PENERAPAN MODEL KONTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SD PADA PEMBELAJARAN IPA.

(1)

PENERAPAN MODEL KONTRUKTIVISME

UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SD

PADA PEMBELAJARAN IPA

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Gina Utami 1105534

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

DEPARTEMEN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2015


(2)

PENERAPAN MODEL KONTRUKTIVISME

UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA

SD PADA PEMBELAJARAN IPA

Oleh Gina Utami

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

© Gina Utami

Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, di photocopy, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL KONTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP

SISWA SD PADA PEMBELAJARAN IPA

oleh Gina Utami NIM. 1105534

Penelitian ini dilatar belakangi karena siswa kurang memahami konsep tentang pembelajaran IPA. Hal ini dilihat dari nilai ulangan sehari-hari. Bertujuan untuk memperoleh gambaran pelaksanaan pembelajaran dan mengetahui peningkatan pemahaman konsep materi perubahan lingkungan fisik setelah menerapkan model kontruktivisme di SDN Sukajadi. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diadaptasi dari model Kemmis dan Mc Taggart, dengan tahapan terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV yang berjumlah 31 orang. Instrumen penelitian ini terdiri dari tes pemahaman konsep, lembar observasi serta dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan setiap siklusnya setelah belajar dengan menerapkan model kontruktivisme pada materi perubahan lingkungan fisik. Hal ini ditunjukan dengan perolehan nilai rata-rata post-test yang meningkat pada setiap siklusnya, yaitu pada siklus I sebesar 74,19 siklus II 86,94 dengan perolehan gain yang dinormalisasi pada siklus I sebesar 0,44 dengan kategori rendah, pada siklus II diperoleh gain yang dinormalisasi sebesar 0,62 dengan kategori sedang. Selain itu juga, terdapat peningkatan nilai rata-rata gain yang dinormalisasi untuk setiap aspek pemahaman konsep siswa dengan kategori rendah dan sedang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan model kontruktivisme dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran IPA materi perubahan lingkungan fisik. Diharapkan guru dapat mengkaji dan menerapkan model kontruktivisme pada materi pembelajaran yang lain juga.


(5)

ABSTRACT

APPLICATION OF MODEL CONSTRUCTIVISM TO IMPROVE UNDERSTANDING THE CONCEPT

SD STUDENTS IN LEARNING IPA

oleh Gina Utami NIM. 1105534

This research is stimulated by a lack of students’ comprehension in natural

science (IPA) which can be seen from their daily comprehension test. This research is conducted to portray the learning process and to reveal the increase of students’ comprehension in topic of natural physical changing after implementing constructivism model in SDN Sukajadi. Class Action Research (PTK) by Kemmis and Taggart is used as a research method from the planning, implementation, observation, and reflection. This research is done in two cycles. Subject in this research is the students class VI which consists of 31 students. Instrument of the research consist of comprehension test, observation sheet, and documentation. The result of the research shows the increasing of students’ comprehension in every cycle after implementing the constructivism model in chapter physical area

changing. The average of students’ post test is increasing 74,19 points in cycle I,

86,94 points in cycle II with the normalized gain score is 0,62 with low category, in cycle II the normalized gain score is 0,62 with medium category. In addition,

there is an increasing of normalized gain average score in every student’s

comprehension aspect with low category and medium category. According to the result of the research, it can be concluded that the implementation of

constructivism model increase the students’ comprehension in learning natural

science (IPA) in topic of physical area changing. There is a hope that teacher can investigate and implement the constructivism model in another learning topic.


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Hasil Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Model Kontruktivisme dalam Pembelajaran ... 7

1. Pengertian Kontruktivisme ... 7

2. Prinsip-prinsip Model Kontruktivisme ... 9

3. Karakteristik Model Kontruktivisme ... 9

4. Langkah-langkah Model Kontruktivisme ... 10

5. Kelebihan Model Kontruktivisme ... 12

6. Kekurangan Model Kontruktivisme ... 13

7. Peranan Guru Model Kontruktivisme ... 14

B. Pembelajaran IPA di SD ... 15


(7)

2. Hakikat IPA ... 16

3. Tujuan Pembelajaran IPA di SD ... 16

4. Ruang lingkup Pembelajaran IPA di SD ... 17

5. Deskripsi Materi ... 18

C.Pemahaman Konsep dalam aspek kognitif ... 21

1. Pengertian Pemahaman Konsep ... 21

2. Indikator Pemahaman Konsep ... 22

D. Hasil Penelitian yang Relevan ... 25

E. Kerangka berfikir ... 27

F. Definisi Operasioanal ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A. Metode Penelitian ... 29

B. Desain Penelitian ... 29

C. Lokasi Penelitian ... 31

D. Subjek Penelitian ... 31

E. Waktu Penelitian ... 31

F. Instrumen Penelitian ... 33

1. Instumen Pembelajaran. ... 33

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 33

G. Prosedur Penelitian ... 35

H. Tekhnik Pengumpulan Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Deskripsi Awal Pra- Penelitian ... 43

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 44

1. Siklus I. ... 44

a. Perencanaan pembelajaran ... 44

b. Pelaksanaan pembelajaran ... 46

2. Siklus II ... 57


(8)

3. Rekapitulasi Hasil Pembelajaran Siklus I sampai dengan Siklus II 68

C. Keterbatasan Penelitian ... 72

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 73

A. Simpulan ... 73

B. Rekomendasi ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 76

LAMPIRAN ... 79


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tahapan model kontruktivisme ... 11

Tabel 2.2 Kata Kerja Ranah Kognitif ... 22

Tabel 2.3 Kerangka Berfikir ... 27

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian... 31

Tabel 3.2 Tingkat pemahaman konsep siswa ... 39

Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Gain yang Dinormalisasi... 41


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Model Desain Kemmis & Mc Taggart ... 30 Gambar 4.1 Nilai Rata-rata Pre-test, Post-test, dan Persentase <g>

Pemahaman Konsep Siswa Secara

Keseluruhan pada Siklus I ... 50 Gambar 4 Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I... . 52 Gambar 4.3 Perolehan Gain yang Dinormalisasi (<g>) untuk Tiap Aspek Pemahaman Konsep Siklus I... 53 Gambar 4.4 Nilai Rata-rata Pre-test, Post-test, dan Persentase <g>

Pemahaman Konsep Siswa Secara

Keseluruhan pada Siklus II... 62

Gambar 4.5 Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II... 64

Gambar 4.6 Perolehan Gain yang Dinormalisasi (<g>) untuk Tiap Aspek Pemahaman Konsep Siklus II... 65

Gambar 4.7 Kenaikan Nilai Rata-rata Pemahaman Konsep Siswa

Siklus I sampai dengan Siklus II... 68

Gambar 4.8 Gain yang Dinormalisasi <g> untuk Tiap Aspek Pemahaman Konsep Siswa Siklus I sampai dengan II... 70

Gambar 4.9 Kenaikan Ketuntasan Belajar Siswa


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Instrumen Pembelajaran

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 79

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 88

A.3 Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 98

A.4 Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 100

Lampiran B Instrumen Penelitian B.1 Kisi-kisi Soal Pre- Test dan Post- Test Siklus I ... 103

B.2 Kisi-kisi Soal Pre- Test dan Post- Test Siklus II ... 107

B.3 Rubrik Penskoran Pemahaman Konsep Siklus I ... 111

B.4 Rubrik Penskoran Pemahaman Konsep Siklus II ... 113

B.5 Soal Pre-test dan Post-test Siklus I ... 115

B.6 Soal Pre-test dan Post-test Siklus II ... 117

B.7 Format Lembar Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 119

B.8 Format Lembar Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 129

Lampiran C Hasil Penelitian C.1 Hasil Pre-test dan Post-tes Siklus I ... 138

C.2 Hasil Pre-test dan Post-test Siklus II... 148

C.3 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 158


(12)

Lampiran D Analisis Data Penelitian

D.1 Tabel D-1 Rekapitulasi Nilai Pre-test dan Post-test dan N-Gain

Pemahaman Konsep Siswa Secara Keseluruhan Siklus I ... 194 D.2 Tabel D-2 Rekapitulasi Nilai Nilai Pre-test dan Post-test dan N-Gain Pemahaman Konsep Siswa Secara Keseluruhan Siklus II ... 196 D.3 Tabel D-3 Rekapitulasi Jawaban Pre-test dan Post-test

Pemahaman Konsep Siklus I Siswa Secara Keseluruhan ... 198 D.4 Tabel D-4 Rekapitulasi Jawaban Pre-test dan Post-test

Pemahaman Konsep Siklus II Siswa Secara Keseluruhan ... 200 D.5 Rekapitulasi Hasil Pre-test dan Post-tes dan N-Gain Pemahaman

Konsep Siswa untuk Aspek Menjelaskan Siklus I sampai dengan Siklus II ... 202 D.6 Rekapitulasi Hasil Pre-test dan Post-tes dan N-Gain Pemahaman

Konsep Siswa untuk Aspek Mencontohkan Siklus I

sampai dengan Siklus II ... 204 D.7 Rekapitulasi Hasil Pre-test dan Post-tes dan N-Gain Pemahaman Konsep

Siswa untuk Aspek Membandingkan Siklus I sampai dengan II ... 206 D.8 Rekapitulasi Hasil Pre-test dan Post-tes dan N-Gain Pemahaman Konsep

Siswa untuk Aspek Menyimpulkan Siklus I sampai dengan II ... 208 Lampiran E Dokumentasi


(13)

Lampiran F Surat-surat

F.1 Surat Keputusan Pengangkatan Dosen Pembimbing ... 214

F.2 Surat permohonan Izin Penelitian ... 215

F.3 Surat Keterangan Penelitian ... 217


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan syarat perkembangan.Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan dimasa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya. Sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Salah satu jenjang pendidikan formal yang harus ditempuh oleh peserta didik adalah Sekolah Dasar (SD).Adapun tujuan dari pendidikan di SD adalah memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa dalam mengembangkan hidupnya, serta mempersiapkan siswa melanjutkan ke sekolah lanjutan tingkat pertama. Menurut ayat 1 pasal 37 Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, kurikulum pendidikan dasar salah satunya wajib memuat pendidikan Ilmu pengetahuan Alam (IPA).

IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang harus ditempuh oleh siswa di SD. IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Adapun Wahyana ( dalam Trianto, 2011. hlm 136) mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara


(15)

2

sistematik, dan dalam penggunaanya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Secara khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi ( Depdiknas, 2003. hlm.2 adalah sebagai berikut :

1). Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa 2). Mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah

3). Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan tekhnologi

4). Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan Pendidikan ke jenjang lebih tinggi.

Dari fungi dan tujuan tersebut kiranya semakin jelas bahwa hakikat IPA semata-mata tidaklah pada dimensi pengetahuan (keilmuan), tetapi lebih dari itu, IPA lebih menekankan pada dimensi nilai ukhrawi, dimana dengan memerhatikan keteraturan di alam semesta akan semakin meningkatkan keyakinan akan adanya sebuah kekuatan yang Mahadahsyat yang tidak dapat dibantah lagi, yaitu Allah swt.

Pemahaman merupakan salah satu aspek ranah kognitif dari tujuan proses belajar mengajar(Bloom,1987). Aspek kognitif sangat penting, hal ini disebabkan bila orang melakukan proses belajar mengajar,maka yang pertama kali yang akan dicapai dari tujuan belajar mengajar adalah memahami apa yang dipelajari. Indikator-indikator yang digunakan sebagai acuan dalam proses memahami konsep-konsep yang dilakukan oleh siswa yaitu menginterpretasi (interpeting), memberikan contoh (exemplifying), mengklasifikasi (classifying), merangkum

(summarizing), menduga (infering), membandingkan (comparing), dan

menjelaskan (explaning). Pemahaman konsep dapat membuat siswa menguasai secara lengkap ciri dan sifat, penerapan, dan pengembangan.


(16)

3

memakai strategi lama yaitu dengan strategi pembelajaran konvensioanal (tradisional) dimana siswa hanya dijejali dengan materi yang penuh dengan hafalan-hafalan yang tidak bermakna, karena mereka hanya dijejali dengan konsep-konsep yang abstrak. Seperti kita ketahui sendiri siswa SD Negeri mempunyai usia antara 7-11 tahun yang pada umumnya berada pada taraf perkembangan intelektual operasional konkrit.

Dari data hasil obervasi yang dilakukan disalah satu SDN Kota Bandung dari 31 siswa kelas IV hampir 70% siswa belum memahami konsep IPA. Adanya miskonsepsi tentang pembelajaran IPA seperti pada materi perubahan lingkungan fisik, siswa masih belum bisa menjelaskan pengertian erosi dan abrasi dengan benar, memberikan contoh penyebab terjadinya erosi dan abrasi dengan benar, membandingkan proses terjadinya erosi dengan tanaman yang gundul dan tanaman yang berumput, membandingkan terjadinya abrasi jika gelombang air laut terus-menerus mengenai pantai yang memiliki batuan dengan tanpa ada batuan. Siswa hanya sekedar mengetahui tanpa bisa menangkap makna dan arti sesuatu yang dipelajari, sehingga siswa masih miskonsepsi untuk menjawab pertanyaan tentang perubahan lingkungan fisik, siswa menjawab secara garis besarnya tidak mengetahui sebab-akibatnya, siswa belum bisa mengemukakan pendapatnya sendiri berdasarkan pengalaman mereka. Hal tersebut dilihat dari nilai ulangan sehari-hari terutama pada pembelajaran IPA. Dapat dilihat bahwa dari 31 siswa hanya 19 siswa yang berhasil mencapai nilai KKM, sedangkan 12 siswa tidak berhasil mencapai nilai KKM yang ditetapkan yaitu 70.

Pembelajaran IPA di SDN Kota Bandung adalah konsep-konsep IPA yang bersifat abstrak diajarkan melalui metode ceramah sehingga siswa di kelas IV yang berada pada tahap berpikir konkrit sulit memahaminya. Dilapangan saat proses pembelajaran di dalam kelas lebih didominasi oleh kegiatan guru dengan menggunakan ceramah yang tinggi dan pemberian tugas seperti mengerjakan evaluasi di buku paket. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan interaksi yang lebih kuat pada satu arah, siswa hanya di suruh membaca buku, kemudian guru menjelaskan materi yang dibahas, sehingga potensi dan motivasi siswa terhadap suatu pembelajaran kurang bahkan tidak muncul karena pada proses pembelajaran siswa hanya diam tanpa ada keinginan untuk melibatkan diri dalam proses belajar


(17)

4

mengajar. Ketika membahas materi, tidak terlihat adanya upaya guru untuk mengembangkan kegiatan diskusi kelompok maupun kegiatan kelas, target keberhasilan pengajaran IPA yang diterapkan guru cenderung lebih mengarah agar siswa terampil mengerjakan soal-soal ujian. Pembelajaran seperti ini jelas menjadi kurang bermakna sehingga anak setelah keluar kelas, mereka akan cepat lupa dengan apa yang telah dipelajarinya di kelas karena terpaku pada hafalan. Jadi menurut saya, banyak konsep yang abstrak dalam pembelajaran IPA dikelas IV, padahal IPA sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga sebagaian siswa mengeluh ketika pembelajaran IPA dilakukan seperti : malas belajar, membosankan(jenuh), kurang termotivasi, dan tidak menarik.

Untuk mengatasi permasalahan diatas, perlu dilakukan upaya tertentu yang dapat melibatkan siswa secara aktif, sehingga hasil belajar siswa juga meningkat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu mencoba memperbaiki cara pembelajaran, dari tadinya pembelajaran hanya berpusat pada siswa. Banyak pendekatan pembelajaran yang ditawarkan oleh para ahli dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami suatu konsep. Salah satu pembalajaran yang dimaksud adalah model kontruktivisme. Model kontruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif ini hanya dapat diatasi melalui pengetahuan diri (self- regulation).

Model kontruktivisme lebih menekankan pada penerapan konsep belajar dengan melakukan (Learning By Doing), maksudnya adalah siswa belajar seseuatu melalui kegiatan manual, dengan demikian model kontruktivis lebih menekankan pada bagaimana siswa belajar melalui interaksi sosial dan menemukan konsep melalui penyelidikan, pengumpulan data, penginterprestasian data melalui suatu kegiatan yang dirancanng oleh guru. Melalui model pembelajaran kontruktivisme ini, siswa dapat mencari pengetahuan sendiri melalui suatu kegiatan pembelajaran seperti pengamatan, percobaan, diskusi, tanya jawab, dan membaca buku.


(18)

5

lingkungan fisik melalui penerapan model kontruktivisme. Karena itu, dalam Penelitian Tindakan Kelas ini penulis akan menggunakan model kontstruktivisme dalam pembelajaran IPA di SD Negeri Kecamatan Sukajadi Kota Bandung untuk melihat sejauh mana model kontruktivisme tersebut dapat digunakan. Untuk itu, penulis akan melakukan penelitian berjudul “PENERAPAN MODEL KONTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SD PADA PEMBELAJARAN IPA”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang akan diupayakan jawabannya dalam penelitian ini adalah “ Apakah penerapan Model Kontruktivisme pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan pemahamamn konsep?” Permasalahan tersebut diatas, dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah penerapan/proses pembelajaran dengan menggunakan model kontruktivisme dalam pembelajaran IPA di kelas IV?

2. Bagaimanakah pemahaman konsep siswa kelas IV setelah penerapan model kontruktivisme dalam proses pembelajarannya?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah mengetahui “bentuk penerapan model kontruktivisme terhadap pemahaman konsep siswa kelas IV pada mata pelajaran IPA.

1. Mendeskripsikan penerapan/proses pembelajaran dengan menggunakan model kontruktivisme terhadap pemahaman konsep siswa dalam mata pelajaran IPA

2. Mendeskripsikan pengetahuan mengenai pemahaman konseps siswa Kelas IV setelah penerapan model kontruktivisme pada mata pelajaran IPA dalam proses pembelajarannya.


(19)

6

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Memberikan wawasan keilmuan terutama dalam strategi pembelajaran IPA. Pembelajaran IPA tidak hanya mementingkan pada hasil belajar saja tetapi juga proses belajarnya. Selain itu, dapat dijadikan referensi ilmiah dengan tujuan untuk mengembangkan model pembelajaran khusunya dalam meningkatkan pemhaman konsep siswa pada pembelajaran IPA.

2.Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

1).Untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran IPA khususnya pada pokok bahasan Perubahan Lingkungan Fisik

2). Agar siswa aktif dalam proses belajar

3) .Agar pembelajaran menyenangkan bagi siswa 4) .Menumbuhkan sikap mandiri dan kreatif pada siswa b. Guru

1). Agar guru lebih mahir merancang perencanaan pembelajaran khususnya pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan model kontruktivisme 2). Agar guru lebih terampil menggunakan model kontruktivisme khususnya

dalam pembelajaran IPA c. Sekolah

1). Meningkatkan prestasi sekolah terutama pada mata pelajaran IPA 2).Meningkatkan kinerja sekolah melalui peningkatan profesionalisme

guru

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat digunakan sebagai bahan rujukan yang dapat memberikan manfaat dalam memperkuat landasan teori yang dibutuhkan dalam penelitiannya baik dengan yang materi yang sama


(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Menurut Suharsimi (dalam Drs. Daryanto,2011. hlm.3) bahwa PTK merupakan paparan gabungan definisi dari tiga kata penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat bagi peneliti atau orang-orang yang berkepentingan dalam rangka peningkatan kualitas diberbagai bidang. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu dalam pelaksanaanya berbentuk rangkaian periode/ siklus kegiatan. Sedangkan kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama dan tempat yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru yang sama.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian berisi tahapan kegiatan pembelajaran penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan sebanyak tiga siklus dimana tahapan ini adalah tahap perencanaan, pelaksanaan, dan observasi tindakan. Disain penelitian yang dilakukan pada penelitian tindakan kelas ini disesuaikan dengan model yang dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart (dalam Hermawan, 2008, hlm. 128) adalah sebagai berikut :


(21)

30

Gambar 3.1 : Model Desain Kemmis & Mc Taggart (dalam Hermawan, 2008, hlm. 128)


(22)

31

C.Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di salah satu SD Negeri Kecamatan Sukajadi Kota Bandung, yang terletak Kecamatan Sukajadi Kota Bandung, dengan karakteristik sekolah yang memiliki 8 ruang kelas belajar, satu ruang kepala sekolah menyatu dengan ruang operator sekolah dan lemari-lemari penyimpanan, satu ruang guru yang luasnya kurang untuk semua guru, satu perpustakaan, 5 toilet untuk siswa, 3 toilet guru, dan satu mushola. Dan satu bangunan sekolah tersebut digunakan oleh 2 SD Negeri dengan satu kepala sekolah

D.Subjek Penelitian

Subjek penelitian dari kegiatan penelitian ini adalah siswa kelas IV di salah satu Sekolah Dasar di Kota Bandung dengan jumlah siswa 31, 16 orang terdiri dari laki-laki dan 15 perempuan, dengan karakteristik siswa yang beragam dari segi latar belakang keluarganya dan karakteristik individunya. Rata-rata siswa memiliki tingkat dari segi ekonomi menengah ke atas dan lebih banyak siswa yang masih mengandalkan orangtuanya untuk antar-jemput ke sekolah.

E. Waktu Penelitian

Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2015 dari bulan Maret hingga bulan Mei.

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

No Nama Kegiatan

Bulan

Februari Maret April Mei Juni

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Persiapan

a.Identifikasi Masalah b.Penyusunan,


(23)

32

revisi proposal

c.Pengumpulan data siswa d.Pembuatan

Instrumen penelitian e.Uji Coba

instrument 2. Pelaksanaan

a. Menyusun rencana pembelajaran b. Mempersiapka

n alat dan bahan

c. Melaksanakan PTK siklus 1 d. Menganalisis

Data

e. Merefleksikan f. Merencanakan

Perbaikan g. Pelaksanaan

penelitian siklus II 3. Penyusunan

Laporan Skripsi dan Ujian Sidang


(24)

33

a. Penyusunan laporan hasil penelitian b. Pengumpulan

laporan hasil penelitian c. Ujian Sidang

F. Intrumen Penelitian 1. Instrumen Pembelajaran

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibuat sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran. Setiap siklus terdiri dari satu RPP yang memuat Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator, tujuan pembelajaran, materi pokok, metode pembelajaran, sumber, alat/media pembelajaran, evaluasi, dan langkah-langkah pembelajaran.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Untuk dapat memperoleh kebenaran objektif dalam pengumpulan data, maka diperlukan adanya instrumen yang tepat agar masalah yang diteliti dapat terefleksikan dengan baik. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berupa nilai hasil pre-test yang diberikan pada awal pembelajaran dan post-test siswa yang dilakukan di akhir pembelajaran mengenai materi perubahan lingkungan fisik sedangkan data kualitatif berupa informasi tentang keterlaksanaan penerapan model pembelajaran Kontruktivisme dalam pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian yaitu instrumen penelitian yang terdiri dari tes dan nontest (observasi dan dokumentasi) ayitu sebagai berikut.


(25)

34

a. Lembar Tes Pemahaman Konsep

Instrumen tes pemahaman konsep digunakan untuk menentukan pemahaman konsep siswa sebelum (pre-test) dan setelah (post-test) diberikan pembelajaran pada materi perubahan lingkungan fisik dengan menggunakan model pembelajaran Kontruktivisme. Instrumen tes pemahaman konsep yang digunakan adalah tes tertulis dalam bentuk Essay yang penyusunannya berdasarkan indikator pemahaman konsep pada taksonomi Bloom yang telah direvisi.

b. Lembar Observasi

Obervasi merupakan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telahmencapai sasaran. Efek dari suatu intervensi (action) terus dimonitor secara reflektif. Menurut Sudarwan Danim (dalam Dr.Iskandar, 2012. hlm.68) penelitian tindakan kelas (PTK) berada dilapangan, peneliti kebanyakan berurusan dengan fenomena atau gejala sosial. Fenomena itu perlu didekati oleh peniliti dengan terlibat langsung pada suatu riel, tidak cukup meminta bantuan orang atau sebatas pendekatan remot control. Uraian ini menunjukan bahwa hubungan antara subjek penelitian dengan peneliti merupakan suatu keharusan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Instrumen lembar observasi dalam penelitian ini adalah lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Lembar observasi aktivitas guru dan siswa ini digunakan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa selama kegiatan belajar mengajar dan mengamati keterlaksanaan penerapan model pembelajaran Kontruktivisme sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran serta suasana kelas dalam kegiatan pembelajaran. Dalam pengisian lembar observasi ini dibuat

kolom “ya” dan “tidak” yang dapat diisi tanda checklist ().. Selain itu tersedia juga kolom deskripsi untuk mendeskripsikan proses pembelajaran yang berlangsung. Observasi ini dilakukan oleh observer, dan hasilnya akan dijadikan dasar dari refleksi untuk tindakan yang dilakukan selanjutnya.

b. Dokumentasi


(26)

35

gambaran untuk membuat laporan penelitian dan dapat melihat bukti secara berulang-ulang jikalau diperlukan. Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan dokumen selama penelitian baik dokumen tertulis maupun gambar.

G. Prosedur Penelitian

Menurut Kemmis dan McTaggart (Arikunto, 2006. hlm. 97) tahap penelitian tindakan kelas terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi dalam setiap tindakan, dengan berpatokan pada referensi awal.

Sebelum melakukan tindakan penelitian, peneliti melakukan tahap persiapan penelitian dengan melakukan kegiatan pendahuluan setelah itu peneliti melakukan tahap tindakan penelitian.

1. Tahap Pendahuluan (Pra Penelitian)

1) Permintaan izin dari Kepala Sekolah Sekolah Dasar. 2) Observasi dan wawancara

Kegiatan observasi dan wawancara dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal mengenai kondisi dan situasi di sekolah secara keseluruhan, terutama siswa kelas IV yang akan dijadikan sebagai subjek penelitian.

3) Identifikasi permasalahan Kegiatan ini dimulai dari:

a) Melakukan kajian terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, buku sumber kelas IV, pembelajaran IPA, serta model-model pembelajaran IPA.

b) Menentukan metode atau model yang relevan dengan karakteristik siswa, bahan ajar dan proses belajar mengajar yang sedang berlangsung pada pembelajaran IPA.

c) Menentukan rencana pembelajaran (RPP) pada pembelajaran IPA dengan model kontruktivisme

d) Menyusun atau menetapkan teknik pemantauan pada setiap tahap penelitian.

2. Tahap Tindakan

Tahapan tindakan pada penelitian tindakan kelas akan diuraikan sebagai berikut :


(27)

36

Siklus I

1) Perencanaan (Plan)

Sebelum melakukan kegiatan pelaksanaan, peneliti melakukan persiapan perencanaan diantaranya sebagai berikut :

a) Wawancara keadaan kelas dan keadaan siswa kepada walikelas yang bersangkutan.

b) Membuat RPP

c) Membuat media pembelajaran.

2) Pelaksanaan (Acting)

Pelaksanaan penelitian dilakukan berdasarkan pada RPP yang telah dibuat sebelumnya. Pelaksanaan tindakan terdiri dari proses atau kegiatan belajar mengajar.

a). Mengkondisikan siswa agar berada dalam kondisi siap untuk belajar, melalui kegiatan ice breaking dan pemberian motivasi belajar.

b). Melakukan kegiatan eksplorasi dengan mengajukan beberapa pertanyaan, guna untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan awal siswa terhadap materi. c). Menyiapkan media yang akan digunakan dalam kegiatan pemebelajaran.

d). Membagi siswa kedalam dua kelompok dengan sama besar dan struktur anggota kelompok heterogen.

e). Mengkondisikan ruang kelas dan kelompok, untuk melakukan percobaan. Memberikan skor kepada kelompok yang berhasil menemukan pasangan kartu. f). Mengerjakan dan menyajikan informasi berdasarkan LKS sesuai dengan kelompok masing-masing.

g). Mengulangi permainan sebagai bentuk penguatan materi. h). Evaluasi

3). Pengamatan (Observation)

Pengamatan dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung karena untuk mengetahui:


(28)

37

c). Kejadian yang terjadi diluar skenario pembelajaran

4). Refleksi (Reflecting)

Kegiatan refleksi ini bertujuan memperbaiki pelaksanaan penelitian pada siklus selanjutnya, penelitian pada siklus pertama dianggap berhasil apabila :

a). Sebagian besar bisa melakukan percobaan dengan benar

b). Sebagian besar (70% dari siswa) mancapai KKM yang telah ditentukan pada saat evaluasi pembelajaran.

c). Penyelesaian tugas individu sesuai dengan waktu yang disediakan.

Siklus II

Seperti halnya pada siklus pertama, siklus kedua ini juga terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

1) Perencanaan (Planning)

Tim peneliti membuat perencanaan pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama.

2) Pelaksanaan (Acting)

Guru melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran make-a match (mencari pasagan) sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat berdasarkan hasil refleksi siklus pertama.

3) Pengamatan (Observation)

Tim peneliti (guru) melakukan pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran dengan menggunakan model make-a match (mencari pasagan).

4) Refleksi (Reflecting)

Tim peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus pertama dan membuat perencanaan untuk siklus ketiga apabila diperlukan


(29)

38

H.Tekhnik Pengumpulan Data

Mengacu pada rumusan masalah, terdapat dua data yang diolah dalam penelitian ini, yaitu pelaksanaan pembelajaran dan hasil pembelajaran. Adapun dua data tersebut dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.

1. Data Kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari pelaksanaan pembelajaran. Data yang diperoleh untuk pelaksanaan pembelajaran dari lembar observasi dan studi dokumentasi. Hasil observasi tersebut kemudian diolah mengikuti langkah-langkah berikut ini : Analisis data Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dapat dilakukan melalui langkah-langkah, sebagai berikut : (1) reduksi data ; (2) display/penyajian data;dan, (3) mengambil kesimpulan lalu diverifikasi.

Menurut Faisal dan Moleong (dalam Dr.Iskandar,2012. hlm. 76) menyatakan bahwa pengumpulan data, reduksi data, display data, dan verifikasi atau pengambilan kesimpulan bukan suatu yang berlangsung secara linear, tetapi bersifat simultan atau siklus yang interaktif.

Dapat disimpulkan bahwa, untuk melakukan analisis data peneliti harus mengikuti langkah-langkah, sebagai berikut :

a. Reduksi Data

Pada tahap ini, peneliti harus mampu merekam data lapangan (field note), harus ditafsirkan , atau diseleksi masing-masing data yang relevan dengan fokus masalah yang diteliti.

b. Melaksanakan Display Data atau Penyajian Data

Penyajian data kepada yang telah diperoleh ke dalam sejumlah matriks atau daftar kategori setiap data yang didapat, penyajian data biasanya digunakan berbentuk teks naratif.


(30)

39

c. Mengambilan Kesimpulan/Verifikasi

Mengambil kesimpulan merupakan analisis lanjutan dari reduksi data, dan display data sehingga data dapat disimpulkan, dan peniliti masih berpeluang untuk menerima masukan. Penarikan kesimpulan sementara, masih dapat diuji kembali dengan data di lapangan, dengan cara merefleksi kembali, peneliti dapat bertukar pikiran dengan teman sejawat, triangulasi, sehingga kebenaran ilmiah dapat tercapai. Bila proses siklus interaktif ini berjalan dengan kontinu dan baik, maka keilmiahannya hasil penelitian dapat diterima. Setelah hasil penelitian telah diuji kebenarannya, maka peneliti dapat menarik kesimpulan dalam bentuk deskripstif sebagai laporan penelitian.

2. Data Kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari hasil pre-test dan posttest untuk melihat ketercapaian pemahaman siswa dalam pembelajaran IPA di setiap siklus sehingga dapat disimpulkan apakah terjadi peningkatan pemahaman siswa dalam pembelajaran IPA materi perubahan lingkungan fisik. Langkah-langkah dalam menganalisis data kuantitatif yaitu sebagai berikut.

a. Pensekoran terhadap jawaban siswa

Hasil tes siswa setiap siklus dianalisis dengan berpedoman pada sistem holistic scoring rubrics yaitu prosedur yang digunakan untuk menskor jawaban siswa. Setiap skor yang diraih siswa mencerminkan pemahaman konsep siswa. Kriteria pemberian skor menurut Runner dan Brumby dalam Abraham et. al (Purtadi dkk, 2010) adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2

Tingkat pemahaman konsep siswa Tingkat

Pemahaman

Ciri jawaban siswa Nilai

Paham (P) Jawaban benar dan mengandung seluruh konsep ilmiah

4


(31)

40

sedikit satu konsep ilmiah serta tidak mengandung suatu kesalahan konsep Miskonsepsi (M) Jawaban memberikan sebagian

informasi yang benar tapi juga

menunjukkan adanya kesalahan konsep dalam menjelaskan

2

Jawaban menjelaskan kesalah pahaman yang mendasar tentang konsep yang dipelajari

1

Tidak Paham (TP)

Jawaban salah, tidak relevan/jawaban hanya mengulang pertanyaan dan jawaban kosong

0

Setelah jawaban siswa dikelompokan berdasarkan kriteria yang telah dibuat maka dapat dihitung presentase tingkat pemahaman siswa dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

P=∑� x 100% TP=∑�� x 100% M=∑ x 100% Keterangan : N = jumlah siswa keseluruhan

∑P = jumlah siswa yang memahami konsep

∑M = jumlah siswa yang miskonsepsi

∑TP = jumlah siswa yang tidak paham b. Menghitung Gain Skor Pre-test dan Post-test

Gain antara skor pre-test dan post-tets dapat dihitung menggunakan rumus:


(32)

41

< � >= � � � −� − � � � �

Setiastuti (2013,hlm.39) c. Menghitung Gain yang Dinormalisasi

Setiastuti (2013,hlm. 39)

Tabel 3.3

Interpretasi Nilai Gain yang Dinormalisasi

Nilai ‹g› Kategori

‹g› > 0,7 Tinggi

0,7 > ‹g› ≥ 0,3 Sedang

‹g› < 0,3 Rendah

Hake (Setiastuti, 2013.hlm. 40)

d. Mencari rata-rata nilai yang diperoleh siswa melalui rumus yang diadaptasi dari Nana Sudjana (2011, hlm. 109).

Keterangan :

R = nilai rata-rata siswa

∑ X = jumlah seluruh nilai siswa


(33)

42

e. Menghitung persentase ketuntasan belajar siswa yang lulus di kelas.

Menurut Depdiknas (Gumilar, 2013.hlm.38) bahwa ‘kelas dikatakan sudah tuntas secara klasikal jika telah mencapai 85% dari seluruh siswa yang

memperoleh nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)’. Dengan berpedoman

pada pernyataan tersebut, untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran maka dilakukan perhitungan persentase siswa yang tuntas atau telah memenuhi KKM pada mata pelajaran IPA sebesar 70. Pengolahan data untuk menghitung persentase ketuntasan belajar secara klasikal dihitung dengan menggunakan rumus:

Setiastuti (2013, hlm. 40) Keterangan :

P = persentase siswa yang lulus

ΣP = jumlah siswa yang lulus

ΣN = jumlah seluruh siswa

Kriteria tingkat keberhasilan belajar (%) menurut Aqib (dalam Gumilar, 2013. hlm.38) sebagai berikut

Tabel 3.4

Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar

Tingkat Keberhasilan (%) Kriteria

≥ 80% Sangat Tinggi

60% - 79% Tinggi

40% - 59% Sedang

20% - 39% Rendah


(34)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan atas pengolahan data dari hasil penelitian dapat yang telah dilakukan peniliti sebanyak dua siklus dengan menerapkan model kontruktivisme pada mata pelajaran IPA, dalam materi perubahan lingkungan fisik di kelas IV SDN Sukajadi tersebut, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran dengan menggunakan model kontruktivisme dapat meningkatkan minat serta motivasi dalam belajar. Hal ini terlihat dengan tahapan sebagai berikut : 1). Pembuka, 2). Apesrepsi 2). Tahap Eksplorasi, 3). Tahap Diskusi dan Penjelasan Konsep, 4). Tahap Pengembangan dan aplikasi, 5). Penutup. Siswa lebih aktif di dalam kelas, seperti mengemukakan pendapat di depan kelas dan melakukan percobaan. Siswa sangat antusias pada kegiatan percobaan karena mereka belum pernah melakukan percobaan sebelumnya.

2. Hasil tes pemahaman konsep siswa dalam mata pelajaran IPA dengan menggunakan model kontruktivisme mengalami peningkatan yang cukup segnifikan yaitu sebesar 35,48 %. Pernyataan tersebut didasarkan atas perbandingan dari pemahaman konsep yang diperoleh siswa pada siklus I siklusnya yaitu pada siklus I sebesar 64,52%, dan siklus II sebesar 100,00% . Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa dengan aspek pemahaman konsep terhadap materi cukup merata dengan tingkat pemahaman siswa yang tergolong cukup tinggi.

Berdasarkan uraian diatas tadi, maka dapat disimpulkan bahwa penggunan model kontruktivisme sangat efektif digunakan dalam pembelajaran IPA, khususnya pada materi perubahan lingkungan fisik sub materi erosi dan abrasi, karena dapat meningkatkan pemahaman konsep tentang pelajaran IPA.


(35)

74

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, terdapat beberapa rekomendasi yang berupa masukan ataupun saran dari peneliti untuk berbagai macam pihak, seperti kepala sekolah, guru, maupun peniliti yang akan melakukan penelitian yang sama. Adapun rekomendasi yang diajukan oelh peneliti, diuraikan sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah

Sekolah hendaknya mendukung penuh peniliti dalam melakukan penelitian ini, guna untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran yang nantinya bisa diterapkan disekolah tersebut guna untuk memperbaiki kualitas pendidikan yang dianggap masih kurang, terutama pada pemahaman konsep khususnya pembelajaran IPA. Adapun dukungan yang seharusnya diberikan untuk melancarkan kegiatan penelitian ini seperti menyediakan fasilitas yang memadai pada saat kegiatan penilitian berlangsung, agar kegiatan penelitian dapat berjalan dengan baik dan maksimal.

2. Bagi Guru

Model pembelajaran kontruktivisne dapat dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran IPA. Dan bisa digunakan pada pembelajaran lainnya, guna untuk memperbaiki kualitas pendidikan. Selain itu juga, guru harus lebih berupaya dalam mengembangkan model tersebut dengan melakukan penilitian tindakan kelas dan penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan.

3. Bagi Peneliti Lain

Untuk peneliti selanjutnya, ketika hendak menggunakan model pembelajaran kontruktivisme sebaiknya mempersiapkan secara matang termasuk RPP, intrumen pengungkap data, perlengkapan atau keperluan yang dibutuhkan untuk menunjang pembelajaran di kelas sebelum pembelajaran berlangsung, sehingga pembelajaran dapat terlaksana dengan optimal. Penguasaan dalam tahapan model pembelajaran kontruktivisme juga harus diperhatikan serta alokasi waktu untuk setiap langkah dalam


(36)

75

pembelajaran dapat terlaksana dengan baik. Peniliti harus lebih berinovasi dalam mengembangkan model pembelajaran ini dengan mengkaji kejadian-kejadian atau masalah-masalah yang ada dilapangan, untuk menyesuaikan langkah-langkah yang tepat dalam penerapan model kontruktivisme sebagai bahan acuan dalam penelitian. Dan adanya tinjauan untuk memperhatikan hasil tes pemahaman konsep setiap aspeknya.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, Gede Putra. (2011). Model Konstruktivistik Dalam Pembelajaran. [online]. Tersedia : http://www.psb-psma.org/content/blog/4009-model-konstruktivistik-dalam-pembelajaran [Diakses tanggal 12 Maret 2015] Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta

Departemen Pendidikan Nasioanal. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas

Departemen Pendidikan Nasional. (2003) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas Dr. Iskandar (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : GP Press Group

Drs. Daryanto (2011). Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah. Yogyakarta : Gava Media

Gumilar, K. (2013) Penerapan Model Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R) untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia.

Handayani,Asri. (2008). Penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual dalam upaya peningkatan pemahaman siswa mengenai tumbuhan dan bagiannya pada mata pelajaran IPA kelas IV. Skripsi. Pada program studi PGSD Bumi Siliwangi FIP Universitas Pendidikan Indonesia.


(38)

77

Karli, Hilda. (2007). Metodologi Pendidikan IPA untuk PGSD dan Guru SD. Bandung: UPI

Kesuma, D. (2011). Perencanaan Pembelajaran (Bahan Ajar Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran Sekolah Dasar). Bandung: tidak diterbitkan.

Purtadi dan Sari. ( ). Analisis Miskonsepsi Konsep Laju Dan Kesetimbangan Kimia Pada Siswa SMA. [Online]. Tersedia:

http://staff.uny.ac.id/files/Makalah-Semnas-MIPA-Analisis-Miskonsepsi-Konsep-laju-dan-Kesetimbangan-Kimia-pdf. [13 Maret 2015]

Riani, I. (2013) Penggunaan Alat Peraga Akuarium Bilbul untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Bilangan Bulat pada Mata Pelajaran Matematika Kelas IV Sekolah Dasar. Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia.

Samatowa, Usman. (2010). Pembelajaran IPA SD. Jakarta: Indeks

Setiastuti, D. (2013) Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing pada Mata Pembelajaran IPA Materi Proses Daur Air untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia.

Sonariah,Siti. (2009). Penerapan Model Kontruktivisme pada mata pelajaran IPA materi perubahan lingkungan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Skripsi. Pada program studi PGSD Bumi Siliwangi FIP Universitas Pendidikan Indonesia.

Sudjana, N. (2011) Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sulistyanto,Heri. (2008). Ilmu pengetahuan Alam untuk SD dan MI Kelas IV. Jakarta : Pusat perbukuan,Departemen Pendidikan Nasioan,2008


(39)

78

Trianto,M.Pd (2011). Model Pembelajaran Terpadu: konsep,strategi,dan implementasinya dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara,2011.

Universitas Pendidikan Indonesia.(2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI PRESS.

Wardoyo, Mangun S. (2013). Pembelajaram Kontruktivisme : Teori dan Aplikasi Pembelajaran dalam Pembentukan Karakter. Bandung : Alfabeta

Yamin, Martinis. (2012). Desain Baru Pembelajaran Kontruktivistik. Jakarta: Referensi


(1)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan atas pengolahan data dari hasil penelitian dapat yang telah dilakukan peniliti sebanyak dua siklus dengan menerapkan model kontruktivisme pada mata pelajaran IPA, dalam materi perubahan lingkungan fisik di kelas IV SDN Sukajadi tersebut, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran dengan menggunakan model kontruktivisme dapat meningkatkan minat serta motivasi dalam belajar. Hal ini terlihat dengan tahapan sebagai berikut : 1). Pembuka, 2). Apesrepsi 2). Tahap Eksplorasi, 3). Tahap Diskusi dan Penjelasan Konsep, 4). Tahap Pengembangan dan aplikasi, 5). Penutup. Siswa lebih aktif di dalam kelas, seperti mengemukakan pendapat di depan kelas dan melakukan percobaan. Siswa sangat antusias pada kegiatan percobaan karena mereka belum pernah melakukan percobaan sebelumnya.

2. Hasil tes pemahaman konsep siswa dalam mata pelajaran IPA dengan menggunakan model kontruktivisme mengalami peningkatan yang cukup segnifikan yaitu sebesar 35,48 %. Pernyataan tersebut didasarkan atas perbandingan dari pemahaman konsep yang diperoleh siswa pada siklus I siklusnya yaitu pada siklus I sebesar 64,52%, dan siklus II sebesar 100,00% . Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa dengan aspek pemahaman konsep terhadap materi cukup merata dengan tingkat pemahaman siswa yang tergolong cukup tinggi.

Berdasarkan uraian diatas tadi, maka dapat disimpulkan bahwa penggunan model kontruktivisme sangat efektif digunakan dalam pembelajaran IPA, khususnya pada materi perubahan lingkungan fisik sub materi erosi dan abrasi, karena dapat meningkatkan pemahaman konsep tentang pelajaran IPA.


(2)

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, terdapat beberapa rekomendasi yang berupa masukan ataupun saran dari peneliti untuk berbagai macam pihak, seperti kepala sekolah, guru, maupun peniliti yang akan melakukan penelitian yang sama. Adapun rekomendasi yang diajukan oelh peneliti, diuraikan sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah

Sekolah hendaknya mendukung penuh peniliti dalam melakukan penelitian ini, guna untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran yang nantinya bisa diterapkan disekolah tersebut guna untuk memperbaiki kualitas pendidikan yang dianggap masih kurang, terutama pada pemahaman konsep khususnya pembelajaran IPA. Adapun dukungan yang seharusnya diberikan untuk melancarkan kegiatan penelitian ini seperti menyediakan fasilitas yang memadai pada saat kegiatan penilitian berlangsung, agar kegiatan penelitian dapat berjalan dengan baik dan maksimal.

2. Bagi Guru

Model pembelajaran kontruktivisne dapat dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran IPA. Dan bisa digunakan pada pembelajaran lainnya, guna untuk memperbaiki kualitas pendidikan. Selain itu juga, guru harus lebih berupaya dalam mengembangkan model tersebut dengan melakukan penilitian tindakan kelas dan penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan.

3. Bagi Peneliti Lain

Untuk peneliti selanjutnya, ketika hendak menggunakan model pembelajaran kontruktivisme sebaiknya mempersiapkan secara matang termasuk RPP, intrumen pengungkap data, perlengkapan atau keperluan yang dibutuhkan untuk menunjang pembelajaran di kelas sebelum pembelajaran berlangsung, sehingga pembelajaran dapat terlaksana dengan optimal. Penguasaan dalam tahapan model pembelajaran kontruktivisme juga harus diperhatikan serta alokasi waktu untuk setiap langkah dalam


(3)

75

pembelajaran dapat terlaksana dengan baik. Peniliti harus lebih berinovasi dalam mengembangkan model pembelajaran ini dengan mengkaji kejadian-kejadian atau masalah-masalah yang ada dilapangan, untuk menyesuaikan langkah-langkah yang tepat dalam penerapan model kontruktivisme sebagai bahan acuan dalam penelitian. Dan adanya tinjauan untuk memperhatikan hasil tes pemahaman konsep setiap aspeknya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, Gede Putra. (2011). Model Konstruktivistik Dalam Pembelajaran.

[online]. Tersedia : http://www.psb-psma.org/content/blog/4009-model-konstruktivistik-dalam-pembelajaran [Diakses tanggal 12 Maret 2015]

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Departemen Pendidikan Nasioanal. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas

Departemen Pendidikan Nasional. (2003) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas

Dr. Iskandar (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : GP Press Group

Drs. Daryanto (2011). Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah. Yogyakarta : Gava Media

Gumilar, K. (2013) Penerapan Model Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R) untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia.

Handayani,Asri. (2008). Penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual dalam upaya peningkatan pemahaman siswa mengenai tumbuhan dan bagiannya pada mata pelajaran IPA kelas IV. Skripsi. Pada program studi PGSD Bumi Siliwangi FIP Universitas Pendidikan Indonesia.


(5)

77

Karli, Hilda. (2007). Metodologi Pendidikan IPA untuk PGSD dan Guru SD.

Bandung: UPI

Kesuma, D. (2011). Perencanaan Pembelajaran (Bahan Ajar Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran Sekolah Dasar). Bandung: tidak diterbitkan.

Purtadi dan Sari. ( ). Analisis Miskonsepsi Konsep Laju Dan Kesetimbangan Kimia Pada Siswa SMA. [Online]. Tersedia:

http://staff.uny.ac.id/files/Makalah-Semnas-MIPA-Analisis-Miskonsepsi-Konsep-laju-dan-Kesetimbangan-Kimia-pdf. [13 Maret 2015]

Riani, I. (2013) Penggunaan Alat Peraga Akuarium Bilbul untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Bilangan Bulat pada Mata Pelajaran Matematika Kelas IV Sekolah Dasar. Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia.

Samatowa, Usman. (2010). Pembelajaran IPA SD. Jakarta: Indeks

Setiastuti, D. (2013) Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing pada Mata Pembelajaran IPA Materi Proses Daur Air untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia.

Sonariah,Siti. (2009). Penerapan Model Kontruktivisme pada mata pelajaran IPA materi perubahan lingkungan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Skripsi. Pada program studi PGSD Bumi Siliwangi FIP Universitas Pendidikan Indonesia.

Sudjana, N. (2011) Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sulistyanto,Heri. (2008). Ilmu pengetahuan Alam untuk SD dan MI Kelas IV.


(6)

Trianto,M.Pd (2011). Model Pembelajaran Terpadu: konsep,strategi,dan implementasinya dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara,2011.

Universitas Pendidikan Indonesia.(2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI PRESS.

Wardoyo, Mangun S. (2013). Pembelajaram Kontruktivisme : Teori dan Aplikasi Pembelajaran dalam Pembentukan Karakter. Bandung : Alfabeta

Yamin, Martinis. (2012). Desain Baru Pembelajaran Kontruktivistik. Jakarta: Referensi