PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG.

(1)

PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7

DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Melinda Prilanita Rosandi NIM 1105255

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN

BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG

Oleh

MELINDA PRILANITA ROSANDI 1105255

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© MELINDA PRILANITA ROSANDI 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

2015

Hak cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruh atau sebagian,


(3)

MELINDA PRILANITA ROSANDI

PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN

BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Dra. Hj. Pudji Asri, M. Pd

NIP. 195103261979032002 Pembimbing II

Dr. H. Dedy Kurniadi, M. Pd.

NIP.1956032211982031001

Mengetahui

Ketua Departemen Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Budi Susetyo, M. Pd.


(4)

ABSTRAK

PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG

Oleh : Melinda Prilanita Rosandi (1105255)

Siswa tunagrahita sedang dalam karakteristiknya mengalami permasalahan dalam aspek berbahasa ekspresif, dimana umumnya siswa sulit dalam menyampaikan, mengutarakan dan mengungkapkan apa yang mereka rasakan. Kurangnya perhatian dan kesempatan dari lingkungan sekitar siswa menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi siswa sulit dalam meningkatkan bahasa ekspresifnya. Berdasarkan kasus yang ditemukan di lapangan, siswa tunagrahita sedang memiliki kecenderungan kurang mampu dalam berbahasa ekspresif secara baik. Dalam hal ini, siswa yang sudah memiliki potensi haruslah diaktualkan kemampuan dalam berbahasa ekspresifnya. Dan bagi yang masih sangat kurang tentu perlu untuk terus diberikan motivasi dan penanganan secara khusus dan konsisten. Bahasa ekspresif dirasa perlu guna meningkatkan kemampuan diri siswa. Selain itu hal ini berkaitan mengenai perkembangan interaksi dan komunikasi anak, dimana di dalamnya membutuhkan bahasa dalam hal ini bahasa ekspresif. Tujuan penelitian kali ini yakni untuk mengetahui pengaruh dari boneka tanga terhadap peningkatan bahasa ekspresif siswa tunagrahita sedang di SPLB-C YPLB Cipaganti. Media boneka tangan ini dirasa cocok dijadikan sebagai alat dalam membantu menstimulus siswa dalam berbahasa ekspresif. Boneka memiliki kecenderungan mampu menstimulus siswa untuk mau berbicara, dalam hal ini berbahasa ekspresif. Siswa akan seperti layaknya bercakap-cakap dengan bonekanya atau dia akan cenderung memerankan tokoh bonekanya dengan menjadi pengisi suaranya. Metode penelitian eksperimen dengan pendekatan kuantitatif penulis pilih sebagai metode yang digunakan dalam penelitian ini, dengan desain Preexperimental Design one group pre-test post-test. Teknik pengumpulan data yang digunakan yakni dengan teknik non-tes (inventori). Subjek yang diambil dalam penelitian ini adalah enam orang siswa tunagrahita sedang. Dari hasil penelitian ini, menunjukkan adanya peningkatan skor dari fase pre-test ke fase post-test mulai dari kisaran 3 sampai 11 skor. Berdasarkan hasil tersebut, disimpulkan bahwa media boneka tangan memberikan pengaruh terhadap peningkatan bahasa ekspresif siswa tunagrahita sedang di SPLB-C YPLB Cipaganti. Meninjau hasil penelitian ini, peneliti merekomendasikan kepada guru menggunakan media boneka tangan sebagai alternatif baru dalam pembelajaran di kelas untuk meningkatkan bahasa ekspresif siswa tunagrahita sedang.


(5)

Melinda Prilanita Rosandi, 2015

PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

EFFECT OF MEDIA HAND PUPPET ON THE IMPROVEMENT EXPRESSIVE LANGUAGE STUDENTS SMPLB MENTAL RETARDATION MODERATE CLASS 7 IN

SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG

By : Melinda Prilanita Rosandi (1105255)

Students mental retardation moderate experiencing problems in their characteristics in the aspects of expressive language, where students are generally difficult in communicating, say and express what they feel. Lack of attention and opportunity from the environment around the students became one of the factors that influence students' hard to improve expressive language. Based on the cases found in the field, students of mental retardation moderate have a tendency disadvantaged in expressive language properly. In this case, students who already have the potential to be actual ability in expressive language. And for those who still lack certainly need to continue to be given the motivation and special handling and consistent. Expressive language is necessary in order to improve the ability of students. In addition it relates to the development of the child's interaction and communication, where it requires the language in this expressive language. The purpose of the present study to determine the effect of hand puppet to increase expressive language of the students mental ratardation moderate in SPLB-C YPLB Cipaganti. This hand puppet media considered suitable be used as a tool in helping to stimulate students in expressive language. Doll has a tendency can stimulate students to want speak, in this case the expressive language. Students will like a having a conversation with the puppet or they will tend to playing the character of the puppet with a filler voice. Methods of experimental research with a quantitative approach the authors chose as the methods used in this study, with Preexperimental design Design one group pre-test post-pre-test. Data collection techniques used by the non-pre-test techniques (inventory). Subjects were taken in this study were six _ students of mental ratardation moderate. From these results, it showed an increase in scores from the phase of pre-test to post-test phase starting from the range of 3 to 11 scores. Based on these results, it was concluded that the media hand puppets give effect to an increase in expressive language students of mental ratardation moderate in SPLB-C YPLB Cipaganti. Reviewing the results of this study, the researchers recommend to the teacher uses a hand puppet media as a new alternative in the classroom to enhance the expressive language students of mental ratardation moderate.


(6)

i

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR DIAGRAM ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1. Tujuan Penelitian ... 6

2. Manfaat Penelitian ... 6

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II PENGGUNAAN MEDIA BONEKA TANGAN UNTUK MENINGKATKAN BAHASA EKSPRESIF DALAM PEMBELAJARAN ANAK TUNAGRAHITA SEDANG ... 9

A. Deskripsi Teori ... 9

1. Tunagrahita ... 9

a. Pengertian Tunagrahita ... 9

b. Klasifikasi Tunagrahita ... 11

c. Tunagrahita Sedang ... 12

d. Dampak Tunagrahita ... 13

2. Bahasa Ekspresif ... 16

a. Pengertian Bahasa Ekspresif ... 16


(7)

ii Melinda Prilanita Rosandi, 2015

PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Pentingnya Pengembangan Bahasa Ekspresif ... 22

d. Penelitian Bahasa Anak Tunagrahita ... 23

3. Media Boneka Tangan ... 24

a. Pengertian Media ... 24

b. Jenis Media ... 24

c. Manfaat Media ... 25

d. Pengertian Media Boneka Tangan ... 26

e. Manfaat Media Boneka Tangan ... 27

f. Kelemahan dan Kelebihan Media Boneka Tangan .... 28

f. Langkah-Langkah Menggunakan Media Boneka Tangan ... 29

B. Penelitian Yang Relevan ... 30

C. Kerangka Berpikir dan Hipotesis Penelitian ... 31

1. Kerangka Berpikir ... 31

2. Hipotesis Penelitian ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

A. Metodologi Penelitian ... 35

B. Variabel Penelitian ... 36

1. Definisi Konsep ... 36

a. Variabel Bebas ... 36

b. Variabel Terikat ... 37

2. Definisi Operasional Variabel ... 37

a. Variabel Bebas ... 37

b. Variabel Terikat ... 38

C. Populasi dan Sampel ... 38

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 40

1. Instrumen Penelitian ... 40

2. Uji Validitas Instrumen ... 44

3. Reliabilitas Instrumen ... 45

4. Teknik Pengumpulan Data ... 48

E. Prosedur Penelitian ... 49


(8)

iii

2. Pelaksanaan Penelitian ... 50

F. Teknik Pengolahan Data ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Hasil Penelitian ... 54

B. Pengolahan Data ... 58

C. Pengujian Hipotesis ... 59

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 60

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 64

A. Simpulan ... 64

B. Rekomendasi ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 67


(9)

iv Melinda Prilanita Rosandi, 2015

PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Keterampilan Bahasa ... 18

3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Bahasa Ekspresif Siswa Tunagrahita Sedang ... 41

3.2 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ... 47

4.1 Skor Pre-test ... 54

4.2 Skor Post-test ... 55

4.3 Peningkatan Skor Pre-test dan Post-test Bahasa Ekspresif Siswa Tunagrahita Sedang ... 56

4.4 Tabel Uji Wilcoxon pada Kemampuan Bahas Ekspresif Siswa Tunagrahita Sedang ... 59


(10)

v

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Halaman

4.1 Skor Pre-Test dan Post-Test Bahasa Ekspresif Siswa Tunagrahita


(11)

vi Melinda Prilanita Rosandi, 2015

PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Proses Bimbingan Penulisan Skripsi ... 71

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 74

Instrumen Penelitian ... 76

Perhitungan Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 82

Judgement Expert ... 86

Uji Reliabilitas ... 102

RPP Penelitian ... 119

Hasil Pre-test ... 136

Hasil Post-test ... 167

Tabel Wilcoxon ... 198

Surat-Surat Penelitian ... 200

Dokumentasi ... 206


(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pada hakikatnya interaksi dan komunikasi merupakan dua unsur yang saling berkaitan satu dan yang lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sebagai makhluk sosial pasti akan melakukan suatu interaksi, baik dengan individu lain maupun dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini merupakan suatu kebutuhan manusia agar mereka memahami tujuan dan maksud seseorang.

Setelah interaksi ini sudah dapat berjalan dengan baik, maka kita akan mulai berkomunikasi antara satu individu dengan individu yang lainnya. Komunikasi ini merupakan proses terjadinya pertukaran informasi. Pada umumnya, masyarakat kita masih salah mengartikan makna komunikasi ini. Mereka beranggapan jika pertukaran informasi ini hanya bisa secara verbal saja padahal komunikasi ini bisa juga berupa non verbal, misalnya dengan isyarat, tulisan, atau simbol yang tentunya bahasa isyarat ini sudah pasti di mengerti oleh semua orang. Komunikasi ini juga sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

Jika komunikasi antara komunikator (pembicara/pemberi pesan) dan komunikan (penerima pesan) sudah terjalin dengan baik, maka informasi yang diberi dan diterima pun akan dapat di mengerti dengan baik pula. Bahasa, merupakan salah satu alat individu dalam membangun interaksi dan komunikasi dengan individu yang lain. Menurut Syamsuddin (1986, hlm. 2) :

Bahasa terbagi atas dua pengertian pertama, bahasa adalah alat yang dipakai untuk membentuk pikiran dan perasaan, keinginan dan perbuatan-perbuatan, alat yang dipakai untuk mempengaruhi dan dipengaruhi. Kedua, bahasa adalah tanda yang jelas dari kepribadian yang baik maupun yang buruk, tanda yang jelas dari keluarga dan bangsa, tanda yang jelas dari budi kemanusiaan.


(13)

2

Melinda Prilanita Rosandi, 2015

PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bahasa merupakan suatu alat yang digunakan seseorang dalam membangun interaksi dan komunikasi dengan lingkungannya, dimana bahasa sebagai alat bersifat mempengaruhi dan dipengaruhi. Kemampuan berbahasa itu sendiri terbagi atas dua yakni bahasa reseptif dan bahasa ekspresif. Kemampuan bahasa reseptif lebih kepada kemampuan seseorang untuk mengerti dan memahami apa yang telah disampaikan kepadanya. Sedangkan kemampuan bahasa ekspresif lebih kepada kemampuan yang ditunjukkan melalui aktivitas yang ia lakukan dari apa yang didapatnya baik berupa symbol, isyarat atau bicara. Kemampuan berbahasa ekspresif sangat erat kaitannya dengan kegiatan berbicara, dimana berbicara merupakan kemampuan seseorang dalam mengutarakan atau mengekspresikan keinginan, kebutuhan, dan ide/gagasan dalam melakukan suatu komunikasi secara verbal.

Kemampuan berbahasa pada diri individu tentu berkaitan dengan tingkat intelegensinya. Orang dengan tingkat intelegensi yang tinggi tentu memiliki kecakapan dalam hal berbahasa yang baik, terlihat dengan penggunaan kata yang baik dan tepat dalam suatu kalimat ketika sedang berbicara atau dapat terlihat dengan pembendaharaan kata yang banyak saat individu tersebut berbicara atau dalam mengekspresikannya ke dalam sebuah tulisan.

Pada umumnya siswa dengan hambatan intelegensi atau tunagrahita sering mengalami kendala dalam berbahasa. Baik dalam keterampilan bahasa reseptif maupun bahasa ekspresif. Pembelajaran akan hal ini tentu dibutuhkan oleh anak tunagrahita guna menggali potensi dan perkembangan dalam dirinya dimana dalam penerapannya tentu membutuhkan pelayanan dan metode yang berbeda atau secara khusus. Usaha dalam rangka memberikan hak atas pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus tertuang dalam Pasal 5 ayat (2) UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi ͞setiap warga negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh Pendidikan Khusus͟.

Berdasarkan pemaparan undang-undang di atas dapat terlihat bahwasannya pendidikan di Negara ini merupakan suatu hak yang dapat diterima oleh


(14)

3

siapapun tanpa melihat latar belakang dan juga hambatannya baik ia berkelainan secara fisik, mental/intelegensi dan emosi-sosialnya.

Siswa tunagrahita sulit dalam memahami, mengerti, dan mengekspresikan suatu bahasa yang ia terima, mereka akan cenderung salah menanggapi. Mereka juga biasanya memiliki kekurangan dalam penguasaan pembendaharaan kata. Beberapa dari anak tunagrahita yang sudah memiliki beberapa kosa kata, mereka akan cenderung mengulang-ulang kata tersebut atau mengulang apa yang orang lain katakan (membeo). Bagi yang masih kurang dalam pembendaharaan kata dan kurang dalam mengartikulasikannya dengan baik mereka akan cenderung mengeluarkan kata-kata yang tidak bermakna atau kata yang kurang jelas (bubbling). Adanya kesulitan dalam berbahasa inilah yang penulis rasa menjadi cikal bakal permasalahan anak dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Montessori mengemukakan dalam Suyadi (2010, hlm. 97) bahwa

“Ketika anak belajar bahasa melalui interaksi orang dewasa, anak-anak tidak

hanya mempelajari redaksi kata dan kalimat, melainkan juga struktur kata dan

kalimat itu sendiri”. Dari pernyataan Montessori tersebut, terlihat jelas bahwa lingkungan sangatlah berperan penting dalam pembelajaran bahasa pada diri seorang siswa. Dalam hal ini, penulis yang berlatar belakang berkecimpung di dalam ranah pendidikan khusus dan merupakan bagian dari lingkungan terdekat siswa tunagrahita merasa tergugah untuk mau ikut berperan serta dalam menciptakan pembelajaran bahasa yang baik bagi siswa tunagrahita. Bahasa ekspresif dirasa perlu untuk dikembangkan pada siswa tunagrahita terutama pada siswa tunagrahita sedang. Hal ini bertujuan agar siswa mampu mengekspresikan apa yang ia rasakan, sebagai bentuk pengungkapan kebutuhan anak dalam bentuk bahasa dan juga dapat meningkatkan (menambah) perbendaharaan kata yang siswa miliki, sehingga kelak siswa akan dapat dengan mudah dalam menerima informasi dan menyampaikan respon dalam bentuk bahasa ketika siswa bersosialisasi dan berkomunikasi dengan lingkungan sekitar.

Berdasarkan pemaparan diatas, upaya meningkatkan kemampuan bahasa ekspresif siswa tunagrahita sedang dirasa perlu. Sehubungan dengan hal tersebut,


(15)

4

Melinda Prilanita Rosandi, 2015

PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

peneliti berniat untuk melakukan sebuah penelitian dengan judul “Pengaruh

Media Boneka Tangan terhadap Peningkatan Bahasa Ekspresif Siswa SMPLB Tunagrahita Sedang Kelas 7 di SPLB-C YPLB Cipaganti Bandung”. Media dalam pelaksanaan penelitian ini dirasa penting karena penulis meninjau karakteristik daripada siswa tunagrahita dimana mereka membutuhkan adanya suatu pelayanan atau metode khusus dalam melaksanakan pembelajaran, hal ini dikarenakan adanya hambatan dalam atensi siswa yang tentu akan berimbas pada gangguan dalam aspek penerimaan informasi. Media yang penulis sekaligus peneliti gunakan dalam penelitian ini yakni boneka tangan. Menurut Musfiroh (2005, hlm. 179) “Boneka sebagai media dapat menghidupkan suasana karena memiliki pesona dihadapan anak. Boneka dapat membuat anak berimajinasi bahwa boneka itu dapat berbicara dan bisa pula

diajak berbicara”. Dari pemaparan tersebut, dapat terlihat jelas bahwa setiap anak tentu menyukai boneka apalagi siswa tunagrahita dimana mereka cenderung akan memperhatikan suatu hal yang mencolok dan berbeda sebelumnya (hal yang dirasa baru dalam pembelajaran siswa tunagrahita sedang sehari-hari). Dengan demikian, siswa akan cenderung memperhatikan boneka yang seolah-olah berbicara tersebut karena umumnya siswa tunagrahita sedang senang dan tertarik pada media yang riil.

B. Identifikasi Masalah

Masalah-masalah yang dapat diidentifikasi terhadap kemampuan bahasa ekspresif siswa tunagrahita yakni sebagai berikut:

1. Hambatan siswa tunagrahita yang pada umumnya mengalami kesulitan dalam aspek berbahasa ekspresif.

2. Banyaknya siswa tunagrahita yang sulit dalam mengaplikasikan bahasa ekspresif dalam bersosialisasi dan berkomunikasi dengan lingkungan sekitar.


(16)

5

3. Kurangnya kesempatan siswa tunagrahita di lingkungan sekitarnya dalam mengembangkan bahasa ekspresifnya.

4. Kurangnya media pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan siswa berbahasa secara aktif, dimana media ini sangat dibutuhkan karena siswa tunagrahita cenderung mampu dengan mudah menerima informasi secara konkrit (nyata). Siswa juga cenderung sulit dalam memusatkan perhatian jika hal tersebut sifatnya monoton.

5. Kurangnya sarana dan prasarana yang dapat menunjang keberlangsungan proses belajar mengajar yang optimal.

6. Kurangnya peran guru yang mampu menghidupkan pembelajaran menjadi pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan (PAIKEM) dan penuh motivasi pada siswa.

C. Batasan Masalah

Dilihat dari pemaparan latar belakang di atas, penelitian ini dirasa masih luas cakupannya. Selain itu, jika ditinjau dari banyaknya kasus yang dtemukan dalam anak tunagrahita, maka penulis membatasi fokus permasalahan pada penerapan media boneka tangan terhadap peningkatan bahasa ekspresif siswa tunagrahita sedang di SPLB-C YPLB Cipaganti Bandung. Dengan indikator variabel bahasa ekspresif mengungkapkan atau mengucapkan hal-hal yang ada di lingkungan sekitar anak (kata benda, kata sifat dan pertanyaan sederhana).

D. Rumusan Masalah

Agar penelitian yang dilakukan dapat terfokuskan dan terarah secara tepat dan jelas, berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan dan dirumuskan maka secara umum rumusan permasalahan pada penilitian ini adalah

“Adakah Pengaruh Media Boneka Tangan dalam Peningkatan Bahasa Ekspresif


(17)

6

Melinda Prilanita Rosandi, 2015

PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini berupaya untuk melihat pengaruh dari media boneka tangan yang diterapkan pada anak tunagrahita sedang dalam meningkatkan bahasa ekspresif.

2. Manfaat penelitian

Dari hasil penelitian ini, penulis berharap laporan penelitian ini dapat bermanfaat, adapun manfaat itu antara lain:

a. Manfaat Teoritis

1) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai kajian bahan lebih lanjut untuk kegiatan peningkatan bahasa ekspresif untuk siswa dengan hambatan intelegensi atau siswa tunagrahita sedang.

2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai kegiatan peningkatan bahasa ekspresif untuk siswa dengan hambatan intelegensi atau siswa tunagrahita sedang.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi siswa dapat melakukan kegiatan peningkatan-peningkatan bahasa ekspresif dalam mengungkapkan perasaan dengan kata sifat menggunakan media boneka tangan.

2) Bagi guru dapat dijadikan panduan untuk kegiatan pembelajaran peningkatan bahasa ekspresif untuk siswa tunagrahita sedang. 3) Bagi sekolah dapat di jadikan sebagai gambaran dan referensi

mengenai kegiatan peningkatan bahasa ekspresif siswa tunagrahita sedang. Sehingga dapat memberikan masukan untuk pengadaan program khusus mengenai peningkatan bahasa pada siswa.

4) Bagi penulis sendiri, dapat memberikan wawasan yang lebih mengenai permasalahan bahasa ekspresif siswa tunagrahita sedang di SPLB-C YPLB Cipaganti Bandung.


(18)

7

F. Struktur Organisasi Skripsi

Skripsi atau karya tulis ilmiah merupakan suatu karya tulis yang memerlukan adanya suatu sistematika penulisan, dimana sistematika penulisan ini diharapkan memudahkan pembaca dalam memahami isi dari karya tulis tersebut. Dengan demikian, penulis merumuskan beberapa bagian pokok bahasan agar mempermudah pembaca dan pesan yang disampaikan penulis dalam karyanya dapat sampai dengan baik dan jelas pada pembaca. Berikut beberapa rumusan pokok bahasan tersebut :

Bab I isinya membahas tentang latar belakang penelitian yang akan penulis

lakukan. Latar belakang penelitian ini adalah bahasa ekspresif siswa tunagrahita sedang yang perlu ditingkatkan dengan menggunakan suatu media yang dirasa tepat. Siswa tunagrahita sedang umumnya sudah memiliki beberapa kosa kata dalam pembendaharaan katanya. Namun, adanya gangguan pada system otak dimana umumnya gangguan tersebut juga mempengaruhi system berbahasa pada anak tunagrahita. Hal ini yang menyebabkan adanya pengaruh gangguan dalam berbahasa ekspresif siswa. Minimnya kepekaan orang sekitar siswa untuk meningkatkan aspek tersebut masih sering dijumpai di lapangan, seperti proses pembelajaran dikelas dimana masih banyak pembelajaran yang berpusat pada guru tentu hal ini akan menutupi kebutuhan siswa dan tentu akan membuat siswa pada situasi belajar pasif dan ia tidak akan banyak melakukan kegiatan berkomunikasi dimana di dalamnya terdapat berbahasa ekspresif. Penulis merasa bahwa perlu adanya suatu cara atau langkah yang tepat dalam pembelajaran yang membuat siswa tunagrahita sedang aktif berbahasa ekspresif, dengan menggunakan media dimana siswa tunagrahita akan lebih terpacu dan mau merespon untuk melakukan bahasa ekspresif dengan baik dan benar. Media pembelajaran yang akan digunakan di dalam penelitian ini adalah menggunakan media boneka tangan. Dalam bab I ini akan dijelaskan tentang identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan skripsi.


(19)

8

Melinda Prilanita Rosandi, 2015

PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bab II isinya membahas mengenai landasan teoritis atau kajian teoritis

yang merupakan pembahasan konsep atau dasar teori dari judul dan permasalahan penelitian ini. Landasan teoritis yang akan dibahas adalah tentang media boneka tangan,bahasa ekspresif dan siswa tunagrahita sedang. Pada bab II ini penulis juga akan membahas mengenai penelitian relevan terdahulu, kerangka berpikir serta hipotesis penelitian.

Bab III isinya membahas mengenai metode penelitian. Metode penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian Preexperimental

Design. Prasetyo dan Jannah (2005, hlm. 161) mengatakan bahwa ͞peneltian experimen ini digunakan karena keterbatasan jumlah subjek yang akan diteliti͟. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam metode penelitian Preexperimental

Design adalah menggunakan One-grup pre-test-post-test design yaitu satu

kelompok eksperimen yang diukur variabel dependennya (pre-test), kemudian diberikan perlakuan atau intervensi, dan diukur kembali variabel dependennya (post-test), tanpa ada kelompok pembanding. Untuk memperoleh data penelitian digunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu tes perbuatan, wawancara dan observasi. Pada bab ini juga akan dibahas mengenai variabel penelitian, instrument penelitian, subjek dan lokasi penelitian, teknik pengumpulan dan pengolahan data penelitian.

Bab IV isinya membahas mengenai hasil temuan dari penelitian ini yang

berdasarkan pada hasil pengolahan dan analisis data, hasil dari pengolahan dan analisis data akan dijelaskan secara sistematis dan jelas guna mempermudah pembaca dalam memahami pengolahan dan hasil dari penilitian ini. Selain itu, terdapat beberapa hal yang dibahas dalam bab IV ini yakni hasil pengujian validitas dan reliabilitas, hasil penelitian dan pembahasan yang terkait dengan pengaruh media boneka tangan terhadap peningkatan bahasa ekspresif siswa tunagrahita.

Bab V isinya membahas penafsiran dan pemaknaan penelitian ini terhadap


(20)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian

Metode sangat diperlukan dalam suatu kegiatan penelitian, hal ini bertujuan agar penelitian tersebut memperoleh pemecahan masalah dari suatu masalah yang sedang diteliti dan penelitian tersebut dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Menurut Narbuko dan Achmadi (2009, hlm. 1) “Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam memperoleh pengetahuan dan pemecahan suatu masalah yang dihadapi dan dilakukan secara ilmiah, sistematis dan logis dalam suatu kegiatan penelitian”.

Penelitian kuantitatif eksperimen yaitu “penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalai” (Sugiyono, 2008, hlm. 107).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian

Preexperimental Design. Prasetyo B dan Jannah, L M (2005, hlm. 161)

mengatakan bahwa “Peneltian experimen ini digunakan karena keterbatasan jumlah subjek yang akan diteliti”.

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam metode penelitian

Preexperimental Design adalah menggunakan One-grup pre-test-post-test design. Prasetyo B dan Jannah, L M (2005, hlm. 161) mengemukakan bahwa One-grup pre-test-post-test design adalah “Satu kelompok Eksperimen yang diukur variabel dependennya (pre-test), kemudian diberikan stimulus, dan diukur kembali variabel dependennya (post-test), tanpa ada kelompok pembanding”.

Dalam penelitian ini akan dilakukan pretest kemampuan bahasa ekspresif siswa. Setelah dilakukan pretest selanjutnya akan diberikan suatu perlakuan yaitu pembelajaran peningkatan bahasa ekspresif siswa dengan menggunakan media boneka tangan sesuai kebutuhan dan kemampuan awal siswa. Setelah itu akan dilakukan posttest sesuai dengan instrumen yang


(21)

36

Melinda Prilanita Rosandi, 2015

PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dirancang mengenai kemampuan bahasa ekspresif dalam mengungkapkan perasaan dan kebutuhan dengan kata benda, sifat dan pertanyaan sederhana. Dengan melakukan penelitian ini sedemikian rupa maka akan didapat hasil dan data yang diperoleh, selanjutnya data dan hasil bisa dibandingkan sehingga bisa diuji validitas dan reliabilitasnya.

Desain Penelitian

(Sugiyono,2009, hlm. 111)

Keterangan :

O1 = nilai pretest (sebelum diberi Intervensi)

O2 = nilai posttest (setelah diberi Intervensi)

X = Intervensi

B. Variabel Penelitian 1. Definisi Konsep

a. Variabel bebas

Variabel bebas adalah “variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas dikenal dengan istilah intervensi atau perlakuan” (Sunanto J, 2006, hlm. 12).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media boneka tangan. Menurut Gunarti (2010, hlm. 5.20) “Boneka tangan adalah boneka yang ukurannya lebih besar dari boneka jari dan bisa dimasukkan ke tangan. Jari tangan bisa dijadikan pendukung gerakan tangan dan kepala

boneka”. Sedangkan Sudjana (2010, hlm. 188) menyebutkan apa yang dimaksud dengan boneka tangan yaitu “Boneka yang digerakkan oleh tangan disebut boneka tangan”. Ditambahkan oleh Musfiroh (2005, hlm. 148) “Boneka tangan mengandalkan keterampilan guru dalam menggerakkan ibu jari dan telunjuk yang berfungsi sebagai tulang

tangan”.


(22)

37

b. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah bahasa ekspresif. Bromley (Dhieni, 2006, hlm. 1.19) menyatakan “Kemampuan berbicara merupakan suatu ungkapan dalam bentuk kata-kata. Ada yang bersifat reseptif (dimengerti dan diterima) maupun ekspresif (dinyatakan)”.

Bromley (Tarigan, 1994, hlm. 4) menambahkan bahwa :

Mendengarkan dan membaca sama-sama merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif. Mendengarkan berkaitan dengan penggunaan bahasa ragam lisan. sedangkan membaca merupakan aktivitas berbahasa ragam tulis.

Gordon dan Browne (Dhieni, 2006, hlm. 7.5) menambahkan juga mengenai hal ini bahwa “Penguasaan berbahasa ekspresif adalah semakin seringnya anak menyatakan keinginan, kebutuhan, pikiran dan perasaan kepada orang lain secara lisan.” Sedangkan seperti yang dikemukakan oleh Tarigan (Suhartono, 2005, hlm. 20) mengemukakan

“Bicara atau bahasa ekspresif adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.”

2. Definisi Operasional Variabel a. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Boneka Tangan. Dari berbagai literatur diatas, penulis merumuskan langkah-langkah penggunaan media boneka tangan, yakni :

1) Boneka tangan merupakan boneka yang diaplikasikan atau digerakkan oleh tangan, boneka ini berupa boneka yang disarungkan pada tangan.

2) Gunakan jari sebagai tulang bonek untuk menggerakkan bagian-bagian anggota tubuh boneka, mulai dari tangan, kepala dan mulut boneka.

3) Setelah tangan mampu menyesuaikan dengan ruang pada boneka dan sudah nyaman dalam mengplikasikannya maka boneka tangan


(23)

38

Melinda Prilanita Rosandi, 2015

PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sudah mampu diaplikasikan sebagai alat bantu dalam meningkatkan bahasa eksresif anak tunagrahita sedang. Pengaplikasian boneka tangan ini bisa dengan memaksimalkan gerakan tangan dan mulut sebagai contoh dari bentuk bahasa ekspresif. Diharapkan siswa mau dan mampu menirukannya.

b. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah bahasa ekspresif. Bahasa ekspresif merupakan suatu ungkapan atau ekspresi seseorang untuk memenuhi kebutuhan dan apa yang mereka rasakan. Bahasa ekspresif yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah bentuk bunyi, kata, ekspresi (mimik) sebagai bentuk ungkapan atas apa yang mereka rasakan. Adapun rumusan dari indikator bahasa ekpresif dalam penelitian ini, yakni :

1) Menyebutkan kata benda yang sering anak jumpai di lingkungannya.

2) Menyebutkan serta mengekspresikannya dengan mimic wajah berkaitan dengan kata sifat.

3) Menyebutkan pertanyaan sederhana yang biasa digunakan sehari-hari.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2009, hlm. 89) bahwa :

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa tunagrahita sedang di SPLB-C YPLB Cipaganti Bandung.


(24)

39

2. Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2009, hlm. 70) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Penelitian ini mengambil sample yakni siswa SMPLB tunagrahita sedang kelas 7 di SPLB-C YPLB Cipaganti Kota Bandung.

Penulis sebagai peneliti menentukan sampel dalam penelitian kali ini menggunakan teknik nonprobability sampling yakni merupakan teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang atau kesempatan bagi setiap unsur/anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2009, hlm. 120).

Berikut ini beberapa profil atau karakteristik siswa yang dijadikan sebagai sampel pada penelitian ini :

1. AJ (14 tahun) Anak mengalami hiperaktivitas, cenderung mengeluarkan kata-kata yang tidak dimengerti dan sulit dalam memusatkan perhatian terutama pada orang yang baru ia kenal.

2. AS (17 tahun) anak cenderung pemalu pada orang yang baru ia kenal. Ketika ia berekspresi masih belum bisa berekspresi dengan tepat seperti ketika marah ia hanya tersenyum.

3. LL (15 tahun) periang, mudah dekat dengan orang, mampu manjawab pertanyaan sederhana namun tetap harus diberikan penanganan dalam peningkatan aspek berbicara terutama kosa kata, selain itu masih perlu meningkatkan dalam ekspresi diri mengungkapkan perasaannya. 4. RN (15 tahun) pemalu, sangat sulit untuk diajak berinteraksi dan komunikasi dengan orang yang baru dikenal, sulit dalam diajak berbicara (hanya pada orang terdekat).

5. AM (14 tahun) pemalu, cenderung akan berbicara jika diberi stimulus, membutuhkan peningkatan dalam aspek berbicara juga tentunya dalam hal ini menambah kosa kata.

6. AG (15 tahun) mudah dekat, mudah dalam diberi stimulus untuk berbicara namun tetap masih mengalami kekurangan (kekurangan kosa kata dan masih belum jelas dalam pelafalan suatu kata) dan juga kurang dalam mengekspresikan perasaan.


(25)

40

Melinda Prilanita Rosandi, 2015

PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Suatu penelitian membutuhkan adanya alat ukur untuk mengukur variabel yang akan diteliti, alat tersebut yakni instrument penelitian. Instrument penelitian menurut Arikunto Suharsimi (2002, hlm. 136)

adalah “Alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,

lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah”.

Penulis menggunakan instrumen penelitian dengan metode inventori (pengamatan) dan dokumentasi. Penggunaan instrumen sebanyak 2 kali yakni dalam bentuk pre-test dan post-test yang sama. Fase pre-test dilakukan untuk mengetahui hasil kemampuan bahasa ekspresif siswa sebelum diberi perlakuan menggunakan media boneka tangan. sedangkan fase post- test dilakukan untuk mengetahui hasil kemampuan bahasa ekspreif siswa setelah diberi perlakuan menggunakan media boneka tangan. perlakuan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan media boneka tangan untuk meningkatkan bahasa ekspresif dalam hal ini mengungkapkan perasaan dan kebutuhan menggunakan kata benda, sifat dan pertanyaan sederhana pada siswa tunagrahita sedang.

Pada kegiatan Pretest dan Posttest, penulis memilih instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan instrument skala Guttman. Menurut Sugiyono (2009, hlm. 139) “Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapat jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan”. Jawaban dari setiap instrument dalam skala Guttman yakni “mampu-tidak mampu, bisa-belum bisa atau benar-salah”. Instumen kali ini menggunakan skala Guttman dengan jawaban sebagai tabel ceklis ͞bisa-tidak bisa͟. Terdapat butir-butir pertanyaan atau butir tes dalam setiap aspek dalam hal ini berbahasa ekspresif dalam aspek berbicara (kata benda, kata sifat dan pertanyaan sederhana).


(26)

41

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Bahasa Ekspresif Siswa Tunagrahita Sedang

No Aspek Ruang

Lingkup Indikator Butir soal

Jawaban

Ket. Bisa Tidak

bisa

1 Bahasa ekspresif

Kata benda

1.1. Menunjukkan kata benda yang diminta.

Coba tunjukkan benda di dalam kelas ini !

1. Manakah benda yang disebut meja ?

2. Manakah benda yang disebut kursi ?

3. Manakah benda yang disebut jam ? 4. Manakah benda

yang disebut buku ?

5. Manakah benda yang disebut pensil ?

1.2. Menyebutkan kata benda yang ditunjukkan.

Coba sebutkan benda yang ada di dalam kelas ini !

1. Benda apakah itu ? (menunjuk meja) 2. Benda apakah itu ?


(27)

42

Melinda Prilanita Rosandi, 2015

PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Benda apakah itu ? (menunjuk jam) 4. Benda apakah itu ?

(menunjuk buku) 5. Benda apakah itu ?

(menunjuk pensil) 2 Bahasa

ekspresif

Kata sifat 2.1 Menunjukkan sifat/perasaan yang diminta.

Ayo semuanya coba tunjukkan beberapa ekspresi/perasaan berikut ini ! 1. Bagaimanakah

ekspresimu ketika marah ?

2. Bagaimanakah ekspresimu ketika senang ?

3. Bagaimanakah ekspresimu ketika sedih ?

4. Bagaimanakah ekspresimu ketika sakit ?

2.2 Menunjukkan gambar

ekspresi/sifat/perasaan yang diminta.

Coba tunjukkan

gambar yang

menggambarkan eskpresi berikut ! 1. Gambar manakah

yang

mengekspresikan marah ?

2. Gambar manakah yang


(28)

43

mengekspresikan senang ?

3. Gambar manakah yang

mengekspresikan sedih ?

4. Gambar manakah yang

mengekspresikan sakit ?

3 Bahasa ekspresif

Pertanyaan sederhana.

Menjawab pertanyaan sederhana dalam kehidupan sehari-hari.

1. Siapa namamu ? 2. Bagaimana

kabarmu hari ini? 3. Bagaimana

perasaanmu hari ini ?

4. Sudahkah kamu sarapan sebelum pergi sekolah ? 5. Benda apakah itu ?

(menunjukkan benda di dalam kelas)

6. Menggunakan apakah kau pergi ke sekolah hari ini ?

7. Dengan siapakah kau berangkat ke sekolah ?


(29)

44

Melinda Prilanita Rosandi, 2015

PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Uji Validitas Instrumen

Instrument penelitian hendaknya perlu diuji keabsahannya. Hal ini bertujuan untuk mengukur tingkat kevalidan suatu instrument. Uji validitas dirasa perlu dilakukan untuk mengukur keabsahan instrument penelitian bahasa ekspresif ini, hal ini bertujuan agar instrument dapat digunakan sebagaimana mestinya mengukur apa yang seharusnya diukur pada subjek penelitian ini.Uji validitas yang digunakan dalam instrument penelitian ini yakni berupa uji validitas berupa Judgement-Expert, menggunakan teknik kecocokan para ahli dalam hal ini ahli yang peneliti ambil tak lain adalah dosen Pendidikan Khusus FIP UPI khususnya dosen spesialisasi tunagrahita dan tenaga pengajar di SPLB-C YPLB Cipaganti Bandung.

Format dikotomi adalah format yang peneliti pilih untuk menguji validitas instrument ini, dengan memberi poin/nilai 1 jika cocok dan nilai 0 jika tidak cocok. Langkah selanjutnya adalah penghitungan hasil uji validitas dengan rumus :

x 100%

(Susetyo, 2014, hlm. 57) Keterangan:

P : Persentase F : Jumlah cocok N : Jumlah penilai ahli

Kevalidan suatu butir tes akan dinyatakan valid jika kecocokannya dengan indikator mencapai lebih besar dari 50% (Susetyo, 2014, hlm. 57).

Berdasarkan hasil pengujian instrument dengan teknik validitas (perhitungan validitas instrument terlampir), diperoleh kesimpulan bahwa setiap butir soal dinyatakan valid yang berarti butir soal dalam instrument penelitian bahasa ekspresif ini dapat digunakan dimana persentase validitas dari setiap butir soal lebih dari 50%.


(30)

45

3. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas menurut Susetyo (2014, hlm. 65) merupakan ͞Suatu perangkat alat ukur yang dapat dipercaya adalah alat ukur yang hasilnya tidak berubah atau hasilnya relatif sama jika diperlukan pengetesan secara berulang-ulang dan alat ukur yang demikian dinamakan reliabel͟.

Berdasarkan pemaparan Susetyo di atas diketahui bahwa reliabilitas sebuah instrument sangatlah penting, hal ini untuk mengetahui apakah instrument penelitian yang telah dibuat sudah reliable atau belum. Reliabilitas instrument ini bertujuan agar instrument yang dibuat dapat memberikan gambaran yang akurat, tepat dan terpercaya mengenai kemampuan bahasa ekspresif siswa tunagrahita sedang.

Peneliti menggunakan reliabilitas konsistensi internal untuk menguji kereliabelan instrument penelitian bahasa ekspresif siswa tunagrahita sedang ini. Pendapat Susetyo (2014, hlm. 67) mengenai hal ini

͞Reliabilitas konsistensi internal didasarkan pada sekor yang diperoleh dari satu perangkat alat ukur dengan satu kali pengukuran pada tes͟. Teknik Kuder-Richadson dipilih peneliti untuk menguji reliabilitas instrument penelitian bahasa ekspresif ini. Pada teknik Kuder-Richadson ini sebelum melakukan penghitungan nilai reliabilitas, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menghitung varians skor tes dengan rumus :

2

2 2

2 ( )

N

X X

N

A

 

(Susetyo , 2014, hlm. 73) Dimana :

N = jumlah responden X = Jumlah skor keseluruhan

2

A = Varians skor tes

Setelah menghitung varians skor langkah selanjutnya pada teknik Kuder-Richadson ini adalah menghitung nilai reliabilitas instrument dengan rumus :


(31)

46

Melinda Prilanita Rosandi, 2015

PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kr 20 =

       

2

2 1 A A pq k k

(Susetyo , 2014, hlm. 73)

Keterangan :

Kr 20 = reliabilitas instrument K = jumlah butir tes

p = proporsi jawaban benar q = proporsi jawaban salah

pq = jumlah perkalian jawaban benar dengan salah

2

A = Varians skor tes

Diketahui N = 4

a. Menghitung Varians skor tes

2

2 2

2 ( )

N

X X

N

A

 

2 2 2 4 ) 77 ( 1495 4   x A

16 5929 5980 2  

A 16 51 2 

A 1875 , 3 2 

A

b. Menghitung Reliabilitas

       

2 2 1 = Kr20 A A pq k k       3,1875

8125 , 1 1875 , 3 1 25 25 = Kr20


(32)

47     1875 , 3 005 , 2 24 25 = Kr20

901) 1,04)(0,62 ( = Kr20

0,65 = Kr20

Setelah dihitung dan mendapatkan nilai reliabilitas maka dapat diinterpretasikan dengan klasifikasi koefisien reliabilitas sebagai berikut :

Tabel 3.2

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas Interpretasi

0,00 – 0,19 Sangat rendah 0,20 – 0,39 Rendah 0,40 – 0,59 Cukup 0,60 – 0,79 Tinggi 0,80 – 1,00 Sangat Tinggi

Berdasarkan hasil dari uji reliabilitas instrumen penelitian bahasa ekspresif siswa tunagrahita sedang (hasil uji reliabilitas terlampir), maka diperoleh harga Kr 20 = 0,65. Dengan demikian, nilai tersebut menunjukkan instrumen bahasa ekspresif pada penelitian ini tergolong pada koefisien reliabilitas tinggi, maka instrumen penelitian mengenai bahasa ekspresif siswa tunagrahita sedang dinyatakan reliabel dan dapat digunakan.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pada suatu penelitian data sangatlah diperlukan dalam keberlangsungan jalannya penelitian, baik dijadikan sebagai patokan, modal awal (informasi yang dibutuhkan) atau sebagai bentuk bukti riil dari jalannya penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yakni menggunakan metode inventori (non tes) dimana


(33)

48

Melinda Prilanita Rosandi, 2015

PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

didalamnya terkandung metode pengamatan dan dokumenasi. Soendari (2008, hlm. 16) berpendapat ͞Inventori biasanya digunakan untuk melihat prestasi siswa dalam bidang akademik, dan dapat pula digunakan untuk mengukur aspek-aspek non-akademik, seperti kebiasaan dan perilaku sosial͟.

Menurut Margono (2010, hlm. 175) :

Dalam daftar inventori para subjek diberi bermacam-macam pernyataan yang menggambarkan pola-pola tingkah laku mereka diminta untuk menunjukkan apakah tiap-tiap pernyataan itu merupakan cirri tingkah laku mereka, dengan jalan member tanda cek pada jawaban ya, tidak, dan tidak tahu. Skor dihitung dengan jalan menunjukkan jawaban yang sesuai dengan sifat yang diukur oleh peneliti.

Inventori adalah suatu metode pengumpulan data yang berisi bermacam pernyataan mengenai kondisi subjek baik itu sifat, sikap, perilaku dan hal-hal sejenisnya yang berkaitan dengan aspek-aspek akademik maupun non-akademik dimana dalam penelitian ini lebih ditujukan pada pengamatan non-akademik siswa dalam aspek bahasa ekspresif. Teknik daftar inventori ini berfungsi sebagai dasar peneliti dalam meninjau dan memahami kemampuan bahasa ekspresif (berbicara) siswa tunagrahita sedang.

Meninjau pernyataan Margono di atas, dalam pelaksanaannya peneliti menerapkan teknik inventori ini dengan cara mengamati pola-pola tingkah laku siswa tunagrahita sedang dalam aspek berbahas ekspresif (berbicara) pada saat pelaksanaan pre-test dan post-test. Setelah mengamati perilaku siswa sebagai subjek yang akan di teliti, selanjutnya siswa akan dinilai (penskoran) pada pernyataan yang cocok dengan dirinya. Peneliti akan memberikan tanda ceklis () pada kolom mampu jika siswa menunjukkan perilaku yang sesuai atau mampu melakukan sesuai dengan pernyataan/butir soal yang tertera pada instrument, jika siswa mampu maka akan diberi skor 1. Sedangkan, apabila terjadi sebaliknya dimana siswa tidak mampu menunjukkan perilaku yang sesuai atau tidak mampu dalam melakukan hal yang sesuai dengan pernyataan


(34)

49

pada instrument, peneliti akan member tanda ceklis () pada kolom tidak mampu dan tentunya skor yang akan diberikan pada siswa yakni 0. Selanjutnya skor yang telah diperoleh siswa dari hasil pre-test dan

post-test mengenai kemampuan berbahasa ekspresif akan peneliti telaah dan

tinjau kembali tentang bagaimana kondisi atau keadaan dari siswa tunagrahita sedang dalam hal ini sebagai subjek penelitian.

E. Prosedur Penlitian 1. Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian dirasa merupakan satu aspek penting yang tidak boleh dilupakan. Perispan penelitian ini bertujuan agar penelitian dapat berjalan dengan baik dan lancar, tentunya penelitian diharapkan dapat berjalan dan membuahkan hasil yang diharapkan. Berikut merupakan langkah-langkah dari persiapan penelitian ini, yakni :

a. Melakukan studi pendahuluan

Hal ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan yang akan di teliti terutama mengenai kondisi dan keadaan dari subjek penelitian di SPLB-C YPLB Cipaganti.

b. Mengurus surat perizinan dari penelitian ini

1) Meminta surat pengantar dari jurusan Pendidikan Khusus untuk membuat permohonan pengangkatan dosen pembimbing.

2) Meminta surat permohonan keputusan Dekan FIP mengenai pengangkatan dosen pembimbing dan surat pengantar izin penelitian untuk diberikan pada pihak direktorat UPI melalui Direktorat Akademik.

3) Mengurus perizinan penelitian di Direktorat Akademik untuk selanjutnya diberikan pada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (KESBANGPOL).

4) Membuat surat permohonan izin penelitian di KESBANGPOL berdasarkan surat pengantar dari Direktorat Akademik UPI.

5) Memberikan surat perizinan penelitian dari KESBANGPOL ke Dinas Pendidikan Jawa Barat.


(35)

50

Melinda Prilanita Rosandi, 2015

PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6) Menyerahkan surat izin penelitian kepada pihak sekolah SPLB-C YPLB Cipaganti melalui Kepala Sekolah karena sekolah tersebut akan dijadikan sebagai tempat penelitian.

c. Menyusun instrumen penelitian.

Peneliti menyusun instrument penelitian mengenai kemampuan bahasa ekspresif siswa tunagrahita sedang. Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, bahasa eskpresif yang diambil yakni dalam aspek berbicara dimana merupakan bentuk bahasa ekspresif. Instrumen penelitian yang peneliti buat meliputi kisi-kisi instrumen, pembuatan instrument dan pembuatan RPP.

d. Melakukan uji coba instrument berupa uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dilakukan peneliti dalam menguji kevalidan instrument penelitian ini dengan melakukan Expert Judgement yakni dengan meminta hasil telaah instrument kepada para ahli, dimana peneliti memilih dua ahli dari dosen Pendidikan Khusus Spesialisasi Tunagrahita dan satu orang ahli pengajar di SPLB-C YPLB Cipaganti. Selanjutnya adalah melakukan uji reliabilitas dilakukan pada empat orang siswa tunagrahita sedang di SPLB-C YPLB Cipaganti Bandung.

2. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SPLB-C YPLB Cipaganti Bandung. Penelitian dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, tentunya sudah disesuaikan dengan jadwal pembelajaran di sekolah sehingga tidak mengganggu jalannya program pembelajaran. Peneliti menyusun beberapa tahapan dalam melaksanakan penelitian ini yakni sebagai berikut :

a. Meminta izin pelaksanan penelitian kepada pihak sekolah melalui Kepala Sekolah SPLB-C YPLB Cipaganti Bandung, melakukan pendekatan pada siswa, sharing mengenai penelitian yang akan dilaksanakan dengan guru kelas baik itu diskusi mengenai jadwal


(36)

51

penelitian maupun mengenai RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).

b. Melaksanakan pre-test mengenai kemampuan bahasa ekspresif pada siswa tunagrahita sedang. Kegiatan ini bertujuan agar peneliti mengetahui sejauh mana kemampuan subjek penelitian sebelum mendapat perlakuan. Proses pengumpulan data dilakukan pada saat penelitian berlangsung dimana berupa hasil pengamatan peneliti yang mengacu pada instrument tentunya dimana peneliti mencatat jumlah skor mampu yang diperoleh siswa sebagai subjek penelitian. c. Melaksanakan treatment atau perlakuan selama empat kali

pertemuan, pada saat pelaksanaannya peneliti menggunakan media boneka tangan sebagai alat bantu dalam pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan bahasa ekspresif siswa tunagrahita sedang.

d. Melaksanakan post-test dimana peneliti akan menghitung dan meninjau kembali hasil dari kemampuan bahasa ekspresif siswa tunagrahita sedang untuk mengetahui apakah ada imbas, pengaruh atau perubahan yang dihasilkan dari perlakuan yang peneliti berikan pada siswa tunagrahita sedang sebagai subjek penelitian.

F. Teknik Pengolahan Data

Setelah memperoleh data maka langkah selanjutnya adalah mengolah data. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk mengolah data adalah teknik statistik non-parametrik dengan tujuan memperoleh gambaran secara jelas tentang hasil intervensi dalam jangka waktu tertentu. Data akan tersaji dalam bentuk tabel atau grafik. Penggunaan analisis dengan grafik/tabel ini diharapkan dapat lebih memperjelas gambaran sebelum, ketika diberi intervensi media boneka tangan dan sesudah di intervensi dalam meningkatkan bahasa ekspresif siswa tunagrahita sedang.

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik Wilcoxon (benar salah, suka-tidak suka, mampu-tidak mampu). Uji ini dilakukan untuk


(37)

52

Melinda Prilanita Rosandi, 2015

PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menguji hipotesis komparatif dua sampel yang berkorelasi bila datanya berbentuk ordinal (berjenjang) (Sugiyono, 2010, hlm. 134).

Berikut langkah-langkah pengujian urutan bertanda Wilcoxon (Hasan, 2008, hlm. 304-305) :

1. Menentukan formulasi hipotesis.

: tidak ada perbedaan nyata antara pasangan data. : ada perbedaan nyata antara pasangan data 2. Menentukan taraf nyata dengan T tabelnya. 3. Menentukan kriteria pengujian

diterima apabila ≥ T ditolak apabila <T

4. Menentukan nilai uji statistic (nilai )

Tahap-tahap pengujian ialah sebagai berikut :

1. Menentukan tanda beda dan besarnya tanda beda antara pasangan data. 2. Mengurutkan bedanya tanpa memperhatikan tanda atau jenjang

a. Angka 1 untuk beda yang terkecil, dan seterusnya. b. Jika terdapat beda yang sama, diambil rata-ratanya. c. Beda nol tidak diperhatikan.

3. Memisahkan tanda beda positif dan negatif atau tanda jenjang. 4. Menjumlahkan semua angka positif dan angka negatif.

5. Nilai terkecil dari nilai absolute hasil penjumlahan merupakan nilai , yaitu nilai uji statistik.

6. Membuat kesimpulan : menyimpulkan diterima atau ditolak.

Adapun langkah-langkah atau tahapan dalam menggunakan teknik uji Wilcoxon menurut Nurmalasari (2013, hlm. 48) yakni sebagai berikut : 1. Menskor tes awal dan tes akhir dari setiap penilaian,

2. Mentabulasi skor tes awal dan tes akhir,

3. Membuat tabel perhitungan skor tes awal dan tes akhir, 4. Menghitung selisih skor tes awal dan tes akhir,

5. Menyusun ranking,

6. Melakukan uji tanda dengan membubuhkan tanda (+) unuk selisih positif antara tes akhir dan tes awal. Tanda (-) diberikan untuk selisih negatif antara tes akhir dan tes awal,

7. Menjumlahkan semua ranking bertanda positif dan negatif,

8. Membandingkan uji tanda hitung ( T hitung ) dengan uji tanda tabel ( T tabel), untuk uji wilcoxon,

9. Membuat kesimpulan yaitu H1 diterima apabila T hitung  T tabel dan H1

ditolak apabila T Hitung > T Tabel.

H1 = Adanya pengaruh dari penggunaan media boneka tangan terhadap

pengembangan bahasa ekspresif siswa tunagrahita sedang di SPLB-C YPLB SPLB-Cipaganti Bandung.


(38)

53

H0 = tidak adanya pengaruh atau perubahan dari penggunaan media

boneka tangan terhadap pengembangan bahasa ekspresif siswa tunagrahita sedang di SPLB-C YPLB Cipaganti Bandung.


(39)

64

Melinda Prilanita Rosandi, 2015

PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan

Meninju kembali pada hasil pemaparan pembahasan penelitian dan pengujian hipotesis di bab IV, terlihat bahwa adanya pengaruh media boneka tangan terhadap peningkatan bahasa ekspresif siswa tunagrahita sedang.

Sebelum adanya perlakuan menggunakan media boneka tangan terhadap sampel penelitian LL, RN, AJ, AG, AS, dan AM mereka memperoleh masing-masing skor pre-test 20, 8, 19, 22, 19, dan 22. Skor maksimal berdasarkan jumlah skor pada instrument bahasa ekspresif siswa tunagrahita sedang ini adalah 25.

Setelah diberikan perlakuan menggunakan media boneka tangan terhadap sampel penelitian LL, RN, AJ, AG, AS, dan AM mereka memperoleh masing-masing skor post-test 23, 19, 24, 25, 25, dan 25. Hasil

post-test menunjukkan bahwa adanya peningkatan skor rata-rata pada kisaran

3 sampai 11 skor yang siswa peroleh dari instrument bahasa ekspresif pada penelitian ini. Siswa mulai mau mengeluarkan dan mengucapkan kata-kata sederhana bahkan mau dalam bercakap-cakap pertanyaan sederhana sehari-hari dengan tidak malu dan percaya diri. Siswa juga mendapatkan pembendaharaan ekspresi yang baru sehingga siswa bisa lebih mengekspresikan perasaanya dengan benar. Siswa juga lebih terlihat aktif berbicara di dalam kelas saat pembelajaran. Dan saat berinteraksi dengan teman siswa juga terlihat lebih sering berbicara daripada sebelumnya saat belum ada perlakuan dari media boneka tangan, meskipun masih berupa kalimat sederhana.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh media boneka tangan terhadap peningkatan bahasa ekspresif siswa SMPLB tunagrahita sedang kelas 7 di SPLB-C YPLB Cipaganti. Terlihat dari perolehan skor yang diperoleh siswa dari instrument bahasa ekspresif siswa tunagrahita sedang


(40)

65

saat sebelum dan sesudah diberikannya perlakuan menggunkan media boneka tangan. Berdasarkan hasil uji hipotesis Wilcoxon pada penelitian ini dimana diperoleh Thitung = 0  Ttabel = 0, maka hipotesis yang diajukan (H1) diterima,

hal tersebut menunjukkan bahwa adanya pengaruh media boneka tangan terhadap peningkatan bahasa ekspresif siswa SMPLB tunagrahita sedang kelas 7 di SPLB-C YPLB Cipaganti Kota Bandung.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang sebelumnya sudah dipaparkan, peneliti merasa perlu beberapa hal yang harus disampaikan sebagai bentuk rekomendasi pembelajaran di sekolah, antara lain sebagai berikut :

1. Bagi Guru

Bahasa ekspresif ini perlu dalam mengembangkan diri siswa terutama dalam aspek interaksi dan komunikasi siswa. Selain itu, bahasa ekspresif sangatlah dibutuhkan tiap individu siswa, dimana hal tersebut akan membantu dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pada saat jalannya perlakuan atau treatment siswa terlihat antusias dalam mengikuti jalannya pembelajaran menggunakan media boneka tangan, terlihat ketika bagaimana mereka memusatkan perhatiannya pada saat peneliti mengeluarkan media tersebut. Ketika jalannya perlakuan terutama saat media tersebut digunakan siswa dan peneliti bersama-sama siswa lebih aktif dalam bercakap-cakap baik dengan peneliti maupun temannya. Maka dari itu, peneliti merasa alangkah baiknya apabila media boneka tangan ini digunakan sebagai alat bantu dalam pembelajaran sehari-hari di dalam kelas dalam mengembangkan bahasa ekspresif siswa tunagrahita sedang. 2. Bagi Orang Tua

Orang tua merupakan bagian lingkungan terdekat siswa di rumah. Peran orang tua sangatlah penting dalam peningkatan dan perkembangan pada diri anak, terutama dalam hal ini peningkatan bahasa ekspresif dimana bahasa ekspresif ini perlu ditingkatkan dan dikembangkan dalam diri setiap siswa. Agar lebih terarah peningkatannya, selain di sekolah


(41)

66

Melinda Prilanita Rosandi, 2015

PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perlu upaya peningkatan bahasa ekspresif di lingkungan rumahnya. Orang tua harus selalu memberikan bimbingannya di rumah kepada siswa supaya siswa bisa meningkatkan kemampuan berbahasa ekspresifnya dengan mudah di lingkungan rumahnya. Orang tua tentu dapat juga mengaplikasikan boneka tangan sebagai media dalam memberikan

treatment bahasa ekspresif di rumah. Hal ini bertujuan dalam

mengembangkan kemampuan siswa dalam berinteraksi dan berkomuikasi di lingkungan rumahnya. Membuat boneka tangan bersama anak di rumah juga dapat membantu dalam menstimulus siswa untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang tua, kaos kaki bisa dijadikan alternatif penggunaan media boneka tangan. Yang paling utama yakni mengajak siswa bercakap-cakap sesring mungkin di lingkungan rumahnya, agar siswa mampu meningkatkan bahasa ekspresifnya secara signifikan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini memaparkan mengenai pengaruh dari media boneka tangan terhadap peningkatan bahasa ekspresif bagi siswa SMPLB tunagrahita sedang kelas 7 di SPLB-C YPLB Cipaganti Kota Bandung. Dengan demikian, penelitian ini dapat dijadikan sebagai satu rekomendasi bahan penelitian, masukan dan literatur dalam peneliti selanjutnya. Peneliti berharap agar media boneka tangan ini bisa dijadkan sebagai alat bantu dalam meningkatkan kemampuan-kemampuan lainnya pada anak berkebutuhan khusus, khususnya bagi siswa tunagrahita.

Selain itu, adapun rekomendasi untuk peneliti selanjutnya agar sering melakukan penelitian mengenai bahasa ekspresif ini agar menjadi suatu kebiasaan yang tertanam pada setiap indiidu siswa khususnya siswa tunagrahita dimana siswa tunagrahita umumnya mengalami hambatan dalam aspek berbahasa.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Alimin, Z. (2007). Pengajaran Bahasa Bagi Anak Tunagrahita. [online]. http://googleweblight.com/?lite_url=http://z-alimin.blogspot.com/2007/07/blog-post. diakses pada tanggal 12 April 2015).

Alwasilah, A. (2008). Filsafah Bahasa dan Pendidikan. Bandung : PT. REMAJA ROSDAKARYA.

Anggalia, A & Karmila, Mila. (2014). Upaya Meningkatkan Kemampuan Bahasa

Ekspresif Anak dengan Menggunakan Media Boneka Tangan Muca (Moving Mouth Puppet) pada Kelompok ATK Kemala Bhayangkari 01 Semarang. [online].

(http://ejurnal.upgrismg.ac.id/index.php/paudia/article/view/509 diakses pada 5 September 2014).

Arikunto,S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rinneka Cipta. Budiman. (2006). Media Pembelajaran. Depdiknas: tidak diterbitkan.

Chaer, A. (2006). Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta. Depdikbud. (1999). Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Jakarta: Balai

Pustaka.

Dhieni, N. (2006). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.

Efendi, M. (2009). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara. Gunarti, W. (2010). Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Anak Usia Dini.

Jakarta: Depdiknas.

Hasan. 2008. Analisis Data Penelitian Dengan Statistika. Jakarta : Bumi Aksara. Hurlock, E. 1978. Child Development Sixth Edition. Jakarta: Erlangga.

Ingalls, Robert P. (1978). Mental Retardation: The Changing Outlook. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Khalilullah. (2004). Media Pembelajaran Bahasa Arab. Yogyakarta : Aswaja Pressindo. Margono, S. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rinneka Cipta.

Moeslichatoen. (2004). Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta : PT. Rineka Cipta.


(43)

68

Melinda Prilanita Rosandi, 2015

PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Musfiroh, T. (2005).Bercerita Untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.

Mustakim, N., et. al. (2001). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta : Universitas Terbuka.

Narbuko & Achmadi. (2009). Metode Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Nurmalasari, D. (2013). Pengaruh Pendekatan Beyond Centerrs and Circle Time

(BCCT) Sentra bermain peran naik kendaraan terhadap peningkatan keterampilan sosial anak tunagrahita sedang di SLB Pancaran Iman. Skripsi.

Jurusan Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Prasetyo, B & Jannah, L M (2005). Metode Penelitian Kuantitatif : Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Purwanto. (2010). Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan. Yogyakarta. Pusaka Pelajar.

Puspitasari, A. (2010). Tunagrahita. [Online].

(http://alytpusptasari.wordpress.com/2010/05/02/tunagrahita/ diakses pada tanggal 10 Maret 2015).

Rusyani, E. (2004). Bahasa dan Ketunarunguan. [Online]. (http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/19570510198503 1-ENDANG_RUSYANI/Bahasa_dan_Ketunarunguan.pdf. diakses pada 10 Maret 2015).

Sadja’ah, E. (2003). Bina Bicara, Persepsi Bunyi dan Irama. Bandung: San Grafika.

Siswanti, A & Suwarto., D. (2012). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara

Dengan Menggunakan Media Boneka Tangan pada Anak Kelompok B TK Pembina Cawas Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2011/2012. [online], 1-6.

Soendari, T. (2008). Modul Pengajaran Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung : Jurusan Pendidikan Luar Biasa FIP UPI.

Somantri, S. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : PT. Refika Aditama.

Sudjana, N. (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


(44)

69

Sugiyono.(2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Suhartono. (2005). Pengembangan Keterampilan Bicara Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.

Sunanto, J., et. al. (2006). Penelitian dengan Subyek Tunggal. Bandung: UPI Press. Suryani, N. (2010). Penerapan Media Pembelajaran Keterampilan Paper Clay dalam

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita Sedang. (Skripsi).

Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Susetyo, B. (2014). Bahan Ajar Evaluasi Pembelajaran . Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Suyadi.(2010). Psikologi Dasar PAUD. Yogyakarta: Pedagogia.

Syamsuddin, A.R. (1986).Sanggar Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka Jakarta.

Tarigan, H. (1994). Membaca Sebagai Sesuatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: ANGKASA.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Wardani, IG.A.K. et al. (2007). Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Universitas Terbuka.


(1)

64

Melinda Prilanita Rosandi, 2015

PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Meninju kembali pada hasil pemaparan pembahasan penelitian dan pengujian hipotesis di bab IV, terlihat bahwa adanya pengaruh media boneka tangan terhadap peningkatan bahasa ekspresif siswa tunagrahita sedang.

Sebelum adanya perlakuan menggunakan media boneka tangan terhadap sampel penelitian LL, RN, AJ, AG, AS, dan AM mereka memperoleh masing-masing skor pre-test 20, 8, 19, 22, 19, dan 22. Skor maksimal berdasarkan jumlah skor pada instrument bahasa ekspresif siswa tunagrahita sedang ini adalah 25.

Setelah diberikan perlakuan menggunakan media boneka tangan terhadap sampel penelitian LL, RN, AJ, AG, AS, dan AM mereka memperoleh masing-masing skor post-test 23, 19, 24, 25, 25, dan 25. Hasil post-test menunjukkan bahwa adanya peningkatan skor rata-rata pada kisaran 3 sampai 11 skor yang siswa peroleh dari instrument bahasa ekspresif pada penelitian ini. Siswa mulai mau mengeluarkan dan mengucapkan kata-kata sederhana bahkan mau dalam bercakap-cakap pertanyaan sederhana sehari-hari dengan tidak malu dan percaya diri. Siswa juga mendapatkan

pembendaharaan ekspresi yang baru sehingga siswa bisa lebih

mengekspresikan perasaanya dengan benar. Siswa juga lebih terlihat aktif berbicara di dalam kelas saat pembelajaran. Dan saat berinteraksi dengan teman siswa juga terlihat lebih sering berbicara daripada sebelumnya saat belum ada perlakuan dari media boneka tangan, meskipun masih berupa kalimat sederhana.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh media boneka tangan terhadap peningkatan bahasa ekspresif siswa SMPLB tunagrahita sedang kelas 7 di SPLB-C YPLB Cipaganti. Terlihat dari perolehan skor yang diperoleh siswa dari instrument bahasa ekspresif siswa tunagrahita sedang


(2)

Melinda Prilanita Rosandi, 2015

PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

saat sebelum dan sesudah diberikannya perlakuan menggunkan media boneka tangan. Berdasarkan hasil uji hipotesis Wilcoxon pada penelitian ini dimana diperoleh Thitung = 0  Ttabel = 0, maka hipotesis yang diajukan (H1) diterima,

hal tersebut menunjukkan bahwa adanya pengaruh media boneka tangan terhadap peningkatan bahasa ekspresif siswa SMPLB tunagrahita sedang kelas 7 di SPLB-C YPLB Cipaganti Kota Bandung.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang sebelumnya sudah dipaparkan, peneliti merasa perlu beberapa hal yang harus disampaikan sebagai bentuk rekomendasi pembelajaran di sekolah, antara lain sebagai berikut :

1. Bagi Guru

Bahasa ekspresif ini perlu dalam mengembangkan diri siswa terutama dalam aspek interaksi dan komunikasi siswa. Selain itu, bahasa ekspresif sangatlah dibutuhkan tiap individu siswa, dimana hal tersebut akan membantu dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pada saat jalannya perlakuan atau treatment siswa terlihat antusias dalam mengikuti jalannya pembelajaran menggunakan media boneka tangan, terlihat ketika bagaimana mereka memusatkan perhatiannya pada saat peneliti mengeluarkan media tersebut. Ketika jalannya perlakuan terutama saat media tersebut digunakan siswa dan peneliti bersama-sama siswa lebih aktif dalam bercakap-cakap baik dengan peneliti maupun temannya. Maka dari itu, peneliti merasa alangkah baiknya apabila media boneka tangan ini digunakan sebagai alat bantu dalam pembelajaran sehari-hari di dalam kelas dalam mengembangkan bahasa ekspresif siswa tunagrahita sedang.

2. Bagi Orang Tua

Orang tua merupakan bagian lingkungan terdekat siswa di rumah. Peran orang tua sangatlah penting dalam peningkatan dan perkembangan pada diri anak, terutama dalam hal ini peningkatan bahasa ekspresif dimana bahasa ekspresif ini perlu ditingkatkan dan dikembangkan dalam diri setiap siswa. Agar lebih terarah peningkatannya, selain di sekolah


(3)

66

Melinda Prilanita Rosandi, 2015

PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perlu upaya peningkatan bahasa ekspresif di lingkungan rumahnya. Orang tua harus selalu memberikan bimbingannya di rumah kepada siswa supaya siswa bisa meningkatkan kemampuan berbahasa ekspresifnya dengan mudah di lingkungan rumahnya. Orang tua tentu dapat juga mengaplikasikan boneka tangan sebagai media dalam memberikan treatment bahasa ekspresif di rumah. Hal ini bertujuan dalam mengembangkan kemampuan siswa dalam berinteraksi dan berkomuikasi di lingkungan rumahnya. Membuat boneka tangan bersama anak di rumah juga dapat membantu dalam menstimulus siswa untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang tua, kaos kaki bisa dijadikan alternatif penggunaan media boneka tangan. Yang paling utama yakni mengajak siswa bercakap-cakap sesring mungkin di lingkungan rumahnya, agar siswa mampu meningkatkan bahasa ekspresifnya secara signifikan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini memaparkan mengenai pengaruh dari media boneka tangan terhadap peningkatan bahasa ekspresif bagi siswa SMPLB tunagrahita sedang kelas 7 di SPLB-C YPLB Cipaganti Kota Bandung. Dengan demikian, penelitian ini dapat dijadikan sebagai satu rekomendasi bahan penelitian, masukan dan literatur dalam peneliti selanjutnya. Peneliti berharap agar media boneka tangan ini bisa dijadkan sebagai alat bantu dalam meningkatkan kemampuan-kemampuan lainnya pada anak berkebutuhan khusus, khususnya bagi siswa tunagrahita.

Selain itu, adapun rekomendasi untuk peneliti selanjutnya agar sering melakukan penelitian mengenai bahasa ekspresif ini agar menjadi suatu kebiasaan yang tertanam pada setiap indiidu siswa khususnya siswa tunagrahita dimana siswa tunagrahita umumnya mengalami hambatan dalam aspek berbahasa.


(4)

67

Melinda Prilanita Rosandi, 2015

PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Alimin, Z. (2007). Pengajaran Bahasa Bagi Anak Tunagrahita. [online]. http://googleweblight.com/?lite_url=http://z-alimin.blogspot.com/2007/07/blog-post. diakses pada tanggal 12 April 2015).

Alwasilah, A. (2008). Filsafah Bahasa dan Pendidikan. Bandung : PT. REMAJA ROSDAKARYA.

Anggalia, A & Karmila, Mila. (2014). Upaya Meningkatkan Kemampuan Bahasa Ekspresif Anak dengan Menggunakan Media Boneka Tangan Muca (Moving Mouth Puppet) pada Kelompok ATK Kemala Bhayangkari 01 Semarang. [online]. (http://ejurnal.upgrismg.ac.id/index.php/paudia/article/view/509 diakses pada 5 September 2014).

Arikunto,S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rinneka Cipta. Budiman. (2006). Media Pembelajaran. Depdiknas: tidak diterbitkan.

Chaer, A. (2006). Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta. Depdikbud. (1999). Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Jakarta: Balai

Pustaka.

Dhieni, N. (2006). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.

Efendi, M. (2009). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara. Gunarti, W. (2010). Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Anak Usia Dini.

Jakarta: Depdiknas.

Hasan. 2008. Analisis Data Penelitian Dengan Statistika. Jakarta : Bumi Aksara. Hurlock, E. 1978. Child Development Sixth Edition. Jakarta: Erlangga.

Ingalls, Robert P. (1978). Mental Retardation: The Changing Outlook. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Khalilullah. (2004). Media Pembelajaran Bahasa Arab. Yogyakarta : Aswaja Pressindo. Margono, S. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rinneka Cipta.

Moeslichatoen. (2004). Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta : PT. Rineka Cipta.


(5)

68

Melinda Prilanita Rosandi, 2015

PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Musfiroh, T. (2005).Bercerita Untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.

Mustakim, N., et. al. (2001). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta : Universitas Terbuka.

Narbuko & Achmadi. (2009). Metode Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Nurmalasari, D. (2013). Pengaruh Pendekatan Beyond Centerrs and Circle Time (BCCT) Sentra bermain peran naik kendaraan terhadap peningkatan keterampilan sosial anak tunagrahita sedang di SLB Pancaran Iman. Skripsi. Jurusan Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Prasetyo, B & Jannah, L M (2005). Metode Penelitian Kuantitatif : Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Purwanto. (2010). Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan. Yogyakarta. Pusaka Pelajar.

Puspitasari, A. (2010). Tunagrahita. [Online].

(http://alytpusptasari.wordpress.com/2010/05/02/tunagrahita/ diakses pada

tanggal 10 Maret 2015).

Rusyani, E. (2004). Bahasa dan Ketunarunguan. [Online].

(http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/19570510198503 1-ENDANG_RUSYANI/Bahasa_dan_Ketunarunguan.pdf. diakses pada 10 Maret 2015).

Sadja’ah, E. (2003). Bina Bicara, Persepsi Bunyi dan Irama. Bandung: San Grafika. Siswanti, A & Suwarto., D. (2012). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara

Dengan Menggunakan Media Boneka Tangan pada Anak Kelompok B TK Pembina Cawas Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2011/2012. [online], 1-6.

Soendari, T. (2008). Modul Pengajaran Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung : Jurusan Pendidikan Luar Biasa FIP UPI.

Somantri, S. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : PT. Refika Aditama.

Sudjana, N. (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


(6)

Melinda Prilanita Rosandi, 2015

PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sugiyono.(2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Suhartono. (2005). Pengembangan Keterampilan Bicara Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.

Sunanto, J., et. al. (2006). Penelitian dengan Subyek Tunggal. Bandung: UPI Press. Suryani, N. (2010). Penerapan Media Pembelajaran Keterampilan Paper Clay dalam

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita Sedang. (Skripsi). Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Susetyo, B. (2014). Bahan Ajar Evaluasi Pembelajaran . Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Suyadi.(2010). Psikologi Dasar PAUD. Yogyakarta: Pedagogia.

Syamsuddin, A.R. (1986).Sanggar Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka Jakarta.

Tarigan, H. (1994). Membaca Sebagai Sesuatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: ANGKASA.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Wardani, IG.A.K. et al. (2007). Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Universitas Terbuka.