PENGAJARAN TOILET TRAINING PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI.

(1)

PENGAJARAN TOILET TRAINING PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Khusus

Oleh:

HADIAN JAYADILAGA NIM: 1001573

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015


(2)

Oleh: Hadian Jayadilaga

1001573

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan Departemen Pendidikan Khusus

© Hadian Jayadilaga Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotocopy, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

PENGAJARAN TOILET TRAINING PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Dra. Hj. Pudji Asri, M.Pd NIP. 195103261979032002

Pembimbing II

Dra. Oom Sitti Homdijah, M.Pd NIP. 1961010511983032002

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Khusus

Dr. Budi Susetyo, M.Pd NIP. 195809071987031001


(4)

Hadian Jayadilaga , 2015

PENGAJARAN TOILETTRAINING PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

PENGAJARAN TOILET TRAINING PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI

Toilet training merupakan latihan menggunakan kamar mandi dengan baik dan benar. Adanya pengajaran toilet training akan banyak membantu bagi mereka yang belum menguasai keterampilan toilet training. peneletian ini bertujuan untuk mengetahui bagiamana cara guru dalam mengajarkan toilet training yang diperuntukkan bagi siswa tunagrahita ringan. Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dan studi dokumen. Teknik pengujian keabsahan data menggunakan teknik triangulasi teknik. Analisa data yang dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Hasil temuan menunjukkan subjek mengalami kesulitan dalam mengajarkan toilet training. kesulitannya disebabkan oleh beberapa faktor terutama faktor internal siswa. Berbagai upaya telah dilakukan guru dalam proses pengajaran toilet training, salah satunya yaitu membuat program pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa.


(5)

Hadian Jayadilaga , 2015

PENGAJARAN TOILETTRAINING PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

PENGAJARAN TOILET TRAINING PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI

Toilet training is an exercise using the bathroom properly. Teaching presence toilet training will be of much help for those who have not mastered toilet training skills. This study aims to determine the circumstances of how teachers teach toilet training for students mild mental retardation. The study was conducted using qualitative approach with descriptive methods. Data was collected by interview, observation and document study. Data validity testing technique using the technique of triangulation techniques. Data analysis is performed through three stages, namely data reduction, data display, and conclusion. The findings indicate a subject having difficulty in teaching the toilet training. the difficulty is caused by several factors, especially the internal factors of students. Various attempts have been made of teachers in the teaching process of toilet training, one of which is to make learning programs that are tailored to the needs of students.


(6)

Hadian Jayadilaga , 2015

PENGAJARAN TOILETTRAINING PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Masalah ... 4

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 5

D. Struktur Organisasi Skripsi ... 5

BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Tunagrahita Ringan ... . 7

B. Dampak Ketunagrahitaan ... 10

C. Konsep Dasar Bina Diri ... 13

D. Konsep Dasar Toilet Training ... 17

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 22

B. Subjek dan Tempat Penelitian ... 24

C. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 24

D. Analisis Data ... 29

E. Isu Etik...32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pemaparan Temuan ... 33

B. Pembahasan ... 38

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 43

B. Saran ... 44 DAFTAR PUSTAKA


(7)

Hadian Jayadilaga , 2015

PENGAJARAN TOILETTRAINING PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi – kisi Pelaksanaan Pengajaran toilet Training


(8)

Hadian Jayadilaga , 2015

PENGAJARAN TOILETTRAINING PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Setiap individu pasti memiliki potensi tidak terkecuali pada siswa tunagrahita. Siswa tunagrahita memiliki potensi yang dapat dikembangkan, tetapi dalam proses pengembangan tersebut siswa tunagrahita memerlukan bimbingan atau pelayanan secara khusus.

Soemantri (2006, hlm. 103) mengemukakan bahwa:

Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang jelas-jelas mempunyai kemampuan intelektual dibawah rata-rata. Adapun dampak keterbatasan tersebut mengakibatkan dirinya sukar untuk mengikuti program di sekolah biasa secara klasikal, oleh karena itu anak tunagrahita memerlukan layanan pendidikan secara khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan anak tersebut.

Siswa tunagrahita adalah siswa yang mengalami hambatan dalam kecerdasan dan perilaku adaptif, dimana kedua hal tersebut terjadi dalam masa perkembangan, yaitu masa konsepsi hingga awal usia dewasa (0-18 tahun). Salah satu hambatan yang dialami oleh anak tungarahita adalah masalah yang berkaitan dengan perilaku adaptif.

Adapun salah satu bagan kajian dari perilaku adaptif adalah menolong diri sebagai bentuk penampilan pribadi yang diataranya adalah penggunaan kamar mandi (WC) atau toilet training dalam kegiatan sehari-hari. Toilet training

merupakan latihan menggunakan kamar mandi dengan baik dan benar. Dengan

toilet training diharapkan agar siswa mampu buang air kecil dan buang air besar di tempat yang telah ditentukan yaitu kamar mandi (WC) dan juga mengajarkan siswa untuk membersihkan dirinya sendiri setelah buang air besar dan buang air kecil.

Hidayat (2005, hlm. 62) menuturkan bahwa toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih agar anak mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar. Akan tetapi untuk siswa berkebutuhan khusus, seorang anak dapat melakukan toilet training diusia yang bervariasi sesuai dengan hambatan yang dimiliki oleh siswa seperti yang diungkapkan oleh Greenspan, dkk. (2006, hlm. 430) yaitu:


(9)

2

Hadian Jayadilaga , 2015

PENGAJARAN TOILETTRAINING PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Seorang anak biasanya siap memulai latihan menggunakan wc saat usia kira-kira tiga tahun, yang bagi seorang anak berkebutuhan khusus, secara kronologis mungkin dapat dicapai pada usia empat atau lima tahun (pada beberapa budaya, latihan menggunakan wc biasa dilakukan terhadap anak-anak yang masih sangat muda dengan pembiasaan pada waktu-waktu tertentu saat mereka biasanya buang air, atau sesaat setelah makan, ketika keinginan untuk buang air menjadi lebih besar).

Kemampuan anak dalam toilet training sangat berbeda satu sama lainnya, ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketercapaian seseorang dalam toilet training yang diantaranya adalah faktor fisik dan psikologi. Sensasi buang air besar lebih dirasakan oleh anak, dan kemampuan untuk mengkomunikasikan lebih dahulu dicapai siswa sedangkan kemampuan untuk mengontrol buang air besar biasanya baru akan tercapai sampai usia anak empat sampai lima tahun (Supartini, 2004, hlm. 43).

Mengajarkan toilet training pada siswa berkebutuhan khusus memang cukup sulit terutama jika siswa memiliki hambatan pada motoriknya. Jika siswa memiliki masalah pada motoriknya, anak siswa sulit jongkok atau duduk karena adanya kelemahan atau kekakkuan pada salah satu otot atau di seluruh tubuhnya. Masalah lainnya yaitu mengenai keseimbangan tubuhnya, yaitu kurang atau berlum berkembangnya keseimbangan tubuh siswa sehingga mengakibatkan siswa tersebut takut jatuh saat duduk atau juga saat jongkok. Adapun masalah lainnya yaitu masalah persepsi sensorik yaitu siswa tidak menyadari jika ia sedang buang air kecil atau buang air besar berarti siswa kurang reaktif terhadap rangsang atau siswa terbiasa buang air besar dalam kehangatan dan tekanan dari popok.

Bagi siswa tunagrahita ringan, pembelajaran mengenai toilet training

memerlukan waktu yang relatif lama, karena sudah jelas mereka memiliki keterbatasan kognitif meskipun secara fisiknya mereka seperti anak pada umumnya dan sukar untuk dibedakan. Ketidakmampuan siswa dalam toilet training bisa juga disebabkan oleh hambatan lain diantaranya hambatan dari motoriknya ataupun dari pembiasaan yang dilakukan di lingkungan keluarganya khususnya oleh orang tua. Oleh karena itu, mengajarkan toilet training pada siswa tunagrahita ringan akan lebih lambat dan membutuhkan waktu lama jika dibandingkan dengan anak pada umumnya. Selain itu juga, terdapat beberapa masalah yang menjadi hambatan siswa tunagrahita dalam pembelajran toilet


(10)

Hadian Jayadilaga , 2015

PENGAJARAN TOILETTRAINING PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

training diantaranya masalah kesulitan dalam kehidupan sehari-hari, masalah kesulitan belajar, masalah penyesuaian diri, masalah gangguan kepribadian dan emosi, masalah pemanfaatan waktu luang dan masalah motorik (Astati, 2010, hlm. 22).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti ketika melakukan pendidikan latihan profesi (PLP) di SPLB-C YPLB Cipaganti, penulis menemukan siswa tunagrahita ringan dengan usia kira-kira 11 tahun dan berinisial “T” yang masih belum bisa toilet training. Selama PLP, penulis menemukan siswa beberapa kali buang air dicelana ketika sedang dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Siswa tidak mengungkapkan keinginan untuk buang air besar atau buang air kecil dan. Selain itu, orang tua T selalu membiasakan T untuk menggunakan popok seetiap hari bahkan sampai ia masuk sekolah dan juga berdasasrkan informasi yang didapat dari guru kelas T, memang T juga mengalami hambatan dalam motorik. Hal tersebut menjadi masalah lainnya yang mengakibatkan T masih belum bisa menguasai toilet training.

Siswa tunagrahita ringan harus dilatih keterampilan buang air kecil (BAK) dan buang air bessar (BAB) secara mandiri. Mengembangkan kebiasaan anak untuk BAK dan BAB pada tempatnya dan mampu membersihkan diri dengan baik penting terutama jika siswa tersebut sudah sekolah. Bila di lingkungan sekolah siswa masih sering dan buang air besar tidak pada tempatnya, penyesuaian dirinya akan terhambat. Ia juga akan menjadi sasaran ejekan dari teman-temannya dan diberi berbagai sebutan yang meembuatnya malu dan rendah diri (Ginanjar, 2008, hlm. 75).

Sejalan dengan pembahasan yang sebelumnya, peran guru sangat penting dalam tercapainya keberhasilan siswa dalam toilet training agar siswa mampu melakukan toilet training secara mandiri tanpa bantuan dari orang lain. Bagaimana program pembelajaran dan cara guru mengajarkan toilet training

kepada siswa ketika di sekolah akan menentukan keberhasilan dan tercapainya tujuan dalam mengajarkan toilet training. Oleh karena itu, berdasarkan penjelasan-penjelasan tadi, penulis bermaksud menggali informasi mengenai bagaimana cara guru dalam mengajarkan toilet training, bagaimana proses pembelajaran toilet training tersebut, apa saja yang menjadi hambatan selama


(11)

4

Hadian Jayadilaga , 2015

PENGAJARAN TOILETTRAINING PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

proses pembelajaran toilet training tersebet, dan bagaimana peran orang tua terhadap pembelajaran toilet training tersebut serta bagaimanakah program pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak di SPLB-C YPLB Cipaganti. B. Fokus Masalah

Penelitian ini difokuskan pada kajian tentang bagaimana pengajaran toilet raining pada siswa tunagrahita ringan di SPLB-C YPLB Cipaganti serta program apa saja yang diberikan oleh guru dalam mengajarkan Toilet Training pada siswa tunagrahita ringan di SPLB-C YPLB Cipaganti:

1. Bagaimana perencanaan pengajaran toilet training pada siswa tunagrahita ringan di SPLB-C YPLB Cipaganti?

2. Bagaiaman pelaksanaan pengajaran toilet training pada siswa tunagrahita ringan di SPLB-C YPLB Cipaganti?

3. Hambatan apa saja yang dialami oleh guru dalam mengajarkan toilet training

pada siswa tunagrahita ringan di SPLB-C YPLB Cipaganti?

4. Bagaimana upaya guru dalam pengajaran toilet training pada siswa tunagrahita ringan di SPLB-C YPLB Cipaganti?

C. Tujuan dan Kegunaan 1. Tujuan

Tujuan penelitian mengenai pelaksanaan pengajaran toilet training pada siswa tunagrahita ringan di SPLB-C YPLB Cipaganti antara lain sebagai berikut: a. Untuk memperoleh gambaran mengenai perencanaan pengajaran toilet

training pada siswa tunagrahita ringan di SPLB-C YPLB Cipaganti.

b. Untuk memperoleh gambaran mengenai pelaksanaan pengajaran toilet trainig

pada siswa tunagrahita ringan di SPLB-C YPLB Cipaganti.

c. Untuk memperoleh gambaran mengenai hambatan apa saja yang dialami oleh guru dalam pengajaran toilet training pada siswa tunagrahita ringan di SPLB-C YPLB SPLB-Cipaganti.

d. Untuk memperoleh gambaran mengenai bagaimana upaya guru dalam pengajaran toilet training pada siswa tunagrahita ringan di SPLB-C YPLB Cipaganti.


(12)

Hadian Jayadilaga , 2015

PENGAJARAN TOILETTRAINING PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Kegunaan

a. Dalam tataran teoritis hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut untuk pelaksanaan pengajaran toilet training pada siswa tunagrahita ringan dan sebagai penambah wawasan bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya serta bagi lembaga pendidikan khusus pada khususnya. b. Dalam tataran praktis, hasil penelitian ini dapat menjadikan masukan bagi : 1) Pendidik

Sebagai bahan kajian, masukan dan pertimbangan dalam pengajaran toilet training pada siswa tunagrahita ringan.

2) Orangtua

Sebagai masukan dan bahan kajian bagi orang tua untuk mengajarkan toilet training pada siswa tunagrahita ringan.

D. Struktur Organisasi Skripsi

Adapun sistematika penulisan penelitian ini yaitu terdapat lima bab, sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini mencakup latar belakang masalah yang menjadikan dasar dilakukan penelitian. Fokus penelitian berguna untuk menunjukkan aspek apa saja yang ingin diungkap dalam penelitian. Selain itu, ada pula tujuan dan manfaat penelitian untuk menjelaskan apa yang dimaksud dan mengapa penelitian ini dilakukan. Selanjutnya, struktur organisasi skripsi berisi tentang urutan penulisan dari setiap bab, dimulai dari bab pertama hingga bab terakhir.

Bab II Kajian Pustaka

Bab ke dua yaitu kajian pustaka yang mencakup beberapa poin yang berkaitan dengan rinci konsep tunagrahita ringan, sarana bina diri, dan pembelajaran toilet training. Selanjutnya analisis tentang pengajaran toilet training pada siswa tunagrahita ringan.

Bab III Metode Penelitian

Bab ke tiga merupakan metode penelitian yang mencakup definisi metode penelitian, lokasi dimana peneliti melakukan penelitian dan subjek penelitian yang menjelaskan siapa saja yang menjadi informan dalam penelitian. Selain itu teknik pengumpulan data disajikan pada bab tiga ini yakni sebagai cara yang digunakan


(13)

6

Hadian Jayadilaga , 2015

PENGAJARAN TOILETTRAINING PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

untuk pengumpulan data yaitu melalui wawancara, observasi, studi dokumen, dan catatan lapangan. Untuk memastikan kebenaran data, diuji kembali melalui teknik pemeriksaan keabsahan data meliputi triangulasi dan membercheck. Setelah itu, jika data yang sudah dinyatakan valid disusun secara sistematis melalui data reduction (reduksi data) dan data display (penyajian data).

Bab IV Hasil Dan Pembahasan Penelitian

Bab ke empat mencakup hasil dari penelitian dan pembahasan penelitian yang telah dilaksanakan, yaitu pembahasan mengenai pengajaran toilet training pada siswa tunagrahita ringan di SPLB-C YPLB Cipaganti.

Bab V Penutup

Bab terakhir adalah bab ke lima yang mencakup keseluruhan pembahasan dari penelitian dan dirangkum dengan kesimpulan, saran, dan rekomendasi dan hal-hal yang ditemukan oleh penulis selama penelitian dilaksanakan.


(14)

Hadian Jayadilaga , 2015

PENGAJARAN TOILETTRAINING PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini menyajikan uraian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian, yaitu desain penelitian, partisipan dan tempat penelitian, pengumpulan data, dan analisis data.

A.Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan tujuan untuk memperoleh gambaran dan informasi mengenai pengajaran toilet training bagi anak tunagrahita sedang di SPLB-C YPLB Cipaganti Bandung. Adapun Sugiyono (2009, hlm. 8) menjelaskan bahwa:

Metode penelitain kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah. Objek yang alamiah adalah obeyek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak mempengaruhi pada dinamika obyek tersebut.

Objek alamiah yang dimaksud oleh di sini adalah objek yang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi pada saat peneliti masuk dan keluar tidak berubah. Selama melakukan penelitian mengenai pengajaran toilet training pada siswa tunagrahita ringan di SPLB-C YPLB Cipaganti, sama sekali peneliti tidak mengatur konisi tempat penelitian berlangsung maupun melakukan manipulasi ketika penelitian berlangsung

Selain itu, Moleong (2007, hlm. 6) menjelaskan bahwa :

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, perseps, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Berdasarkan penjelsan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian kualittatif adalah salah satu desain penelitian yang bertujuan untuk mengungkap fenomena yang dialami oleh subjek penelitian yang dilakukan dengan kondisi yang alamiah.


(15)

23

Hadian Jayadilaga , 2015

PENGAJARAN TOILETTRAINING PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penggunaan pendekatan kualitatif didasari oleh pemikiran bahwa penelitian ini berupaya menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dilapangan mengenai pengajaran toilet training pada siswa tunagrahita ringan di SPLB-C YPLB Cipaganti, yang mengutamakan proses bagaimana dapat diperoleh sehingga data tersebut menjadi akurat dan layak digunakan dalam penelitian ini. Dengan kata lain, peneliti sendiri yang menjadi instrumen utama dalam upaya mengumpulkan informasi dapat menggambarkan secara lebih mendalam mengenai bagaimana perencanaan, proses dan evaluasi yang terjadi saat kegiatan penelitian berlangsung.

Penelitian ini juga bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai pelaksanaan pengajaran toilet training pada siswa tunagrahita ringandi SPLB-C YPLB Cipaganti. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk memberikan gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.

Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu: 1. Tahap Pra Lapangan

Pada tahap pra lapangan, peneliti melakukan persiapan sebelum melakuka penelitian di lapangan. Persiapan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Menyusun rancangan penelitian tentang pengajaran toilet training pada siswa tunagrahita ringan di SPLB-C YPLB Cipaganti.

b. Memilih fokus penelitian seputar pelaksanaan program, kemampuan siswa tunagrahita ringan menggunakan angkutan kota, kendala dan upaya yang dilakukan.

c. Mengurus perizinan.

d. Memilih informan dan subjek penelitian.

e. Menyiapkan perlengkapan penelitian berupa instrumen penelitian. 2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Tahapan dalam penelitian ini, peneliti melakukan kegiatan pengumpulan data di lapangan sebagai berikut:

a. Memahami latar penelitian yaitu pelaksanaan program keterampilan menggunakan angkutan kota pada siswa tunagrahitan ringan.


(16)

Hadian Jayadilaga , 2015

PENGAJARAN TOILETTRAINING PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Menemui informan dan menjelaskan maksud penelitian.

c. Melakukan pengumpulan data baik dengan cara wawancara maupun observasi dan studi dokumen.

3. Tahap Analisis Data

Tahap analisis data dilakukan setelah peneliti selesai mengumpulkan data di lapangan. Pada tahap ini peneliti melakukan reduksi data, penyajian data kemudian menarik kesimpulan dan verifikasi.

B. Subjek dan Tempat Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah pihak -pihak yang bersedia memberikan berbagai informasi berisi keterangan dan data penting yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Pada penelitian ini yang menjadi informan adalah guru pelaksana program pengajaran toilet trianing pada siswa tunagrahita ringan yaitu guru yang berisial RK.

2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah suatu tempat/lokasi dimana penelitian akan dilakukan guna memperoleh data-data yang dibutuhkan selama penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di SPLB-C YPLB Cipaganti Jl. Hegar Asih 1-3 Bandung.

C.Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 1. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, obesrvasi, dan studi dokumen. Selanjutnya dijelaskan sebagai berikut.

a. Wawancara

Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau tanya jawab. Sugiyono (2010, hlm.138) mengemukakan bahwa ‘wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telepon’. Wawancara dilakukan oleh dua pihak, yaitu pihak yang mewawancara/mengajukan pertanyaan


(17)

25

Hadian Jayadilaga , 2015

PENGAJARAN TOILETTRAINING PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(interviewer) dan pihak yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (interviwee). Selain itu, di dalam wawancara ini peneliti mengungkapkan informasi sesuai dengan tujuannya yaitu menemukan kondisi alamiah serrta permasalahan-permasalahan yang ada secara terbuka, dimana pihak yang diwawancara dimintai informasi yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Adapun yang menjadi fokus pada wawancara ini adalah guru yaitu sebagai pemberi informasi dan orang yang dijadikan objek untuk menggali informasi mengenai pembelajaran toilet training dan cara mengajarkan toilet training pada siswa tunagrahita ringan di SPLB-C YPLB Cipaganti.

Agar hasil wawancara dapat terekam dengani baik dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya, maka peneliti menggunakan alat-alat untuk menunjang penelitian, diantaranya:

1) Tape Recorder, digunakan untuk merekam semua percakapan selama wawancara yang ditujukan kepada informan atau narasumber.

2) Camera, digunakan untuk mengambil gambar saat peneliti melakukan pembicaraan dengan informan atau narasumber.

Agar tidak menyimpang dari fokus penelitian, maka peneliti menggunakan pedoman wawancara yang digunakan sebagai dasar dari pertanyaan yang diangkat dari fokus penelitian.

b. Pengamatan (Observasi)

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan disengaja melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala yang diamati. Observasi digunakan untuk melihat dan mengamati secara langsung keadaan di lapangan agar peneliti memperoleh gambaran yang lebih luas tentang permasalahan yang diteliti. Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung terhadap subjek di mana sehari-hari mereka berada dan biasa melakukan aktivitasnya dan observasi adalah hal yang paling utama dalam penelitian kualitatif. Observasi dilakukan untuk melihat keadaan atau situasi dari masalah yang diamati. Seperti yang dikemukakan Marshall (dalam Sugiyono, 2010, hlm. 310) bahwa ‘melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut’.


(18)

Hadian Jayadilaga , 2015

PENGAJARAN TOILETTRAINING PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam penelitian. Dalam penelitian kualitatif, observasi adalah pengamatan langsung pada natural setting bukan setting yang sudah direkayasa

Dalam penelitian ini, peneliti mengamati dan mencatat secara langsung dan teliti kondisi objektif kemampuan toilet training siswa, bagaiama guru mengajarkan toilet training pada siswa tunagrahita ringan, hambatan yang dialami oleh guru selama mengajarkan toilet training pada siswa tunagrahita ringan, bagaimana peran orang tua terhadap pengajaran toilet training pada siswa tunagrahita ringan dan bagaimana program pengajaran toilet training pada siswa tunagrahita ringan.

c. Studi Dokumen

Studi dokumen dalam penelitian ini bermaksud menelaah dokumen-dokumen yang telah ada. Pada penelitian ini, asesmen dan RPP atau rencana pelaksanaan pembelajaran yang guru siapkan dalam pengajaran toilet training pada siswa tunagrahita ringan serta foto-foto guru dalam mengajarkan toilet training pada siswa tunagrahita ringan di SPLB-C YPLB Cipaganti..

2. Instrumen Penelitian

Penelitian ini, peneliti menggunakan alat-alat bantu untuk mengumpulkan data seperti kamera, voice recorder dan catatan lapangan. Kamera digunakan untuk mengambil gambar dan merekam segala sesuatu yang terjadi di lapangan. Voice recorder digunakan untuk merekam proses berlangsungnya wawancara, sedangkan catatan lapangan digunakan untuk mencatata segala bentuk informasi yang bersangkutan dengan penelitian.

Pada instrumen penelitian, peneliti menggunakan pedoman wawancara dan pedoman observasi yang dapat dilihat dilampiran. Adapun kisi-kisi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(19)

27

Hadian Jayadilaga , 2015

PENGAJARAN TOILETTRAINING PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(20)

Hadian Jayadilaga , 2015

PENGAJARAN TOILETTRAINING PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Pelaksanaan Penagajaran Toilet Training Pada Siswa Tunagrahita Ringan di SPLB-C YPLB Cpaganti

No. Pertanyaan

penelitian Aspek yang diungkap Informan

Teknik pengumpulan data 1. Bagaimana

perencanaan pengajaran toilet training pada siswa tunagrahita ringan di SPLB-C YPLB Cipaganti?

a. Persiapan pelaksanaan pengajaran toilet training

 Guru  Wawancara

 Observasi  Dokumentasi

2. Bagaimana pelaksanaan pengajaran toilet training pada siswa tunagrahita ringan di SPLB-C YPLB Cipaganti?

a. Tahap awal melakukan pengajaran toilet training pada siswa tunagrahita ringan b. Tahap inti pengajaran

toilet training pada siswa tunagrahita ringan

c. Tahap akhir pengajaran toilet training pada siswa tunagrahita ringan

 Guru  Wawancara

 Observasi  Dokumentasi

3. Hambatan yang dialami guru selama proses

a. Kemampuan motorik siswa

b. Kesiapan siswa dalam

 Guru  Wawancara


(21)

29

Hadian Jayadilaga , 2015

PENGAJARAN TOILETTRAINING PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. Pertanyaan

penelitian Aspek yang diungkap Informan

Teknik pengumpulan data pengajaran toilet

training pada siswa tunagrahita ringan di SPLB-C YPLB Cipaganti?

mengitui proses pembelajaran toilet training

c. Motivasi siswa dalam proses pembelajaran

toilet training

d. Sarana dan prasaran yang mendukung dalam proses pengajaran toilet training

4. Bagaimana upaya guru dalam pengajaran toilet training pada siswa tunagrahita ringan di SPLB-C YPLB Cipaganti?

a. Upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi masalah dalam proses pelaksanaan

pengajaran toilet training pada siswa tunagrahita ringan di SPLB-C YPLB Cipaganti

b. Upaya melakukan kerjasama dengan orang tua dalam pengajaran toilet training pada siswa tunagrahita ringan di SPLB-C YPLB

 Guru  Wawancara

 Observasi


(22)

Hadian Jayadilaga , 2015

PENGAJARAN TOILETTRAINING PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Analisis data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari wawancara, observasi, dan pengamatan dengan cara mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga mudah untuk dipahami. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan selesai di lapangan. Hal ini sejalan dengan pendapat Nasution (dalam Sugiono, 2013, hlm. 336) bahwa: ‘analisis telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah sebelum terjun ke lapangan dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian’.

Secara rinci analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Reduksi Data (Data Reduction)

Pada tahap ini, penulis memilih mencatat secara teliti dan rinci. Seperti yang dikemukakan Sugiyono (2010, hlm. 338) bahwa ‘mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu’. Dengan kata lain, reduksi data ini yaitu suatu bentuk analisis data dengan cara membuang yang tidak perlu dari isi data, merinci, menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, yang kemudian disusun atau dilakukan pengkodean dengan menggunakan analisis konten dan diorganisasi dengan cara sedemikian rupa dengan menggunakan analisis domain berdasarkan kategori-kategori yang ditemukan sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

Setelah itu kemudian dilakukan analisis komparatif dengan melakukan pengecekan silang antara keempat data yang setiap sumber datanya disilangkan atau dicrosschek dengan sumber data lainnya sehingga validitas data yang ada dapat dipertanggungjawabkan karena data akhir yang didapat merupakan hasil dari perbandingan berbagai sumber data yang ada. Sugiyono (2010, hlm. 339) mengemukakan bahwa ‘dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai’. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada penemuan. Oleh karena itu, kalau peneliti dalam melakukan penelitian, menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki


(23)

31

Hadian Jayadilaga , 2015

PENGAJARAN TOILETTRAINING PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pola, justru itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data.

b. Penyajian Data (Display Data)

Setelah melakukan reduksi data, tahap selanjutnya yaitu penyajian data. Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Melalui data yang disajikan, peneliti akan melihat dan memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan, menganalisis atau mengambil tindakan atas pemahaman yang didapat dari penyajian data yang diperoleh. Pada tahap ini, peneliti menyusun kembali data berdasarkan klasifikasi kemudian dipisahkan dalam sebuah tabel.

c. Kesimpulan dan Verifikasi (Conclusion Drawing/Verification)

Langkah ke tiga dari aktivitas analisis adalah kesimpulan dan verifikasi. Menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2010, hlm. 246) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Menarik kesimpulan dan verifikasi dilakukan diakhir di mana sebelum menarik kesimpulan dan verifikasi, peneliti sejak awal pengumpulan data mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi.

Berdasarkan dari penggumpulan data tersebut didapat kesimpulan-kesimpulan awal yang masih bersifat sementara yang kemudian menjadi lebih rinci dan menjadi kuat dengan adanya dukungan data-data atau bukti-bukti yang valid, mantap dan kuat yang mendukung dari data tersebut. Setelah itu, kesimpulan tersebut diverifikasi selama penelitian berlangsung sehingga makna-makna yang muncul dari data diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya yakni sebagai validitas dari data itu sendiri, sehingga dapat dijadikan kesimpulan yang kredibel. Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010, hlm. 345) bahwa ‘kesimpulan awal yang di kemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya’. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti


(24)

Hadian Jayadilaga , 2015

PENGAJARAN TOILETTRAINING PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

2. Pengujian keabsahan

Pengujian keabsahan data sangat diperlukan untuk menilai kesahihan data-data yang diperoleh melalui proses pengumpulan data-data. Moleong (2010, hlm. 324) menjelaskan bahwa untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan, keteralihan, kebergantungan, dan kepastian. Masing-masing kriteria tersebut menggunakan teknik pemeriksaan sendiri-sendiri.

Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Pengujian kredibilitas data menggunakan triangulasi sumber. Menurut Patton (dalam Moleong, 2010, hlm. 330): ‘triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda’.

Hal ini menurut Moleong (2010, hlm 331) dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara;

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi;

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu;

4. Membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang;

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Penelitian ini data yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan studi dokumen akan direduksi, yaitu dengan menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan diorganisasi. Langkah selanjutnya yaitu melakukan crosscheck atau cek silang diantara ketiga data tersebut. Setiap sumber data dicek silang dengan dua sumber data lainnya, sehingga dengan


(25)

33

Hadian Jayadilaga , 2015

PENGAJARAN TOILETTRAINING PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

demikian validitas data yang ada dapat dipertanggungjawabkan. Data akhir yang didapat adalah hasil perbandingan dari berbagai sumber data yang ada.

E.Isu Etik

Model penelitian ini tidak akan memberikan efek negatif pada subyek penelitian karena dalam penelitian ini, peneliti hanya melihat bagaimana dan langkah-langkah apa saja yang dilakukan oleh guru dalam mengajarkan toilet training pada siswa tunagrahita ringan. Peneliti tidak melakukan treatment dan tidak melakukan kontak langsung dengan subyek penelitian.


(26)

Hadian Jayadilaga , 2015

PENGAJARAN TOILETTRAINING PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan dari hasil penelitain yang telah penulis lakukan mengenai pengajaran toilet training pada siswa tunagrahita ringan di SPLB-C YPLB Cipaganti diperoleh hasil bahwa masih terdapat salah satu siswa di kelas VI SDLBC yang belum menguasai toilet training dengan baik. Siswa tersebut belum mampu untuk melakukan buang air kecil dan buang air besar dengan benar. Maka dari itu guru merancang program pengajaran toilet training yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan siswa. Sebelum menyusun program, terlebih dahulu guru melakukan asesmen terhadap siswa. Setelah diperoleh hasil asesmen, kemudian guru merancang program pelaksanaan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa.

Pelaksanaan pengajaran toilet training dimulai dengan menyipakan media yang akan digunakan dalam mengajarkan toilet training berupa gambar-gambar, mengenalkan alat–alat yang ada di kamar mandi. Metode yang digunakan adalah metode modelling di mana guru memberikan contoh toilet training kepada siswa dan kemudian siswa mempraktekan langsung materi yang diajarkan guru dengan dibimbing oleh guru. Adapun materi yang diberikan oleh guru berupa praktek langsung mengenai langkah-langkah buang air besar atau buang air kecil, praktek tersebut dimulai dari bagaimana melepas dan memakai ikat pinggang, membuka dan memasang kaos kaki, membuka dan memakai celana, mebuka dan memakai sepatu, menggunakan kamar mandi, buang air besar dan buang kecil, cebok, menyiram kloset setelah buang air besar dan buang air kecil, membersihkan kamar mandi dan merapikan diri setelah buang air besar atau buang air kecil. Bentuk evalusinya yaitu melalui observasi yang dilakukan guru terhadap perkembangan siswa ketika sudah diberikan pengajaran toilet training sebelumnya.

Hambatan yang dialami oleh guru dan dirasa cukup berat dalam mengajarkan

toilet training pada siswa tunagrahita ringan antara lain adalah pada motorik siswa. Selain itu, siswa tidak mampu mengungkapkan keinginan untuk buang air


(27)

44

Hadian Jayadilaga , 2015

PENGAJARAN TOILETTRAINING PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

besar atau buang air kecil dan mengungkapkan ketika siswa sudah buang air besar dan buang air kecil di celana.

Selain itu, upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengatasi hambatan motorik yang dimiliki oleh siswa adalah dengan cara melatih siswa untuk menyobek tisu, membuka dan menutup keran, melepas dan memakai ikat pinggang, membuka dan memasang kaos kaki, membuka dan memakai celana, mebuka dan memakai sepatu. Upaya lainnya yaitu dengan melakukan komunikasi dengan orang tua di setiap akhir pembelajaran agar orang tua menjalankan kembali program yang diberikan oleh guru ketika siswa sedang di rumah.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang akan diberikan adalah :

1. Bagi sekolah

Diharapkan agar lebih meningkatkan kembali pelaksanaan program pengajaran

toilet training yang disesuaikan dengan kemampuan siswa. 2. Bagi guru

Guru diharapkan lebih menganalisis kelemahan setiap siswanya, sehingga dapat melakukan antisipasi akan hambatan yang dialami mengenai kemampuan siswa dalam toilet training. Guru harus lebih mengaplikasikan program yang telah dibuat dan disusun agar pengajaran toilet training dapat berjalan dengan optimal. Selain itu, harus adanya kerjasama antara guru dan orang tua sehingga orang tua lebih mengerti bagaimana melatih kemampuan toilet training pada siswa tunagrahita ringan.

3. Bagi orang tua

Orang tua adalah orang pertama yang harus paling memahami anaknya mengenai pengajaran toilet training selain guru karena sebenarnya pengajaran toilet training

lebih diutamakan untuk orang tua karena orang tualah lebih lama bersama siswa ketika di luar sekolah. Selain itu, orang tua harus senantiasa mendukung dan melaksanakan kembali program pengajaran toilet training yang sudah disusun oleh guru agar hasil yang didapat menjadi optimal.


(28)

Hadian Jayadilaga , 2015

PENGAJARAN TOILETTRAINING PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pelakasanaan pengaaran toilet training pada siswa tunagrahita ringan di lingkungan yang berbeda dan menggunakan metode penelitian yang telah dipelajari sebelumnya.


(29)

Hadian Jayadilaga , 2015

PENGAJARAN TOILETTRAINING PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku dan Artikel Jurnal

Amin.M.(1995). Orthopedagogik Anak Tunagrahita. Depdikbud Dikti, Proyek Pendidikan Tenaga Guru, Jakarta

Aprilyanti, Eka. 2008. Keberhasilan Orang Tua dalam Penerapan Toilet Training pada Anak Usia 4-5 tahun. Thesis. Universitas Muhammadiyah Malang, tidak diterbitkan

Astati.(2011). Bina Diri Untuk Anak Tunagrahita,Edisi kedua.Bandung:Amanah Offset.

Delphie,B(1995). Orthopedagogik Tunagrahita. Bandung: Jurusan Pendidikan Luar Biasa

Delphie,B(1996). Sebab – Sebab Keterbelakangan Mental. Bandung: Mitra Grafika

Greenspan, Stanley, et al. (2006). The Child With Special Needs. Jakarta: Yayasan Ayo Main.

Hallahan, D. P. & Kauffman, J. M. (1988). Exceptional Children. Virginia: Prentice hall International, Inc

Hidayat, Aziz. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika

Mariana Asri. 2013. Toilet Training Pada Anak Down Syndrom. Skripsi Pada Jurusan Psikologi Universitas Negeri Semarang, tidak diterbitkan

Moelong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya


(30)

Hadian Jayadilaga , 2015

PENGAJARAN TOILETTRAINING PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Peningkatan Tenaga Akademis. Jakarta.

Santrock, J.W. (2007). Perkembangan Anak Edisi Sebelas.jakarta: Erlangga Soemantri,S (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama. Sudrajat dan Rosida. (2013). Pendidikan Bina Diri Bagi Anak Berkebutuhan

Khusus. Jakarta: Luxima

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitiatif, dan R&D). Bandung : Alfabeta

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan. (2007). Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT Imtina.

Universitas Pendidikan Indonesia.(2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Departemen Pendidikan Nasional Universitas Pendidikan Indonesia

Wardani, IG.A.K. et al. (2007). Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Universitas Terbuka

2. Internet

Alimin, Z. (2008). Hambatan Belajar dan Hambatan Perkembangan Pada Anak-Anak Tunagrahita. (Online). Tersedia di: http://z-alimin.blogspot.com/2008/04/hambatan-belajar-dan-hambatan.html [16 Maret 2015]


(1)

Hadian Jayadilaga , 2015

PENGAJARAN TOILETTRAINING PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

demikian validitas data yang ada dapat dipertanggungjawabkan. Data akhir yang didapat adalah hasil perbandingan dari berbagai sumber data yang ada.

E.Isu Etik

Model penelitian ini tidak akan memberikan efek negatif pada subyek penelitian karena dalam penelitian ini, peneliti hanya melihat bagaimana dan langkah-langkah apa saja yang dilakukan oleh guru dalam mengajarkan toilet training pada siswa tunagrahita ringan. Peneliti tidak melakukan treatment dan tidak melakukan kontak langsung dengan subyek penelitian.


(2)

43

Hadian Jayadilaga , 2015

PENGAJARAN TOILETTRAINING PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan dari hasil penelitain yang telah penulis lakukan mengenai pengajaran toilet training pada siswa tunagrahita ringan di SPLB-C YPLB Cipaganti diperoleh hasil bahwa masih terdapat salah satu siswa di kelas VI SDLBC yang belum menguasai toilet training dengan baik. Siswa tersebut belum mampu untuk melakukan buang air kecil dan buang air besar dengan benar. Maka dari itu guru merancang program pengajaran toilet training yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan siswa. Sebelum menyusun program, terlebih dahulu guru melakukan asesmen terhadap siswa. Setelah diperoleh hasil asesmen, kemudian guru merancang program pelaksanaan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa.

Pelaksanaan pengajaran toilet training dimulai dengan menyipakan media yang akan digunakan dalam mengajarkan toilet training berupa gambar-gambar, mengenalkan alat–alat yang ada di kamar mandi. Metode yang digunakan adalah metode modelling di mana guru memberikan contoh toilet training kepada siswa dan kemudian siswa mempraktekan langsung materi yang diajarkan guru dengan dibimbing oleh guru. Adapun materi yang diberikan oleh guru berupa praktek langsung mengenai langkah-langkah buang air besar atau buang air kecil, praktek tersebut dimulai dari bagaimana melepas dan memakai ikat pinggang, membuka dan memasang kaos kaki, membuka dan memakai celana, mebuka dan memakai sepatu, menggunakan kamar mandi, buang air besar dan buang kecil, cebok, menyiram kloset setelah buang air besar dan buang air kecil, membersihkan kamar mandi dan merapikan diri setelah buang air besar atau buang air kecil. Bentuk evalusinya yaitu melalui observasi yang dilakukan guru terhadap perkembangan siswa ketika sudah diberikan pengajaran toilet training sebelumnya.

Hambatan yang dialami oleh guru dan dirasa cukup berat dalam mengajarkan toilet training pada siswa tunagrahita ringan antara lain adalah pada motorik siswa. Selain itu, siswa tidak mampu mengungkapkan keinginan untuk buang air


(3)

Hadian Jayadilaga , 2015

PENGAJARAN TOILETTRAINING PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

besar atau buang air kecil dan mengungkapkan ketika siswa sudah buang air besar dan buang air kecil di celana.

Selain itu, upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengatasi hambatan motorik yang dimiliki oleh siswa adalah dengan cara melatih siswa untuk menyobek tisu, membuka dan menutup keran, melepas dan memakai ikat pinggang, membuka dan memasang kaos kaki, membuka dan memakai celana, mebuka dan memakai sepatu. Upaya lainnya yaitu dengan melakukan komunikasi dengan orang tua di setiap akhir pembelajaran agar orang tua menjalankan kembali program yang diberikan oleh guru ketika siswa sedang di rumah.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang akan diberikan adalah :

1. Bagi sekolah

Diharapkan agar lebih meningkatkan kembali pelaksanaan program pengajaran toilet training yang disesuaikan dengan kemampuan siswa.

2. Bagi guru

Guru diharapkan lebih menganalisis kelemahan setiap siswanya, sehingga dapat melakukan antisipasi akan hambatan yang dialami mengenai kemampuan siswa dalam toilet training. Guru harus lebih mengaplikasikan program yang telah dibuat dan disusun agar pengajaran toilet training dapat berjalan dengan optimal. Selain itu, harus adanya kerjasama antara guru dan orang tua sehingga orang tua lebih mengerti bagaimana melatih kemampuan toilet training pada siswa tunagrahita ringan.

3. Bagi orang tua

Orang tua adalah orang pertama yang harus paling memahami anaknya mengenai pengajaran toilet training selain guru karena sebenarnya pengajaran toilet training lebih diutamakan untuk orang tua karena orang tualah lebih lama bersama siswa ketika di luar sekolah. Selain itu, orang tua harus senantiasa mendukung dan melaksanakan kembali program pengajaran toilet training yang sudah disusun oleh guru agar hasil yang didapat menjadi optimal.


(4)

45

Hadian Jayadilaga , 2015

PENGAJARAN TOILETTRAINING PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pelakasanaan pengaaran toilet training pada siswa tunagrahita ringan di lingkungan yang berbeda dan menggunakan metode penelitian yang telah dipelajari sebelumnya.


(5)

Hadian Jayadilaga , 2015

PENGAJARAN TOILETTRAINING PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Buku dan Artikel Jurnal

Amin.M.(1995). Orthopedagogik Anak Tunagrahita. Depdikbud Dikti, Proyek Pendidikan Tenaga Guru, Jakarta

Aprilyanti, Eka. 2008. Keberhasilan Orang Tua dalam Penerapan Toilet Training pada Anak Usia 4-5 tahun. Thesis. Universitas Muhammadiyah Malang, tidak diterbitkan

Astati.(2011). Bina Diri Untuk Anak Tunagrahita,Edisi kedua.Bandung:Amanah Offset.

Delphie,B(1995). Orthopedagogik Tunagrahita. Bandung: Jurusan Pendidikan Luar Biasa

Delphie,B(1996). Sebab – Sebab Keterbelakangan Mental. Bandung: Mitra Grafika

Greenspan, Stanley, et al. (2006). The Child With Special Needs. Jakarta: Yayasan Ayo Main.

Hallahan, D. P. & Kauffman, J. M. (1988). Exceptional Children. Virginia: Prentice hall International, Inc

Hidayat, Aziz. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika

Mariana Asri. 2013. Toilet Training Pada Anak Down Syndrom. Skripsi Pada Jurusan Psikologi Universitas Negeri Semarang, tidak diterbitkan

Moelong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya


(6)

Hadian Jayadilaga , 2015

PENGAJARAN TOILETTRAINING PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rochyadi. E, dan Alimin. Z. (2003). Pengembangan Program Pembelajaran Individual Bagi Anak Tunagrahita. DEPDIKNAS. Dirjen Dikti. Proyek Peningkatan Tenaga Akademis. Jakarta.

Santrock, J.W. (2007). Perkembangan Anak Edisi Sebelas.jakarta: Erlangga Soemantri,S (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama. Sudrajat dan Rosida. (2013). Pendidikan Bina Diri Bagi Anak Berkebutuhan

Khusus. Jakarta: Luxima

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitiatif, dan R&D). Bandung : Alfabeta

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan. (2007). Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT Imtina.

Universitas Pendidikan Indonesia.(2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Departemen Pendidikan Nasional Universitas Pendidikan Indonesia

Wardani, IG.A.K. et al. (2007). Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Universitas Terbuka

2. Internet

Alimin, Z. (2008). Hambatan Belajar dan Hambatan Perkembangan Pada

Anak-Anak Tunagrahita. (Online). Tersedia di:

http://z-alimin.blogspot.com/2008/04/hambatan-belajar-dan-hambatan.html [16 Maret 2015]