PARADOKS MANTRA PARAGI SOLAT DI KAWASAN BANDUNG BARAT SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS DAN CILILIN, KAMPUNG MAROKO, RONGGA, DAN BABAKAN SALAM.
PARADOKS MANTRA PARAGI SOLAT DI KAWASAN BANDUNG BARAT SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS DAN CILILIN,
KAMPUNG MAROKO, RONGGA, DAN BABAKAN SALAM SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Fakultas Bahasa dan Sastra Indonesia
oleh
NURLISNAWATI 1105242
DEPARTEMEN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
(2)
PARADOKS MANTRA PARAGI SOLAT DI KAWASAN BANDUNG BARAT SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS DAN CILILIN,
KAMPUNG MAROKO, RONGGA, DAN BABAKAN SALAM
Oleh: Nurlinawati
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Bahasa dan Sastra Indonesia
© Nurlisnawati 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.
(3)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PARADOKS
MANTRA PARAGI SOLAT DI KAWASAN BANDUNG BARAT
SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS DAN CILILIN, KAMPUNG MAROKO, RONGGA, DAN BABAKAN SALAM” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam keilmuan. Pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya suatu pelanggaran etika keilmuan atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya.
Bandung, 24 Agustus 2015 Yang membuat pernyataan
(4)
Nurlisnawati , 2015
PARAD OKS MANTRA PARAGI SOLAT D I KAWASAN BAND UNG BARAT SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS D AN CILILIN, KAMPUNG MAROKO, RONGGA, D AN BABAKAN SALAM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PARADOKS MANTRA PARAGI SOLAT DI KAWASAN BANDUNG BARAT SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS DAN CILILIN, KAMPUNG MAROKO,
RONGGA, DAN BABAKAN SALAM
Nurlisnawati
1105242
ABSTRAK
Judul penelitian ini adalah “Paradoks Mantra Paragi Solat di Kawasan Bandung Barat
Selatan, Kecamatan Cihampelas dan Cililin, Kampung Maroko, Rongga, dan Babakan Salam”. Penelitian ini dilakukan karena adanya sebuah penuturan mantra sebelum melakukan
salat yang diwajibkan untuk umat muslim di kawasan Cihampelas dan Cililin. Peneliti memfokuskan membahas ketiga bagian mantra yang dituturkan sebelum melaksanakan salat dan mantra yang digunakan mantra yang sama, tetapi berbeda dari teksnya. Penuturan MPS dituturkan oleh penutur aktif. Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan struktur, konteks penuturan, proses penciptaan, fungsi, dan makna terhadap MPS. Peneliti menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu metode penelitian kualitatif. Analisis dari tiga bagian MPS mendapatkan hasil sebagai berikut. 1) Teks MPS diperoleh dari struktur yang menghasilkan efek magis dan suasana khusyuk serta sebagai penegas permohonan sebelum melaksanakan salat. 2) Penuturan MPS dilakukan secara monolog dengan suasana khidmat yang dilaksanakan mayarakat yang masih mempergunakan dan melestarikan budaya lama. 3) Penciptaan MPS merupakan terstruktur serta proses pewarisan secara vertikal dan horizontal. 4) MPS memiliki fungsi sebagai alat pendidikan, pengesah kebudayaan, dan system proyeksi dalam masyarakat. 5) Makna yang terkandung dalam MPS yaitu sebuah permohonan secara batiniah dan rohaniah kepada Tuhan.
(5)
Nurlisnawati , 2015
PARAD OKS MANTRA PARAGI SOLAT D I KAWASAN BAND UNG BARAT SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS D AN CILILIN, KAMPUNG MAROKO, RONGGA, D AN BABAKAN SALAM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PARADOKS MANTRA PARAGI SOLAT DI KAWASAN BANDUNG BARAT SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS DAN CILILIN, KAMPUNG MAROKO,
RONGGA, DAN BABAKAN SALAM
Nurlisnawati
1105242
ABSTRAK
The title of this research is " Paradoks Mantra Paragi Solat di Kawasan Bandung Barat
Selatan, Kecamatan Cihampelas dan Cililin, Kampung Maroko, Rongga, dan Babakan Salam". This research was done because of a narrative spell before doing prayers mandatory
for Muslims in the area of Cihampelas and Cililin. Researchers focused discuss three variants mantra spoken before salat. MPS narrative spoken by active speakers. The study aims to describe the structure, the narrative context, the process of creation, function, and meaning to the MPS. Researchers used descriptive method of analysis, the method of qualitative research. Analysis of the three variants of the MPS get the following results. 1. The MPS is obtained from the structures that produce magical effects and solemn atmosphere as well as a confirmation request before salat. 2. Telling MPS conducted a monologue with a solemn atmosphere held society that still use and preserve old culture. 3. The creation of a structured and process MPS vertical inheritance and hosrizontal. 4. MPS works function as an educational tool, certifier culture, and the projection system in the community. 5. Meaning contained in MPS that a petition inwardly and spiritually to God.
(6)
PARAD OKS MANTRA PARAGI SOLAT D I KAWASAN BAND UNG BARAT SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS D AN CILILIN, KAMPUNG MAROKO, RONGGA, D AN BABAKAN SALAM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
PERNYATAAN ………...i
ABSTRAK………...ii
KATA PENGANTAR………...iv
UCAPAN TERIMA KASIH………...v
DAFTAR GAMBAR.……….…...vi
DAFTAR TABEL……...………...ix- xv DAFTAR ISI………...xvi-xviii BAB I PENDAHULUAN………...1
A.Latar Belakang………...1-6 B.Identifikasi Masalah………..…...6
C.Rumusan Masalah………...,...7
D.Tujuan Penelitian………..……...7-8 E. Manfaat Penelitian………..………....8-9 F. Definisi Operasional………..………...9-10 BAB II LANDASAN TEORI ………..………....11
A. Mantra Paragi Solat….……….………...11
B. Folklor...……….….………....11-13
C.Stuktur...……….………...17-19 D.Konteks Penuturan………..………...19-21 E. Proses Penciptaan ………..………...22-24
(7)
PARAD OKS MANTRA PARAGI SOLAT D I KAWASAN BAND UNG BARAT SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS D AN CILILIN, KAMPUNG MAROKO, RONGGA, D AN BABAKAN SALAM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
F. Semiotika...……….………23-25
BAB III METODE PENELITIAN……….…………..…...26
A.Metode Penelitian………...26
B.Data dan Sumber Penelitian ………..………...27
a. Data Penelitian………..………....27
b. Sumber Data Penelitian………...………...27-29 C.Teknik Penelitian ………...29
a. Teknik Pengumpulan Data………...29
b. Teknik Pengolahan Data….………...30-31 D.Instrumen Penelitian ………...31
a. Pedoman Wawancara……….………...…31-32 b. Instrument Pengolahan Data……….………...32-35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………...…………...35
A.Mantra Paragi Solat Varian Pertama……….………...35
1. Analisis Struktur………...35-142 2. Konteks Paradoks………...143 3. Konteks Penuturan………...………...144-154
4. Proses Penciptaan ……….………...154-155
5. Fungsi...……….………...155-158 6. Makna …...……….………...158-159 B.Mantra Paragi Solat Kedua……….………...159-160
(8)
PARAD OKS MANTRA PARAGI SOLAT D I KAWASAN BAND UNG BARAT SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS D AN CILILIN, KAMPUNG MAROKO, RONGGA, D AN BABAKAN SALAM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Analisis Struktur………...160-245 2. Konteks Paradoks………... 245 3. Konteks Penuturan………...………...246-255 4. Proses Penciptaan ……….………...225-256 5. Fungsi...……….………...256-258 6. Makna …...……….………...258 C.Mantra Paragi Solat Ketiga……….………...259
1. Analisis Struktur………...260-338 2. Konteks Paradoks………...338-340 3. Konteks Penuturan………...………...340-350
4. Proses Penciptaan ……….………...350-351
5. Fungsi...……….………...351-354 6. Makna …...……….………...355
BAB V PENUTUP………...………...356
A.SIMPULAN………..………...356-360
B.REKOMENDASI………..………...360-361 DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN
(9)
PARAD OKS MANTRA PARAGI SOLAT D I KAWASAN BAND UNG BARAT SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS D AN CILILIN, KAMPUNG MAROKO, RONGGA, D AN BABAKAN SALAM
(10)
Nurlisnawati , 2015
PARAD OKS MANTRA PARAGI SOLAT D I KAWASAN BAND UNG BARAT SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS D AN CILILIN, KAMPUNG MAROKO, RONGGA, D AN BABAKAN SALAM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PARADOKS MANTRA PARAGI SOLAT DI DALAM MASYARAKAT BANDUNG BARAT SELATAN
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sastra tradisional atau lokal merupakan suatu bahan yang menarik untuk diteliti dan dilestarikan sebelum semua itu musnah dari masyarakat pendukungnya. Sastra tradisional itu umumnya dibawakan secara lisan maupun tulisan. Saat ini, sastra lisan sudah banyak yang tidak peduli bahkan pencitanya pun sudah banyak meninggalkan. Selain sudah tidak digunakan lagi, sastra lisan ini pencintanya atau penggunanya sudah jarang di masyarakat.
Mantra sebagai salah satu bentuk sastra lisan yang berkembang di masyarakat yang masih menjunjung tinggi adat istiadat, tradisional hingga saat ini. Mantra juga dilestarikannya bisa dengan cara pewarisan secara vertikal bahkan horizontal. Ini dilakukan untuk tetap melestarikan budaya lokal. Pewarisan yang dilakukan tergantung pada penutur aktif atau yang pasif tetapi menguasai mantra-mantra tersebut. Pewarisan seperti ini menimbulkan beberapa versi atau
variasi yang di hasilkan di antara penutur pertama dengan penutur seterusnya. Perbedaan yang
timbul itu diakibatkan oleh latar belakang, situasi, dan kondisi penutur itu sendiri.
Menurut Hutomo (1991, hlm 1) sastra lisan adalah kesusastraan yang mencakup ekspresi kesusastraan warga suatu kebudayaan yang disebarkan dan diturunkan secara lisan. Sastra lisan juga bagian dari foklor yang dimana memiliki beberapa genre, salah satunya puisi rakyat. sastra
(11)
Nurlisnawati , 2015
PARAD OKS MANTRA PARAGI SOLAT D I KAWASAN BAND UNG BARAT SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS D AN CILILIN, KAMPUNG MAROKO, RONGGA, D AN BABAKAN SALAM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
lisan tidak bisa dipisahkan atau dilepaskan dengan foklor karena foklor suatu ilmu yang mengkaji tentang puisi rakyat yang masih berkembang sampai saat ini.
Mantra merupakan tradisi yang berkembang secara lisan yang telah dikelompokan kebentuk tradisi lisan. Oleh sebab itu, pengelompokan mantra termasuk kedalam puisi rakyat. Danandjaja (2002, hlm 46) mengatakan ciri-ciri puisi rakyat khususnya genre yaitu kalimatnya tidak berbentuk bebas melainkan terikat. Jadi, maksud dari ciri-ciri tersebuk adalah bentuk tertentu yang biasanya terdiri dari beberapa deret kalimat, ada yang berdasarkan mantra, panjang pendek kalimat, suku kata, lemah tekanan suara, atau berdasarkan irama (Juariah, 2005, hlm 25). Peneliti menyimpulkan pengertian dari dua ahli diatas adalah puisi rakyat yang telah digolongkan berdasarkan genre tidak pernah terlepas dari deret kalimat, panjang pendek kalimat, suku kata, lemah tekanan suara, dan irama yang terdapat pada mantra.
Salah satu bentuk mantra yang terdapat di masyarakat adalah Mantra Paragi Solat (doa untuk salat) populer di kalangan masyarakat Bandung Barat bagian Selatan terutama Cililin. Doa ini tidak terlalu sakral diucapkan, karena sering dituturkan saat kita sedang mengaji di mesjid, biasanya di lafalkan sebelum pulang mengaji.
Pada saat itu anak-anak yang sekolah agama selalu diberikan bekal doa-doa salah satu contohnya adalah MPS. Oleh karena itu, MPS tidak terlalu sakral lagi untuk diucapkan di daerah Cililin dan sekitarnya. Itu semua sudah jadi kewajiban atau ketentuan utama setiap akan melakukan ibadah di wilayah tersebut.
MPS ini memiliki kedudukan yang sama dengan doa-doa lainnya, seperti doa-doa yang
biasa diucapkan dan memiliki makna dan tujuan yang sama, yaitu mendapat ridho dari Allah Swt. MPS sangat menarik untuk dikaji secara struktur, budaya sekitar berkembangnya MPS,
(12)
Nurlisnawati , 2015
PARAD OKS MANTRA PARAGI SOLAT D I KAWASAN BAND UNG BARAT SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS D AN CILILIN, KAMPUNG MAROKO, RONGGA, D AN BABAKAN SALAM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
konteks penutur, dan lain-lain. Mengapa MPS? Karena MPS adalah salah satu mantra gabungan dari dua agama yang sedang berkembang saat itu, yaitu antara Hindu dan Islam. Gabungan kedua agama ini sangat menarik untuk dikaji secara lanjut. Bagaimana ini bisa terjadi di wilayah yang terkenal dengan pusat agama islam, sedangkan Cililin terkenal dengan salah satu pusat agama terbesar di daerah KBB (Kabupaten Bandung Barat), Jabar?
MPS di wilayah KBB, merupakan mantra yang mengadopsi ajaran agama Hindu dan
Islam. Jadi, secara tidak langsung agama tersebut mendominasi sebelum masuknya Islam. Setelah masuknya Islam di Indonesia terutama bagian Barat agama Hindu sedikit demi-sedikit mulai terkikis dengan berkembangnya zaman. Akan tetapi, masyarakat yang berada di wilayah KBB, Jabar tidak secara langsung meninggalkan kebiasaannya atau tradisi yang biasa mereka gunakan. Untuk itu, MPS sampai sekarang masih ada, hanya saja sekarang peminatnya sudah tidak terlalu banyak lagi karena MPS sudah dianggap keluar dengan jalur agama yang kita anut.
Mantra-mantra yang setara dengan MPS pun ada. Akan tetapi, kebanyakan mantra tersebut biasa disebut dengan jangjawokan. Menurut Sastrawidjaja., dkk (dalam Partini Sardjono) Mantra memiliki beberapa anak atau turunan diantaranya, yaitu yang pertama asihan ini adalah sebuah mantra yang memiliki tujuan untuk dapat dicintai, disayangi sama orang lain sejenis maupun lawan jenis. Kedua, jangjawokan ini adalah mantra yang memiliki tujuan agar sebuah pekerjaan yang kita lakukan itu berhasil atau lancar tanpa ada hambatan didalamnya. Ketiga, ajian adalah sebuah mantra yang bertujuan untuk kekuatan lahir batin ini memiliki kekuataan yang luar biasa, maksudnya seseorang yang mempergunakan ajian pasti akan terlihat berbeda atau tampak lebih ayu atau menawan. Keempat, jampe adalah sebuah mantra yang biasanya digunakan para tabib zaman dulu untuk menyembuhkan orang sakit. Ini bertujuan agar
(13)
Nurlisnawati , 2015
PARAD OKS MANTRA PARAGI SOLAT D I KAWASAN BAND UNG BARAT SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS D AN CILILIN, KAMPUNG MAROKO, RONGGA, D AN BABAKAN SALAM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penyakit yang kita miliki segera diangkat oleh sang khaliq. Kelima, singlar adalah sebuah mantra yang bertujuan bertentanggan dengan mantra sebelumnya yaitu bermaksud untuk melakukan sebuah pekerjaan yang bersifat ritual atau magis. Mantra seperti ini biasanya dipergunakan untuk pemujaan dan sebagainya. Dan keenam, rajah atau sima adalah sebuah mantra yang memiliki tujuan atau maksud untuk meminta keselamatan atau permintaan menolak bahaya. Mantra seperti ini sampai saat ini masih banyak orang yang mempergunakannya, karena mantra seperti ini masih dianggap mampu atau menunjang kehidupan di zaman sekarang yang semakin keras.
Masyarakat sering berpendapat lain tentang mantra yang tersurat maupun tidak. Masyarakat sendiri yang telah menggolongkan mantra-mantra tersebut sehingga menjadi dua golongan, yaitu mantra beraliran putih dan hitam. Mantra beraliran putih sering digunakan untuk kebaikan seperti pengobatan dan lain-lain, sedangkan mantra alihan hitam itu digunakan untuk kejahatan seperti menyantet, teluk, dan lain-lain. Kedua golongan ini sangat popular dikalangan masyarakat karena masyarakat sendiri yang melestarikannya. Mantra atau ilmu yang mengandung mangis sering dipandang sebelah mata sama masyarakat yang tidak mengetahui banyak tentang mantra. Presepsi mantra di masyarakat luar selain kawasan BBS dan wilayah yang membesakan mantra selalu berpendapat mantra itu hanya untuk kejahatan sepereti pellet, gundam, santet, dan lain-lain. Mantra yang terdapat pada paragraf sebelumnya yang telah dipaparkan oleh beberapa ahli dan dikaitkan kedalam presepsi masyarakat sekitar mantra tersebut tergolong pada magis putih atau aliran putih.
Jadi, MPS ini tergolong kedalam ilmu putih yang bersifat magis hitam tidak terungkap. Mengapa? Karena MPS memiliki tujuan yang sama dengan doa-doa lainnya hanya saja ini masih
(14)
Nurlisnawati , 2015
PARAD OKS MANTRA PARAGI SOLAT D I KAWASAN BAND UNG BARAT SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS D AN CILILIN, KAMPUNG MAROKO, RONGGA, D AN BABAKAN SALAM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berbentuk mantra berbeda dengan doa yang kita gunakan saat ini. Tetapi ini memiliki tujuan dan fungsi yang sama dengan doa-doa yang sering kita gunakan.
MPS sendiri memiliki fungsional yang begitu menonjol dibandingkan dengan
mantra-mantra lainnya karena MPS ini memiliki keistimewaan dalam suatu agama dan juga berkaitan langsung dengan agama yang dianut oleh kita saat ini.
Adapun, penelitian yang terdahulu yang sama berkaitan dengan agama akan tetapi bukan
MPS, tetapi ini sama bersinggungan dengan agama di dalamnya yaitu sebuah Mantra Asihan
oleh Heri Isnaeri dalam skripsinya yang berjudul Mantra Asihan: Stuktur, Konteks Penuturan, Proses Penciptaan, dan Fungsi (2007).
Penelitian lainnya tentang Doa Karahayuan. Doa ini hampir mendekati dengan MPS akan tetapi beda fungsi. Doa karahayuan yang berkembang di sunda yang letak wilayahnyapun tidak jauh dengan Cililin. Penelitian tersebut bejudul Doa Karahayuan Panghayat Sunda wiwitan: Kajian Antropolinguistik di Kampung Cireundeu, Kecamatan Leuwigajah, Kota Cimahi oleh Indrawan Dwisetia Suhendi.
MPS tidak bisa dipandang dengan sebelah mata karena mantra ini bukan hanya sekedar
mantra akan tetapi, ini membiasakan kita agar setiap melakukan apapun harus selalu berdoa atau ingat kepada Sang Khaliq atau Tuhan. Pada dasarnya mantra atau jangjawokan itu semua bukan karena tidak taat pada agama. Tetapi memilliki tujuan yang sama mungkin caranya saja yang berbeda karena MPS itu adalah salah satu mantra yang berkembang di antara dua agama, yaitu hindu dan islam. Secara tidak langsung itu berpengaruh pada mantra tersebut karena mantra tersebuat adalah salah satu cara mereka berdoa dan ingat kepada kepada Sang Khaliq.
(15)
Nurlisnawati , 2015
PARAD OKS MANTRA PARAGI SOLAT D I KAWASAN BAND UNG BARAT SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS D AN CILILIN, KAMPUNG MAROKO, RONGGA, D AN BABAKAN SALAM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Peneliti mengambil judul Paradoks MPS karena mantra tersebut sering dibilang bertentangan dengan kenyataan akan tetapi mengandung unsur kebenaran di dalamnya dan ini masih digunakan di dalam masyarakat yang mempergunakannya. Kata paradoks itu sendiri memiliki arti pernyataan yang seolah-olah bertentangan (berlawanan) dengan pendapat umum atau kebenaran tetapi kenyataannya mengandung kebenaran, bersifat paradoks (KBBI, 2005). Jadi, peneliti disini ingin mengetahui sejauh mana mantra ini dipergunakan dan masihkan mantra ini di lestarikan sampai saat ini. Untuk itu peneliti terus mencari tahu semua ini dengan demikian peneliti bisa secara langsung mengetahui perkembangan MPS yang berada di kawasan Bandung Barat bagian Selatan.
Bandung Barat Selatan, yaitu Bandung Barat bagian Selatan yang mencakup beberapa kecamatan antaranya Batujajar, Cihampelas, dan Cililin. Kawasan ini masih banyak masyarakat yang mempergunakan atau melestarikan MPS saat akan melakukan ibadah. Untuk itu peneliti menitik beratkan penelitiannya ke BBS. Mantra yang ada di wilayah ini masih sangat banyak dan masih banyak pula masyarakat yang mentradisikan mantra-mantra tersebut, contohnya saja masih ada acara penuruan mantra saat pemilik mantra tersebut sudah merasa tidak sanggup lagi memegang mantra tersebut. Biasanya mantra tersebut diturunkan sesudah pihak pertama merasa tua atau sudah tidak membutuhkannya lagi dan ini pun biasanya diturunkan pada anak atau cucunya yang dianggap mampu untuk memegang mantra tersebut.
2. Identifikasi Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah yang sudah dipaparkan, maka penelitian masalah yang terjadi sebagai berikut.
(16)
Nurlisnawati , 2015
PARAD OKS MANTRA PARAGI SOLAT D I KAWASAN BAND UNG BARAT SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS D AN CILILIN, KAMPUNG MAROKO, RONGGA, D AN BABAKAN SALAM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Kajian mengenai Mantra Paragi Solat belum pernah dilakukan;
2. Keberadaan Mantra Paragi Solat semakin luntur saat ini di dalam masyarakat yang membesarkannya;
3. Sudah tidak ada masyarakat yang ingin melestarikan Mantra Paragi Solat.
4. Rumusan Masalah
Masalah yang akan disajikan dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Bagaimana stuktur Mantra Paragi Solat yang berada di Bandung Barat bagian Selatan? 2. Bagaimana konteks penuturan Mantra Paragi Solat yang berada di Bandung Barat bagian
Selatan?
3. Apa fungsi Mantra Paragi Solat di Bandung Barat bagian Selatan?
4. Bagaimana proses penciptaan Mantra Paragi Solat di Bandung Barat bagian Selatan? 5. Apa makna yang terkandung dalam Mantra Paragi Solat di Bandung Barat bagian
Selatan?
5. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini didasarkan pada masalah yang diangkat. Tujuan permasalahan penelitian bertujuan untuk mengetahui hal-hal berikut.
1. Stuktur Mantra Paragi Solat yang berada di Bandung Barat bagian Selatan.
2. Konteks penuturan Mantara Paragi Solat yang berada di Bandung Barat bagian Selatan.
(17)
Nurlisnawati , 2015
PARAD OKS MANTRA PARAGI SOLAT D I KAWASAN BAND UNG BARAT SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS D AN CILILIN, KAMPUNG MAROKO, RONGGA, D AN BABAKAN SALAM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Fungsi mantra dari berbagai macam-macam Mantra Paragi Solat di Bandung Barat bagian Selatan.
4. Proses penciptaan Mantra Paragi Solat di Bandung Barat bagian Selatan.
5. Makna yang terkandung dalam Mantra Paragi Solat di Bandung Barat bagian Selatan.
6. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara akademik dan manfaat praktis. Adapun rumusan maanfaat penelitian sebagai berikut.
1. Manfaat akademik
a. Sebagai bahan acuan penelitian yang akan datang atau lanjutan;
b. Menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang sastra klasik khususnya sastra lisan;
c. Menambah wawasan terhadap kesusastraan yang berkembang di masyarakat. 2. Manfaat praktis
a. Sebagai sarana inventaris sastra lisan untuk masyarakat agar tidak hilang atau musnah begitu saja;
b. Sebagai media pendokumentasian sastra lisan khususnya mantra;
c. Penelitian dapat dimanfaatkan untuk pedoman, perbandingan, rujukan, dan dasar untuk penelitian berikutnya.
(18)
Nurlisnawati , 2015
PARAD OKS MANTRA PARAGI SOLAT D I KAWASAN BAND UNG BARAT SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS D AN CILILIN, KAMPUNG MAROKO, RONGGA, D AN BABAKAN SALAM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Agar dapat terhindar dari penyimpangan makna, peneliti menguraikan definisi penelitian yang telah dilakukan. Ada beberapa aspek definisi operasional sebagi berikut.
1. Mantra Paragi Solat (MPS) merupakan salah satu mantra yang masih digunakan di
daerah Bandung Barat Selatan terutama kawasan Batujajar, Cihampelas, dan Cililin. Mantra ini diyakini benar-benar ada di daerah tersebut dan dapat dibuktikan kebenarannya dengan cara melakukan suatu penelitian atau penyelusuran ke daerah Bandung Barat Selatan;
2. Stuktur merupakan salah satu unsur dalam sebuah teks antara bagian yang terhubung dari satu teks ke teks lainnya dalam sebuah manta;
3. Fungsi dari Mantra Paragi Solat (MPS) ini adalah sebelum melakukan sholat kita harus izin terlebihdulu ketempat di mana kita akan melakukan sholat. Jadi, intinya kita dalam melakukan apapun kita harus ingat sama Sang Kholiq atau Tuhan yang sudah memberikan apapun yang kita inginkan atau butuhkan selama ini. Mantra ini memiliki beberapa amanat tidak hanya untuk sholat;
4. Konteks Penutur merupakan suatu situasi kejadian dimana penutur menuturkan
Mantra Paragi Solat (MPS) secara langsung. Konteks penutur kedudukannya sangat
penting untuk sebuah penelitian sastra lisan. Karena konteks penutur ini sangat memudahkan dalam memahami suatu tuturan sebagai bentuk trasformasi budaya; 5. Proses Penciptaan mengenai Mantra Paragi Solat (MPS) merupakan tradisi yang
ada di masyarakat pemilik mantra itu sendiri. Mantra ini memiliki tujuan agar orang yang akan melaksanakan ibadah tahu adat istiadat yang ada atau menghormati apapun yang ada, sebelum kita melakukan apapun.
(19)
Nurlisnawati , 2015
PARAD OKS MANTRA PARAGI SOLAT D I KAWASAN BAND UNG BARAT SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS D AN CILILIN, KAMPUNG MAROKO, RONGGA, D AN BABAKAN SALAM
(20)
PARAD OKS MANTRA PARAGI SOLAT D I KAWASAN BAND UNG BARAT SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS D AN CILILIN, KAMPUNG MAROKO, RONGGA, D AN BABAKAN SALAM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Metode ini merupakan sebuah gabungan dimana suatu metode digabungkan menjadi satu dengan tujuan dan makna yang sama. Menurut Ratna (2011, hlm 53) menyatakan bahwa suatu penggabungan dua metode dalam penelitian diperoleh dengan syarat kedua metode yang digabungkan tanpa bertentangan. Jadi, metode ini tidak bertentangan dengan syarat kedua metode yang digabungkan untuk itu metode deskrptif adalah cara mendeskripsikan suatu fakta yang terdapat pada objek yang akan kita analisis secara stuktur, konteks, pertunjukan, proses penciptaan, fungsi, dan maknanya terhadap analisis deskripsi MPS.
Pendekatan di definisikan suatu cara mendekati objek. Metode pendekatan penelitian ini yaitu pendekatan folklor modern yang berkaitan dengan pendekatan objek, pendekatan yang memusatkan suatu perhatian terhadap unsur teks (Ratna, 2011, hlm 73). Pendekatan seperti ini dilakukan oleh para ahli folklor modern. Pendekatan ini mengacu pada dua aspek yaitu folklor yang berasal dari kata folk dan lore (Danandjaja dalam Pudentia, 2008, hlm 61). Analisis yang selanjutnya menggunakan pendekatan yang memperluas teks dalam menganalisis informasi tentang kebudayaan dan masyarakt pemilik teks. Ketiga, menggunakan pendekatan semiotika pada umumnya dilakukan untuk menganalisis teks dengan tulisan. Pendekatan semiotika merupakan proses pendekatan struktur. Umumnya untuk mendapatkan makna yang terkandung dalam teks dilakukan dengan pendekatan semiotika yang terlebih dahulu dilakukan pendekatan struktur.
(21)
PARAD OKS MANTRA PARAGI SOLAT D I KAWASAN BAND UNG BARAT SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS D AN CILILIN, KAMPUNG MAROKO, RONGGA, D AN BABAKAN SALAM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Data dan Sumber Data Penelitian
a. Data Penelitian
Objek penelitian dalam objek ini adalah Mantra Paragi Solat yang terdapat di Bandung Barat Selatan yang memfokuskan di kawasan Cililin dan Cihampelas. Mantra yang digunakan tiga jenis mantra yang memiliki fungsi dan tujuan sama, tetapi memiliki perbedaan pada teks dan isi teks. Mantra ini masing-masing terdiri dari empat larik mantra dari penutur pertama, sebelas larik dari penutur kedua akan tetapi pada mantra kedua ini kebanyakan pengulangan dari dua teks sebelumnya, mantra yang utuhnya hanya tiga, dan terakhir sepuluh larik dari penutur yang ketiga. Mantra ini dituturkan pada kondisi yang berbeda-beda. Penutur pertama saat itu menuturkan mantra ini saat lagi bergurai dengan peneliti, penutur kedua sedang berbincang-bincang dengan orang tua penutur, dan ketiga saat penutur akan melakukan salat.
Mantra ini diperoleh secara langsung yang didapatkan peneliti saat melakukan penelitian keberbagai penutur. Peneliti menetapkan tiga penutur yang diambil karena ketiga penutur ini menuturkan mantra paragi solat yang berbeda akan tetapi memiliki tujuan yang sama dituturkan saat akan melakukan salat. Penutur pertama menuturkan mantra di rumahnya yang terletak di kampung maroko, penutur kedua di kampung babakan salam, dan ketiga di kampung rongga. b. Sumber Data Penelitian
Sumber data penelitian ini diperoleh dari tiga sumber yaitu pertama dari Ẻma Piah (Sopiah) di Kampung Maroko Rt.04 Rw.02, Desa Mekarjaya, Kecamatan Cihampelas, Kota Bandung Barat. Ema piah berusia 59 tahun. Kedua H. Aisyah di Kampung Babakan Salam, Rt.03 Rw.06, Desa Pasir Pogor, Kecamatan Sindang Kerta, Kota Bandung Barat. Ibu H. Aisyah berusia 70
(22)
PARAD OKS MANTRA PARAGI SOLAT D I KAWASAN BAND UNG BARAT SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS D AN CILILIN, KAMPUNG MAROKO, RONGGA, D AN BABAKAN SALAM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tahun. Ketiga, Aki Banda di Kampung Rongga, Rt.07 Rw.06, Desa Cibedug, Kecamatan Rongga, kota Bandung Barat. Beliau kini memiliki umur 80 tahun.
Ẻma Piah di usia senjanya masih bekerja sebagai juru masak di setiap hajatan yang ada di kampungnya dan di Cimahi. Beliau juga masih suka bertani dan berternak kambing. Ibu H. Aisyah seorang ibu rumah tangga biasa tetapi beliau aktif dipengajian yang ada di kampungnya. Sedangkan Aki Banda, beliau masih aktif beraktifitas seperti dulu, yaitu berkebun dan bertenak kambing, bebek, dan ayam.
Ketiga mantra yang akan peneliti kaji dilakukan perekaman pada tanggal dan waktu yang berbeda penliti pertama dilakukan pada tanggal 21 Oktober 2014, pukul 12.30-12.05, kedua tanggal 07 Februari 2014, pukul 05.25-06.15 , dan ketiga 08 Februari 2014, pukul 06.15-09.30. Ada tiga mantra asihan keseluruhannya dipergunakan sebelum melakukan salat lima waktu. Berikut mantra-mantranya:
Mantra Paragi Solat dari penutur pertama
Bismillahirohmannirohim
Allohhumaini samak barsah panghajatan Alloh ta’ala Tali iman gagang qur’an
Mukena panglulur dosa
Mantra Paragi Solat dari penutur kedua
Bismilahirohmanirohim
Sang ratu renyek menek, kaula amit dek nincak ngalakonan waktu subuh, dua rokaat karena Alloh Ta’ala.
(23)
PARAD OKS MANTRA PARAGI SOLAT D I KAWASAN BAND UNG BARAT SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS D AN CILILIN, KAMPUNG MAROKO, RONGGA, D AN BABAKAN SALAM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sang ratu renyek menek, kaula amit dek nincak ngalakonan waktu duhri, opat rokaat karena Alloh Ta’ala.
Sang ratu renyek menek, kaula amit dek nincak ngalakonan waktu asar, opat rokaat karena Alloh Ta’ala.
Sang ratu renyek menek, kaula amit dek nincak ngalakonan waktu magrib, tilu rokaat karena Alloh Ta’ala.
Sang ratu renyek menek, kaula amit dek nincak ngalakonan waktu isa, opat rokaat karena Alloh Ta’ala.
Mantra Paragi Solat dari penutur ketiga
Bismilahirohmanirohim
Buka kita buka ati, ati dibuka ku nabi, nu hurung dina kurungan, nu hiber na kalilipan, ramat ngateng dina angen, ater-ater di kaula, bray padang bray caang, caang ku kersaning Allah, lailah ha illaloh Muhammad rosululloh.
C. Teknik Penelitian
a. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang dipergunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Wawancara dengan penutur yang pasih dan biasa menuturkan mantra paragi solat
sebelum melukukan aktivitas salat setiap waktunya. Wawancara ini dilakukan saat penutur sedang tidak ada kegiatan lain dan di praktekan secara langsung oleh penutur saat akan melakukan salat. Peneliti melakukan wawancara MPS pada tiga penutur.
(24)
PARAD OKS MANTRA PARAGI SOLAT D I KAWASAN BAND UNG BARAT SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS D AN CILILIN, KAMPUNG MAROKO, RONGGA, D AN BABAKAN SALAM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pertama, Ẻma Piah yang berada di Kampung Maroko, kedua, H. Aisyah di Kampung Babakan Salam, dan ketiga, Aki Banda di Kampung Rongga.
2. Rekaman mantra dilakukan di tiga tempat dengan penutur yang berbeda pula. Pertama dilakukan perekaman dan penelitian di Ẻma Piah di Kampung Maroko Rt.04 Rw.02, Desa Mekarjaya, Kecamatan Cihampelas, Kota Bandung Barat, kedua, H. Aisyah di kampung babakan salam, Rt.03 Rw.06, Desa pasir pogor, kecamatan sindang kerta, kota Bandung Barat, dan ketiga, Aki Banda di kampung rongga, Rt.07 Rw.06, Desa cibedug, kecamatan rongga, kota Bandung Barat.
b. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data yang akan dilakukan pada MPS ini menggunakan teknik antara lain: menganalisis stuktur, proses penciptaan, konteks penutur, fungsi, dan makna. Sebelum melukukan teknik yang telah disebutkan di atas peneliti terlebih dahulu ditranskripsikaan mantra kedalam bahasa Indonesia agar memudahkan peneliti dalam proses analisis.
Pertama, teks analisis stuktur berdasarkan formula sintaksis, formula bunyi, irama, majas, dan isotopi. Pertama, formula sintaksis meliputi unsur fungsi, kategori, dan peran kalimat. Kedua, formula bunyi meliputi asonansi dan aliterasi. Ketiga, analisis irama meliputi panjang dan pendek nada yang dihassilkan dari teks MPS. Keempat, analisis majas meliputi bahasa yang terdapat dalam teks, kemudian dikategorikan kedalam majas-majas yang terdapat dalam teks. Dan kelima, analisis isotopi meliputi isotopi-isotopi yang muncul kemudian dikelompokan berdasarkan persamaan motif yang muncul dan kemudian akan menghasilkan tema yang terkandung didalam teks MPS.
(25)
PARAD OKS MANTRA PARAGI SOLAT D I KAWASAN BAND UNG BARAT SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS D AN CILILIN, KAMPUNG MAROKO, RONGGA, D AN BABAKAN SALAM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kedua, menganalisis proses penciptaan ini membandingkan teks yang dituturkan oleh penutur pertama, kedua, dan ketiga yang memiliki MPS. Penutur saat akan melakukan salat selalu membaca teks sehingga penutur pasih betul dengan teks yang dimaksud oleh peneliti.
Ketiga, analisis konteks penuturan. Kontek ini dilihat berdasarkan konteks situasi dan budaya. Analisis konteks situasi meliputi beberapa aspek antara lain: tujuan, peralatan, dan teknik penuturan. Sedangkan analisis budaya meliputi lokasi, penutur-audiens, latar social budaya, dan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar penutur.
Keempat, analisis fungsi ini berdasarkan fungsi-fungsi yang terdapat dalam teks Mantra
Paragi Solat serta konteksnya.
Kelima, analisis makna. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kandungan makna yang terdapat dalam teks MPS.
D. Instrument Penelitian
a. Pedoman Wawancara
Berikut ini pertanyaan-pertayan yang diajukan pada penutur MPS selama melakukan penelitian, sebagai berikut:
Tabel 3.1
No Pertanyaan Kolom Jawaban
1. Bagaimana bisa ada MPS di kawasan Cililin?
(26)
PARAD OKS MANTRA PARAGI SOLAT D I KAWASAN BAND UNG BARAT SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS D AN CILILIN, KAMPUNG MAROKO, RONGGA, D AN BABAKAN SALAM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Siapa yang pertama kali mengajarkan Abah atau Ẻma tentang MPS?
4. Kenapa sebelum melakukan ibadah harus menggunakan MPS?
5. Apakah masih sering diiturunkan atau diwariskan?
6. Apakah cara pewarisannya masih sama dengan mantra-mantra lainnya?
7. Bagaimana kita bisa tahu orang itu tepat untuk mewarisai sebuah mantra?
8. Apakah ada amalan-amalan tertentu untuk mendapatkan mantra ini?
(27)
PARAD OKS MANTRA PARAGI SOLAT D I KAWASAN BAND UNG BARAT SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS D AN CILILIN, KAMPUNG MAROKO, RONGGA, D AN BABAKAN SALAM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Instrument Pengolahan Data
Intrumen penelitian teks ini berupa tabel yang berisi data serta dideskripsikan bagaimana penutur menuturkan Mantra Paragi Solat.
Analisis teks transkrip;
Tabel 3.2
Teks Asli Teks Terjemahan
Analisis formula sintaksis yang meliputi fungsi, kategori, dan peran; Tabel 3.3
Analisis Sintaksis Fungsi
Kategori Peran
Analisis formula bunyi;
Tabel 3.4
No Bunyi Konsonan Bunyi Vokal
(28)
PARAD OKS MANTRA PARAGI SOLAT D I KAWASAN BAND UNG BARAT SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS D AN CILILIN, KAMPUNG MAROKO, RONGGA, D AN BABAKAN SALAM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.5
Teks Nada
Analisis isotopi;
Tabel 3.6
Kata/frase yang termasuk
Intensitas
Denotasi (D) Komponen makna bersama
(29)
PARAD OKS MANTRA PARAGI SOLAT D I KAWASAN BAND UNG BARAT SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS D AN CILILIN, KAMPUNG MAROKO, RONGGA, D AN BABAKAN SALAM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
KERANGKA BERPIKIR PENELITIAN MANTRA PARAGI SOLAT DI KAWASAN BANDUNG BARAT BAGIAN SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS DAN CILILIN, MAROKO, RONGGA, DAN BABAKAN SALAM.
Gambar 3.1
Bagaimana struktur MPS di masyarakat?
Bagaimana konteks paradoks yang terdapat dalam teks dan penuturan?
Bagaimana konteks penuturan MPS? Apa fungsi MPS? Bagaimana proses penciptaanMPS?
Apa makna yang terkandung dalam MPS?
Metode Penelitian
MPS di Kawasan BBS
(kecamatan Cihampelas dan Cililin)
Mantra yang masih
dianggap tabu sehingga keberadaannya mulai dipertanyakan.
Sulitnya mencari referensi tentang MPS
Pengguna dan penutur
mantra yang semakin
berkurang.
Pengaruh agama hindu dan islam yang berdampak pada kepercayaan masyarakat terhadap mantra.
Mendeskripsikan
kepercayaan masyarakat yang dikaitkan dengan struktur dari MPS. Mendeskripsikan konteks penuturan MPS.
Memaparkan fungsi MPS. Mendeskripsikan proses penciptaan MPS.
Memaparkan makna yang terkandung dalam MPS.
(30)
PARAD OKS MANTRA PARAGI SOLAT D I KAWASAN BAND UNG BARAT SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS D AN CILILIN, KAMPUNG MAROKO, RONGGA, D AN BABAKAN SALAM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pengumpulan dan pengolahan data
KONSEP PENGGUNAAN MANTRA PARAGI SOLAT (KAJIAN SASTRA LISAN DI KAWASAN BANDUNG BARAT SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS DAN
(31)
356
PARAD OKS MANTRA PARAGI SOLAT D I KAWASAN BAND UNG BARAT SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS D AN CILILIN, KAMPUNG MAROKO, RONGGA, D AN BABAKAN SALAM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Pada keseluruhan teks MPS didapati kesimpulan bahwa MPS merupakan mantra yang memiliki sugesti yang kuat didalamnya serta mengandung unsur kehidupan untuk umat muslim. Pada MPS pun ditemukan sebuah kesejahteraan hidup manusia adalah secara kepuasan batiniah dan rohaniah. Kepuasan batiniah dan rohaniah memiliki beberapa tanda, diantaranya rasa tenang, nyaman, aman, dan syukur kepada Tuhan. Unsur sejahtera yang terdapat dalam MPS tercermin dalam sebuah stuktur dan penuturan. Untuk lebih jelas lihat uraian berikut.
1. Stuktur
MPS varian pertama terdiri dari empat kalimat dengan jenis kalimat tunggal, luas, dan majemuk. Kalimat MPS varian pertama didominasi oleh kalimat subjek dan predikat yang terdapat kategori verba dan nomina. Pola bunyi dan pola irama pada MPS varian pertama menimbulkan efek magis dan menciptakan suasana khusyuk. Tema yang terdapat dalam MPS varian pertama adalah tentang permohonan manusia untuk memohon sesuatu pada Tuhan yang bertujuan sebagai doa.
MPS varian kedua terdiri dari empat kalimat dengan jenis kalimat tunggal, luas, dan majemuk. Kalimat MPS varian kedua didominasi oleh kalimat subjek dan predikat yang terdapat kategori verba dan nomina. Pola bunyi dan pola irama pada MPS varian pertama menimbulkan efek magis dan menciptakan suasana khusyuk. Tema yang
(32)
357
PARAD OKS MANTRA PARAGI SOLAT D I KAWASAN BAND UNG BARAT SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS D AN CILILIN, KAMPUNG MAROKO, RONGGA, D AN BABAKAN SALAM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
terdapat dalam MPS varian kedua adalah tentang permohonan manusia untuk memohon sesuatu pada Tuhan yang bertujuan sebagai doa.
MPS varian ketiga terdiri dari empat kalimat dengan jenis kalimat tunggal, luas, dan majemuk. Kalimat MPS varian ketiga didominasi oleh kalimat subjek dan predikat yang terdapat kategori verba dan nomina. Pola bunyi dan pola irama pada MPS varian pertama menimbulkan efek magis dan menciptakan suasana khusyuk. Tema yang terdapat dalam MPS varian ketiga adalah tentang permohonan manusia untuk memohon sesuatu pada Tuhan yang bertujuan sebagai doa.
Struktur yang membangun MPS yaitu kalimat predikat verba aktif serta didominasi oleh kalimat invers. Hal tersebut menunjukan keutamaan dalam penuturan
MPS pada suatu keadaan dan tujuan yang ditunjukan oleh manusia memohon kepada
Tuhan dengan sungguh-sungguh dan penuh kelapangan. 2. Konteks paradoks dalam teks
Pada analisis konteks paradoks yang terdapat dalam teks MPS, ditemukan beberapa kalimat dalam MPS. Menurut KBBI (2005) paradoks adalah pernyataan yang seolah-olah bertentangan (berlawaan) dengan pendapat umum atau kebenaran, tetapi kenyataannya mengandung kebenaran; bersifat paradoks. Kalimat paradoks dari MPS varian pertamma sampai ketiga memiliki banyak unsur paradoks. Pada mantra varian pertama kalimat Alloohumma innii samak barsah panghajatan Alloh ta’ala. Ada beberapa penggalan yang menyatakan paradok yaitu pada teks yang dicetak tebal. Kalimat tersebut menyatakan paradoks karena suatu benda bisa mewakili sebuah alam yang akan manusia lewati setelah alam dunia. Kalimat tersebut juga menyatakan suatu
(33)
358
PARAD OKS MANTRA PARAGI SOLAT D I KAWASAN BAND UNG BARAT SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS D AN CILILIN, KAMPUNG MAROKO, RONGGA, D AN BABAKAN SALAM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
panghajatan Allah. Pada mantra varian kedua terdapat dikalimat sang ratu renyek menek yang mengandung unsur paradoks. Karena terdapat alimat yang mengagungkan sang ratu akan tetapi dalam beribadah tidak ada istilah Ratu melainkan Allah atau Tuhan. Pada kalimat sang ratu renyek menek terdapat unsur lain yaitu ada kesopanan dan unsur kewanitaan yang terkandung didalam mantra. Konteks paradoks dalam mantra varian ketiga secara keseluruhan adalah sebuah tujuan dan makna yang terkandung merupakan sebuah ajaran dan pengingat untuk umat manusia saat akan menjalankan aktivitas karena dalam mantra varian ketiga mengandung makna kehidupan buka hanya unsur tentang sebuah ketaatan manusia pada Allah atau Tuhan akkan tetapi menimbulkan unsur lainnya. Paradoksnya yaitu memiliki unsur kebenaran untuk pepatah dalam menjalankan kehidupan akan tetapi memiliki pertentangan dengan ajaran agama yang dianut umat muslim.
3. Konteks Penuturan
Penutur MPS varian satu dilakukan saat akan memulai salat. Sebelum salat penutur, akan meminta izin pada Allah dengan cara menuturkan MPS. Penuturan dilakukan setiap akan melaksanakan salat wajib maupun salat sunat. Biasanya penutur akan membacakan Bissmillahhirohmannirrohim terlebih dahulu baru menuturkan MPS dan langsung menginjak alas yang akan dipergunakan.
Tujuan dari MPS varian pertama, yaitu merupakan sebuah do’a dan memohon izin sebelum akan melakukan salat dan menginjak alas yang akan di kenakan. Do’a yang terlontar merupakan sebuah harapan agar Tuhan memberikan ridho pada pemohon agar khusyuk dalam menjalankan ibadah. Permohonan tersebut khusus ditujukan pada Tuhan.
(34)
359
PARAD OKS MANTRA PARAGI SOLAT D I KAWASAN BAND UNG BARAT SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS D AN CILILIN, KAMPUNG MAROKO, RONGGA, D AN BABAKAN SALAM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tujuan tersebut terlihat dari teks MPS yang mencerminkan suatu keislaman yang memiliki makna do’a sebelum malakukan kegiatan apapun
Penuturan MPS varian kedua dilakukan oleh pemilik teks itu sendiri dan disaksikan oleh keluarga yang mengamalkan teks yang sama. Pada saat menuturkan MPS varian ketiga, penutur mengambil posisi berdisi seperti akan melakukan salat. Sebelum penutur menuturkan teks penutur merapihkan pakaian yang digunakan dan menyuruh makmumnya untuk merapihkan jajaran (sap) serta pakaiannya. Penuturan mantra dilakukan satu kali saat akan melakukan salat dan MPS varian pertama. MPS varian pertama merupakan mantra yang tidak menyinggung langsung tentang ibadah atau salat. Akan tetapi fungsi dan tujuannya sama yaitu do’a sebelum melakukan aktivitas salat. 4. Proses penciptaan
Pada penuturan MPS varian pertama dapat dijelaskan bahwa pewarisan secara lisan terdiri dari dua yaitu vertical dan horizontal. Proses pewarisan telah dijelaskan pada Bab dua dan proses penciptaan MPS varian satu. Proses pewarisan MPS varian pertama adalah pewarisan dalam bentuk vertical dan horizontal. Proses pewarisan MPS varian pertama terbagi kedua cara karena berdasarkan urutan pewarisannya. Penutur mewariskan tuturan tersebut dari orang tuanya dan guru ngajinya, ini dilakukan secara turun temurun dari nenek moyang terdahulu.
5. Fungsi
Pada MPS varian pertama dilihat dari faktor sastra lisan yang memiliki fungsi bagi masyarakat yang memiliki MPS. Fungsi faktor sastra lisan telah dijelaskan pada uraian sebelumnya yaitu uraian kajian teori.
(35)
360
PARAD OKS MANTRA PARAGI SOLAT D I KAWASAN BAND UNG BARAT SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS D AN CILILIN, KAMPUNG MAROKO, RONGGA, D AN BABAKAN SALAM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Makna dari teks MPS varian pertama adalah suatu harapan manusia memperoleh suatu ketenangan yang ada dalam batinnya. Harapan tersebut disampaikan sebagai doa sebelum melakukan salat. Manusia menginginkan suatu kehidupan tanpa kekurangan suatu apapun sehingga ketenangan yang dimiliki manusia dan yang terkandung dalam teks MPS pertama yaitu berupa kebutuhuan secara batiniah sehingga hidup manusia akan berjalan lancar dan sejahtera. Makna yang terkandung didalam MPS varian kedua adalah sebuah perintah agar kita sebelum melakukan apapun harus ingat dengan aturan-aturan yang ada jangan sampai kita melupakan adat istiadat. Makna yang terkandung dalam
MPS varian tiga merupakan suatu permohonan kepada Tuhan agar setiap manusia
sebelum melakukan apapun ingat kepada Tuhan dan berdoa. Makna lain yang terkandung dalam MPS varian tiga adalah suatu perintah agar manusia sebelum melakukan apapun ingat dengan aturan yang ada jangan sampai manusia lupa pada Tuhan dan adat yang berkembang selama ini.
B. Rekomendasi
Setelah kajian ini selesai, ada beberapa saran yang diajukan bagi peneliti dan masyarakat yang tertarik terhadap kajian mantra maupun sastra lisan lainnya. Ada beberapa saran yang peneliti ajukan, yaitu sebagai berikut.
1. Aspek yang akan dikaji dalam suatu penelitian tentang mantra atau sastra lainnya harus dapat lebih luas dan rinci, atau menggali aspek lain yang terkandung dalam teks yang akan dikaji.
2. Peneliti berharap mantra dalam sebuah penelitian dapat berkembang atau bertambah dengan bentuk kajian lain maupun jenis mantra yang sama atau mantra yang berkaitan agar lebih variatif dalam mengkaji sebuah teks mantra
(36)
361
PARAD OKS MANTRA PARAGI SOLAT D I KAWASAN BAND UNG BARAT SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS D AN CILILIN, KAMPUNG MAROKO, RONGGA, D AN BABAKAN SALAM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Sastra lisan khususnya dalam sebuah bentuk mantra dalam lingkup masyarakat harus dapat dilestarikan bahkan ditingkatkan daya minat masyarakat terhadap mantra. Perhatian yang harus lebih diperhatikan karena semakin berkurangnya peminat mantra dalam ruang lingkup masyarakat terutama generasi muda. Mantra atau tradisi lisan harus dilestarikan terutama sastra yang dimiliki kelompok-kelompoknya.
(1)
PARAD OKS MANTRA PARAGI SOLAT D I KAWASAN BAND UNG BARAT SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS D AN CILILIN, KAMPUNG MAROKO, RONGGA, D AN BABAKAN SALAM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
Pada keseluruhan teks MPS didapati kesimpulan bahwa MPS merupakan mantra yang memiliki sugesti yang kuat didalamnya serta mengandung unsur kehidupan untuk umat muslim. Pada MPS pun ditemukan sebuah kesejahteraan hidup manusia adalah secara kepuasan batiniah dan rohaniah. Kepuasan batiniah dan rohaniah memiliki beberapa tanda, diantaranya rasa tenang, nyaman, aman, dan syukur kepada Tuhan. Unsur sejahtera yang terdapat dalam MPS tercermin dalam sebuah stuktur dan penuturan. Untuk lebih jelas lihat uraian berikut.
1. Stuktur
MPS varian pertama terdiri dari empat kalimat dengan jenis kalimat tunggal, luas, dan majemuk. Kalimat MPS varian pertama didominasi oleh kalimat subjek dan predikat yang terdapat kategori verba dan nomina. Pola bunyi dan pola irama pada MPS varian pertama menimbulkan efek magis dan menciptakan suasana khusyuk. Tema yang terdapat dalam MPS varian pertama adalah tentang permohonan manusia untuk memohon sesuatu pada Tuhan yang bertujuan sebagai doa.
MPS varian kedua terdiri dari empat kalimat dengan jenis kalimat tunggal, luas, dan majemuk. Kalimat MPS varian kedua didominasi oleh kalimat subjek dan predikat yang terdapat kategori verba dan nomina. Pola bunyi dan pola irama pada MPS varian pertama menimbulkan efek magis dan menciptakan suasana khusyuk. Tema yang
(2)
PARAD OKS MANTRA PARAGI SOLAT D I KAWASAN BAND UNG BARAT SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS D AN CILILIN, KAMPUNG MAROKO, RONGGA, D AN BABAKAN SALAM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
terdapat dalam MPS varian kedua adalah tentang permohonan manusia untuk memohon sesuatu pada Tuhan yang bertujuan sebagai doa.
MPS varian ketiga terdiri dari empat kalimat dengan jenis kalimat tunggal, luas, dan majemuk. Kalimat MPS varian ketiga didominasi oleh kalimat subjek dan predikat yang terdapat kategori verba dan nomina. Pola bunyi dan pola irama pada MPS varian pertama menimbulkan efek magis dan menciptakan suasana khusyuk. Tema yang terdapat dalam MPS varian ketiga adalah tentang permohonan manusia untuk memohon sesuatu pada Tuhan yang bertujuan sebagai doa.
Struktur yang membangun MPS yaitu kalimat predikat verba aktif serta didominasi oleh kalimat invers. Hal tersebut menunjukan keutamaan dalam penuturan
MPS pada suatu keadaan dan tujuan yang ditunjukan oleh manusia memohon kepada
Tuhan dengan sungguh-sungguh dan penuh kelapangan. 2. Konteks paradoks dalam teks
Pada analisis konteks paradoks yang terdapat dalam teks MPS, ditemukan beberapa kalimat dalam MPS. Menurut KBBI (2005) paradoks adalah pernyataan yang seolah-olah bertentangan (berlawaan) dengan pendapat umum atau kebenaran, tetapi kenyataannya mengandung kebenaran; bersifat paradoks. Kalimat paradoks dari MPS varian pertamma sampai ketiga memiliki banyak unsur paradoks. Pada mantra varian pertama kalimat Alloohumma innii samak barsah panghajatan Alloh ta’ala. Ada beberapa penggalan yang menyatakan paradok yaitu pada teks yang dicetak tebal. Kalimat tersebut menyatakan paradoks karena suatu benda bisa mewakili sebuah alam yang akan manusia lewati setelah alam dunia. Kalimat tersebut juga menyatakan suatu
(3)
PARAD OKS MANTRA PARAGI SOLAT D I KAWASAN BAND UNG BARAT SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS D AN CILILIN, KAMPUNG MAROKO, RONGGA, D AN BABAKAN SALAM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
panghajatan Allah. Pada mantra varian kedua terdapat dikalimat sang ratu renyek menek yang mengandung unsur paradoks. Karena terdapat alimat yang mengagungkan sang ratu akan tetapi dalam beribadah tidak ada istilah Ratu melainkan Allah atau Tuhan. Pada kalimat sang ratu renyek menek terdapat unsur lain yaitu ada kesopanan dan unsur kewanitaan yang terkandung didalam mantra. Konteks paradoks dalam mantra varian ketiga secara keseluruhan adalah sebuah tujuan dan makna yang terkandung merupakan sebuah ajaran dan pengingat untuk umat manusia saat akan menjalankan aktivitas karena dalam mantra varian ketiga mengandung makna kehidupan buka hanya unsur tentang sebuah ketaatan manusia pada Allah atau Tuhan akkan tetapi menimbulkan unsur lainnya. Paradoksnya yaitu memiliki unsur kebenaran untuk pepatah dalam menjalankan kehidupan akan tetapi memiliki pertentangan dengan ajaran agama yang dianut umat muslim.
3. Konteks Penuturan
Penutur MPS varian satu dilakukan saat akan memulai salat. Sebelum salat penutur, akan meminta izin pada Allah dengan cara menuturkan MPS. Penuturan dilakukan setiap akan melaksanakan salat wajib maupun salat sunat. Biasanya penutur akan membacakan Bissmillahhirohmannirrohim terlebih dahulu baru menuturkan MPS dan langsung menginjak alas yang akan dipergunakan.
Tujuan dari MPS varian pertama, yaitu merupakan sebuah do’a dan memohon izin sebelum akan melakukan salat dan menginjak alas yang akan di kenakan. Do’a yang terlontar merupakan sebuah harapan agar Tuhan memberikan ridho pada pemohon agar khusyuk dalam menjalankan ibadah. Permohonan tersebut khusus ditujukan pada Tuhan.
(4)
PARAD OKS MANTRA PARAGI SOLAT D I KAWASAN BAND UNG BARAT SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS D AN CILILIN, KAMPUNG MAROKO, RONGGA, D AN BABAKAN SALAM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tujuan tersebut terlihat dari teks MPS yang mencerminkan suatu keislaman yang memiliki makna do’a sebelum malakukan kegiatan apapun
Penuturan MPS varian kedua dilakukan oleh pemilik teks itu sendiri dan disaksikan oleh keluarga yang mengamalkan teks yang sama. Pada saat menuturkan MPS varian ketiga, penutur mengambil posisi berdisi seperti akan melakukan salat. Sebelum penutur menuturkan teks penutur merapihkan pakaian yang digunakan dan menyuruh makmumnya untuk merapihkan jajaran (sap) serta pakaiannya. Penuturan mantra dilakukan satu kali saat akan melakukan salat dan MPS varian pertama. MPS varian pertama merupakan mantra yang tidak menyinggung langsung tentang ibadah atau salat. Akan tetapi fungsi dan tujuannya sama yaitu do’a sebelum melakukan aktivitas salat. 4. Proses penciptaan
Pada penuturan MPS varian pertama dapat dijelaskan bahwa pewarisan secara lisan terdiri dari dua yaitu vertical dan horizontal. Proses pewarisan telah dijelaskan pada Bab dua dan proses penciptaan MPS varian satu. Proses pewarisan MPS varian pertama adalah pewarisan dalam bentuk vertical dan horizontal. Proses pewarisan MPS varian pertama terbagi kedua cara karena berdasarkan urutan pewarisannya. Penutur mewariskan tuturan tersebut dari orang tuanya dan guru ngajinya, ini dilakukan secara turun temurun dari nenek moyang terdahulu.
5. Fungsi
Pada MPS varian pertama dilihat dari faktor sastra lisan yang memiliki fungsi bagi masyarakat yang memiliki MPS. Fungsi faktor sastra lisan telah dijelaskan pada uraian sebelumnya yaitu uraian kajian teori.
(5)
PARAD OKS MANTRA PARAGI SOLAT D I KAWASAN BAND UNG BARAT SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS D AN CILILIN, KAMPUNG MAROKO, RONGGA, D AN BABAKAN SALAM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Makna dari teks MPS varian pertama adalah suatu harapan manusia memperoleh suatu ketenangan yang ada dalam batinnya. Harapan tersebut disampaikan sebagai doa sebelum melakukan salat. Manusia menginginkan suatu kehidupan tanpa kekurangan suatu apapun sehingga ketenangan yang dimiliki manusia dan yang terkandung dalam teks MPS pertama yaitu berupa kebutuhuan secara batiniah sehingga hidup manusia akan berjalan lancar dan sejahtera. Makna yang terkandung didalam MPS varian kedua adalah sebuah perintah agar kita sebelum melakukan apapun harus ingat dengan aturan-aturan yang ada jangan sampai kita melupakan adat istiadat. Makna yang terkandung dalam
MPS varian tiga merupakan suatu permohonan kepada Tuhan agar setiap manusia
sebelum melakukan apapun ingat kepada Tuhan dan berdoa. Makna lain yang terkandung dalam MPS varian tiga adalah suatu perintah agar manusia sebelum melakukan apapun ingat dengan aturan yang ada jangan sampai manusia lupa pada Tuhan dan adat yang berkembang selama ini.
B. Rekomendasi
Setelah kajian ini selesai, ada beberapa saran yang diajukan bagi peneliti dan masyarakat yang tertarik terhadap kajian mantra maupun sastra lisan lainnya. Ada beberapa saran yang peneliti ajukan, yaitu sebagai berikut.
1. Aspek yang akan dikaji dalam suatu penelitian tentang mantra atau sastra lainnya harus dapat lebih luas dan rinci, atau menggali aspek lain yang terkandung dalam teks yang akan dikaji.
2. Peneliti berharap mantra dalam sebuah penelitian dapat berkembang atau bertambah dengan bentuk kajian lain maupun jenis mantra yang sama atau mantra yang berkaitan agar lebih variatif dalam mengkaji sebuah teks mantra
(6)
PARAD OKS MANTRA PARAGI SOLAT D I KAWASAN BAND UNG BARAT SELATAN, KECAMATAN CIHAMPELAS D AN CILILIN, KAMPUNG MAROKO, RONGGA, D AN BABAKAN SALAM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Sastra lisan khususnya dalam sebuah bentuk mantra dalam lingkup masyarakat harus dapat dilestarikan bahkan ditingkatkan daya minat masyarakat terhadap mantra. Perhatian yang harus lebih diperhatikan karena semakin berkurangnya peminat mantra dalam ruang lingkup masyarakat terutama generasi muda. Mantra atau tradisi lisan harus dilestarikan terutama sastra yang dimiliki kelompok-kelompoknya.