PENGARUH LATIHAN ANGKLUNG TERHADAP PENGETAHUAN TANGGA NADA DIATONIS ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI KOTA BANDUNG.

(1)

PENGARUH LATIHAN ANGKLUNG TERHADAP PENGETAHUAN

TANGGA NADA DIATONIS ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI

SPLB-C YPLB CIPAGANTI KOTA BANDUNG

Abstrak

Pada umumnya anak tunagrahita kurang mendapat perhatian khusus dalam pembelajaran seni musik.Pembelajaran seni musik sangat penting diberikan kepada anak-anak tunagrahita karena bermanfaat untuk mengembangkan minat, bakat serta kreativitas yang sebenarnya dimiliki oleh anak-anak tunagrahita. Ada beberapa alasan yang menjadikan pembelajaran musik sangat penting untuk anak-anak tunagrahita diantaranya: musik dapat merangsang kreativitas serta musik dapat menjadi sumber kegembiraan bagi mereka. Melalui Latihan Angklung ini siswa akan belajar mengenai tangga nada diatosis yang menjadi pengetahuan dasar untuk mereka sehingga mereka dapat mengembangkan minat dan bakat yang ada dalam diri mereka melalui sebuah alat musik. Tangga nada diatosis merupakan tangga nada yang mempunyai 7 nada yang berbunyi do-re-mi-fa-sol-la-si tangga nada ini biasanya digunakan untuk alat musik internasional seperti piano, gitar, biola, dll. Namun ada beberapa alat musik tradisional yang berinovasi memiliki tangga nada diatonis salah satunya adalah Angklung.Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan pendekatan kuantitatif dan menggunakan Preexperimental Design one group pre-test post-test.Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan teknik non-tes (inventori) kepribadian.Penelitian ini dilakukan pada enam orang siswa SMPLB tunagrahita ringan.Hasil penelitian ini menunjukkan pelaksanaan latihan angklung memberikan pengaruh dalam pengetahuan tangga nada diatonis pada siswa tunagrahita ringan di SPLB-C YPLB Cipaganti.


(2)

Effect of exercise angklung on knowledge diatonic scale

mild mental retardation in SPLB-C YPLB Cipaganti Bandung.

Abstrack

Children generally of children with inelektual disorder on less gets special mention hearts learning the art of music. Learning the art of music to be given children because tunagrahita useful to develop a review of Interests, talent and creativity that is actually owned Posted Children tunagrahita. There are several reasons What makes learning music For children with inelektual disorder include. Music can stimulate creativity As well as music can be a source of excitement For them. Through Exercise Angklung Students will learn Regarding Being diatosis The Basic Knowledge to review them so that they can develop interests and talents there an hearts Them selves through musical instruments. Diatosis scales are scales has 7 tones sounds do-re-mi-fa-sol-la-si husband scales typically used to review the international musical instruments such as piano, guitar, violin, etc. However some traditional musical instruments The innovation has diatonic scales only prayer is Angklung. Methods Used Research experimental method is a quantitative approach using Preexperimental Design And one group pre-test post-test. Data collection techniques used The technique is to use a non-test (inventory) Personality. The study was conducted husband orangutan on Six Students SMPLB mild mental retardation. Research results show the initial implementation of angklung exercise influence Knowledge diatonic scales at Students mild mental retardation in SPLB-C YPLB Cipaganti.


(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Pengertian Musik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001), merupakan ilmu atau seni menyusun nada atau suara untuk menghasilkan komposisi yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan. Nada atau suara tersebut disusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan irama, lagu dan keharmonisan terutama yang menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi. Fungsi musik adalah untuk mengekspresikan diri, mengungkapkan perasaan, membantu pembentukan komunikasi verbal dan nonverbal, melatih kepekaan terhadap stimuli lingkungan, dan sebagai alat untuk meningkatkan dan membantu perkembangan kemampuan pribadi dan sosial

Sheppard (dalam Milyartini hlm. 3) mengemukakan sepuluh manfaat musik yakni : (1) musik dapat mengubah bentuk otak; (2) meningkatkan kemampuan berbahasa; (3) mengembangkan fungsi mental; (4) menstimulasi gerakan dan mengembangkan kemampuan pengendalian koordinasi fisik; (5) mengembangkan daya ingat dan penyimpanan informasi; (6) membantu memahami matematika dan ilmu pengetahuan; (7) mengembangkan kemampuan komunikasi dan mengekspresikan diri; (8) membantu anak bekerjasama; (9) membantu kesehatan emosional dan fisik; (10) meningkatkan kreativitas.

Pembelajaran seni musik sangat penting diberikan kepada anak-anak yang memiliki keterbatasan atau gangguan dalam menerima pendidikannya, karena musik bermanfaat untuk mengembangkan kreativitas yang sebenarnya dimiliki oleh anak-anak berkebutuhan khusus. Salah satu anak berkebutuhan khusus adalah anak tunagrahita.

Anak tunagrahita merupakan anak dengan hambatan kecerdasan yang berdampak pada kemampuan berbahasa, perilaku, sosial dan emosi serta dalam hal kognitifnya yang dalam hal ini berdampak pada saat pembelajaran seacara umum seperti pembelajaran seni musik. Anak tungrahita dalam pembelajaran seni musk sulit memahami mengenai tangga nada. Seperti kita


(4)

2

tahu bahwa pengetahuan tangga nada merupakan hal sangat mendasar ketika seseorang belajar memainkan alat musik.

Berdasarkan hasil temuan di lapangan peneliti menemukan masalah pada siswa tunagrahita ringan SMPLB-C di SPLB-C YPLB Cipaganti yang dalam pembelajaran seni musik belum mengetahui dan memahami mengenai tangga nada diatonis, mereka memainkan alat musik hanya berdasarkan arahan dari guru.

Penggunaan musik dalam pendidikan tentunya akan memberikan dampak positif untuk proses pembelajaran. Hal itu dikarenakan musik merupakan salah satu cara untuk merangsang pikiran, sehingga siswa dapat menerima materi pelajaran dengan baik.

Latihan Angklung merupakan salah satu pembelajaran musik yang dapat menambah pengetahuan musik bagi anak tunagrahita mengenai tangga nada diatonis. Menurut Purwanto dalam (Maryam 2012, hlm 23) latihan dapat menyebabkan perubahan/proses dalam tingkah laku, sikap dan pengetahuan. Jadi latihan merupakan sebuah kegiatan yang dapat menyebabkan perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku disini dimaksudkan agar anak tunagrahita memahami dan mengetahui mengenai tangga nada diatonis. Latihan yang akan dilaksanakan pada penelitian ini adalah latihan angklung.

Angklung termasuk dalam kategori musik tradisional yang berasal dari Jawa Barat yang cukup berpengaruh bagi perkembangan musik di Indonesia. Angklung adalah alat musik tradisional yang terbuat dari bambu, yang dibunyikan dengan cara digoyangkan atau digetarkan. Angklung bisa dimainkan oleh satu orang, namun harmonisasi bunyi angklung yang dimainkan secara berkelompok akan terdengar lebih indah.

Pada zaman dulu, angklung merupakan alat musik yang bernada pentatonis (da mi nati la) tetapi Daeng Sutigna yang merupakan salah satu tokoh angklung dari tatar Sunda terus melakukan inovasi pada alat musik angklung yang menjadikan angklung memiliki tangga nada diatonis ( do re mi fa sol la si ). Dengan angklung diatonis inilah angklung bisa menjadi alat


(5)

musik yang mendunia bernilai pendidikan yang tinggi seperti menurut pendapat Susanto (hlm. 5) mengemukakan bahwa:

“Bermain musik angklung menjadi salah satu solusi untuk melatih

kepekaan musikal. Alat musik tradisional berasal dari Jawa Barat ini telah menjadi warisan budaya dunia milik Indonesia. Keunikan alat musik ini telah menjadikan salah satu media belajar musik yang

mudah, murah, menarik, dan bernilai pendidikan yang tinggi”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa angklung merupakan sebuah media yang bisa digunakan untuk melatih kepekaan musik salah satunya memberi pengetahuan tangga nada diatonis bagi anak tunagrahita.

Oleh karena itu, Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh latihan angklung terhadap

pengetahuan tangga nada diatonis anak tunagrahita ringan di SPLB-C

YPLB Cipaganti Kota Bandung”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengidentifikasi masalah yang akan dijadikan bahan penelitian diantaranya :

1. Banyaknya di lapangan anak tunagrahita ringan kurang memahami pengetahuan tangga nada diatonis.

2. Pembelajaran musik bagi anak tunagrahita kurang menjadi perhatian bagi guru.

3. Alat musik jarang digunakan sebagai media pembelajaran. 4. Salah satu cara untuk memahami pengetahuan tangga nada

diatonisanak tunagrahita adalah melalui alat musik angklung.

C. Batasan Masalah

Agar peneliti tidak keluar dari tujuan atau meluas pada hal – hal yang tidak sesuai dengan permasalahan yang diteliti , maka dalam penelitian ini akan dibatasi pada permasalahan bagaimana pelaksanaan latihan angklung dapat mempengaruhi pengetahuan tangga nadadiatonis pada anak tunagrahita ringan.


(6)

4

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, dapat dikemukakan rumusan masalah pada penelitian ini yaitu “Apakah terdapat pengaruh latihan angklung terhadap pengetahuan tangga nada diatonis anak tunagrahita ringan di SPLB-C YPLB Cipaganti Kota Bandung?”

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi dan gambaran mengenai sejauh mana pengaruh latihan angklung dapat meningkatkan pengetahuan tangga nada diatonis anak tungrahita ringan di SPLB-C YPLB Cipaganti Kota Bandung. b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dilaksanakan penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui kondisi pre-test pengetahuan tangganada diatonis anak tunagrahita ringan pada saat latihan angklung.. 2) Untuk mengetahui kondisi post-test pengetahuan tangga nada

diatonisanak tungrahita ringan setelah diberikan perlakuan pada saat latihan angklung.

3) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh latihan angklung dalam meningkatkan pengetahuan tangga nada diatonis anak tunagrahita ringan di SPLB-C YPLB Cipaganti Kota Bandung.

2. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini, penulis berharap laporan penelitian ini dapat bermanfaat, adapun manfaat tersebut diantaranya adalah:

a. Manfaat Teoritis

1) Sebagai sumbangan karya ilmiah bagi ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan dan juga ilmu pada umumnya serta lembaga pendidikan khusus sendiri.


(7)

2) Hasil penelitian dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut serta acuan dalam pengetahuan tangga nada diatonis anak tunagrahita ringan.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi Penulis, Sebagai bahan kajian, diskusi ilmiah mahasiswa untuk menambah pengetahuan, wawasan dan pemahaman mengenai pengaruh latihan angklung terhadap pengetahuan tangga nada diatonis anak tunagrahita ringan.

2) Bagi Orang Tua, Sebagai bahan rujukan untuk menambah pengetahuan, wawasan, dan upaya yang dapat dilakukan dalam mengembangkan pengetahuan tangga nada diatonis anak tunagrahita ringan

3) Bagi pihak sekolah terutama guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam melaksanakan suatu intervensi melalui latihan angklung untuk mengembangkan pengetahuan tangga nada diatonis pada anak tunagrahita ringan.

4) Bagi siswa, dengan adanya laihan angklung ini diharapkan anak tunagrahita ringan bisa memahami mengenai tangga nada diatonis sehingga mereka menjadi lebih bisa mengembangkan minat dan bakat dalam bermain musik.


(8)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian

Preexperimental Design.Prasetyo B dan Jannah, L M (2005, hlm. 161)

mengatakan bahwa “peneltian experimen ini digunakan karena keterbatasan jumlah subjek yang akan diteliti”.

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam metode penelitian

Preexperimental Design adalah menggunakan One-grup pre-test-post-test design. Prasetyo B dan Jannah, L M (2005, hlm. 161) mengemukakan bahwa One-grup pre-test-post-test design adalah “Satu kelompok

Eksperimen yang diukur variabel dependennya (pre-test), kemudian diberikan stimulus, dan diukur kembali variabel dependennya post-test),

tanpa ada kelompok pembanding”. Desain ini dapat digambarkan sebagai

berikut :

Keterangan :

O1 = nilai pretest (sebelum diberi Intervensi)

O2 = nilai posttest (setelah diberi Intervensi)

X = Intervensi

B. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat.Variabel bebas dikenal dengan istilah intervensi atau perlakuan (Sunanto J, 2006, hlm. 12).Variabel bebas dalam penelitian ini adalah latihan angklung.Angklung merupakan alat musik diatonis yang berasal dari Jawa Barat. Angklung merupakan alat musik yang dimainkan dengan cara digetarkan atau digoyangkan. Angklung dimainkan secara individu atau kelompok. Biasanya apabila angklung dimainkan secara berkelompok masing-masing individu memegang satu sampai dengan


(9)

lima buah angklung dan dibunyikan sesuai notasinya. Biasanya sebuah notasi lagu di tulis dalam sebuah kertas besar yang biasa di sebut partitur.Partitur tersebut digunakan sebagai petunjuk pemain angklung ketika sedang latihan.Pelatih biasanya menunjuk notasi pada partitur dan pemain membunyikan angklung sesuai notasinya.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat merupakan variabel yang di ukur sebagai akibat adanya manipulasi pada variabel bebas.Varabel terikat dalam penelitian ini adalah pengetahuan tangga nada diatonis.Tangga nada diatonis menurut Runtuwene (hlm. 3) adalah rangkaian 7 buah nada dalam satu oktaf yang mempunyai susunan tinggi nada yang teratur. Dalam teori musik barat, tangga nada diatonis adalah susunan satu set kumpulan not yang merupakan komponen paling dasar memiliki 7 nada dasar yang dikenal dengan do-re-mi-fa-sol-la-si. Tangga nada diatonis ini biasa digunakan oleh alat musik internasional seperti piano, gitar, biola, dll

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Sugiyono (2006, hlm. 89) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek / subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah SPLB-C YPLB Cipaganti Kota Bandung.

2. Sampel

`Sampel adalah bagian dari jumlah dan karaktersitik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono 2009, hlm. 81) . Sesuai dengan pengertian yang dikemukakan di atas, maka sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti dan dianggap menggambarkan populasinya.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling jenuh, yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila


(10)

18

jumlah populasi relatif kecil kurang dari 30 orang, istilah lain dari sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2009, hlm. 85).

Berdasarkan hasil teknik sampling, yang diambil menjadi sampel dalam melaksanakan eksperimen mengenai latihan angklung untuk meningkatkan pengetahuan tangga nada diatonis anak tunagrahita ringan yang berjumlah 6 orang siswa SMPLB di SPLB-C YPLB Cipaganti. Sebagaimana tercantum pada tabel 3.1 berikut ini:

Tabel 3.1 Subjek Penelitian

D. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya didalam sebuah penelitian pasti menggunakan alat ukur.Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian.Instrumen penelitian merupakan suatu alat ukur yang menjadi dasar dalam berlangsungnya sebuah penelitian yang diperoleh melalui tes ataupun observasi yang didalamnya memuat data hasil dari penelitian yang dilakukan.

Menurut Suharsimi (2002 hlm. 136) menyebutkan bahwa instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah, dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk skala yaitu

“skala Guttman” yang merupakan skala pengukuran dengan tipe jawaban tegas “ya-tidak”, “benar-salah”, dan lain-lain. Menurut Sugiyono (2009, hlm. 139) instrumen penelitian yang menggunakan skala Guttman dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda.

No Kode Sampel Jenis Kelamin Karakteristik

1 A Perempuan Tunagrahita Ringan

2 R Laki-laki Tunagrahita Ringan

3 D Laki-laki Tunagrahita Ringan

4 E Perempuan Tunagrahita Ringan

5 Z Perempuan Tunagrahita Ringan


(11)

Upaya untuk mencapai tujuan penelitian ini, peneliti membuat beberapa langkah-langkah untuk mempermudah dalam mencapai tujuan tersebut, yaitu:

1. Membuat Kisi-Kisi Pernyataan Instrumen

Kisi-kisi pernyataan berisi bagaimana pengetahuan tangga nada diatonis anak tunagrahita ringan. Kisi-kis pernyataan tersebut merupakan indikator yang akan dicatat, diamati dan ditetapkan pada butir-butir soal yang disesuaikan dengan variabel penelitian.

2. Pembuatan Butir Pernyataan

Butir soal dibuat berdasarkan indikator yang dibuat pada kisi-kisi instrumen penelitian.Jumlah soal secara keseluruhan berjumlah 10 butir instrumen.

3. Kriteria Penilaian

Kriteria penilaian dibuat untuk menetapkan skor atau nilai hasil pengamatan.Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Guttman, kemudian sistem penilaian menggunakan bentuk checklist pada setiap butir pernyataannya.Adapun kriteria penilaiannya adalah skor dengan bobot nilai 1 jika anak mampu dan skor dengan bobot nilai 0 jika anak tidak mampu.

4. Validitas Instrumen

Validitas instrumen yaitu digunakan dalam penelitian ini yaitu validitas konstrak (contruct validity) dengan meminta pendapat para ahli (judgment expert) . Penilaian validitas instrument dilakukan oleh dua orang dosen dan seorang guru . Penilaian tersebut mencocokan indikator yang ada dalam kisi - kisi instrumen dengan butir pernyataan yang dibuat oleh peneliti . Apabila penilai menilai cocok diberi nilai 1 dan jika tidak cocok diberi nilai 0 , kemudian dihitung dengan rumus menurut (Susetyo 2010, hlm. 92)

f f


(12)

20

Keterangan :

P = Skor / presentase

F = frekuensi cocok menurut penilai

f = Jumlah penilai

5. Reliabilitas Instrumen

Susetyo (2011, hlm. 105) mengemukakan bahwa :

“Suatu perangkat ukur yang dapat dipercaya adalah alat

ukur yang hasilnya tidak berubah atau hasilnya relatif sama jika dilakukan pengetesan secara berulang - ulang

dan alat ukur yang demikian dinamakan dengan realibel”.

Pernyataan yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa melakukan uji reliabilitas terhadap suatu instrumen sangat diperlukan, dimana uji reabilitas ini dapat memberikan gambaran yang benar - benar dipercaya tentang kemampuan seseorang. Instrumen diuji cobakan pada subjek yang memiliki karakteristik yang sama dengan subjek penelitian, yaitu siswa tunagrahita ringan SMPLB.

Pengujian reliabilitas pada penelitian ini diukur dengan carainternal consistensi, karena mencobakan instrumen hanya sekali saja. Pengujian reabilitas ini menggunakan tekhnik Kuder-Richardson 21 menurut Susetyo (2011, hlm. 116) dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

ri = reliabilitas instrumen.

K = jumlah butir pertanyaan/pernyataan. M = skor Rata-rata.

Vt= varians total.





t

KV

M

K

M

K

K

(

)

1

1

i


(13)

Sebelum menggunakan rumus di atas untuk mencari nilai reliabilitas, maka harus menghitung Varians Total terlebih dahulu dengan menggunakan rumus :

�� = ∑ �

2− ∑� ²

� �

Keterangan : Vt = varians total.

X = jumlah skor keseluruhan. N = jumlah responden.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan tekhnik Non-Tes daftar inventori. Menurut Margono (2010, hlm.175) Tekhnik pengumpulan data dengan daftar inventori kepribadian dimaksudkan untuk mendapatkan ukuran kepribadian dari objek penelitian , Sebagaimana yang dikemukakan bahwa:

“Daftar inventori para subjek diberi macam - macam pernyataan yang mengambarkan pola - pola tingkah laku mereka diminta untuk menunjukkan apakah tiap - tiap pernyataan itu merupakan ciri tingkah laku mereka , dengan memberikan tanda ceklis pada jawaban ya atau tidak . Skor dihitung dengan menunjukkan jawaban yang sesuai

dengan sifat yang diukur oleh peneliti”.

Teknik daftar inventori kepribadian ini, peneliti mengamati pola- pola tingkah laku anak dalam hal ini pengetahuan tangga nada diatonis pada saat fase pre-test dan fase post-test pada sampel yang diteliti . Inventori adalah suatu metode untuk mengumpulkan data yang berupa suatu pernyataan tentang sifat , keadaan , kegiatan tertentu dan sejenisnya. Dari daftar pernyataan tersebut menyangkut tentang sifat, keadaan, kegiatan tertentu.Skor yang diperoleh dari hasil pola-pola tingkah laku anak tersebut selanjutnya ditafsir oleh peneliti tentang keadaan anak.Fungsi dari teknik daftar inventori ini adalah untuk dasar peneliti dalam mengenal, mengetahui dan memahami pengetahuan tangga nada ditaonis pada setiap anak.


(14)

22

Selain dengan teknik non tes daftar inventor, peneliti juga mendokumentasikan kegiatan selama penelitian .Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlaku. Dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data setiap siswa, mengumpulkan hasil daftar inventori yang telah diujikan kepada siswa, mengumpulakn hasil gambar-gambar selama penelitian berlangsung.

F. Prosedur Penelitian

1. Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian dilakukan guna mendapatkan informasi mengenai prosedur pelaksanaan penelitian yang dilakukan.Informasi yang diperoleh dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan penelitian. Sebelum penelitian dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Melakukan studi pendahuluan untuk mendapatkan dan mengetahui gambaran secara jelas tentang subyek penelitian yang ada di lapangan.

b. Mengurus surat perizinan

1) Permohonan surat pengantar dari jurusan PKh untuk pengangkatan dosen pembimbing;

2) Permohonan surat keputusan Dekan FIP mengenai pengangkatan dosen pembimbing dan surat pengantar izin penelitian untuk ke direktorat melalui Direktorat Akademik;

3) Mengurus surat penagntar izin penelitian mealalui Direktorat Akademik untuk ke Badan Kesatuan Bangsa (KESBANG);

4) Membuat surat izin penelitian di KESBANG berdasarkan surat pengantar dari Direktorat Akademik;

5) Menyerahkan surat izin penelitian kepada Kepala Sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian yaitu SPLB-C YPLB Cipaganti.


(15)

6) Menyusun instrumen penelitian mengenai pengetahuan tangga nada diatonis. Instrumen penelitian ini meliputi kisi-kisi instrumen, pembuatan butir soal, pembuatan program latihan angklung.

7) Melakukan uji coba instrumen penelitian, uji coba instrumen ini meliputi uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dilakukan dengan meminta penilaian para ahli (Expert Judgement). Para ahli tersebut adalah satu orang dosen, satu orang pelatih angklung di SMP Pasundan 1 Bandung, dan satu orang guru di SPLB-C YPLB Cipaganti. Kemudian melakukan uji reliabilitas dilakukan pada siswa SMPLB di SLBN A Citereup.

2. Pelaksanaan Penelitian

Tahap pelaksanaan penelitian terbagi menjadi beberapa kegiatan meliputi persiapan, pengambilan data, menghitung dan mengolah data.Penelitian dilaksanakan pada waktu kegiatan belajar mengajar dan dilakukan di ruang kesenian. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaannya adalah sebagai berikut

a. Meminta izin kepada pihak sekolah untuk melaksanakan penelitian, mengadakan komunikasi dengan guru kelas mengenai jadwal penelitian dan mendiskusikan rencana program pembelajaran;

b. Melaksanakan pre test untuk mengetahui kemampuan dasar subjek penelitian dalam kegiatan latihan angklung. Pre test dilakukan kepada siswa SMPLB SPLB-C YPLB Cipaganti dengan mengamati anak dalam kegiatan latihan angklung. Hasil pre test

yang di dapat murni kemampuan yang dimiliki anak. Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat jumlah skor mampu yang diperoleh subjek.

c. Melaksanakan treatment selama empat kali pertemuan, yaitu melakukan latihan angklung untuk meningkatkan pengetahuan


(16)

24

tangga nada diatonis. Setiap pertemuan dilaksanakan selama 30 menit

d. Melaksanakan post test, yaitu pengukuran kembali hasil belajar dari pelaksanaan latihan angklung untuk mengetahui sejauh mana

treatment yang dilakukan berpengaruh terhadap pengetahuan tangga nada diatonis anak tunagrahita ringan. Post test dilakukan kepada subjek penelitian dengan mengamati pelaksanaan latihan angklung yang sama pada saat pre test.

3. Langkah-langkah latihan angklung

a. Peneliti menyiapkan alat seperti partitur angklung, angklung dan penunjuk untuk menunjuk partitur angklung.

b. Peneliti menjelaskan kepada siswa/subjek peneliti bahwa akan sama-sama berlatih angklung.

c. Peneliti memberitahukan lagu yang akan dimainkan yaitu lagu

“Paman Datang”

d. Peneliti bersamaan dengan siswa/subjek peneliti menyanyikan

lagu “Paman Datang”

e. Peneliti melakukan tanya jawab mengenai tangga nada diatonis (do re mi fa sol la si) yang ditunjuk oleh peneliti pada partitur angklung yang berisi notasi angka (1=do , 2=re, 3=mi, 4=fa, 5=sol, 6=la, 7=si)

f. Peneliti membagikan satu angklung kepada satu orang anak, masing-masing anak mempunyai nada yang berbeda satu sama lain.

g. Peneliti memberitahukan nada yang harus dimainkan oleh masing-masing anak.

h. Peneliti memberitahu cara membaca partitur dan mengenalkan tanda-tanda yang ada partitur seperti angka nol (0) artinya berhenti dan symbol titik (.) artinya bunyikan dengan ketukan panjang.

i. Peneliti melakukan pemanasan dengan membunyikan angklung dari bunyi yang rendah ke yang tinggi begitupun sebaliknya.


(17)

Kemudian pemanasan kedua yaitu membunyikan angklung secara berurutan ( do re mi fa sol la si).

j. Peneliti menunjuk satu persatu not angka yang ada partitur angklung satu bagian-satu bagiandan pada kegiatan ini siswa/subjek penelitian membunyikan angklung miliknya sesuai nada yang ditunjuk oleh peneliti.

k. Peneliti membenarkan apabila anak keliru dalam membunyikan angklung

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau rumus-rumus tertentu. Pengolahan data bertujuan mengubah data mentah dari hasil pengukuran menjadi data yang lebih halus sehingga memberikan arah untuk pengkajian lebih lanjut.

Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk mengolah data adalah teknik statistik deskriptif dengan tujuan memperoleh gambaran secara jelas tentang hasil intervensi dalam jangka waktu tertentu. Jadi dalam penelitian ini data akan disajikan melalui tabel atau grafik. Penggunaan analisis dengan grafik/tabel ini diharapkan dapat lebih memperjelas gambaran sebelum, ketika diberi intervensi latihan angklung sebelum dan sesudah di intervensi dalam pengetahuan tangga nada diatonis anak tunagrahita ringan.

Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan statistik non-parametrik uji Wilcoxon, karena subjek penelitiannya tidak terlalu banyak dan data yang diolah berskala ordinal. Menurut Sugiyono (2009, hlm. 212) teknik uji Wilcoxon digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel yang berkorelasi bila datanya berbentuk ordinal.

Dari pernyataan di atas bermaksud agar data yang diperoleh peneliti mampu mengolah dan menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :


(18)

26

2. Mentabulasi skor tes awal dan tes akhir;

3. Membuat tabel perhitungan skor tes awal dan tes akhir; 4. Menghitung selisih skor tes awal dan tes akhir;

5. Menyusun rangking;

6. Melakukan uji tanda dengan membubuhkan tanda (+) untuk selisih positif antara tes akhir dan tes awal. Tanda ( - ) diberikan untuk selisih negatif antara tes akhir dan tes awal;

7. Menjumlahkan semua ranking bertanda positif dan negatif;

8. Membandingkan uji tanda hitung (T hitung) dengan uji tanda tabel (T tabel), untuk uji Wilcoxon;

9. Membuat kesimpulan, yaitu H0 ditolak apabila T hitung ≤ T tabel dan H diterima apabila T hitung > T table. 0


(19)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis tentang latihan angklung untuk meningkatkan pengetahuan tangga nada diatonis anak tunagrahita ringan di SPLB-C YPLB Cipaganti dengan jumlah sample 6 orang siswa SMPLB, dapat disimpulkan bahwa latihan angklung memberikan pengaruh terhadap pengetahuan tangga nada diatonis. Secara spesifik berdasarkan hasil penelitian dapat disimpukan sebagai berikut : 1. Pada Kondisi Pretest secara keseluruhan anak dapat mengenal tangga

nada diatonis, hanya saja mereka masih belum mampu untuk menyebutkan, membedakan, memahami tangga nada diatonis serta mengaplikasikannya pada alat musik angklung.

2. Setelah diberi perlakuan sebanyak 4 kali, dapat dilihat dari kondisi

Post-test ada beberapa peningkatan seperti secara keseluruhan anak sudah mampu menyebutkan tangga nada diatonis dari notasi angka.( 1=do, 2=re, 3=mi, 4=fa, 5=sol, 6=la, 7=si), mampu mengingat notasi angka yang harus dimainkan ketika latihan angklung, sebagian dari mereka mampu membedakan tangga nada diatonis dari notasi angka. ( 1=do, 2=re, 3=mi, 4=fa, 5=sol, 6=la, 7=si), dan satu diantara mereka mampu membaca tangga nada diatonis dari notasi angka. ( 1=do, 2=re, 3=mi, 4=fa, 5=sol, 6=la, 7=si) pada partitur lagu yang akan dimainkan. Dalam pengaplikasian tangga nada diatonis terhadap alat musik angklung mereka pengalami peningkatan pada indicator ini. Mereka semua mampu membunyikan angklung miliknya sesuai dengan nada pada notasi angka dari sebuah lagu yang dimainkan pada saat latihan angklung serta mampu membunyikan angklung secara berurutan berdasarkan tangga nada diatonis (do re mi fa sol la si).

B. Rekomendasi

Dari hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diungkapkan , maka terdapat beberapa hal yang perlu peneliti sampaikan sebagai suatu


(20)

41

rekomendasi dalam pembelajaran di sekolah, antara lain sebagai berikut : 1. Bagi Sekolah

Latihan angklung dapat menjadi pertimbangan sekolah dalam pembelajaran musik mengenai pengetahuan tangga nada diatonis bagi anak tunagrahita. Sekolah bisa menjadikan angklung sebagai wadah untuk menyalurkan minat dan bakat pada anak tunagrahita.

2. Bagi Guru

Media Angklung dapat menjadi media pembelajaran pada saat proses pembelajaran seni musik. Karena latihan angklung dapat melatih kepekaan musik pada anak tunagrahita sebagai penunjang dalam menyalurkan minat dan bakat yang mereka miliki, selain itu latihan angklung dapat melatih motorik, konsentrasi, disiplin, gotong royong, dan tanggung jawab.

3. Bagi Orang Tua

Orang tua seharusnya dapat melihat minat dan bakat yang dimiliki anak sehingga orang tua dapat bekerja sama dengan guru dalam mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh anak.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya yang tertarik melakukan penelitian dengan pelaksanaan latihan angklung bisa lebih mengembangkan materi serta mengembangkan instrument yang ada.


(21)

DAFTAR PUSTAKA

Amin M. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Arikunto, S. Dan Safuddin AJ, C. (2010). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Astati & Mulyati, Lis.(2010). Pendidikan Anak Tunagrahita. Bandung: CV. Catur Karya Msndiri

Cudhayanti, G.N.A. (2015). Respons Anak Tunagrahita Ringan Dalam Pembelajaran Musik Kreatif Studi Kasus: SLB Rela Bhakti 1 Gamping Sleman. (Skripsi). Institut Seni Indonesia. Yogyakarta.

Efendi, Mohammad. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara

Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI[Online]. Diakses dari :

(http://kbbi.web.id/).

Mahendra, Agus & Ma’mun, Amung.(1998). Teori Belajar dan Pembelajaran Motorik. Bandung. IKIP Bandung Press

Maryam, Siti Yuliana. (2012) Pengaruh Latihan Identifikasi Objek terhadap peningkatan konsentrasi anak tunagrahita ringan di SPLB-C YPLB Cipaganti.(Skripsi).Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung

Masunah dkk.(2003). Angklung di Jawa Barat Sebuah Perbandingan Volume 1.

Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Seni Tradisional.

Milyartini, Rita. Peran Musik Bagi Anak Berkebutuhan Khusus. (makalah). Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung

Prasetyo, B.(2007). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada

Purnama, Hendra Jaka. (2012). Pengaruh Metode Hand Sign terhadap Prestasi Belajar Seni Musik pada Anak Tunagrahita Ringan. (Skripsi) Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung


(22)

43

Runtuwene, Lastiko. Teori Musik (Bahan Penunjaneg Kursus Musik Gereja.

[online] Diakses dari :

http://sulut.kemenag.go.id/file/file/katolik/zpmh1366661602.pdf/ .

Sugiyono.(2012). Metode Penelitian Kuantitatif , Kualitatif dan R&D . Bandung: Alfabeta.

Somantri, T. Sutjihati. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. RefikaAditama..

Susanto, Heri Yonathan. Angklung [Online] Diakses dari :(http://www.pppgkes.com/index.php?option=com_phocadownload&view =category&download=78:angklung&id=1:widyaiswara).

Susetyo, B. (2011). Evaluasi Pembelajaran . Jurusan Pendidikan Khusus

Universitas Pendidikan Indonesia.(2014) .Pedoman Karya Tulis Ilmiah. Bandung: Bumi Aksara

Wiramihardja, Obby A.R. (2003).Membentuk Sebuah Grup Angklung.

Bandung.Tidak diterbitkan.

Wikipedia Indonesia. Pengertian Musik. [Online] Diakses dari :(https://id.m.wikipedia.org/wiki/pengertianmusik)


(1)

Kemudian pemanasan kedua yaitu membunyikan angklung secara berurutan ( do re mi fa sol la si).

j. Peneliti menunjuk satu persatu not angka yang ada partitur angklung satu bagian-satu bagiandan pada kegiatan ini siswa/subjek penelitian membunyikan angklung miliknya sesuai nada yang ditunjuk oleh peneliti.

k. Peneliti membenarkan apabila anak keliru dalam membunyikan angklung

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau rumus-rumus tertentu. Pengolahan data bertujuan mengubah data mentah dari hasil pengukuran menjadi data yang lebih halus sehingga memberikan arah untuk pengkajian lebih lanjut.

Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk mengolah data adalah teknik statistik deskriptif dengan tujuan memperoleh gambaran secara jelas tentang hasil intervensi dalam jangka waktu tertentu. Jadi dalam penelitian ini data akan disajikan melalui tabel atau grafik. Penggunaan analisis dengan grafik/tabel ini diharapkan dapat lebih memperjelas gambaran sebelum, ketika diberi intervensi latihan angklung sebelum dan sesudah di intervensi dalam pengetahuan tangga nada diatonis anak tunagrahita ringan.

Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan statistik non-parametrik uji Wilcoxon, karena subjek penelitiannya tidak terlalu banyak dan data yang diolah berskala ordinal.


(2)

26

2. Mentabulasi skor tes awal dan tes akhir;

3. Membuat tabel perhitungan skor tes awal dan tes akhir; 4. Menghitung selisih skor tes awal dan tes akhir;

5. Menyusun rangking;

6. Melakukan uji tanda dengan membubuhkan tanda (+) untuk selisih positif antara tes akhir dan tes awal. Tanda ( - ) diberikan untuk selisih negatif antara tes akhir dan tes awal;

7. Menjumlahkan semua ranking bertanda positif dan negatif;

8. Membandingkan uji tanda hitung (T hitung) dengan uji tanda tabel (T tabel), untuk uji Wilcoxon;

9. Membuat kesimpulan, yaitu H0 ditolak apabila T hitung ≤ T tabel dan H diterima apabila T hitung > T table. 0


(3)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis tentang latihan angklung untuk meningkatkan pengetahuan tangga nada diatonis anak tunagrahita ringan di SPLB-C YPLB Cipaganti dengan jumlah sample 6 orang siswa SMPLB, dapat disimpulkan bahwa latihan angklung memberikan pengaruh terhadap pengetahuan tangga nada diatonis. Secara spesifik berdasarkan hasil penelitian dapat disimpukan sebagai berikut :

1. Pada Kondisi Pretest secara keseluruhan anak dapat mengenal tangga nada diatonis, hanya saja mereka masih belum mampu untuk menyebutkan, membedakan, memahami tangga nada diatonis serta mengaplikasikannya pada alat musik angklung.

2. Setelah diberi perlakuan sebanyak 4 kali, dapat dilihat dari kondisi

Post-test ada beberapa peningkatan seperti secara keseluruhan anak sudah mampu menyebutkan tangga nada diatonis dari notasi angka.( 1=do, 2=re, 3=mi, 4=fa, 5=sol, 6=la, 7=si), mampu mengingat notasi angka yang harus dimainkan ketika latihan angklung, sebagian dari mereka mampu membedakan tangga nada diatonis dari notasi angka. ( 1=do, 2=re, 3=mi, 4=fa, 5=sol, 6=la, 7=si), dan satu diantara mereka mampu membaca tangga nada diatonis dari notasi angka. ( 1=do, 2=re, 3=mi, 4=fa, 5=sol, 6=la, 7=si) pada partitur lagu yang akan dimainkan. Dalam pengaplikasian tangga nada diatonis terhadap alat musik angklung mereka pengalami peningkatan pada indicator


(4)

41

rekomendasi dalam pembelajaran di sekolah, antara lain sebagai berikut :

1. Bagi Sekolah

Latihan angklung dapat menjadi pertimbangan sekolah dalam pembelajaran musik mengenai pengetahuan tangga nada diatonis bagi anak tunagrahita. Sekolah bisa menjadikan angklung sebagai wadah untuk menyalurkan minat dan bakat pada anak tunagrahita.

2. Bagi Guru

Media Angklung dapat menjadi media pembelajaran pada saat proses pembelajaran seni musik. Karena latihan angklung dapat melatih kepekaan musik pada anak tunagrahita sebagai penunjang dalam menyalurkan minat dan bakat yang mereka miliki, selain itu latihan angklung dapat melatih motorik, konsentrasi, disiplin, gotong royong, dan tanggung jawab.

3. Bagi Orang Tua

Orang tua seharusnya dapat melihat minat dan bakat yang dimiliki anak sehingga orang tua dapat bekerja sama dengan guru dalam mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh anak.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya yang tertarik melakukan penelitian dengan pelaksanaan latihan angklung bisa lebih mengembangkan materi serta mengembangkan instrument yang ada.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Amin M. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Arikunto, S. Dan Safuddin AJ, C. (2010). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Astati & Mulyati, Lis.(2010). Pendidikan Anak Tunagrahita. Bandung: CV. Catur Karya Msndiri

Cudhayanti, G.N.A. (2015). Respons Anak Tunagrahita Ringan Dalam Pembelajaran Musik Kreatif Studi Kasus: SLB Rela Bhakti 1 Gamping Sleman. (Skripsi). Institut Seni Indonesia. Yogyakarta.

Efendi, Mohammad. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara

Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI[Online]. Diakses dari :

(http://kbbi.web.id/).

Mahendra, Agus & Ma’mun, Amung.(1998). Teori Belajar dan Pembelajaran Motorik. Bandung. IKIP Bandung Press

Maryam, Siti Yuliana. (2012) Pengaruh Latihan Identifikasi Objek terhadap peningkatan konsentrasi anak tunagrahita ringan di SPLB-C YPLB Cipaganti.(Skripsi).Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung

Masunah dkk.(2003). Angklung di Jawa Barat Sebuah Perbandingan Volume 1.

Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Seni Tradisional.


(6)

43

Runtuwene, Lastiko. Teori Musik (Bahan Penunjaneg Kursus Musik Gereja.

[online] Diakses dari :

http://sulut.kemenag.go.id/file/file/katolik/zpmh1366661602.pdf/ .

Sugiyono.(2012). Metode Penelitian Kuantitatif , Kualitatif dan R&D . Bandung: Alfabeta.

Somantri, T. Sutjihati. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. RefikaAditama..

Susanto, Heri Yonathan. Angklung [Online] Diakses dari :(http://www.pppgkes.com/index.php?option=com_phocadownload&view =category&download=78:angklung&id=1:widyaiswara).

Susetyo, B. (2011). Evaluasi Pembelajaran . Jurusan Pendidikan Khusus

Universitas Pendidikan Indonesia.(2014) .Pedoman Karya Tulis Ilmiah. Bandung: Bumi Aksara

Wiramihardja, Obby A.R. (2003).Membentuk Sebuah Grup Angklung.

Bandung.Tidak diterbitkan.

Wikipedia Indonesia. Pengertian Musik. [Online] Diakses dari :(https://id.m.wikipedia.org/wiki/pengertianmusik)