PENGARUH METODE ROLE PLAYING DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN SOSIAL PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN USIA REMAJA DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI.

(1)

USIA REMAJA DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Muhamad Lukman Sahaja NIM 1104440

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

USIA REMAJA DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI

Oleh

MUHAMAD LUKMAN SAHAJA 1104440

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© MUHAMAD LUKMAN SAHAJA 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

2015

Hak cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruh atau sebagian,


(3)

PENGARUH METODE ROLE PLAYING DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN SOSIAL PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN USIA

REMAJA DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Drs. H. Ahmad Mulyadiprana, M.Pd.

NIP. 19620906 198601 1001

Pembimbing II

Drs. Ahmad Nawawi, M.Pd.

NIP. 19541207 198112 1002

Mengetahui

Ketua Departemen Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Drs. Sunaryo, M. Pd.


(4)

ABSTRAK

PENGARUH METODE ROLE PLAYING DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN SOSIAL PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN USIA REMAJA

DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI Oleh : Muhamad Lukman Sahaja (1104440)

Berdasarkan permasalahan yang terjadi di sekolah terutama yang terjadi pada siswa tunagrahita ringan usia remaja menunjukkan masih terdapat kekurangan dalam mengoptimalkan kemampuan keterampilan sosial yang dimiliki oleh siswa. Beberapa Siswa tunagrahita ringan usia remaja cenderung mengalami hambatan dalam keterampilan sosial dikarenakan kurangnya kesempatan yang diberikan oleh lingkungan sekitar pada siswa tunagrahita untuk melakukan sosialisasi, lalu siswa kekurangan motivasi dan bimbingan oleh lingkungan terdekat siswa sehingga kemampuan keterampilan sosial pada diri siswa menjadi terhambat. Usia remaja merupakan usia dimana siswa akan segera terjun ke lingkungan masyarakat dimana siswa akan mengoptimalkan keterampilan sosialnya ketika hidup bermasyarakat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh metode role playing dalam mengembangkan keterampilan sosial pada siswa tunagrahita ringan usia remaja di SPLB-C YPLB Cipaganti. Metode role playing melibatkan interaksi antara dua siswa atau lebih tentang suatu topik atau situasi sosial agar memperoleh pesan-pesan keterampilan sosial yang didapatkan ketika melakukan kegiatan role playing pada proses pembelajaran. Melalui metode role playing siswa mendapatkan stimulus tentang keterampilan sosial yang nantinya digunakan ketika bersosialisasi dengan masyarakat. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan pendekatan kuantitatif dan menggunakan

Preexperimental Design one group pre-test post-test. Teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah menggunakan teknik non-tes (inventori) kepribadian. Penelitian ini dilakukan pada 6 orang siswa tunagrahita ringan usia remaja. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan skor mulai dari 15 sampai 21 skor, yang berarti menunjukkan metode role playing memberikan pengaruh dalam mengembangkan keterampilan sosial siswa tunagrahita ringan usia remaja di SPLB-C YPLB Cipaganti. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, peneliti merekomendasikan kepada guru menggunakan metode

role playing sebagai alternatif metode dalam pembelajaran di kelas untuk mengembangkan

keterampilan sosial siswa tunagrahita ringan usia remaja.

Kata Kunci : Metode Role Playing, Keterampilan Sosial, Siswa Tunagrahita Ringan, Usia Remaja


(5)

ABSTRACT

EFFECT OF METHOD OF ROLE PLAYING IN DEVELOPING SOCIAL SKILLS STUDENTS TEEN AGE MILD MENTAL RETARDATION IN SPLB-C YPLB

CIPAGANTI

By: Muhamad Lukman Sahaja (1104440)

Based on the problems that occur in schools especially those that occur in adolescence student mild mental retardation show there are still deficiencies in social skills that optimize the capabilities possessed by the students. Some mild mental retardation Students adolescence tend to have problems in social skills because of the lack of opportunities afforded by the environment surrounding the retarded students to socialize, then the student shortage of motivation and guidance by the immediate environment so that the students' ability of social skills on students become obstructed. Adolescence is an age at which students will soon plunge into the community environment where students will optimize their social skills when living in a society. The purpose of this study was to determine the effect of role playing method in developing social skills in students in their teens mild mental retardation SPLB-C YPLB Cipaganti. Role playing method involves interaction between two students or more about a topic or social situation in order to obtain the messages of social skills gained when conducting role playing in the learning process. Through role playing methods students gain a stimulus of social skills that will be used when socializing with people. The method used in this study is the experimental method with quantitative approach and using Design Preexperimental one group pre-test post-test. Data collection techniques used is to use non-test technique (inventory) personality. This study was conducted on 6 teen age student mild mental retardation. The results showed an increase in scores ranging from 15 to 21 score, which means showing the method of role playing influence in developing the social skills of students in their teens mild mental retardation SPLB-C YPLB Cipaganti. Based on the results obtained from this study, researchers recommend to teachers using the method of role playing as an alternative method in the classroom to develop students' social skills mild mental retardation adolescence.

Keywords: Methods Role Playing, Social Skills, Student Mild Mental Retardation, Age Teen


(6)

i

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR DIAGRAM ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Batasan Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

1. Tujuan Penelitian ... 10

2. Manfaat Penelitian ... 10

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS ... 14

A. Deskripsi Teori ... 14

1. Tunagrahita ... 14

a. Terminologi Tunagrahita ... 14

b. Definisi Tunagrahita ... 14

c. Dampak Tunagrahita ... 17

d. Klasifikasi Tunagrahita ... 18

e. Deskripsi Tunagrahita Ringan ... 19

f. Tunagrahita Ringan Usia Remaja ... 20

2. Metode Role Playing ... 22

a. Pengertian Metode Role Playing ... 22 b. Langkah-Langkah Melaksanakan Metode


(7)

ii

Role Playing ... 23

c. Manfaat Metode Role Playing ... 24

d. Kelemahan dan Kelebihan Metode Role Playing ... 25

3. Keterampilan Sosial ... 25

a. Definisi Keterampilan Sosial ... 25

b. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Keterampilan Sosial ... 27

c. Indikator Keterampilan Sosial ... 28

d. Strategi Dalam Mengembangkan Keterampilan Sosial ... 28

e. Perkembangan Keterampilan Sosial Pada Siswa Tunagrahita Ringan Usia Remaja ... 29

B. Penelitian Yang Relevan ... 31

C. Kerangka Berpikir dan Hipotesis Penelitian ... 32

1. Kerangka Berpikir ... 32

2. Hipotesis Penelitian ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A. Variabel Penelitian ... 34

1. Definisi Konsep ... 34

a. Variabel Bebas ... 34

b. Variabel Terikat ... 34

2. Definisi Operasional Variabel ... 35

a. Variabel Bebas ... 35

b. Variabel Terikat ... 36

B. Metodologi Penelitian ... 37

C. Populasi dan Sampel ... 39

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 40

1. Instrumen Penelitian... 40

2. Uji Validitas Instrumen ... 42

3. Reliabilitas Instrumen ... 43

4. Teknik Pengumpulan Data ... 45


(8)

iii

1. Persiapan Penelitian ... 46

2. Pelaksanaan Penelitian ... 47

3. Langkah-Langkah Pembelajaran Menggunakan Metode Role Playing ... 48

F. Teknik Pengolahan Data ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

A. Hasil Penelitian ... 50

B. Pengolahan Data ... 56

C. Pengujian Hipotesis ... 58

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 59

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 62

A. Simpulan ... 62

B. Rekomendasi ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65

LAMPIRAN ... 68

Proses Bimbingan Penulisan Skripsi ... 69

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian... 72

Instrumen Penelitian ... 79

Perhitungan Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 86

Judgement Expert ... 92

Uji Reliabilitas ... 114

RPP Penelitian ... 139

Hasil Pre-test ... 163

Hasil Post-test ... 200

Tabel Wilcoxon ... 237

Surat-Surat Penelitian ... 239

Dokumentasi ... 247


(9)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Keterampilan Sosial Siswa

Tunagrahita Ringan Usia Remaja ... 40

3.2 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ... 45

4.1 Skor Pre-test ... 50

4.2 Skor Post-test ... 51

4.3 Peningkatan Skor Pre-test dan Post-test Keterampilan Sosial Siswa Tunagrahita Ringan Usia Remaja ... 51

4.4 Peningkatan Skor Pada Ruang Lingkup Keterampilan Interpersonal ... 53

4.5 Peningkatan Skor Pada Ruang Lingkup Keterampilan Yang Berhubungan Dengan Diri Sendiri (Self Management) ... 55

4.6 Tabel dengan Uji Wilcoxon Pada Keterampilan Sosial Siswa Tunagrahita Ringan Usia Remaja ... 57


(10)

v

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Halaman

4.1 Skor Pre-Test dan Post-Test Keterampilan Sosial Siswa Tunagrahita

Ringan Usia Remaja ... 52 4.2 Skor Pre-test dan Post-test Keterampilan Sosial Siswa Tunagrahita

Ringan Usia Remaja Pada Ruang Lingkup Keterampilan Interpersonal . 54 4.3 Skor Pre-test dan Post-test Keterampilan Sosial Siswa Tunagrahita

Ringan Usia Remaja Pada Ruang Lingkup Keterampilan yang


(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan juga menjadi hak setiap individu tanpa terkecuali seperti dijelaskan dalam Pasal 5 ayat (2) UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi setiap warga negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh Pendidikan Khusus . Sementara pada pasal 32 ayat (1) menjelaskan perihal pengertian pendidikan khusus yang berbunyi Pendidikan Khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa .

Kelainan fisik adalah gangguan pada fungsi tubuh seseorang. Sementara kelainan emosional merupakan gangguan emosi yang dimiliki oleh seseorang, seseorang tidak dapat mengontrol emosi yang dimiliki oleh dirinya. Kelainan mental merupakan gangguan pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan kepada proses pemikiran, perasaan dan tingkah laku seseorang yang mengakibatkan gangguan untuk menjalankan aktivitas sehari-hari dengan normal. Untuk kelainan sosial adalah gangguan yang terjadi pada seseorang yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada, orang tersebut sulit untuk bersosialisasi dengan masyarakat dan cenderung individual.

Pendidikan Khusus merupakan pendidikan yang diupayakan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa yang memiliki keterbatasan dalam pembelajaran dan kehidupan termasuk di dalamnya adalah siswa Tunagrahita. Pembelajaran dalam pendidikan khusus disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan pada diri siswa. Tenaga pendidik dalam pendidikan khusus


(12)

dapat membuat suasana belajar yang nyaman dan kondusif agar pelaksanaan pembelajaran untuk siswa dapat berjalan secara proporsional dan maksimal.

Hakikatnya seorang anak berkebutuhan khusus (ABK) pasti memiliki potensi dan bakat dalam suatu bidang tertentu. Ketika siswa mendapatkan pendidikan pada bangku sekolah atau pada usia sekolah maka siswa akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat untuk bisa diaplikasikan pada lingkungan masyarakat serta dapat berguna ketika bersosialisasi dengan masyarakat. Pembelajaran dalam lingkungan sekolah luar biasa (SLB) atau pada sekolah inklusif pada saat ini sudah terdapat beberapa perubahan dan penyesuaian dengan kondisi lapangan sehingga pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM). Pendekatan pembelajaran yang bersifat konvensional (teacher center approach) sekarang sudah jarang digunakan. Pembelajaran yang digunakan pada saat ini lebih mengarah kepada pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center approach), dimana siswa lebih berperan aktif dalam pembelajaran yang dilaksanakan pada lingkungan sekolah. Hal ini merupakan salah satu cara untuk mengembangkan potensi dan bakat yang dimiliki oleh siswa sehingga dapat berkembang secara optimal terutama dalam keterampilan sosial.

Pendekatan pembelajaran konvensional yang identik dengan metode ceramah sangatlah kurang cocok untuk diterapkan dalam kegiatan pembelajaran pada siswa terutama pada siswa tunagrahita. Mereka akan cepat bosan dengan pembelajaran yang menggunakan metode ceramah. Pembelajaran untuk anak tunagrahita cenderung lebih mengarah kepada hal yang membuat siswa berperan aktif dan siswa senang dengan proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas. Pembelajaran yang menyenangkan untuk siswa akan membuat siswa senang dan tidak akan cepat bosan dalam melaksanakan pembelajaran, ketika siswa sudah senang maka segala proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru akan mudah dipahami oleh siswa. selain itu pembelajaran yang berperan aktif atau student center akan bisa mengembangkan keterampilan


(13)

sosial pada diri siswa, karena siswa akan bersosialisasi di lingkungan sekitar. Siswa akan belajar bekerjasama, berinteraksi dan saling bertukar informasi dengan teman sebayanya ketika bermain dan belajar.

Menjalin hubungan sosial dengan orang lain sangatlah penting bagi siswa ketika berada di lingkungan masyarakat atau pada lingkungan keluarga. Dengan menjalin hubungan sosial dengan lingkungan sekitar siswa akan bisa memilih dan menjalin hubungan sosial yang sesuai dengan dirinya. Pengalaman sosial yang terdapat pada diri siswa akan menentukan keterampilan sosial siswa selanjutnya yaitu pada tahap remaja. Dalam usia remaja, siswa akan cenderung lebih mencari tentang hubungan sosial yang nyaman menurut siswa. mereka akan belajar untuk berteman, berbagi perasaan, mengembangkan sikap memberi dan menerima, belajar bekerjasama, menghargai orang lain, mampu menghargai kekurangan orang lain. Namun tidak semua siswa bisa melakukan hal tersebut, keterampilan sosial pada diri siswa akan disesuaikan dengan lingkungan sekitar.

Keterampilan sosial merupakan faktor yang penting untuk memulai dan memiliki hubungan sosial. Siswa yang tidak memiliki keterampilan sosial akan kesulitan dalam menjalin hubungan yang positif dengan lingkungan sekitar, bahkan anak bisa diabaikan oleh lingkungannya. Keterampilan sosial sangat diperlukan berhubung dengan kecenderungan sosial dalam lingkungan yang semakin berubah, kompetitif dan kompleks.

Combs & Slaby (dalam Cartledge & Milburn, 1992) menjelaskan bahwa : keterampilan sosial merupakan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dalam lingkungan sosial dengan cara-cara khusus yang dapat diterima oleh lingkungan dan pada saat bersamaan dapat menguntungkan individu atau bersifat saling menguntungkan atau menguntungkan orang lain (hlm. 7).

Hersen & Bellack (dalam Cartledge & Milburn, 1992, hlm. 4) mengemukan bahwa Keterampilan sosial berdasarkan situasi, dan konsep


(14)

keterampilan sosial yaitu perilaku afektif dalam melakukan interaksi sosial dan bergantung pada konteks dan parameter dari keadaan .

Peneliti pada penelitian ini mengkhususkan pada keterampilan sosial siswa tunagrahita ringan usia remaja. Siswa tunagrahita ringan pada umumnya tidak mengalami gangguan fisik, mereka secara fisik terlihat sama seperti siswa normal pada umumnya. Tunagrahita merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut siswa yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Hal ini ditandai oleh keterbatasan inteligensi dan ketidakcakapan dalam hal interaksi sosial. Misalnya daya ingat siswa yang kurang dan anak kurang bisa bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Somantri (2007, hlm. 105) mengemukakan bahwa Disamping memiliki keterbatasan inteligensi, anak tunagrahita juga memiliki kesulitan dalam mengurus diri sendiri dalam masyarakat, oleh karena itu mereka memerlukan bantuan . Sama halnya dengan Effendi (2009, hlm. 102) mengemukakan bahwa beberapa studi menunjukkan bahwa terlambatnya sosialisasi anak tunagrahita ada hubungannya dengan taraf kecerdasan yang sangat rendah . Dari beberapa pendapat yang disampaikan, terlihat bahwa siswa tunagrahita mengalami kesulitan dalam hal beradaptasi sosial pada lingkungan sekitar. Siswa tunagrahita membutuhkan bantuan dari orang lain ketika dia melakukan komunikasi atau interaksi sosial.

Somantri (2007, hlm. 103) mengemukakan bahwa siswa tunagrahita dikenal juga dengan istilah terbelakang mental. Dia mengatakan bahwa :

keterbatasan kecerdasannya mengakibatkan dirinya sukar untuk mengikuti program pendidikan di sekolah biasa secara klasikal, oleh karena itu anak terbelakang mental membutuhkan pendidikan secara layanan khusus yakni disesuaikan dengan kemampuan anak tersebut.

Pada kasus ini peneliti mengkhususkan pada usia remaja, karena pada usia tersebut siswa akan dipersiapkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu pada lingkungan masyarakat atau lingkungan kerja. Setelah lulus dari sekolah, bakat dan potensi serta kemampuan yang dimiliki oleh siswa akan diaplikasikan pada


(15)

lingkungan bermasyarakat. Pada hal ini terkadang siswa tunagrahita ringan kurang bisa mengembangkan keterampilan sosial yang dimiliki oleh siswa, sehingga mereka kesulitan untuk bersosialiasi di lingkungan masyarakat. Keterampilan sosial bagi semua individu sangatlah penting, hal ini merupakan modal dasar bagi seorang individu untuk melakukan penyesuaian sosial secara baik dengan masyarakat. Effendi (2009, hlm.102) menjelaskan bahwa

… terganggunya perkembangan anak dalam salah satu fase atau keseluruhan fase perkembangan sosial sebagaimana yang dialami oleh anak tunagrahita, hasilnya sangat berat untuk dapat melakukan penyesuaian sosial yang akurat tanpa intervensi orang-orang disekitarnya secara terus menerus

Siswa tunagrahita ringan kurang bisa mengembangkan keterampilan sosial pada dirinya sendiri, contoh siswa sebenarnya dapat bekerja sama ketika olahraga namun cenderung kurang bisa melakukannya karena tidak mau melakukannya sehingga guru memberikan stimulasi atau dorongan kepada agar siswa mau melakukan hal tersebut. Dari contoh tersebut bisa terlihat bahwa siswa tunagrahita ringan sebenarnya memiliki kemampuan di dalam hal keterampilan sosial, namun perlu ada suatu metode atau langkah yang tepat dari guru agar siswa dapat mengembangkan keterampilan sosial pada dirinya sendiri. Sama halnya dengan Somantri (2007, hlm. 107) menjelaskan bahwa anak terbelakang mental ringan tidak mampu melakukan penyesuaian sosial secara independen. Ia akan membelanjakan uangnya dengan lugu, tidak dapat merencanakan masa depan, dan bahkan suka berbuat kesalahan .

Pengembangan keterampilan sosial pada siswa tunagrahita ringan perlu dilakukan, latihan secara berulang agar siswa paham dan akhirnya bisa membantu siswa ketika berada di lingkungan masyarakat. Ketika keterampilan sosial pada diri siswa tunagrahita ringan tidak terpenuhi maka siswa akan mengalami frustasi dan muncul perilaku menyimpang lainnya. Effendi (2009, hlm.103) menjelaskan bahwa


(16)

Sebagai makhluk individu dan sosial, anak tunagrahita mempunyai hasrat untuk memenuhi segala kebutuhan sebagaimana layaknya anak normal lainnya, tetapi upaya anak tunagrahita lebih sering mengalami kegagalan atau hambatan berarti. Akibatnya, anak tunagrahita mudah frustasi, dari perasaan frustasi tersebut gilirannya akan muncul perilaku menyimpang sebagai reaksi dari mekanisme pertahanan diri, dan sebagai wujud penyesuaian sosial yang salah (malladjusted).

Ketidakcakapan anak tunagrahita ringan pada keterampilan sosial menjadi perhatian lebih oleh peneliti. Dengan demikian bahwa keterampilan sosial sangatlah penting, tetapi kenyataan di lapangan masih ada sekolah yang belum menerapkan metode atau strategi yang dapat meningkatkan keterampilan sosial pada siswa.

Seperti halnya siswa normal, anak tunagrahita yang masih muda mula-mula memiliki tingkah laku keterikatan kepada orang tua dan orang dewasa lainnya (Somantri, 2007, hlm. 117). Dalam hal ini terlihat bahwa anak tunagrahita terutama anak tunagrahita ringan cenderung lebih banyak bergantung pada orang lain atau orang sekitar. Pada dasarnya anak tunagrahita dalam hubungan kesebayaan, seperti halnya anak kecil, anak tunagrahita menolak anak yang lain. Tetapi setelah bertambah umur mereka mengadakan kontak dan melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat bekerjasama (Somantri, 2007, hlm. 117).

Berdasarkan hasil observasi ke SLB yang berkaitan dengan masalah sosial. Berikut ini adalah beberapa contoh masalah sosial yang terjadi, diantaranya masih ada siswa yang belum bisa beradaptasi dengan lingkungan sekolah seperti siswa hanya diam saja di ruangan kelas dan jarang berinteraksi dengan teman-temannya, belum bisa menyesuaikan diri misalnya ketika pembelajaran di mulai siswa lebih memilih di luar padahal pembelajaran akan dimulai dan tidak mau berbagi. Contohnya siswa tunagrahita ringan terkadang kurang bisa berbagi dalam hal meminjamkan alat tulis, siswa cenderung egois dan tidak mau meminjamkan kepada temannya. Selain itu beberapa siswa tunagrahita ringan


(17)

yang mengalami hambatan dalam keterampilan sosial terjadi karena adanya kurang kesempatan yang diberikan oleh lingkungan sekitar pada siswa tunagrahita untuk melakukan sosialisasi, lalu siswa kekurangan motivasi dan bimbingan oleh lingkungan terdekat siswa sehingga kemampuan keterampilan sosial pada diri siswa menjadi terhambat.

Permasalahan yang terjadi dalam hal keterampilan sosial di sekolah adalah dalam proses pembelajaran beberapa pembelajaran dilakukan dengan aktivitas pembelajaran yang bersifat pendekatan yang berorientasi kepada guru (teacher

center approach). Sanjaya (2006, Hlm. 179) mengemukakan bahwa teacher center approach merupakan …, strategi ini guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui strategi ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik . Ada berbagai macam metode yang dapat meningkatkan keterampilan sosial pada siswa diantaranya adalah melalui metode pembelajaran kooperatif yaitu metode pembelajaran yang berpusat pada siswa dan melatih siswa untuk bekerjasama, metode diskusi yaitu metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan (Sanjaya, 2006, Hlm. 154), metode penampilan yaitu metode pembelajaran dimana siswa menampilkan apa yang telah dilakukan selama hasil proses pembelajaran, dan metode role playing yaitu metode pembelajaran yang mensimulasikan peristiwa atau kejadian tertentu.

Peneliti dalam masalah ini akan menggunakan metode role playing atau lebih sering disebut metode bermain peran . Menurut Sanjaya (2006, hlm. 161) metode role playing ini merupakan sebagian dari simulasi yang diarahkan utuk mengkreasikan peristiwa- peristiwa aktual atau kejadian- kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang . Sementara Sudjana (2004, hlm. 62) mengemukakan Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa .


(18)

Metode role playing melibatkan interaksi antara dua siswa atau lebih tentang suatu topik atau situasi dan merupakan suatu cara untuk memperoleh suatu keterampilan sosial. Dengan adanya latihan interaksi yang dilakukan oleh anak dalam proses pembelajaran bisa mengembangkan rasa percaya diri anak ketika bersosialisasi dengan orang lain. Menurut Hetherington dan Parke (dalam Desmita, 2008, hlm. 142) bahwa salah satu fungsi permainan sosial dapat meningkatkan perkembangan sosial anak, khususnya permainan fantasi dengan memerankan suatu peran, anak belajar memahami orang lain dalam peran-peran yang ia mainkan dikemudian hari setelah menjadi dewasa .

Berdasarkan pemaparan tentang masalah yang terjadi tentang keterampilan sosial yang berada di lingkungan sekolah, dalam upaya pengembangan keterampilan sosial pada anak tunagrahita ringan usia remaja maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ͞Pengaruh Metode Role

Playing Dalam Mengembangkan Keterampilan Sosial Pada Siswa Tunagrahita Ringan Usia Remaja Di SPLB-C YPLB Cipaganti͟

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat di identifikasi beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengembangan keterampilan sosial anak tunagrahita ringan usia remaja di sekolah, diantaranya sebagai berikut :

1. Siswa Tunagrahita ringan pada umumnya memiliki masalah dalam hal keterampilan sosial dalam lingkungan sekitar.

2. Penemuan di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran di dalam kelas masih menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional yang identik dengan metode ceramah, hal ini dapat membuat siswa cepat bosan dengan pembelajaran yang disampaikan oleh guru.

3. Siswa tunagrahita ringan mengalami kesulitan dalam mengembangkan keterampilan sosial pada diri siswa.


(19)

4. Siswa tunagrahita ringan masih belum paham akan pentingnya keterampilan sosial pada usia remaja.

5. Kurangnya kesempatan yang diberikan pada siswa tunagrahita ringan untuk melakukan sosialisasi dengan lingkungan sekitar.

6. Siswa tunagrahita ringan kekurangan motivasi dan bimbingan dari orang sekitar untuk melakukan sosialiasi dengan lingkungan sekitar.

7. Kurang adanya metode yang mendukung dalam melaksanakan pembelajaran terhadap siswa tunagrahita ringan dalam pengembangan keterampilan sosial sehingga keterampilan sosial siswa kurang berkembang secara optimal optimal.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dikemukan oleh peneliti terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengembangan keterampilan sosial pada siswa tunagrahita ringan usia remaja di SPLB-C YPLB Cipaganti Kota Bandung. Dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah agar dalam pelaksanaannya tidak terlalu meluas dan dapat terfokuskan pada suatu masalah diantaranya :

1. Keterampilan sosial pada siswa tunagrahita ringan 2. Pengaruh metode role playing

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan gambaran latar belakang masalah dan identifikasi masala yang telah dijelaskan oleh peneliti, maka rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah ͞Apakah metode role playing dapat mengembangkan keterampilan sosial pada siswa tunagrahita ringan usia remaja?͟


(20)

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang, identifikasi masalah, dan rumusan masalah yang telah dijelaskan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : a. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini berupaya untuk melihat seberapa besar pengaruh dari metode role playing yang diterapkan pada siswa tunagrahita ringan usia remaja dalam hal mengembangkan keterampilan sosial pada diri siswa. Peneliti akan melihat dari segi proses pembelajaran di dalam kelas atau di luar kelas apakah terdapat pengaruh dari metode role playing dalam mengembangkan keterampilan sosial pada siswa tunagrahita ringan usia remaja.

b. Tujuan Khusus

Secara Khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1) Keterampilan sosial siswa tunagrahita ringan usia remaja sebelum diberikan metode role playing.

2) Keterampilan sosial siswa tunagrahita ringan usia remaja setelah diberikan metode role playing.

3) Metode role playing dapat mengembangkan keterampilan sosial siswa tunagrahita ringan usia remaja.

2. Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoretis yaitu memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan Pendidikan Khusus, khususnya menyangkut pengaruh metode role playing dalam mengembangkan keterampilan sosial pada siswa tunagrahita ringan usia remaja.

Manfaat penelitian selanjutnya adalah memberikan manfaat secara praktis yaitu :


(21)

a. Bagi mahasiswa sebagai bahan kajian, diskusi ilmiah untuk menambah pengetahuan, wawasan dan pemahaman mengenai pengaruh metode

role playing dalam mengembangkan keterampilan sosial pada siswa

tunagrahita ringan usia remaja.

b. Bagi Orang Tua, sebagai bahan rujukan untuk menambah pengetahuan, wawasan dan pemahaman tentang metode role playing, dan upaya yang dapat dilakukan dalam mengembangkan keterampilan sosial siswa tunagrahita ringan usia remaja.

c. Sementara bagi pihak sekolah terutama guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam melaksanakan proses belajar mengajar untuk mengembangkan keterampilan sosial pada siswa tunagrahita ringan usia remaja.

d. Sementara manfaat bagi peneliti selanjutnya yaitu penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan dari Pengaruh Metode Role

Playing Dalam Mengembangkan Keterampilan Sosial Pada Siswa

Tunagrahita Ringan Usia Remaja Di SPLB-C YPLB Cipaganti.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Suatu skripsi atau karya tulis ilmiah perlu memiliki suatu sistematika penulisan yang tepat dan benar, sehingga pembaca bisa memahami isi dari skripsi yang dibuat oleh penulis. Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan skripsi ini, berikut akan dijelaskan bagian-bagian yang menjadi pokok bahasan :

Bab I membahas tentang latar belakang penelitian yang akan dilakukan.

Latar belakang dari penelitian ini adalah keterampilan sosial pada siswa tunagrahita ringan usia remaja yang perlu dikembangkan dengan menggunakan suatu metode yang tepat ketika proses pembelajaran berlangsung. Siswa tunagrahita ringan sebenarnya memiliki kemampuan dalam hal keterampilan sosial, namun tugas perkembangan sosial pada siswa tunagrahita ringan tidak


(22)

berkembang secara optimal sehingga siswa kesulitan dalam hal penyesuaian di lingkungan masyarakat. Beberapa proses pembelajaran yang dilakukan pada kelas biasa menggunakan pembelajaran yang berpusat pada guru, sehingga siswa menjadi kurang aktif dan kurang berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Perlu adanya suatu metode pembelajaran yang cocok diterapkan pada siswa tunagrahita ringan agar siswa menjadi lebih aktif dan berinteraksi dengan lingkungan. metode pembelajaran yang akan digunakan di dalam penelitian ini adalah menggunakan metode role playing. Dalam bab I ini akan dijelaskan tentang identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan skripsi.

Bab II membahas tentang landasan teoritis atau kajian teoritis yaitu konsep

yang membahas tentang judul dan permasalahan pada penelitian ini. Landasan teoritis yang akan dibahas adala tentang metode role playing, keterampilan sosial, siswa tunagrahita ringan. Pada bab II ini membahas pula mengenai penelitian terdahulu yang relevan dan kerangka berpikir serta hipotesis penelitian.

Bab III membahas tentang metode penelitian. Metode penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian Preexperimental Design. Prasetyo dan Jannah (2005, hlm. 161) mengatakan bahwa peneltian experimen ini digunakan karena keterbatasan jumlah subjek yang akan diteliti . Jenis penelitian yang akan digunakan dalam metode penelitian Preexperimental

Design adalah menggunakan One-grup pre-test-post-test design yaitu Satu

kelompok Eksperimen yang diukur variabel dependennya (pre-test), kemudian diberikan stimulus, dan diukur kembali variabel dependennya (post-test), tanpa ada kelompok pembanding. Untuk memperoleh data penelitian digunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu tes perbuatan, wawancara dan observasi. Pada bab ini juga akaan dibahas mengenai variabel penelitian, instrument penelitian, subjek dan lokasi penelitian, teknik pengumpulan dan pengolahan data penelitian.

Bab IV membahas hal-hal yang penting dalam penelitian yaitu temuan


(23)

kemungkinan bentuknya sesuai dengan berbagai kemungkinan bentuknya sesuai dengan urutan rumusan permasalahan penelitian. Adapun hal yang dibahas diantaranya hasil pengujian validitas dan reliabilitas, hasil penelitian dan pembahasan yang terkait dengan pengaruh metode role playing dalam mengembangkan keterampilan sosial pada siswa tunagrahita ringan usia remaja.

Bab V membahas penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil


(24)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian

Variabel merupakan suatu atribut atau ciri-ciri mengenai sesuatu yang diamati dalam penelitian (Sunanto, 2006, hlm. 12).

1. Definisi Konsep a. Variabel bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas dikenal dengan istilah intervensi atau perlakuan (Sunanto, 2006, hlm 12). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode role playing.

Metode role playing adalah ͞suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa͟ (Sudjana,2004, hlm. 62). Metode pembelajaran dengan menggunakan metode role playing dirasa dapat mengembangkan keterampilan sosial pada siswa tunagrahita ringan usia remaja. Sanjaya (2006, hlm. 161) mengemukakan ͞Metode role playing ini merupakan sebagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasikan peristiwa-peristiwa aktual atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang͟. Metode role playing ini dapat merangsang siswa dalam hal bersosialisasi, dikarenakan siswa melakukan interaksi satu sama lain dengan siswa yang berada dilingkungan kelas.

b. Variabel Terikat

Variabel terikat merupakan variabel yang di ukur sebagai akibat adanya manipulasi pada variabel bebas. Pada penelitian ini variabel terikatnya adalah keterampilan sosial.

Hersen & Bellack (dalam Cartledge & Milburn, 1992, hlm. 4) mengemukan bahwa ͞Keterampilan sosial berdasarkan situasi, dan konsep keterampilan sosial yaitu perilaku afektif dalam melakukan


(25)

interaksi sosial dan bergantung pada konteks dan parameter dari keadaan͟.

Keterampilan sosial merupakan faktor yang penting untuk memulai dan memiliki hubungan sosial. Siswa yang tidak memiliki keterampilan sosial akan kesulitan dalam menjalin hubungan yang positif dengan lingkungan sekitar, bahkan siswa bisa diabaikan oleh lingkungannya. Keterampilan sosial sangat diperlukan berhubung dengan kecenderungan sosial dalam lingkungan yang semakin berubah, kompetitif dan kompleks.

2. Definisi Operasional Variabel a. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Metode role playing. Pelaksanaan metode role playing dirasa dapat mengembangkan keterampilan sosial pada siswa tunagrahita ringan usia remaja. Dalam Pelaksanaanya, Metode role playing memiliki langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut (Somantri, 2010, hlm. 70) :

1) Tahap Persiapan, dengan langkah kegiatan :

a) guru menentukan permainan peran yang akan dilaksanakan, guru menata lingkungan kelas yang mendukung untuk kegiatan bermain peran.

b) Guru menyiapkan bahan dan media yang diperlukan serta scenario cerita yang harus diperankan oleh anak.

2) Tahap Awal, dengan langkah kegiatan :

a) Anak-anak berbaris dan masuk kelas dan duduk membentuk lingkaran.

b) Guru membimbing anak untuk berdoa dan membaca surat pendek serta menyanyi.

c) Guru memberikan informasi kepada anak tentang kegiatan yang akan dilakukan.

d) Guru memberikn motivasi kepada anak untuk mengikuti kegiatan. 3) Tahap Inti, dengan langkah kegiatan :

a) Guru memperkenalkan barang-barang yang akan digunakan untuk bermain peran.

b) Guru menceritakan skenario bermain peran melalui gambar maupun cerita.

c) Guru menunjuk anak langsung atau mempersilahkan kepada anak untuk memilih peran


(26)

d) Anak melakukan permainan sesuai dengan peran yang sudah ditetapkan dan guru membimbing anak dalam melaksanakan permainan.

e) Guru mereflekasi dan melakukan penekanan terhadap nilai yang ingin diajarkan.

4) Tahap Penutup, dengan langkah kegiatan :

a) Guru duduk bersama anak untuk memberikan pijakan pengalaman setelah kegiatan bermain peran selesai.

b) Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan atau berpendapat tentang kegiatan serta pengalaman anak setelah kegiatan bermain peran.

c) Guru menekankan kembali nilai-nilai sosial yang diajarkan. d) Guru berbincang-bincang tentang kegiatan yang akan

dilaksanakan besok.

e) Guru membimbing anak untuk berdoa.

b. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan sosial. Keterampilan sosial merupakan dasar dari hubungan sosial yang akan siswa aplikasikan dalam bermasyarakat. Menurut Caldarella dan Merrel (1997, hlm.264) terdapat 5 elemen keterampilan sosial yaitu : 1) Keterampilan sosial yang berhubungan dengan teman sebaya (Peer

Relationship Skills).

2) Keterampilan yang berhubungan diri sendiri (Self Management

Skills).

3) Keterampilan yang berhubungan dengan kesuksesan akademik (Akademic Skills).

4) Keterampilan yang berhubungan dengan kemampuan anak dalam memenuhi permintaan orang lain (Compliance Skills).

5) Keterampilan Interpersonal (Asertion Skills).

Berdasarkan acuan tersebut maka dalam penelitian ini peneliti mengambil dua elemen keterampilan sosial yang akan diteliti adalah tentang kemampuan siswa tunagrahita ringan usia remaja untuk melakukan sosialisasi, memecahkan suatu masalah yang ada di lingkungan sekitar sehingga siswa dapat beradaptasi dengan lingkungan. Peneliti mengambil dua aspek yang ada pada lima elemen keterampilan sosial dikarenakan terdapat indikator yang sama atau tumpang tindih diantara setiap elemen keterampilan sosial pada siswa.


(27)

Keterampilan sosial yang akan diteliti dari siswa tunagrahita ringan usia remaja di SPLB-C YPLB Cipaganti adalah :

a. Keterampilan Interpersonal (Asertion Skills) dengan indikator : 1) memperkenalkan diri, 2) memberikan pujian, 3) menawarkan bantuan atau pertolongan ketika dibutuhkan, 4) mengundang atau mengajak teman untuk bermain atau berinteraksi, 5) peka terhadap perasaan teman (empati dan simpati), 6) mudah untuk berteman dan memiliki banyak teman, 7) memiliki selera humor yang baik dan dapat bercanda atau bergurau dengan teman, 8) mampu mengawali atau bergabung dalam percakapan dengan teman, 9) tampil percaya diri, 10) bekerjasama, 11) mengatasi masalah.

b. Keterampilan yang berhubungan dengan diri sendiri (self

management skills) dengan indikator : 1) tetap bersikap tenang

ketika ada masalah dan dapat mengontrol emosi ketika marah, 2) Etika Sosial pada diri siswa. 3) menerima kritikan dari orang lain dengan baik, 4) bertanya atau meminta bantuan secara tepat, 5) mendengarkan dan melaksanakan petunjuk dari guru, 6) perilaku bertanggung jawab, 7) mengabaikan gangguan dari teman ketika sedang bekerja atau belajar.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2009, hlm. 107) ͞Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan͟. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian Preexperimental Design. Prasetyo dan Jannah (2005, hlm 161) mengatakan bahwa ͞peneltian experimen ini digunakan karena keterbatasan jumlah subjek yang akan diteliti͟. Karena jumlah subjek di sekolah yang akan diteliti hanya sedikit, maka penelitian yang cocok adalah menggunakan penelitian eksperimen dengan design Preexperimental Design.


(28)

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam metode penelitian

Preexperimental Design adalah menggunakan One-grup pre-test-post-test design. Prasetyo dan Jannah (2005, hlm 161) mengemukakan bahwa One-grup pre-test-post-test design adalah ͞Satu kelompok Eksperimen yang diukur variabel dependennya (pre-test), kemudian diberikan stimulus, dan diukur kembali variabel dependennya (post-test), tanpa ada kelompok pembanding͟. Jadi dalam penelitian ini tidak terdapat suatu kelompok pembanding. Tidak adanya kelompok pembanding dalam penelitian ini dikarenakan subjek yang akan diteliti adalah keseluruhan dari siswa tunagrahita ringan usia remaja disuatu sekolah serta tidak adanya subjek yang memiliki karakteristik yang sama dengan sampel penelitian.

Penelitian ini dimulai dengan siswa diberikan pretest (O1) hal ini

dilakukan sebelum diberikan intervesi. Pengukuran pretest keterampilan sosial dengan menggunakan instrument keterampilan sosial. Setelah dilakukan pengukuran sebelum eksperimen sesuai kemampuan siswa maka akan diberikan suatu perlakuan (X) yaitu pengembangan keterampilan sosial dengan menggunakan metode role playing sesuai kebutuhan dan kemampuan awal anak untuk jangka waktu tertentu. Setelah itu akan dilakukan pengukuran untuk kedua kalinya yaitu posttest (O2) sesuai dengan instrumen

yang dirancang mengenai keterampilan sosial.

Dari kegiatan penelitian seperti itu maka akan didapat hasil dan data yang diperoleh bisa dibandingkan sehingga bisa diuji validitas dan reliabilitasnya. Desain Penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

(Sugiyono,2009, hlm. 111) Keterangan :

O1 = nilai pretest (sebelum diberi Intervensi)

O2 = nilai posttest (setelah diberi Intervensi)

X = Intervensi/Perlakuan


(29)

C. Populasi dan Sampel

Sugiyono (2009, hlm. 89) menyatakan bahwa ͞populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan͟.

Menurut Sugiyono (2009, hlm. 70) ͞sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi͟. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan nonprobability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang atau kesempatan bagi setiap unsur/anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiono, 2009, hlm. 120). Dalam penelitian ini teknik sampel yang digunakan adalah menggunakan teknik sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel dimana semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Sugiono (2009, hlm.124) mengemukakan ͞hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang͟. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas SMALB-C Cipaganti Kota Bandung. Oleh karena itu, maka dalam penelitian ini yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini adalah Siswa Kelas SMALB-C Cipaganti Kota Bandung yang berjumlah enam orang.

Berikut ini profil keterampilan siswa pada sampel yang akan diteliti pada penelitian ini :

1. DS ( 16 Tahun) merupakan siswa perempuan yang cenderung pendiam, lebih fokus dengan handphonenya, pemalu.

2. MR ( 19 Tahun) merupakan siswa laki-laki jarang masuk sekolah, berbicara secukupnya, tidak bisa mengekspresikan sesuatu dengan baik, bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan

3. AJ ( 16 Tahun) merupakan siswa perempuan yang aktif, mudah bergaul, canggung untuk meminta tolong, bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan, mudah terganggu ketika belajar

4. NT ( 18 Tahun) merupakan siswa laki-laki yang mudah marah, tidak bisa mengontrol emosi, kurang sopan, selalu menggangu siswa lainnya ketika belajar, tidak bisa mengerti perasaan siswa lainnya, kurang baik dalam etika sosial.


(30)

5. FH ( 19 Tahun) merupakan siswa laki-laki yang bersemangat, tidak bisa mengontrol emosi, kurang bisa mengabaikan gangguan dari teman, kurang baik dalam etika sosial.

6. KR ( 18 Tahun) merupakan siswa perempuan yang cenderung pendiam, kurang bersosialisasi dengan siswa di luar kelas, pemalu.

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah ͞alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah͟ (Arikunto, 2002, hlm. 136). Dalam penelitian ini perlu adanya instrument untuk mencapai tujuan penelitian. Instrument yang dibuat pada penelitian ini adalah instrument tentang keterampilan sosial.

Instrumen yang akan diberikan dalam Pretest dan Posttest dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan Instrumen dengan menggunakan skala Guttman. Sugiyono (2009, hlm. 139) mengemukakan ͞Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapat jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan͟. Jawaban setiap instrument yang menggunakan skala Guttman akan didapat jawaban, yaitu

͞mampu - tidak mampu͟. Dari penyusunan instrumen terdapat butir-butir pertanyaan atau pernyataan yang dikembangkan dari indikator yang disusun dalam kisi-kisi instrumen.

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Keterampilan Sosial

Siswa Tunagrahita Ringan Usia Remaja

No Aspek Ruang Lingkup Indikator

1 Keterampilan Sosial

Keterampilan Interpersonal

1.1 memperkenalkan diri 1.2 memberikan pujian


(31)

atau pertolongan ketika dibutuhkan 1.4 mengundang atau mengajak teman untuk bermain dan berinteraksi

1.5 peka terhadap perasaan teman (empati dan simpati)

1.6 mudah untuk berteman dan memiliki banyak teman

1.7 memiliki selera humor yang baik dan dapat bercanda atau bergurau dengan orang lain

1.8 mengawali atau bergabung dalam percakapan dengan teman

1.9 tampil percaya diri 1.10 bekerjasama 1.11 mengatasi masalah 2 Keterampilan

Sosial

Keterampilan yang

berhubungan dengan diri sendiri (Self

management Skills)

2.1 tetap bersikap tenang ketika ada masalah dan dapat mengontrol emosi ketika marah

2.2 Etika Sosial pada diri siswa 2.3 menerima kritikan dari orang lain dengan baik

2.4 bertanya atau meminta bantuan secara tepat

2.5 mendengarkan dan melaksanakan petunjuk dari guru

2.6 perilaku bertanggung jawab 2.7 mengabaikan gangguan dari teman ketika sedang bekerja atau belajar


(32)

2. Uji Validitas Instrumen

Pada suatu penelitian perlu dilakukan uji coba instrument untuk mengetahui tingkat validitas dari instrument yang akan digunakan pada penelitian ini. suatu instrumen yang valid dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur kepada subjek penelitian. Uji validitas instrument yang digunakan pada penelitian ini menggunakan validitas isi berupa Judgement-Expert dengan teknik kecocokan para ahli yang merupakan dosen pendidikan khusus FIP UPI spesialisasi tunagrahita dan tenaga pengajar di SPLB-C YPLB Cipaganti Bandung.

Format yang digunakan untuk melakukan uji validitas instrument adalah dengan menggunakan format dikotomi, dengan cocok diberi nilai 1 dan jika tidak cocok diberi nilai 0, kemudian dihitung dengan menggunakan rumus :

x 100%

(Susetyo, 2014, hlm. 57) Keterangan:

P : Persentase F : Jumlah cocok N : Jumlah penilai ahli

Butir tes dinyatakan valid jika kecocokannya dengan indikator mencapai lebih besar dari 50% (Susetyo, 2014, hlm. 57).

Berdasarkan hasil penghitungan uji validitas (perhitungan validitas instrument terlampir), maka diperoleh kesimpulan bahwa semua butir soal dinyatakan valid atau dapat dipakai dikarenakan persentase validitas dari setiap butir soal lebih dari 50%. Sehingga instrumen penelitian tentang keterampilan sosial pada siswa tunagrahita ringan usia remaja bisa digunakan.


(33)

3. Reliabilitas Instrumen

Menurut Susetyo (2014, hlm. 65) ͞Suatu perangkat alat ukur yang dapat dipercaya adalah alat ukur yang hasilnya tidak berubah atau hasilnya relatif sama jika diperlukan pengetesan secara berulang-ulang dan alat ukur yang demikian dinamakan reliabel͟.

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa uji reliabilitas instrumen sangat penting agar mengetahui apakah alat ukur yang peneliti buat sudah reliabel atau tidak. Hal ini dilakukan agar dapat memberikan gambaran yang dapat dipercaya tentang kemampuan keterampilan sosial siswa tunagrahita ringan usia remaja.

Pengujian reliabilitas pada penelitian ini menggunakan reliabilitas konsistensi internal. Susetyo (2014, hlm. 67) mengemukakan bahwa

͞reliabilitas konsistensi internal didasarkan pada sekor yang diperoleh dari satu perangkat alat ukur dengan satu kali pengukuran pada tes͟. Pengujian reliabilitas ini menggunakan teknik Kuder-Richardson 20 dengan rumus sebagai berikut :

Kr 20 =

    

 

2

2

1

A A pq

k k

(Susetyo , 2014, hlm. 73) Dimana :

Kr 20 = reliabilitas instrument K = jumlah butir tes

p = proporsi jawaban benar q = proporsi jawaban salah

pq = jumlah perkalian jawaban benar dengan salah

2

A = Varians skor tes

Sebelum melakukan penghitungan nilai reliabilitas, maka harus menghitung varians skor tes terlebih dahulu dengan menggunakan rumus :


(34)

2

2 2

2 ( )

N

X X

N

A

 

(Susetyo , 2014, hlm. 73) Dimana :

N = jumlah responden X = Jumlah skor keseluruhan

2

A = Varians skor tes

Diketahui N = 4

a. Menghitung Varians skor tes

2

2 2

2 ( )

N

X X

N

A

 

2 2 2 4 ) 153 ( 5975 4   x A

16 409 . 23 900 . 23 2  

A 16 491 2 

A 68 , 30 2 

A

b. Menghitung Reliabilitas

       

2 2 1 = Kr20 A A pq k k     

 30,68

68 , 5 68 , 30 1 54 54 = Kr20

    68 , 30 25 53 54 = Kr20

) 1,01)(0,81 ( = Kr20

0,81 = Kr20


(35)

Setelah dihitung dan mendapatkan nilai reliabilitas maka dapat diinterpretasikan dengan klasifikasi koefisien reliabilitas sebagai berikut :

Tabel 3.2

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas Interpretasi

0,00 – 0,19 Sangat rendah

0,20 – 0,39 Rendah

0,40 – 0,59 Cukup

0,60 – 0,79 Tinggi

0,80 – 1,00 Sangat Tinggi

Berdasarkan hasil uji reliabilitas instrumen penelitian (hasil uji reliabilitas terlampir), maka diperoleh harga Kr 20 = 0,81. Nilai tersebut tergolong pada koefisien reliabilitas sangat tinggi, sehingga instrumen penelitian tentang keterampilan sosial tunagrahita ringan usia remaja dinyatakan reliabel dan dapat digunakan.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam suatu penelitian sangatlah penting, hal ini berguna untuk mengumpulkan informasi atau data yang dibutuhkan ketika penelitian berlangsung. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan inventori (non tes). Menurut Soendari (2008, hlm. 16) mengemukan bahwa ͞ Inventori biasanya digunakan untuk melihat prestasi siswa dalam bidang akademik, dan dapat pula digunakan untuk mengukur aspek-aspek non-akademik, seperti kebiasaan dan perilaku sosial͟.

Teknik pengumpulan data dengan menggunakan daftar inventori dimaksudkan ukuran kepribadian dari objek penelitian. Menurut margono (2010, hlm. 175) menjelaskan bahwa :

Dalam daftar inventori para subjek diberi bermacam-macam pernyataan yang menggambarkan pola-pola tingkah laku mereka diminta untuk menunjukkan apakah tiap-tiap pernyataan itu


(36)

merupakan cirri tingkah laku mereka, dengan jalan member tanda cek pada jawaban ya, tidak, dan tidak tahu. Skor dihitung dengan jalan menunjukkan jawaban yang sesuai dengan sifat yang diukur oleh peneliti.

Pelaksanaan pengumpulan data menggunakan daftar inventori, peneliti mengamati pola-pola tingkah laku siswa dalam hal keterampilan sosial pada saat fase pre-test dan fase post-test pada sampel yang di teliti. Inventori merupakan suatu metode untuk mengumpulkan data yang berupa suatu pernyataan tentang sifat, keadaan, kegiatan tertentu dan sejenisnya. Setelah mengamati siswa yang di teliti maka siswa akan dinilai atau diberi skor pada pernyataan yang cocok dengan dirinya. Fungsi dari teknik daftar inventori ini adalah untuk dasar peneliti dalam memahami keterampilan sosial siswa tunagrahita ringan usia remaja.

Penggunaan teknik daftar inventori ini adalah peneliti memberi tanda ceklis () pada kolom mampu jika anak menunjukkan perilaku yang sesuai dengan pernyataan pada instrumen dan diberi skor 1. Sementara jika siswa tidak menunjukkan perilaku yang sesuai dengan pernyataan pada instrumen maka peneliti member tanda ceklis () pada kolom tidak mampu yang berarti skor siswa adalah 0. Skor yang diperoleh siswa dari hasil pre-test dan post-test tentang keterampilan sosial akan ditafsirkan oleh peneliti tentang keadaan siswa tersebut.

E. Prosedur Penlitian 1. Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian bertujuan untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Informasi ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian. Sebelum penelitian dilakukan terdapat langkah-langkah sebagai berikut :

a. Melakukan studi pendahuluan untuk mendapatkan dan mengetahui gambaran secara jelas tentang subyek penelitian yang ada di lapangan. b. Mengurus surat perizinan


(37)

1) Permohonan surat pengantar dari jurusan Pkh untuk pengangkatan dosen pembimbing;

2) Permohonan surat keputusan Dekan FIP mengenai pengangkatan dosen pembimbing dan surat pengantar izin penelitian untuk ke direktorat melalui Direktorat Akademik;

3) Mengurus surat pengantar izin penelitian mealalui Direktorat Akademik untuk ke Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (KESBANGPOL);

4) Membuat surat izin penelitian di KESBANGPOL berdasarkan surat pengantar dari Direktorat Akademik;

5) Menyerahkan surat izin penelitian dari KESBANGPOL ke Dinas Pendidikan Jawa Barat;

6) Menyerahkan surat izin penelitian kepada Kepala Sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian yaitu SPLB-C YPLB Cipaganti. c. Menyusun instrumen penelitian mengenai keterampilan sosial siswa

tunagrahita ringan usia remaja. Instrumen penelitian ini meliputi kisi-kisi instrumen, pembuatan instrumen, pembuatan RPP.

d. Melakukan uji coba instrumen penelitian, uji coba instrumen ini meliputi uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dialkukan dengan meminta penilaian para ahli (Expert Judgement). Para ahli tersebut adalah dua orang dosen Pendidikan Khusus dan satu orang guru SPLB-C YPLB Cipaganti. Kemudian melakukan uji reliabilitas dilakukan pada empat orang siswa tunagrahita ringan usia remaja di SPLB-C YPLB Cipaganti Kota Bandung.

2. Pelaksanaan Penelitian

Tahap pelaksanaan penelitian terbagi menjadi beberapa kegiatan meliputi persiapan, pengambilan data, menghitung dan mengolah data. Penelitian dilaksanakan pada waktu kegiatan belajar mengajar dan dilakukan di ruang kelas. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaannya adalah sebagai berikut


(38)

a) Meminta ijin kepada pihak sekolah untuk melaksanakan penelitian, mengadakan komunikasi dengan guru kelas mengenai jadwal penelitian dan mendiskusikan rencana program pembelajaran;

b) Melaksanakan pre-test untuk mengetahui kemampuan dasar subjek penelitian dalam keterampilan sosial siswa tunagrahita ringan usia remaja. Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat jumlah skor mampu yang diperoleh subjek

c) Melaksanakan treatment atau perlakuan selama empat kali pertemuan, yaitu menggunakan metode role playing untuk mengembangkan kemampuan keterampilan sosial siswa tunagrahita ringan usia remaja d) Melaksanakan post-test, yaitu pengukuran kembali hasil keterampilan

sosial siswa tunagrahita ringan usia remaja untuk mengetahui sejauh mana treatment atau perlakuan yang dilakukan berpengaruh atau tidak terhadap keterampilan sosial siswa tunagrahita ringan usia remaja.

3. Langkah-Langkah Pembelajaran Menggunakan Metode Role Playing

Langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode role playing adalah sebagai berikut :

a. Memberi penjelasan kepada subjek penelitian yaitu siswa tunagrahita ringan usia remaja yang berjumlah enam orang, bahwa mereka akan belajar dengan menggunakan metode role playing

b. Memperkenalkan barang-barang yang akan digunakan untuk bermain peran.

c. Melaksanakan pembelajaran 1 tentang budayakan mengantri selama dua kali pertemuan. Siswa berperan sesuai dengan peran yang ditentukan oleh peneliti.

d. Melaksanakan pembelajaran 2 tentang sabar dan mengontrol emosi selama dua kali pertemuan. Siswa berperan sesuai dengan peran yang ditentukan oleh peneliti.


(39)

f. Kegiatan diatas dilakukan sampai adanya peningkatan perkembangan keterampilan sosial siswa tunagrahita ringan usia remaja.

F. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan statistik non-parametrik dengan menggunakan uji wilcoxon, hal ini dilakukan dikarenakan subjek penelitian tidak terlalu banyak yang hanya berjumlah enam siswa tunagrahita ringan usia remaja. Sugiyono (2009, hlm. 134) berpendapat bahwa ͞teknik uji Wilcoxon digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel yang berkorelasi bila datanya berbentuk ordinal͟.

Adapun langkah-langkahnya menurut Nurmalasari (2013, hlm 48) adalah sebagai berikut :

1. Menskor tes awal dan tes akhir dari setiap penilaian, 2. Mentabulasi skor tes awal dan tes akhir,

3. Membuat tabel perhitungan skor tes awal dan tes akhir, 4. Menghitung selisih skor tes awal dan tes akhir,

5. Menyusun ranking,

6. Melakukan uji tanda dengan membubuhkan tanda (+) unuk selisih positif antara tes akhir dan tes awal. Tanda (-) diberikan untuk selisih negatif antara tes akhir dan tes awal,

7. Menjumlahkan semua ranking bertanda positif dan negatif,

8. Membandingkan uji tanda hitung ( T hitung ) dengan uji tanda tabel ( T tabel), untuk uji wilcoxon,

9. Membuat kesimpulan yaitu H1 diterima apabila T hitung  T tabel dan H1

ditolak apabila T Hitung > T Tabel.

H1 = Metode role playing memberikan pengaruh dalam mengembangkan

keterampilan sosial siswa tunagrahita ringan usia remaja di SPLB-C YPLB Cipaganti, Kota Bandung.

H0 = Metode role playing tidak memberikan pengaruh dalam

mengembangkan keterampilan sosial siswa tunagrahita ringan usia remaja di SPLB-C YPLB Cipaganti, Kota Bandung.


(40)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian dan pengujian hipotesis pada bab IV, terdapat pengaruh metode role playing dalam mengembangkan keterampilan sosial siswa tunagrahita ringan usia remaja.

Sebelum diberikan perlakuan menggunakan metode role playing, sampel penelitian DS, MR, AJ, NT, FH, dan KN memperoleh masing-masing skor 27, 35, 34, 24, 28, dan 27. Skor maksimal berdasarkan jumlah skor instrumen keterampilan sosial siswa tunagrahita ringan usia remaja adalah 54.

Setelah diberikan perlakuan atau treatment menggunakan metode role

playing, sampel penelitian DS, MR, AJ, NT, FH, dan KN memperoleh

masing-masing skor 46, 51, 49, 45, 49, dan 47. Hasil post-test menunjukkan adanya peningkatan skor (15 hingga 21 skor) sesuai dengan instrument keterampilan sosial yang diperoleh siswa. Siswa terbiasa dan mulai berani untuk tampil di depan kelas, ketika ingin meminjam barang orang lain siswa ijin terlebih dahulu, siswa mau untuk memaafkan dan meminta maaf ketika melakukan kesalahan, siswa mentaati aturan dalam kelas, Siswa terbiasa mengucapkan kata terima kasih baik kepada temannya atau kepada guru, siswa mampu memecahkan masalah yang terjadi, serta adanya perubahan perilaku positif yang sesuai dengan instrument pada keterampilan sosial lainnya yang terjadi pada sampel penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode role playing berpengaruh dalam mengembangkan keterampilan sosial pada siswa tunagrahita ringan usia remaja. Hal ini dapat dilihat dari perolehan skor sebelum dan sesudah diberi perlakuan atau treatment menggunakan metode role playing. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang mana diperoleh Thitung = 0  Ttabel


(41)

memberikan pengaruh dalam mengembangkan keterampilan sosial pada siswa tunagrahita ringan usia remaja di SPLB-C YPLB Cipaganti Bandung.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dijelaskan, maka terdapat beberapa hal yang perlu peneliti sampaikan sebagai suatu rekomendasi dalam pembelajaran di sekolah, antara lain sebagai berikut : 1. Bagi Guru

Keterampilan sosial merupakan hal yang sangat penting dimiliki oleh semua orang terutama siswa tunagrahita ringan usia remaja. Siswa terlihat antusias ketika melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode role playing. Siswa lebih aktif dan banyak berinteraksi dengan teman sekelasnya. Maka peneliti merekomendasikan agar metode role

playing digunakan sebagai salah satu metode pembelajaran di kelas untuk

mengembangkan keterampilan sosial siswa tunagrahita ringan usia remaja 2. Bagi Orang Tua

Peran orang tua sangatlah penting dalam perkembangan keterampilan sosial anak di rumah. Orang tua harus memberikan bimbingan kepada anak agar anak bisa mengembangkan keterampilan sosial. Orang tua bisa menggunakan metode role playing ketika bermain dengan anak di rumah sebagai salah satu cara untuk mengembangkan keterampilan sosial anak dengan lingkungan sekitar rumah.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini menjelaskan tentang pengaruh metode role playing dalam mengembangkan keterampilan sosial pada siswa tunagrahita ringan usia remaja di SPLB-C YPLB Cipaganti. Maka dengan ini, peneliti merekomendasikan penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk peneliti selanjutnya. Peneliti berharap metode role playing bisa digunakan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan yang dimiliki oleh anak berkebutuhan khusus dan pada khususnya siswa tunagrahita.


(42)

Selain merekomendasikan hal tersebut, peneliti juga merekomendasikan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian terhadap keterampilan sosial selama satu semester atau sering dilakukan agar terbentuknya suatu kebiasaan yang tertanam dalam diri siswa.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta : Rinneka Cipta

Anas, M. (2014). Mengenal Metodologi Pembelajaran. Pasuruan : Pustaka Hulwa.

Arikunto,S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rinneka Cipta

Baroroh, K. (2011). Upaya Meningkatkan Nilai-Nilai Karakter Peserta Didik

Melalui Penerapan Metode Role Playing . Jurnal Ekonomi dan Pendidikan,

[online], 8 (2), 149-163.

Caldarella, P & Merrel, Kennet W (1997). “Common Dimensions of social skills

of children and adolescents : A Taxonomy Of Positive Behaviors”. School

Psycology Review. 26 (2), 1997, 264-278.

Cartledge, G & Milburn (1992). Teaching Social Skill to Children. New york : Pergamon Press.

Dani . (2013). Role Playing Sebagai Salah Satu Model Pembelajaran Inovatif

Bahasa dan Sastra. [Online].

(http://pojokpakdani.wordpress.com/2013/01/14/role-playing-sebagai-salah-satu-model-pembelajaran-inovatif-bahasa-dan-sastra/ diakses pada tanggal 30 Januari 2015)

Dewan Skripsi Jurusan Pendidikan Luar Biasa FIP UPI. (2011). Pedoman

Penulisan Skripsi dan Makalah. Bandung : Universitas Pendidikan

Indonesia.

Efendi, M. (2009). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara.

Friend, M. (2005). Special Education : Contemporary Perspectives for School

Professionals. New York : Pearson Education Inc.

Imanuddin, D. (2012). Perkembangan keterampilan sosial anak berkebutuhan

khusus melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD pada setting kelas inklusif. Tesis. Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus Sekolah Pasca

Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Margono, S. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rinneka Cipta. Muzaiyini, P. (2013). Keterampilan Sosial Anak. [Online].

(http://pujianimuzaiyin.blogspot.com/2013/06/ketrampilan-sosial-anak.html , diakses pada tanggal 28 Mei 2014)


(44)

Nurhayani. (2011). Metode role playing. [Online] (http://nurhay13.blogspot.com/ 2011/11/metode-role-playing.html, diakses pada tanggal 28 Mei 2014) Nurmalasari, D. (2013). Pengaruh Pendekatan Beyond Centerrs and Circle Time

(BCCT) Sentra bermain peran naik kendaraan terhadap peningkatan keterampilan sosial anak tunagrahita sedang di SLB Pancaran Iman.

Skripsi. Jurusan Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Ormrod, J.E. (2008). Psikologi Pendidikan: Membantu Siswa Tumbuh

Berkembang Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Prasetyo, B & Jannah, L M (2005). Metode Penelitian Kuantitatif : Teori dan

Aplikasi. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Purwanto. (2003). Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Puspitasari, A. (2010). Tunagrahita. [Online].

(http://alytpusptasari.wordpress.com/2010/05/02/tunagrahita/ diakses pada tanggal 18 Januari 2015)

Rumini,S & Sundari,S . (2004). Perkembangan Anak & Remaja. Jakarta : Rineka Cipta.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran berorientasi standar proses

pendidikan. Jakarta : Media Grup

Sari, Lina K . (2013). Makalah Tunagrahita. [Online]. (http://adelinakurniasari.blogspot.com/2013/03/makalah-tuna-grahita.html, diakses pada tanggal 18 Januari 2015)

Soehartono, I. (2011). Metode Penelitian Sosial : Suatu Teknik Penelitian Bidang

Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya

Soendari, T. (2008). Modul Pengajaran Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus.

Bandung : Jurusan Pendidikan Luar Biasa FIP UPI

Somantri, Elin B . (2010). Pengaruh Pembelajaran Dengan Menggunakan

Metode Bermain Peran (Role Playing) Terhadap Keterampilan Sosial dan Berbicara Anak Usia Dini : Studi Eksperimen Kuasi Pada Anak Taman Kanak-Kana Laboraturium Universitas Muhammadiyah Pontianak. Tesis.

Program Studi Pendidikan Dasar Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.


(45)

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta

Sunanto, J., et. al. (2006). Penelitian dengan Subyek Tunggal. Bandung: UPI Press.

Susetyo, B. (2010). Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: PT Refika Aditama.

Susetyo, B. (2014). Bahan Ajar Evaluasi Pembelajaran . Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Wibowo, H. (2007). Fortune Favors The Ready : keberuntungan berpihak kepada


(1)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian dan pengujian hipotesis pada bab IV, terdapat pengaruh metode role playing dalam mengembangkan keterampilan sosial siswa tunagrahita ringan usia remaja.

Sebelum diberikan perlakuan menggunakan metode role playing, sampel penelitian DS, MR, AJ, NT, FH, dan KN memperoleh masing-masing skor 27, 35, 34, 24, 28, dan 27. Skor maksimal berdasarkan jumlah skor instrumen keterampilan sosial siswa tunagrahita ringan usia remaja adalah 54.

Setelah diberikan perlakuan atau treatment menggunakan metode role

playing, sampel penelitian DS, MR, AJ, NT, FH, dan KN memperoleh

masing-masing skor 46, 51, 49, 45, 49, dan 47. Hasil post-test menunjukkan adanya peningkatan skor (15 hingga 21 skor) sesuai dengan instrument keterampilan sosial yang diperoleh siswa. Siswa terbiasa dan mulai berani untuk tampil di depan kelas, ketika ingin meminjam barang orang lain siswa ijin terlebih dahulu, siswa mau untuk memaafkan dan meminta maaf ketika melakukan kesalahan, siswa mentaati aturan dalam kelas, Siswa terbiasa mengucapkan kata terima kasih baik kepada temannya atau kepada guru, siswa mampu memecahkan masalah yang terjadi, serta adanya perubahan perilaku positif yang sesuai dengan instrument pada keterampilan sosial lainnya yang terjadi pada sampel penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode role playing berpengaruh dalam mengembangkan keterampilan sosial pada siswa tunagrahita ringan usia remaja. Hal ini dapat dilihat dari perolehan skor sebelum dan sesudah diberi perlakuan atau treatment menggunakan metode role playing. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang mana diperoleh Thitung = 0  Ttabel = 0, maka H1 diterima, hal ini menunjukkan bahwa metode role playing


(2)

memberikan pengaruh dalam mengembangkan keterampilan sosial pada siswa tunagrahita ringan usia remaja di SPLB-C YPLB Cipaganti Bandung.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dijelaskan, maka terdapat beberapa hal yang perlu peneliti sampaikan sebagai suatu rekomendasi dalam pembelajaran di sekolah, antara lain sebagai berikut : 1. Bagi Guru

Keterampilan sosial merupakan hal yang sangat penting dimiliki oleh semua orang terutama siswa tunagrahita ringan usia remaja. Siswa terlihat antusias ketika melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode role playing. Siswa lebih aktif dan banyak berinteraksi dengan teman sekelasnya. Maka peneliti merekomendasikan agar metode role

playing digunakan sebagai salah satu metode pembelajaran di kelas untuk

mengembangkan keterampilan sosial siswa tunagrahita ringan usia remaja

2. Bagi Orang Tua

Peran orang tua sangatlah penting dalam perkembangan

keterampilan sosial anak di rumah. Orang tua harus memberikan bimbingan kepada anak agar anak bisa mengembangkan keterampilan sosial. Orang tua bisa menggunakan metode role playing ketika bermain dengan anak di rumah sebagai salah satu cara untuk mengembangkan keterampilan sosial anak dengan lingkungan sekitar rumah.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini menjelaskan tentang pengaruh metode role playing dalam mengembangkan keterampilan sosial pada siswa tunagrahita ringan usia remaja di SPLB-C YPLB Cipaganti. Maka dengan ini, peneliti merekomendasikan penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk peneliti selanjutnya. Peneliti berharap metode role playing bisa digunakan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan yang dimiliki oleh anak berkebutuhan khusus dan pada khususnya siswa tunagrahita.


(3)

Selain merekomendasikan hal tersebut, peneliti juga merekomendasikan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian terhadap keterampilan sosial selama satu semester atau sering dilakukan agar terbentuknya suatu kebiasaan yang tertanam dalam diri siswa.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta : Rinneka Cipta

Anas, M. (2014). Mengenal Metodologi Pembelajaran. Pasuruan : Pustaka Hulwa.

Arikunto,S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rinneka Cipta

Baroroh, K. (2011). Upaya Meningkatkan Nilai-Nilai Karakter Peserta Didik

Melalui Penerapan Metode Role Playing . Jurnal Ekonomi dan Pendidikan,

[online], 8 (2), 149-163.

Caldarella, P & Merrel, Kennet W (1997). “Common Dimensions of social skills of children and adolescents : A Taxonomy Of Positive Behaviors”. School

Psycology Review. 26 (2), 1997, 264-278.

Cartledge, G & Milburn (1992). Teaching Social Skill to Children. New york : Pergamon Press.

Dani . (2013). Role Playing Sebagai Salah Satu Model Pembelajaran Inovatif

Bahasa dan Sastra. [Online].

(http://pojokpakdani.wordpress.com/2013/01/14/role-playing-sebagai-salah-satu-model-pembelajaran-inovatif-bahasa-dan-sastra/ diakses pada tanggal 30 Januari 2015)

Dewan Skripsi Jurusan Pendidikan Luar Biasa FIP UPI. (2011). Pedoman

Penulisan Skripsi dan Makalah. Bandung : Universitas Pendidikan

Indonesia.

Efendi, M. (2009). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara.

Friend, M. (2005). Special Education : Contemporary Perspectives for School

Professionals. New York : Pearson Education Inc.

Imanuddin, D. (2012). Perkembangan keterampilan sosial anak berkebutuhan

khusus melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD pada setting kelas inklusif. Tesis. Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus Sekolah Pasca

Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Margono, S. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rinneka Cipta.

Muzaiyini, P. (2013). Keterampilan Sosial Anak. [Online].

(http://pujianimuzaiyin.blogspot.com/2013/06/ketrampilan-sosial-anak.html , diakses pada tanggal 28 Mei 2014)


(5)

Nurhayani. (2011). Metode role playing. [Online] (http://nurhay13.blogspot.com/ 2011/11/metode-role-playing.html, diakses pada tanggal 28 Mei 2014) Nurmalasari, D. (2013). Pengaruh Pendekatan Beyond Centerrs and Circle Time

(BCCT) Sentra bermain peran naik kendaraan terhadap peningkatan keterampilan sosial anak tunagrahita sedang di SLB Pancaran Iman.

Skripsi. Jurusan Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Ormrod, J.E. (2008). Psikologi Pendidikan: Membantu Siswa Tumbuh

Berkembang Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Prasetyo, B & Jannah, L M (2005). Metode Penelitian Kuantitatif : Teori dan

Aplikasi. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Purwanto. (2003). Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Puspitasari, A. (2010). Tunagrahita. [Online].

(http://alytpusptasari.wordpress.com/2010/05/02/tunagrahita/ diakses pada tanggal 18 Januari 2015)

Rumini,S & Sundari,S . (2004). Perkembangan Anak & Remaja. Jakarta : Rineka Cipta.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran berorientasi standar proses

pendidikan. Jakarta : Media Grup

Sari, Lina K . (2013). Makalah Tunagrahita. [Online].

(http://adelinakurniasari.blogspot.com/2013/03/makalah-tuna-grahita.html, diakses pada tanggal 18 Januari 2015)

Soehartono, I. (2011). Metode Penelitian Sosial : Suatu Teknik Penelitian Bidang

Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya

Soendari, T. (2008). Modul Pengajaran Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus.

Bandung : Jurusan Pendidikan Luar Biasa FIP UPI

Somantri, Elin B . (2010). Pengaruh Pembelajaran Dengan Menggunakan

Metode Bermain Peran (Role Playing) Terhadap Keterampilan Sosial dan Berbicara Anak Usia Dini : Studi Eksperimen Kuasi Pada Anak Taman Kanak-Kana Laboraturium Universitas Muhammadiyah Pontianak. Tesis.

Program Studi Pendidikan Dasar Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.


(6)

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta

Sunanto, J., et. al. (2006). Penelitian dengan Subyek Tunggal. Bandung: UPI Press.

Susetyo, B. (2010). Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: PT Refika Aditama.

Susetyo, B. (2014). Bahan Ajar Evaluasi Pembelajaran . Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Wibowo, H. (2007). Fortune Favors The Ready : keberuntungan berpihak kepada