PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI POKOK DAUR AIR.

(1)

Anesia, Rita. 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI POKOK DAUR AIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING

UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA

PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI POKOK DAUR AIR

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V SDN 1 Cibogo Kabupaten Bandung Barat)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

oleh Rita Anesia

1003316

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Anesia, Rita. 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI POKOK DAUR AIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BANDUNG

2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING

UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA

PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI POKOK DAUR AIR

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V SDN 1 Cibogo Kabupaten Bandung Barat)

Oleh Rita Anesia

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Rita Anesia 2014 Universitas Pendidikan Indonesia


(3)

Anesia, Rita. 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI POKOK DAUR AIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

RITA ANESIA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA

PEMBELAJARAN IPA MATERI POKOK DAUR AIR

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V SDN 1 Cibogo Kabupaten Bandung Barat)

disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I

Dr. Yahya Sudarya, M. Pd NIP. 19521212 197501 1 002

Pembimbing II

Dr. Muslim, M. Pd NIP. 19640606 199003 1 003

Diketahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan


(4)

Anesia, Rita. 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI POKOK DAUR AIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Drs. Nana Djumhana, M.Pd


(5)

Anesia, Rita. 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN

KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI POKOK DAUR AIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA

PEMBELAJARAN IPA MATERI POKOK DAUR AIR

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V SDN 1 Cibogo Kabupaten Bandung Barat)

Oleh Rita Anesia

1003316

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pemahaman konsep siswa pada pembelajaran IPA yang rendah.Hal ini didasarkan pada hasil observasi awal yang menunjukkan bahwa siswa kesulitan untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan yang mengukur aspek pemahaman. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu meningkatkan pemahaman konsep siswa dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching. Tujuan dalam penelitian ini adalah: (1) mendeskripsikan pelaksanaan penerapan model pembelajaran Quantum Teaching pada materi daur air, dan (2) mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa setelah menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching pada materi daur air. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang diadaptasi dari model Kemmis dan Mc. Taggart yang dilakukan dengan beberapa tahapan. Setiap tahapan terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu Pada siklus I, perolehan nilai rata- rata post- test siswa sebesar 67.30 dengan gain yang dinormalisasi sebesar 0.37 (kriteria sedang), sedangkan pada siklus II diperoleh nilai rata- rata post- test sebesar 67.67 gain yang dinormalisasi sebesar 0.5 (kriteria sedang) dan pada siklus III diperoleh nilai rata- rata post- test sebesar 75.00 dengan gain yang dinormalisasi sebesar 0.45 (kriteria sedang). Peningkatan ini terlihat dari perolehan nilai rata- rata pada data awal yang semula 45.83 sampai kepada siklus III sebesar 75.00. Simpulan dari penelitian ini yaitu pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan lancar dan kondusif. Aktivitas siswa saat pembelajaran terlihat aktif dan antusias. Pemahaman konsep siswa mengalami peningkatan setelah mendapatkan pembelajaran dengan menerapkan model Quantum Teaching.Berdasarkan temuan tersebut, disarankan kepada para guru khususnya guru IPA untuk menerapkan model Quantum Teaching sebagai model pembelajaran yang mampu meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran IPA.


(6)

Anesia, Rita. 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN

KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI POKOK DAUR AIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

APPLICATION OF QUANTUM TEACHING LEARNING MODEL TO IMPROVE STUDENT CONCEPTUAL UNDERSTANDING IN SCIENCE

LESSON TOPIC WATER RECYCLING

(Classroom Action Research in Grade V SDN 1 Cibogo

West Bandung Regency)

by Rita Anesia

1003316

This research is motivated by the students' understanding of concepts in science learning is low. It is based on the results of the initial observation showed that students in difficulty to answer questions that measure the aspects of understanding. One of the efforts made to improve students understanding of the concepts by applying Quantum Teaching learning model. The purpose of this research are: (1) to describe the implementation application of Quantum Teaching model specifically on the water recycling subject, (2) to increase students' understanding of concepts after applying the learning model of Quantum Teaching the water cycle subject. This classroom action research adapted from Kemmis and Mc Taggart models conducted with several stages. Each stage consists of planning, action, observation, and reflection. This research was conducted in three cycles. The research results obtained in cycle I, the acquisition value of the average post-test students at 67.30 with a gain normalized by 0,37 (medium criteria). While the second cycle, the average value of post-test around 67.67 a normalized gains of 0.5 (medium criteria) and the third cycle is obtained mean post-test score of 75.00 with a normalized gain at 0,45 (medium criteria). This increase can be seen from the average value of the acquisition at the beginning of the data that was originally 45.83 up to the third cycle of 75.00. Conclusions from this research that the action goes smoothly and learning conducive. While learning student activities look active and enthusiastic.

Understanding the concept of students has increased after getting learning by applying the model of Quantum Teaching. Based on these findings, it is recommended to teachers, especially science teachers to apply Quantum model of Teaching as a learning model that is able to improve the understanding concept of students in science learning.


(7)

Anesia, Rita. 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN

KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI POKOK DAUR AIR


(8)

Anesia, Rita. 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI POKOK DAUR AIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

ABSTRAK ...

KATAPENGANTAR ...

UCAPAN TERIMAKASIH ...

DAFTAR ISI ...

DAFTAR TABEL ...

DAFTAR GAMBAR ...

DAFTAR LAMPIRAN ...

BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang Masalah ... B. Rumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... D. Manfaat Penelitian ... E. Hipotesis Tindakan ... F. Definisi Operasional ...

BAB II KAJIAN PUSTAKA……...……... A. Pembelajaran IPA...

1. Pengertian Pembelajaran ... 2. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)... a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)... b. Tujuan Pembelajaran IPA... c. Hakikat IPA ... 3. Pembelajaran IPA ... B. Model Pembelajaran Quantum Teaching... 1. Pengertian Quantum Teaching... 2. Asas Quantum Teaching ... 3. Prinsip- prinsip Quantum Teaching ...

i ii iii v viii x xii 1 1 4 5 5 6 6 8 8 8 8 8 9 10 11 12 12 12 13


(9)

Anesia, Rita. 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI POKOK DAUR AIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Kerangka Rancangan Belajar Quantum Teaching... 5. Keunggulan Model Pembelajaran Quantum Teaching ... 6. Kekurangan Model PembelajaranQuantum Teaching……... C. Pemahaman Konsep ... D. Daur Air ... ... 1. Manfaat Air Bagi Manusia... 2. Proses Daur Air... 3. Kegiatan Manusia yang Memengaruhi Daur Air... 4. Tindakan Penghematan Air... E. Hasil Penelitian yang Relevan ...

BAB III METODE PENELITIAN ... A. Metode dan Desain Penelitian... 1. Metode Penelitian ... 2. Desain Penelitian ... B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... C. Subjek Penelitian ... D. Prosedur Penelitian ... E. Instrumen Penelitian ... F. Pengolahan dan Analisis Data ...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... A. Hasil Penelitian ... 1. Deskripsi Awal Penelitian ………... 2. Deskripsi Hasil Tindakan ... a. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 1) Perencanaan Tindakan Siklus I ... 2) Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 3) Observasi Tindakan Siklus I ... 4) Hasil Pembelajaran Siklus I ... 5) Refleksi Siklus I...

14 15 16 16 19 19 20 21 22 23 25 25 25 26 28 28 28 31 33 40 40 40 41 41 41 43 47 49 53


(10)

Anesia, Rita. 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI POKOK DAUR AIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 1) Perencanaan Tindakan Siklus II ... 2) Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 3) Observasi Tindakan Siklus II ... 4) Hasil Pembelajaran Siklus II ... 5) Refleksi Siklus II ... c. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus III ... 1) Perencanaan Tindakan Siklus III ... 2) Pelaksanaan Tindakan Siklus III ... 3) Observasi Tindakan Siklus III ... 4) Hasil Pembelajaran Siklus III... 5) Refleksi Siklus III ... B. Pembahasan ...

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... A. Simpulan ... B. Saran ...

DAFTAR PUSTAKA ...

LAMPIRAN...

RIWAYAT HIDUP...

56 56 58 63 65 70 72 73 75 80 82 86 90 97 97 98 100 103 276


(11)

Anesia, Rita. 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI POKOK DAUR AIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Darmojo (dalam Samatowa , 2010: 2), ‘Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya’. IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini sejalan dengan penjabaran yang terdapat dalam Kurikulum Tingkat Satuan (KTSP) Pendidikan IPA di Sekolah Dasar (SD), yang menjelaskan bahwa:

Ilmu Pengetahuan Alam berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. (Depdiknas, 2006).

IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat pada kurikulum SD. IPA penting diajarkan sejak usia dini karena IPA mempelajari peristiwa gejala- gejala alam dan interaksinya dalam kehidupan sehari- hari. Tiarani (2013:1) menyatakan

bahwa “pada Pembelajaran IPA di SD diharapkan dapat mengembangkan

keterampilan ilmiah, memahami konsep IPA, dan mengembangkan sikap yang berdasar pada nilai-nilai yang terkandung dalam pembelajaran”. Hal ini sejalan dengan tujuan mata pelajaran IPA diSD/ MI dalam KTSP diantaranya adalah

... mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam, meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan … (Depdiknas, 2006).


(12)

2

Untuk menciptakan proses pembelajaran yang aktif, pembelajaran IPA seyogyanya menekankan pada pemberian pengalaman langsung yang mampu melibatkan keaktifan siswa, baik aktivitas fisik maupun aktivitas mental dan berfokus pada siswa, yang berdasar pada pengalaman keseharian siswa dan minat siswa. Seperti yang diungkapkan Piaget (dalam Samatowa, 2010 :5) yang menyatakan bahwa “pengalaman langsung memegang peranan penting sebagai pendorong lajunya perkembangan kognitif anak”. Pengalaman langsung anak terjadi secara spontan dari kecil (sejak lahir) sampai usia 12 tahun, yang mana pada rentang usia enam hingga 12 tahun merupakan usia anak SD.

Namun pada kenyataannya, mata pelajaran IPA di SD dirasakan sebagai mata pelajaran yang berorientasi pada hapalan semata. Seperti yang peneliti temukan pada saat melakukan observasi pada siswa kelas V di SDN 1 Cibogo, dimana pembelajaran IPA selalu disajikan melalui kegiatan ceramah dan text book oriented. Siswa kurang terlibat aktif dalam pembelajaran karena siswa hanya melakukan aktivitas minds on

yaitu duduk, diam, mencatat dan menghafal. Guru tidak menuntun siswa untuk menemukan konsep sendiri, padahal konsep merupakan dasar atau landasan untuk melakukan proses penemuan yang nantinya akan memunculkan konsep- konsep baru bagi diri siswa. Pembelajaran yang bersifat konvensional dan sebatas transfer of

knowledge membuat siswa tidak mendapatkan pengalaman bermakna dari

pembelajaran IPA sehingga siswa sulit memahami konsep dalam IPA, mudah lupa dan terkadang terjadi miskonsepsi.

Selain itu, dalam mengajarkan IPA, guru jarang menggunakan media atau alat peraga, sekalipun di sekolah tersedia. Kurang terampilnya guru dalam mengoptimalkan media dan alat peraga, membuat siswa kurang mendapatkan pengalaman dalam melakukan kegiatan percobaan sehingga keterampilan siswa dalam menemukan konsep terbilang rendah. Kemampuan yang dimiliki siswa rata- rata didapat dari proses menghapal bukan dari proses pemahaman. Berdasarkan


(13)

3

observasi awal didapatkan bahwa rata-rata hasil Ujian Tengah Semester (UTS) siswa pada mata pelajaran IPA secara keseluruhan adalah 55.3.

Dari 16 orang siswa hanya tiga orang siswa (18,75%) yang lulus mencapai nilai KKM, sedangkan sisanya (81,25%) tidak lulus mencapai nilai KKM yang ditetapkan yaitu 65. Keadaan tersebut merupakan salah satu faktor belum optimalnya hasil belajar siswa yang mengindikasikan pemahaman konsep siswa yang masih rendah. Hal tersebut juga terbukti setelah melakukan analisis terhadap soal dan jawaban siswa, ternyata hampir seluruh siswa masih merasa kesulitan untuk menjawab pertanyaan pada soal yang mengukur aspek pemahaman (C2) seperti menjelaskan, mencontohkan, menginterprestasi dan mengklasifikasi. Setelah melakukan analisis kembali terhadap butir soal yang mengukur aspek pemahaman, diperoleh nilai rata- rata kelas yang hanya mencapai 45.83 dari keseluruhan soal pemahaman konsep.

Atas dasar permasalahan tersebut, peneliti mencoba memberikan alternatif pemecahan masalah dengan memperbaiki proses pembelajaran IPA di kelas agar memberikan pengalaman langsung kepada siswa serta melibatkan siswa dengan aktif. Sebagai upaya meningkatkan pemahaman konsep siswa, sehingga hasil belajarnya pun turut meningkat. Model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah Quantum Teaching.

Quantum Teaching adalah model yang mengajak siswa belajar aktif dalam suasana yang lebih menyenangkan, sehingga siswa dapat menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya. Kerangka pembelajaran Quantum Teaching

dikenal dengan nama "TANDUR" yaitu Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan (DePorter, 2010: 127). Langkah (1) Tumbuhkan, artinya seorang guru dalam mengajar harus dapat menumbuhkan minat siswa untuk mengikuti pembelajaran. (2) Alami, maksudnya seorang guru dalam mengajar harus mampu menciptakan pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh siswanya. (3) Namai, pada tahap inisiswa dibimbing untuk membangun konsep hasil


(14)

4

pengetahuan dan rasa keingintahuan dari pengalamannya. (4) Demonstrasi, dalam tahap ini guru memberikan kesempatan yang luas pada seluruh siswa untuk terlibat aktif dan berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, siswa diberi kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya, seperti melalui kegiatan diskusi dan percobaan. Sehingga sejalan dengan pembelajaran IPA yang menekankan pada pemberian pengalaman langsung. (5) Ulangi, pada tahap ini untuk mengukur kemampuan siswa mengenai konsep, guru membimbing siswa mempresentasikan hasil belajarnya didepan kelas atau di luar kelas dengan mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep yang didapat saat pembelajaran dalam kehidupan sehari- hari. Kemudian langkah yang terakhir yaitu 6) Rayakan, maksudnya seorang guru dalam mengajar dapat memberikan pengakuan atas usaha siswa untuk menyelesaikan tugas dan pemerolehan keterampilan serta ilmu pengetahuan dapat dengan cara memberikan reward, penguatan dan lain- lain.

Dalam KTSP, salah satu materi pokok IPA yang harus dikuasai siswa adalah daur air. Materi pokok daur air tersebut sangat penting dikuasai siswa karena berhubungan langsung dengan kehidupan siswa. Konsep daur air akan sulit di pahami siswa apabila pembelajaran hanya berpusat pada guru. Oleh karena itu, guru perlu menyajikan aktivitas belajar bermakna dan menanamkan konsep IPA dengan melibatkan siswa secara aktif.

Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui kontribusi model pembelajaran Quantum Teaching dalam meningkatkan pemahaman konsep. Untuk menjawab permasalahan tersebut peneliti melakukan penelitian dengan judul

”Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching Untuk Meningkatkan

Pemahaman Konsep Siswa Pada Pembelajaran IPA Materi Pokok Daur Air”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah penerapan model Quantum


(15)

5

materi pokok daur air?”. Masalah tersebut dijabarkan kedalam pertanyaan penelitian

sebagai berikut.

1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran IPA pada materi pokok daur air dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching pada siswa kelas V di SDN 1 Cibogo Kabupaten Bandung Barat?

2. Bagaimanakah peningkatan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran IPA materi pokok daur air dengan menerapkan model pembelajaran Quantum

Teaching di kelas V SDN 1 Cibogo Kabupaten Bandung Barat?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai oleh peneliti adalah menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan pada rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran IPA pada materi pokok daur air dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching di kelas V SDN 1 Cibogo Kabupaten Bandung Barat.

2. Mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran IPA materi pokok daur air dengan menerapkan model pembelajaran Quantum

Teaching kelas V di SDN 1 Cibogo Kabupaten Bandung Barat.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini, yaitu sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis

Dengan penelitian ini diharapkan akan menghasilkan sebuah teori baru mengenai model pembelajaran Quantum Teaching yang dapat meningkatkan pemahaman konsep pada pembelajaran IPA siswa kelas V. Sehingga dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengembangan Penelitian Tindakan Kelas selanjutnya.


(16)

6

2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa

1) Siswa dapat memperoleh pengalaman belajar dengan model pembelajaran

Quantum Teaching.

2) Siswa mampu memiliki pemahaman konsep yang lebih baik dan diharapkan mampu meningkatkan hasil belajarnya serta dapat mengaplikasikan konsep yang didapat pada kehidupannya sehari- hari.

b. Bagi Guru

Model Quantum Teaching dapat dijadikan alternatif pembelajaran dikelas sehingga pembelajaran IPA dapat lebih bermakna.

c. Bagi Peneliti

Memperoleh ilmu dan pengalaman baru dalam keterampilan belajar mengajar di sekolah, khususnya pada pembelajaran melalui model pembelajaran Quantum Teaching.

E. Hipotesis Tindakan

Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

“Penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan pemahaman

konsep IPA siswa pada materi pokok daur air”. F. Definisi operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam masalah penelitian, maka istilah-istilah dalam judul penelitian ini dijelaskan masing-masing batasannya secara operasional dalam uraian berikut.

1. Model Quantum Teaching yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam interaksi belajar dikelas, sebagai upaya meningkatkan pemahaman konsep siswa, dengan enam langkah yang


(17)

7

tercermin dalam istilah TANDUR yaitu Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan. Keterlaksanaan tahapan pada model pembelajaran Quantum Teaching diukur dengan menggunakan lembar observasi guru dan siswa yang dilakukan oleh observer pada saat pembelajaran berlangsung.

2. Pemahaman Konsep yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan kemampuan yang dimiliki siswa untuk membangun makna dari konsep atau materi yang telah dipelajari kedalam bentuk yang lebih dipahami. Hasil pencapaian pemahaman konsep siswa didapat dari tes yang dilakukan setiap akhir siklus setelah pembelajaran materi daur air dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching. Tes tersebut berupa Pilihan Ganda (PG) dengan empat alternatif jawaban dan dua butir soal uraian.


(18)

Anesia, Rita. 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI POKOK DAUR AIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Russefendi , (dalam Natalia dan Dewi, 2008: 4) menyatakan bahwa :

Penelitian tindakan kelas merupakan suatu tindakan yang terarah, terencana, cermat dan penuh perhatian yang dilakukan oleh praktisi pendidikan (guru) terhadap permasalahan yang ada dalam kelas yang bertujuan untuk perbaikan pendidikan seperti metode mengajar, kurikulum, dan sebagainya.

McNiff (dalam Kusumah & Dwitagama, 2010: 8) mengungkapkan bahwa

‘hakikat Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan keahlian mengajar’. Dengan Penelitian Tindakan Kelas, guru dapat memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan dari Natalia dan Dewi (2008: 10) mengenai tujuan PTKyang diantaranya adalah:

a. meningkatkan kualitas isi, masukan, proses dan hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah;

b. hasil penelitian dapat mendukung langsung pembelajaran yang sedang berlangsung;

c. membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran;


(19)

26

e. menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif dalam melakukan perbaikan kualitas pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan.

Selain dari hakikat PTK Kusumah & Dwitagama (2010: 8) juga mengungkapkan prinsip- prinsip dasar dari PTK, yaitu:

a. berkelanjutan, PTK merupakan upaya yang berkelanjutan secara siklus; b. integral. PTK merupakan bagian dari integral dari konteks yang diteliti; c. ilmiah. Diagnosis masalah berdasarkan pada keadaan nyata;

d. motivasi dari dalam. Motivasi untuk memperbaiki kualitas harus tumbuh dari dalam;

e. lingkup. Maslah tidak dibatasi pada masalah pembelajaran di dalam dan di luar ruangankelas.

2. Desain Penelitian

Desain atau model rancangan penelitian tindakan kelas yang dipilih adalah model Kemmis & Mc Taggart. Kusumah & Dwitagama (2010: 21) mengungkapkan bahwa “desain model Kemmis & Mc Taggart pada hakikatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat-perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection)”. Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus.


(20)

27

Adapun gambar desain model PTK yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Perencanaan (Planning) III

Pengamatan (Observing) I Tindakan

(Acting) I

Perencanaan (Planning) I

Refleksi (Reflecting) I

Gambar 3.1 Siklus Model Penelitian Adaptasi Kemmis dan Mc Taggart Sumber : Kusumah, W & Dwitagama, D. (2010)

Pengamatan (Observing) II Tindakan

(Acting) II

Perencanaan (Planning) II

Refleksi (Reflecting) II

Pengamatan (Observing) III Tindakan

(Acting) III

Refleksi (Reflecting) III

SIKLUS II SIKLUS I

SIKLUS III


(21)

28

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Mei 2014di SDN 1 Cibogo, yang terletak di Jalan Tangkuban Parahu no. 87 Desa Cibogo, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat yang dikepalai oleh Hj Reni Nuraeni, S. Pd. Alasan mengambil lokasi atau tempat ini dengan pertimbangan sekolah tersebut merupakan tempat Program Latihan Profesi (PLP) peneliti dengan pertimbangan waktu dan tenaga diharapkan memperlancar dalam proses penelitian.

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 1 Cibogo, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Tahun Ajaran 2013/ 2014. Subjek yang ditetapkan sebanyak 15 orang siswa. Dengan jumlah laki-laki 9 orang dan perempuan 6 orang.

D. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur yang akan dilakukan sebelum penelitian ini dimulai, peneliti terlebih dahulu melakukan persiapan dengan mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan, dan peneliti melakukan tahap persiapan setelah itu peneliti akan melakukan tahap tindakan.

1. Tahap Persiapan

a. Permohonan izin kepada Kepala Sekolah SDN 1 Cibogo Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

b. Observasi untuk memperoleh gambaran keadaan proses belajar mengajar, mengenal kemampuan siswa, cara guru mengajar didalam kelas, aktivitas siswa dan hasil yang diperoleh.


(22)

29

2. Tahap Tindakan

Pada tahap tindakan ini peneliti akan melakukan pelaksanaan sebagai berikut.

Siklus I

a. Perencanaan (Planning)

Sebelum melakukan pembelajaran di siklus I ini peneliti membuat perencanaan sebagai berikut.

1) Menelaah Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran IPA pada kurikulum KTSP.

2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPA materi Daur air dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching.

3) Menentukan bahan ajar, media dan perlengkapan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan siklus yang dilaksanakan.

4) Mempersiapkan Lembar Kerja Siswa.

5) Mempersiapkan instrumen evaluasi berupa tes (pre- test dan post- test) yang terdiri dari PG (Pilihan Ganda) 10 soal dan uraian dua soal sesuai dengan indikator pemahaman konsep yang telah disusun.

6) Menyusun instrumen observasi yang digunakan untuk mengamati guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung.

7) Mengkonsultasikan instrumen penelitian kepada dosen pembimbing. b. Tindakan (Action)

Langkah ini merupakan pelaksanaan tindakan dari isi rencana yang telah dipersiapkan, yaitu melakukan langkah- langkah pembelajaran tentang materi daur air dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan model Quantum Teaching .

c. Pengamatan (Observation)

Tahap observasi dilakukan pada saat berjalannya proses tindakan. Tiga orang observer dihadirkan agar proses tindakan dapat teramati secara menyeluruh. Adapun hal yang perlu dilihat atau diamati pada pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut: langkah- langkah kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model


(23)

30

pembelajaran Quantum Teaching, penampilan mengajar, respon keaktifan siswa, kondisi kelas dan siswa, serta situasi pada saat pembelajaran.

d. Refleksi (Reflection)

Pada tahap refleksi peneliti mengkaji dan menganalisis tindakan yang telah dilaksanakan berdasarkan data yang telah terkumpul. Peneliti memeriksa format lembar observasi untuk menemukan kekurangan- kekurangan pada saat proses tindakan dan memperoleh poin penting yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan untuk siklus berikutnya.

Siklus II

Pada siklus II ini sama dengan siklus I, tahapannya pun sama diawali dengan perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi, adapun penjelasannya sebagai berikut : a. Perencanaan (Planning)

Pada tahap pembuatan perencanaan siklus II ini berdasarkan dari hasil refleksi yang telah dilakukan pada siklus I.

b. Pelaksanaan (Acting)

Pada perencanaan siklus II guru melaksanakan perencanaan yang telah dibuat berdasarkan hasil refleksi siklus I, guru tetap melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching.

c. Pengamatan (Observation)

Pada tahap pengamatan observer tetap mengamati proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru model yang menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching.

d. Refleksi (Reflektif)

Pada tahap refleksi ini masih sama dengan siklus I yaitu diskusi mengenai kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan serta membahas kekurangan yang terdapat dalam proses pembelajaran.


(24)

31

Siklus III

Sama seperti siklus sebelumnya pada tahapan ini berdasarkan refleksi siklus sebelumnya.

a. Perencanaan (Planning)

Pembuatan perencanaan yang dibuat pada siklus ini berdasarkan hasil refleksi yang ada pada siklus sebelumnya.

b. Pelaksanaan (Acting)

Guru masih melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching.

c. Pengamatan (Observation)

Observer melakukan pengamatan terhadap pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching.

d. Kesimpulan

Pada tahap ini peneliti membuat sebuah kesimpulan mengenai pembelajaran selama tiga siklus yang telah dilaksanakan, kesimpulan mengenai pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam materi Daur Air.

E. Instrumen Penelitian

1. Instrumen Pembelajaran

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk setiap siklus. Masing-masing RPP berisi standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator capaian kompetensi, tujuan pembelajaran, karakter siswa yang diharapkan, materi ajar (materi pokok), pendekatan, model dan metode pembelajaran, media dan sumber belajar, langkah-langkah pembelajaran serta penilaian.


(25)

32

Adapun langkah-langkah pembelajaran yang terdapat pada RPP dalam penelitian ini mengacu pada tahapan model pembelajaran Quantum Teaching.

b. Bahan Ajar

Bahan ajar memuat materi dan media yang harus disampaikan pada proses penelitian.

c. Lembar Kerja Siswa

Lembar kerja siswa (LKS) memuat masalah-masalah yang harus diselesaikan oleh siswa dalam proses pembelajaran. Dalam penelitian ini terdapat dua macam LKS. LKS pertama merupakan LKS individu yang menuntun siswa untuk memberikan penamaan pada sebuah fenomena yang ditunjukkan dalam LKS. Kemudian LKS yang kedua merupakan LKS kelompok yang memfasilitasi siswa dalam melakukan kegiatan percobaan. Penyajian LKS ini diawali dengan deskripsi, prosedur kegiatan yang harus dilakukan siswa dan dilanjutkan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk memahami konsep sesuai dengan indikator yang ingin dicapai.

2. Instrumen Pengumpulan Data a. Tes

“Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok” (Riduwan, 2010: 76). Tes dalam penelitian ini berupa 10 soal pilihan ganda dan dua soal uraian yang digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman konsep yang diperoleh siswa pada mata pelajaran IPA materi pokok daur air kelas V semester 2. Tes dilakukan dua kali yaitu pada saat sebelum (pre- test) dan sesudah (post- test) penerapan model pembelajaran Quantum Teaching. Kisi- kisi instrumen tes dapat dilihat pada lampiran A.5.


(26)

33

b. Observasi

“Observasi adalah suatu teknik mengumpulan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti”. (Sanjaya, 2010: 86)

Pedoman observasi langsung yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi aktivitas siswa dan guru. Instrumen ini dimaksudkan untuk mengamati dan mengevaluasi proses pembelajaran dengan penerapan model

Quantum Teaching di kelas penelitian. Observer akan mengisi lembar observasi yang berisi indikator ideal yang terdapat dalam aktivitas guru dan siswa. Lembar observasi

tersebut menggunakan kolom “ya” atau “tidak”. Selain itu diberikan pula kolom

deskripsi bagi observer untuk mendeskripsikan proses pembelajaran beserta respon yang ditunjukkan oleh siswa dan kolom saran untuk menuliskan masukan maupun kritikan terhadap proses pembelajaran sebagai bahan refleksi guru (peneliti). Selain lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengetahui dan melihat perkembangan aktivitas siswa yang ditunjukkan selama proses pengerjaaan tugas di kelompoknya peneliti menyusun format observasi aktivitas siswa dalam kelompok Adapun format lembar observasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran A.

F. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang menunjukkan proses interaksi yang terjadi selama pembelajaran, yaitu respon terhadap penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dalam pembelajaran IPA. Data yang dianalisis berasal dari lembar observasi. Sedangkan analisis kuantatif digunakan untuk mengetahui pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran IPA. Data ini berasal dari hasil tes pada siswa.

Adapun teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif pada penelitian ini adalah sebagai berikut.


(27)

34

1. Analisis Hasil Tes (pre- test dan post- test) a. Pemberian Skor

Upaya meminimalisasi subjektivitas dalam memberikan skor, maka ditentukan terlebih dahulu standar penilaiannya dengan membuat pedoman penskoran. Adapun pedoman penskoran hasil tes selangkapnya dapat dilihat pada

Lampiran A.4.

b. Mengubah Skor menjadi Nilai

Skor yang diperoleh siswa dalam tes kemudian diolah dengan menggunakan rumus:

(Arikunto, 2012)

c. Menghitung Rata- rata

Mencari rata- rata nilai yang diperoleh siswa melalui rumus sebagai berikut.

(Sudjana, 2009)

Keterangan :

R = Nilai rata- rata siswa

x = Jumlah seluruh nilai siswa

N = Jumlah siswa

Jumlah Skor

Nilai =

x

100 Skor maksimal

R = ∑� �


(28)

35

d. Menghitung gain

Gain adalah selisih antara skor pre- test dan post- test . Nilai gain dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

(Hake, 1997 dalam Sanusi, 2013)

Keterangan : G = gain

Sf = Skor post- test Si = Skor pre- test

e. Menghitung gain ternormalisasi

Gain ternormalisasi merupakan perbandingan antara skor gain aktual yaitu skor gain yang diperoleh siswa dengan gain maksimum yaitu skor gain tertinggi yang mungkin diperoleh siswa.

(Hake, 1997 dalam Sanusi, 2013)

Keterangan :

<g> = gain ternormalisasi Sf = Skor post- test Si = Skor pre- test

<g> = �

���� =

Sf−Si −��

Gain (G) = Sf - Si


(29)

36

Tabel 3.1

Interprestasi Nilai Gain Ternormalisasi Nilai <g> Interprestasi Efektivitas 0, 7 < (g) ≤ 1,00 Peningkatan tinggi

0, 3 < (g) ≤ 0,7 Peningkatan sedang 0, 00 < (g) ≤ 0,3 Peningkatan rendah

(Hake, 1998 dalam Sanusi, 2012)

f. Menghitung persentase ketuntasan belajar siswa yang lulus di kelas.

Menurut Depdiknas (dalam Gumilar, 2013: 38) bahwa ‘kelas dikatakan sudah tuntas secara klasikal jika telah mencapai 85% dari seluruh siswa yang memperoleh nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)’. Dengan berpedoman pada pernyataan tersebut, untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran maka dilakukan perhitungan persentase siswa yang tuntas atau telah memenuhi KKM pada mata pelajaran IPA sebesar 65. Pengolahan data untuk menghitung persentase ketuntasan belajar secara klasikal dihitung dengan menggunakan rumus:

Setiastuti,D (2013: 40)

Keterangan :

P = persentase siswa yang lulus

ΣP = jumlah siswa yang lulus

ΣN = jumlah seluruh siswa

P = ∑ P


(30)

37

Kriteria tingkat keberhasilan belajar (%) menurut Aqib (dalam Gumilar, 2013: 38) sebagai berikut.

Tabel 3.2

Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar

Tingkat Keberhasilan (%) Kriteria

≥ 80% Sangat Tinggi

60% - 79% Tinggi

40% - 59% Sedang

20% - 39% Rendah

≤20% Sangat Rendah

2. Analisis Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran

Dalam mengolah dan menganalisis data ketercapaian proses pembelajaran dilakukan penjumlahan aspek ketercapaian dari hasil observasi aktivitas guru dan siswa. Skor yang didapat kemudian diubah dalam bentuk presentase menggunakan rumus:

Adapun kriterianya dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel 3.3

Tabel Kriteria Keterlaksanaan Aktivitas Guru dan Siswa Presentase Kriteria

80-100 Baik sekali

66-79 Baik

56-65 Cukup

% pencapaian proses pembelajaran = x 100%


(31)

38

Presentase Kriteria 40-55 Kurang 30-39 Gagal

2. Aktivitas Siswa dalam Kelompok

Tabel 3.4

Penilaian Sikap Kelompok - ...

Kelom pok

Kode Siswa

Aspek yang dinilai

Jumlah

Skor Kategori

Keterangan/ deskripsi Rasa

ingin tahu

Kerja

sama Keaktifan

Keterangan:

Skor 1 : apabila ditampilkan siswa Skor minimal : 0

Skor maksimal : 9

Tabel 3.5

Panduan Penilaian Sikap Indikator Skor Kriteria

Rasa ingin tahu

1 Siswa pasif hanya menerima penjelasan dari guru

2 Siswa mengemukakan pertanyaan mengenai kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung

3 Siswa mengemukakan pertanyaan dan mencoba- coba melakukan berbagai kegiatan percobaan terkait pembelajaran


(32)

39

Kerja sama

1 Siswa melakukan diskusi dan percobaan secara individu tanpa melibatkan teman kelompok

2 Siswa melakukan percobaan dan diskusi hanya dengan sebagian anggota kelompok

3 Siswa melakukan percobaan dan diskusi bersama- sama dengan seluruh anggota kelompok

Aktif

1 Siswa pasif, tidak melakukan percobaan (hanya melihat saja) 2 Siswa melakukan percobaan namun sambil bermain- main

3 Siswa melakukan percobaan dengan aktif dan sungguh- sungguh sesuai dengan intruksi

Tabel 3.6

Kriteria Akhir Penilaian Sikap Kelompok

Jumlah Skor Kriteria Jumlah skor ≥ 8 A (Amat Baik)

7 ≤ jumlah skor ≥ 7.9 B (Baik)


(33)

Anesia, Rita. 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN

KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI POKOK DAUR AIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Penelitian tindakan kelas (PTK) dilakukan dalam tiga siklus di kelas V SDN I Cibogo Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, refleksi, dan pembahasan mengenai penerapan model Quantum Teaching untuk meningkatkan pemahaman konsep pada materi daur air, maka dapat dikemukakan simpulan dan rekomendasi yang terkait dengan penelitian ini.

A. Simpulan

Secara umum penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep siswa kelas V SD Negeri 1 Cibogo dapat meningkat dengan menerapkan model

Quantum Teaching. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa simpulan yang diperoleh sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pembelajaran IPA materi daur air dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching pada kegiatan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP yang terdiri dari enam tahap yaitu Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Tahap Tumbuhkan cara yang dilakukan yaitu dengan melakukan kegiatan bertepuk semangat untuk memotivasi siswa, melakukan tanya jawab dan menyampaikan tujuan serta manfaat yang diperoleh setelah pembelajaran. Tahap Alami, kegiatan yang dilakukan adalah dengan melibatkan siswa untuk aktif dalam pembentukkan pengalaman. Tahap Namai, siswa memberikan penamaan pada gambar yang menunjukkan suatu fenomena yang disajikan dalam LKS. Tahap Demonstrasikan kegiatan yang dilakukan yaitu siswa melakukan percobaan dan diskusi secara berkelompok. Tahap Ulangi membimbing siswa mereview kembali kegiatan- kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan kemudian menyimpulkan materi bersama- sama dan Tahap Rayakan


(34)

98

kegiatan yang dilakukan adalah dengan memberikan reward berupa kartu prestasi dan stiker berbentuk bintang. Pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan perilaku belajar siswa menjadi lebih antusias, termotivasi dalam belajar dan aktif baik dalam partisipasi, kegiatan kelompok dan menjawab pertanyaan guru.

2. Pemahaman konsep siswa pada pembelajaran IPA materi pokok daur air dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching mengalami peningkatan. peningkatan tersebut dilihat dari peningkatan nilai rata- rata pada post- test yang diperoleh siswa secara keseluruhan. Pada siklus I, perolehan nilai rata- rata post- test siswa sebesar 67.30 dengan gain yang dinormalisasi sebesar 0.37 (kriteria sedang), sedangkan pada siklus II diperoleh nilai rata- rata post- test sebesar 67.67 gain yang dinormalisasi sebesar 0.5 (kriteria sedang) dan pada siklus III diperoleh nilai rata- rata

post- test sebesar 75.00 dengan gain yang dinormalisasi sebesar 0.45 (kriteria sedang). Peningkatan ini terlihat dari perolehan nilai rata- rata pada data awal yang semula 45.83 sampai kepada siklus III sebesar 75.00. Pada siklus I jumlah siswa yang memperoleh nilai post- test mencapai KKM sebanyak delapan orang siswa (53.33%). Sedangkan pada siklus II sebanyak sembilan orang siswa (60.00%). Kemudian pada siklus III, terjadi peningkatan jumlah siswa yang telah mencapai KKM yaitu menjadi 13 orang siswa (86.67%).

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka beberapa saran yang diberikan sebagai berikut.

1. Bagi guru

Model pembelajaran Quantum Teaching dapat dijadikan salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran IPA materi pokok daur air. Dengan menerapkan model Quantum Teaching, guru dapat meningkatkan aktivitas siswa secara optimal dan menumbuhkan minat dan motivasi untuk belajar. Namun dalam menerapkan Quantum Teaching guru perlu


(35)

99

memberikan batasan waktu pada setiap tahapannya, mengingat banyaknya tahapan dalam model pembelajaran Quantum Teaching.

2. Peneliti lain

Agar menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pelaksanaan pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching, sehingga diperoleh hasil penelitian yang lebih maksimal lagi.


(36)

Anesia, Rita. 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI POKOK DAUR AIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2009). Guru dan Pembelajran Bermutu. Bandung: Rizqi Press A’la, M. (2010). Quantum Teaching. Yogyakarta: Diva Press.

Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Azmiyawati, C. dkk. (2008). IPA 5 Saling Temas. Jakarta: Pusat Perbukuan

Departemen Pendidikan Nasional

BSNP. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

DePorter, B. dkk. (2007). Quantum Teaching Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang- ruang Kelas (terjemahan Ary Nilandari). Bandung: Kaifa.

Herry, A. H., Asra., & Dewi, L. (2007). Belajar Pembelajaran SD. Bandung: UPI PRESS.

Ibayati, Y. dkk. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SD dan MI Kelas V. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Kesuma, D., & Salimi, M. (2011). Indikator Capaian Kompetensi Pedoman dan Teori Rencana Pelaksanaann Pembelajaran (Bahan Ajar Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran Sekolah Dasar). Bandung : Tidak diterbitkan.

Kusumah, W., & Dwitagama, D. (2010). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta : PT Indeks.

Mega Natalia, M,, & Islami Dewi, K. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Tinta Emas Publishing

Muharam, A., & Rositawaty. (2008) . Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam 5. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.


(37)

Anesia, Rita. 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI POKOK DAUR AIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Riduwan. (2010). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru - Karyawan danPeneliti Pemula. Bandung : Alfabeta.

Samatowa, U. (2010). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks Sanjaya, W. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Predana Media

Group

Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Sulistyanto, H., & Wiyono, E. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam 5. Jakarta :Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Susanto, A. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Uno, H. (2009). Teori Motivasi dan pengukurannnya. Jakarta: Bumi Aksara.

Uno, H., & Muhamad. (2011). Belajardengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: Bumi Aksara.

Wahyono, B., & Nurachmandani, S. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SD/MI Kelas V. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Widodo, A., Wuryastuti, S., & Margareta. (2010). Pendidikan IPA SD. Bandung: UPI PRESS.

Gumilar, K. (2013). Penerapan Model Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R) untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. (Skripsi). Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Nurwahyu, A. (2013). Penerapan Metode Quantum Teaching untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SD Pada Mata Pelajaran Matematika Materi Pokok Perbandingan Dan Skala (Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas V SDN

Barunagri Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat). (Skripsi).


(38)

Anesia, Rita. 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI POKOK DAUR AIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sanusi, I. (2012). Penggunaan Perangkat Lunak CX- Programmer untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Membuat Rangkaian Kontrol Motor Listrik Tiga Fasa. (Skripsi). Fakultas Teknologi dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Sari, G. P (2014). Penerapan Model Quantum Teaching Melalui Media Kartu Domino untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Bilangan Romawi Siswa Kelas IV SDN VII Baturetno. (Tesis). Universitas Sebelas Maret, Semarang.

Setyastuti, D. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing pada Mata Pelajaran IPA Materi Proses Daur Air untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. (Skripsi). Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.


(1)

Anesia, Rita. 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN

KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI POKOK DAUR AIR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Penelitian tindakan kelas (PTK) dilakukan dalam tiga siklus di kelas V SDN I Cibogo Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, refleksi, dan pembahasan mengenai penerapan model Quantum Teaching untuk meningkatkan pemahaman konsep pada materi daur air, maka dapat dikemukakan simpulan dan rekomendasi yang terkait dengan penelitian ini.

A. Simpulan

Secara umum penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep siswa kelas V SD Negeri 1 Cibogo dapat meningkat dengan menerapkan model

Quantum Teaching. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada

beberapa simpulan yang diperoleh sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pembelajaran IPA materi daur air dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching pada kegiatan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP yang terdiri dari enam tahap yaitu Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Tahap Tumbuhkan cara yang dilakukan yaitu dengan melakukan kegiatan bertepuk semangat untuk memotivasi siswa, melakukan tanya jawab dan menyampaikan tujuan serta manfaat yang diperoleh setelah pembelajaran. Tahap Alami, kegiatan yang dilakukan adalah dengan melibatkan siswa untuk aktif dalam pembentukkan pengalaman. Tahap Namai, siswa memberikan penamaan pada gambar yang menunjukkan suatu fenomena yang disajikan dalam LKS. Tahap Demonstrasikan kegiatan yang dilakukan yaitu siswa melakukan percobaan dan diskusi secara berkelompok. Tahap Ulangi membimbing siswa

mereview kembali kegiatan- kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan


(2)

98

kegiatan yang dilakukan adalah dengan memberikan reward berupa kartu prestasi dan stiker berbentuk bintang. Pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan perilaku belajar siswa menjadi lebih antusias, termotivasi dalam belajar dan aktif baik dalam partisipasi, kegiatan kelompok dan menjawab pertanyaan guru.

2. Pemahaman konsep siswa pada pembelajaran IPA materi pokok daur air dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching mengalami peningkatan. peningkatan tersebut dilihat dari peningkatan nilai rata- rata pada post- test yang diperoleh siswa secara keseluruhan. Pada siklus I, perolehan nilai rata- rata post- test siswa sebesar 67.30 dengan gain yang dinormalisasi sebesar 0.37 (kriteria sedang), sedangkan pada siklus II diperoleh nilai rata- rata post- test sebesar 67.67 gain yang dinormalisasi sebesar 0.5 (kriteria sedang) dan pada siklus III diperoleh nilai rata- rata

post- test sebesar 75.00 dengan gain yang dinormalisasi sebesar 0.45 (kriteria

sedang). Peningkatan ini terlihat dari perolehan nilai rata- rata pada data awal yang semula 45.83 sampai kepada siklus III sebesar 75.00. Pada siklus I jumlah siswa yang memperoleh nilai post- test mencapai KKM sebanyak delapan orang siswa (53.33%). Sedangkan pada siklus II sebanyak sembilan orang siswa (60.00%). Kemudian pada siklus III, terjadi peningkatan jumlah siswa yang telah mencapai KKM yaitu menjadi 13 orang siswa (86.67%).

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka beberapa saran yang diberikan sebagai berikut.

1. Bagi guru

Model pembelajaran Quantum Teaching dapat dijadikan salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran IPA materi pokok daur air. Dengan menerapkan model Quantum Teaching, guru dapat meningkatkan aktivitas siswa secara optimal dan menumbuhkan minat dan motivasi untuk


(3)

99

memberikan batasan waktu pada setiap tahapannya, mengingat banyaknya tahapan dalam model pembelajaran Quantum Teaching.

2. Peneliti lain

Agar menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pelaksanaan pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching, sehingga diperoleh hasil penelitian yang lebih maksimal lagi.


(4)

Anesia, Rita. 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI POKOK DAUR AIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2009). Guru dan Pembelajran Bermutu. Bandung: Rizqi Press

A’la, M. (2010). Quantum Teaching. Yogyakarta: Diva Press.

Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Azmiyawati, C. dkk. (2008). IPA 5 Saling Temas. Jakarta: Pusat Perbukuan

Departemen Pendidikan Nasional

BSNP. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

DePorter, B. dkk. (2007). Quantum Teaching Mempraktikkan Quantum Learning di

Ruang- ruang Kelas (terjemahan Ary Nilandari). Bandung: Kaifa.

Herry, A. H., Asra., & Dewi, L. (2007). Belajar Pembelajaran SD. Bandung: UPI PRESS.

Ibayati, Y. dkk. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SD dan MI Kelas V. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Kesuma, D., & Salimi, M. (2011). Indikator Capaian Kompetensi Pedoman dan Teori Rencana Pelaksanaann Pembelajaran (Bahan Ajar Mata Kuliah

Perencanaan Pembelajaran Sekolah Dasar). Bandung : Tidak diterbitkan.

Kusumah, W., & Dwitagama, D. (2010). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta : PT Indeks.

Mega Natalia, M,, & Islami Dewi, K. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Tinta Emas Publishing

Muharam, A., & Rositawaty. (2008) . Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam 5. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.


(5)

Anesia, Rita. 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI POKOK DAUR AIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Riduwan. (2010). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru - Karyawan danPeneliti

Pemula. Bandung : Alfabeta.

Samatowa, U. (2010). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks Sanjaya, W. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Predana Media

Group

Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Sulistyanto, H., & Wiyono, E. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam 5. Jakarta :Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Susanto, A. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Uno, H. (2009). Teori Motivasi dan pengukurannnya. Jakarta: Bumi Aksara.

Uno, H., & Muhamad. (2011). Belajardengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: Bumi Aksara.

Wahyono, B., & Nurachmandani, S. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SD/MI

Kelas V. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Widodo, A., Wuryastuti, S., & Margareta. (2010). Pendidikan IPA SD. Bandung: UPI PRESS.

Gumilar, K. (2013). Penerapan Model Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R) untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa pada

Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. (Skripsi). Fakultas Ilmu Pendidikan,

Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Nurwahyu, A. (2013). Penerapan Metode Quantum Teaching untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SD Pada Mata Pelajaran Matematika Materi Pokok Perbandingan Dan Skala (Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas V SDN

Barunagri Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat). (Skripsi).


(6)

Anesia, Rita. 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI POKOK DAUR AIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sanusi, I. (2012). Penggunaan Perangkat Lunak CX- Programmer untuk

Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Membuat Rangkaian Kontrol Motor

Listrik Tiga Fasa. (Skripsi). Fakultas Teknologi dan Kejuruan, Universitas

Pendidikan Indonesia, Bandung.

Sari, G. P (2014). Penerapan Model Quantum Teaching Melalui Media Kartu Domino untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Bilangan Romawi Siswa

Kelas IV SDN VII Baturetno. (Tesis). Universitas Sebelas Maret, Semarang.

Setyastuti, D. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing pada Mata Pelajaran IPA Materi Proses Daur Air untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. (Skripsi). Fakultas Ilmu Pendidikan,

Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.