak silat dari tanggal 17 Mei- 28 Juni 2014. Instrumen yang digunakan adalah (1) tes objektif pilihan ganda untuk mengukur aspek kognitif, (2) angket untuk mengukur aspek afektif, dan (3) tes keterampilan gerak dasar pencak silat untuk mengukur aspek psikomotor. Analisis data menggunakan

Independent sample-test dengan taraf signifikansi sebesar 0,05. Hasil penelitian

yaitu 1) Terdapat pengaruh kemampuan kognitif antara siswa yang mendapatkan model TPSR dan konvensional dalam pembelajaran pencak silat. 2) Terdapat pengaruh kemampuan afektif antara siswa yang mendapatkan model TPSR dan konvensional dalam pembelajaran pencak silat. 3) Terdapat pengaruh kemampuan psikomotor antara siswa yang mendapatkan model TPSR dan konvensional dalam pembelajaran pencak silat.


(6)

abstract

Expected learning outcomes include three aspects: psychomotor, cognitive and affective, because the three are a whole unit and can not be separated from one another. If one of the three aspects of the expected is not achieved, it is feared will imbalances. The method used is quasi experiment with nonequivalent control group performed at the Junior High School 2 Jatiwangi Majalengka. Partisispan students involved as many as 50 students of SMP Negeri 2 Jatiwangi that follow extracurricular martial arts. Of the 50 students were divided into two experimental groups of 25 students and a control group of 25 students by using random assignment. The control group received conventional learning models, while the experimental group received TPSR models with a frequency of 3 times per week for six weeks with the duration of each meeting of 2 x 45 minutes. Learning is done in extracurricular activities martial arts from the 17th of June 28, 2014. Mei- instruments used were (1) multiple choice objective test for measuring the cognitive aspects, (2) a questionnaire to measure the affective aspect, and (3) test the basic motor skills martial arts to measure psychomotor aspects. Independent analysis of the data using sample-test with a significance level of 0.05. The results of the study: 1) There is the influence of cognitive abilities among students who get TPSR and conventional models in learning martial arts. 2) There is the influence of affective abilities among students who get TPSR and conventional models in learning martial arts. 3) There is the influence of psychomotor abilities among students who get TPSR and conventional models in learning martial arts.


(7)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

PENGARUH MODEL PENGAJARAN TANGGUNG JAWAB PRIBADI DAN SOSIAL (TPSR) DALAM DAFTAR ISI

halaman LEMBAR PENGESAHAN . . . I

KATA-KATA MUTIARA . . . PERNYATAAN . . .

Ii Iii ABSTRAK . . . Iv

KATA PENGANTAR . . . V

UCAPAN TERIMAKASIH Vi

DAFTAR ISI . . . . Viii DAFTAR TABEL . . . . X DAFTAR GAMBAR . . . . Xi DAFTAR LAMPIRAN . . . .. Xii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian . . . B. Identifikasi Masalah Penelitian. . . C. Rumusan Masalah Penelitian . . . D. Tujuan Penelitian. . . E. Manfaat Penelitian. . .

1 6 7 8 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Belajar . . . B. Teaching Personal and Social Responsibility. . .

1. Pengertian TPSR. . . . 2. Konsep Model TPSR dalam Pembelajaran Penjas . . . 3. Hal yang harus Diperhatikan Dalam Pengajaran TPSR . . . 4. Hasil Belajar Model TPSR. . . C. Hasil Belajar. . . .. . . D. Pencak Silat di Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani . . . . E. Penelitian yang Relevan . . .

10 11 11 14 19 20 23 28


(8)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

PENGARUH MODEL PENGAJARAN TANGGUNG JAWAB PRIBADI DAN SOSIAL (TPSR) DALAM F. Kerangka Pikir. . . G. Hipotesis . . .

32 35 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling . . . B. Desain Penelitian . . . . C. Metode Penelitian . . . D. Definisi Operasional . . . E. Instrumen Penelitian . . . F. Pengujian Validitas dan Reliabilitas . . . G. Teknik Pengumpulan Data. . . . . . H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data. . . I. Limitasi Penelitian . . .

41 42 45 46 49 58 63 64 65 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian . . .

B. Pengujian Hipotesis . . .

C. Diskusi Hasil Penelitian . . .

66 71 75 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan. . .

B. Rekomendasi . . .

82 82 DAFTAR PUSTAKA . . . 84 LAMPIRAN . . . 88


(9)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

PENGARUH MODEL PENGAJARAN TANGGUNG JAWAB PRIBADI DAN SOSIAL (TPSR) DALAM DAFTAR TABEL Tabel halaman 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8

Program Pembelajaran Pencak Silat . . . .. . . Skenario Pembelajaran TPSR . . . Taksonomi Pendidikan Bloom . . . Definisi Konseptual Operasional dan Indikator Sikap Tanggung Jawab . . Rubrik Penilaian Unjuk Kerja . . . Data Hasil Uji Coba Validitas Instrumen Sikap Tanggung Jawab . . . . . . Data Hasil Uji Coba Validitas Instrumen Kognitif Pencak Silat . . . Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku Aspek Kognitif . . . Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku Aspek Afektif . . . Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku Aspek Psikomotor . . . Uji Normalitas Data . . . Uji Homogenitas (Levene’s Test) . . . Analisis Independent Sample T-test Kognitif Siswa. . . Analisis Independent Sample T-test Afektif Siswa . . . Analisis Independent Sample T-test Psikomotor Siswa . . .

44 44 50 52 55 59 60 67 68 69 70 71 72 73 74


(10)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

PENGARUH MODEL PENGAJARAN TANGGUNG JAWAB PRIBADI DAN SOSIAL (TPSR) DALAM DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman


(11)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

PENGARUH MODEL PENGAJARAN TANGGUNG JAWAB PRIBADI DAN SOSIAL (TPSR) DALAM DAFTAR LAMPIRAN

halaman

LAMPIRAN A: PROGRAM PEMBELAJARAN

1. Jadwal Pembelajaran

2. Rencana Program Pembelajaran

89 90 LAMPIRAN B: INSTRUMEN, DATA DAN HASIL PENGHITUNGAN

1. Instrumen Aspek kognitif . . . 2. Instrumen Aspek Afektif . . . 3. Instrumen Aspek Psikomotor . . . 4. Hasil Uji Coba Instrumen Aspek Kognitif . . . 5. Hasil Uji Coba Instrumen Aspek Afektif . . . 6. Data Pretest Aspek Kognitif Kelompok Eksperimen . . . 7. Data Posttest Aspek Kognitif Kelompok Eksperimen . . . 8. Data Pretest Aspek Afektif Kelompok Eksperimen . . . 9. Data Posttest Aspek Afektif Kelompok Eksperimen . . . 10.Data Pretest Aspek Psikomotor Kelompok Eksperimen . . .

123 125 127 128 139 146 147 148 149 150


(12)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

PENGARUH MODEL PENGAJARAN TANGGUNG JAWAB PRIBADI DAN SOSIAL (TPSR) DALAM 11.Data Posttest Aspek Psikomotor Kelompok Eksperimen . . . 12.Data Pretest Aspek Kognitif Kelompok Kontrol . . . 13.Data Posttest Aspek Kognitif Kelompok Kontrol . . . 14.Data Pretest Aspek Afektif Kelompok Kontrol . . . 15.Data Posttest Aspek Afektif Kelompok Kontrol . . . 16.Data Pretest Aspek Psikomotor Kelompok Kontrol . . . 17.Data Posttest Aspek Psikomotor Kelompok Kontrol . . . 18.Uji Data Statistik . . .

151 152 153 154 155 156 157 158


(13)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan jasmani merupakan suatu proses mendidik melalui aktivitas fisik untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan jasmani atau penjas merupakan cabang ilmu yang dalam penerapannya banyak melibatkan aktivitas fisik. Aktivitas fisik yang diterapkan di dalam pembelajaran penjas bertujuan untuk meningkatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa. Penjas bertujuan menggali potensi siswa sesuai dengan muatan yang tercantum dalam kurikulum 2013. Menurut kurikulum 2013 penjas di sekolah harus memberikan dampak terhadap perubahan kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Ketiga aspek tersebut diharapkan oleh kurikulum 2013 (PPPPTK Penjas dan BK Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013, hlm. 141) yang menjelaskan bahwa:

Penjas harus mengarahkan para siswa kepada 1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; 2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan 3) warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab.

Kedudukan penjas sebagai media yang bertujuan untuk mengaktualisasikan seluruh potensi siswa yang berupa cipta, rasa, dan karya. Penjas dalam pengertian ini merupakan kegiatan gerak tubuh untuk meningkatkan keterampilan motorik serta nilai-nilai fungsional yang mencakup aspek kognitif dan afektif.

Penjas merupakan salah satu mata pelajaran wajib di sekolah maka dari itu tujuan pembelajaran penjas haruslah sesuai dengan pengertian pendidikan. Undang-undang SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 menjelaskan bahwa:


(14)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

Melalui penjas, siswa diharapkan dapat tumbuh dan berkembang secara sehat, dan segar jasmaninya, serta dapat berkembang kepribadiannya agar lebih harmonis. Penjas telah menjadi bagian dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan maksud untuk mengubah perilaku siswa. Hasil belajar yang telah dimiliki siswa merupakan gambaran perilaku siswa berupa kemampuan kognitif, afektif dan keterampilan gerak.

Secara lebih spesifik rumusan tujuan penjas dijabarkan ke dalam pendidikan

kesehatan, menurut Giriwijoyo (2012, hlm. 76) bahwa “pendidikan jasmani olahraga

di sekolah mengemban tiga misi yaitu satu diantaranya pendidikan jasmani dengan sasarannya domain kognitif, afektif, dan psikomotor dalam pengertian yang luas dan

bersifat mendasar”. Penjas di sekolah sarat dengan aktivitas fisik (aspek psikomotor), begitu juga perkembangan aspek kognitif dan afektif siswa merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan satu sama lainnya yang berupa hasil belajar. Hasil belajar tersebut diharapkan menjadi kesatuan yang utuh sehingga terbentuk peserta didik yang sadar kesehatan, kebugaran, dan keterampilan sosial dalam mempersiapkan kehidupan dimasa yang akan datang.

Guru berperan penting dalam meningkatkan hasil belajar di sekolah. Proses pembelajaran ini sangat berhubungan erat dengan tujuan-tujuan yang ditetapkan oleh guru untuk siswanya. Pembelajaran yang diberikan guru kepada siswa dimaksudkan untuk mencapai tujuan yakni untuk memfasilitasi siswa dalam belajar, sehingga guru mampu merubah setiap siswa melalui proses belajar mengajar dengan metode pembelajaran yang sesuai dengan apa yang diharapkan. Tujuan dari proses pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan pendidikan, mencakup aspek kognitif,


(15)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

afektif, dan psikomotor. Melalui model pengajaran tanggung jawab pribadi dan sosial (teaching personal and social responsibility-TPSR) diharapkan dapat mencapai hasil belajar dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

Harapan dari tujuan pendidikan dalam aspek kognitif yang terkandung di dalam pembelajaran penjas memiliki pengertian bahwa di dalam proses belajar mengajar siswa tidak hanya dituntut untuk dapat melakukan keterampilan gerak saja melainkan dapat mengetahui dan memahami suatu keterampilan gerak. Hasil wawancara sementara guru SMPN 2 Jatiwangi, masih mengalami kesulitan dalam memilih model pembelajaran yang mengembangkan aspek kognitif. Siswa yang memiliki prilaku negatif seperti sering mengganggu teman menjadi alasan yang membuat guru kesulitan dalam menerapkan kognitif siswa. guru hanya menerapkan gaya komando untuk mengajarkan aspek psikomotor sehingga aspek kognitif kurang diperhatiakan. Aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berpikir dalam hal kemampuan mengingat dan kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode, atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah gerak. Menurut Budiman (2009, hlm. 49)

mengungkapkan bahwa “teori yang mendasari gaya komando adalah teori belajar stimulus-respons. Guru sebagai pemberi stimulus (perangsang) dan siswa

meresponsnya (reaksi, perilaku)”. Itu artinya bahwa jika guru memberikan stimulus

secara berulang-ulang maka siswa akan terbiasa dengan stimulus yang diberikan oleh guru. Gaya komando lebih cocok untuk mengembangkan keterampilan gerak, kurang cocok untuk pengembangan kognitif siswa. Kemampuan kognitif dapat diberikan melalui sebuah proses, ada proses dalam sebuah pembelajaran maka akan muncul proses berfikir terhadap sebuah masalah. Proses kognitif dapat diartikan sebagai perilaku yang diperbuat oleh siswa sebagai dampak dari pengetahuan yang berupa isi dari pembelajaran yang diberikan oleh guru kapada siswanya (Anderson, dkk, 2010, hlm. 19).


(16)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

Harapan dari tujuan pendidikan dalam aspek afektif terkandung dalam pembelajaran penjas yang memiliki pengertian bahwa di dalam proses belajar mengajar siswa mampu bertanggung jawab untuk dirinya sendiri, masyarakat dan Tuhan YME (Mulyana, 2013, hlm. 107). Bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri adalah siswa dapat mengoptimalisasikan diri untuk dapat belajar serta memahami isi dari pembelajaran. Bertanggung jawab terhadap orang lain dan lingkungannya, siswa mampu untuk menjaga kenyamanan kelas dan lingkungan sekitar hal itu dikarenakan kenyamanan yang dirasakan oleh siswa lain adalah dampak dari perilaku siswa itu sendiri. Bertanggung jawab terhadap Tuhan YME, manusia adalah makhluk ciptaan-Nya yang dituntut untuk beribadah dengan cara melakukan segala perintah dan menjauhi perbuatan yang dilarang-Nya.

Aspek afektif merupakan nilai plus dari penjas, karena selain siswa tidak hanya dikembangkan aspek kognitif dan psikomotor saja, namun penjas memberikan peluang untuk mengembangkan karakter. Pembelajaran penjas sebagai media yang paling tepat untuk menanamkan berbagai perilaku baik. Husdarta (2010, hlm. 155) menjelaskan bahwa “pendidikan jasmani atau olahraga memiliki posisi strategis

dalam mendukung perkembangan moral peserta didik”. Generasi muda unggul harus

memiliki sesuatu yang dapat diunggulkan sehingga akan memberikan perubahan dalam kehidupannya. Proses perubahan sikap siswa haruslah dilakukan secara berkesinambungan, agar siswa dapat mengingat dan menerapkannya di lingkungan sekolah dan menjadi sebuah kebiasaan yang akan digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Harapan dari tujuan pendidikan dalam aspek psikomotor adalah usaha untuk memberikan pengalaman gerak serta membiasakan diri untuk terus bergerak, karena ciri-ciri makhluk hidup adalah bergerak. Dari kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang diharapkan aktivitas gerak menjadi sebuah gaya hidup. Aktivitas fisik di dalam penjas diharapkan dapat menumbuhkan kecintaan dalam berolahraga dan


(17)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

kemudian dapat diimplementasikan di kehidupan sehari-hari serta menjadikan olahraga sebagai sebuah kebutuhan.

Pentingnya kebiasaan bergerak adalah untuk mencapai taraf kesehatan dimasa yang akan datang, sesuai dengan konsep WHO bahwa seseorang dikatakan sehat jika orang tersebut memiliki sejahtera jasmani, rohani dan sosial bukan hanya bebas dari penyakit, cacat ataupun kekurangan lainnya.

Hasil belajar yang mencakup tiga aspek sudah tentu menjadi harapan guru sebagai tujuan dari pendidikan. Untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan, guru harus mampu menggunakan model pembelajaran untuk mengoptimalkan potensi siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran penjas di sekolah. Dampak dari pembelajaran penjas tidak instan dan memerlukan waktu yang terus menerus sehingga siswa terbiasa dengan lingkungan yang telah di rencanakan oleh guru untuk

mencapai hasil belajar. Suherman (2009, hlm. 9) mengungkapkan bahwa “... program pendidikan jasmani yang ada sekarang berusaha memperkenalkan anak didik pada dunia yang ada sekarang dan juga sekaligus mempersiapkan anak didik untuk hidup

dalam dunia yang belum pasti di masa yang akan datang”.

Pada kurikulum 2013 tidak hanya ketuntasan belajar yang tinggi berupa nilai, namun diharapkan perilaku itu sendiri yang dihasilkan dari sebuah pendidikan secara sadar dan terencana sehingga terciptalah pendidikan karakter. Untuk itu kemampuan guru dalam memilah dan memilih model pembelajaran yang tepat untuk menerapkan harapan-harapan guru yang tertuang di dalam tujuan pembelajaran penjas.

Dalam mencapai tujuan pendidikan diperlukan sebuah model pembelajaran yang dapat mengembangkan sikap tanggung jawab serta menciptakan suasana belajar yang kondusif, sehingga menimbulkan gairah siswa untuk bergerak dalam aktivitas jasamani. Dalam upaya untuk mengembangakan perilaku tanggung jawab tersebut dibutuhkan pengajaran yang menjadi rutinitas dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat membawa perubahan pada kehidupannya dimasa yang akan datang. Pendapat


(18)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

tersebut diperkuat oleh Hellison (2003, hlm. 7) yang mengungkapkan bahwa “past and present sport, excercise, and physical education leaders have often claimed that a number of personal and social benefits result from participation in physical activities”. Inti dari kalimat tersebut mengatakan bahwa aktivitas fisik dapat memberikan manfaat terhadap kepribadian sosial siswa di masa lalu sampai pada masa yang akan datang.

Untuk menunjang pembelajaran penjas dalam mengembangkan sikap tanggung jawab digunakan konsep tahapan perkembangan aspek prilaku (level of affective

development) yang dikembangkan Hellison. Model TPSR telah terbukti mampu

mengembangkan afektif siswa. Hal ini di dukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Escarti, dkk (2011) bahwa model TPSR dapat meningkatkan sikap tanggung jawab. Berdasarkan pertimbangan itulah, penulis mencoba menetapkan rencana untuk melakukan penelitian mengenai Pengaruh Penerapan Model Pengajaran Tanggung Jawab Pribadi dan Sosial (TPSR) dalam Pembelajaran Pencak Silat terhadap Hasil Belajar (Kognitif, Afektif dan Psikomotor) Siswa di SMPN 2 Jatiwangi.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Permasalah muncul karena keragu-raguan penulis terhadap pengaruh model TPSR terhadap hasil belajar (kognitif, afektif, dan psikomotor). Apakah model TPSR berbeda dengan model konvensional terhadap hasil belajar aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Tuntutan kurikulum 2013 adalah hasil belajar yang mencakup aspek kognitif, afektif, psikomotor. Aktivitas fisik di dalam penjas diharapkan dapat menumbuhkan kecintaan dalam berolahraga dan kemudian dapat diimplementasikan di kehidupan sehari-hari serta menjadikan olahraga sebagai sebuah kebutuhan. Pentingnya kebiasaan bergerak adalah untuk mencapai taraf kesehatan dimasa yang akan datang, sesuai dengan konsep WHO bahwa seseorang dikatakan sehat jika orang


(19)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

tersebut memiliki sejahtera jasmani, rohani, dan sosial bukan hanya bebas dari penyakit, cacat ataupun kekurangan lainnya.

1. Penjas telah menjadi bagian dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan maksud untuk mengubah perilaku siswa. Hasil belajar yang telah dimiliki siswa merupakan gambaran perilaku siswa berupa kemampuan kognitif, afektif, dan keterampilan gerak. Harapan dari tujuan pendidikan dalam aspek kognitif yang terkandung di dalam pembelajaran penjas memiliki pengertian bahwa di dalam proses belajar mengajar siswa tidak hanya dituntut untuk dapat melakukan keterampilan gerak, juga dapat mengetahui dan memahami suatu keterampilan gerak.

2. Model TPSR telah terbukti mampu mengembangkan afektif siswa. Hal ini di dukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Escarti, dkk (2011) bahwa model TPSR dapat meningkatkan sikap tanggung jawab. Bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri adalah siswa dapat mengoptimalisasikan diri untuk dapat belajar serta memahami isi dari pembelajaran. Bertanggung jawab terhadap orang lain dan lingkungannya, siswa mampu untuk menjaga kenyamanan kelas dan lingkungan sekitar hal itu dikarenakan kenyamanan yang dirasakan oleh siswa lain adalah dampak dari perilaku siswa itu sendiri.

3. Hasil belajar yang mencakup tiga aspek sudah tentu menjadi harapan guru sebagai tujuan dari pendidikan. Untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan, guru harus mampu menggunakan model pembelajaran untuk mengoptimalkan potensi siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran penjas di sekolah. Pemilihan model TPSR diharapkan dapat mencapai aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Hal ini menjadi alasan bahwa hasil pembelajaran tidak ditentukan oleh nilai-nilai yang sempurna namun kualitas dari hasil pembelajaran. Model TPSR membantu guru dalam mengorganisir proses belajar mengajar.


(20)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka diajukan sebuah pertanyaan yaitu:

1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan kognitif antara siswa yang mendapatkan

model TPSR dan konvensional dalam pembelajaran pencak silat di SMPN 2 Jatiwangi?

2. Apakah terdapat perbedaan kemampuan afektif antara siswa yang mendapatkan

model TPSR dan konvensional dalam pembelajaran pencak silat di SMPN 2 Jatiwangi?

3. Apakah terdapat perbedaan kemampuan psikomotor antara siswa yang

mendapatkan model TPSR dan konvensional dalam pembelajaran pencak silat di SMPN 2 Jatiwangi?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini bermaksud untuk menggali informasi tentang berbagi aspek yang terkait dengan sikap tanggung jawab sosial siswa SMPN 2 Jatiwangi di dalam penerapan model teaching personal and social responsibility. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan kognitif antara siswa

yang mendapatkan model TPSR dan konvensional dalam pembelajaran pencak silat di SMPN 2 Jatiwangi.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan afektif antara siswa yang mendapatkan model TPSR dan konvensional dalam pembelajaran pencak silat di SMPN 2 Jatiwangi.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan psikomotor antara

siswa yang mendapatkan model TPSR dan konvensional dalam pembelajaran pencak silat di SMPN 2 Jatiwangi.


(21)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

E. Manfaat Penelitian

Pada era globalisasi ini banyak keluarga mengalami tekanan ekonomi yang kuat, anak-anak memiliki kemudahan dalam mengakses teknologi informasi yang mendorong perilaku negatif, memburuknya taraf kesehatan dan karakter telah memudar. Sehingga tuntutan kepada sekolah untuk mencegah masalah perilaku

negatif dengan mempromosikan pengembangan tanggung jawab dengan

menggunakan model TPSR. Tujuan mengadakan penelitian tentang model TPSR dalam pengembangan tanggung jawab diharapkan siswa dapat memiliki sikap diantaranya adalah saling menghargai sesama siswa, memiliki sikap jujur, memiliki sikap yang cooperative dengan sesama teman, melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh dan patuh terhadap segala sesuatu menjadi tanggung jawabnya. Oleh karena itu, penelitian ini akan bermanfaat secara:

1. Teoretis

Penelitian ini mendukung penerapan TPSR dalam mengembangkan tanggung jawab siswa. Penelitian ini memberikan kontribusi dalam pengembangan keilmuan dan sebagai bahan referensi kepada berbagai pihak yang berkepentingan dalam mengembangkan keilmuan pendidikan jasmani dan olahraga.

2. Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengidentifikasi penerapan TPSR di sekolah yang dapat berpengaruh terhadap pengembangan siswa SMP khususnya SMPN 2 Jatiwangi dalam pembelajaran.


(22)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian akan dilaksanakan di SMPN 2 jatiwangi yang berada di Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka. Pemilihan lokasi penelitian tersebut didasarkan atas beberapa pertimbangan yaitu: (1) penulis bekerja di sekolah tersebut; (2) pihak kepala sekolah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut; (3) guru pembina ekstrakurikuler memberikan ijin untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut; (4) jumlah populasi siswa yang mengikuti ekstrakurikuler pencak silat yang cukup banyak. Oleh sebab itu demi kelancaran pelaksanaan penelitian tersebut peneliti memilih SMPN 2 Jatiwangi..

2. Populasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi di SMPN 2 Jatiwangi sebagai populasi target. Jumlah keseluruhan yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Penelitian ini mengungkapkan beberapa alasan dalam menetapkan siswa-siswi SMPN 2 Jatiwangi sebagai populasi penelitian yaitu sebagai berikut: (1) SMPN 2 Jatiwangi memiliki program pengembangan diri pencak silat dan merupakan salah satu sekolah yang memiliki pengembangan diri pencak silat dan ekstrakurikuler pencak silat di Kecamatan Jatiwangi; (2) selain pengembangan diri pencak silat, sekolah tersebut memiliki ekstrakurikuler pencak silat yang tidak sedikit jumlahnya yaitu 50 siswa; (3) karakteristik siswa SMPN 2 Jatiwangi sangat mendukung dalam upaya menanamkan sikap tanggung jawab dalam pembelajaran TPSR. Lickona (1994) dalam Mulyana


(23)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

menengah pertama berada pada fase golden rule yaitu dimana siswa sudah mengerti

baik dan buruk, bisa melakukan kebaikan, dan menerima tanggung jawab”.

Sehubungan dengan ketiga alasan tersebut maka penelitian ini telah menetapkan siswa-siswi SMPN 2 Jatiwangi sebagai populasinya.

3. Sampel dan Teknik Sampling Penelitian

Penelititan ini menggunakan Nonequivalent control group design dengan teknik

purposive sampling. Dengan pertimbangan bahwa sampel penelitian adalah siswa

yang mengikuti ekstrakurikuler pencak silat, hal ini sesuai dengan karakteristik sampel yang akan diteliti yaitu pembelajaran pencak silat. Jumlah siswa-siswi yang mengikuti ekstrakurikuler pencak silat di SMPN 2 Jatiwangi berjumlah 50 siswa, Mulyana (2012, hlm. 128) yang mengutip dari Cochran (1991) mengungkapkan

bahwa “di dalam menentukan jumlah sampel, tidak ada satupun kaidah yang dapat

digunakan secara meyakinkan”. Sampel yang diambil adalah kelompok yang telah ada atau telah terbentuk. Kemudian sampel 50 dibagi menjadi dua kelompok dengan menggunakan teknik random assignment. Kelompok eksperimen dengan jumlah 25 orang siswa dan kelompok kontrol dengan jumlah siswa 25 orang siswa.

B. Desain Penelitian

Desain yang digunakan adalah quasi eksperimental design yaitu menggunakan

Nonequivalent control group design hampir sama dengan pretest-posttest control group design dengan ketentuan bahwa desain ini kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen sampelnya tidak dipilih secara random. Penentuan desain penelitian ini dikarenakan masing-masing kelompok ditentukan sesuai dengan karakteristik, kelompok mana sebagai eksperimen dan kontrol sehingga karakteristik dalam persyaratan bagi desain eksperimen sejati yang tidak terpenuhi maka digunakan desain Nonequivalent control group design. Model pembelajaran TPSR dan


(24)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

konvensional sebagai variabel independen sedangkan hasil belajar merupakan variabel dependen.

� � � � �

Gambar 3.1

Nonequivalent Control Group Design

Sugiyono, (2013, hlm.116)

Pada desain ini kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan penerapan model TPSR, sedangkan kelompok kontrol diberi perlakuan atau dengan pembelajaran model konvensional. Dalam penentuan kelompok eksperimen dan kontrol dilakukan secara random assignment. Setelah terbentuk kelompok maka langkah selanjutnya adalah memberikan pretest terhadap masing-masing kelompok.

1. Pretest

Pretest dilakukan untuk mengetahui kondisi awal sehingga kondisi akhir dapat

diketahui sesuai dengan desain yang digunakan. Setelah terkumpul data hasil pretest, masing-masing kelompok diberikan perlakuan. Pretest aspek kognitif dan aspek afektif dilakukan dengan cara pengisian angket. Aspek psikomotor dengan test keterampilan gerak pencak silat yang di test oleh tiga orang penguji, hal ini dilakukan untuk mendapatkan derajat objektifitas.

2. Treatment

Perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen diberikan model pembelajaran TPSR. Program pembelajaran tersebut akan dilaksanakan tiga kali dalam seminggu. Penelitian ini dilaksanakan selama 16 kali pertemuan yang dilaksanakan 3 kali seminggu, jadi penelitian dilakukan kurang lebih selama 5 sampai 6 minggu dari mulai tanggal 17 Mei 2014 sampai dengan 28 Juni 2014. Adapun


(25)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

program pembelajaran yang akan dilakukan selama 16 pertemuan yaitu dapat di lihat pada Tabel 3.1 halaman 44.

Tabel 3.1

Program Pembelajaran Pencak Silat

Pertemuan Materi Durasi

1 dan 2 Persiapan serangan

Pola langkah 2x45 menit

3 dan 4 Serangan tengan (pukulan)

Serangan tungkai (tendangan depan) 2x45 menit

5 dan 6 Serangan tungkai (tendangan samping)

Serangan tungkai (tendangan sabit) 2x45 menit

7 dan 8 Serangan tungkai (tendangan belakang)

Serangan tungkai (sapuan rebah depan) 2x45 menit

9 dan 10 Serangan tungkai (sapuan rebah belakang)

Serangan tungkai (guntingan) 2x45 menit

11 dan 12 Belaan (tangkisan)

Belaan (hindaran) 2x45 menit

13 dan 14 Belaan (elakan)

Kombinsai serang bela (satu pola serangan) 2x45 menit

15 dan 16 Kombinasi serang bela (dua pola serangan)

Kombinasi serang bela (empat pola serangan) 2x45 menit

Tabel 3.2

Strategi Pembelajaran TPSR

Hellison, D dan Walsh, D (2002, hlm.293) Lesson

Format

Rencana Pembelajaran Counseling

time 

Memberikan pengarahan kepada siswa untuk membangun hubungan dalam pembelajaran.


(26)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014 Awareness

talk 

Mengarahkan siswa kedalam situasi pembelajaran dan menempatkan siswa didalam lima tingkatan tanggung jawab

Lesson  Selama aktivitas gerak berlangsung, guru mengarahkan siswa

kedalam lima tingkatan

 Guru memberikan instruksi langsung dalam setiap aktivitas gerak yang dilakukan oleh siswa

 Guru memberikan siswa kedalam situasi pembelajaran baik itu

yang mudah dilakukan dan yang cukup sulit dilakukan

 Memberikan penguatan terhadap berbagai masalah yang

dihadapi baik individu maupun kelompok Group

meeting 

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menyampaikan berbagai macam hal baik itu kendala atau pun harapan dari apa yang mereka lakukan dalam aktivitas gerak

 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mendiskusikan berbagai macam konflik atau masalah yang terjadi baik itu yang dihadapi oleh individu atau kelompok Reflection

time 

Sebelum siswa meninggalkan aktivitas fisik, guru memberikan kesempatan untuk mengevaluasi sikap siswa, niat, dan perilaku dalam kaitannya dengan tingkatan tanggung jawab.

3. Post test

Post test dilakukan setelah pertemuan terakhir, hasil dari post test dapat

berbentuk data angka yang kemudian diolah sehingga akan dapat diperoleh kesimpulan dari penelitian yang akan dicocokkan dengan teori yang telah dikaji.

Posttest aspek kognitif dan aspek afektif dilakukan dengan cara pengisian angket.

Aspek psikomotor dengan test keterampilan gerak pencak silat yang di test oleh tiga orang penguji, hal ini dilakukan untuk mendapatkan derajat objektifitas

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan model TPSR dalam pembelajaran pencak silat terhadap hasil belajar siswa, hal itu menunjukkan bahwa upaya untuk membuktikan sebuah teori yang diungkapkan oleh Hellison


(27)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

dalam model TPSR yang dapat memberikan dampak positif terhadap perilaku tanggung jawab siswa, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif. Terdapatnya sebab akibat yang menyebabkan perubahan perilaku maka metode kuantitatif sangat cocok digunakan dalam penelitian ini.

Suatu permasalahan yang dihadapi oleh peneliti adalah meneliti tentang pengaruh penerapan model Teaching Personal and Social Responsibility (TPSR) dalam pembelajaran pencak silat terhadap hasil belajar siswa harus dilakukan dengan metode penelitian kuantitatif atau eksperimen. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menjawab masalah yang dihadapi peneliti. Masalah yang diakibatkan karena terjadinya penyimpangan dari apa yang seharusnya dengan apa yang terjadi sebenarnya yang diakibatkan oleh sesuatu hal. Data yang diperoleh dari hasil di lapangan berupa angka-angka, sehingga digunakanlah metode penelitian eksperimen.

D. Definisi Operasional

Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui pengaruh model TPSR terhadap hasil belajar yang mencakup tiga aspek yaitu: aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor. Aspek kognitif memaparkan tentang bagaimana model TPSR berpengaruh terhadap perkembangan kognitif siswa. Aspek afektif dalam penelitian ini berbicara tentang perkembangan sikap tanggung jawab dari hasil penerapan model TPSR. Aspek psikomotor merupakan hasil dari penerapan model terhadap keterampilan gerak pencak silat sebagai media utama dalam penerapan model TPSR. Maka penulis menjabarkan definisi operasional dari ketiga aspek tersebut sebagai berikut:

1. Teaching personal and social responsibility models (TPSR)

Model TPSR digunakan dalam pembentukan sikap tanggung jawab siswa, Escarti, dkk (2010) mengatakan bahwa:


(28)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

This model was designed by Hellison (1985, 2003) as an alternative approach to physical activity programming whose objective is to teach personal and social responsibility to urban youth often placed at risk due to social circumstances such as poverty, violence, drugs and family problems.

Hellison mendesain model TPSR sebagai pendekatan alternatif dalam program aktivitas jasmani disekolah untuk mengatasi masalah yang terjadi di kaum urban dalam hal kekerasan, obat-obatan dan masalah keluarga.

Hassandra (2010, hlm. 276) mengungkapkan bahwa “The TPSR model postulates

five levels of behavior with respect to responsibility: irresponsibility, respect, participation, self-direction, and caring”. Model TPSR memiliki lima tingkatan,

yaitu tingkat tidak betanggung jawab, tingkat sikap respek terhadap lingkungan, tingkat partisipasi dalam pembelajaran, tingkat bertanggung jawab pada diri sendiri dan tingkat bertanggung jawab terhadap teman sebaya.

Hellison (2003) dalam Li, Weidong dkk (2008, hlm. 168) mengungkapkan bahwa “teaching personal and social responsibility model (TPSR) is a well -established approach that uses physical activity as a vehicle to promote positive

youth development among urban youth”.

Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa model TPSR digunakan sebagai strategi pembelajaran dalam meningkatkan perilaku positif. Pengembangan sikap tanggung jawab siswa dalam skenario pembelajaran merupakan salah satu tujuan dari model TPSR yang digambarkan dalam setiap tingkatan. Lickona dalam Hellison (2003, hlm19) menyarankan untuk menggunakan model TPSR dalam mengembangkan kepribadian dan tanggung jawab sosial sebagai mana dijelaskan

that’s why I often use terms like self-control, self motivation, and self direction in the

levels and sublevels”.


(29)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

Hasil belajar merupakan pencapaian yang diraih seseorang melalui berbagai pengalaman belajar. Teori Bloom mengemukakan terdapat tiga hasil belajar, yaitu: hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotor. Komarudin (2011, hlm. 165) mengungkapkan bahwa hasil belajar “... adalah perubahan perilaku siswa yang diakibatkan oleh pengalaman belajarnya yang meliputi kemampuan dalam domain

kognitif, afektif, psikomotor, dan kebugaran jasmani ...”.

Aspek kognitif adalah salah satu hasil yang harus dicapai dalam pembelajaran.

Menurut Ormrod, JE (2009, hlm 270) “proses-proses kognitif adalah hal-hal spesifik yang dilakukan para pembelajar secara mental ketika mereka berusaha menafsirkan

dan mengingat apa yang mereka lihat, dengar dan pelajari”. Dari proses-proses kognitif memberikan dampak yang cukup besar terhadap apa yang dipelajari oleh siswa dan diingat oleh siswa.

Aspek afektif adalah pencapaian dalam hal keterampilan sosial siswa melalui pengalaman belajar yang tersusun secara sistematis. Aspek afektif dalam penelitian ini adalah tanggung jawab siswa sebagai hasil dari pembelajaran. Berliana (1998) yang dikutip dari Hellison (1995, hlm. 1):

Faktor yang menyebabkan rendahnya sikap siswa dalam bertanggung jawab akibat karena guru menganggap bahwa perilaku bertanggung jawab dapat muncul dengan sendirinya, perilaku bertanggung jawab dapat dikembangkan dengan cara dibina dan perubahannya harus direncanakan dan dilaksanakan oleh pendidik.

Menurut Lickona (2012, hlm. 106) “tanggung jawab adalah sisi aktif dari moral”.

Selanjutnya Lickona (2012, hlm. 106) menambahkan “tanggung jawab termasuk

menjaga diri dan orang lain, memenuhi kewajiban, berkontribusi terhadap masyarakat

kita, meringankan beban, dan membangun sebuah dunia yang lebih baik”. Mulyana (2012) yang dikutip dari Lickona (1992) mengatakan:


(30)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

Tanggung jawab (responsibility) adalah kemampuan untuk memberikan respon, atau reaksi secara cakap. Tanggung jawab dicirikan antara lain dengan melakukan apa yang telah disepakati dengan sungguh-sungguh; mengakui kesalahan yang dilakukan tanpa alasan; memberikan yang terbaik atas apa yang dilakukan.

Hasil belajar aspek psikomotor lebih kepada aplikasi dari pengetahuan yang telah diperoleh. Menurut Lutan (2005, hlm. 102) mengatakan bahwa “perilaku motorik

adalah suatu istilah generik atau istilah yang bersifat umum yang mencakup istilah belajar motorik (motor learning), penampilan (performance), dan kontrol motorik (motor control)”. Pengertian tersebut mengungkapkan bahwa perubahan yang terjadi pada perilaku seseorang yang dapat diamati yang ditampilkan oleh seluruh anggota tubuh yang dikontrol oleh syaraf.

Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa hasil belajar yang diharapkan adalah keterampilan gerak siswa yang dapat diraih siswa karena adanya pengalaman belajar yang didukung oleh keterampilan kognitif siswa sehingga menimbulkan keterampilan gerak termasuk keterampilan siswa dalam bersosialisasi dengan teman sebaya dan lingkungan sekitarnya.

3. Pencak Silat

Pencak silat Menurut Mulyana (2013, hlm 89) mengutip dari IPSI (1994) “suatu kesatuan dengan empat rupa catur tunggal seperti tercermin dalam senjata trisula pada lambang IPSI, yang ketiga ujungnya melambangkan unsur seni, beladiri dan olahraga, dan gagangnya mewakili unsur mental mental-spiritual”.

Teknik dasar pencak silat meliputi sikap, kuda-kuda, dan sikap pasang. Sebagai

mana yang diungkapkan oleh Mulyana (2013, hlm 111) “dalam mempelajari pencak

silat, yang sangat penting kita perhatikan adalah tentang kuda-kuda, sikap pasang,


(31)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

Tendangan merupakan suatu teknik gerakan untuk memulai serangan. Notosoejitno (1997, hlm. 68) mengungkapkan bahwa:

Pengertian serangan dalam pencak silat adalah teknik untuk merebut inisiatif lawan dan atau membuat lawan tidak dapat melakukan serangan atau belaan, dan semua itu dilaksanakan secara taktis (sesuai dengan kondisi, situasi, saat, kebutuhan dan keperluannya)

Menurut Notosoejitno (1997, hlm. 68) “pukulan merupakan teknik serangan yang

dilakukan dengan menggunakan tangan dan lengan sebagai komponen penyerangan”.

Selanjutnnya Notosoejitno (1997, hlm. 71) “tendangan merupakan teknik dan taktik

serangan yang dilaksanakan dengan menggunakan tungkai dan kaki sebagai komponen penyerangan.

E. Instrumen Penelitian

Pada dasarnya, setiap melakukan sebuah penelitian maka kita akan melakukan sebuah laporan dari apa yang telah kita teliti. Tentu dalam penelitian ini tidak akan mencapai hasil jika tidak memiliki patokan. Maka dari itu diperlukan alat ukur untuk melihat hasil dari penelitian, sehingga apa yang diharapkan dari hasil penelitian dapat maksimal. Alat ukur dalam suatu rangkaian penelitian sering juga disebut instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur dari yang akan diteliti. Sugiyono (2012, hlm. 148) mengatakan bahwa “instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan

mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”.

1. Instrumen aspek kognitif

Instrumen untuk mengukur domain kognitif terkait dengan pengetahuan siswa pada materi yang diajarkan dalam SK dan KD (standar kompetisi dan kompetensi dasar). Untuk menilai tingkat penguasaan siswa pada domain kognitif, digunakan tes objektif dalam bentuk pilihan ganda.


(32)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

Aspek kognitif adalah hasil belajar yang menuntut siswa tidak hanya mengetahui pencak silat, namun memahami nilai-nilai apa yang terkandung di dalamnya serta mengembangkan keterampilan kognitif diantaranya: menafsirkan, mencontohkan, mengaplikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan tentang pencak silat. Tabel 3.3 (halaman 52) definisi operasional aspek kognitif menurut Teori Bloom:

Tabel 3.3

Taksonomi Pendidikan Bloom (dalam Anderson, LW, 2010, hlm 100-102)

Kategori dan proses kognitif

Definisi dan contoh Konteks dalam pembelajaran

pencak silat

Mengingat Mengambil pengetahuan

dari memori jangka

panjang

Siswa mampu mengingat

keterampilan gerak pencak silat

Memahami Mengkonstruksi makna

dari materi pembelajaran,

termasuk apa yang

diucapkan, ditulis, dan digambarkan

Siswa mampu memahami

keterampilan gerak pencak silat

Mengaplikasikan Menerapkan atau

menggunakan suatu

prosedur dalam keadaan tertentu

Siswa mampu

mengaplikasikan keterampilan gerak pencak silat

Menganalisis Memecah-mecah materi

jadi bagian-bagian

Siswa mampu menganalisis keterampilan gerak pencak


(33)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

penyusunan dan

menentukan

hubungan-hubungan antara bagian itu dan hubungan antara

bagian-bagian tersebut

dan keseluruhan struktur atau tujuan

silat

Mengevaluasi Mengambil keputusan

berdasarkan kriteria/standar

Siswa mampu mengevaluasi keterampilan gerak pencak silat

Mencipta Memadukan

bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan

koheren atau untuk

membuat suatu produk yang orisinal

Siswa mampu mencipta

keterampilan gerak pencak silat

2. Instrumen aspek afektif

Instrumen yang digunakan untuk mengukur aspek afektif siswa adalah skala sikap dengan indikator yang diungkap terkait dengan sikap tanggung jawab yang terkandung dalam model pembelajaran TPSR.

Aspek afektif dalam penelitian ini adalah sikap tanggung jawab siswa, hal ini sesuai dengan tujuan peneliti untuk mengetahui pengaruh model teaching personal

and social responsibility. Sikap bertanggung jawab menurut Hellison (2003, hlm. 17)

terdiri dari lima tingkatan. Berikut adalah uraian mengenai lima tingkatan sikap tanggung jawab menurut Berliana (1998, hlm. 75-78):


(34)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

(a) Irresponsibility, pada level ini anak tidak mampu bertanggung jawab atas perilaku yang diperbuatnya dan biasanya anak suka mengganggu orang lain dan suka mengejek, menekan orang lain, atau mengganggu orang lain secara fisik; (b)

Self-Control, pada level ini anak terlibat dalam aktivitas belajar tetapi sangat

minim sekali. Anak tidak menolak untuk melakukan apa yang diperintahkan oleh gurunya, tanpa mengganggu orang lain. Akan tetapi pada tahap ini anak kelihatannya dalam melakukan aktivitasnya tanpa dibarengi usaha yang sungguh-sungguh. (c) Involvement, anak didik pada level ini secara aktif terlibat dalam proses belajar. mereka bekerja keras, emnghindari bentrokan dengan orang lain dan secara sadar tertarik untuk belajar dan untuk meningkatkan kemampuannya; (d) Self responsibility, pada level ini anak didik didororng untuk mulai bertanggung jawab atas belajarnya. Artinya dalam kondisi demikian anak belajar tanpa harus diawasi oleh gurunya. Disamping itu siswa sudah mampu membuat keputusan tentang apa yang harus dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya; (e) Carring, pada level ini anak tidak hanya bekerja sama tapi sudah mempunyai keinginan untuk membantu teman lain dalam belajar.

Berdasarkan definisi konseptual yang diuraikan diatas, maka skala sikap untuk mengukur sikap bertanggung jawab adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4

Definisi Konseptual, Definisi Operasional, dan Indikator Sikap Bertanggung Jawab dalam Konteks PBM Pendidikan Jasmani

Mulyana (2012, hlm. 133)

Variabel Sub variabel Indikator Bentuk

pertanyaan

Tanggung jawab Peduli terhadap

diri sendiri dan orang lain

 Mengatasi

kelemahan diri

 Peduli terhadap

sesama;menunda kepentingan sediri

 Memandang

semua orang sama

Pertanyaan mengenai kepedulian

terhadap diri

sendri dan orang lain


(35)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

derajat nya

 Mempu berempati

 Mengakui

kesalahan dengan ikhlas

Menjalankan kewajiban dengan baik

 Mentaati aturan

 Mendahulukan

kepentingan kelompok

 Melakukan apa

yang telah

disepakati dengan sungguh-sungguh

Pertanyaan mengenai

sikapnya dalam menjalankan kewajiban

Berkontribusi terhadap

komunitas atau

masyarakat

 Tenggang rasa

 Kemampuan

menilai

 Mampu

mengendalikan diri

 Dapat dipercaya

Pertanyaan mengenai kebiasaan membina

pergaulan ke

arah yang positif

Memberi arah

dan pertolongan

dalam usaha

meringankan penderitaan orang  Mampu mentransfer pengetahuan  Kemampuan merasakan Pernyataan mengenai perasaan terhadap penderitaan


(36)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

lain penderitaan orang

lain

 Kesiapan diri

melakukan sesuatu

orang lain

Melakukan sesuatu perbuatan untuk

membangun lingkungan yang baik

 Menjaga kesehatan

lingkungan

 Kemampuan

mengatakan yang sebenarnya

 Keinginan

menularkan pengetahuan

 Mengutamakan

kinerja

3. Instrumen Aspek Psikomotor

Instrumen aspek psikomotor yang digunakan yaitu dalam keterampilan gerak pencak silat adalah sebagai berikut: (1) tendangan sabit, (2) tendangan depan, (3) tendangan samping/T, (4) pukulan. Tabel 3.6 merupakan gambaran definisi konseptual, definisi operasional, dan indikator keterampilan gerak dalam pencak silat.

Menurut Notosoejitno (1997, hlm. 71) menjelaskan bahwa “tendangan merupakan teknik dan taktik serangan yang dilaksanakan dengan menggunakan tungkai dan kaki sebagai komponen penyerangan”, bentuk tendangan menurut Notosoejitno (1997, hlm. 71) adalah sebagai berikut:


(37)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

 Tendangan Sabit adalah tendangan yang dilaksanakan dengan menggunakan sebelah kaki dan tungkai, lintasannya dari samping dan kenaannya pada punggung kaki. (Notosoejitno, 1997, hlm. 71)

 Tendangan depan adalah tendangan yang dilaksanakan dengan menggunakan

sebelah kaki dan tungkai, sikap tubuh tegak, lintasannya lurus kedepan dan kenaannya pada ujung telapak kaki (Notosoejitno, 1997, hlm. 71)

 Tendangan samping adalah tendangan yang dilaksanakan dengan

menggunakan sebelah kaki dan tungkai, lintasannya lurus kedepan dan kenaannya pada telapak kaki atau tepi telapak kaki (Notosoejitno, 1997, hlm. 71)

Menurut Notosoejitno (1997, hlm. 68) menjelaskan bahwa “pukulan merupakan

teknik serangan yang dilakukan dengan menggunakan tangan dan lengan sebagai

komponen penyerang”, bentuk pukulan menurut Notosoejitno (1997, hlm. 70) adalah

sebagai berikut:

 Pukulan depan adalah pukulan yang dilaksanakan dengan sebelah tangan dan

lengan, lintasannya lurus kedepan dan kenaannya pada ujung jari-jari tangan merapat, punggung tangan terbuka yang melemas, buku-buku jari tangan merapat, buku jari tengah atau kepalan tangan (Notosoejitno, 1997, hlm. 70).

Tabel 3.5

Rubrik Penilaian Unjuk Kerja Indikator

keterampilan

Spesifikasi keterampilan Kualitas gerak

1 2 3

Tendangan sabit Sikap pasang awal

Lintasan kaki dari samping Impact kaki bagian punggung kaki Sikap pasang akhir setelah tendangan


(38)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014 Tendangan

depan

Sikap pasang awal Lintasan lurus kedepan Impact kaki bagian telapak kaki Sikap pasang akhir setelah tendangan

depan Tendangan

samping

Sikap pasang awal Lintasan lurus ke depan

Impact kaki bagian bawah kaki/telapak kaki

Sikap pasang akhir setelah tendangan samping

Pukulan depan Sikap pasang

Lintasan lurus kedepan

Impact ujung jari-jari tangan merapat atau kepalan tangan

Posisi pasang setelah pukulan Jumlah

Saifudin Azwar (2007) dalam Mulyana (2012, hlm. 134) menganjurkan langkah-langkah penyusunan instrumen adalah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi konsep kognitif, tanggung jawab dan psikomotor b. Menyusun definisi operasional indikator dari ketiga aspek

c. Membuat penskalaan dan pemilihan format stimulus

d. Penyusunan butir tes

e. Melakukan uji coba instrumen

f. Menganalisis butir tes g. Menyeleksi butir tes

h. Pengujian reliabilitas butir tes i. Validitas butir tes


(39)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

Langkah awal dalam penyusunan instrumen penelitian adalah melakukan identifikasi konsep dengan mendefinisikan setiap konsep yang didukung oleh teori. Kemudian konsep yang didefinisikan dan dijabarkan lebih spesifik untuk membatasi variabel agar menghindari peluasan makna.

Langkah berikutnya adalah definisi operasional setiap aspek yang akan diungkap secara lebih konkrit dalam bentuk indikator-indikator kognitif, sikap tanggung jawab, dan keterampilan gerak pencak silat.

Dalam penulisan butir skala tanggung jawab, penulis menggunakan rating scale, karena rating scale lebih fleksibel dalam penggunaan skala sikap dan juga fenomena lainnya. Setelah butir instrumen tersusun maka penulis me review kembali butir tes agar tidak terjadi pernyataan yang memiliki dua arti atau pernyataan yang bentuknya sama.

Langkah selanjutnya peneliti menguji butir soal tersebut kepada siswa kelas siswa SMPN 2 Rajagaluh. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah butir tes mudah dipahami oleh siswa dan sebagai bahan evaluasi dari kualitas butir tes secara statistik (Mulyana, 2012). Untuk menguji keterampilan gerak siswa dalam pembelajaran pencak silat ada beberapa hal yang harus diuji cobakan yaitu: tendangan depan, tendangan samping, tendangan sabit, dan pukulan lurus. Untuk menguji kognitif siswa tercantum dalam SK dan KD sekolah tingkat SMP/sederajat.

Setelah didapat data, langkah selanjutnya adalah menganalisis data yang telah didapat untuk menyeleksi butir tes yang tidak memenuhi persyaratan sebagai butir tes yang baik. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki dan mengevaluasi butir tes yang telah disusun.

Setelah dianalisis, langkah selanjutnya menguji reliabilitas butir tes. Hal ini bertujuan untuk melihat butir tes yang memiliki daya beda yang tinggi. Jika kurang


(40)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

memuaskan, maka akan dilakukan penyusunan kembali sampai butir tes yang memenuhi syarat didapat.

Setelah dilakukan uji reliabilitas, langkah selanjutnya dilakukan uji validitas. Pengujian ini meliputi digunakan dua cara yaitu validitas internal dan validitas eksternal. Jika sudah didapat reliabilitas dan validitas maka soal itu dapat di digunakan dalam penelitian.

F. Pengujian Validitas dan Reliabilitas

Isntrumen yang telah disusun selanjutnya di uji validitas dan reliabilitas. Berikut adalah langkah-langkah pelaksanaan uji coba instrumen sebgai berikut:

1. Konsultasi

2. Uji coba instrumen aspek kognitif (pencak silat) 3. Uji coba instrumen aspek afektif (tanggung jawab)

Setelah kuesioner itu di uji reliabilitas dan validitasnya telah teruji, barulah kuesioner tersebut dapat dijadikan sebuah alat pengumpul data yang diperoleh dari sampel penelitian. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 177-183) terdapat tiga cara dalam melakukan pengujian validas yaitu (1) pengujian validitas konstrak, (2) pengujian validitas isi, (3) pengujian validitas eksternal. Pengujian validitas konstrak yang bisa juga dikatakan validitas yang di sah kan oleh ahli dalam bidang instrumen yang akan dibuat. Pengujian validitas isi dilakukan dengan membandingkan antara isi dari instrumen yang dibuat dengan materi atau teori yang telah ada, apakah sesuai atau tidak akan menentukan validitas isi dari instrumen tersebut layak atau tidak untuk


(41)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

digunakan. Pengujian validitas eksternal menurut Sugiyono (2013, hlm. 183)

mengatakan bahwa “validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan”.

Untuk menentukan reliabilitas dari instrumen, peneliti menggunakan teknik

internal consistency yaitu dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (split half).

Rumus Spearman Brown yaitu:

�� = +���

Keterangan:

�� = reliabilitas internal seluruh instrumen

��= korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua

Hasil dari perhitungan validitas dan reliabilitas dengan menggunakan Microsoft excel 2007 diperoleh hasil seperti yang tertera pada tabel 3.6 halaman 59.

Tabel 3.6

Data Hasil Uji Coba Validitas Instrumen Tanggung Jawab

No. Soal Rxy r Tabel Keterangan

1 0,92 1,761 Tidak valid

2 5,02 1,761 Valid

3 -2,38 1,761 Tidak valid

4 3,14 1,761 Valid

5 1,85 1,761 Valid

6 -0,78 1,761 Tidak valid

7 2,52 1,761 Valid

8 5,02 1,761 Valid

9 2,52 1,761 Valid

10 2,52 1,761 Valid

11 2,85 1,761 Valid

12 5,65 1,761 Valid


(42)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

14 7,57 1,761 Valid

15 -1,32 1,761 Tidak valid

16 3,57 1,761 Valid

17 -0,78 1,761 Tidak valid

18 9,33 1,761 Valid

19 1,32 1,761 Tidak valid

20 2,00 1,761 Valid

21 2,53 1,761 Valid

22 0,78 1,761 Tidak valid

23 3,01 1,761 Valid

24 2,10 1,761 Valid

25 2,09 1,761 Valid

26 0,78 1,761 Tidak valid

27 2,09 1,761 Valid

28 2,84 1,761 Valid

29 2,84 1,761 Valid

30 3,01 1,761 Valid

31 -3,57 1,761 Tidak valid

32 2,18 1,761 Valid

33 0,78 1,761 Tidak valid

34 9,33 1,761 Valid

35 6,39 1,761 Valid

36 2,52 1,761 Valid

37 3,57 1,761 Valid

38 3,09 1,761 Valid

39 1,59 1,761 Tidak valid

40 2,83 1,761 Valid

41 6,65 1,761 Valid

42 2,38 1,761 Valid

43 2,74 1,761 Valid

44 2,52 1,761 Valid

45 1,59 1,761 Tidak valid

46 2,76 1,761 Valid

47 2,10 1,761 Valid

48 1,59 1,761 Tidak valid

49 2,67 1,761 Valid

50 6,38 1,761 Valid


(43)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

52 2,09 1,761 Valid

Dari tabel 3.9 di atas diketahui bahwa dari 52 butir soal yang diuji cobakan terdapat 38 butir soal yang valid dan 14 butir soal yang tidak valid. Berdasarkan hasil pengujian rumus Spearman Brown menunjukkan tingkat reiabilitas butir angket sebesar 0,56 yang termasuk kriteria sedang. Sedangkan berdasarkan hasil uji signifikansi korelasi 3,145 > t tabel 1,761, kesimpulannya bahwa korelasi tersebut signifikan.

Tabel 3.7

Data Hasil Uji Coba Validitas Instrumen Kognitif Pencak Silat

No. Soal Rxy r Tabel Keterangan

1 1,00 1,761 Tidak valid

2 1,65 1,761 Tidak valid

3 3,38 1,761 Valid

4 -3,73 1,761 Tidak valid

5 2,74 1,761 Valid

6 5,64 1,761 Valid

7 1,65 1,761 Tidak valid

8 2,74 1,761 Valid

9 1,86 1,761 Valid

10 -2,52 1,761 Tidak valid

11 0,78 1,761 Tidak valid

12 -2,52 1,761 Tidak valid

13 2,52 1,761 Valid

14 2,52 1,761 Valid

15 1,65 1,761 Tidak valid

16 3,38 1,761 Valid

17 2,52 1,761 Valid

18 -2,73 1,761 Tidak valid

19 4,37 1,761 Valid

20 3,38 1,761 Valid

21 1,65 1,761 Tidak valid

22 1,65 1,761 Tidak valid


(44)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

24 -1,65 1,761 Tidak valid

25 4,37 1,761 Valid

26 1,65 1,761 Tidak valid

27 1,65 1,761 Tidak valid

28 -1,65 1,761 Tidak valid

29 5,64 1,761 Valid

30 -4,37 1,761 Tidak valid

31 2,52 1,761 Valid

32 1,59 1,761 Tidak valid

33 4,37 1,761 Valid

34 1,00 1,761 Tidak valid

35 1,65 1,761 Tidak valid

36 0,78 1,761 Tidak valid

37 3,57 1,761 Valid

38 3,38 1,761 Valid

39 4,37 1,761 Valid

40 -0,84 1,761 Tidak valid

41 5,64 1,761 Valid

42 -5,64 1,761 Tidak valid

43 2,52 1,761 Valid

44 0,84 1,761 Tidak valid

45 3,38 1,761 Valid

46 -0,78 1,761 Tidak valid

47 -1,65 1,761 Tidak valid

48 -1,65 1,761 Tidak valid

49 1,65 1,761 Tidak valid

50 1,86 1,761 Valid

51 -2,52 1,761 Tidak valid

52 5,64 1,761 Valid

53 0,78 1,761 Tidak valid

54 3,38 1,761 Valid

55 2,73 1,761 Valid

56 11,57 1,761 Valid

57 1,65 1,761 Tidak valid

58 -1,65 1,761 Tidak valid

59 1,86 1,761 Valid

60 3,38 1,761 Valid


(45)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

62 2,52 1,761 Valid

63 -1,65 1,761 Tidak valid

64 4,37 1,761 Valid

65 -1,65 1,761 Tidak valid

66 1,65 1,761 Tidak valid

67 5,64 1,761 Valid

68 5,01 1,761 Valid

69 1,65 1,761 Tidak valid

70 7,01 1,761 Valid

71 5,01 1,761 Valid

72 1,86 1,761 Valid

73 -1,65 1,761 Tidak valid

74 1,65 1,761 Tidak valid

75 -1,65 1,761 Tidak valid

76 4,375 1,761 Valid

77 -1,65 1,761 Tidak valid

78 1,65 1,761 Tidak valid

Dari tabel 4.0 di atas dapat diketahui bahwa dari 78 butir soal yang diuji cobakan terdapat 36 butir soal yang dinyatakan valid dan 42 butir soal tidak dinyatakan tidak valid. Berdasarkan hasil pengujian rumus Spearman Brown menunjukkan tingkat reliabilitas butir angket sebesar 0,904 yang termasuk kriteria sangat tinggi. Sedangkan berdasarkan hasil uji signifikansi korelasi 12,467 > t tabel 1,761, kesimpulannya bahwa korelasi tersebut signifikan.

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik yang akan digunakan dalam mengumpulkan data sehingga sekumpulan data yang didapat oleh peneliti diharapkan dapat menjawab apa yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini.


(46)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

Tes tulis digunakan dalam memperoleh data aspek kognitif, adapun tes tulis tersebut berbentuk benar salah. Peneliti menggunakan tes tulis untuk mengetahui secara mendalam apa yang didapat dari responden. Peneliti akan menggunakan tes tulis ini dengan memberikan sejumlah pertanyaan yang menyangkut kognitif siswa dalam pembelajaran pencak silat. Adapun teknik pengumpulan data pada instrumen kognitif adalah sebagai berikut:

 Soal tes diberikan kepada sampel penelitian pada saat sebelum diberikan perlakuan.

 Soal dikerjakan selama 20 menit.

 Soal dikumpulkan.

 Peneliti melakukan pemeriksaan soal.

 Skor yang dihasilkan merupakan data penelitian dari aspek kognitif siswa.

2. Kuesioner (angket)

Kuesioner dalam penelitian ini akan dibuat sesuai dengan indikator yang telah diungkapkan. Masing-masing indikator akan dibuat dua buah pertanyaan yang mengarah kepada yang positif dan dua buah pertanyaan yang mengarah pada yang negatif sehingga akan didapat empat buah pertanyaan atau pernyataan dalam masing-masing indikator. Setelah mendapatkan item pertanyaan, kemudian akan dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas instrumen yang kemudian akan didapat alat ukur angket yang validitas dan reliabilitas butir soalnya akan diberikan kepada responden pada saat pre test dan post test.

Skala yang digunakan adalah rating scale, karena rating scale dalam penggunaannya lebih fleksibel. Cocok digunakan untuk mengukur skala sikap dan mengukur berbagai persepsi lainnya. Adapun teknik pengumpulan data pada instrumen tanggugn jawab adalah sebagai berikut:


(47)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

 Soal tes diberikan kepada sampel penelitian pada saat sebelum diberikan perlakuan.

 Soal dikerjakan selama 20 menit.

 Soal dikumpulkan.

 Peneliti melakukan pemeriksaan soal.

 Skor yang dihasilkan merupakan data penelitian dari aspek kognitif siswa.

3. Tes Keterampilan Gerak

Tes keterampilan gerak digunakan dalam memperoleh data aspek psikomotor. Peneliti menggunakan tes keterampilan gerak pencak silat untuk mengetahui secara mendalam apa yang didapat dari responden. Peneliti akan menggunakan tes keterampilan gerak dengan memberikan sejumlah keterampilan gerak dasar dalam pencak silat. Adapun teknik pengumpulan data pada instrumen keterampilan gerak pencak silat adalah sebagai berikut:

 Peneliti menyiapkan saran dan prasarana yang diperlukan untuk

melaksanakan tes keterampilan gerak pencak silat.

 Sampel di persilahkan untuk mempraktekkan keterampilan gerak pencak silat.

 Tes dilakukan secara bergiliran sesuai absensi siswa.

 Penilaian dilakukan oleh tiga penilia.

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang terkumpul dari hasil pengukuran pada saat post test, selanjutnya dianalisis menggunakan metode statistik. Sebelum pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian persyaratan analisis yang meliputi pengujian normalitas

distribusi skor (Uji Shapiro Wilk’s) dan pengujian homogenitas varians dengan menggunakan (Uji Levene).

Teknik pengolahan data dan analisis data untuk menguji hipotesis digunakan teknik Independent T-test yaitu suatu teknik statistik yang digunakan untuk


(48)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

menghitung pengujian signifikansi perbedaan rata-rata dalam bentuk data skala interval atau rasio. Pengujiannya menggunakan taraf signifikansi α = 0,05.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Н�: µ .. dan Н : µ ..

2. Н: µ .. dan Н : µ .. 3. Н: µ .. dan Н : µ .. Keterangan:

1. µ . = rata-rata hasil belajar aspek kognitif dengan model TPSR

2. µ . = rata-rata hasil belajar aspek kognitif dengan model konvensional 3. neµ . = rata-rata hasil belajar aspek afektif dengan model TPSR 4. µ . = rata-rata hasil belajar aspek afektif dengan model konvensional 5. µ . = rata-rata hasil belajar aspek psikomotor dengan model TPSR

6. µ . = rata-rata hasil belajar aspek psikomotor dengan model konvensional

I. Limitasi Penelitian

Pada setiap penelitian, pasti terdapat keterbatasan baik pada validitas ekternal maupun internal. Pada penelitian ini limitasi yang muncul pada analisis data yang seharusnya menggunakan analisis covarian (ancova), artinya ancova digunakan untuk meningkatkan presisi sebuah percobaan karena di dalamnya dilakukan pengaturan terhadap pengaruh variabel lain yang tidak terkontrol dan untuk membandingkan lebih dari dua variabel bebas. Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah uji independent t test, alasannya analisis data ini hanya untuk melihat pengaruh pemberian TPSR pada masing-masing poin hasil belajar siswa seperti kognitif, afektif dan psikomotor.


(49)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

PENGARUH MODEL PENGAJARAN TANGGUNG JAWAB PRIBADI DAN SOSIAL (TPSR) DALAM

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan dan analisis data pada bab IV, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan kemampuan kognitif antara siswa yang mendapat model

TPSR dan konvensional dalam pembelajaran pencak silat di SMPN 2 Jatiwangi.

2. Terdapat perbedaan kemampuan afektif antara siswa yang mendapat model TPSR dan konvensional dalam pembelajaran pencak silat di SMPN 2 Jatiwangi.

3. Terdapat perbedaan kemampuan psikomotor antara siswa yang mendapat

model TPSR dan konvensional dalam pembelajaran pencak silat di SMPN 2 Jatiwangi.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka rekomendasi yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:

1. Kepada guru pendidikan jasmani khususnya tingkat SMP, yang ingin

mencapai hasil belajar yang mencakup aspek kognitif afektif dan psikomotor dapat menggunakan model TPSR.

2. Model TPSR dapat dijadikan salah satu rujukan dalam mengimplementasikan

pelajaran pendidikan jasmani di tingkat SMP pada kurikulum 2013 yang lebih menitik beratkan pola pengajaran yang berpusat pada siswa dan guru, selain itu TPSR memiliki potensi untuk meningkatkan karakter moral siswa.

3. Perlu dilakukan penelitian lanjut mengenai hasil belajar, yang dapat dilakukan melalaui pendekatan dan aktivitas lain pada tingkat SD, SMP, SMA maupun Perguruan Tinggi agar siswa secara khusus dan masyarakat


(50)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

PENGARUH MODEL PENGAJARAN TANGGUNG JAWAB PRIBADI DAN SOSIAL (TPSR) DALAM

pada umumnya dapat menjadi bagian dari masyarakat yang utuh atau sebagai makhluk sosial.

4. Peningkatan hasil belajar siswa bukan hanya tanggung jawab guru di sekolah, melainkan tanggung jawab bersama baik itu orang tua, lingkunagn masyarakat, dan guru. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pengawasan dan pembinaan secara kesinambungan agar hasil belajar yang terjadi senantiasa

megarah kepada yang positif yang akhirnya individu dapat


(51)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

PENGARUH MODEL PENGAJARAN TANGGUNG JAWAB PRIBADI DAN SOSIAL (TPSR) DALAM

DAFTAR PUSTAKA

Abdoellah, A., dan Manaji, A. (1994). Dasar-dasar Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud.

Agustin, Mubiar. (2011). Permasalahan Belajar dan Inovasi Pembelajaran. Bandung: PT. Refika Aditama.

Anggraini, Lisya. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dan

Ekspositori Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Bola Voli dan Sikap Sosial (Studi Eksperimen pada Siswa MAN Pelabuhanratu. (Tesis).

Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

Caballero, P at al. (2013). Analysis of Teaching Personal and Social Responsibility Model-Based Programmes Applied in USA and Spain.

Journal of Human Sport and Exercise. 8, (2), 427-441.

DeBusk, M & Hellison, D. (1998). Implementing a Physical Eductaion Self-Responsibility Model for Delinquency-Prone Youth. Journal Of Teaching

In Physical Education. 8, 104-112.

Escarti, Amparo et al. (2010). Implementation of the Personal and Social Responsibility Model to Improve Self-Efficacy during Physical Education Classes for Primary School Children. International Journal of Psychology

and Psychological Therapy. 10, (3), 387-402.

Escarti, Amparo et al. (2010). Application of Hellison’s Teaching Personal and Social Responsibility Model in Physical Education to Improve Self-Efficacy for Adolescents at Risk of Dropping-out of School. The Spanish Journal of Psychology. 13, (2), 667-676.

Escarti, A et al. (2012). Applying The Teaching Personal and Social Responsibility Model (TPSR) in Spanish Schools Context: Lesson Learned. Agora For PE and Sports. 14, (2), 178-196.

Furqon. (2011). Statistika Terapan Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Gallahue, L. D. (1996). Developmental Physical Education For Today’s Children. United States of America: Time Mirror Educational Group Inc.

Giriwijoyo, S dan Sidik D Z. (2012). Ilmu Faal Olahraga Fisiologi Olahraga. Bandung: Rosda.


(52)

RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014

PENGARUH MODEL PENGAJARAN TANGGUNG JAWAB PRIBADI DAN SOSIAL (TPSR) DALAM

Gordon, Barrie. (2010). An Examination of The Responsibility Model in a New Zaeland Secondary School Physical Education Program. Journal of

Teaching in Physical Eductaion. 29, 21-37.

Gordon, Barrie. (2011). Teaching Personal and Social Responsibility Through Secondary School Physical Education: The New Zealand Experience.

Agora For PE and Sport. 14, (1), 25-37.

Hassandra, M & Goudas, M. (2010). An Evaluation of a Physical Education Program for Development of Stundents Responsibility. Hellenic of

Journal Psychology. 7, 275-297.

Hellison, Don. (2003). Teaching Personal and Social Responsibility. United States: Human Kinetics.

Husdarta. (2010). Sejarah dan Filsafat Olahraga. Bandung: Alfabeta.

IKAPI. (2013). Undang-undang SISDIKNAS Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Fokusmedia.

Irani, Citra Sandra. (2013). Implementasi Pembelajaran dan Pemahaman

Permainan (TGFU) Tenis Meja pada Siswa SMP Kelas VII dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas

Pendidikan Indonesia, Bandung

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan. (2010). Pengembangan

Pendidikan Budaya dan Karakter. Jakarta: Kementerian Pendidikan

Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.

Kirk, D dan Tinning, R. (2005). Physical Education Curriculum and Culture

Critical Issues In The Contemporary Crisis. United States of America. The

Falmer Press, Taylor & Francis Inc.

LI, Weidong at.al (2008). Measuring Student Perceptions Personal and Social Responsibility and the Relationship to Intrinsic Motivations in Urban Physical Education. Jurnal of Teaching in Physical Education. 27, 167-178.

Lickona, T. (2012). Mendidik Untuk Membentuk Karakter: Bagaimana Sekolah

Dapat Mengajarkan Sikap Hormat dan Tanggung Jawab. Bandung: Bumi

Aksara.

LU, Chunlei. (2009). Specifics for generalists: Teaching elementary physical education. International Electronical Journal of Elementary Education. 1, (3), 170-187.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan dan analisis data pada bab IV, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan kemampuan kognitif antara siswa yang mendapat model TPSR dan konvensional dalam pembelajaran pencak silat di SMPN 2 Jatiwangi.

2. Terdapat perbedaan kemampuan afektif antara siswa yang mendapat model TPSR dan konvensional dalam pembelajaran pencak silat di SMPN 2 Jatiwangi.

3. Terdapat perbedaan kemampuan psikomotor antara siswa yang mendapat model TPSR dan konvensional dalam pembelajaran pencak silat di SMPN 2 Jatiwangi.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka rekomendasi yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:

1. Kepada guru pendidikan jasmani khususnya tingkat SMP, yang ingin mencapai hasil belajar yang mencakup aspek kognitif afektif dan psikomotor dapat menggunakan model TPSR.

2. Model TPSR dapat dijadikan salah satu rujukan dalam mengimplementasikan pelajaran pendidikan jasmani di tingkat SMP pada kurikulum 2013 yang lebih menitik beratkan pola pengajaran yang berpusat pada siswa dan guru, selain itu TPSR memiliki potensi untuk meningkatkan karakter moral siswa.

3. Perlu dilakukan penelitian lanjut mengenai hasil belajar, yang dapat dilakukan melalaui pendekatan dan aktivitas lain pada tingkat SD, SMP, SMA maupun Perguruan Tinggi agar siswa secara khusus dan masyarakat


(2)

pada umumnya dapat menjadi bagian dari masyarakat yang utuh atau sebagai makhluk sosial.

4. Peningkatan hasil belajar siswa bukan hanya tanggung jawab guru di sekolah, melainkan tanggung jawab bersama baik itu orang tua, lingkunagn masyarakat, dan guru. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pengawasan dan pembinaan secara kesinambungan agar hasil belajar yang terjadi senantiasa megarah kepada yang positif yang akhirnya individu dapat mengimplementasikan hasil belajar dilingkungan masyarakat.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abdoellah, A., dan Manaji, A. (1994). Dasar-dasar Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud.

Agustin, Mubiar. (2011). Permasalahan Belajar dan Inovasi Pembelajaran. Bandung: PT. Refika Aditama.

Anggraini, Lisya. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dan Ekspositori Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Bola Voli dan Sikap Sosial (Studi Eksperimen pada Siswa MAN Pelabuhanratu. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

Caballero, P at al. (2013). Analysis of Teaching Personal and Social Responsibility Model-Based Programmes Applied in USA and Spain. Journal of Human Sport and Exercise. 8, (2), 427-441.

DeBusk, M & Hellison, D. (1998). Implementing a Physical Eductaion Self-Responsibility Model for Delinquency-Prone Youth. Journal Of Teaching In Physical Education. 8, 104-112.

Escarti, Amparo et al. (2010). Implementation of the Personal and Social Responsibility Model to Improve Self-Efficacy during Physical Education Classes for Primary School Children. International Journal of Psychology and Psychological Therapy. 10, (3), 387-402.

Escarti, Amparo et al. (2010). Application of Hellison’s Teaching Personal and Social Responsibility Model in Physical Education to Improve Self-Efficacy for Adolescents at Risk of Dropping-out of School. The Spanish Journal of Psychology. 13, (2), 667-676.

Escarti, A et al. (2012). Applying The Teaching Personal and Social Responsibility Model (TPSR) in Spanish Schools Context: Lesson Learned. Agora For PE and Sports. 14, (2), 178-196.

Furqon. (2011). Statistika Terapan Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Gallahue, L. D. (1996). Developmental Physical Education For Today’s Children. United States of America: Time Mirror Educational Group Inc.

Giriwijoyo, S dan Sidik D Z. (2012). Ilmu Faal Olahraga Fisiologi Olahraga. Bandung: Rosda.


(4)

Gordon, Barrie. (2010). An Examination of The Responsibility Model in a New Zaeland Secondary School Physical Education Program. Journal of Teaching in Physical Eductaion. 29, 21-37.

Gordon, Barrie. (2011). Teaching Personal and Social Responsibility Through Secondary School Physical Education: The New Zealand Experience. Agora For PE and Sport. 14, (1), 25-37.

Hassandra, M & Goudas, M. (2010). An Evaluation of a Physical Education Program for Development of Stundents Responsibility. Hellenic of Journal Psychology. 7, 275-297.

Hellison, Don. (2003). Teaching Personal and Social Responsibility. United States: Human Kinetics.

Husdarta. (2010). Sejarah dan Filsafat Olahraga. Bandung: Alfabeta.

IKAPI. (2013). Undang-undang SISDIKNAS Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Fokusmedia.

Irani, Citra Sandra. (2013). Implementasi Pembelajaran dan Pemahaman Permainan (TGFU) Tenis Meja pada Siswa SMP Kelas VII dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.

Kirk, D dan Tinning, R. (2005). Physical Education Curriculum and Culture Critical Issues In The Contemporary Crisis. United States of America. The Falmer Press, Taylor & Francis Inc.

LI, Weidong at.al (2008). Measuring Student Perceptions Personal and Social Responsibility and the Relationship to Intrinsic Motivations in Urban Physical Education. Jurnal of Teaching in Physical Education. 27, 167-178.

Lickona, T. (2012). Mendidik Untuk Membentuk Karakter: Bagaimana Sekolah Dapat Mengajarkan Sikap Hormat dan Tanggung Jawab. Bandung: Bumi Aksara.

LU, Chunlei. (2009). Specifics for generalists: Teaching elementary physical education. International Electronical Journal of Elementary Education. 1, (3), 170-187.


(5)

Lutan, R. (2001). Olaharaga dan Etika Fair Play. Departemen Pendidikan Nasional.

Lutan, R. (2005). Teori Belajar Keterampilan Motorik Konsep dan Penerapannya. Departemen Pendidikan Nasional.

Martinek et al. (2001). Transferring Personal and Social Responsibility of Underserved Youth to the Classroom. Human Sciences Press Inc. 33, (1), 29-45.

Mulyana. (2012). Pembentukan karakter melalui pembinaan pencak silat (studi eksperimen pada siswa di bandung). (Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Mulyana. (2013). Pendidikan Pencak Silat Membangun Jati Diri dan Karakter Bangsa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Notosoejitno. (1997). Khazanah Pencak Silat. Jakarta: CV. Indomika

Pangrazi dan Dauer. (1995). Dynamic Physical Education For Elementary School children. Massachusetts: Allyn and Bacon, Inc.

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Jasmani dan Bimbingan Konseling Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Materi Diklat Peningkatan Kompetensi Guru PJOK SMP. Bogor: PPPPTK Penjas dan BK.

Reed, Stephen K. (2011). Kognisi Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika.

Rink, Judith E. (1993). Teaching Physical Education for Learning. United State of America: Mosby-Year Book, Inc.

Santrock, John W. (2007). Remaja Edisi 11. Jakarta: Erlangga.

Sudjana, N. (1989). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Algesindo.

Sudrajat, Ujang. (2011). Analisis Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Dalam Mendukung Perilaku Sosial Peserta Didik. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.


(6)

Suherman, A., dan Mahendra, A. (2001). Menuju Perkembangan Menyeluruh (Menyiasati Kurikulum Pendidikan Jasmani Disekolah Umum). Jakarta: Dirjen. Olahraga Depdiknas.

Suherman, A. (2009). Revitalisasi Pengajaran Dalam Pendidikan Jasmani. Bandung. CV. Bintang WarliArtika.

Uyanto, SS. 2006. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu Walsh, David S. (2011). A TPSR-Based Kinesiology Career Club For Youth In

Underserved Communities. Agora For PE and Sports. 14, (1), 55-77. Ward, S et al. (2012). Forecasting The Storm: Student Perspectives Throughout a

Teaching Personal and Social Responsibility (TPSR)- Based Positive Youth Development Program. Agora For PE and Sport. 14, (2), 230-247. Wright, Paul M dan Burton, Suzanne. (2008). Implementation and Outcomes of a

Responsibility-Based Physical Activity Program Integrated Into an Intact High School Physical Education Class. Journal of Teaching in Physical Education. 27, (138-154).

Wright, Paul M et al. (2010). Integrating a Personal and Social Responsibility Program Into a Wellness Course for Urban High School Students: Assessing Implementation and Educational Outcomes. Reoutledge Taylor & Francis Group. 15, (3), 277-298.

Yusuf, Syamsu. 2003. Pengantar Psikologi. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan. UPI bandung.