PENGARUH PEMBERIAN UMPAN BALIK DAN GENDER TERHADAP PENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA SMP.

(1)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Program Studi Pendidikan Olahraga

Oleh:

Yusnita Pusparagen 1103471

JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA SEKOLAH PASCASARJANA


(2)

Pemberian Umpan Balik dan Gender Terhadap Peningkatan Self Esteem Siswa SMP" ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Juli 2015 Yang Membuat Pernyataan

Yusnita Pusparagen NIM. 1103471


(3)

Nama : Yusnita Pusparagen, S.Pd

NIM : 1103471

Judul : Pengaruh Pemberian Umpan Balik Terhadap Peningkatan

Self Esteem Siswa SMP

Bandung, Juli 2015 Disetujui oleh:

Pembimbing Akademik

Prof. Dr. H. Adang Suherman, M.A NIP. 196306181988031001

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Olahraga Sekolah Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Yudy Hendrayana, M.Kes, AIFO NIP. 196207181988031004


(4)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN UMPAN BALIK DAN GENDER TERHADAP PENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA SMP

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui pengaruh pemberian umpan balik terhadap peningkatan self esteem pada peserta didik SMP. (2) Untuk mengetahui pengaruh gender terhadap peningkatan self esteem pada peserta didik SMP, dan (3) Untuk mengetahui interaksi antara pemberian umpan balik dan gender terhadap peningkatan self esteem pada peserta didik SMP. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan desain faktorial 2x2. Populasi adalah seluruh siswa SMP Lab UPI kelas VII yang berjumlah 175 peserta didik, dengan sampel sebanyak 2 kelas dengan jumlah 57 peserta didik, teknik sampling menggunakan cluster random sampling. Instrumen yang digunakan merupakan adopsi dari Self Esteem Rating Scale (SERS) yang dikembangkan oleh Nugent & Thomas (1993). Analisis menggunakan SPSS 17 dengan teknik ANOVA. Hasil pengolahan data menunjukan bahwa: (1) Feedback memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan self esteem peserta didik SMP. (2) Gender tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan self esteem peserta didik SMP. (3) Tidak terdapat interaksi antara feedback dan gender terhadap peningkatan self esteem peserta didik SMP.


(5)

A.Latar Belakang………... 1

B. Identifikasi Masalah………... 7

C.Rumusan Masalah………... 9

D.Tujuan Penelitian………... 10

E. Manfaat Penelitian………... 10

BAB II KAJIAN TEORITIS A.Self Esteem………... 12

B.Umpan Balik………... 20

C.Karakteristik Siswa Kelas VII………... 28

D.Gender………... 30

E. Penelitian Yang Relevan………... 33

F. Kerangka Pikir dan Hipotesis…... 35

BAB III METODE PENELITIAN A.Populasi dan Sampel………... 41

B.Metode dan Desain Penelitian………... 43

C.Definisi Operasional………... 47

D.Instrumen Penelitian………... 49

E. Uji Coba dan Revisi Angket………... 51

F. Langkah-langkah Penelitian………... 53

G.Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data………... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian………... 55

B.Diskusi Hasil Penelitian………... 60

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A.Kesimpulan………... 65

B.Rekomendasi………... 65


(6)

1. Lampiran 1 (Instrumen Uji Angket)... 69

2. Lampiran 2 (Data Uji Coba Instrumen Self Esteem)... 73

3. Lampiran 3 (Hasil Perhitungan Uji Coba Angket Self Esteem)... 74

4. Lampiran 4 (Instrumen Penelitian Self Esteem)... 84

5. Lampiran 5 (Program Pemberian Feedback)... 86

6. Lampiran 6 (Jadwal Pemberian Program Feedback)... 87

7. Lampiran 7 (Kriteria Tugas Pemberian Feedback)... 88

8. Lampiran 8 (Rekapitulasi Pre Test dan Post Test Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen)... 91

9. Lampiran 9 (Rekapitulasi Data Hasil Penelitian Self Esteem)... 95

10. Lampiran 10 (Tabulasi Data Hasil Penelitian)... 96

11 Lampiran 11 (Hasil Analisis Data Normalitas dan Homogenitas).... 97

12. Lampiran 12 (Hasil Uji Hipotesis)... 98


(7)

3.2. Program Penelitian ... 46

3.3. Kisi-kisi Angket ... 50

4.1. Deskripsi Data Self Esteem ... 55

4.2. Data Hasil Test Normalitas ... 56

4.3. Data Hasil Test Homogenitas ... 57


(8)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Program pembelajaran pendidikan jasmani memiliki tujuan dan fungsi untuk menumbuhkembangkan seluruh domain (aspek) yang dimiliki oleh peserta didik. Domain tersebut mencakup ranah psikomotor, kognitif, dan afektif. Pada aspek psikomotor terlihat jelas untuk diamati karena pendidikan jasmani adalah pendidikan melalui aktivitas fisik (jasmani) yang bertujuan mengembangkan kemampuan gerak peserta didik. Pada aspek kognitif, program pendidikan jasmani berupaya mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan daya nalar melalui berbagai konsep yang terkait dengan pemahaman tentang rangkaian gerak, kemampuan menganalisa gerakan, dan pemahaman konsep pola hidup sehat.

Melalui program pendidikan jasmani (penjas) dikembangkan pula aspek afektif yang terkait dengan perkembangan sikap dan emosional. Siswa diarahkan untuk memiliki kemampuan mengendalikan emosi, memiliki konsep diri yang positif, memiliki kemampuan berinteraksi secara efektif dengan orang lain, mampu menghormati dan menghargai kemampuan orang lain, dan memiliki kebanggaan serta percaya diri (self esteem) terhadap kemampuan yang dimilikinya (Lutan, 2001, hlm. 34-35).

Self esteem diartikan dalam istilah percaya diri meskipun tidak sepenuhnya menggambarkan makna yang sesungguhnya. Lutan (2003, hlm. 3) memaparkan

bahwa “self esteem adalah penerimaan diri sendiri, oleh diri sendiri berkaitan

bahwa kita pantas, berharga, mampu dan berguna tak peduli dengan apa pun yang sudah, sedang atau bakal terjadi. Tumbuhnya perasaan aku bisa dan aku berharga merupakan inti dari pengertian self esteem”. Hal yang serupa diungkapkan dalam

sebuah situs “Kidshealth” (2006) yang menyatakan bahwa “Self esteem is the collection of beliefs or feeling that we have about ourselves, or our “self -perception.” How we define ourselfes influences or motivations, attitudes, and behavioras and affects our emotional adjustment”. Maksudnya adalah self esteem merupakan kumpulan dari kepercayaan atau perasaan tentang diri kita atau


(9)

persepsi kita terhadap diri sendiri tentang motivasi, sikap, perilaku, dan penyesuaian emosi yang mempengaruhi kita.

Situs KidsHealts (2006) memaparkan mengenai dua jenis self esteem yaitu

Unhealty Self esteem dan Healthy Self esteem. Self esteem yang rendah atau tidak

sehat pada anak ditandai dengan tidak adanya keinginan melakukan sesuatu hal yang baru, anak selalu berkata negatif atas kemampuan yang dimilikinya misalnya

“Saya bodoh!”, “Saya tidak pernah belajar dengan baik”. Ciri yang lainnya adalah

anak tidak memiliki toleransi, frustasi, dan pesimis. Sedangkan pada anak yang memiliki self esteem yang sehat ditandai dengan senang memelihara hubungan dengan yang lain, aktif dalam kelompoknya, menyenangkan dalam berhubungan baik, mampu menemukan solusi ketika peluang menipis, memahami kekuatan dan kelemahannya serta memiliki sikap optimis.

Self esteem dapat tercermin dari cara seseorang berperilaku dan berbuat. Self esteem berkenaan dengan kemampuan untuk memahami apa yang sedang dan

telah diperbuat, dan berkenaan pula dengan penetapan tujuan yang harus dicapai. Dalam konteks pembelajaran pendidikan jasmani, kita dapat mengamati self

esteem yang dimiliki oleh para peserta didik. Peserta didik yang memiliki self esteem tinggi atau self esteem yang sehat pada umumnya memiliki kepercayaan

diri dan keyakinan yang tinggi pula untuk dapat melakukan tugas gerak yang diinstruksikan guru. Mereka biasanya bersungguh-sungguh dalam melakukan aktivitas jasmani dan selalu berupaya memperbaiki kekurangan dan terus berlatih meningkatkan kemampuannya. Ciri ini akan sangat berbeda dengan peserta didik yang rendah self esteemnya atau yang tidak memiliki self esteem. Umumnya mereka enggan atau bermalas-malasan melakukan tugas gerak karena merasa khawatir atau tidak percaya terhadap kemampuan yang dimilikinya, tidak bekerja keras memperbaiki kekurangannya dan merasa cukup dengan apa yang sudah dilakukannya. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Allegrante (2010) menyebutkan bahwa “Self esteem sangat berhubungan erat dengan kesehatan fisik

dan mental”. Hal ini berhubungan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Koka (2006) bahwa “Ancaman dengan stabilitas tinggi dari rendahnya feedback


(10)

yang diberikan oleh guru sangat dirasakan pada pendidikan jasmani”. Dari hasil penelitian tersebut di atas dapat terlihat bahwa guru pendidikan jasmani jarang sekali memberikan feedback sehingga tujuan dari pelajaran pendidikan jasmani sulit tercapai, sedangkan hasil penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa self

esteem sangat berhubungan erat dengan kesehatan fisik.

Peristiwa seperti itu akan menjadi hambatan bagi terciptanya lingkungan belajar penjas yang kondusif. Sudah menjadi kewajiban guru penjas untuk mampu menyajikan program pengajaran penjas yang baik yang dapat mengatasi peserta didik yang tidak memiliki self esteem atau taraf self esteemnya masih rendah.

“Guru atau pelatih merupakan sumber penting dalam mengembangkan self esteem

siswa atau atlet, bahkan sebaliknya guru berpotensi menghancurkan self esteem

siswa” (Lutan, 2003). Untuk itu guru penjas harus memiliki sikap dan perilaku yang mampu mengembangkan self esteem peserta didik melalui perkataan dan tindakan selama proses pembelajaran penjas yang termuat dalam program penjas yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.

“Program penjas yang baik akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kepercayaan diri, mengembangkan nilai-nilai pribadi

melalui aktivitas jasmani baik secara perorangan maupun berkelompok” (Lutan, 1998). Bila tujuan itu tercapai, hal itu memungkinkan peserta didik untuk memperoleh dan menerapkan pengetahuan tentang aktivitas jasmani, pertumbuhan dan perkembangan, perkembangan estetika dan sosial, mengembangkan sikap positif, mengembangkan keterampilan sosial untuk berkomunikasi secara efektif dengan orang lain (Lutan, 1998).

Kesempatan dan manfaat yang akan diperoleh peserta didik akan tercapai apabila guru penjas mampu bertindak sesuai dengan fungsi dan peranannya dalam mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik. Termasuk ketika berupaya meningkatkan self esteem pada diri peserta didik. Salah satu cara meningkatkan

self esteem menurut Lutan (2003) adalah “Melalui komunikasi yang efektif”. Indikator terpenting dari komunikasi yang efektif adalah berterus terang,


(11)

Guru yang baik harus berterus terang memberikan penilaian terhadap kemampuan peserta didik dengan menceritakan hal yang sesungguhnya dengan cara yang tidak membuat peserta didik semakin terpuruk. Misalnya guru harus menghindarkan kata-kata “kamu tidak bisa” kepada peserta didik, tetapi

diutarakan dengan kata “belum bisa” ketika peserta didik belum mampu

melaksanakan tugas gerak sesuai dengan harapan guru. Hal terpenting lagi adalah guru tetap memiliki pendirian yang konsisten terhadap ucapan dan perilakunya. Guru penjas yang baik adalah guru yang mau mendengar dan memperhatikan segala hal yang diutarakan peserta didik dalam rangka perbaikan proses pembelajaran. Guru penjas yang baik pun adalah orang yang mampu menerima perasaan orang lain, termasuk perasaan peserta didik.

Ketiga indikator yang termuat dalam komunikasi yang efektif sesungguhnya merupakan proses pemberian umpan balik atau feedback yang dilakukan guru selama proses pembelajaran. Hal itu dilakukan tidak saja dalam kegiatan belajar mengajar di kelas atau di lapangan melainkan ketika aktivitas belajar telah selesai dilaksanakan. Misalnya di sela-sela waktu istirahat, guru biasanya mengingatkan peserta didik untuk terus berlatih atau aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan cabang olahraga yang dipilih peserta didik. Secara tidak langsung, peristiwa komunikasi tersebut dapat menjadi feedback bagi peserta didik untuk selalu diingatkan akan keharusannya berlatih sekaligus termotivasi karena adanya perhatian dari gurunya. Seperti halnya dalam konteks kepelatihan, peserta didik sebagai atlet membutuhkan feedback. Harsono (1988, hlm.87) mengemukakan

“Atlet membutuhkan umpan balik untuk mengetahui bagaimana hasil-hasil latihannya, dan apa yang masih harus diperhatikan dan ditekankan dalam

latihan-latihan untuk kemajuan prestasinya”.

Secara umum feedback terbagi ke dalam dua jenis yaitu intrinsic feedback dan extrinsic feedback (Apruebo, 2005). Intrinsic feedback atau feedback intrinsik terkait dengan penilaian terhadap dirinya sendiri, tentang sikap atau perilaku yang telah dilakukannya, tentang kemampuan yang telah ditunjukkannya. Misalnya dalam melakukan tugas gerak, apakah aktivitas yang dilakukan sudah sesuai


(12)

dengan yang diinstruksikan guru, apakah merasa nyaman dengan alat bantu yang digunakan, atau menilai bahwa rangkaian gerakan senam telah sesuai dengan urutan yang harus dilakukan. Sedangkan extrinsic feedback adalah feedback yang berasal dari luar dirinya. Misalnya koreksi dari guru penjas atas gerakan yang sudah dilakukan, cemoohan rekan karena salah memberikan umpan ketika bermain bola, atau dari lingkungan sekitar seperti cuaca yang terlalu panas sehingga mengharuskannya sering beristirahat di tempat yang teduh.

Fungsi feedback adalah memberikan motivasi, reinforcement (Harsono, 1988, hlm. 89) atau punishment (Lutan, 1998). Menurut Apruebo (2005, hlm. 100), “Reinforcement means any event that increase the probability that a particular response will reoccur under similar consequences”. Reinforcement maksudnya adalah pemberian penguatan atas kejadian atau aktivitas yang telah dilaksanakan sehingga aktivitas tersebut tetap mampu dipertahankan atau memberikan respons yang serupa dan pada aktivitas berikutnya dapat meningkat lagi. Dalam hal pemberian reinforcement Weinberg dan Gould (1995, hlm. 137) mengemukakan “Reinforcement is the use of reward and punishment that

increase or decrease the likelihood of similar response occurring in the future”.

Bahwa reinforcement dapat menggunakan penghargaan atau hukuman yang mungkin sekali dapat meningkatkan atau menurunkan respons serupa yang terjadi pada masa berikutnya. Penghargaan tidak selalu dalam bentuk benda sebagai hadiah, tetapi dapat melalui ungkapan-ungkapan. Contohnya ungkapan guru

penjas yang mengatakan “Lemparan kamu sudah bagus, coba lempar ke sasaran yang lebih jauh!” Sedangkan punishment lebih bersifat memberikan penilaian

buruk atas apa yang dilakukan oleh peserta didik. Misalnya pada ungkapan

“Lemparan kamu ngawur, jangan asal lempar saja!”

Feedback dapat diberikan dalam beberapa jenis, misalnya seperti

knowledge of result, objective measures, self monitoring, snap judgement, video playback (Butler, 1996 dalam Apruebo, 2005). Jenis feedback yang lain

dikemukakan oleh Suherman (1998, hlm. 126) yaitu feedback positif, feedback netral, dan feedback negatif. Ketiga jenis feedback ini paling sering dijumpai


(13)

dalam kegiatan belajar mengajar penjas yang bersifat praktik di lapangan dan lebih mudah dilakukan oleh guru. Feedback positif ditandai dengan ungkapan guru seperti bagus, hebat, dan pintar. Feedback netral diungkapkan guru dengan tidak merujuk kepada kesalahan tugas gerak yang dilakukan seorang peserta didik akan tetapi mengingatkan kepada semua peserta didik. Misalnya dalam belajar menyundul bola, guru mengatakan buka mata untuk melihat arah bola. Feedback negatif adalah kebalikan dari feedback positif. Pada umumnya feedback negatif diajurkan secara implisit atau tidak langsung, misalnya pada ungkapan guru

“Kamu tidak becus mengoper bola” sebaiknya diungkapkan “Jangan hanya didorong, lempar bola itu dengan kuat agar sampai ke teman kamu!”. Firmansyah dalam penelitiannya menyebutkan bahwa terdapat interaksi antara gaya mengajar dan feedback terhadap keterampilan gerak dasar.

Pemberian jenis feedback harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Kebutuhan peserta didik terkait dengan tingkat perkembangan psikososial peserta didik. Pada perkembangan peserta didik di masa remaja yang terkadang memiliki keinginan diperhatikan secara berlebihan atau bahkan ingin diberikan kebebasan seluas-luasnya, guru harus berhati-hati memberikan feedback untuk perbaikan atau koreksi atas kekeliruan yang dilakukan peserta didik. Kekurangsesuaian jenis feedback yang diberikan akan berdampak kepada perasaan tidak enak, pesimistis, tidak memiliki motivasi, atau tidak memiliki harga diri karena selalu mendapat teguran guru. Untuk itu karakteristik peserta didik harus mendapat perhatian penting ketika guru akan memberikan feedback. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Budiman (2009) tentang pemberian

feedback menghasilkan tiga aspek penting yang harus diketahui oleh guru penjas

dalam pemberian feedback, yaitu:

(1) Pemberian feedback positif memberikan pengaruh yang signifikan pada pengembangan konsep diri yang positif pada siswa sekolah dasar, (2) Pemberian feedback netral tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada pengembangan konsep diri yang positif pada siswa sekolah dasar, dan (3) pemberian feedback positif lebih baik daripada pemberian feedback netral.


(14)

Karakteristik siswa SMP (13-16 tahun) tergolong ke dalam masa remaja

awal. “Karakteristik umum masa remaja adalah memandang sesuatu hal dari yang bersifat subyektif menuju ke arah yang obyektif” (Makmun, 1995). Lebih lanjut

Makmun mengemukakan bahwa usia remaja pada masa anak sekolah umumnya dituntut untuk dapat mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu dengan baik dan sempurna. Kemampuan melaksanakan tugas merupakan kepercayaan atas kecakapannya. Kalau tidak, maka akan timbul perasaan rendah diri (inferiority) atau self esteem yang rendah sekali yang akan dibawanya pada taraf perkembangan selanjutnya. Masa remaja sudah menunjukkan kepada proses pemenuhan kebutuhan pada tahap penghargaan dan perwujudan diri (Teori Kebutuhan Maslow), dan sudah menunjukkan arah kecenderungan tertentu yang akan mewarnai pola dasar kepribadiannya (Soesilowindradini, 1995)

Dalam penelitian ini peneliti juga ingin mengkaji mengenai bagaimana peran gender dalam pemberian feedback dan self esteem. Hal ini sangat menarik karena berdasarkan pada hipotesis intensifikasi gender (gender intensification

hypothesis) bahwa perbedaan psikologis dan perilaku antara laki-laki dan

perempuan menjadi semakin besar pada masa remaja awal karena meningkatnya tekanan sosialisasi untuk menyesuaikan diri pada peran gender maskulin dan feminim. Dimana masa remaja awal adalah masa usia sekolah menengah pertama. Peneliti ingin melihat apakah ada perbedaan pada peserta didik laki-laki dan perempuan setelah diberikan pemberian feedback dan bagaimana pengaruhnya terhadap self esteem peserta didik yang tentunya berdasarkan gender.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Perkembangan masa remaja pada umumnya dipengaruhi oleh minatnya terhadap sekolah (Soesilowindradini, 1995 hlm. 189-190). Salah satu yang mempengaruhinya adalah penilaian remaja terhadap kemampuan gurunya mengajar. Kadang-kadang remaja berkeluh kesah berkenaan dengan perilaku dan cara-cara gurunya mengajar. Guru dinilainya tidak memahami keinginan dan kebutuhan remaja di sekolah. Remaja merasa diperlakukan seperti anak kecil, tidak ada kebebasan dan kebanggaan atas apa yang telah dilakukan oleh remaja.


(15)

Hal ini terkait dengan terabaikannya upaya pengembangan konsep diri, rasa percaya diri atau harga diri (self esteem) sebagai hasil interaksi dalam proses pembelajaran.

Perkembangan self esteem terkait erat dengan proses perkembangan peserta

didik untuk semakin mengenal siapa dirinya. “Guru penjas memiliki peranan yang cukup besar dalam rangka membantu siswa memahami siapa dirinya” (Lutan

2003, hlm. 21). Terutama bagaimana membantu peserta didik untuk merasakan bahwa dirinya mendapat pengakuan dari orang lain, dan mendapat penghargaan atas tindakan yang dilakukannya.

Dalam konteks pembelajaran penjas, menumbuhkan perasaan harga diri (self esteem) dapat ditingkatkan melalui pemberian feedback oleh guru secara langsung melalui ungkapan dan tindakan, atau guru membuat indikator pembelajaran agar lingkungan pembelajaran dapat memberikan stimulus berupa

feedback kepada setiap tindakan yang dilakukan peserta didik. Ini berlandasakan

pada pernyataan Lutan (2003, hlm. 21) bahwa salah satu faktor yang dapat mengembangkan self esteem adalah peranan guru atau pelatih olahraga. Sehingga dengan bentuk perlakuan yang guru berikan dalam proses pembelajaran akan berdampak pada perubahan self esteem peserta didik. Misalnya, antara peserta didik untuk selalu diarahkan menghargai kemampuan yang dimiliki serta menghormati kesempatan kawan untuk melakukan tugas gerak dalam proses menunggu giliran.

Yang menjadi hambatan dalam menerapkan feedback adalah kesesuaian antara jenis feedback dengan kebutuhan peserta didik akan penghargaan yang harus diterimanya. Hal ini adalah sebagai akibat dari belum mampunya guru penjas menerapkan feedback secara maksimal karena belum memiliki pemahaman tentang jenis dan fungsi feedback. Faktor lain yang harus diperhatikan adalah tingkat perkembangan psikososial antara peserta didik laki-laki dengan perempuan pada tingkat SMP yang cenderung berbeda, apalagi menginjak masa remaja. Block dan Robins (1993) dalam buku Self esteem theory and research melaporkan bahwa kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain dalam


(16)

perilaku yang positif mencerminkan rasa self esteem pada diri perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Tingkat pertumbuhan dan perkembangan siswa perempuan pada beberapa aspek mental, sosial, dan emosional cenderung berkembang lebih cepat dibandingkan siswa laki-laki (Soesilowindradini 1995, hlm. 188). Hal ini pun berdampak pada pemberian jenis feedback yang berbeda pula agar terjadi kesesuaian antara aktivitas peserta didik sebagai stimulus dengan respons berupa perlakuan guru dalam bentuk feedback. Semua itu diupayakan dalam meningkatkan self esteem pada diri peserta didik.

Berdasarkan wawancara peneliti dengan guru BK (Bimbingan Konseling) SMP Lab UPI (2014), tingkat self esteem peserta didik SMP Laboratorium Percontohan sangat bervariasi, dilihat berdasarkan tingkatannya siswa kelas IX memiliki self esteem paling tinggi dibandingkan dengan adik kelasnya kelas VII dan VIII, karena kelas IX merupakan tingkatan paling tinggi di SMP sehingga peserta didik kelas IX cenderung lebih memiliki rasa menguasai dan percaya diri, sedangkan untuk kelas VII cenderung memiliki self esteem yang rendah, karena sering mendapatkan tekanan atau ejekan dari kakak kelasnya, begitupun bila dibandingkan dengan kelas VII yang termasuk kedalam kelas bilingual, kelas VII reguler memiliki self esteem yg lebih rendah dibandingkan dengan kelas bilingual.

Pada kenyataan yang ada di lapangan, peserta didik SMP Lab UPI sering sekali malas dan sulit sekali apabila guru menugaskan untuk memberikan contoh suatu gerakan kapada teman-temannya, sebagai contoh apabila peserta didik di tugaskan untuk memberikan contoh melakukan lay up shoot pada pembelajaran bola basket tidak semua peserta didik mau melakukannya. Setelah guru melakukan observasi, kemalasan mereka untuk melakukan tugas tersebut dikarenakan mereka tidak bisa dan tidak yakin bisa melakukan hal tersebut, karena bila salah dalam melakukan tugas tersebut hal yang mereka dapat adalah ejekan dan sindiran dari teman-teman sebayanya. Hal ini menunjukan masih adanya peserta didik yang menunjukkan gejala self esteem yang rendah. Berkaitan dengan self esteem yang rendah terdapat dampak yang cukup buruk akibat dari rendah diri di dunia pendidikan Indonesia. Salah satunya yang sering terjadi dan


(17)

muncul di televisi yaitu kasus bunuh diri yang dialami peserta didik yang tidak lulus Ujian Nasional (UN). Berdasarkan pada pernyataan Lutan (2003) bahwa salah satu faktor yang dapat mengembangkan self esteem adalah peranan guru, sehingga dengan bentuk perlakuan yang guru berikan pada peserta didik dalam proses pembelajaran akan berdampak pada perubahan self esteem peserta didik.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Dari latar belakang dan Identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka rumusan penelitiannya adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh pemberian feedback terhadap peningkatan self

esteem pada peserta didik SMP?

2. Apakah terdapat pengaruh gender terhadap peningkatan self esteem pada peserta didik SMP?

3. Apakah terdapat interaksi antara pemberian feedback dan gender terhadap peningkatan self esteem pada peserta didik SMP?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh temuan mengenai pengaruh pemberian feedback terhadap peningkatan self esteem pada peserta didik laki-laki dan peserta didik perempuan. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan bukti kebermaknaan program pendidikan jasmani melalui proses pembelajarannya yang mampu menumbuhkembangkan seluruh aspek yang dimiliki peserta didik, khususnya aspek psikologis dan sosial.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengaruh pemberian feedback terhadap peningkatan

self esteem pada peserta didik SMP.

b. Untuk mengetahui pengaruh gender terhadap peningkatan self esteem pada peserta didik SMP.

c. Untuk mengetahui interaksi antara pemberian feedback dan gender terhadap peningkatan self esteem pada peserta didik SMP.


(18)

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan dengan proses pembinaan dan pengembangan pembelajaran pendidikan jasmani khususnya pada upaya peningkatan aspek psikososial peserta didik di SMP.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan referensi bagi para peneliti atau pihak lain yang hendak meneliti masalah-masalah yang berhubungan dengan penerapan feedback sebagai salah satu faktor untuk meningkatkan self esteem pada peserta didik. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian atau rujukan dalam proses pembelajaran penjas khususnya di bidang strategi belajar mengajar pendidikan jasmani. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan masukan dan sumber tambahan bagi lembaga-lembaga yang berkepentingan dalam mengembangkan keilmuan di bidang pendidikan jasmani seperti FPOK, Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP), para guru penjas dan lembaga terkait lainnya, termasuk para peneliti dalam bidang kajian yang sama.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menemukan jenis feedback yang paling sesuai sebagai cara meningkatkan self esteem pada peserta didik SMP, baik bagi peserta didik laki-laki maupun peserta didik perempuan. Dengan ditemukannya jenis feedback yang paling sesuai, guru penjas akan lebih mudah lagi untuk menerapkannya sehingga kegiatan belajar mengajar akan lebih kondusif lagi. Sedangkan bagi peserta didik, melalui peningkatan self esteem diharapkan akan terbentuk kepribadian yang tangguh dalam menghadapi berbagai konflik hidup. Kepribadian peserta didik yang tangguh dicirikan dengan karakter memiliki kepercayaan diri yang tinggi, selalu optimis, dan memiliki social skill yang tinggi.


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Populasi, Sampling dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik SMP Lab UPI Bandung kelas VII yang terdiri dari 6 kelas yaitu kelas A, B, C, D, E dan F. Masing-maing kelas terdiri atas kelas A sebanyak 29 Peserta didik, kelas B sebanyak 30 peserta didik, kelas C sebanyak 30 peserta didik, kelas D sebanyak 29 peserta didik, kelas E sebanyak 28 peserta didik dan kelas F sebanyak 29 peserta didik. Jumlah keseluruhan populasi kelas VII adalah sebanyak 175 peserta didik.

Alasan pengambilan populasi di SMP Lab UPI karena SMP Lab UPI merupakan SMP Laboratorium Percontohan di Bandung untuk mengembangkan berbagai macam inovasi pembelajaran termasuk pembelajaran penjas. Pemilihan populasi dan sampel didasarkan pada pertimbangan:

(1) Peserta didik kelas VII SMP termasuk ke dalam masa remaja awal dengan karakteristik pencarian jati diri. Didalamnya tersirat untuk belajar mengerti dan memahami siapa dirinya. Indikatornya diungkapkan melalui rasa percaya diri dan perasaan bangga pada diri sendiri (self esteem). Oleh sebab itu peserta didik pada masa ini sesuai untuk dijadikan sampel penelitian dalam upaya mengembangkan self esteem yang sehat karena mereka sedang mengalami masa awal dari proses perkembangan self esteem.

(2) Berdasarkan pengalaman guru penjas belum mampu memberikan umpan balik secara optimal selama proses pembelajaran penjas. Ini disebabkan karena guru penjas memiliki persepsi bahwa pemberian umpan balik hanya berdampak pada peningkatan keterampilan belajar motorik, bukan pada mengembangkan aspek psikososial seperti self esteem. Sementara guru penjas yang lain kurang memahami keberfungsian pemberian umpan balik dalam pembelajaran penjas.


(20)

2. Sampling dan Sampel Penelitian

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cluster random

sampling. Alasan menggunakan teknik cluster random sampling dalam

pengambilan sampel adalah karena kondisi eksternal dan internal, menurut Maksum (2010, hlm. 276) memaparkan bahwa:

Kondisi eksternal adalah peraturan yang berlaku atau orang yang memiliki otoritas tidak menginjinkan. Adapun kondisi internal adalah apabila penyampelan dilakukan terhadap individu subjek maka suasana kealamiahan kelompok akan berubah, sedangkan suasana kealamiahan kelompok tersebut merupakan salah satu kajian dalam riset yang dilakukan.

Pembelajaran penjas yang dilaksanakan di SMP Lab UPI sudah terjadwal, sehingga tidak memungkinkan untuk menambah jam pelajaran baru diluar jadwal pembelajaran penjas karena beberapa faktor, salah satunya kesiapan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran penjas di luar jadwal jam pembelajaran yang sudah ada apabila dilakukan secara cluster random sampling, ini merupakan alasan faktor eksternal pada penelitian ini.

Sedangkan suasana kealamiahan yang ada pada satu kelas yang akan dijadikan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terdapat suasana kealamiahan kelompok pada kelas yang tidak akan berubah, ini merupakan alasan pada faktor internal dalam penelitian ini. Fraenkel dkk. (2012, hlm. 95) menegaskan bahwa:

Frequently, researchers cannot select a sample of individuals due to administrative or other restrictions. This is especially true in schools… Just as simple random sampling is more effective with larger numbers of individuals, cluster random sampling is more effective with larger number of clusters.

Maksum (2012, hlm. 57) juga menjelaskan bahwa “Dalam cluster random

sampling, yang dipilih bukan individu melainkan kelompok atau area yang

kemudian disebut cluster.Misalnya propinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan sebagainya.Bisa juga dalam bentuk kelas dan sekolah.Langkah-langkah dalam menentukan sampel dengan teknik cluster random sampling pada penelitian ini yaitu dengan cara mengundi dari ke enam kelas VII di SMP Lab UPI yang


(21)

hasilnya akan diambil dua kelas. Alasan diambil dua kelas karena masing-masing dari kelas itu akan diambil 1 sebagai kelompok eksperimen dan 1 sebagai kelompok kontrol. Pengundian dilakukan dengan cara mengacak ke enam nama kelas yang telah ditulis di secarik kertas dan digulung agar tidak terlihat, kemudian diambil dua kelas untuk menentukan sampel. Dua kelas yang terpilih selanjutnya akan diambil secara acak kembali untuk menentukan mana yang menjadi sampel eksperimen dan kontrol.

Berdasarkan hasil pengundian sampel secara cluster random sampling, maka terdapat dua kelas yang terpilih menjadi sampel pada penelitian ini. Kelas yang menjadi kelompok eksperimen ialah kelas VII D yang terdiri dari 29 peserta didik dan kelas VII E menjadi kelompok kontrol yang terdiri dari 28 peserta didik. Sehingga jumlah sampel keseluruhan pada penelitian ini sebanyak 57 peserta didik.

B. Metode dan Desain Penelitian

Permasalahan yang penulis ungkap dalam penelitian ini adalah pengaruh

pemberian umpan balik positif dan umpan balik netral, terhadap perubahan self

esteem pada peserta didik SMP. Sehubugan dengan hal tersebut maka diperlukan

suatu metode penelitian yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Tujuan penelitian yang dimaksud adalah untuk memecahkan masalah penelitian melalui pembuktian hipotesis.

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen. Metode eksperimen menurut Arikunto (2002, hlm. 3) adalah suatu cara penelitian

“Dengan cara ini peneliti sengaja membangkitkan timbulnya suatu kejadian atau keadaan, kemudian diteliti bagaimana akibatnya”.

Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa kegiatan percobaan (eksperimen) yang dimaksud adalah penerapan umpan balik positif dan umpan balik netral. Sedangkan hasil yang diharapkan adalah meningkatnya self esteem pada peserta didik SMP. Dari sinilah dapat diketahui dan ditentukan jenis-jenis variabel penelitian. Dalam konteks penelitian ini variabel yang memberikan pengaruh (variabel bebas/independet variable) adalah pemberian dua jenis umpan balik


(22)

sehingga dalam pelaksanaannya sampel dibagi dua kelompok untuk memperoleh perlakuan yang berbeda-beda.

1. Kelompok A mendapat perlakuan pemberian umpan balik positif. 2. Kelompok B mendapat perlakuan pemberian umpan balik netral.

Sedangkan variabel yang dipengaruhi (variabel terikat/dependent variable) adalah self esteem pada peserta didik SMP yang terdiri dari tiga indikator yaitu: a. Memahami apa yang dapat dan telah dilakukan

b. Menetapkan tujuan dan arah hidup c. Tidak merasa iri pada prestasi orang lain

Desain yang digunakan adalah desain faktorial 2 x 2. Kerlinger (1986 ) yang dikutip oleh Maksun (2012, hlm. 99) menjelaskan bahwa “ factorial design is the structure of research in which two or more independent variables are juxtaposed in order to study their independent and interactive effects on a dependent variabel. Pemetaan lebih jelas tentang 2 by 2 factorial design dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 3.1. Desain Faktorial 2 x 2

Variabel Terikat Variabel Bebas

Self-Esteem

Umpan balik Positif (A1)

Umpan balik Netral (A2) Peserta didik laki-laki

(B1)

A1B1 A2B1

Peserta didik Perempuan (B2)

A1B2 A2B2

Keterangan :

A1 : Pembelajaran penjas menggunakan umpan balik positif A2 : Pembelajaran penjas menggunakan umpan balik netral B1 : Peserta didik laki-laki

B2 : Peserta didik perempuan


(23)

laki-laki

A2B1 : Pembelajaran penjas menggunakan umpan balik netral pada peserta didik laki-laki

A1B2 : Pembelajaran penjas menggunakan umpan balik positif pada peserta didik perempuan

A2B2 : Pembelajaran penjas menggunakan umpan balik positif pada peserta didik perempuan

Penelitian ini dilaksanakan selama 8 kali pertemuan yang dilaksanakan setiap 1 kali dalam seminggu, jadi penelitian dilakukan selama 2 bulan dari mulai bulan Oktober sampai Desember 2014. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian:

1. Pre Test

Pre test diberikan kepada peserta didik sebelum mengimplementasikan

feedback positif dan netral kepada peserta didik putra dan putri. Pre test diberikan

untuk melihat sejauh mana self esteem peserta didik putra dan putri sebelum diberikan perlakuan feedback positif dan feedback netral pada pembelajaran penjas. Instrumen yang digunakan untuk melihat self esteem peserta didik menggunakan instrument self esteem yang sudah diuji validitas dan realibilitasnya.

2. Perlakuan

Perlakuan dilakukan pada kelompok eksperimen menggunakan feedback positif pada peserta didik putra dan putri dalam materi yang disesuaikan dengan silabus yang ada di SMP Lab UPI sedangkan pada kelompok kontrol diberikan perlakuan feedback netral dengan materi yang sama dengan kelompok eksperimen pada peserta didik putra dan putri. Perlakuan ini dilaksanakan 1 minggu sekali sebanyak 8 pertemuan, berikut merupakan program perlakuan dalam rangka meningkatkan self esteem peserta didik SMP Lab UPI baik putra maupun putri melalui pemberian feedback positif maupun netral pada pembelajaran penjas yang akan disajikan pada tabel 3.2 sebagai berikut:


(24)

Tabel 3.2. Program Penelitian

Pertemuan ke

Materi Sub Materi Waktu

Pre Test - Rabu, 24 Sep 2014

1 Bola Basket

 Lemparan dada

 Lemparan di atas kepala

Rabu, 1 Okt 2014

2 Bola Basket

 Lemparan pantulan

 Lemparan samping

Rabu, 8 Okt 2014

3 Bola Basket

 Lemparan lengkung samping

 Lemparan bawah

Rabu, 15 Okt 2014

4 Bola Basket Menggiring bola Rabu, 22 Okt 2014

5 Atletik

 Teknik dasar

start

 Teknik lari jarak pendek

Rabu, 29 Okt 2014

6 Atletik

 Teknik lari jarak pendek

 Teknik

memasuki garis finish

Rabu, 5 Nov 2014

7 Senam Lantai Guling depan Rabu, 12 Nov 2014

8 Senam Lantai Guling belakang Rabu, 19 Nov 2014

Program pemberian feedback dalam penelitian ini adalah feedback positif dan feedback netral pada peserta didik putra dan putri saat pembelajaran penjas di SMP Lab UPI. Eksperimen ini dilaksanakan 1 kali dalam seminggu dengan


(25)

jumlah pertemuan 8 pertemuan dengan alasan bahwa peningkatan self esteem peserta didik putra dan putri diharapkan dapat terjadi perubahan dalam jangka waktu yang relatif singkat. Sesuai dengan ini, teori Mruk (2006, hlm.189) menjelaskan bahwa:

The 5 week period seems to be optimal in terms of making a compromise between having enough time to work on self esteem in a way that allows for some change to occur and for maximizing attendance in a outpatient or educational setting. Standard number of 2 hour season is five. They should be spread evenly over time, such as by meeting once per week.

Teori ini mengungkapkan bahwa 5 minggu menjadi waktu yang optimal untuk dapat memaksimalkan pertemuan dalam setting outpatient atau pendidikan dan untuk melihat perubahan yang terjadi dalam self esteem. Waktu yang standar untuk digunakan adalah 3 jam per setiap pertemuan selama 5 minggu.

3. Post Test

Post test dilaksanakan pada pertemuan ke-8 setelah program pembelajaran penjas menggunakan feedback positif dan netral kepada peserta didik putra dan putri diberikan. Post test diberikan untuk melihat sejauh mana perkembangan self

esteem peserta didik putra dan putri kelas VII di SMP Lab UPI setelah diberikan

perlakuan selama 8 kali pertemuan. Instrumen yang digunakan dalam post test sama dengan instrument yang digunakan ketika pre test. Hasil data post test akan dibandingkan dengan hasil data pre test untuk melihat perubahan self esteem peserta didik putra dan putri setelah diberikan perlakuan berupa feedback positif dan feedback netral pada pembelajaran penjas.

C. Definisi Operasional

Beberapa ahli mengartikan self esteem dengan istilah yang berbeda namun memiliki makna yang sama. Dengan merujuk pada pendapat Maslow (1970 dalam Sudibyo Setyobroto 2001, hlm 72), bahwa self esteem (harga diri) merupakan kebutuhan individu yang berhubungan dengan motif berprestasi dan kepercayaan diri sendiri. Harga diri juga berkaitan erat dengan status, pengakuan, dan reputasi yang menimbulkan perasaan untuk menghargai diri sendiri.


(26)

Terbentuknya harga diri pada prinsipnya bertalian erat dengan interaksi sosial yang dijalani seseorang. Harga diri atau kebanggaan diri akan muncul dalam diri seseorang apabila ia telah memahami kelebihan yang dimiliki oleh dirinya. Pemahaman itu biasanya diperoleh melalui proses membandingkan dengan orang lain dalam aktivitas sosial yang dilakukannya. Intinya adalah kebutuhan rasa harga diri (self esteem) ini dapat dipenuhi melalui hubungan interpersonal dengan orang lain.

Istilah self esteem diartikan pula sebagai kepercayaan diri atau keyakinan diri. Self esteem berkaitan dengan perasaan bahwa kita pantas, layak, berharga, mampu dan berguna, tak peduli apapun yang telah terjadi dalam hidup kita, apa yang sedang terjadi atau apa yang bakal terjadi. Lutan (2003, hlm. 3)

memaparkan bahwa “self esteem adalah penerimaan diri sendiri, oleh diri sendiri

berkaitan bahwa kita pantas, berharga, mampu dan berguna tak peduli dengan apa pun yang sudah, sedang atau bakal terjadi. Tumbuhnya perasaan aku bisa dan aku berharga merupakan inti dari pengertian self esteem”.

Hal yang serupa diungkapkan dalam sebuah situs “Kidshealth” (2006) yang menyatakan bahwa “Self esteem is the collection of beliefs or feeling that we have

about ourselves, or our “self-perception.” How we define ourselfes influences or motivations, attitudes, and behavioras and affects our emotional adjusment”.

Maksudnya adalah self esteem merupakan kumpulan dari kepercayaan atau perasaan tentang diri kita atau persepsi kita terhadap diri sendiri tentang motivasi, sikap, perilaku, dan penyesuaian emosi yang mempengaruhi kita. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan pula bahwa self esteem berkenaan dengan: (a) kemampuan kita untuk memahami apa yang dapat kita lakukan dan apa yang telah dilakukan, (b) penetapan tujuan dan arah hidup sendiri, (c) kemampuan untuk tidak merasa iri terhadap prestasi orang lain.

KidsHealts memaparkan mengenai dua jenis self esteem yaitu Unhealty Self

esteem dan Healthy Self esteem. Self esteem yang rendah atau tidak sehat pada

anak ditandai dengan tidak adanya keinginan melakukan sesuatu hal yang baru, anak selalu berkata negatif atas kemampuan yang dimilikinya misalnya “Saya bodoh!”, “Saya tidak pernah belajar dengan baik”. Ciri yang lainnya adalah anak


(27)

tidak memiliki toleransi, frustasi, dan pesimis. Sedangkan pada anak yang memiliki self esteem yang sehat ditandai dengan senang memelihara hubungan dengan yang lain, aktif dalam kelompoknya, menyenangkan dalam berhubungan sosial, mampu menemukan solusi ketika peluang menipis, memahami kekuatan dan kelemahannya serta memiliki sikap optimis.

Awal dari pembinaan self esteem adalah mengajarkan kepada peserta didik untuk memahami siapa dirinya, khususnya yang berkenaan dengan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki peserta didik. Pada proses berikutnya adalah menciptakan lingkungan sosial bagi peserta didik agar ia diterima oleh orang lain. Dalam konteks pembelajaran penjas, lingkungan yang dimaksud adalah kegiatan belajar penjas yang melibatkan peran aktif seluruh peserta didik dalam melaksanakan tugas gerak yang disampaikan guru. Tujuannya tiada lain untuk memberikan pengalaman sukses melalui pemberian penghargaan (reward yang menjadi bagian dari feedback) kepada setiap peserta didik sehingga masing-masing peserta didik mampu menghargai kelebihan yang dimiliki oleh setiap peserta didik.

D. Instrumen Penelitian

Alat untuk memperoleh informasi atau mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah angket. Angket adalah daftar pertanyaan dan atau pernyataan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang yang diberikan angket tersebut bersedia memberikan jawaban dalam bentuk informasi yang sesuai dengan yang dikehendaki oleh peneliti (Arikunto 1993, hlm. 125).

Pada penelitian ini, angket yang digunakan merupakan adopsi dari Self

Esteem Rating Scale (SERS) yang dikembangkan oleh Nugent & Thomas (1993)

yang diambil dari Tesis Gita Febria F. dengan sudah diizinkan oleh yang bersangkutan untuk memakai instrument ini. Validitas dan reliabilitas dari SERS ini sudah di uji. Pengujian validitas intrumen ini telah diteliti oleh Nugent (2004)

dalam penelitian yang berjudul „A Validity Study of Two Forms of the Self-Esteem

Rating Scale‟. Angket SERS ini digunakan dalam penilaian klinis pada self esteem. Nugent & Thomas (1993) dalam Fischer and Corcoran (2000, hlm. 690)


(28)

memaparkan reliabilitas dari SERS, yaitu: „The SERS has excellent internal consistency, with an alpha of 0.97. The standard error of measurement was 5.67. Data on stability were not reported’.

Angket SERS ini untuk melihat self esteem dalam situasi klinik. Berikut deskripsi dari angket SERS yang dikembangkan oleh Nugent & Thomas (1993) dalam Fischer and Corcoran (2000, hlm. 690) :

The SERS is a 40-item instrument that was developed to provide a clinical measure of self-esteem that can indicate not only problems in self-esteem but also positive or nonproblematic levels. The items were written to tap into a range of areas of self-evaluation including overall self-worth, social competence, problem-solving ability, intellectual ability, self-competence, and worth relative to other people. The SERS is a very useful instrument for measuring both positive and negative aspects of self-esteem in clinical practice.

Berikut merupakan kisi-kisi angket SERS untuk mengukur self esteem peserta didik kelas VI

Tabel 3.3. Kisi-kisi Angket

Variabel Sub Variabel Indikator

Self esteem : self-evaluation including overall self-worth, social competence, problem-solving ability, intellectual ability, self-competence, and worth relative to other people.

(R. Nugent & Thomas, 1993)

1)Nilai diri Senang terhadap penampilannya. Mampu menerima kelebihan dan kekurangannya.

Memiliki kebanggaan terhadap dirinya.

Memiliki penilaian yang baik terhadap dirinya sendiri.

2)Kompetensi social

Percaya diri terhadap

kemampuannya berhubungan dengan orang lain.

Mampu membuat pertemanan yang baru.

Merasa nyaman saat berinteraksi sosial.

3)Kemampuan menyelesaik an masalah

Memiliki kemampuan

menyelesaikan situasi-situasi yang sulit.

Percaya diri dengan tingkat kepandaiannya.


(29)

Nugent & Thomas (1993) dalam Fischer and Corcoran (2000, hlm. 690) menjelaskan tentang pertanyaan yang dibuat dalam SERS sebagai berikut:

The SERS is scored by scoring the items shown at the bottom of the measure as p/+ positively, and scoring the remaining items (N/-) negatively by placing a minus sign in front of the item score. The items are summed to produce a total score ranging from - 120 to + 120. Positive scores indicate more positive self esteem and negative scores indicate more negative levels of self-esteem.

Responden harus menilai diri mereka dengan 7 skala poin (Never=1, Rarely=2, A little of the time=3, Some of the time=4, A good part of the time=5, Most of the time=6, and always=7). Nilai yang diberikan oleh setiap responden pada skor yang positif akan mengidentifikasi self esteem yang positif sedangkan nilai yang diberikan oleh setiap responden pada skor yang negatif akan mengidentifikasi self esteem yang negatif.

4) Kemampua n intelektual

Percaya diri dengan tingkat kepandaiannya.

Memiliki kemampuan untuk mengungkapkan ide-ide.

5) Kompetensi diri

Percaya diri dengan

kemampuannya untuk

melaksanakan berbagai tugas. Mampu memanfaatkan berbagai keterampilan dan kelebihannya untuk menyelesaikan tugas 6) Nilai diri

relatif terhadap orang lain

Memiliki keyakinan bahwa kemampuan dirinya untuk melaksanakan berbagai tugas tidak kalah dengan kemampuan orang lain.

Memiliki keyakinan bahwa orang lain memiliki pendapat yang baik terhadap dirinya. Percaya diri bahwa kompetensi dirinya tidak kalah dengan orang lain.

Memahami bahwa setiap orang

memiliki kelebihan dan


(30)

E. Uji Coba dan Revisi Angket

Angket yang sudah dibuat dan dianggap layak, kemudian diujicobakan untuk menentukan tingkat validitas dari setiap butir pernyataan dan tingkat reliabilitasnya secara keseluruhan. Sebelum uji coba secara resmi dilakukan terlebih dahulu dilaksanakan pra uji coba kepada peserta didik yang memiliki karakteristik yang sama dengan sampel penelitian.

Maksud pra uji coba adalah untuk mengetahui pemahaman responden terhadap setiap butir pernyataan dalam angket. Hasilnya kemudian direvisi sehingga didapatkan angket yang sudah siap untuk diujicobakan secara resmi. Instrumen yang digunakan merupakan instrument yang diadopsi dari Tesis Gita Febria F. Instrumen ini digunakan untuk melihat self esteem peserta didik SMP, oleh sebab itu pengujian validitas dan reliabilitas sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.

1. Uji validitas

a) Masukan data hasil uji coba instrumen pada entri SPSS.

b) Klik analize pada menu toolbar SPSS dan pilih scale kategori reliability

analysis.

c) Setelah masuk pada kategori reliability analysis, klik bagian statistik yang berada dipojok kanan atas. Ceklis item, scale dan scale if item deleted. Selanjutnya klik continoue.

d) Masih pada kategori reliability analysis, pindahkan data ke kolom item. Selanjutnya akan muncul data.

e) Nilai hasil uji validitas (r hitung) dapat dilihat dari corrected item total

corelation.

f) Ketentuannya, apabila nilai dari corrected item total corelation <0,236 maka butir soal tidak valid.

2. Uji Reliabilitas

a) Masukan data hasil uji coba instrumen pada entri SPSS.

b) Klik analize pada menu toolbar SPSS dan pilih scale kategori reliability


(31)

c) Setelah masuk pada kategori reliability analysis, klik bagian statistik yang berada dipojok kanan atas. Ceklis item, scale dan scale if item deleted. Selanjutnya klik continoue.

d) Masih pada kategori reliability analysis, pindahkan data ke kolom item. Selanjutnya akan muncul data.

e) Hasil dari perhitungan terdapat di lampiran.

F. Langkah-Langkah Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses penelitian ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

1. Perencanaan

Tahap ini dimulai dengan penyusunan instrumen atau alat ukur penelitian berupa angket, pemilihan sampel, pembuatan rencana atau program perlakuan pendekatan bermain dalam pembelajaran penjas, penyediaan sarana dan prasaran pembelajaran, penentuan waktu tes awal dan tes akhir.

2. Pelaksanaan Eksperimen

Eksperimen berlangsung selama kurang lebih dua bulan atau kurang lebih 8 kali pertemuan yang dimulai dari bulan September sampai bulan November 2014. Perlakuan pemberian umpan balik dalam pembelajaran penjas terdiri dari bahan ajar yang telah disusun pada tahap perencanaan.

3. Evaluasi

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pengolahan dan analisis data untuk memperoleh jawaban dari masalah penelitian dalam bentuk kesimpulan melalui uji hipotesis.

G. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Teknik pengumpulan data yang dipilih adalah melalui angket SERS. Angket

SERS yang diberikan pada saat pre test dan post test pada setiap kelompok eksperimen maupun kontrol. Alasan pengambilan teknik pengumpulan data menggunakan angket SERS adalah data yang dikumpulkan lebih objektif karena menggunakan pernyataan-pernyataan yang dibagikan pada setiap kelompok


(32)

eksperimen dan kelompok kontrol yang akan mendeskriptifkan self esteem mereka. Menurut Ali (2010, hlm. 285) menjelaskan bahwa:

Keuntungan menggunakan kuisioner (angket) adalah dapat mengumpulkan data dari jumlah besar subjek; data yang dikumpulkan lebih objektif daripada menggunakan wawancara; responden dapat menjawab dengan lebih leluasa, tidak dipengaruhi sikap mental hubungan antara periset dan subjek riser, atau waktu yang tersedia dalam memikirkan jawaban; data yang dikumpulkan lebih mudah dianalisis, karena pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bersifat tetap dan sama antara yang diajukan kepada satu responden dan yang diajukan pada responden lainnya.

Jenis data pada pengembangan self esteem peserta didik adalah data interval dengan skala interval. Sugiyono (2010, hlm. 147) menegaskan bahwa “ …bila peneliti ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi, maka teknik yang digunakan adalah statistic inferensial. Setelah data terkumpul selanjutnya melakukan pengolahan data dan analisis data. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis statistik, yang digunakan adalah uji t.

Analisis menggunakan SPSS 17 dengan urutan analisis data sebagai berikut: 1) Uji Normalitas menggunakan Shapiro Wilk

2) Uji Homogenitas menggunakan Lavene‟s test

3) Menghitung gain Pretest & Posttest


(33)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Populasi, Sampling dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik SMP Lab UPI Bandung kelas VII yang terdiri dari 6 kelas yaitu kelas A, B, C, D, E dan F. Masing-maing kelas terdiri atas kelas A sebanyak 29 Peserta didik, kelas B sebanyak 30 peserta didik, kelas C sebanyak 30 peserta didik, kelas D sebanyak 29 peserta didik, kelas E sebanyak 28 peserta didik dan kelas F sebanyak 29 peserta didik. Jumlah keseluruhan populasi kelas VII adalah sebanyak 175 peserta didik.

Alasan pengambilan populasi di SMP Lab UPI karena SMP Lab UPI merupakan SMP Laboratorium Percontohan di Bandung untuk mengembangkan berbagai macam inovasi pembelajaran termasuk pembelajaran penjas. Pemilihan populasi dan sampel didasarkan pada pertimbangan:

(1) Peserta didik kelas VII SMP termasuk ke dalam masa remaja awal dengan karakteristik pencarian jati diri. Didalamnya tersirat untuk belajar mengerti dan memahami siapa dirinya. Indikatornya diungkapkan melalui rasa percaya diri dan perasaan bangga pada diri sendiri (self esteem). Oleh sebab itu peserta didik pada masa ini sesuai untuk dijadikan sampel penelitian dalam upaya mengembangkan self esteem yang sehat karena mereka sedang mengalami masa awal dari proses perkembangan self esteem.

(2) Berdasarkan pengalaman guru penjas belum mampu memberikan umpan balik secara optimal selama proses pembelajaran penjas. Ini disebabkan karena guru penjas memiliki persepsi bahwa pemberian umpan balik hanya berdampak pada peningkatan keterampilan belajar motorik, bukan pada mengembangkan aspek psikososial seperti self esteem. Sementara guru penjas yang lain kurang memahami keberfungsian pemberian umpan balik dalam pembelajaran penjas.


(34)

2. Sampling dan Sampel Penelitian

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cluster random

sampling. Alasan menggunakan teknik cluster random sampling dalam

pengambilan sampel adalah karena kondisi eksternal dan internal, menurut Maksum (2010, hlm. 276) memaparkan bahwa:

Kondisi eksternal adalah peraturan yang berlaku atau orang yang memiliki otoritas tidak menginjinkan. Adapun kondisi internal adalah apabila penyampelan dilakukan terhadap individu subjek maka suasana kealamiahan kelompok akan berubah, sedangkan suasana kealamiahan kelompok tersebut merupakan salah satu kajian dalam riset yang dilakukan.

Pembelajaran penjas yang dilaksanakan di SMP Lab UPI sudah terjadwal, sehingga tidak memungkinkan untuk menambah jam pelajaran baru diluar jadwal pembelajaran penjas karena beberapa faktor, salah satunya kesiapan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran penjas di luar jadwal jam pembelajaran yang sudah ada apabila dilakukan secara cluster random sampling, ini merupakan alasan faktor eksternal pada penelitian ini.

Sedangkan suasana kealamiahan yang ada pada satu kelas yang akan dijadikan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terdapat suasana kealamiahan kelompok pada kelas yang tidak akan berubah, ini merupakan alasan pada faktor internal dalam penelitian ini. Fraenkel dkk. (2012, hlm. 95) menegaskan bahwa:

Frequently, researchers cannot select a sample of individuals due to administrative or other restrictions. This is especially true in schools… Just as simple random sampling is more effective with larger numbers of individuals, cluster random sampling is more effective with larger number of clusters.

Maksum (2012, hlm. 57) juga menjelaskan bahwa “Dalam cluster random

sampling, yang dipilih bukan individu melainkan kelompok atau area yang

kemudian disebut cluster.Misalnya propinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan sebagainya.Bisa juga dalam bentuk kelas dan sekolah.Langkah-langkah dalam menentukan sampel dengan teknik cluster random sampling pada penelitian ini yaitu dengan cara mengundi dari ke enam kelas VII di SMP Lab UPI yang


(35)

hasilnya akan diambil dua kelas. Alasan diambil dua kelas karena masing-masing dari kelas itu akan diambil 1 sebagai kelompok eksperimen dan 1 sebagai kelompok kontrol. Pengundian dilakukan dengan cara mengacak ke enam nama kelas yang telah ditulis di secarik kertas dan digulung agar tidak terlihat, kemudian diambil dua kelas untuk menentukan sampel. Dua kelas yang terpilih selanjutnya akan diambil secara acak kembali untuk menentukan mana yang menjadi sampel eksperimen dan kontrol.

Berdasarkan hasil pengundian sampel secara cluster random sampling, maka terdapat dua kelas yang terpilih menjadi sampel pada penelitian ini. Kelas yang menjadi kelompok eksperimen ialah kelas VII D yang terdiri dari 29 peserta didik dan kelas VII E menjadi kelompok kontrol yang terdiri dari 28 peserta didik. Sehingga jumlah sampel keseluruhan pada penelitian ini sebanyak 57 peserta didik.

B. Metode dan Desain Penelitian

Permasalahan yang penulis ungkap dalam penelitian ini adalah pengaruh

pemberian umpan balik positif dan umpan balik netral, terhadap perubahan self

esteem pada peserta didik SMP. Sehubugan dengan hal tersebut maka diperlukan

suatu metode penelitian yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Tujuan penelitian yang dimaksud adalah untuk memecahkan masalah penelitian melalui pembuktian hipotesis.

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen. Metode eksperimen menurut Arikunto (2002, hlm. 3) adalah suatu cara penelitian

“Dengan cara ini peneliti sengaja membangkitkan timbulnya suatu kejadian atau keadaan, kemudian diteliti bagaimana akibatnya”.

Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa kegiatan percobaan (eksperimen) yang dimaksud adalah penerapan umpan balik positif dan umpan balik netral. Sedangkan hasil yang diharapkan adalah meningkatnya self esteem pada peserta didik SMP. Dari sinilah dapat diketahui dan ditentukan jenis-jenis variabel penelitian. Dalam konteks penelitian ini variabel yang memberikan pengaruh (variabel bebas/independet variable) adalah pemberian dua jenis umpan balik


(36)

sehingga dalam pelaksanaannya sampel dibagi dua kelompok untuk memperoleh perlakuan yang berbeda-beda.

1. Kelompok A mendapat perlakuan pemberian umpan balik positif. 2. Kelompok B mendapat perlakuan pemberian umpan balik netral.

Sedangkan variabel yang dipengaruhi (variabel terikat/dependent variable) adalah self esteem pada peserta didik SMP yang terdiri dari tiga indikator yaitu: a. Memahami apa yang dapat dan telah dilakukan

b. Menetapkan tujuan dan arah hidup c. Tidak merasa iri pada prestasi orang lain

Desain yang digunakan adalah desain faktorial 2 x 2. Kerlinger (1986 ) yang dikutip oleh Maksun (2012, hlm. 99) menjelaskan bahwa “ factorial design is the structure of research in which two or more independent variables are juxtaposed in order to study their independent and interactive effects on a dependent variabel. Pemetaan lebih jelas tentang 2 by 2 factorial design dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 3.1. Desain Faktorial 2 x 2

Variabel Terikat Variabel Bebas

Self-Esteem

Umpan balik Positif (A1)

Umpan balik Netral (A2) Peserta didik laki-laki

(B1)

A1B1 A2B1

Peserta didik Perempuan (B2)

A1B2 A2B2

Keterangan :

A1 : Pembelajaran penjas menggunakan umpan balik positif A2 : Pembelajaran penjas menggunakan umpan balik netral B1 : Peserta didik laki-laki

B2 : Peserta didik perempuan


(37)

laki-laki

A2B1 : Pembelajaran penjas menggunakan umpan balik netral pada peserta didik laki-laki

A1B2 : Pembelajaran penjas menggunakan umpan balik positif pada peserta didik perempuan

A2B2 : Pembelajaran penjas menggunakan umpan balik positif pada peserta didik perempuan

Penelitian ini dilaksanakan selama 8 kali pertemuan yang dilaksanakan setiap 1 kali dalam seminggu, jadi penelitian dilakukan selama 2 bulan dari mulai bulan Oktober sampai Desember 2014. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian:

1. Pre Test

Pre test diberikan kepada peserta didik sebelum mengimplementasikan

feedback positif dan netral kepada peserta didik putra dan putri. Pre test diberikan

untuk melihat sejauh mana self esteem peserta didik putra dan putri sebelum diberikan perlakuan feedback positif dan feedback netral pada pembelajaran penjas. Instrumen yang digunakan untuk melihat self esteem peserta didik menggunakan instrument self esteem yang sudah diuji validitas dan realibilitasnya.

2. Perlakuan

Perlakuan dilakukan pada kelompok eksperimen menggunakan feedback positif pada peserta didik putra dan putri dalam materi yang disesuaikan dengan silabus yang ada di SMP Lab UPI sedangkan pada kelompok kontrol diberikan perlakuan feedback netral dengan materi yang sama dengan kelompok eksperimen pada peserta didik putra dan putri. Perlakuan ini dilaksanakan 1 minggu sekali sebanyak 8 pertemuan, berikut merupakan program perlakuan dalam rangka meningkatkan self esteem peserta didik SMP Lab UPI baik putra maupun putri melalui pemberian feedback positif maupun netral pada pembelajaran penjas yang akan disajikan pada tabel 3.2 sebagai berikut:


(38)

Tabel 3.2. Program Penelitian

Pertemuan ke

Materi Sub Materi Waktu

Pre Test - Rabu, 24 Sep 2014

1 Bola Basket

 Lemparan dada

 Lemparan di atas kepala

Rabu, 1 Okt 2014

2 Bola Basket

 Lemparan pantulan

 Lemparan samping

Rabu, 8 Okt 2014

3 Bola Basket

 Lemparan lengkung samping

 Lemparan bawah

Rabu, 15 Okt 2014

4 Bola Basket Menggiring bola Rabu, 22 Okt 2014

5 Atletik

 Teknik dasar

start

 Teknik lari jarak pendek

Rabu, 29 Okt 2014

6 Atletik

 Teknik lari jarak pendek

 Teknik

memasuki garis finish

Rabu, 5 Nov 2014

7 Senam Lantai Guling depan Rabu, 12 Nov 2014

8 Senam Lantai Guling belakang Rabu, 19 Nov 2014

Program pemberian feedback dalam penelitian ini adalah feedback positif dan feedback netral pada peserta didik putra dan putri saat pembelajaran penjas di SMP Lab UPI. Eksperimen ini dilaksanakan 1 kali dalam seminggu dengan


(39)

jumlah pertemuan 8 pertemuan dengan alasan bahwa peningkatan self esteem peserta didik putra dan putri diharapkan dapat terjadi perubahan dalam jangka waktu yang relatif singkat. Sesuai dengan ini, teori Mruk (2006, hlm.189) menjelaskan bahwa:

The 5 week period seems to be optimal in terms of making a compromise between having enough time to work on self esteem in a way that allows for some change to occur and for maximizing attendance in a outpatient or educational setting. Standard number of 2 hour season is five. They should be spread evenly over time, such as by meeting once per week.

Teori ini mengungkapkan bahwa 5 minggu menjadi waktu yang optimal untuk dapat memaksimalkan pertemuan dalam setting outpatient atau pendidikan dan untuk melihat perubahan yang terjadi dalam self esteem. Waktu yang standar untuk digunakan adalah 3 jam per setiap pertemuan selama 5 minggu.

3. Post Test

Post test dilaksanakan pada pertemuan ke-8 setelah program pembelajaran penjas menggunakan feedback positif dan netral kepada peserta didik putra dan putri diberikan. Post test diberikan untuk melihat sejauh mana perkembangan self

esteem peserta didik putra dan putri kelas VII di SMP Lab UPI setelah diberikan

perlakuan selama 8 kali pertemuan. Instrumen yang digunakan dalam post test sama dengan instrument yang digunakan ketika pre test. Hasil data post test akan dibandingkan dengan hasil data pre test untuk melihat perubahan self esteem peserta didik putra dan putri setelah diberikan perlakuan berupa feedback positif dan feedback netral pada pembelajaran penjas.

C. Definisi Operasional

Beberapa ahli mengartikan self esteem dengan istilah yang berbeda namun memiliki makna yang sama. Dengan merujuk pada pendapat Maslow (1970 dalam Sudibyo Setyobroto 2001, hlm 72), bahwa self esteem (harga diri) merupakan kebutuhan individu yang berhubungan dengan motif berprestasi dan kepercayaan diri sendiri. Harga diri juga berkaitan erat dengan status, pengakuan, dan reputasi yang menimbulkan perasaan untuk menghargai diri sendiri.


(40)

Terbentuknya harga diri pada prinsipnya bertalian erat dengan interaksi sosial yang dijalani seseorang. Harga diri atau kebanggaan diri akan muncul dalam diri seseorang apabila ia telah memahami kelebihan yang dimiliki oleh dirinya. Pemahaman itu biasanya diperoleh melalui proses membandingkan dengan orang lain dalam aktivitas sosial yang dilakukannya. Intinya adalah kebutuhan rasa harga diri (self esteem) ini dapat dipenuhi melalui hubungan interpersonal dengan orang lain.

Istilah self esteem diartikan pula sebagai kepercayaan diri atau keyakinan diri. Self esteem berkaitan dengan perasaan bahwa kita pantas, layak, berharga, mampu dan berguna, tak peduli apapun yang telah terjadi dalam hidup kita, apa yang sedang terjadi atau apa yang bakal terjadi. Lutan (2003, hlm. 3)

memaparkan bahwa “self esteem adalah penerimaan diri sendiri, oleh diri sendiri

berkaitan bahwa kita pantas, berharga, mampu dan berguna tak peduli dengan apa pun yang sudah, sedang atau bakal terjadi. Tumbuhnya perasaan aku bisa dan aku berharga merupakan inti dari pengertian self esteem”.

Hal yang serupa diungkapkan dalam sebuah situs “Kidshealth” (2006) yang menyatakan bahwa “Self esteem is the collection of beliefs or feeling that we have

about ourselves, or our “self-perception.” How we define ourselfes influences or motivations, attitudes, and behavioras and affects our emotional adjusment”.

Maksudnya adalah self esteem merupakan kumpulan dari kepercayaan atau perasaan tentang diri kita atau persepsi kita terhadap diri sendiri tentang motivasi, sikap, perilaku, dan penyesuaian emosi yang mempengaruhi kita. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan pula bahwa self esteem berkenaan dengan: (a) kemampuan kita untuk memahami apa yang dapat kita lakukan dan apa yang telah dilakukan, (b) penetapan tujuan dan arah hidup sendiri, (c) kemampuan untuk tidak merasa iri terhadap prestasi orang lain.

KidsHealts memaparkan mengenai dua jenis self esteem yaitu Unhealty Self

esteem dan Healthy Self esteem. Self esteem yang rendah atau tidak sehat pada

anak ditandai dengan tidak adanya keinginan melakukan sesuatu hal yang baru, anak selalu berkata negatif atas kemampuan yang dimilikinya misalnya “Saya bodoh!”, “Saya tidak pernah belajar dengan baik”. Ciri yang lainnya adalah anak


(41)

tidak memiliki toleransi, frustasi, dan pesimis. Sedangkan pada anak yang memiliki self esteem yang sehat ditandai dengan senang memelihara hubungan dengan yang lain, aktif dalam kelompoknya, menyenangkan dalam berhubungan sosial, mampu menemukan solusi ketika peluang menipis, memahami kekuatan dan kelemahannya serta memiliki sikap optimis.

Awal dari pembinaan self esteem adalah mengajarkan kepada peserta didik untuk memahami siapa dirinya, khususnya yang berkenaan dengan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki peserta didik. Pada proses berikutnya adalah menciptakan lingkungan sosial bagi peserta didik agar ia diterima oleh orang lain. Dalam konteks pembelajaran penjas, lingkungan yang dimaksud adalah kegiatan belajar penjas yang melibatkan peran aktif seluruh peserta didik dalam melaksanakan tugas gerak yang disampaikan guru. Tujuannya tiada lain untuk memberikan pengalaman sukses melalui pemberian penghargaan (reward yang menjadi bagian dari feedback) kepada setiap peserta didik sehingga masing-masing peserta didik mampu menghargai kelebihan yang dimiliki oleh setiap peserta didik.

D. Instrumen Penelitian

Alat untuk memperoleh informasi atau mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah angket. Angket adalah daftar pertanyaan dan atau pernyataan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang yang diberikan angket tersebut bersedia memberikan jawaban dalam bentuk informasi yang sesuai dengan yang dikehendaki oleh peneliti (Arikunto 1993, hlm. 125).

Pada penelitian ini, angket yang digunakan merupakan adopsi dari Self

Esteem Rating Scale (SERS) yang dikembangkan oleh Nugent & Thomas (1993)

yang diambil dari Tesis Gita Febria F. dengan sudah diizinkan oleh yang bersangkutan untuk memakai instrument ini. Validitas dan reliabilitas dari SERS ini sudah di uji. Pengujian validitas intrumen ini telah diteliti oleh Nugent (2004)

dalam penelitian yang berjudul „A Validity Study of Two Forms of the Self-Esteem

Rating Scale‟. Angket SERS ini digunakan dalam penilaian klinis pada self esteem. Nugent & Thomas (1993) dalam Fischer and Corcoran (2000, hlm. 690)


(42)

memaparkan reliabilitas dari SERS, yaitu: „The SERS has excellent internal consistency, with an alpha of 0.97. The standard error of measurement was 5.67. Data on stability were not reported’.

Angket SERS ini untuk melihat self esteem dalam situasi klinik. Berikut deskripsi dari angket SERS yang dikembangkan oleh Nugent & Thomas (1993) dalam Fischer and Corcoran (2000, hlm. 690) :

The SERS is a 40-item instrument that was developed to provide a clinical measure of self-esteem that can indicate not only problems in self-esteem but also positive or nonproblematic levels. The items were written to tap into a range of areas of self-evaluation including overall self-worth, social competence, problem-solving ability, intellectual ability, self-competence, and worth relative to other people. The SERS is a very useful instrument for measuring both positive and negative aspects of self-esteem in clinical practice.

Berikut merupakan kisi-kisi angket SERS untuk mengukur self esteem peserta didik kelas VI

Tabel 3.3. Kisi-kisi Angket

Variabel Sub Variabel Indikator

Self esteem : self-evaluation including overall self-worth, social competence, problem-solving ability, intellectual ability, self-competence, and worth relative to other people.

(R. Nugent & Thomas, 1993)

1)Nilai diri Senang terhadap penampilannya. Mampu menerima kelebihan dan kekurangannya.

Memiliki kebanggaan terhadap dirinya.

Memiliki penilaian yang baik terhadap dirinya sendiri.

2)Kompetensi social

Percaya diri terhadap

kemampuannya berhubungan dengan orang lain.

Mampu membuat pertemanan yang baru.

Merasa nyaman saat berinteraksi sosial.

3)Kemampuan menyelesaik an masalah

Memiliki kemampuan

menyelesaikan situasi-situasi yang sulit.

Percaya diri dengan tingkat kepandaiannya.


(1)

Yusnita Pusparagen, 2015

PENGARUH PEMBERIAN UMPAN BALIK DAN GENDER TERHADAP PENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA SMP

c) Setelah masuk pada kategori reliability analysis, klik bagian statistik yang berada dipojok kanan atas. Ceklis item, scale dan scale if item deleted. Selanjutnya klik continoue.

d) Masih pada kategori reliability analysis, pindahkan data ke kolom item. Selanjutnya akan muncul data.

e) Hasil dari perhitungan terdapat di lampiran.

F. Langkah-Langkah Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses penelitian ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

1. Perencanaan

Tahap ini dimulai dengan penyusunan instrumen atau alat ukur penelitian berupa angket, pemilihan sampel, pembuatan rencana atau program perlakuan pendekatan bermain dalam pembelajaran penjas, penyediaan sarana dan prasaran pembelajaran, penentuan waktu tes awal dan tes akhir.

2. Pelaksanaan Eksperimen

Eksperimen berlangsung selama kurang lebih dua bulan atau kurang lebih 8 kali pertemuan yang dimulai dari bulan September sampai bulan November 2014. Perlakuan pemberian umpan balik dalam pembelajaran penjas terdiri dari bahan ajar yang telah disusun pada tahap perencanaan.

3. Evaluasi

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pengolahan dan analisis data untuk memperoleh jawaban dari masalah penelitian dalam bentuk kesimpulan melalui uji hipotesis.

G. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Teknik pengumpulan data yang dipilih adalah melalui angket SERS. Angket SERS yang diberikan pada saat pre test dan post test pada setiap kelompok eksperimen maupun kontrol. Alasan pengambilan teknik pengumpulan data menggunakan angket SERS adalah data yang dikumpulkan lebih objektif karena menggunakan pernyataan-pernyataan yang dibagikan pada setiap kelompok


(2)

54

eksperimen dan kelompok kontrol yang akan mendeskriptifkan self esteem mereka. Menurut Ali (2010, hlm. 285) menjelaskan bahwa:

Keuntungan menggunakan kuisioner (angket) adalah dapat mengumpulkan data dari jumlah besar subjek; data yang dikumpulkan lebih objektif daripada menggunakan wawancara; responden dapat menjawab dengan lebih leluasa, tidak dipengaruhi sikap mental hubungan antara periset dan subjek riser, atau waktu yang tersedia dalam memikirkan jawaban; data yang dikumpulkan lebih mudah dianalisis, karena pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bersifat tetap dan sama antara yang diajukan kepada satu responden dan yang diajukan pada responden lainnya.

Jenis data pada pengembangan self esteem peserta didik adalah data interval dengan skala interval. Sugiyono (2010, hlm. 147) menegaskan bahwa “ …bila peneliti ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi, maka teknik yang digunakan adalah statistic inferensial. Setelah data terkumpul selanjutnya melakukan pengolahan data dan analisis data. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis statistik, yang digunakan adalah uji t.

Analisis menggunakan SPSS 17 dengan urutan analisis data sebagai berikut: 1) Uji Normalitas menggunakan Shapiro Wilk

2) Uji Homogenitas menggunakan Lavene‟s test 3) Menghitung gain Pretest & Posttest


(3)

65 Yusnita Pusparagen, 2015

PENGARUH PEMBERIAN UMPAN BALIK DAN GENDER TERHADAP PENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA SMP

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, maka diperoleh jawaban pertanyaan penelitian yang diajukan. Kesimpulan atas jawaban pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Feedback memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan self esteem peserta didik SMP.

2. Gender tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan self

esteem peserta didik SMP.

3. Tidak terdapat interaksi antara feedback dan gender terhadap peningkatan self

esteem peserta didik SMP.

B. Rekomendasi

Melalui hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa pemberian feedback positif yang diberikan kepada peserta didik secara berulang-ulang akan menghantarkan peserta didik pada peningkatan self esteem pada dirinya sendiri. Dalam penelitian ini, feedback positif dapat meningkatkan self esteem peserta didik SMP. Gender tidak memiliki pengaruh pada peningkatan self esteem peserta didik SMP. Hal ini disebabkan karena setiap peserta didik laki-laki maupun perempuan memiliki karakteristik yang berbeda. Perbedaan perempuan dan laki-laki diantaranya dalam struktur fisik, organ reproduksi, cara berpikir dan dalam memecahkan masalah. Hal ini dapat menjadi temuan bahwa pemberian feedback positif oleh guru dapat mengembangkan kemampuan aktifitas peserta didik dalam pengajaran pendidikan jasmani. Penerapan feedback positif dalam pembelajaran pada kondisi apapun dapat diterapkan dalam pendidikan jasamni.

Berdasarkan pada kesimpulan hasil penelitian, peneliti mengajukan beberapa rekomendasi bagi para guru pendidikan jasmani dan peneliti selanjutnya: 1. Guru diharapkan selalu memberikan feedback yang positif bagi setiap peserta didik ketika pembelajaran penjas berlangsung agar pembelajaran penjas


(4)

66

berlangsung kondusif. Tidak hanya pemberian feedback positif pada peserta didik, penerapan strategi mengajar lainnya perlu untuk meningkatkan self

esteem peserta didik SMP.

2. Penelitian ini memberikan kesempatan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti implementasi keterlibatan model pembelajaran lainnya yang diberikan feedback positif pada setiap kali pembelajaran penjas berlangsung.


(5)

67 Yusnita Pusparagen, 2015

PENGARUH PEMBERIAN UMPAN BALIK DAN GENDER TERHADAP PENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA SMP

DAFTAR PUSTAKA

Allegrante, John. (2010). A Foundation For Contemporary Health Education

Practice.

Apruebo, Roxel A. (2005). Sport Psychology. Manila: UST Publishing House. Arikunto, Suharsimi (1993). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta : Rineka Cipta.

Block dan Robin. (1993). www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmen/8339703 Budiman, Didin. (2009). Portal Jurnal UPI. Bandung

Firmansyah, Helmy. (2011). Pengaruh Gaya Mengajar dan Umpan Balik

Terhadap Keterampilan Gerak Dasar Senam. Portal Jurnal UPI. Bandung

Freankel, Jack R, dkk. (2012). How to Design and Evaluate Research in

Education. New York: McGraw Hill. Children Moving. A Reflective

Approach to Teaching Phyisical Education. California: Mayfield Publishing Company.

Harsono (1988). Coaching Dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching. C.V. Tambak Kusuma.

KidsHealth (2006). Developing Your Child’s Self-Esteem. Internet. http//kidshealth.org

Koka, Andrea. (2006). University of Tartu. Estonia.

Kusmaedi, Nurlan., Husdarta, J.S., Hidayat, Yusuf. (2004). Pertumbuhan dan

Perkembangan Sepanjang Rentang Kehidupan Konsep, Teori, dan Implikasi-Implikasi Timbal Balik Terhadap Penjas dan Olahraga.

Bandung: FPOK UPI.

Lutan, Rusli (1988). Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori Dan

Metode. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti Proyek Pengembangan Lembaga

Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Lutan, Rusli. (1998). Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Penjaskes. PPGK-2536 (Modul 1 s/d 2). Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikdasmen Direktorat Pendidikan Guru dan Tenaga Teknis Bagian Proyek Peningkatan Mutu Guru Penjaskes Setara D-II.


(6)

68

Lutan, Rusli. (2001). Asas-Asas Pendidikan Jasmani Pendekatan Pendidikan

Gerak di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikdasmen Bekerja

sama dengan Dirjen Olahraga.

Lutan, Rusli. (2003a). Self esteem: Landasan Kepribadian. Jakarta: Bagian Proyek Peningkatan Mutu Organisasi dan Tenaga Keolahragaan Dirjen Olahraga Depdiknas.

Lutan Rusli. (2003b). Self esteem Yang Sehat: Teknik Pengembangan. Jakarta: Bagian Proyek Peningkatan Mutu Organisasi dan Tenaga Keolahragaan Dirjen Olahraga Depdiknas.

Makmun, Abin S. (1995). Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosadakarya.

Mruk, JC. (2006). Self Esteem, Research, Theory and Practice. United States: Maple Vail Book Manucfacturing Group.

Rink, Judith E. (1985). Teaching Physical Education for Learning. ST. Louis: Times Mirror/Mosby.

Santrock, WJ. (2002). Life Span Development (edisi keenam). Jakarta: Erlangga. Santrock. (2007). Remaja. Erlangga

Soesilowindradini. (ttn). Psikologi Perkembangan (Masa Remaja). Surabaya: Usaha Nasional.

Sudjana, Nana dan Ibrahim. (2001). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sugiyanto dan Sudjarwo. (1992). Materi Pokok Perkembangan dan Belajar Gerak Buku I Modul 1-6. Jakarta: Depdikbud Proyek Penataran Guru SD Setara D-II.

Weinberg, Roberts S, dan Gould, Daniel. (1995). Foundations of Sport and

Exercise Psychology. USA: Human Kinetics.

W. R. Nugent, and J. W. Thomas (1993). Validation of the Self-Esteem Rating