PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP KALOR SISWA SMP.

(1)

Asep Teguh Gumilar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Kalor Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP KALOR

SISWA SMP

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Fisika

Oleh

Asep Teguh Gumilar 0706757

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Asep Teguh Gumilar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Kalor Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

LEMBAR HAK CIPTA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP KALOR

SISWA SMP

Oleh Rukmana

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Rukmana 2012

Universitas Pendidikan Indonesia Juni 2012

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

Asep Teguh Gumilar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Kalor Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP KALOR

SISWA SMP

Oleh:

Asep Teguh Gumilar NIM 0706757

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I

Asep Sutiadi, M.Si NIP. 197009081997021001

Pembimbing II

Agus Fany Chandra Wijaya, M.Pd NIP. 198108122005011003

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Fisika

Dr. Ida Kaniawati, M.Si NIP 196807031992032001


(4)

i

Asep Teguh Gumilar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Kalor Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP KALOR

SISWA SMP

Asep Teguh Gumilar NIM. 0706757

Pembimbing I: Asep Sutiadi, M.Si

Pembimbing II: Agus Fany Chandra Wijaya, M.Pd Jurusan Pendidikan Fisika, FPMIPA-UPI Bandung Tahun 2013

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya peningkatan pemahaman konsep fisika siswa. Penelitian bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa SMP pada pokok bahasan kalor setelah diterapkan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen dengan desain penelitian one group pretest-posttest design. Subjek penelitian menggunakan satu kelas yang ditentukan secara purposive sampling, jumlahnya 41 orang. Data dikumpulkan melalui tes pemahaman – informasi sebanyak 32 butir soal, tes pemahaman – prosedur mental 10 butir soal, dan unjuk kerja pemahaman – prosedur psikomotor lima butir indikator. Hasil penelitian setelah diterapkan model PBM menunjukkan bahwa keterlaksanaan model PBM dilaksanakan dengan baik oleh guru dan siswa, pemahaman - informasi efektif mengalami peningkatan dengan gain ternormalisasi sebesar 0,54dengan kategori sedang, pemahaman - prosedur mental secara keseluruhan memiliki skor rata-rata 72,49%, pemahaman - prosedur psikomotor secara keseluruhan memiliki skor rata-rata 67,96%. Respon siswa adalah 59,50% menyatakan setuju dengan penerapan model PBM. Kesimpulannya adalah model PBM dapat meningkatkan pemahaman konsep kalor siswa SMP dengan gain ternormalisasi 0,54yang dikategorikan sedang.


(5)

ii

Asep Teguh Gumilar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Kalor Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

APPLICATION OF PROBLEM BASED LEARNING MODEL TO ENHANCE LEVEL COMPREHENSION ON SUBJECT HEAT OF

STUDENT IN JUNIOR HIGHSCHOOL Asep Teguh Gumilar

NIM. 0706757 1st Guidance: Asep Sutiadi, M.Si

2nd Guidance: Agus Fany Chandra Wijaya, M.Pd

Department of Physics Education, FPMIPA-UPI Bandung 2013

ABSTRACT

Research background was the importance of enhanced level physica

comprehension student’s. This study aimed to determine the increase of level

comprehension of junior high school student’s on the subject of heat after a problem based learning (PBL) model was applied. Research method used in this study was quasi experiment with research design used in this study was one group pretest-posttest design and the sample was determined purposively. This sample

are VII class, this class are 41 student’s. The files are collect through

comprehension - information test are 32 numbers, comprehension - mental procedure test are 10 numbers, and comprehension - phsycomotor procedure observation five indicators. The results was applied PBL showed that carried out

PBL better by teacher and student’s, comprehension - information was increase effectively with <g> is 0,54 with category medium, comprehension - mental procedure with mean score 72,49%, comprehension - phsycomotor procedure with mean score 72,49%. Students respons are 59,50% declare agree PBL was applied. The conclusion that PBL can to enhance level comprehension was increase with <g> is 0,54 with category medium.


(6)

v

Asep Teguh Gumilar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Kalor Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Batasan Masalah... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 9

F. Variabel Penelitian ... 9

G. Definisi Operasional... 9

BAB II MODEL PBM DAN PEMAHAMAN KONSEP ... 11

A. Model PBM ... 11

B. Pemahaman Konsep ... 18

C. Kaitan PBM dengan Pemahaman Konsep Taksonomi Marzano .. 46


(7)

vi

Asep Teguh Gumilar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Kalor Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III METODE PENELITIAN ... 48

A. Metode dan Desain Penelitian ... 48

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 49

C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 49

D. Prosedur dan Alur Penelitian ... 52

E. Teknik Analisis Uji Coba Instrumen Tes ... 55

F. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Tes ... 59

G. Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 61

H. Teknik Pengolahan Data ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 68

A. Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Model PBM ... 68

B. Respon Siswa terhadap Model PBM... 74

C. Hasil Penelitian ... 76

D. Pembahasan ... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 86

A. Kesimpulan ... 86

B. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 88


(8)

1

Asep Teguh Gumilar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Kalor Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan hasil evaluasi kegiatan pembelajaran pada beberapa pokok bahasan fisika kelas VII B semester ganjil di salah satu SMPN di Kabupaten Bandung Barat diperoleh nilai rata-rata pokok bahasan besaran dan satuan 64, nilai rata-rata pokok bahasan suhu dan pengukuran 59 serta pemuaian 57. Nilai tersebut masih di bawah KKM yang ditetapkan, yaitu 65.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan dengan memberikan soal pilihan ganda tentang pemahaman konsep yang berorientasi pada Teori Marzano (2008) dalam aspek integrating dan symbolizing pada materi pemuaian kelas VII B diperoleh hasil 56,09% siswa yang mampu menjawab benar pada aspek integrating

dan 48,78% siswa yang mampu menjawab benar pada aspek symbolizing (jika semua aspek digabungkan dan dirata-ratakan, maka nilai rata-rata kelas tersebut adalah 56,8). Terjadinya penurunan nilai rata-rata tersebut mengindikasikan bahwa tingkat pemahaman konsep siswa pun cenderung menurun (berdasarkan keterangan dari guru, kemampuan akademik seluruh siswa kelas VII B memiliki karakteristik yang sama). Padahal ketercapaian standar kompetensi menurut PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat 6 menyatakan standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan dimaksudkan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.


(9)

Asep Teguh Gumilar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Kalor Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Rendahnya pemahaman konsep fisika diduga ada kaitannya dengan proses pembelajaran yang terjadi. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa dan guru mata pelajaran fisika di sekolah tersebut menyatakan bahwa siswa hampir tidak pernah melakukan percobaan, kecuali kelas IX hanya tiga sampai enam kali dalam satu semester. Saat peneliti melakukan observasi selama tiga kali di sekolah tersebut guru fisika mengajar tidak menerapkan model pembelajaran apapun. Metode pembelajaran yang digunakan guru adalah metode ceramah. Pembelajaran didominasi oleh guru dalam mengajarkan materi dan siswa pasif mendengarkan. Keterlaksanaan pembelajaran pun tidak berjalan sesuai dengan yang direncanakan oleh guru tersebut. Ada empat langkah dari 11 langkah yang tidak dilakukan padahal terdapat di skenario pembelajaran (RPP) yang telah dibuat oleh guru tersebut. Siswa sebagian besar 58,54% tidak merespon pembelajaran yang terjadi, hal ini dapat terlihat pada saat guru menjelaskan materi pelajaran, banyak siswa yang tidak memperhatikan dan tidak jarang siswa bercanda dengan teman sebangkunya (berdasarkan hasil wawancara, 90,24% siswa mengatakan tidak menyukai cara belajar seperti ini). Hal inilah yang juga memungkinkan pelajaran fisika dirasakan sulit oleh sebagian besar siswa (berdasarkan hasil wawancara, 97,56% siswa mengatakan pelajaran fisika sulit).

Penumpukkan informasi/konsep (hafalan) pada subjek didik dapat saja kurang bermanfaat bahkan tidak bermanfaat sama sekali kalau hal tersebut hanya dikomunikasikan oleh guru kepada subjek didik melalui satu arah seperti menuang air ke dalam gelas (Rampengan dalam Trianto 2007: 65). Walaupun demikian ada siswa yang mampu memiliki tingkat hafalan yang baik terhadap


(10)

Asep Teguh Gumilar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Kalor Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

materi yang diterimanya, namun kenyataannya kurang memahami dan mengerti secara mendalam pengetahuan yang bersifat hapalan tersebut (Depdiknas 2002:1).

Undang-undang Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, serta keterampilan proses yang diperlukan dalam kehidupan. Pembelajaran secara aktif tersebut dijelaskan lebih lanjut dalam Permen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41/2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan yang menyatakan bahwa pembelajaran secara aktif dilakukan dengan mengolah pengalaman dengan cara mendengar, membaca, menulis, mendiskusikan, merefleksi rangsangan, dan memecahkan masalah. Dengan demikian, upaya pengembangan pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural dapat dilakukan melalui proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat kegiatan yang berorientasi pada pemecahan masalah. Jika guru mengajar siswa menggunakan metode ceramah (siswa pasif), tidak akan terbentuk proses pemecahan masalah yang diperlukan dalam kehidupan sesuai dengan apa yang diamanatkan UU. Nomor 20/2003.

Proses pembelajaran di sekolah (kelas) harus direncanakan dengan benar agar mencapai tujuan yang diharapkan sesuai dengan uraian di atas. Dalam merencanakan proses pembelajaran harus digunakan suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas untuk menentukan


(11)

Asep Teguh Gumilar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Kalor Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

perangkat pembelajaran sehinga tujuan pembelajaran tercapai yang disebut sebagai model pembelajaran (Joyce dalam Trianto 2007: 5).

Berdasarkan uraian di atas maka dibutuhkan suatu model pembelajaran yang mampu memfasilitasi terjadinya proses latihan berpikir untuk mengembangkan pemahaman konsep fisika siswa bukan hanya sekedar hafalan. Jika dikaji dari karakteristik siswa kelas VII A,B, dan C 97,56% tertarik kepada masalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan kegiatan praktikum (berdasarkan hasil wawancara). Sehingga salah satu alternatif solusinya adalah dengan menerapkan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM), karena dalam model PBM siswa diperkenalkan pada konsep melalui masalah yang terjadi di lingkungannya dengan harapan bahwa masalah yang diangkat bisa memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam memahami konsep yang harus mereka kuasai.

Menurut Sanjaya (2006), model PBM memiliki beberapa keunggulan yaitu: Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran; dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru baginya; dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata; dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata. Disamping memiliki kelebihan, model PBM juga memiliki kelemahan, adapun kelemahan dari PBM diantaranya, untuk sebagian siswa beranggapan bahwa tanpa pemahaman mengenai materi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah


(12)

Asep Teguh Gumilar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Kalor Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mengapa mereka harus berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

Penilaian yang selama ini digunakan oleh guru – guru di sekolah adalah penilaian berbasis kelas. Dalam teknik penilaian biasanya guru menggunakan tes tertulis (paper and pencil), sedangkan teknik lain jarang atau bahkan tidak pernah dilakukan. Sasaran penilaian biasanya menggunakan teori Bloom (1956) dan hanya pada ranah kognitif. Hal tersebut membuat penilaian tidak optimal dilakukan oleh guru. Kelemahan teori Bloom (1956) diantaranya terlalu memberikan perhatian yang lebih pada pengingatan (pengetahuan) dan meminta adanya kenetralan. Selama masih menggunakan kata benda, orientasi pembelajaran adalah pada produk, padahal belajar adalah sebuah proses. Pengetahuan merupakan hasil berpikir bukan proses berfikir. Padahal penilaian berbasis kelas sebetulnya tidak hanya menggunakan teori Bloom (1956) yang selama ini selalu digunakan oleh para guru termasuk di sekolah ini, ada teori lain salah satunya adalah teori Marzano (2008).

Buku Taksonomi Baru yang dibuat oleh R. J. Marzano (2008) di dalam buku tersebut dijelaskan bahwa pembelajaran merupakan sebuah proses untuk mendapatkan pengetahuan, contohnya pada tingkatan pemahaman melibatkan dua proses kognitif yaitu integrating (menggabungkan) dan symbolizing

(menyimbolkan). Menurut Marzano penilaian banyak ragamnya, penilaian di kelas harus mengacu pada tiga jenis pengetahuan yaitu informasi, prosedur mental, dan prosedur psikomotor. Siswa dapat memperoleh informasi melalui literatur seperti buku. Siswa dapat memperoleh prosedur mental melalui berfikir cara menemukan


(13)

Asep Teguh Gumilar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Kalor Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

konsep – konsep seperti bereaksi, mencari, dan membaca. Siswa dapat memperoleh prosedur psikomotor melalui kegiatan (aktivitas) seperti melakukan percobaan, partisipasi di kelas, bekerja kelompok, dan merespon. Adapun kelebihan taksonomi Marzano dibandingkan taksonomi Bloom adalah taksonomi Marzano membedakan antara “tahu tentang sesuatu” (knowing what), isi dari pemikirannya itu sendiri, dan “tahu tentang bagaimana melakukannya” (knowing how), sebagaimana prosedur yang digunakan untuk menyelesaikan masalah.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, peneliti ingin meneliti model PBM untuk mengaitkan/meningkatkan pemahaman dalam Taksonomi Baru yang di jelaskan lebih lanjut oleh R. J. Marzano, maka penelitian ini diberi judul “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Kalor Siswa SMP”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Bagaimanakah peningkatan pemahaman konsep kalor siswa SMP setelah diterapkan model PBM?”. Permasalahan ini dapat dijabarkan melalui pertanyaan penelitian yang dikembangkan sebagai berikut:

1. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model PBM dalam meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa?

2. Bagaimana peningkatan pemahaman konsep fisika siswa pada dimensi pengetahuan - informasi setelah diterapkan model PBM?


(14)

Asep Teguh Gumilar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Kalor Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Bagaimana profil peningkatan pemahaman konsep fisika siswa pada dimensi pengetahuan - prosedur mental selama diterapkan model PBM?

4. Bagaimana profil peningkatan pemahaman konsep fisika siswa pada dimensi pengetahuan - prosedur psikomotor selama diterapkan model PBM?

5. Bagaimana respon siswa terhadap penerapan model PBM dalam pembelajaran fisika?

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka pembatasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pemahaman adalah proses dari urutan atau struktur pengetahuan, sintesis dan gambarannya secara mendasar untuk pemahaman dasar atau awal. Menurut Marzano (2008) pemahaman terdiri dari dua aspek, yaitu integrating

(menggabungkan) dan symbolizing (menyimbolkan). Integrating

(menggabungkan) melibatkan pengubahan kunci karakteristik dan mengorganisir pengetahuan menjadi bentuk umum. Symbolizing

(menyimbolkan) adalah menerjemahkan pemahaman menjadi berbagi jenis grafik representasi.

2. Peningkatan pemahaman konsep fisika siswa pada dimensi pengetahuan - informasi yang dimaksud adalah perubahan yang ditunjukkan oleh perolehan gain ternormalisasi menurut Hake (1998) dari skor pretest dan posttest yang dilakukan sebelum dan sesudah penerapan model PBM.


(15)

Asep Teguh Gumilar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Kalor Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Profil peningkatan pemahaman konsep fisika siswa pada dimensi pengetahuan - prosedur mental dan prosedur psikomotor yang dimaksud adalah perubahan pada tiap pembelajaran yang ditunjukkan oleh persentase rata-rata pada tiap indikator dimensi pengetahuan prosedur mental dan prosedur psikomotor yang diteliti.

4. Respon siswa dilihat dari persentase respon siswa terhadap penerapan model PBM melalui pengisian angket.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan penelitian di atas, maka tujuan umum dan tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Mengetahui peningkatan pemahaman konsep kalor siswa SMP setelah diterapkan model PBM.

2. Tujuan Khusus:

a. Mengetahui keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model PBM dalam meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa.

b. Mengetahui peningkatan pemahaman konsep fisika siswa pada dimensi pengetahuan - informasi setelah diterapkan model PBM.

c. Mengetahui profil peningkatan pemahaman konsep fisika siswa pada dimensi pengetahuan - prosedur mental selama diterapkan model PBM.

d. Mengetahui profil peningkatan pemahaman konsep fisika siswa pada dimensi pengetahuan - prosedur psikomotor selama diterapkan model PBM.


(16)

Asep Teguh Gumilar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Kalor Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu e. Mengetahui respon siswa terhadap model PBM.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil dan temuan penelitian ini dapat dijadikan bukti empiris tentang pengaruh penerapan PBM terhadap pemahaman konsep fisika siswa SMP yang berorientasi pada Teori Marzano dan sebagai bahan pertimbangan bagi yang berkepentingan dalam memutuskan untuk menerapkan pembelajaran ini dalam pembelajaran fisika.

2. Hasil dan temuan serta prasarana pendukungnya yang dikembangkan melalui penelitian ini, diharapkan dapat dijadikan bahan referensi atau pembanding bagi semua pihak yang bermaksud untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang beririsan.

F. Variabel Penelitian

Variabel pada penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas pada penelitian ini adalah model PBM.

2. Variabel terikat pada penelitian ini adalah pemahaman konsep.

G. Definisi Operasional

Berdasarkan variabel-variabel penelitian yang digunakan, maka untuk mengoperasionalkan variabel-variabel penelitian digunakan definisi operasional sebagai berikut:


(17)

Asep Teguh Gumilar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Kalor Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Model PBM merupakan sebuah model pembelajaran yang menggunakan permasalahan sebagai pendekatan yang dihadapkan pada siswa untuk belajar. PBM pada penelitian ini terdiri dari lima tahap pembelajaran yaitu orientasi siswa pada masalah, pengorganisasian siswa untuk belajar, penyelidikan individual atau kelompok, pengembangan dan penyajian hasil karya, analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Keterlakasanaan penerapan model ini diukur melalui observasi secara langsung ketika proses pembelajaran berlangsung, melalui lembar observasi aktivitas guru dan siswa.

2. Pemahaman terdiri dari dua dimensi, yaitu dimensi proses dan dimensi pengetahuan. Dimensi proses melibatkan dua aspek, yaitu integrating

(menggabungkan) dan symbolizing (menyimbolkan). Dimensi pengetahuan meliputi: Informasi, prosedur mental, dan prosedur psikomotor. Pemahaman konsep fisika siswa pada dimensi pengetahuan - informasi diukur melalui

pretest dan posttest berbentuk tes pilihan ganda terhadap pokok bahasan kalor, peningkatan pemahaman konsep fisika siswa pada dimensi pengetahuan - prosedur mental diukur dengan tes uraian dalam LKS terhadap pokok bahasan kalor, dan peningkatan pemahaman konsep fisika siswa pada dimensi pengetahuan - prosedur psikomotor diukur dengan cara penilaian unjuk kerja melalui lembar observasi unjuk kerja siswa.


(18)

48

Asep Teguh Gumilar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Kalor Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannnya (Arikunto, 2006:160). Dalam penelitian ini digunakan metode quasi eksperimen atau eksperimen semu dengan menggunakan satu sampel penelitian yaitu kelompok eksperimen saja tanpa ada kelompok kontrol atau kelompok pembanding. Kelompok eksperimen dalam penelitian ini adalah kelompok yang akan mendapatkan model PBM. Adapun desain penelitiannya adalah one group pretest-posttest design. Desain ini digambarkan sebagai berikut:

Pretest Treatment Posttest

T1 X T2

Gambar 3.1. Desain Penelitian One Group Pretest-Posttest Design Keterangan:

T1 = tes awal (pretest)

X = perlakuan (treatment) dengan menggunakan model PBM T2 = tes akhir (posttest)

Dalam penelitian ini, sampel penelitian akan diberi perlakuan (treatment) yaitu berupa model PBM sebanyak empat kali (empat kali pembelajaran). Satu minggu sebelum pembelajaran, sampel penelitian diberi tes awal (pretest), kemudian dilanjutkan dengan treatment dengan menggunakan model PBM dan berakhir dengan pemberian tes akhir (posttest) satu minggu setelah pembelajaran


(19)

Asep Teguh Gumilar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Kalor Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

terakhir. Instrumen soal yang digunakan untuk pretest dan posttest pada penelitian ini adalah soal yang sama untuk mengukur pemahaman konsep fisika siswa.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Arikunto (2006: 130) populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Sedangkan sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti yang dianggap mewakili populasi tertentu dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu (Sudjana, 2006: 6).

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester ganjil tahun ajaran 2012/2013 di salah satu SMP Negeri di Kabupaten Bandung Barat. Sampel penelitian diambil satu kelas secara purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel yang digunakan adalah kelas VII B, dikarenakan kelas VII B dianggap lebih aktif berbicara, bereksperimen, dibandingkan kelas lain, keaktifan ini diperlukan oleh peneliti dalam memperoleh hasil pengetahuan yang bersifat prosedural.

C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2006: 160). Sedangkan teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dilakukan untuk memperoleh data-data yang mendukung pencapaian tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(20)

Asep Teguh Gumilar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Kalor Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 1. Tes

Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mendapatkan data atau informasi yang dirancang khusus sesuai dengan karakteristik yang diinginkan penilai (Munaf, 2001: 6). Dalam penelitian ini tes yang digunakan adalah berupa tes tertulis yaitu tes pemahaman konsep fisika siswa pada dimensi pengetahuan – informasi dan prosedur mental.

a. Tes Pemahaman Konsep Fisika Siswa pada Dimensi Pengetahuan - Informasi Tes pemahaman konsep fisika siswa pada dimensi pengetahuan – informasi yang digunakan berupa tes objektif dalam bentuk pilihan ganda dengan empat pilihan. Dalam penelitian ini pemahaman konsep fisika siswa pada dimensi pengetahuan – informasi yang diukur berdasarkan taksonomi Marzano yang meliputi aspek pemahaman dinyatakan dengan integrating dan symbolizing

(untuk lebih rinci dapat dilihat Tabel di lampiran halaman 160).

Sebaran soal tes yang telah disusun berdasarkan langkah-langkah tersebut disajikan dalam tabel dibawah ini untuk tes pemahaman konsep fisika siswa pada dimensi pengetahuan – informasi sebagai berikut:

Tabel 3.1. Sebaran Soal Tes Pemahaman Konsep Fisika Siswa pada Dimensi Pengetahuan - Informasi

Aspek

No. Soal Tiap Materi Pembelajaran

Jumlah Aspek Tiap Materi Pembelajaran

I II III IV I II III IV TOTAL

Integrating 1,2,1

3,15 4,5,6,11, 12,17, 18,19 24,25,2 6, 27,29 34,35, 36,38, 39,44, 45,46

4 8 5 8 25

Symbolizing 3,14

7,8,9,10, 16,20, 21,22,23 28,30,3 1, 32,33 37,40, 41,42, 43,47

2 9 5 6 22


(21)

Asep Teguh Gumilar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Kalor Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b. Tes Pemahaman Konsep Fisika Siswa pada Dimensi Pengetahuan - Prosedur Mental

Tes pemahaman konsep fisika siswa pada dimensi pengetahuan - prosedur mental yang digunakan berupa tes uraian yang terintegrasi dalam LKS (untuk lebih jelas dapat dilihat di lampiran halaman 148).

2. Observasi

Observasi merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati (Sudjana, 2006: 156). Dalam penelitian ini observasi digunakan untuk mengukur pemahaman konsep fisika siswa pada dimensi pengetahuan – prosedur psikomotor. Untuk mengetahui keterlaksanaan model PBM digunakan observasi aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran.

a. Observasi Pemahaman Konsep Fisika Siswa pada Dimensi Pengetahuan - Prosedur Psikomotor

Observasi pemahaman konsep fisika siswa pada dimensi pengetahuan - prosedur psikomotor dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui secara langsung pemahaman konsep fisika siswa pada dimensi pengetahuan - prosedur psikomotor saat pembelajaran. Instrumen ini berupa lembar observasi yang menunjukkan jumlah siswa yang melakukan kegiatan sesuai dengan pemahaman konsep fisika siswa pada dimensi pengetahuan - prosedur psikomotor yang telah ditentukan. Lembar observasi pemahaman konsep fisika siswa pada dimensi pengetahuan - prosedur psikomotor selengkapnya dapat dilihat di lampiran halaman 146.


(22)

Asep Teguh Gumilar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Kalor Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu b. Observasi Aktivitas Guru dan Siswa

Observasi aktivitas guru dan siswa dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model PBM dengan menggunakan lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Lembar observasi aktivitas guru dan siswa selengkapnya dapat dilihat di lampiran halaman 143 dan 144.

Lembar observasi yang telah dibuat dikoordinasikan kepada observer yang akan mengikuti dalam proses penelitian agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap lembar observasi tersebut.

3. Angket Respon Siswa

Respon siswa terhadap penerapan model PBM. Respon tersebut diperoleh melalui angket respon siswa. Angket respon siswa dapat dilihat di lampiran halaman 232.

D. Prosedur Penelitian dan Alur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Telaah kurikulum, dilakukan untuk mengetahui kompetensi dasar yang hendak dicapai dalam pembelajaran.

b. Studi literatur, hal ini dilakukan untuk memperoleh teori yang melandasi penelitian yaitu mengenai model PBM dan pemahaman konsep fisika siswa. c. Melakukan studi pendahuluan dengan tujuan agar memperoleh gambaran


(23)

Asep Teguh Gumilar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Kalor Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu d. Menentukan sampel penelitian.

e. Menyusun perangkat pembelajaran.

f. Membuat dan menyusun instrumen penelitian. g. Melakukan uji coba dan analisis instrumen penelitian 2. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan ialah menerapkan model PBM selama empat kali pembelajaran. Adapun tahapannya meliputi:

a. Memberikan tes awal (pretest).

b. Memberikan perlakuan (treatment) yaitu dengan menggunakan model PBM selama empat kali pembelajaran.

c. Selama pembelajaran, memberikan tes pemahaman konsep fisika siswa pada dimensi pengetahuan – prosedur mental, observer melakukan observasi terhadap aktivitas guru dan siswa serta pemahaman konsep fisika siswa pada dimensi pengetahuan – prosedur psikomotor.

d. Memberikan tes akhir (posttest).

3. Tahap Pengolahan Data dan Pelaporan

a. Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian. b. Membahas hasil penelitian.


(24)

Asep Teguh Gumilar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Kalor Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Alur penelitian dapat digambarkan seperti Bagan di bawah ini:

Gambar 3.2. Bagan Alur Penelitian Studi Pendahuluan

Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Studi Literatur

Judgement Perancangan Model

Pembelajaran

Perancangan Instrumen Judgement

Revisi Uji Coba

Revisi Revisi

Tes Awal

Perlakuan

Tes Akhir

Pembahasan

Kesimpulan Observasi

Analisis Proses Pembelajaran

Penilaian Unjuk Kerja PP Kelas VII

Pembelajaran Pertama Pembelajaran Kedua Pembelajaran Ketiga Pembelajaran Keempat

Pretest

Posttest

Tes PM


(25)

Asep Teguh Gumilar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Kalor Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu E. Teknik Analisis Uji Coba Instrumen Tes

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian terlebih dahulu diuji coba di salah satu kelas yang berada di sekolah tempat penelitian dilaksanakan. Hal ini dimaksudkan supaya data yang diperoleh adalah data yang benar sehingga dapat menggambarkan kemampuan subyek penelitian dengan tepat. Data yang diperoleh dari hasil uji coba kemudian dianalisis dengan uji validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran untuk memperoleh keterangan layak atau tidaknya soal digunakan dalam penelitian.

1. Analisis Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu tes. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Nilai validitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien produk moment. Validitas soal dapat dihitung dengan menggunakan perumusan:

)) ) ( )( ) ( (( ) )( ( 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N rxy            ……...………(3.1)

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan.

X = skor tiap butir soal. Y = skor total tiap butir soal. N = jumlah siswa.

Kategori validitas dari setiap butir soal yang telah diujicobakan dapat ditentukan berdasarkan klasifikasi validitas butir soal pada Tabel 3.2 di bawah ini.


(26)

Asep Teguh Gumilar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Kalor Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.2. Klasifikasi Validitas Butir Soal

Nilai rxy Kriteria

1,00 Sempurna

0,80-0,99 Sangat Tinggi

0,60-0,79 Tinggi

0,40-0,59 Cukup

0,20-0,39 Rendah

0,00-0,19 Sangat Rendah

(Arikunto, 2010: 75)

2. Analisis Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg atau tidak berubah-ubah walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda (Syambasri Munaf, 2001:59). Nilai reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien reliabilitas. Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes adalah dengan menggunakan rumus K-R 20 karena jumlah soal ganjil. Reliabilitas tes dapat dihitung dengan menggunakan perumusan:

) )(

1

( 2

2 11

s pq s

n n

r 

 ………...………(3.2)

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q=1-p) Σpq = jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = banyaknya item

S = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians) ( Arikunto, 2010: 100-101)


(27)

Asep Teguh Gumilar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Kalor Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.3. Interpretasi Reliabilitas

11

r Kriteria reliabilitas 0,81  r11 1,00 Sangat Tinggi

0,61 r11 0,80 Tinggi 0,41  r11 0,60 Cukup 0,21  r11 0,40 Rendah 0,00 r11 0,20 Sangat Rendah (Arikunto, 2010:75)

3. Analisis Daya Pembeda

Daya pembeda butir soal adalah kemampuan butir soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. (Arikunto, 2010: 211)

Daya pembeda butir soal dapat ditentukan dengan rumusan sebagai berikut.

B A R B A A

P P J B J B

D    ………...……….…………(3.3)

Keterangan:

D = Daya pembeda butir soal

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar

JA = Banyaknya peserta kelompok atas

JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar


(28)

Asep Teguh Gumilar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Kalor Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kategori daya pembeda butir soal yang telah diujicobakan dapat ditentukan berdasarkan interpretasi daya pembeda butir soal pada Tabel 3.4 di bawah ini.

Tabel 3.4. Interpretasi Daya Pembeda Nilai Daya Pembeda Tingkat Kesukaran

Negatif Soal dibuang

0,00-0,20 Jelek

0,20-0,40 Cukup

0,40-0,70 Baik

0,70-1,00 Baik Sekali

(Arikunto, 2010: 218)

4. Analisis Tingkat Kesukaran

Analisis tingkat kesukaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal tersebut tergolong mudah atau sukar. Tingkat kesukaran suatu butir soal merupakan gambaran mengenai sukar atau tidaknya suatu butir soal. Tingkat kesukaran dapat juga disebut sebagai taraf kemudahan. Tingkat kesukaran dihitung dengan menggunakan perumusan:

N N N F

TK  tr ……...………(3.4)

Keterangan :

TK = F = Tingkat Kesukaran atau Taraf Kemudahan

Nt = Jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok atas

Nr = Jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok bawah

N = Jumlah siswa pada kelompok atas ditambah jumlah siswa pada kelompok bawah


(29)

Asep Teguh Gumilar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Kalor Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kategori tingkat kesukaran butir soal yang telah diujicobakan dapat ditentukan berdasarkan kategori validitas butir soal pada Tabel 3.5 di bawah ini.

Tabel 3.5. Kategori Tingkat Kesukaran

Nilai F Tingkat Kesukaran

0,00-0,25 Sukar

0,26-0,75 Sedang

0,76-1,00 Mudah

(Arikunto, 2010: 210)

F. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Tes

Sebelum instrumen tes pemahaman konsep fisika siswa pada dimensi pengetahuan – informasi digunakan dalam penelitian, instrumen tes terlebih dahulu diujicobakan di sekolah yang sama dengan tempat penelitian. Data hasil uji coba instrumen tes kemudian dianalisis untuk mengetahui layak atau tidaknya instrumen tes dipakai dalam penelitian. Data hasil uji coba instrumen penelitian yang telah dianalisis validitas, tingkat kesukaran, daya pembeda dan reliabilitasnya dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut:

Tabel 3.6. Analisis Validitas, Daya Pembeda, dan Tingkat Kesukaran Nomor

soal

Validitas Daya Pembeda Tingkat

Kesukaran Keterangan

Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori

1 -0,24 Tidak valid -0,09 Jelek sekali 0,74 Mudah Dibuang

2 0,36 Rendah 0,41 Baik 0,85 Mudah Digunakan

3 0,44 Cukup 0,41 Baik 0,79 Mudah Digunakan

4 -0,1 Tidak valid -0,1 Jelek sekali 0,1 Sukar Dibuang

5 0,43 Cukup 0,5 Baik 0,82 Mudah Digunakan

6 0,49 Cukup 0,6 Baik 0,69 Sedang Digunakan

7 -0,1 Tidak valid -0,1 Jelek sekali 0,38 Sedang Dibuang

8 0,38 Rendah 0,4 Baik 0,87 Mudah Digunakan

9 0,3 Rendah 0,2 Jelek 0,92 Mudah Digunakan

10 0,4 Cukup 0,4 Baik 0,74 Sedang Digunakan

11 0,46 Cukup 0,6 Baik 0,77 Mudah Digunakan

12 0,48 Cukup 0,6 Baik 0,69 Sedang Digunakan

13 0,5 Cukup 0,6 Baik 0,59 Sedang Digunakan


(30)

Asep Teguh Gumilar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Kalor Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Lanjutan Tabel 3.6. Nomor

soal

Validitas Daya Pembeda Tingkat

Kesukaran Keterangan

Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori

15 0,67 Tinggi 0,7 Baik 0,72 Sedang Digunakan

16 -0,06 Tidak valid -0,1 Jelek sekali 0,18 Sukar Dibuang 17 -0,15 Tidak valid -0,2 Jelek sekali 0,38 Sedang Dibuang 18 -0,19 Tidak valid -0,2 Jelek sekali 0,51 Sedang Dibuang

19 0,47 Cukup 0,4 Baik 0,85 Mudah Digunakan

20 0,57 Cukup 0,7 Baik 0,72 Sedang Digunakan

21 0,47 Cukup 0,4 Baik 0,85 Mudah Digunakan

22 0,57 0,6 Baik 0,82 Mudah Digunakan

23 -0,08 Tidak valid -0,2 Jelek sekali 0,28 Sedang Dibuang 24 0,66 Tinggi 0,8 Baik Sekali 0,74 Sedang Digunakan 25 -0,2 Tidak valid -0,3 Jelek sekali 0,79 Mudah Dibuang

26 0,56 Cukup 0,6 Baik 0,62 Sedang Digunakan

27 -0,13 Tidak valid -0,1 Jelek sekali 0,05 Sukar Dibuang 28 0,73 Baik Sekali 0,9 Baik Sekali 0,59 Sedang Digunakan 29 -0,14 Tidak valid -0,2 Jelek sekali 0,54 Sedang Dibuang 30 0,75 Tinggi 0,9 Baik Sekali 0,67 Sedang Digunakan 31 -0,07 Tidak valid -0,1 Jelek sekali 0,15 Sukar Dibuang 32 0,58 Cukup 0,9 Baik Sekali 0,54 Sedang Digunakan

33 0,24 Rendah 0,3 Cukup 0,51 Sedang Digunakan

34 0,59 Cukup 0,7 Baik 0,62 Sedang Digunakan

35 0,75 Tinggi 1 Baik Sekali 0,56 Sedang Digunakan 36 -0,08 Tidak valid 0 Jelek 0,23 Sukar Dibuang

37 0,27 Rendah 0,4 Baik 0,36 Sedang Digunakan

38 -0,2 Tidak valid -0,1 Jelek sekali 0,46 Sedang Dibuang 39 0,19 Sangat

rendah

0,2 Cukup 0,36 Sedang Digunakan

Adapun hasil uji reliabilitas dengan menggunakan rumus K-R 20 diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,75 yang termasuk kategori tinggi. Artinya instrumen ini sudah menghasilkan skor yang ajeg yaitu dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang konsisten walaupun diujikan pada kondisi yang berbeda (untuk lebih rinci dapat dilihat Tabel di lampiran halaman 229).

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 3.6. tampak bahwa dari 47 item soal yang diujicobakan, 32 soal dapat digunakan sebagai instrumen penelitian dan 15


(31)

Asep Teguh Gumilar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Kalor Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

soal dibuang karena nilai validitas tedapat pada kategori tidak valid serta daya pembedanya terdapat pada kategori jelek atau jelek sekali.

G. Data dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.

1. Data Kuantitatif

Data kuantitatif yang diperoleh dari penelitian ini adalah skor pre-test,

post-test, dan angket respon siswa. Tes ini terdiri tes untuk mengetahui pemahaman konsep fisika siswa pada dimensi pengetahuan – informasi. Respon siswa diperoleh melalui angket yang diberikan setelah selesai pembelajaran. Hasil angket ini akan dinyatakan dalam persentase tanggapan siswa untuk masing-masing pernyataan.

2. Data Kualitatif

Data kualitatif dalam penelitian ini adalah lembar kejar siswa, lembar observasi unjuk kerja siswa, dan lembar observasi aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran. Lembar kerja siswa digunakan untuk mengetahui pemahaman konsep fisika siswa pada dimensi pengetahuan – prosedur mental. Lembar observasi unjuk kerja siswa digunakan untuk mengetahui pemahaman konsep fisika siswa pada dimensi pengetahuan – prosedur psikomotor. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru digunakan untuk mengetahui keterlaksanan pembelajaran dengan menggunakan model PBM.


(32)

Asep Teguh Gumilar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Kalor Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu H. Teknik Pengolahan Data

1. Tes

a. Pemahaman Konsep Fisika Siswa pada Dimensi Pengetahuan - Informasi 1) Penskoran

Skor setiap siswa ditentukan oleh jumlah jawaban yang benar, dengan metode penskoran berdasarkan metode rights only, yaitu jawaban yang benar diberi skor satu dan jawaban yang salah atau butir soal yang tidak dijawab diberi skor nol.

2) Menentukan nilai gain ternormalisasi

Gain ternormalisasi merupakan perbandingan antara skor gain aktual yaitu skor gain yang diperoleh siswa dengan skor gain maksimum yaitu skor gain tertinggi yang mungkin diperoleh siswa (Hake, 1997). Untuk perhitungan nilai gain ternormalisasi dan pengklasifikasiannya akan digunakan persamaan sebagai berikut:

(a) Gain ternormalisasi setiap siswa ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

f Sii

S S

g

% % 100

% %

 

 ………...(3.5)

Keterangan:

<g> = gain ternormalisasi

Sf = skor tes awal


(33)

Asep Teguh Gumilar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Kalor Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(b) Rata-rata gain ternormalisasi siswa dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

i

i f

S S S

g

% % 100

% %

  

 ………(3.6)

Keterangan:

<g> = rata-rata gain ternormalisasi

Sf  = rata-rata skor tes awal

Si = rata-rata skor tes akhir

Nilai <g> yang diperoleh kemudian diinterpretasikan pada Tabel 3.7 berikut:

Tabel 3.7. Interpretasi Nilai Rata-Rata Gain Ternormalisasi Nilai <g> Kriteria

0,00 < h ≤ 0,30 Rendah 0,30 < h ≤ 0,70 Sedang

0,70 < h ≤1,00 Tinggi

(Hake, 1997)

b. Pemahaman Konsep Fisika Siswa pada Dimensi Pengetahuan – Prosedur Mental

1) Penskoran

Skor setiap siswa ditentukan oleh jumlah jawaban yang benar, dengan metode penskoran berdasarkan metode rights only, yaitu jawaban yang benar diberi skor empat dan jawaban yang salah atau butir soal yang tidak dijawab diberi skor nol.

Hasil tes kemudian direkapitulasi dan dijumlahkan pada skor masing-masing siswa untuk setiap kategori. Skor yang diperoleh siswa pada pemahaman


(34)

Asep Teguh Gumilar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Kalor Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

konsep fisika siswa pada dimensi pengetahuan – prosedur mental kemudian dihitung persentasenya dengan menggunakan rumus:

% 100

x ideal maksimum Skor

siswa total

Skor

P  ………(3.11)

Untuk mengukur pemahaman konsep fisika siswa pada dimensi pengetahuan – prosedur mental siswa, data yang diperoleh diolah secara kualitatif dan dikonversi ke dalam bentuk penskoran kuantitatif yang sesuai dengan Tabel 3.8 mengenai interpretasi pemahaman konsep fisika siswa.

Tabel 3.8. Interpretasi Pemahaman Konsep Fisika Siswa

Persentase Kategori

80 % atau lebih Sangat Baik

60%-79% Baik

40%-59% Cukup

21%-39% Rendah

0% - 20% Rendah Sekali (Marzano, 2006)

Selanjutnya untuk mengetahui apakah ada peningkatan pemahaman konsep fisika siswa pada dimensi pengetahuan – prosedur mental pada setiap pembelajaran persentase rata-ratanya digambarkan pada grafik.

2. Pengolahan Lembar Observasi

a. Pemahaman Konsep Fisika Siswa pada Dimensi Pengetahuan – Prosedur Psikomotor

Pemahaman konsep fisika pada dimensi pengetahuan – prosedur psikomotor siswa diukur dengan menggunakan format observasi (unjuk kerja) sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan pada setiap pertemuan yang dilaporkan oleh observer. Hasil observasi kemudian direkapitulasi dan


(35)

Asep Teguh Gumilar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Kalor Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dijumlahkan pada skor masing-masing siswa untuk setiap kategori. Skor yang diperoleh siswa pada pemahaman konsep konsep fisika siswa pada dimensi pengetahuan – prosedur psikomotor kemudian dihitung persentasenya dengan menggunakan rumus:

% 100

x ideal maksimum Skor

siswa total

Skor

P ………(3.7)

Untuk mengukur pemahaman konsep fisika siswa pada dimensi pengetahuan – prosedur psikomotor, data yang diperoleh diolah secara kualitatif dan dikonversi ke dalam bentuk penskoran kuantitatif yang sesuai dengan Tabel 3.8 mengenai interpretasi pemahaman konsep fisika siswa.

Tabel 3.8. Interpretasi Pemahaman Konsep Fisika Siswa

Persentase Kategori

80 % atau lebih Sangat Baik

60%-79% Baik

40%-59% Cukup

21%-39% Rendah

0% - 20% Rendah Sekali (Marzano, 2006)

Selanjutnya untuk mengetahui apakah ada peningkatan pemahaman konsep fisika siswa pada dimensi pengetahuan – prosedur psikomotor pada setiap pembelajaran persentase rata-ratanya digambarkan pada grafik.

b. Aktivitas Guru

Untuk observasi keterlaksanaan model pembelajaran yang dilakukan oleh guru dihitung dengan:


(36)

Asep Teguh Gumilar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Kalor Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

% 100 x seluruhnya Observer tidak atau ya menjawab Observer Persentase  

(3.8)

Persentase yang didapat kemudian dijadikan sebagai acuan terhadap

kelebihan dan kekurangan selama kegiatan pembelajaran berlangsung agar guru

dapat melakukan pembelajaran lebih baik dari pembelajaran sebelumnya.

c. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa yang dimaksud adalah aktivitas siswa dalam pembelajaran fisika dengan menggunakan model PBM. Adapun tahapan analisis data hasil observasi aktivitas siswa ini adalah sebagai berikut:

1) Menjumlahkan banyaknya siswa yang aktif dalam kelompok untuk setiap tahapan PBM yang terdapat pada lembar observasi aktivitas siswa yang telah diamati oleh observer.

2) Menghitung persentase aktivitas siswa dengan menggunakan rumus:

% 100 x siswa seluruh Jumlah aktif yang siswa Jumlah

Persentase  ……...……(3.9)

3. Data Hasil Angket

Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap penerapan model PBM. Pernyataan respon siswa menggunakan empat pilihan jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Jawaban netral (N) tidak digunakan untuk menghilangkan sikap ragu-ragu dari siswa.

Respon siswa terhadap PBM dinyatakan dalam bentuk persentase. Contoh untuk pernyataan setuju:


(37)

Asep Teguh Gumilar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Kalor Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu % 100 Re

x siswa Total

siswa spon


(38)

86

Asep Teguh Gumilar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Kalor Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di salah satu SMP Negeri di Kabupaten Bandung Barat kelas VII semester ganjil mengenai penerapan model PBM dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan pemahaman konsep kalor siswa, diperoleh kesimpulan bahwa PBM dapat meningkatkan pemahaman konsep kalor siswa SMP dengan gain ternormalisasi 0,54 dengan ketegori sedang. Kesimpulan lainnya adalah:

1. Keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model PBM dalam meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa dilaksanakan dengan baik oleh guru dan siswa.

2. Pemahaman konsep fisika siswa pada dimensi pengetahuan - informasi setelah diterapkan model PBM efektif mengalami peningkatan yang ditunjukkan oleh nilai gain ternormalisasi sebesar 0,54 dengan kategori sedang.

3. Pemahaman konsep fisika pada dimensi pengetahuan - prosedur mental secara keseluruhan mengalami peningkatan selama diterapkan model PBM dalam pembelajaran. Hal ini ditunjukkan oleh persentase perolehan rata-rata setiap indikator dengan teknik tes pada pembelajaran pertama sebesar 60% dengan kategori baik, pada pembelajaran kedua sebesar 75% dengan kategori baik, pada pembelajaran ketiga sebesar 75% dengan kategori baik, dan pada pertemuan pembelajaran sebesar 79,94% dengan kategori sangat baik.


(39)

Asep Teguh Gumilar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Kalor Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4. Pemahaman konsep fisika siswa pada dimensi pengetahuan - prosedur psikomotor secara keseluruhan mengalami peningkatan selama diterapkan model PBM dalam pembelajaran. Hal ini ditunjukkan oleh persentase perolehan rata-rata setiap indikator dengan teknik observasi pada pembelajaran pertama sebesar 50,12% dengan kategori cukup, pada pembelajaran kedua sebesar 75,12% dengan kategori baik, pada pembelajaran ketiga sebesar 65,37% dengan kategori baik, dan pada pembelajaran keempat sebesar 81,22% dengan kategori sangat baik.

5. Respon siswa terhadap penerapan model PBM sebagian besar 59,50% menyatakan setuju dengan penerapan model PBM.

B. Saran

Berdasarkan kepada penelitian yang telah dilakukan, maka perlu adanya beberapa perbaikan terhadap pelaksanaan penerapan model PBM terutama pada tahap keempat (pengembangan dan penyajian hasil) dan tahap kelima (analisis dan evaluasi proses dan hasil pemecahan masalah) agar peningkatan pemahaman konsep fisika siswa pada dimensi pengetahuan – informasi lebih maksimal.


(40)

88

Asep Teguh Gumilar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Kalor Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, J. R., Reder, L. M., and Simon, H. A. (1997). Applications and misapplications of cognitive psychology to mathematics education, Pittsburgh: Department of Psychology.

Anderson, L. W. and Krathwohl, D. R. (2000). A taxonomy for learning, teaching, and assessing. New York: Longman.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta. .

Arikunto, S. (2010). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bandung: Bumi Aksara. Assessing Projects. (2007). Desain Proyek Efektif: Kerangka Kerja Kecakapan

Berpikir. Taksonomi Bloom: Sebuah Tampilan Baru dari Cadangan Lama. New York: Intel Corporation.

Assessing Projects. (2007). Designing Effective Projects: Thinking Skills

Frameworks Marzano’s New Taxonomy. New York: Intel Corporation. Barrows, H.S. (1980). Problem-Based Learning: An Approach to Medical

Education. New York: Springer.

Bloom, B. (1956). Taxonomy of educational objectives: The classification of educational goals: Handbook I, cognitive domain. New York: Longman.

Bound dan Felleti. (1997). Model Pembelajaran Berbasis Masalah. [Online]. Tersedia: http://www.duniapembelajaran.com/2011/02/model-pembelajaran-berbasis-masalah.html[28 Oktober 2012].

Dasna, I.W. (2007). Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). [Online] tersedia: http:// lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/19/ pembelajaran-berbasis-masalah .html[19 Juli 2008].

Dasna, I.W. dan Sutrisno. (2008). Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning). Tesis Master pada FPMIPA UNM: tidak diterbitkan. Department of Safe Schools (2009). Providing Clear Learning Goals and Scales

(Rubrics). California: The Department of Safe Schools.

Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Kurikulum 2004: standar kompetensi, mata pelajaran Fisika, Sekolah menengah atas dan madrasah aliyah, Jakarta: Depdiknas.


(41)

Asep Teguh Gumilar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Kalor Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Hake. (1998). Interactive Engagement Methods In Introductory Mechanics Courses. Departement of Physics, Indiana University, Bloomingtoon.

[Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf. [7 Desember 2007].

Henk, W. A. and Stahl, N. A. (1985). A meta-analysis of the effect of notetaking on learning from lecture. Tidak diterbitkan.

Hillocks, G. (1986). Research on written composition. ERIC Clearinghouse on Reading and Communication Skills and National Conference on Research in English: Tidak diterbitkan.

Marzano, R. J. (2000). Designing a new taxonomy of educational objectives.

California: Corwin Press.

Marzano, R.J. (2006). Marzano’s 4-Point Rating Scale. California: Corwin Press Marzano, R.J. and Kendall, J.S. (2008). Designing and Assessing Educational

Objectives. California: Corwin Press.

Munaf, S. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Stahl, S. A. and Fairbanks, M. M. (1986). “The effects of vocabulary instruction: A model-based meta-analysis”. Review of Educational Research. 56,(1), 72–110.

Sudjana. (2006). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Yulianti. (2009). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Siswa. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(1)

% 100 x seluruhnya Observer tidak atau ya menjawab Observer Persentase  

(3.8)

Persentase yang didapat kemudian dijadikan sebagai acuan terhadap kelebihan dan kekurangan selama kegiatan pembelajaran berlangsung agar guru dapat melakukan pembelajaran lebih baik dari pembelajaran sebelumnya.

c. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa yang dimaksud adalah aktivitas siswa dalam pembelajaran fisika dengan menggunakan model PBM. Adapun tahapan analisis data hasil observasi aktivitas siswa ini adalah sebagai berikut:

1) Menjumlahkan banyaknya siswa yang aktif dalam kelompok untuk setiap tahapan PBM yang terdapat pada lembar observasi aktivitas siswa yang telah diamati oleh observer.

2) Menghitung persentase aktivitas siswa dengan menggunakan rumus:

% 100 x siswa seluruh Jumlah aktif yang siswa Jumlah

Persentase  ……...……(3.9)

3. Data Hasil Angket

Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap penerapan model PBM. Pernyataan respon siswa menggunakan empat pilihan jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Jawaban netral (N) tidak digunakan untuk menghilangkan sikap ragu-ragu dari siswa.

Respon siswa terhadap PBM dinyatakan dalam bentuk persentase. Contoh untuk pernyataan setuju:


(2)

67

% 100 Re

x siswa Total

siswa spon


(3)

86

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di salah satu SMP Negeri di Kabupaten Bandung Barat kelas VII semester ganjil mengenai penerapan model PBM dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan pemahaman konsep kalor siswa, diperoleh kesimpulan bahwa PBM dapat meningkatkan pemahaman konsep kalor siswa SMP dengan gain ternormalisasi 0,54 dengan ketegori sedang. Kesimpulan lainnya adalah:

1. Keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model PBM dalam meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa dilaksanakan dengan baik oleh guru dan siswa.

2. Pemahaman konsep fisika siswa pada dimensi pengetahuan - informasi setelah diterapkan model PBM efektif mengalami peningkatan yang ditunjukkan oleh nilai gain ternormalisasi sebesar 0,54 dengan kategori sedang.

3. Pemahaman konsep fisika pada dimensi pengetahuan - prosedur mental secara keseluruhan mengalami peningkatan selama diterapkan model PBM dalam pembelajaran. Hal ini ditunjukkan oleh persentase perolehan rata-rata setiap indikator dengan teknik tes pada pembelajaran pertama sebesar 60% dengan kategori baik, pada pembelajaran kedua sebesar 75% dengan kategori baik, pada pembelajaran ketiga sebesar 75% dengan kategori baik, dan pada pertemuan pembelajaran sebesar 79,94% dengan kategori sangat baik.


(4)

87

4. Pemahaman konsep fisika siswa pada dimensi pengetahuan - prosedur psikomotor secara keseluruhan mengalami peningkatan selama diterapkan model PBM dalam pembelajaran. Hal ini ditunjukkan oleh persentase perolehan rata-rata setiap indikator dengan teknik observasi pada pembelajaran pertama sebesar 50,12% dengan kategori cukup, pada pembelajaran kedua sebesar 75,12% dengan kategori baik, pada pembelajaran ketiga sebesar 65,37% dengan kategori baik, dan pada pembelajaran keempat sebesar 81,22% dengan kategori sangat baik.

5. Respon siswa terhadap penerapan model PBM sebagian besar 59,50% menyatakan setuju dengan penerapan model PBM.

B. Saran

Berdasarkan kepada penelitian yang telah dilakukan, maka perlu adanya beberapa perbaikan terhadap pelaksanaan penerapan model PBM terutama pada tahap keempat (pengembangan dan penyajian hasil) dan tahap kelima (analisis dan evaluasi proses dan hasil pemecahan masalah) agar peningkatan pemahaman konsep fisika siswa pada dimensi pengetahuan – informasi lebih maksimal.


(5)

88

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, J. R., Reder, L. M., and Simon, H. A. (1997). Applications and misapplications of cognitive psychology to mathematics education, Pittsburgh: Department of Psychology.

Anderson, L. W. and Krathwohl, D. R. (2000). A taxonomy for learning, teaching, and assessing. New York: Longman.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta. .

Arikunto, S. (2010). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bandung: Bumi Aksara. Assessing Projects. (2007). Desain Proyek Efektif: Kerangka Kerja Kecakapan

Berpikir. Taksonomi Bloom: Sebuah Tampilan Baru dari Cadangan Lama. New York: Intel Corporation.

Assessing Projects. (2007). Designing Effective Projects: Thinking Skills

Frameworks Marzano’s New Taxonomy. New York: Intel Corporation. Barrows, H.S. (1980). Problem-Based Learning: An Approach to Medical

Education. New York: Springer.

Bloom, B. (1956). Taxonomy of educational objectives: The classification of educational goals: Handbook I, cognitive domain. New York: Longman.

Bound dan Felleti. (1997). Model Pembelajaran Berbasis Masalah. [Online]. Tersedia: http://www.duniapembelajaran.com/2011/02/model-pembelajaran-berbasis-masalah.html[28 Oktober 2012].

Dasna, I.W. (2007). Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). [Online] tersedia: http:// lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/19/ pembelajaran-berbasis-masalah .html[19 Juli 2008].

Dasna, I.W. dan Sutrisno. (2008). Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning). Tesis Master pada FPMIPA UNM: tidak diterbitkan. Department of Safe Schools (2009). Providing Clear Learning Goals and Scales

(Rubrics). California: The Department of Safe Schools.

Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Kurikulum 2004: standar kompetensi, mata pelajaran Fisika, Sekolah menengah atas dan madrasah aliyah, Jakarta: Depdiknas.


(6)

89

Hake. (1998). Interactive Engagement Methods In Introductory Mechanics Courses. Departement of Physics, Indiana University, Bloomingtoon.

[Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf. [7 Desember 2007].

Henk, W. A. and Stahl, N. A. (1985). A meta-analysis of the effect of notetaking on learning from lecture. Tidak diterbitkan.

Hillocks, G. (1986). Research on written composition. ERIC Clearinghouse on Reading and Communication Skills and National Conference on Research in English: Tidak diterbitkan.

Marzano, R. J. (2000). Designing a new taxonomy of educational objectives.

California: Corwin Press.

Marzano, R.J. (2006). Marzano’s 4-Point Rating Scale. California: Corwin Press Marzano, R.J. and Kendall, J.S. (2008). Designing and Assessing Educational

Objectives. California: Corwin Press.

Munaf, S. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Stahl, S. A. and Fairbanks, M. M. (1986). “The effects of vocabulary instruction: A model-based meta-analysis”. Review of Educational Research. 56,(1), 72–110.

Sudjana. (2006). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Yulianti. (2009). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Siswa. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.