PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN PEMBERIAN UMPAN BALIK DALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA : Studi Eksperimen Terhadap Keterampilan Sosial Siswa SMP Negeri 1 Palasah Kabupaten Majalengka.

(1)

Kabupaten Majalengka) TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Olahraga

Oleh :

ANDI KURNIAWAN PRATAMA 1200956

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERISTAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN PEMBERIAN UMPAN BALIK DALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHADAP

PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

(Studi Eksperimen Terhadap Keterampilan Sosial Siswa SMP Negeri 1 Palasah Kabupaten Majalengka)

Oleh :

ANDI KURNIAWAN PRATAMA 1200956

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Prodi Pendidikan Olahraga Sekolah Pascasarjana

© Andi Kurniawan Pratama 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN PEMBERIAN UMPAN BALIK DALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHADAP PENINGKATAN

KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing: Pembimbing I

Dr. Hj. Tite Juliantine, M.Pd NIP. 196807071992032001

Pembimbing II

Prof. Dr. JS Husdarta, M. Pd NIP.

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Olahraga

Dr. Yudy Hendrayana, M.Kes, AIFO NIP. 196207181988031004


(4)

Andi Kurniawan Pratama, 2015

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN D AN PEMBERIAN UMPAN BALIK D ALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHAD AP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

i ABSTRAK

ANDI KURNIAWAN PRATAMA. Pengaruh Model Pembelajaran Dan Pemberian Umpan Balik Dalam Pembelajaran Penjas Terhadap Peningkatan Keterampilan Sosial Siswa. Tesis. Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. 2015.

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan keterampilan sosial antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran langsung baik pada siswa yang diberikan umpan balik poistif maupun negatif serta melihat interaksi antara model pembelajaran dengan pemberian umpan balik terhadap keterampilan sosial siswa. Penelitian ini menggunakan metode true eksperiment dengan desain factorial

design. Populasi penelitian siswa kelas VII SMPN 1 Palasah Kabupaten

Majalengka terbagi ke dalam 8 kelas, sampelnya kelas B, D, F dan H diambil menggunakan cluster random sampling. Teknik analisis data menggunakan teknik

Two Way Anova pada taraf signifikansi α = 0,05. Hasil penelitian menunjukan 1) terdapat perbedaan peningkatan keterampilan sosial antara model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran langsung, sig (0.000) < α

(0,05); 2) terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan pemberian umpan balik terhadap keterampilan sosial siswa, sig (0.000) < α (0,05); 3) terdapat perbedaan peningkatan keterampilan sosial antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran langsung pada siswa yang disertai

pemberian umpan balik positif, sig (0.000) < α (0,05); dan 4) tidak terdapat peningkatan perbedaan keterampilan sosial antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran langsung pada siswa yang disertai pemberian umpan balik negatif, sig (0.654) > α (0,05).


(5)

Andi Kurniawan Pratama, 2015

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN D AN PEMBERIAN UMPAN BALIK D ALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHAD AP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

ii ABSTRACT

ANDI KURNIAWAN PRATAMA. The Influence Model of Learning and Providing Feedback To student’s social skills Improvement in Physical Education Learning. Thesis. Bandung: The postgraduate of Education University of Indonesia. 2015.

The purpose of this study was to determine is there are differences of the social skills between STAD cooperative learning model and learning model directly given poistif or negative feedback to students and the interaction between learning model and providing feedback to the student’s social skills. This study uses a true experiment with a factorial design. The population in this study were students of class VII SMPN 1 Palasah Majalengka district is divided into 8 classes, the sample is a class B, D, F and H were taken using cluster random sampling. Data were analyzed using Two Way Anova techniques and independent sample t-test at significance level α = 0.05. The results showed 1) there is a difference of social skills between STAD cooperative learning model and learning model directly, sig (0.000) < α (0.05); 2) there is an interaction between the model of learning and providing feedback on students' social skills, sig (0.000) < α (0.05); 3) there is a difference of social skills between STAD cooperative learning model and learning model directly and providing positive feedback to students, sig (0.000) < α (0.05); and 4) there is no difference of the social skills between STAD cooperative learning model and learning model directly and providing negative feedback to students, sig (0.654)> α (0.05).


(6)

v

Andi Kurniawan Pratama, 2015

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN D AN PEMBERIAN UMPAN BALIK D ALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHAD AP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 11

C. Rumusan Masalah... 11

D. Tujuan Penelitian... 12

E. Manfaat Penelitian ... 12

F. Sistematika Organisasi Tesis ... 13

BAB II TINJAUAN TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS... 14

A. Tinjauan Teoritis ... 14

1. Keterampilan Sosial ... 14

2. Model Pembelajaran... 20

3. Model Pembelajaran Kooperatif ... 24

4. Model Pembelajaran Langsung ... 33

5. Umpan Balik ... 36


(7)

vi

Andi Kurniawan Pratama, 2015

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN D AN PEMBERIAN UMPAN BALIK D ALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHAD AP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 48

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian... 48

1. Lokasi Penelitian ... 48

2. Populasi Penelitian ... 48

3. Sampel Penelitian ... 48

B. Desain Penelitian ... 49

C. Metode Penelitian ... 51

D. Definisi Operasional ... 52

E. Instrumen Penelitian ... 54

F. Proses Pengembangan Instrumen Penelitian... 56

G. Teknik Pengumpulan Data ... 59

H. Analisis Data ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 64

A. Hasil Penelitian... 64

1. Hasil Penghitungan Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku... 64

2. Hasil Penghitumgan Uji Normalitas ... 65

3. Hasil Penghitungan Uji Homogenitas ... 66

4. Pengujian Hipotesis... 67

B. Pembahasan Hasil Penelitian... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 77

A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 77


(8)

vii

Andi Kurniawan Pratama, 2015

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN D AN PEMBERIAN UMPAN BALIK D ALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHAD AP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

LAMPIRAN-LAMPIRAN... 83 RIWAYAT HIDUP ... 226


(9)

viii

Andi Kurniawan Pratama, 2015

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN D AN PEMBERIAN UMPAN BALIK D ALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHAD AP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

3.1. Sampel Kelompok Penelitian ... 49

3.2. Analisis Ancaman Validitas Internal Factorial With Randomization... 51

3.3. Kisi-kisi Angket Keterampilan Sosial Sebelum Uji Coba ... 55

3.4. Skor Alternatif Jawaban ... 55

3.5. Hasil Uji Validitas ... 56

3.6. Kisi-kisi Angket Keterampilan Sosial Setelah Uji Coba ... 58

3.7. Program Pembelajaran ... 60

3.8. Program Umpan Balik... 60

4.1. Hasil Penghitungan Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku... 64

4.2. Hasil Penghitungan Uji Normalitas... 65

4.3. Hasil Penghitungan Uji Homogenitas ... 66

4.4. Hasil Penghitungan dengan Menggunakan Uji Two Way Anova Pada Seluruh Kelompok... 68

4.5. Analisis Uji Two Way Anova Interaksi antara Model Pembelajaran dengan Umpan Balik ... 68

4.6. Hasil Penghitungan dengan Menggunakan Uji Ancova Pada Kelompok Model Pembelajaran dengan Pemberian Umpan Balik Positif ... 69

4.7. Hasil Penghitungan dengan Menggunakan Uji Ancova Pada Kelompok Model Pembelajaran dengan Pemberian Umpan Balik Negatif... 70


(10)

ix

Andi Kurniawan Pratama, 2015

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN D AN PEMBERIAN UMPAN BALIK D ALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHAD AP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1. Factorial Design ... 49 3.2. Desain Faktorial 2x2 ... 50


(11)

x

Andi Kurniawan Pratama, 2015

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN D AN PEMBERIAN UMPAN BALIK D ALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHAD AP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Lampiran Halaman

1. Instrumen Penelitian (Angket) ... 83

2. Skenario Pembelajaran ... 91

3. Data Mentah Angket ... 209

4. Penghitungan Statistika ... 217

5. Tabel Korelasi r Pearson ... 221

6. Surat Izin Observasi ... 222


(12)

Andi Kurniawan Pratama, 2015

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN D AN PEMBERIAN UMPAN BALIK D ALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHAD AP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Tidak dipungkiri lagi manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia membutuhkan orang lain dalam proses hidupnya dengan cara saling berinteraksi satu sama lainnya yang diharapkan akan terjadinya hubungan yang harmonis antara individu dengan lingkungannya. Dengan kultur Indonesia yang beragam macam suku bangsa dan bahasa, maka bhineka tunggal ika harus selalu ditegakkan. Akan tetapi pada kenyataanya sering kali terjadi tindakan-tindakan negatif, banyak berita-berita di media masa maupun elektronik menuturkan kejadian-kejadian tindak kekerasan, konflik antar kelompok, bahkan pembunuhan. Kejadian-kejadian tersebut sangat memprihatinkan, karena tidak sedikit pula yang dilakukan oleh pelajar seperti terjadinya tawuran antar pelajar yang terjadi di Indonesia. Dunia pendidikan yang seharusnya menjadi cikal bakal terbentuknya pribadi yang mempunyai intelegensi tinggi disamping dengan keterampilan sosialnya, seakan-akan belum mampu untuk membendung masalah-masalah yang timbul terkait dengan masalah sosial yang terjadi di Indonesia. Data akhir tahun yang dihimpun Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) menunjukan angka memprihatinkan. Sebanyak 82 pelajar tewas sepanjang 2012. Komnas PA mencatat 147 kasus tawuran. Dari 147 kasus tersebut, sudah memakan korban jiwa sebanyak 82 anak.

Lebih lanjut menurut data yang dirilis oleh Tv One (2012) menyebutkan mengenai masalah sosial sebagai berikut:

Tawuran pelajar sekolah menjadi potret buram dalam dunia pendidikan Indonesia. Pada 2010, setidaknya terjadi 128 kasus tawuran antar pelajar. Angka itu melonjak tajam lebih dari 100% pada 2011, yakni 330 kasus tawuran yang menewaskan 82 pelajar. Pada Januari-Juni 2012, telah terjadi 139 tawuran yang menewaskan 12 pelajar.

Menurut Data Indonesia Police Watch mengungkapkan bahwa setiap tahun lebih dari 60 orang tewas karena ulah geng motor. Apabila diperhatikan


(13)

Andi Kurniawan Pratama, 2015

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN D AN PEMBERIAN UMPAN BALIK D ALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHAD AP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

lebih lanjut, anggota geng motor tersebut nota bene merupakan remaja-remaja yang berusia 15-18 tahun. Apabila hal ini tidak segera diatasi, dikhawatirkan kecenderungan perilaku pelajar akan bertambah buruk. Kekerasan yang sekarang ini marak terjadi di Indonesia banyak dilakukan oleh anak-anak muda atau remaja yang muncul dalam bentuk tawuran, pemerkosaan, pemerasan, penyiksaan, bahkan pembunuhan sudah sangat memprihatinkan. Selain itu adanya fenomena pemalakan uang yang dilakukan oleh siswa yang lebih senior ke siswa junior yang mengakibatkan kerugian dari siswa junior. Adanya fenomena siswa yang kabur pada saat jam sekolah yang akan berdampak kerugian bagi dirinya sendiri. Semua itu merupakan realita kehidupan di sekolah ataupun yang terjadi di masyarakat, yang apabila tidak segera dicarikan jalan keluarnya bisa mengakibatkan kehancuran moral bangsa.

Banyaknya perilaku menyimpang yang dilakukan oleh pelajar disebabkan salah satunya karena rendahnya keterampilan sosial seperti kurangnya pengendalian diri, sehingga perilaku yang dilakukan akan berakibat buruk terhadap dirinya sendiri maupun kepada orang lain dan lingkungannya. Keterampilan sosial diartikan sebagai kemampuan bertinteraksi dengan orang lain melalui cara-cara yang dapat diterima atau dinilai dalam konteks sosial, interaksi ini bersifat menguntungkan bagi individu maupun orang lain dan lingkungan sekitarnya. Kosasih (2008, hlm. 26, dalam Nurlaeli 2012, hlm. 47) mengungkapkan mengenai fungsi keterampilan sosial salah satunya ialah sebagai sarana untuk memperoleh hubungan yang baik dalam berinteraksi dengan orang lain.

Keterampilan sosial bisa ditanamkan dan dibentuk sejak dini, salah satu caranya adalah dengan berolahraga. Howie et all,. (2009) dalam penelitiannya membandingkan anak-anak yang berpartisipasi dalam kegiatan olahraga memiliki keterampilan sosial yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak yang tidak berpartisipasi atau tidak mengikuti kegiatan di luar sekolah. Dari penelitian tersebut memberikan kesimpulan bahwa dengan mengikuti kegiatan olahraga maka seseorang akan lebih banyak berinteraksi dengan berbagai orang sehingga


(14)

3

Andi Kurniawan Pratama, 2015

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN D AN PEMBERIAN UMPAN BALIK D ALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHAD AP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

akan berdampak pada perkembangan keterampilan sosialnya. Selanjutnya Samanci (2010) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa siswa yang memiliki keterampilan sosialnya rendah terlihat dari perilakunya seperti kurang percaya diri, gagal dalam bersekolah, pemalu dan berperilaku keras, satu alasan yang mendasar terhadap timbulnya perilaku negatif dan kegagalan adalah kurangnya integrasi dalam kelompok sosial. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Samanci (2010) tersebut menggambarkan bahwa ketika seorang siswa mempunyai keterampilan sosial yang rendah menandakan dalam dirinya rasa kurang percaya diri, pemalu, berperilaku keras yang berarti kurangnya pengendalian emosi. Hal ini bisa kita jumpai pada saat mengajar di sekolah oleh guru, ketika guru memberikan pertanyaan apakah ada yang ingin ditanyakan maka kebanyakan siswa hanya diam, malu untuk bertanya. Hal lain yang sering kita jumpai ialah sikap saling ejek antar siswa yang tidak menutup kemungkinan akan berujung pada tindakan perkelahian. Beberapa kejadian tersebut merupakan permasalahan yang harus kita carikan jalan keluarnya, sehingga generasi muda yang kita bina sekarang diharapkan mampu mempunyai keterampilan sosial yang tinggi dan mampu bersaing dalam era globlalisasi.

Ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah Indonesia, khususnya yang bergerak dibidang pendidikan sebagai salah satu wahana untuk mengembangkan keterampilan sosial melalui pendidikan di sekolah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UUSPN No. 20 tahun 2003, dalam Sagala, 2003, hlm. 3). Jadi pendidikan merupakan proses membentuk manusia seutuhnya sehingga mampu hidup mandiri dan mampu memposisikan dirinya dalam masyarakat serta lingkungannya tanpa menimbulkan kerugian bagi orang lain. Tujuan pendidikan ialah menciptakan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, mampu menjalin hubungan yang baik dengan lingkungan sekitarnya, mempunyai akhlak yang


(15)

Andi Kurniawan Pratama, 2015

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN D AN PEMBERIAN UMPAN BALIK D ALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHAD AP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

mulia, cerdas dan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dengan jalan yang wajar dan pantas. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-undang No.20 Tahun 2003 (dalam Haryanto, 2012) adalah sebagai berikut:

Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-undang No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Jadi tujuan dari pendidikan di Indonesia tidak hanya membentuk manusia yang cerdas, akan tetapi membentuk manusia yang mempunyai budi pekerti yang luhur, berkpribadian yang baik dan mempunyai rasa sosial yang tinggi. Oleh karena itu, sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan mempunyai peranan penting dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Sekolah melalui berbagai macam mata pelajaran, salah satunya mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan berusaha sepenuhnya untuk merealisasikan tujuan pendidikan tersebut.

Pendidikan jasmani merupakan proses interaksi belajar mengajar melalui pengembangan aspek jasmaniah untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran yang unik di sekolah karena menggunakan aktivitas gerak sebagai media untuk pembelajaran siswa. Pendidikan jasmani adalah suatu proses aktivitas jasmani yang dirancang dan disusun secara sistematis, untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan, meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani, kecerdasan dan pembentukan watak serta nilai dan sikap yang positif bagi setiap warga negara, dalam rangka mencapai tujuan pendidikan (Lutan, 2001, hlm. 18). Selanjutnya Giriwijoyo (2012, hlm. 78) mengungkapkan bahwa:

Pendidikan jasmani adalah kegiatan jasmani yang diselenggarakan untuk menjadi wahana bagi kegiatan pendidikan. Sedangkan olahraga dalam


(16)

5

Andi Kurniawan Pratama, 2015

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN D AN PEMBERIAN UMPAN BALIK D ALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHAD AP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

lingkup intrakurikuler adalah kegiatan jasmani sebagai alat pelatihan jasmani untuk memelihara/meningkatkan derajat sehat dinamis yang adekuat bagi siswa.

Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan total yang mencoba mencapai tujuan untuk mengembangkan kebugaran jasmani, mental, sosial, serta emosional bagi masyarakat, dengan wahana aktivitas pendidikan jasmani (Sukintaka, 2004, hlm. 17). Tujuan pendidikan jasmani bukan hanya mengembangkan aspek fisik (psikomotor) siswa saja, akan tetapi mengembangkan juga aspek psiko-sosial maupun aspek kognitif. Pendidikan jasmani yang didominasi oleh aktivitas fisik berupa pembelajaran gerak merupakan salah satu media untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh peserta didik seperti domain psikomotor, domain kognitif serta domain afektif. Secara lebih komprehensif Bucher (dalam Suherman, 2009, hlm. 7) mengungkapkan tujuan pendidikan jasmani sebagai berikut:

1. Perkembangan fisik. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas-aktivitas yang melibatkan kekuatan-kekuatan fisik dari beberapa organ tubuh seseorang (physical fitness).

2. Perkembangan gerak. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan gerak secara efektif, efisien, halus, indah, sempurna (skillful).

3. Perkembangan mental. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan berfikir dan menginterpretasikan keseluruhan pengetahuan tentang pendidikan jasmani ke dalam lingkungannya.

4. Perkembangan sosial. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri pada suatu kelompok atau masyarakat. Dari penjelasan tersebut jelaslah bahwa dalam pendidikan jasmani bukan hanya aspek psikomotor (fisik/gerak) semata, melainkan ada aspek lain yang juga merupakan tujuan pendidikan jasmani. Jadi jelaslah bahwa pendidikan jasmani mempunyai tujuan yang sangat mulia untuk mengembangkan diri manusia seutuhnya.

Namun pada kenyataannya mata pelajaran pendidikan jasmani kesehatan dan olahraga terkadang masih dipandang sebelah mata. Di Indonesia, mata


(17)

Andi Kurniawan Pratama, 2015

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN D AN PEMBERIAN UMPAN BALIK D ALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHAD AP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

pelajaran pendidikan jasmani masih dianggap tidak penting. Mata pelajaran ini sering disisihkan. Lebih merana lagi, waktu yang seharusnya digunakan untuk kepentingan belajar itu, diisi oleh kegiatan lainnya seperti rapat guru, piknik, atau keperluan lainnya (Lutan, dalam Juliantine, 2010, hlm. 12). Tidak jarang guru mata pelajaran lain mengomentari proses belajar mengajar penjas secara negatif. Misalnya seperti pernyataan bahwa mengajar penjas disekolah cukup memberikan bola sepak pada siswa sehingga siswa melakukan olahraga sendiri. Atau pun juga pernyataan seperti mengajar penjas itu gampang karena guru tidak usah susah payah membuat siswa pintar.

Komentar tersebut diberikan karena salah satunya guru mata pelajaran lain tidak mengetahui tantangan-tantangan guru penjas saat mengajar. Banyak para ahli mengatakan bahwa kegiatan mengajar adalah menantang. Sementara itu kegiatan mengajar penjas lebih menantang lagi. Dengan alasan sebagai berikut: keadaan siswa, isi pelajaran meliputi semua spektrum aktivitas, fasilitas dan alat seringkali di bawah standar kebutuhan, terkadang guru harus melatih diluar jam pelajaran, guru harus membina pramuka, guru harus memegang urusan kesiswaan (Suherman, 2009). Dari tantangan-tantangan tersebut yang paling sering dijumpai oleh guru penjas ialah minimnya sarana dan prasarana olahraga yang dimiliki oleh sekolah sehingga bagi guru yang kreatif sebisa mungkin memodifikasi alat yang akan dipakai dalam proses pembelajaran. Selain itu, melihat dari beberapa tantangan yang telah diungkapkan diketahui bahwa guru itu tidak fokus untuk mengajar dalam kegiatan intrkurikuler akan tetapi aktif dalam proses pembelajaran ekstrakurikuler seperti kegiatan pramuka, menjadi pembina osis ataupun menjadi pembina kegiatan ekstrakurikuler lainnya juga.

Pernyataan-pernyataan negatif yang telah diuraikan sebelumnya terhadap pendidikan jasmani, salah satu penyebabnya ialah kurang kondusifnya proses belajar mengajar. Karena dengan proses belajar mengajar yang kondusif maka akan mencerminkan mutu dari pembelajaran tersebut. Untuk mencapai mutu tersebut salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat. Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya


(18)

7

Andi Kurniawan Pratama, 2015

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN D AN PEMBERIAN UMPAN BALIK D ALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHAD AP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

rasa senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik (Aunurrahman, 2010, hlm 143). Jadi pemilihan model yang tepat akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar maupun proses pembelajaran yang telah ditetapkan oleh guru sebelumnya. Sehingga apabila model pembelajaran yang dipilih tidak tepat maka tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya tidak akan tercapai dengan baik.

Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah banyak sekali guru yang mengajarkan pendidikan jasmani tanpa mengetahui model apa yang mereka gunakan, apabila guru mengetahui tentang pembelajaran sebenarnya ada tujuh model pembelajaran pendidikan jasmani seperti yang dikemukan oleh Metzler (2000) yaitu:

1. Direct Instruction

2. Personalized System for Instruction (PSI)

3. Cooperative Learning

4. Sport Education

5. Peer Teaching

6. Inquiry Teaching

7. Tactical Games

Fenomena di lapangan, kebanyakan guru menerapkan model pembelajaran langsung yang sejatinya model pembelajaran langsung berpusat pada guru sehingga siswa melakukan berbagai tugas gerak yang disuruh oleh gurunya. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Metzler (2000) bahwa “Teacher as instructional leader”, yang artinya guru merupakan pemegang pimpinan instruksi. Jadi dalam model pembelajaran langsung guru memgang penuh kendali dalam proses pembelajaran, sehingga siswa mengikuti apa yang diperintahkan oleh gurunya seperti tugas gerak. Dalam model pembelajaran langsung ini kecil kemungkinannya siswa berkesempatan untuk saling bekerja sama, bertanggung jawab maupun berkreatifitas karena terpatok oleh guru.

Dalam merencanakan pengajaran, guru dituntut mempunyai kreativitas yang tinggi untuk menentukan model pembelajaran yang tepat bagi


(19)

siswa-Andi Kurniawan Pratama, 2015

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN D AN PEMBERIAN UMPAN BALIK D ALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHAD AP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

siswanya untuk mencapai tujuan pembelajaran, salah satunya untuk meningkatkan kemampuan keterampilan sosial siswa. Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan memungkinkan tercapainya tujuan pembelajaran. Berdasarkan literature, model pembelajaran yang dianggap bisa meningkatkan atau mengembangkan kemampuan keterampilan sosial siswa diantaranya ialah model pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif mempunyai tema yakni kelompok dinyatakan berhasil apabila seluruh anggota kelompok dinyatakan berhasil. Metzler (2000,

hlm. 228) menyatakan bahwa: “Major theme for cooperative learning: The group has not achieved until all of its member have achieved.” Ini berarti bahwa ketika sutau kelompok dinyatakan tidak berhasil sampai seluruh anggota dalam kelompok tersebut berhasil. Dalam model pembelajaran kooperatif terdapat tiga tujuan pembelajaran penting, yakni hasil belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu dan pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim et.al, 2000, dalam Juliantine et.al, 2011). Kemudian model pembelajaran kooperatif mempunyai desain yang merupakan gabungan dari empat teori utama yaitu motivasi, kognitif, sosial dan perilaku.

Model pembelajaran kooperatif merupakan seperangkat strategi dalam pengajaran yang sama-sama memberikan atribut kunci, yang paling penting adalah untuk mengelompokan siswa ke dalam kelompok belajar dalam jumlah waktu maupun tugas tertentu, dengan harapan semua siswa akan berkontribusi terhadap proses maupun hasil belajar. Jadi dalam model pembelajaran kooperatif diharapkan seluruh siswa diharapkan aktif belajar baik dalam proses pembelajaran seperti saling beriteraksi dengan sesama temannya ataupun meningkatkan hasil belajarnya. Ciri dari model pembelajaran koopertif ialah siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan suatu masalah secara bersama-sama. Semua siswa ikut bagian untuk memberikan aspirasinya kepada kelompok, dengan kata lain semua siswa dituntut untuk berintraksi dalam kelompok tanpa takut melakukan kesalahan.


(20)

9

Andi Kurniawan Pratama, 2015

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN D AN PEMBERIAN UMPAN BALIK D ALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHAD AP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Model pembelajaran cooperative learning (MPCL) beranjak dari dasar pemikiran getting better together, yang menekankan pada pemberian kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif kepada siswa untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai serta keterampilan-keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat (Juliantine et al, 2011, hlm. 52). Dalam pembelajaraan kooperatif terdapat lima metode pembelajaran tim siswa, Slavin (2005, dalam Nurulita, 2009, hlm. 11) menyebutkan:

Lima prinsip dalam metode PTS telah dikembangkan dan diteliti secara ekstensif. Tiga diantaranya adalah metode pembelajaran kooperatif yang dapat diadaptasikan pada sebagian besar mata pelajaran dan tingkat kelas.

Student Team-Achievement Division (STAD), Team-Games-Tournament

(TGT) dan Jigsaw. Dua yang lain dirancang untuk digunakan dalam mata pelajaran khusus pada tingkat kelas tertentu, yaitu Cooperative

Integrated-Reading and Composition (CIRC) dan Team Accelerated Instruction

(TAI).

Dari lima metode pembelajaran tim siswa tersebut, peneliti memilih STAD sebagai metode pembelajaran siswa yang akan digunakan dalam proses penelitian ini karena STAD merupakan metode yang paling sederhana dan paling baik untuk guru yang baru menggunakan model pembelajaraan kooperatif. Dalam STAD tidak adanya kompetisi antar kelompok, sehingga untuk penilaiannya merupakan gabungan dari seluruh anggota kelompok yang kemudian dijumlahkan sebagai nilai kelompok. Ketika kelompok yang mempunyai nilai yang paling besar, diharapkan akan menjadi motivasi bagi kelompok yang mempunyai nilai lebih kecil sehingga akan lebih meningkatkan perolehan nilainya melalui perbaikan tugas gerak yang dilakukan.

Selain pemilihan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran, pemberian umpan balik yang seharusnya diberikan kepada siswa yang membutuhkan terkadang kurang diperhatikan oleh guru. Fenomena yang terjadi di lapangan banyak guru yang kurang memperhatikan pemberian umpan balik dalam proses belajar mengajar. Kebanyakan guru memberikan umpan balik


(21)

Andi Kurniawan Pratama, 2015

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN D AN PEMBERIAN UMPAN BALIK D ALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHAD AP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

terhadap siswa yang itu-itu saja tanpa mengetahui esensi sebenarnya dari pemberian umpan balik tersebut. Padahal umpan balik dalam proses belajar mengajar sangat penting karena dapat memotivasi siswa. Selain itu siswa dapat mengetahui dengan pasti apakah tugas gerak yang dilakukannya sudah benar, perlu perbaikan dan bagaimana cara memperbaikinya. Suherman (2009, hlm. 147) mengungkapkan bahwa:

Feedback diberikan kepada semua siswa sesuai dengan kebutuhannya.

Karakteristik umpan balik yang diberikan kepada siswa sebaiknya spesifik,

congruent dan positif, serta merata diberikan kepada semua siswa sesuai

dengan aspek keterampilan yang dipelajarinya.

Dari pernyataan tersebut, jelaslah bahwa semua siswa berhak mendapatkan umpan balik dari gurunya mengenai tugas gerak yang telah dilakukan. Selain itu juga perlu digaris bawahi bahwa tidak adanya kata umpan balik negatif. Dalam pemberian umpan balik tidak diajurkan untuk memberikan umpan balik negatif seperti kata-kata jangan dipukul, gerakan menendangnya salah, disertai dengan suara yang keras. Mengapa ini tidak dianjurkan, karena bisa merusak kepercayaan diri siswa dan malah membuat siswa merasa tidak bersemangat untuk melakukan tugas gerak yang ditugaskan oleh gurunya, sehingga secara tidak langsung membuat suasana hati siswa tidak senang yang berujung pada urungnya siswa berinteraksi dengan sesama temannya. Hal ini dipertegas oleh Suherman (2009, hlm. 145): “… penggunaan negatif feddback ini sangat jarang dianjurkan, mengingat khawatir akan merusak kepercayaan diri siswa.” Jadi jelaslah bahwa

umpan balik negatif sedapat mungkin diminimalisir dan lebih baik untuk memberikan umpan balik positif. Budiman (2008) dalam penelitiannya mengungkapkan umpan balik positif lebih memberikan dampak yang signifikan dalam meningkatkan konsep diri yang positif pada siswa SD dibandingkan dengan pemberian umpan balik neutral. Akan tetapi guru bisa memberikan umpan balik negatif dalam situasi tertentu seperti diberikan kepada siswa yang melakukan


(22)

11

Andi Kurniawan Pratama, 2015

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN D AN PEMBERIAN UMPAN BALIK D ALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHAD AP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

gerakan tidak sesuai dengan yang ditugaskan oleh gurunya contohnya tugas gerak yang diperintahkan ialah menendang, siswa malah melakukan tugas gerak memukul. Situasi seperti ini jelas telah keluar dari koridor pembelajaran.

Merujuk pada masalah yang telah diungkapkan, keterampilan sosial dapat dibentuk dalam proses pendidikan di sekolah, salah satunya melalui pendidikan jasmani yang terlaksana melalui model pembelajaran. Berdasarkan uraian tersebut, maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui model pembelajaran kooperatif tipe STAD maupun model pembelajaran langsung melalui pemberian umpan balik positif dan umpan balik negatif yang diduga memberikan perbedaan pengaruh terhadap peningkatan keterampilan sosial siswa.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan, peneliti mengidentifikasi masalah penelitian sebagai berikut:

1. Masalah-masalah sosial yang terjadi di Indonesia seperti tindakan kekerasan, tawuran antar pelajar, bahkan pembunuhan merupakan bentuk-bentuk masalah sosial yang salah satunya ditimbulkan karena rendahnya keterampilan sosial. 2. Fenomena guru penjas yang seakan-akan terpaku menggunakan model

pembelajaran konvensional dalam proses pembelajaran, yakni pembelajaran yang berpusat pada guru.

3. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu metode dalam pembelajaran tim siswa yang terdiri dari lima komponen utama yakni presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual dan rekognisi tim. 4. Guru kurang memahami esensi dari pemberian umpan balik, sehingga umpan

balik yang seharusnya diberikan guna meningkatkan motivasi siswa dalam belajar seakan-akan tidak diberikan dengan baik.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:


(23)

Andi Kurniawan Pratama, 2015

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN D AN PEMBERIAN UMPAN BALIK D ALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHAD AP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

1. Apakah terdapat perbedaan peningkatan keterampilan sosial antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran langsung? 2. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan pemberian

umpan balik terhadap peningkatan keterampilan sosial siswa?

3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan keterampilan sosial antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran langsung pada siswa yang disertai pemberian umpan balik positif?

4. Apakah terdapat perbedaan peningkatan keterampilan sosial antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran langsung pada siswa yang disertai pemberian umpan balik negatif?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang telah diuraikan, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan keterampilan sosial antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran langsung.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan pemberian umpan balik terhadap peningkatan keterampilan sosial siswa.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan keterampilan sosial antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran langsung pada siswa yang disertai pemberian umpan balik positif.

4. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan keterampilan sosial antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran langsung pada siswa yang disertai pemberian umpan balik negatif.


(24)

13

Andi Kurniawan Pratama, 2015

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN D AN PEMBERIAN UMPAN BALIK D ALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHAD AP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Penulis berharap semoga dari hasil penelitian yang dilakukan dapat digunakan sebagai:

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis dapat memperkaya keilmuan terutama dalam ranah afektif, yang diharapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui pemberian umpan balik positif dan negatif mampu meningkatkan keterampilan sosial sehingga perilaku-perilaku remaja yang menyimpang setidaknya bisa berkurang. b. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini bisa dijadikan pedoman bagi:

1) Bagi siswa, dapat meningkatkan keterampilan sosialnya sehingga akan berakibat bagi kehidupannya dimasa yang akan datang sehingga mendapatkan hidup yang lebih baik.

2) Bagi guru, sebagai salah satu alternatif bentuk pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD disertai pemberian umpan balik positif dan negatif guna meningkatkan keterampilan sosial. 3) Bagi sekolah, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan

program-program selanjutnya seperti acuan untuk menggunakan model pembelajaran tipe STAD dalam rencana program pembelajaran.

F. Sistematika Organisasi Tesis

Dalam penelitian ini, sistematika penulisan mengacu pada pedoman penulisan karya ilmiah yang dikeluarkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia pada tahun 2013. Berikut adalah sistematika penulisannya:

Pada bab I yang merupakan pendahuluan berisi latar belakang penelitian yang menjelaskan mengapa masalah tersebut diteliti, identifikasi masalah penelitian yang menjelaskan mengapa munculnya variabel-varabel tersebut, rumusan masalah penelitian yang berbentuk pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika organisasi tesis.

Bab II yang merupakan tinjauan teoritis berisi studi literature, pendapat para ahli, teori (state of the art), penelitian yang relevan, kerangka pikir dan


(25)

Andi Kurniawan Pratama, 2015

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN D AN PEMBERIAN UMPAN BALIK D ALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHAD AP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

hipotesis. Pada bab II ini merupakan jawaban secara kajian teoritis atas permasalahan yang dimunculkan pada bab I. Selanjutnya bab III berisi tentang lokasi penelitian populasi/sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, imstrumen penelitian, teknik pengumpulan data serta analisis data.

Pada bab IV dipaparkan mengenai hasil pengolahan dan analisis data dari data yang didapatkan melalui prosedur yang ditentukan pada bab III. Pada bab ini dikemukakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di bab I secara empirik berdasarkan analisis data yang diperoleh yang selanjutnya membahas atau mendiskusikan data dengan menghubungkannya dengan teori-teori dan juga implikasi hasil penelitian. Dan pada bab V menjelaskan mengenai kesimpulan dan juga dari hasil penelitian yang sudah dilakukan serta saran terhadap berbagai pihak yang berhubungan dengan hasil penelitian ini.


(26)

Andi Kurniawan Pratama, 2015

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN D AN PEMBERIAN UMPAN BALIK D ALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHAD AP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu 48

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini ialah Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Palasah, yang bertempat di Jalan Raya Waringin no 186, Desa Waringin, Kecamatan Palasah, Kabupaten Majalengka.

2. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Palasah yang berjumlah 231 orang siswa yang terbagi ke dalam 8 kelas. Pemilihan kelas VII sebagai populasi karena kelas VII merupakan masa peralihan dari SD ke SMP, secara situasional merupakan lingkungan baru bagi siswa sehingga keterampilan sosial dan kebiasaan belajarnya bisa dibentuk sejak mereka masuk ke sekolah yang baru.

3. Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik cluster random

sampling sebagai teknik pengambilan sampelnya. Alasan pengambilan sampel ini

dikarenakan pihak sekolah yang berkaitan tidak mengizinkan siswa-siswinya dipecah ke dalam kelas-kelas baru sebagai kelas penelitian. Selain itu, peneliti ingin menjaga suasana kealamiahan kelas tersebut yang merupakan salah satu fokus kajian dalam penelitian yang akan dilakukan. Ali (2012, hlm. 111) menjelaskan: “. . . apabila penyampelan dilakukan terhadap individu subyek maka suasana kealamiahan kelompok akan berubah, sedangkan suasana kealamiahan kelompok merupakan salah satu fokus kajian dalam riset.”

Maka untuk memilih kelas yang akan digunakan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan random dengan cara memilih kelas yang genap. Contohnya kelas A = 1, B = 2, C = 3 dst, maka peneliti menetapkan kelas genap sebagai kelas penelitian. Terpilihlah kelas VII B, VII D, VII F dan VII H sebagai kelas penelitian dengan kelas VII B dan kelas VII F sebagai kelas eksperimen serta


(27)

Andi Kurniawan Pratama, 2015

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN D AN PEMBERIAN UMPAN BALIK D ALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHAD AP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

kelas VII D dan VII H sebagai kelas kontrol yang merujuk pada aturan pengambilan sampel dengan cara random. Peneliti memilih empat kelas sebagai sampel penelitian dengan pembagian sebagai berikut:

Tabel 3.1

Sampel Kelompok Penelitian

No Kelas Banyaknya

Siswa Kelompok Treatment

a. b. c. d. VII B VII D VII F VII H 27 orang 27 orang 29 orang 29 orang Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol

Model kooperatif STAD + Umpan balik positif

Model langsung + Umpan balik positif

Model kooperatif STAD + Umpan balik negatif Model langsung + Umpan balik negatif

B. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan desain dalam metode eksperimen murni yakni factorial design. Frankel et. al (2013, hlm. 277) menerangkan:

Another value of a factorial design is that it allows a researcher to study the interaction of an independent variable with one or more other variables, sometimes called moderator variables. Moderator variables may be either treatment variables or subject characteristic variables.

Maksud dari pernyataan di atas adalah nilai lain dari desain faktorial memungkinkan peneliti untuk mempelajari interaksi dari variabel independen dengan yang satu atau lebih variabel lainnya, kadang-kadang disebut variabel moderator. Variabel moderator dapat berupa variabel perlakuan lain atau karakteristik subjek variabel. Dengan kata lain, peneliti dapat melihat bagaimana adanya pengaruh dari variabel lain yang ikut mempengaruhi penelitian.

Adapun desain penelitian yang disusun oleh penulis sebagai berikut:

Treatment R O X Y1 O

Control R O C Y1 O

Treatment R O X Y2 O

Control R O C Y2 O

Gambar 3.1


(28)

50

Andi Kurniawan Pratama, 2015

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN D AN PEMBERIAN UMPAN BALIK D ALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHAD AP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu Fraenkel et. al. (2012, hlm. 277)

Keterangan:

R : Random untuk pengambilan sampel O : Pretest dan Posttest

X : Treatment model pembelajaran metode STAD C : Kontrol dengan model pembelajaran langsung Y1 : Umpan balik positif

Y2 : Umpan balik negatif

Sebagai ilustrasi dari desain faktorial di atas, berikut ilustrasi dari desainnya:

Model

Pembelajaran (A) Pemberian

Umpan Balik (B)

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

(A1)

Model Pembelajaran Langsung

(A2) Umpan balik Positif

(B1) A1B1 A2B1

Umpan balik Negatif

(B2) A1B2 A2B2

Gambar 3.2 Desain Faktorial 2x2 Fraenkel et. al. (2012, hlm. 277) Keterangan:

A1 : Model pembelajaran kooperatif tipe STAD A2 : Model pembelajaran langsung

B1 : Umpan balik positif B2 : Umpan balik negatif

A1B1 : Kelompok sampel penelitian dengan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan pemberian umpan balik positif B2B1 : Kelompok sampel penelitian dengan pembelajaran menggunakan model

pembelajaran langsung dan pemberian umpan balik positif


(29)

Andi Kurniawan Pratama, 2015

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN D AN PEMBERIAN UMPAN BALIK D ALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHAD AP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

pembelajaran kooperatif tipe STAD dan pemberian umpan balik negatif A2B2 : Kelompok sampel penelitian dengan pembelajaran menggunakan model

pembelajaran langsung dan pemberian umpan balik negatif

C. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan dari penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode penelitian eksperimen, yakni eksperimen murni. Ciri dari penelitian eksperimen ialah adanya randomisasi, perlakuan, mekanisme kontrol dan ukuran keberhasilan. Apabila suatu penelitian eksperimen memenuhi ke empat hal tersebut maka dapat dikatakan eksperimen murni (Maksum, 2012, hlm. 67). Dalam penelitian ini, peneliti memilih sampel dengan cara dirandom yakni cluster

random dengan memilih kelas untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol

dengan cara random pula, kemudian adanya mekanisme kontrol untuk melihat efektivitas perlakuan yang diberikan. Perlakuan yang diberikan yakni penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan juga pemberian umpan balik positif dan umpan balik negatif untuk dilihat pengaruhnya terhadap keterampilan sosial siswa.

1. Limitasi Penelitian a. Validitas Internal

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah Factorial Design

With Randomization. Terdapat beberapa ancaman terhadap metode ini (Fraenkel

et. al, 2012: 280) sebagai berikut:

Tabel 3.2

Analisis Ancaman Validitas Internal Factorial With Randomization

Design S ubject Charac -teristics Mor-tality Loca-tion Instru-ment Decay Data Collector Characte-ristics Data Collector Bias Testi-ng Histo-ry Matura-tion Attitude of S ubjects Regres-sion Imple- menta-tion Factorial with randomiz ation ++ ++ - ++ - - + + ++ - ++

-Key: (++) 5 strong control, threat unlikely to occur; (+) 5 some control, threat may possibly occur; (–) 5 weak control, threat likely to occur;


(30)

52

Andi Kurniawan Pratama, 2015

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN D AN PEMBERIAN UMPAN BALIK D ALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHAD AP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan tabel di atas dapat dianalisis bahwa ancaman terhadap validitas internal yang dikontrol sangat kuat dalam desain ini ialah karakteristik subjek, kehilangan sampel, instrument decay, kematangan dan regresi. Yang dikontrol kuat ialah tes dan sejarah, sedangkan ancaman yang dikontrol lemah dalam desain ini ialah lokasi, karakteristik pengumpulan data, bias pengumpul data, sikap subjek, dan implementasi. Untuk mengatasi ancaman yang dikontrol lemah, peneliti berusaha mengurangi ancaman tersebut, antara lain:

1) Lokasi

Lokasi penelitian pada saat tes atau pemberian perlakuan (treatment) sama yakni di SMP Negeri 1 Palasah, kemudian kelompok sampel dipilih dengan cara random.

2) Karakteristik pengumpul data

Untuk proses pengumpulan data, peneliti dibantu oleh mahasiswa s1 jurusan PJKR UNMA yang penulis anggap mereka sudah memahami tentang tes dan pengkuran dan mereka sudah lulus dari mata kuliah tes dan pengukuran yang sebelumnya diberi pengarahan mengenai tata cara pengumpulan data.

3) Bias pengumpul data

Untuk menghindari terjadinya bias pada saat pengumpulan data, peneliti memberkan pengarahan terhadap subjek penelitian tentang bagaimana tata cara pengisisan angket dengan jelas.

4) Sikap subjek

Selama proses penelitian dari pretest, treatment sampai posttest peneliti didampingi oleh guru pendidikan jasmani. Tes dan treatment dilakukan pada hari yang berbeda sesuai dengan jadwal mata pelajaran penjas orkes.

5) Implementasi

Peneliti berusaha tetap menghadirkan guru penjas pada saat treatment kelompok eksperimen sehingga kelompok eksperimen dan kelompok kontrol belajar dengan guru yang bersangkutan seperti pembelajaran biasanya.


(31)

Andi Kurniawan Pratama, 2015

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN D AN PEMBERIAN UMPAN BALIK D ALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHAD AP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

1. Model Pembelajaran Kooperatif; Metode Pembelajaran Tim Siswa STAD Metzler (2000, hlm. 221) mendefinisikan model pembelajaran kooperatif sebagai berikut: “It’s a set of teaching strategies that share key attributes, the

most important being the grouping of students into learning teams for set amounts of time or assignment, with the expectation that all students will contribute to the learning process and outcomes.” Dari kutipan tersebut dapat dijelaskan bahwa

model pembelajaran kooperatif adalah seperangkat strategi dalam pengajaran yang sama-sama memberikan atribut kunci, yang paling penting adalah untuk mengelompokan siswa ke dalam kelompok belajar dalam jumlah waktu maupun tugas tertentu, dengan harapan semua siswa akan berkontribusi terhadap proses maupun hasil belajar. Sedangkan metode pembelajaran tim siswa STAD, Slavin (2005, dalam Nurulita 2009, hlm. 143) menjelaskan bahwa: STAD terdiri dari lima komponen utama yakni presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, rekognisi tim.

2. Umpan balik (Umpan balik)

Umpan balik (umpan balik) adalah perilaku guru untuk membantu setiap siswa yang mengalami kesulitan belajar secara individu dengan cara menanggapi hasil kerja siswa sehingga lebih menguasai materi yang disampaikan oleh guru (Budiman). Jadi umpan balik merupakan tanggapan perilaku yang diberikan oleh guru ketika sudah mengobservasi apa yang sudah dilakukan oleh siswa-siswinya untuk meningkatkan kemampuan siswa tersebut. Contoh positif umpan balik sudah dikemukakan sebelumnya, misal dengan menggunakan kata-kata: bagus, menyenangkan, pintar, menarik dan hebat. ...Sementara itu, umpan balik negatif adalah lawan dari umpan balik positif (Suherman (2009, hlm. 145). Dalam penelitian ini, peneliti ingin memberikan perlakuan berupa umpan balik positif tanpa disertai dengan umpan balik negatif dalam satu kelas atau kelompok sampelnya. Dengan asumsi bahwa, apabila guru memberikan masukan yang positif maka akan memberikan dampak positif secara psikologis terhadap siswa seperti bertambahnya rasa percaya diri, lebih bersemangat dan lebih termotivasi untuk melakukan tugas gerak yang diberikan.


(32)

54

Andi Kurniawan Pratama, 2015

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN D AN PEMBERIAN UMPAN BALIK D ALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHAD AP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu 3. Social skill (Keterampilan Sosial)

Sjamsuddin dan Maryani (2008, hlm. 6, dalam Supriatna 2012, hlm. 39) mengemukakan keterampilan ssosial bahwa: Suatu kemampuan secara cakap yang tampak dalam tindakan, mampu mencari, memilah dan mengolah informasi, mampu mempelajari hal-hal baru yang memecahkan masalah sehar-hari, memliki keterampilan berkomunikasi baik lisan maupun tulisan, memahami, menghargai dan mampu bekerjasama dengan orang lain yang majemuk, mampu menstransformasikan kemampuan akademik dan beradaptasi dengan perkembangan masyarakat global. Dalam penelitian ini keterampilan sosial diartikan sebagai kemampuan bertinteraksi dengan orang lain melalui cara-cara yang dapat diterima atau dinilai dalam konteks sosial, interaksi ini bersifat menguntungkan bagi individu maupun orang lain dan lingkungan sekitarnya Gresham dan Elliot (1990) mengemukakan unsur keterampilan sosial yang terdiri dari coorperation, assertion, responsibility, emphaty dan self-control atau bisa disingkat dengan CARES.

E. Instrumen Penelitian

Kualitas data yang diperoleh ditentukan oleh kualitas alat pengambilan data atau pengukurannya yang digunakan. Jadi dalam memilih instrumen yang akan digunakan sebaiknya peneliti melihat reliabilitas dan validitas instrument tersebut. Instrumen untuk mengukur keterampilan sosial menggunakan kuisioner atau angket.

Kuesioner yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner tertutup mengenai keterampilan sosial yang didalamnya terdapat unsur-unsur keterampilan sosial yakni coorperation, assertion, responsibility, emphaty dan

self-control atau bisa disingkat dengan CARES (Gresham and Elliot). Merujuk

dari SSRS (Social Skill Rating Scales), yang digunakan untuk mengukur keterampilan sosial siswa adalah student form untuk grade 7-12 dengan sub skala

coorperation, assertion, empathy dan self-control dengan tidak memasukan unsur responsibility. Untuk penelitian ini, peneliti membuat angket baru dengan


(33)

Andi Kurniawan Pratama, 2015

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN D AN PEMBERIAN UMPAN BALIK D ALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHAD AP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

mempertimbangkan kondisi siswa-siswi yang berbeda dengan keadaan di luar negeri, maka kisi-kisi angket sebagai berikut:

Tabel 3.3

Kisi-kisi Angket Keterampilan Sosial Sebelum Uji Coba Sumber: Gresham and Elliot (1990)

Variabel Sub Variabel Indikator Nomor Soal


(34)

56

Andi Kurniawan Pratama, 2015

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN D AN PEMBERIAN UMPAN BALIK D ALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHAD AP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Skala pengukuan yang digunakan dalam penyekoran angket penelitian, penulis mengacu pada skala Likert. Berdasarkan alternatif jawaban yang disediakan untuk setiap pernyataan terdiri dari lima alternatif jawaban, dari mulai yang positif sampai yang negatif. Adapun alternatif jawaban yang penulis sediakan untuk setiap item pernyataan dimulai dari Sangat Setuju, Setuju, Ragu-ragu, Tidak Setuju, dan Sangat Tidak Setuju. Kategori penyekoran untuk setiap pernyataan item tes, dapat dilhat pada tabel 3.4.

Tabel 3.4

Skor Alternatif Jawaban

F. Proses Pengembangan Instrumen Penelitian

Keterampila n Sosial 1. Kerjasama 2. Penegasan 3. Empati 4. Pengendalian Diri

1. Membantu orang lain 2. Berbagi materi 3. Mematuhi aturan dan

petunjuk

1. Bertanya informasi pada orang lain

2. Memperkenalkan diri 3. Menanggapi tindakan

orang lain

1. Menunjukkan kepedulian 2. Menghormati perasaan dan

sudut pandang orang lain 1. Menanggapi gangguan

dengan sewajarnya 2. Mengambil giliran dan

mau berkorban

16, 37 34, 28 3, 40 4, 12 1, 21 19, 35 6, 15 31, 24 7, 25 10, 36 23, 8 11, 2 13, 30 20, 9 33, 5 14, 29 39, 22 18, 26 38, 27 32, 17

Alternatif Jawaban Skor Pernyataan Positif Negatif

Sangat Setuju (SS) 5 1

Setuju (S) 4 2

Ragu-ragu (R) 3 3

Tidak Setuju (TS) 2 4


(35)

Andi Kurniawan Pratama, 2015

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN D AN PEMBERIAN UMPAN BALIK D ALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHAD AP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Proses pengembangan instrument ini dilakukan untuk menguji validitas, reliabilitas dan objektivitas dari instrument yang digunakan. Hal-hal yang dilakukan oleh peneliti adalah:

1. Berkonsultasi dengan ahli bahasa dan ahli psikologi mengenai pernyataan tiap butirnya.

2. Melakukan uji coba angket terhadap siswa atau kelompok sampel diluar sampel penelitian yang karakteristiknya mendekati sampel penelitian yakni siswa kelas VII SMPN 1 Palasah diluar kelas sampel penelitian. Uji coba angket ini dilaksanakan pada tanggal 6-8 Mei 2014 kepada kelas VII diluar kelas sampel penelitian sebanyak 2 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 49 orang siswa.

3. Menghitung nilai validitas dan reliabilitas angket yang sudah di uji coba menggunakan bantuan Microsoft Excel dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas

Nomor r hitung r tabel Keterangan

1 0,54 0,28 Valid

2 0,37 0,28 Valid

3 0,32 0,28 Valid

4 0,53 0,28 Valid

5 0,10 0,28 Tidak Valid

6 0,46 0,28 Valid

7 0,44 0,28 Valid

8 0,59 0,28 Valid

9 0,45 0,28 Valid

10 0,34 0,28 Valid

11 0,51 0,28 Valid

12 0,26 0,28 Tidak Valid

13 0,19 0,28 Tidak Valid

14 0,43 0,28 Valid

15 0,49 0,28 Valid

16 0,35 0,28 Valid


(36)

58

Andi Kurniawan Pratama, 2015

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN D AN PEMBERIAN UMPAN BALIK D ALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHAD AP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

18 0,25 0,28 Tidak Valid

19 0,41 0,28 Valid

20 0,68 0,28 Valid

21 0,42 0,28 Valid

22 0,27 0,28 Tidak Valid

23 0,30 0,28 Valid

24 0,36 0,28 Valid

25 0,14 0,28 TidakValid

26 0,52 0,28 Valid

27 0,42 0,28 Valid

28 0,61 0,28 Valid

29 0,42 0,28 Valid

30 0,53 0,28 Valid

31 0,49 0,28 Valid

32 0,37 0,28 Valid

33 0,51 0,28 Valid

34 0,60 0,28 Valid

35 0,15 0,28 Tidak Valid

36 0,54 0,28 Valid

37 0,22 0,28 Tidak Valid

38 0,53 0,28 Valid

39 0,58 0,28 Valid

40 0,58 0,28 Valid

Untuk menyatakan butir pernyataan tersebut valid atau tidak valid, penulis menggunakan nilai r tabel product moment dengan signifikansi untuk α = 0,05 dan dk = 49 - 2 =47, maka diperoleh nilai-nilai r = 0,28. Kemudian r tabel dibandingkan dengan r hitung, jika r hitung > r tabel maka butir pernyataan dinyatakan valid, jika r hitung < r tabel maka butir pernyataan dinyatakan tidak valid. Dari tabel 3.5 dapat diketahui bahwa terdapat 32 butir pernyataan yang dinyatakan valid dan 8 butir pernyataan yang dinyatakan tidak valid yakni butir pernyataan nomor 5, 12, 13, 18, 22, 25, 35 dan 37. Berikut merupakan tabel 3.6 kisi-kisi angket yang akan digunakan dalam penelitian yang sebenarnya.


(37)

Andi Kurniawan Pratama, 2015

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN D AN PEMBERIAN UMPAN BALIK D ALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHAD AP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu Tabel 3.6

Kisi-kisi Angket Keterampilan Sosial Setelah Uji Coba Sumber: Gresham and Elliot (1990)

Selanjutnya untuk mengetahui nilai relibilitas instrument penulis menggunakan teknik belah dua dengan signifikansi menggunakan rumus:

Maka di dapat nilai reliabilitas sebesar 0,83. Untuk menentukan klasifikasi koefisien korelasi merujuk pada Singapure Med (2009) dibawah ini:

The values for the reliability coefficient ranged from 0 to 1, where ICC

< 0 indicated “no reliability”, ≥ 0 but < 0.2 “slight reliability”, 0.2 to

< 0.4 “fair reliability”, 0.4 to < 0.6 “moderate reliability”, 0.6 to < 0.8 “substantial reliability”, and 1 “almost perfect reliability

Maksud dari kutipan di atas adalah nilai dari koefisisen reliabilitas berkisar antara 0 sampai 1, jika nilai reliabilitas kurang dari 0 berarti “tidak reliabel”. Jika

Variabel Sub Variabel Indikator Nomor Soal

+ - Keterampilan Sosial 1. Kerjasama 2. Penegasan 3. Empati 4. Pengendalian Diri

1. Membantu orang lain 2. Berbagi materi 3. Mematuhi aturan dan

petunjuk

1. Bertanya informasi pada orang lain

2. Memperkenalkan diri 3. Menanggapi tindakan orang

lain

1. Menunjukkan kepedulian 2. Menghormati perasaan dan

sudut pandang orang lain 1. Menanggapi gangguan

dengan sewajarnya

2. Mengambil giliran dan mau berkorban 20 3, 8 26, 4 1 31, 2 7 28, 14 13, 5 27 29, 21 11, 16 30, 24 10 12, 22 6 23, 19 18 32 15, 9 17, 25


(38)

60

Andi Kurniawan Pratama, 2015

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN D AN PEMBERIAN UMPAN BALIK D ALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHAD AP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

nilainya di antara 0-0,2 berarti “rendah”, jika nilainya di antara 0,2-0,4 berarti “cukup”, jika nilainya di antara 0,4-0,6 berarti “sedang”, jika nilainya di antara 0,6-0,8 berarti “kuat” dan jika nilainya 1 “hampir sempurna”. Merujuk pada Singapure Med (2009) mengenai pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi, maka uji reliabilitas tes angket mengenai keterampilan sosial (0,83) mempunyai kriteria kuat.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini harus dilakukan dengan tepat, sehingga benar-benar di dapat data valid dan relevan. Untuk waktu pengumpulan data atau waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 6 Oktober-28 November 2014 atau selama delapan minggu. Teknik yang diterapkan mengumpulkan data dalam penelitian ini terdiri dari tiga langkah yakni

pretest, treatment dan posttest. 1. Pretest

Tes awal ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan sosial siswa sebelum diberikan treatment baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Instrument yang digunakan mengadopsi angket Social Skill Rating Scale

(SSRS) Student Form (Gresham and Elliot) yang butir pernyataanya sudah di uji

cobakan sebelumnya sehingga mendapatkan angket yang valid dan reliable.

2. Treatment

Treatment yang digunakan dalam penelitian ini ialah model pembelajaran

kooperatif tipe STAD melalui umpan balik positif dan umpan balik negatif. Program yang diberikan selama 12 pertemuan mengacu kepada penelitian yang dilakukan oleh Gülay et. al. (2010) untuk melihat keterampilan sosial siswa. Untuk program pembelajaran bisa dilihat pada tabel 3.5 berikut ini.


(39)

Andi Kurniawan Pratama, 2015

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN D AN PEMBERIAN UMPAN BALIK D ALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHAD AP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu Tabel 3.7

Program Pembelajaran

Mode l Pe mbe lajaran Koope ratif Tipe STAD Mode l Pe mbe lajaran Konve nsional 1 Pretest sebelum pemberian treatmen Pretest

2 Materi pembelajaran permainan bola voli Materi pembelajaran permainan bola voli 3 Materi pembelajaran permainan bola voli Materi pembelajaran permainan bola voli 4 Materi pembelajaran permainan sepak bola Materi pembelajaran permainan sepak bola 5 Materi pembelajaran permainan sepak bola Materi pembelajaran permainan sepak bola 6 Materi pembelajaran permainan bola basket Materi pembelajaran permainan bola basket 7 Materi pembelajaran permainan bola basket Materi pembelajaran permainan bola basket 8 Materi pembelajaran permainan bola kasti Materi pembelajaran permainan bola kasti 9 Materi pembelajaran jalan cepat Materi pembelajaran jalan cepat

10 Materi pembelajaran lari cepat 50 m Materi pembelajaran lari cepat 50 m 11 Materi pembelajaran lompat jauh Materi pembelajaran lompat jauh

12 Materi pembelajaran permainan badminton Materi pembelajaran permainan badminton 13 Materi pembelajaran renang gaya dada Materi pembelajaran renang gaya dada 14 Posttest setelah pemberian treatment Posttest

Mate ri Pe mbe lajaran Pe rte muan

Sementara untuk umpan balik positif maupun umpan balik negatif, peneliti menuliskan kisi-kisi sebagai berikut:

Tabel 3.8 Program Umpan balik

UMPAN BALIK POSITIF UMPAN BALIK NEGATIF

Deskripsi Pernyataan Deskripsi Pernyataan

Diberikan apabila siswa berhasil melakukan tugas gerak yang diperintahkan oleh guru.

- Good Job - Bagus,

lakukan lagi - Pintar - Hebat

Diberikan apabila siswa kurang berhasil melakukan tugas gerak yang diperintahkan oleh guru atau dengan kata lain melakukan kesalahan

- Jangan ditendang - Jangan dipukul - Kamu menyerah - Kamu tidak

melakukan dengan sungguh-sungguh, ulangi lagi


(40)

62

Andi Kurniawan Pratama, 2015

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN D AN PEMBERIAN UMPAN BALIK D ALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHAD AP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Pelaksanaan posttest dilaksanakan setelah treatmen selesai dilakukan pada kelompok eksperimen selama 12 kali pertemuan dengan memberikan angket yang sama pada saat pretest.

H. Analisis Data

Data yang sudah dikumpulkan kemudian dianalisis secara kuantitatif melalui perhitungan statistik. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan dan analisa data tersebut akan diuraikan sebagai berikut :

1. Uji Asumsi Statistik

Uji asumsi statistik ini dilakukan dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas. Tujuan dilakukannya uji normalitas untuk mendapatkan distribusi data sebagai acuan untuk uji statistik selanjutnya, yakni apakah sampel yang diambil dari populasi berdistribusi normal serta untuk menentukan uji statistik selanjutnya dengan catatan bila data berdistribusi normal maka menggunakan uji statistik paratmetrik dan bila data tidak berdistribusi normal menggunakan uji statistik non parametrik. Uji normalitas ini dilakukan terhadap data pretest dan posttes menggunakan bantuan SPSS 18 yakni uji Kolmogorov

Smirnov. Selanjutnya uji homogenitas dimaksudkan unutk menguji dua kelompok

atau lebih data sampel dari populasi apakah memiliki variansi yang sama dengan menggunakan SPSS 18 yakni uji Levene Statistic.

2. Uji Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik yang diajukan peneliti sebagai berikut:

a. Perbedaan peningkatan keterampilan sosial antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran langsung.

Hipotesis statistik:

1) H0 = tidak terdapat perbedaan peningkatan keterampilan sosial antara

model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran langsung.

2) Hi = terdapat perbedaan peningkatan keterampilan sosial antara model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran langsung. Kriteria keputusan:


(41)

Andi Kurniawan Pratama, 2015

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN D AN PEMBERIAN UMPAN BALIK D ALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHAD AP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu  Jika nilai probabilitas Sig. (2-tailed) > 0,05 (H0 diterima).

 Jika nilai probabilitas Sig. (2-tailed) < 0,05 (H0 Ditolak).

b. Interaksi antara model pembelajaran dengan pemberian umpan balik terhadap peningkatan keterampilan sosial siswa.

Hipotesis statistik:

1) H0 = tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan pemberian

umpan balik terhadap peningkatan keterampilan sosial siswa.

2) Hi = terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan pemberian

umpan balik terhadap peningkatan keterampilan sosial siswa. Kriteria keputusan:

 Jika nilai signifikansi > 0,05 (H0 diterima).

 Jika nilai signifikansi < 0,05 (H0 Ditolak).

c. Perbedaan peningkatan keterampilan sosial antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran langsung pada siswa yang disertai pemberian umpan balik positif.

Hipotesis statistik:

1) H0 = tidak terdapat perbedaan peningkatan keterampilan sosial antara

model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran langsung pada siswa yang disertai pemberian umpan balik positif.

2) Hi = terdapat perbedaan peningkatan keterampilan sosial antara model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran langsung pada siswa yang disertai pemberian umpan balik positif.

Kriteria keputusan:

 Jika nilai probabilitas Sig. (2-tailed) > 0,05 (H0 diterima).

 Jika nilai probabilitas Sig. (2-tailed) < 0,05 (H0 Ditolak).

d. Perbedaan peningkatan keterampilan sosial antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran langsung pada siswa yang disertai pemberian umpan balik negatif.


(1)

77 Andi Kurniawan Pratama, 2015

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN D AN PEMBERIAN UMPAN BALIK D ALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHAD AP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarakan hasil pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan peningkatan keterampilan sosial antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran langsung. 2. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan pemberian umpan balik

terhadap peningkatan keterampilan sosial siswa.

3. Terdapat perbedaan peningkatan keterampilan sosial antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran langsung pada siswa yang disertai pemberian umpan balik positif.

4. Tidak terdapat perbedaan peningkatan keterampilan sosial antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran langsung pada siswa yang disertai pemberian umpan balik negatif

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang penulis telah lakukan, maka penulis ingin mengemukakan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

1. Bagi pihak sekolah, agar lebih memperhatikan hal-hal yang dapat mendukung terhadap peningkatan keterampilan sosial siswa, terutama sekolah-sekolah yang mempunyai latar belakang rendahnya keterampilan sosial siswa dengan kata lain banyaknya tindakan menyimpang yang dilakukan siswa sehingga pihak sekolah menyusun program pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran yang tepat untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. 2. Bagi para guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, agar lebih

memperhatikan mengenai penerapan model yang tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, seperti penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD guna meningkatkan keterampilan sosial siswa. Serta lebih memperhatikan pemberian umpan balik yang tepat guna meningkatkan


(2)

78

Andi Kurniawan Pratama, 2015

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN D AN PEMBERIAN UMPAN BALIK D ALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHAD AP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

motivasi dalam menyelesaikan tugas gerak yang diberikan oleh guru. Dan sebisa mungkin untuk tidak memberikan umpan balik negatif karena dapat merusak kepercayaan diri siswa.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar lebih mengembangkan penelitian dengan cakupan yang lebih luas lagi dengan menambahkan variabel tambahan seperti melihat hasil dari segi jenis kelamin, membandingkan hasil antara siswa yang berada didaerah perkotaan dan pedesaan.


(3)

Andi Kurniawan Pratama, 2015

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN D AN PEMBERIAN UMPAN BALIK D ALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHAD AP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

79

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. (2012). Memahami Riset Perilaku dan Sosial. Bandung: Pustaka Cendikia Utama

Andersone, R. (2004). The Acquatition of Social Skills for The Development of Citizenship Experience. in Ross, A (ed). The Experience of Citizenship. London: CiCe, pp. 451 – 456.

Anwar. (2012). Two Way Anova dalam SPSS. [Online]. Tersedia: http://www.statistikian.com/2012/11/two-way-anova-dalam-spss.html. [11 Desember 2014]

Aunurrahman. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: CV Alfabeta

Budiman, D.(2008). Perbandingan Pengaruh Pemberian Umpan Balik Positif (Positive Feedback) dan Umpan Balik Netral (Neutral Feedback) dalam Pembelajaran Penjas Terhadap Pembentukan Konsep Diri Yangs Positif Siswa SD. Jurnal PKR Sept-08.

Cartledge, G., Milburn J,F. (1992). Teaching Social skill to Children. New York: Perganon

Edmondson, C. B., Conger, J. C., dan Conger, A. J. (2007). “Social Skills in College Students with High Trait Anger”. Journal of Social and Clinical Psychology. Vol. 26, No. 5, May 2007. pp.575-594. Academic Research Library.

Eldeleklioğlu, (2008). Gender, Romantic Relationships, Internet Use, Perceived Social Support and Social skills as the Predictors of Loneliness. Eurasian Journal of Educational Research. 33, 127 -127

Frankel. Et. al. (2012). How To Design and Evaluate Rese arch In Education. Library of Congress Cataloging- in-Publication Data

Giriwijoyo, S. (2012). Ilmu Faal Olahraga. Bandung: Rosda

Goodship, J. M. (1990). Life Skill Mastery for Student with Special Needs. [Online]. Tersedia: http//www.ed.gov/databases/ERICDigest/Ed321502.html.


(4)

80

Andi Kurniawan Pratama, 2015

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN D AN PEMBERIAN UMPAN BALIK D ALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHAD AP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Goudas dan Magotsiou. (2008). The Effects of a Cooperative Physical Education Program on Students’ Social Skills. Journal Of Applied Sport Psychology, 21: 356–364, 2009

Gresham dan Elliot. (1990). American Guidance Service, Inc., Publishers' Building, Circle Pines, MN 55014-1796

Gülay et. al. (2010). Effects of cooperative games on social skill levels and attitudes toward physical education. Eurasian Journal of Educational Research, 40, 77-92.

Haryanto. (2012). Tujuan Pendidikan Nasional. [Online]. Tersedia: http://belajarpsikologi.com/tujuan-pendidikan-nasional/. [20 Maret 2014] Howie, L. D., Lukacs S. L., Pastor P. N., Reuben, C. A., Mendola, P. 2009.

Participation in Activities Outside of School Hours in Relation to Problem Behavior and Social skills in Middle Childhood. Journal of School Health. 80, (3), 120-125.

Indonesia Police Watch. (___).

Joyce, B and Weil, M. (1980). Models of Teaching. New Jersey: Prentice-Hall International. Inc

Juliantine, Tite. (2010). Model Pembelajaran Inkuiri Dalam Pendidkan Jasmani Untuk Mengembangkan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar. Disertasi Doktor pada Program Studi Pendidikan Olahraga UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Juliantine, et, al. (2011). Model-model Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Bandung:

Redpoint

Komarudin. (2012). Pengaruh Model Evaluasi Terhadap Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Disertasi Doktor pada Program Studi Pendidikan Olahraga UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Komisi Nasional Perlindungan AnakIndonesia. (___).

Kronenberger, W. G. (2007). Social Skills and Spina Bifida. Indianapolis: Section of Psychology, Indiana University School of Medicine, Riley Hospital for Children.


(5)

Andi Kurniawan Pratama, 2015

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN D AN PEMBERIAN UMPAN BALIK D ALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHAD AP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Lie, A. (2010). Cooperative Learning. Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Gramedia

Lutan, R.dkk. (2001). Pendidikan Kebugaran Jasmani: Orientasi pembinaan siswa disepanjang hayat. Jakarta: Dirjen Olahraga, Depdiknas.

Maksum, Ali. (2012). Metodologi Penelitian dalam Olahraga.Surabaya: Unesa University Press

Metzler, M. W. (2000). Instructional Models for Physical Education Georgia: State University

Mundakir. (2011). Pengeruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD dan Jigsaw dalam Penjas Terhadap Pengembangan Nilai-nilsi Sosial. Tesis Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.

Nurlaleli, Yanti. (2012). Efektivitas Teman Sebaya dalam Meningkatkan Keterampilan Sosial. Tesis Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.

Nurulita. (2009). Cooperativ Learning, Slavin-Penerjemah. Bandung: Nusa Media Rahmat. (2013). Pengaruh Feedback (Umpan Balik) Terhadap Minat dan Intensitas

Belajar Gerak Siswa Dalam Pembelajaran Penjasorkes. Tesis Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.

Rink, Judith. E. (2002). Teaching Physical Education for Learning. Boston: Mc Graw Hill

Rusman. (2009). Manajemen Kurikulum (Seri Manajemen Seko0lah Bermutu). Bandung: Mulia Mandiri Pre

Singapure Med J. (2009). Reliability, technical error of measurements and validity of instruments of nutritional status assesment of adult in Malaysia. Adobe Reader Dokumen

Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung. Alfabeta

Samanci, O. (2010). Teachers Views on Social Skill Development in Primar School Students. Department of Primary Education, Eaculty of Kazim Karabekir Education Ataurk University, Turkey. Education Vol. 131 No. 1


(6)

82

Andi Kurniawan Pratama, 2015

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN D AN PEMBERIAN UMPAN BALIK D ALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHAD AP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Somantri, Elin B. (2010). Pengaruh Metode Pembelajaran dengan Menggunakan Metode Bermain Peran (Rule Playing) Terhadap Keterampilan Sosial dan Berbicara Anak Usia Dini. Tesis Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.

Sudrajat, Akhmad. (2008). Perilaku Sosial Individu Menurut Krech et al. [Online]. Tersedia: https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/24/perilaku-sosial-individu/. [21 Januari 2015]

Suherman, Adang. (2009). Revitalisasi Pengajaran dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: CV. Bintang Warli Artika

Sukintaka. (2004). Teori Pendidikan Jasmani. Bandung: Nuansa

Supriatna. (2012). Efektivitas Proses Pembelajaran IPS dalam Meningkatkan Keterampilan Sosial Peserta Didik SMK di Jawa Barat. Tesis Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.

Tv One. (2012). Data Tawuran Pelajar Selama 2010-2012. [Online]. Tersedia http://video.tvonenews.tv/arsip/view/62132/2012/09/27/data_tawuran_pelajar _selama_20102012.tvOne. [12 Desember 2012]

Warren, K. (2004). “Some Facts Psychologists Know About Social Skills”. Psychological Service Center. University of Cincinnati.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS BERBASIS EKSPERIMEN

0 3 175

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA SMP NEGERI DI KOTA BANDUNG.

0 1 16

PENGARUH PEMBERIAN UMPAN BALIK DAN GENDER TERHADAP PENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA SMP.

1 5 50

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL DAN KETERAMPILAN BERMAIN BOLAVOLI.

0 1 41

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL SISWA DALAM PENDIDIKAN JASMANI.

7 23 130

PERBANDINGAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN LOB BERTAHAN DAN KETERAMPILAN SOSIAL: Study Eksperimen Terhadap Siswa SMA N 1 Baleendah.

0 2 39

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA.

0 2 49

PENGARUH UMPAN BALIK DENGAN ALAT BANTU AUDIO-VISUAL DAN UMPAN BALIK LANGSUNG TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR KETERAMPILAN BOLABASKET DITINJAU DARI PERSEPSI KINESTETIK (Studi Eksperimen pada Siswa SMP Negeri 2 Sragen).

0 0 19

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN IPA TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA SMP.

0 2 56

Peningkatan Keterampilan Sosial Siswa dalam Pembelajaran IPS Melalui Outdoor Activity di SMP Negeri 1 Kaligondang Kabupaten Purbalingga.

0 0 2