PEWARISAN NILAI ADAT PIKUKUH TILU DALAM KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN : studi kasus di kampung wage kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan.

(1)

Jovi Nuriana Putra, 2015

Pewarisan Nilai Adat Pikukuh Tilu dalam Kepercayaan Sunda Wiwitan ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan pewarisan nilai adat Pikukuh Tilu dalam kepercayaan Sunda Wiwitan pada masyarakat Kampung Wage Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan dimana nilai adat Pikukuh Tilu menjadi landasan atau pedoman hidup masyarakat Sunda Wiwitan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode deskriptif studi kasus, yang menekankan kepada gambaran mengenai gejala-gejala yang terjadi di masyarakat yang paling aktual. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam, observasi, studi dokumentasi dan studi kepustakaan. Teknik analisis data dilakukan dengan cara reduksi data, penyajian data, dan conclusion drawing verification. Dalam hasil penelitian pewarisan nilai adat Pikukuh Tilu ditemukan bahwa Pikukuh Tilu ialah tiga peneguh yang terdiri dari konsep ngaji badan, tuhu/mikukuh kana tanah, dan madep ka ratu raja 3-2-4-5 lilima 6. Peranan keluarga dalam pewarisan Pikukuh Tilu sangat penting karena keluarga ialah tempat sosialisasi yang paling utama dalam masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur. Kendala yang dihadapi dalam pewarisan nilai adat Pikukuh Tilu ialah kendala internal dan eksternal baik itu dari lingkungan masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur maupun dari luar. Upaya pelestarian yang dilakukan untuk melestarikan nilai adat Pikukuh Tilu ialah dengan kegiatan kumpul rutin, pangeusian kurasan ngeunaan ajaran karuhun, surasa basa, nabeuh pusaka, dan pemberian materi atau sosialisasi secara indoor dan outdoor. Dalam bentuk yang bersifat benda diantaranya adalah relief Sri Resi Maharaja, batik, dan gamelan monggang. Dalam bentuk ritual dan upacara adat seperti ritual Olah Rasa, pernikahan, tari buyung, dan upacara adat serentaun. Hal inilah yang membuat nilai adat Pikukuh Tilu terus ada dan lestari dalam masyarakat adat Sunda Wiwitan Cigugur atau Paguyuban Adat Cara Karuhun Urang.


(2)

Jovi Nuriana Putra, 2015

Wage Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan).

ABSTRACT

This study aims to find out and describe about inherenting the value of pikukuh tilu in belief system of Sunda Wiwitan and it becomes ideology for society of Sunda wiwitan in Kampung Wage Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan. This study is qualitative approach with descriptive method and case study which focus on phenomenons occuring in society. Data is collected through observation, depth interview, documentation, literature study. Data is analysed by reducing, displaying and concluding. The result of this study shows that Pikukuh Tilu is three foundations of life which is the concept of ngaji badan, tuhu/mikukuh kana tanah, and madep ka ratu raja 3-2-4-5 lilima 6. The role of family is important in inherenting the value of pikukuh tilu due to family is the first stage of socialization. Barriers of inherenting Pikukuh Tilu are divided into two factors which is internal and external factors come from within the group or outside the group of Sunda Wiwitan in Cigugur. The attempt of maintaining belief system of pikukuh tilu is to carry out routine gathering of pangeusian kurasan ngeunaan ajaran karuhun, surasa basa, nabeuh pusaka, and discussing about these concept. Relief Sri Resi Maharaja, batik, and gamelan monggang are tangible and part of the concept. Ritual of olah rasa, marriage, tari buyung, and serentaun are implemented into the concept of Pikukuh Tilu. This thing keeps the value of Pikukuh Tilu exsisting and maintaining in indigenous people of Sunda Wiwitan Cigugur or gemeinshaft Cara Karuhun Urang.


(3)

Jovi Nuriana Putra, 2015 SURAT PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 8

1.3 Tujuan Penelitian... 9

1.4 Manfaat Penelitian... 9

1.5 Strukur Organisasi Skripsi ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

2.1 Tinjauan Teori Sosialisasi ... 12

2.1.1 Pengertian Sosialisasi ... 12

2.1.2 Tujuan Sosialisasi ... 14

2.1.3 Proses Pelaksanaan Sosialisasi ... 15

2.1.4 Proses Internalisasi ... 17

2.1.5 Proses Enkulturasi ... 18

2.2 Tinjauan Sistem Sosial ... 21


(4)

2) Fungsi Nilai Sosial ... 24

2.3.2 Norma ... 26

a. Wujud Norma ... 28

b. Norma Moral ... 29

c. Hubungan Norma Dalam Sosialisasi ... 30

2.4 Tinjauan Kebudayaan ... 30

2.4.1 Pengertian Kebudayaan ... 30

2.4.2 Wujud Kebudayaan ... 32

2.4.3 Sifat Kebudayaan... 33

2.4.4 Prinsip Pelestarian Budaya ... 35

2.4.5 Adat dan Tradisi ... 35

2.5 Tinjauan Masyarakat Sunda ... 37

2.5.1 Sistem Kekerabatan Orang Sunda ... 37

2.5.2 Kehidupan Keagamaan dan Kepercayaan Orang Sunda ... 38

2.5.3 Sejarah Sunda Wiwitan ... 41

2.6 Penelitian Terdahulu ... 45

BAB III METODE PENELITIAN ... 47

3.1 Metode dan Pendekatan Penelitian ... 47

3.1.1 Metode Penelitian ... 47

3.1.2 Pendekatan Penelitian ... 48

3.2 Partisipan dan Tempat Penelitian ... 50

3.2.1 Partisipan ... 50

3.2.2 Tempat Penelitian ... 51

3.3 Sumber Data ... 51

3.4 Instrumen Penelitian ... 52

3.5 Pengumpulan Data ... 53


(5)

Jovi Nuriana Putra, 2015

3.6 Penyusunan Alat dan Pengumpulan Data ... 57

3.6.1 Penyusunan Kisi-kisi Penelitian ... 57

3.6.2 Penyusunan Alat Pengumpulan Data ... 57

3.6.3 Penyusunan Pedoman Wawancara ... 57

3.6.4 Penyusunan Pedoman Observasi ... 57

3.7 Analisis Data ... 58

3.7.1 Reduksi Data ... 58

3.7.2 Penyajian Data ... 59

3.7.3 Penarikan kesimpulan dan verifikasi (Conclusion Drawing Verification) ... 59

3.8 Validitas Data ... 60

3.8.1 Memperpanjang Waktu Penelitian ... 60

3.8.2 Pengamatan yang Terus Menerus ... 61

3.8.3 Triangulasi ... 61

3.8.4 Menggunakan Bahan Referensi ... 63

3.8.5 Melakukan Member Check ... 63

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 64

4.1 Temuan Penelitian ... 65

4.1.1 Gambaran Letak Geografis... 65

1. Visi ... 65

2. Misi ... 66

3. Luas Wilayah ... 66

4. Wilayah Administratif ... 67

5. Data Kependudukan ... 68

6. Sarana dan prasarana ... 69

7. Wisata dan Budaya ... 70


(6)

4.1.5 Tuntunan Tentang Manusia ... 82

4.1.6 Tuntunan Tentang Alam Semesta ... 84

4.1.7 Tuntunan Tentang Kesempurnaan Hidup ... 84

4.1.8 Pedoman Penghayatan ... 85

4.1.9 Perilaku Penghayatan ... 87

4.1.10 Kelengkapan Penghayatan... 88

4.1.11 Pengamalan Budi Luhur ... 88

4.1.12 Cara dan Ciri Bangsa ... 89

4.1.13 Usaha-Usaha Penanaman Budi Luhur ... 90

4.1.14 Aspek Pengamalan Dalam Kehidupan Masyarakat ... 91

4.2 Profil Objek Penelitian ... 91

4.3 Deskripsi Temuan Penelitian ... 93

4.3.1 Gambaran Nilai Adat Pikukuh Tilu yang Menjadi Landasan Atau Pedoman Hidup Pada Masyarakat Sunda Wiwitan Di Cigugur ... 93

1. Gambaran Nilai Adat Pikukuh Tilu ... 93

2. Fungsi Pikukuh Tilu Dalam Masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur ... 100

3. Upaya Pengamalan Nilai Adat Pikukuh Tilu Dalam Kehidupan Sehari-hari ... 102

4. Sanksi Melanggar Pikukuh Tilu ... 107

4.3.2 Peranan Keluarga Sunda Wiwitan Dalam Mewariskan Nilai-nilai Adat Pikukuh Tilu ... 108

4.3.3 Kendala yang Dihadapi Dalam Pewarisan Nilai-nilai Adat Pikukuh Tilu ... 112

1. Kendala Dalam Proses Pewarisan Nilai Adat Pikukuh Tilu ... 112


(7)

Jovi Nuriana Putra, 2015

Sunda Wiwitan Dalam Pelestarian Nilai-nilai Adat Pikukuh

Tilu ... 117

4.4 Pembahasan atau Analisis Data Penelitian... 127

4.4.1 Nilai Adat Pikukuh Tilu yang Menjadi Landasan atau Pedoman Hidup Pada Masyarakat Sunda Wiwitan Di Cigugur ... 128

1. Gambaran Nilai Adat Pikukuh Tilu ... 128

2. Fungsi Pikukuh Tilu Dalam Masyarakat dan Keluarga ... 137

3. Pewarisan dan Upaya Pengamalan Nilai Adat Pikukuh Tilu ... 141

4. Sanksi Dalam Melanggar Pikukuh Tilu ... 144

4.4.2 Bagaimana Peranan Keluarga Sunda Wiwitan Dalam Mewariskan Nilai-nilai Adat Pikukuh Tilu ... 147

4.4.3 Bagaimana Kendala yang Dihadapi Dalam Pewarisan Nilai-nilai Adat Pikukuh Tilu ... 150

4.4.4 Upaya-upaya yang Dilakukan Oleh Anggota Kelompok Sunda Wiwitan Dalam Pelestarian Nilai-nilai Adat Pikukuh Tilu ... 158

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN ... 176

5.1 Kesimpulan... 176

5.2 Implikasi ... 182

5.3 Rekomendasi ... 183

DAFTAR PUSTAKA ... 185

RIWAYAT HIDUP


(8)

Jovi Nuriana Putra, 2015

dengan ragam masyarakat yang sangat majemuk, beragam suku, ras, bahasa, kebudayaan, adat istiadat dan agama. Menurut Koentjaraningrat (2009, hlm. 215) “suku bangsa adalah suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas”. Hal ini menjadi bukti bahwa Indonesia adalah negara yang masyarakatnya sangat majemuk, sehingga Indonesia merupakan salah satu contoh konkrit Negara yang multikultural di dunia. Ragam suku dan ras di Indonesia yang masing-masing memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang berbeda membuat ragam adat dan tradisi setiap masyarakat Indonesia menjadi sangat banyak dan setiap wilayah memiliki ciri khas atau karakter yang menjadi identitas bagi masyarakatnya. Ras adalah pengelompokan manusia berdasarkan ciri fisik dan genetiknya, misalnya rambut, mata, hidung, warna kulit dan lainnya yang mencirikan masing-masing jenis ras, contohnya orang Jawa memiliki ciri ras Mongoloid Melayu dan orang Irian memiliki ciri ras Melanesoid, menurut ilmu antropologi fisik, orang Sunda memiliki ciri-ciri ras Paleo-Mongoloid.

Keberagaman di Indonesia juga menjadi faktor yang melatarbelakangi ragam agama yang dianut oleh masyarakatnya, termasuk aliran kepercayaan yang berlandaskan pada keyakinan terhadap ajaran nenek moyang atau roh halus, namun secara politis negara mengakui adanya lima agama formal yang sah secara hukum atau telah diakui secara konstitusional, diantaranya adalah Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu, dan Budha.

Terlepas dari agama yang diakui oleh negara secara konstitusional atau agama formal, terdapat beberapa kampung adat di Jawa Barat yang merupakan manifestasi dari keberadaan masyarakat adat di Indonesia yang tepatnya berada di Jawa Barat. Keberadaan kampung adat menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat karena terdapat kebudayaan yang unik dan berbeda daripada yang


(9)

lain, contohnya seperti masyarakat Sunda Kampung Dukuh di Garut, Kampung Naga di Tasikmalaya, Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar di Sukabumi, Kampung Kuta di Ciamis, dan wilayah lainnya.

Berbicara tentang wilayah-wilayah yang memiliki keragaman budaya, salah satu wilayah yang memiliki kebudayaan mengenai Sunda Wiwitan adalah Kabupaten Kuningan yang tepatnya berada di Kampung Wage Kecamatan Cigugur. Menurut data yang didapat dari Dinas Pariwisata, Kabupaten Kuningan Propinsi Jawa Barat mempunyai luas wilayah 117.857,55 hektar, yang terbagi dalam 361 desa serta 15 kelurahan. Jumlah penduduknya, sebanyak 1.061.291 jiwa.

Kabupaten Kuningan terletak di kaki Gunung Ciremai, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Cirebon, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah, sebelah selatan dengan Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Ciamis, serta sebelah barat dengan Kabupaten Majalengka. Daerah Kabupaten Kuningan terdiri atas perbukitan, lereng, lembah, daratan yang indah, berudara sejuk dengan temperatur sekitar 18-30 derajat celcius, kaya dengan objek dan daya tarik wisata yang alami dan menyegarkan, serta didukung oleh atraksi kesenian daerah yang beraneka ragam. Wisata tirta dan budaya merupakan daya tarik wisata yang menjadi unggulan. Kabupaten Kuningan memiliki 18 objek wisata, tersebar di beberapa desa, yang terdiri dari wisata budaya, alam, olah raga, agama dan lain-lain.

Manusia hidup memerlukan sebuah keyakinan dimana keyakinan tersebut berupa ajaran agama, atau aliran kepercayaan yang menurut masyarakat dianggap baik dan benar. Di Kabupaten Kuningan Kecamatan Cigugur, terdapat budaya dan unsur-unsur adat yang masih kental dengan nuansa religius dan berbagai kearifan lokal lainnya. Nilai dan norma yang dijunjung oleh masyarakatnya juga sangat baik dan memiliki kekhasan yang ditunjukkan dengan tingkat toleransi yang sangat tinggi diantara masyarakatnya.

Terdapat beberapa masyarakat yang berbeda keyakinan di tempat yang sama, tentu saja hal tersebut merupakan sebuah keunikan atau menjadi ciri khas


(10)

wilayah Kecamatan Cigugur, masyarakat dengan beda agama yakni Islam, Kristen Protestan, Katolik, dan Sunda Wiwitan yang masyarakatnya hidup rukun serta saling berdampingan ini dapat menjadi contoh dalam pola sikap multikulturalisme di masyarakat.

Hal ini merupakan contoh yang sangat bagus untuk diterapkan oleh setiap masyarakat di Indonesia karena Negara Indonesia merupakan negara multikultural yang memiliki ragam agama, budaya, suku, ras, dan lain-lain yang jumlahnya sangat banyak.

Terdapat bangunan kuno di Kabupaten Kuningan Kecamatan Cigugur tepatnya di Kampung Wage yang digunakan sebagai pusat berkumpulnya penganut kepercayaan Sunda Wiwitan Cigugur atau biasanya disebut Agama Djawa-Sunda (ADS), bangunan tersebut merupakan tempat dimana keberadaan aliran ini berada. ADS aliran Madrais ini sudah sangat terkenal hampir di seluruh nusantara dan negara tetangga, hal tersebut diperkuat dengan adanya upacara adat Seren Taun yang dilaksanakan setiap tahunnya semakin menambah daya tarik turis lokal maupun internasional untuk datang ke Cigugur.

Agama Djawa Sunda atau ADS adalah nama yang diberikan oleh Antropolog Belanda terhadap kepercayaan sejumlah masyarakat yang tersebar di daerah Kecamatan Cigugur, Kuningan, Jawa Barat. Oleh para penganutnya Agama ini dikenal dengan sebutan Cara Karuhun Urang yang artinya tradisi nenek moyang, Agama Sunda Wiwitan, ajaran Madrais atau Agama Cigugur. Menurut Abdul Rozak (2014, hlm. 2) seorang peneliti kepercayaan Sunda, menyatakan bahwa;

Agama ini adalah bagian dari agama Buhun, yaitu kepercayaan tradisional masyarakat Sunda yang tidak hanya terbatas pada masyarakat Cigugur di Kabupaten Kuningan, tetapi juga masyarakat Baduy di Kabupaten Lebak. Para pemeluk “Agama Kuring” di daerah Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung, dll. Jumlah pemeluknya di daerah Cigugur sekitar 3.000 orang. Bila para pemeluk di daerah-daerah lain ikut dihitung, maka jumlah pemeluk agama Buhun ini, mencapai 100.000 orang, sehingga agama Buhun termasuk salah satu kelompok yang terbesar di kalangan Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.


(11)

Madrais menetapkan tanggal 22 Rayagung menurut kalender Sunda sebagai hari raya Seren Taun yang diperingati secara besar-besaran. Upacara ini dipusatkan di Paseban Tri Panca Tunggal, rumah peninggalan Kiai Madrais yang

didirikan pada sekitar tahun 1860, dan yang kini dihuni oleh

Pangeran Djatikusuma yang merupakan keturunan atau penerus dari kyai Madrais. Pelaksanaan upacara adat ini dilaksanakan dengan sangat meriah, berbagai rombongan dari setiap masyarakat setempat datang membawa bermacam-macam hasil bumi atau hasil bertani. Padi-padian yang dibawa, kemudian ditumbuk beramai-ramai dalam lesung sambil bernyanyi dan mengitari lesung atau biasa disebut (ngagondang). Esensi dari upacara ini sebagai ungkapan syukur untuk hasil bumi yang telah dikaruniakan oleh Tuhan kepada manusia/masyarakat. Upacara Seren Taun yang biasanya berlangsung hingga tiga hari dan diwarnai oleh berbagai kesenian daerah ini, pernah dilarang oleh pemerintah Orde Baru selama 17 tahun, namun kini upacara adat serentaun dihidupkan kembali dan biasanya dihadiri oleh pejabat pemerintahan.

Gambaran mengenai serentaun dan Sunda Wiwitan di Cigugur dapat kita jadikan sebagai suatu contoh bahwa agama atau keyakinan ini merupakan budaya yang dihasilkan dari karya, rasa, cipta dan karsa masyarakat Indonesia, yang merupakan bentuk asli dan nyata sebagai keyakinan masyarakat terhadap agama asli dari nenek moyang. Banyak hal yang menimbulkan polemik dalam urusan keagamaan, jika masyarakat tidak bisa hidup berdampingan dan tidak memiliki rasa toleransi yang tinggi bisa saja terjadi konflik keagamaan, namun di Kecamatan Cigugur ini masyarakat hidup aman, tertib dan saling menghormati satu sama lain, mereka bekerjasama, bergotong royong, dan saling membantu dalam setiap kegiatan.

Berbeda tetapi satu dalam kebersamaan atau satu kesatuan, itulah masyarakat Kecamatan Cigugur, hal ini termanifestasikan dalam upacara adat Seren Taun yang dilaksanakan setiap tahun, meskipun upacara adat ini merupakan kepemilikan dari agama Sunda Wiwitan aliran Madrais, masyarakat Cigugur sangat antusias dalam mengikuti upacara ini, semua unsur atau elemen masyarakat


(12)

ikut terlibat dalam kegiatan yang kental dengan nuansa budaya Sunda. Respon yang sangat baik untuk ukuran suatu wilayah kecil dengan tingkat kemajemukan agama dan orang-orang yang heterogen, karena di sana terdapat suku Sunda/penduduk asli, suku Batak, Cina/Tionghoa, dan lainnya yang berdatangan dari daerah lain.

Keunikan yang jarang ini menjadi daya tarik bagi para peneliti untuk melakukan penelitian pada unsur-unsur yang ada di wilayah Kecamatan Cigugur, terutama ajaran Sunda Wiwitan Cigugur atau aliran Madrais sebagai topik utama yang menarik untuk dipelajari lebih dalam sehingga baik pemerintah maupun masyarakat dapat mengambil manfaat dari informasi yang didapatkan peneliti, agar masyarakat tidak memiliki persepsi yang salah karena kurang mengetahui apa yang sebenarnya terjadi mengenai aliran Madrais.

Urgensi dari penelitian ini adalah mengenal lebih dalam pewarisan nilai adat Pikukuh Tilu dalam kepercayaan Sunda Wiwitan pada generasi masyarakat Sunda Kecamatan Cigugur yang beraliran Madrais. Pikukuh Tilu berasal dari bahasa sunda, Pikukuh berasal dari kata kukuh yang berarti teguh, konsisten, panceg lalu ditambah imbuhan kata pi untuk fungsi kata kerja. Sedangkan Tilu merupakan jumlah bilangan yang dalam bahasa Indonesia berarti tiga, jadi Pikukuh Tilu dapat didefinisikan sebagai, tiga ketentuan yang harus dipegang teguh dan konsisten dalam kehidupan. Hal ini merupakan faktor yang mempengaruhi masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur tetap mempertahankan nilai adatnya meskipun terjadi berbagai perubahan yang terjadi di lingkungannya. Pikukuh Tilu juga merupakan hakikat manusia, yang telah melekat pada manusia sejak lahir hingga tumbuh dewasa dan menjalani kehidupan sosial, sehingga manusia harus menyadari bahwa hakikatnya sebagai manusia yang berasal atau diciptakan oleh Tuhan adalah makhluk ciptaanNya yang paling sempurna.

Masyarakat kepercayaan Sunda Wiwitan terus berupaya mempertahankan nilai adat serta regenerasinya agar tidak hilang tergerus oleh zaman. Dalam proses mempertahankan nilai-nilai adat dalam kepercayaan Sunda Wiwitan, konsep Pikukuh Tilu menjadi salah satu faktor mengapa masyarakat Sunda Wiwitan


(13)

Cigugur masih dapat mempertahankan nilai-nilai adat yang saat ini masih dilestarikan meskipun terjadi berbagai perubahan baik dari dalam kelompoknya maupun dari luar kelompoknya. Konsep Pikukuh Tilu inilah yang memberikan banyak esensi dalam kehidupan masyarakat Sunda Wiwitan di Cigugur, sehingga masyarakatnya taat terhadap ajaran-ajaran yang telah diwariskan secara turun temurun oleh nenek moyangnya.

Ciri khas dalam penelitian ini adalah mencari dan menggali informasi mengenai pewarisan nilai-nilai yang menjadi suatu pola tradisi bagi para penganut kepercayaan Sunda Wiwitan Cigugur, serta diharapkan dapat diketahui bagaimana cara-cara yang dilakukan untuk mempertahankan nilai-nilai adat. Menurut pengamatan sementara yang dilakukan oleh peneliti, pewarisan nilai adat di masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur ini berpatokan pada konsep Pikukuh Tilu yang merupakan pedoman atau tata cara hidup yang baik. Hal ini dapat memberikan gambaran tentang bagaimana pola pewarisan nilai-nilai adat dalam kepercayaan Sunda wiwitan dapat berjalan secara turun temurun dengan mengacu pada konsep Pikukuh Tilu sebagai inti dari ajaran Sunda wiwitan aliran Madrais.

Berdasarkan pengamatan sementara tentang masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur memiliki keteguhan dalam mempertahankan keyakinan dalam masyarakatnya. Meskipun begitu banyak pengaruh dan tekanan dari luar, masyarakatnya masih dapat mempertahankan ajaran yang dianutnya. Hal ini menjadi acuan bagi peneliti untuk memilih lokasi langsung pada pusat informasi yang memang sudah pasti menjadi induk dari cabang Sunda Wiwitan aliran Madrais. Kelompok Sunda Wiwitan Cigugur memiliki potensi yang sangat baik dalam pencarian informasi penelitian tentang kepercayaan Sunda Wiwitan, aliran Madrais Cigugur merupakan pusat dari beberapa wilayah lain yang ditempati oleh masyarakat penganut aliran Madrais, contohnya Kampung Cireundeu yang berada di Kota Cimahi. Masyarakat Kampung Cireundeu merupakan pengembangan dari aliran Madrais yang berada di Kabupaten Kuningan. Peneliti yakin dibalik keteguhan yang panceg dalam masyarakatnya pasti ada hal yang sangat


(14)

berpengaruh dan memiliki filosofi kuat dalam ajaran Sunda Wiwitan aliran Madrais ini.

Pewarisan yang dibahas dalam penelitian ini adalah pola pewarisan nilai-nilai adat yang terdapat dalam konsep adat Pikukuh Tilu. Pikukuh Tilu yang merupakan sistem atau tata cara manusia hidup dan berhubungan dengan Tuhan maupun dengan sesama manusia serta alam sekitarnya. Pikukuh Tilu berfungsi sebagai penyelaras antara kehidupan manusia dengan Tuhan juga dengan alam. Ditinjau dari sudut pandang sosiologis kita dapat mengetahui proses sosial yang terjadi di kalangan masyarakat Sunda Wiwitan dari konsep Pikukuh Tilu. Peran dari pewarisan nilai-nilai adat Pikukuh Tilu yang terus dipertahankan hingga sampai saat ini, merupakan gambaran bagaimana konsep adat dan tradisi sangat melekat dalam kelompok Sunda wiwitan aliran Madrais, sehingga sangat menarik untuk dijadikan sebuah penelitian.

Judul penelitian yang dilaksanakan adalah “Pewarisan Nilai Adat Pikukuh Tilu Dalam Kepercayaan Sunda Wiwitan (Studi Kasus Di Kampung Wage Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan)”, sudah ada yang pernah meneliti kepercayaan Sunda Wiwitan Cigugur yang khusus meneliti konsep Pikukuh Tilu dengan sudut pandang Agama atau religiusitas, penelitian tersebut dilaksanakan oleh Ujang Ma’mun Fuh mahasiswa Filsafat Islam dalam skripsinya yang berjudul “Pikukuh Tilu Jalan Menuju Kesejatian Manusia (Studi Ajaran Kebatinan Djawa Sunda)” dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Menurut Ma’mun Fuh (2008, hlm. 63) mengungkapkan bahwa;

Menurut ADS tujuan hidup manusia adalah Purwa Wisesa. Purwa adalah Wiwitan atau asal mula dan wisesa adalah kekuasaan nu maha kersa, esa dalam bahasa sunda nungersakeun, nu kagungan, purwa ning dumadi. Kita dari gusti dan mau ke sana dalam perantara itu kita harus sesuai dengan kehendak gusti. Kersa gusti kita telah dijadikan manusia dan bangsa jadi kita sebagai manusia dan sebagai bagian dari suatu bangsa bukan kemauan kita. Singkatnya ajaran Madrais adalah menjadikan manusia yang sadar akan kemanusiaannya dan kebangsaannya dalam cara dan ciri manusia. Hasil tersebut menyatakan bahwa konsep Pikukuh Tilu merupakan konsep cara hidup bagi manusia dalam menjalani kehidupan yang memiliki hubungan


(15)

langsung baik antara manusia dengan Tuhan maupun antara manusia dengan manusia dan tak lupa hubungan yang selaras dengan alam, karena semua yang ada di dunia ini adalah ciptaan-Nya. Terdapat beberapa konsep dalam Pikukuh Tilu diantaranya adalah kiblat dua, kiblat tilu, kiblat opat, kiblat lima, dan kiblat enam, kiblat-kiblat tersebut merupakan tata cara Sunda Wiwitan dalam menjalani kehidupan, jika ada yang terlewat dari kelima hal tersebut maka kesejatian hidup tidak akan tercapai.

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi suatu acuan baik bagi pemerintah Kabupaten Kuningan maupun bagi masyarakatnya untuk lebih mengenal lebih jauh dan menghargai budaya yang ada di daerah-daerahnya, sehingga tidak terjadi sikap acuh dan tidak tahu sama sekali tentang bagaimana sebenarnya kelompok minoritas memperjuangkan nilai-nilai yang dianutnya agar dapat terus lestari terutama bagi keturunannya, karena manusia di hadapan Tuhan adalah sederajat yang membedakan adalah akhlak dan perbuatannya selama manusia tersebut hidup.

1.2Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka penulis mengajukan rumusan masalah pokok penelitian ini, yaitu: “Bagaimana Pewarisan Nilai Adat Pikukuh Tilu Dalam Kepercayaan Sunda Wiwitan?

Agar penelitian ini terarah dan terfokus pada pokok permasalahan, maka masalah pokok tersebut penulis jabarkan dalam beberapa sub-sub masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah gambaran nilai adat Pikukuh Tilu yang menjadi

landasan atau pedoman hidup pada masyarakat Sunda Wiwitan di Cigugur?

2. Bagaimanakah peranan keluarga Sunda Wiwitan dalam mewariskan

nilai-nilai adat Pikukuh Tilu?

3. Bagaimanakah kendala yang dihadapi dalam pewarisan nilai-nilai adat Pikukuh Tilu?


(16)

4. Bagaimanakah upaya-upaya yang dilakukan oleh anggota kelompok Sunda Wiwitan dalam pelestarian nilai-nilai adat Pikukuh Tilu?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun secara khusus, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah mendapatkan gambaran mengenai “Pewarisan Nilai-Nilai Adat Pikukuh Tilu Dalam Kepercayaan Sunda Wiwitan di Kampung Wage Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan”.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan secara khusus, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Mendeskripsikan nilai adat Pikukuh Tilu yang menjadi landasan atau pedoman hidup masyarakat Sunda Wiwitan pada masyarakat Cigugur.

b. Menggali dan mengkaji peranan keluarga Sunda Wiwitan dalam mewariskan nilai-nilai adat Pikukuh Tilu.

c. Mengidentifikasi kendala yang dihadapi dalam pewarisan nilai-nilai adat Pikukuh Tilu.

d. Mengidentifikasi dan mengkaji upaya-upaya yang dilakukan oleh anggota kelompok Sunda Wiwitan dalam pelestarian nilai-nilai adat Pikukuh Tilu.

1.4Manfaat Penelitian 1.4.1 Secara Teoritis

Secara Teoretis hasil dari penelitian ini adalah dapat memperluas wawasan serta bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan dalam


(17)

bidang Sosiologi pada umumnya dan khususnya dalam kajian Sosiologi mengenai kearifan lokal budaya yang terdapat dalam suatu masyarakat.

1.4.2 Praktis

a. Bagi Peneliti, memberikan informasi mengenai salah satu nilai adat dan budaya yang ada dalam masyarakat, khususnya yang ada di Cigugur.

b. Memberikan sumbangsih pemikiran kepada pemerintah, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan untuk pengembangan informasi tentang kebudayaan atau kearifan lokal yang telah ada sehingga dapat meningkatkan pelayanan publik dan kualitas sumber daya yang ada.

c. Memberikan sumbangsih pemikiran bagi pemerintah Kecamatan maupun

Desa tentang perkembangan nilai-nilai adat dan budaya yang masih ada dalam masyarakatnya.

d. Memberikan sumbangsih pemikiran bagi masyarakat untuk tetap

melestarikan kearifan lokal atau nilai adat dan budaya yang ada sehingga tidak terus menurun kualitasnya karena pengaruh era globalisasi.

1.5Struktur Organisasi Skripsi

Sistematika penulisan di dalam penyusunan skripsi ini meliputi lima bab, yaitu:

1. BAB I : Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

2. BAB II : Tinjauan pustaka. Pada bab ini diuraikan

dokumen-dokumen atau data-data yang berkaitan dengan fokus penelitian serta teori-teori yang mendukung penelitian penulis.

3. BAB III : Metodologi penelitian. Pada bab ini penulis menjelaskan metodologi penelitian, pendekatan penelitian, subjek dan lokasi penelitian, data dan sumber data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, penyusunan alat dan bahan, teknik analisis data, dan validitas data, serta


(18)

jadwal penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai Pewarisan Nilai-nilai Adat Pikukuh Tilu Dalam Kepercayaan Sunda Wiwitan (Studi Kasus di Kampung Wage Cigugur Kuningan).

4. BAB IV : Temuan dan Pembahasan. Dalam bab ini penulis

mendeskripsikan temuan data tentang nilai-nilai adat Pikukuh Tilu yang menjadi landasan atau pedoman hidup masyarakat Sunda Wiwitan pada masyarakat Cigugur, Peranan keluarga Sunda Wiwitan dalam mewariskan nilai-nilai adat Pikukuh Tilu, Kendala yang dihadapi dalam pewarisan nilai-nilai adat Pikukuh Tilu, dan Upaya-upaya yang dilakukan oleh anggota kelompok Sunda Wiwitan dalam pelestarian nilai-nilai adat Pikukuh Tilu.

5. BAB V : Simpulan, implikasi dan rekomendasi. Dalam bab ini

penulis berusaha mencoba memberikan kesimpulan dan saran sebagai penutup dari hasil penelitian dan permasalahan yang telah diidentifikasi dan dikaji dalam skripsi.


(19)

Jovi Nuriana Putra, 2015 3.1.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian deskriptif dengan desain studi kasus. Metode penelitian deskriptif merupakan metode yang dapat digunakan untuk menguraikan dan mengupas berbagai permasalahan yang diteliti sampai rinci dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti akan berupaya agar penelitian yang dilakukan mengenai Pewarisan Nilai Adat Pikukuh Tilu Dalam Kepercayaan Sunda Wiwitan Di Kampung Wage Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan, dapat terurai dan diketahui berbagai informasinya. Menurut Sevilla, dkk (dalam Tuwu, 1993, hlm. 73) “umumnya penelitian deskriptif terdiri dari berbagai jenis, yaitu (1) studi kasus, (2) survei, (3) penelitian pengembangan (developmental study), (4) penelitian lanjutan (follow up study), (5) analisis dokumen, (6) analisis kecenderungan (trend analysis), (7) penelitian korelasi (correlational study)”.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif studi kasus, metode ini akan melibatkan peneliti dalam penyelidikan yang lebih mendalam terhadap hal-hal yang diteliti seperti individu atau kelompok berdasarkan tingkah laku dan kegiatan objek yang diteliti atau variabel yang diteliti. Pengumpulan data meliputi pengalaman masa lalu, kondisi sekarang, dan lingkungan serta bagaimana hal-hal penting yang terdapat dalam variabel penelitian dapat digali untuk melengkapi informasi yang dibutuhkan guna kepentingan penelitian.

Peneliti akan berupaya mengumpulkan data sebanyak mungkin mengenai Pewarisan Nilai Adat Pikukuh Tilu Dalam Kepercayaan Sunda Wiwitan Di Kampung Wage Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan. Menganalisis secara intensif data-data yang telah diperoleh sehingga fakta-fakta yang muncul pada saat penelitian berlangsung dapat dipaparkan dengan


(20)

sebaik mungkin. Peneliti berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan dari data yang ada, mengenai Pewarisan Nilai Adat Pikukuh Tilu Dalam Kepercayaan Sunda Wiwitan Di Kampung Wage Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan.

Penelitian yang dilakukan dengan metode studi kasus, dapat membantu peneliti dalam mempelajari berbagai wawasan yang baru, mengenai tingkah laku individu atau kelompok, hingga suatu masyarakat pula dapat diidentifikasi. Peneliti akan menemukan berbagai macam hal baru yang belum ditemukan sebelumnya. Sevilla, dkk (dalam Tuwu, 1993, hlm. 73) menyebutkan studi kasus adalah:

Studi kasus memberikan beberapa keuntungan, keuntungan utama, kita dapat melakukan penelitian lebih mendalam, dengan menggali lebih dalam seluruh kepribadian seseorang, yakni dengan memperhatikan keadaannya sekarang, pengalamannya masa lampau, latar belakang dan lingkungannya mungkin kita dapat mengetahui kenapa orang itu bertingkah laku atau bersikap seperti itu? Keuntungan lain yang kita peroleh dari studi kasus adalah kesempatan untuk memperoleh wawasan mengenai konsep-konsep dasar tingkah laku manusia. Melalui penyelidikan intensif, kita dapat menemukan hubungan-hubungan yang tidak diharapkan sebelumnya.

Tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu,

termasuk tentang hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap,

pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Selain itu metode ini bertujuan untuk menggambarkan karakter masyarakat dan gejala sosial yang berlangsung di masyarakat serta menggambarkan dengan jelas tentang objek yang diteliti secara alamiah. Itulah alasan-alasan yang menyebabkan peneliti memilih metode studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini.

3.1.2 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena dengan menggunakan pendekatan kualitatif penelitian ini bertujuan untuk memahami Pewarisan Nilai Adat Pikukuh Tilu Dalam Kepercayaan Sunda Wiwitan Di Kampung Wage Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan.


(21)

Pendekatan kualitatif digunakan untuk memahami fenomena sosial mengenai kearifan lokal yang ada di wilayah Cigugur melalui gambaran yang menyeluruh dan pemahaman yang mendalam. Sehingga tidak hanya memandang kepercayaan Sunda Wiwitan sebagai fenomena sosial yang disebabkan karena mitos dan sejarah saja tetapi kita dapat melihatnya dari sudut pandang nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Penelitian kualitatif dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang mencoba untuk mendapatkan pemahaman lebih intensif mengenai kompleksitas yang ada dalam interaksi manusia. Oleh karena itu pendekatan kualitatif sangat tepat dipergunakan dalam penelitian ini.

Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2000, hlm. 3) penelitian kualitatif adalah ‘prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati’. Ada beberapa asumsi yang menjadi landasan dalam penelitian kualitatif sebagaimana yang dikatakan Merriam (dalam Creswell 1994, hlm. 145). Asumsi-asumsi tersebut ialah sebagai berikut:

1) Peneliti kualitatif lebih memiliki perhatian pada proses daripada hasil atau produk.

2) Peneliti kualitatif tertarik pada makna, yaitu bagaimana orang berusaha memahami kehidupan, pengalaman, dan struktur lingkungan mereka.

3) Peneliti kualitatif merupakan instrumen utama dalam pengumpulan dan analisis data. Data diperoleh melalui instrumen manusia daripada melalui inventarisasi, kuesioner, ataupun melalui mesin. 4) Penelitian kualitatif sangat berkaitan dengan fieldwork. Artinya,

peneliti secara fisik terlibat langsung dengan orang, latar (setting), tempat, atau institusi untuk mengamati atau mencatat perilaku dalam latar alamiahnya.

5) Penelitian kualitatif bersifat deskriptif, dalam arti peneliti tertarik pada proses, makna, dan pemahaman yang diperoleh melalui kata-kata atau gambar-gambar.

6) Proses penelitian kualitatif bersifat induktif dalam arti peneliti membangun abstraksi, konsep, hipotesis, dan teori.

Dari penjelasan di atas dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, karena penelitian mengenai Pewarisan Nilai-nilai Adat Pikukuh Tilu Dalam Kepercayaan Sunda Wiwitan ini membutuhkan penelitian


(22)

yang sangat mendalam dan tidak mengacu pada hasil, melainkan proses selama penelitianlah yang menjadi acuan dalam penelitian, karena suatu perilaku manusia tidak dapat diukur dengan perhitungan statistik atau perkiraan saja tetapi secara mendalam setiap perilaku manusia memiliki makna dan faktor yang melatarbelakanginya. Oleh karena itu, alasan tersebut semakin menguatkan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif untuk meneliti Pewarisan Nilai Adat Pikukuh Tilu Dalam Kepercayaan Sunda Wiwitan Di Kampung Wage Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan.

3.2Partisipan dan Tempat Penelitian 3.2.1 Partisipan

Partisipan dapat disebut juga sebagai informan dalam penelitian, menurut Bungin (2012, hlm. 78) “informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian”.

Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah pimpinan Sunda Wiwitan Cigugur, masyarakat Kampung Wage Kecamatan Cigugur, dan pihak-pihak terkait yang mendukung dalam penelitian ini. Hal ini didasarkan bahwa dalam penelitian kualitatif yang menjadi sumber informasi dipilih secara snowball sampling. Menurut Sugiyono (2008, hlm. 301) “snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya berjumlah sedikit, lama-lama menjadi besar.” Sedangkan menurut Bungin (2012, hlm. 108) dijelaskan bahwa;

Prosedur bola salju (snowball) dikenal juga sebagai prosedur rantai rujukan atau disebut juga prosedur networking sering dianggap prosedur purposive namun sesungguhnya berbeda. Prosedur snowball sering digunakan untuk mencari dan merekrut informan tersembunyi, yaitu kelompok yang tidak mudah diakses para peneliti melalui strategi pengambilan informan.

Dalam prosedur snowball peneliti akan menentukan informan kunci yang dianggap dapat merujuk pada informan lainnya. Setelah melakukan verifikasi kelayakan informan diharapkan peneliti dapat mendapatkan data dan informasi yang akurat.


(23)

3.2.2 Tempat Penelitian

Tempat penelitian Pewarisan Nilai Adat Pikukuh Tilu Dalam Kepercayaan Sunda Wiwitan Di Kampung Wage Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan.

Alasan peneliti memilih lokasi penelitian ini dikarenakan lokasi memiliki potensi yang sangat baik dalam pencarian informasi, aliran Madrais Cigugur ini merupakan pusat dari beberapa wilayah lain yang ditempati oleh masyarakat penganut aliran Madrais. Contohnya Kampung Cireundeu yang berada di Kota Cimahi, masyarakat Cireundeu merupakan pengembangan Sunda Wiwitan dari aliran Madrais yang berada di Kabupaten Kuningan. Keberadaan Sunda Wiwitan di Kuningan ini sudah cukup lama sehingga sudah terkenal di berbagai wilayah di Indonesia dan Mancanegara, terutama pada saat pelaksanaan upacara adat Serentaun, banyak turis lokal maupun mancanegara yang datang untuk ikut terlibat dalam upacara tersebut ataupun hanya sekedar melihat prosesi upacara tersebut.

Sunda Wiwitan Cigugur aliran Madrais merupakan kelompok Sunda wiwitan yang memiliki keteguhan dalam memegang teguh ajaran yang diturunkan oleh para leluhur atau nenek moyang. Meskipun banyak pengaruh dari luar yang dapat menyebabkan gangguan berarti dalam kelompoknya, para penganut Sunda Wiwitan Cigugur ini tetap panceg atau teguh dalam memegang teguh keyakinannya terhadap nilai-nilai adat terutama inti dari ajarannya yakni pikukuh tilu.

3.3Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini didapatkan melalui informan yang dipilih oleh peneliti atas keperluan penelitian dan data yang dibutuhkan. Adapun Menurut Bungin (2012, hlm. 78) “informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian”. Lazimnya informan atau narasumber penelitian ini ada dalam penelitian yang subjek penelitiannya berupa kasus (satu kesatuan unit), antara lain yang berupa lembaga atau organisasi atau pranata sosial. Diantara sekian banyak informan tersebut, ada yang disebut narasumber kunci (key informant) yaitu


(24)

seorang ataupun beberapa orang, yaitu orang atau orang-orang yang paling banyak menguasai informasi (paling banyak tahu) mengenai objek yang sedang diteliti tersebut. Informan kunci akan menjadi suatu subjek penelitian yang sangat dibutuhkan data-datanya sehingga harus adanya sikap kerja sama antara peneliti dengan informan kunci.

Adapun pihak yang menjadi informan pokok atau informan kunci pada penelitian ini adalah:

1) Anggota komunitas/Warga adat Sunda Wiwitan Cigugur.

2) Pangeran Gumirat Barna Alam sebagai pimpinan aliran Madrais atau Sunda Wiwitan Cigugur.

3) Warga masyarakat Kampung Wage Kecamatan Cigugur.

Sedangkan pihak yang menjadi informan pendukung pada penelitian ini adalah:

a. Aparatur Desa atau Kelurahan sebagai pemerintah yang menaungi keberadaan masyarakat Sunda Wiwitan di Kampung Wage Kecamatan Cigugur.

b. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan sebagai pihak yang bergerak di bidang kepariwisataan dan kebudayaan yang ada di Kabupaten Kuningan.

3.4Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2005, hlm. 59), bahwa “dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri.” Selanjutnya Nasution (dalam Sugiyono, 2013, hlm. 223), menyatakan bahwa:

Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrument penelitian utama. Alasannya ialah bahwa segala sesuatu belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.


(25)

Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dari segi kejelasan dalam penelitian kualitatif suatu permasalahan belum dapat dikatakan sesuatu hal yang pasti. Maka instrumen dalam penelitianpun merupakan peneliti itu sendiri, seperti halnya dalam penelitian tentang Pewarisan Nilai Adat Pikukuh Tilu Dalam Kepercayaan Sunda Wiwitan Di Kampung Wage Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan, namun ketika masalahnya sudah jelas dan terstruktur dengan baik, peneliti dapat mengembangkan instrumen penelitian lebih lanjut. 3.5Pengumpulan Data

3.5.1 Wawancara Mendalam

Wawancara merupakan percakapan dan proses tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Bungin (2010, hlm.108) menyebutkan bahwa:

Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

Wawancara mendalam dilakukan guna mendapat informasi langsung dari subjek penelitian dan dari individu atau kelompok penunjang penelitian. Subjek yang diteliti adalah masyarakat atau kelompok penganut Kepercayaan Sunda Wiwitan dan yang paling utama yakni Pangeran Djatikusumah atau putranya pangeran Gumirat Barna Alam selaku pimpinan aliran Kepercayaan Sunda Wiwitan yang merupakan keturunan dari Kyai Madrais selaku pendiri di Cigugur. Masyarakat juga dijadikan objek yang diteliti, selain itu untuk melakukan konfirmasi data, dapat dilakukan juga survei pada aparat desa atau kecamatan serta pihak pihak yang terkait dalam penelitian ini.

Dalam penelitian mengenai Pewarisan Nilai Adat Pikukuh Tilu Dalam Kepercayaan Sunda Wiwitan Di Kampung Wage Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan, alur wawancara akan dilaksanakan terhadap masyarakat setempat yang tinggal di sekitar lokasi, pada aparatur desa dan kecamatan, lalu akan masuk ke intinya yakni pimpinan Sunda Wiwitan Cigugur.


(26)

Pengetahuan mengenai makna subjektif individu terhadap fokus penelitian didapat melalui teknik wawancara. Teknik wawancara juga memberikan ruang bagi peneliti untuk dapat mengekplorasi isu penelitian yang tidak dapat dilakukan melalui teknik lain sehingga diharapkan data yang akan didapat mampu memenuhi data-data yang dibutuhkan.

Tabel 3.1 Informan Kunci

No Nama Jenis

Kelamin Usia Alamat No Telpon

1 Asep Laki-laki 23 Lamping 0896916507

36

2 Asep (Nunu) Laki-laki 23 Cigugur -

3 Kundang Laki-laki 53

Lamping/ Kampung Wage (Paseban Tri Panca

Tunggal)

-

4 K. Rusman Laki-laki 67 Cipari (Taman

Purbakala Cipari) -

5 P. Gumirat

Barna Alam Laki-Laki 37

Kampung Wage Kecamatan Cigugur (Paseban Tri Panca Tunggal)

0813130809 55


(27)

Tabel 3.2 Informan Pendukung

No Nama Jenis

Kelamin Usia Alamat Jabatan

1 Enday

Sadari Laki-laki 54 Caracas

Kasi Seni Budaya

2 Slamet

Riyadi Laki-laki 52 Jalaksana

Kasi Sejarah

Sumber : Diolah oleh Peneliti (2015) 3.5.2 Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung terhadap subjek penelitian di mana sehari-hari mereka berada dan biasa melakukan aktivitasnya. Menurut Creswell (2010, hlm. 267) observasi adalah:

Observasi kualitatif merupakan observasi yang di dalamnya peneliti langsung turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas individu-individu di lokasi penelitian. Dalam pengamatan ini, peneliti merekam/mencatat baik secara terstruktur maupun semistruktur (misalnya dengan mengajukan pertanyaan yang memang ingin diketahui oleh peneliti). Aktivitas-aktivitas dalam lokasi penelitian. Para peneliti kualitatif juga dapat terlibat peran-peran yang beragam, mulai dari sebagai non partisipan hingga partisipan utuh.

Sedangkan Menurut Bungin (2010, hlm. 115) observasi atau pengamatan adalah:

Kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya. Kriteria suatu pengamatan dikatakan sebagai kegiatan pengumpulan data yaitu: pengamatan digunakan dalam penelitian dan telah direncanakan secara serius; pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan; pengamatan dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan proporsisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu yang hanya menarik perhatian; pengamatan dapat dicek dan dikontrol mengenai keabsahannya.


(28)

Peneliti dalam penelitian ini melakukan observasi langsung pada kelompok Sunda Wiwitan Cigugur. Artinya, peneliti berada bersama subjek penelitian guna ikut merasakan dan mengalami kegiatan subjek penelitian yang berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan. Observasi akan membuat pengamatan peneliti lebih matang dan lebih dapat mengambil makna dari kegiataan subjek penelitian.

3.5.3 Studi Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan salah satu cara pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial. Selain sumber manusia (human resources) melalui observasi dan wawancara mendalam, sumber lainnya yaitu foto, video, rekaman, hingga objek-objek seni, dan lainnya, hal tersebut dapat dijadikan sebagai pendukung selain dokumen-dokumen tertulis yang resmi ataupun tidak resmi yang terdapat di kelompok Sunda Wiwitan Cigugur maupun pada dokumen Pemerintah.

Dokumentasi dapat membantu peneliti dalam melengkapi kebutuhan penunjang dalam penelitian. Dokumentasi juga digunakan sebagai penguat peneliti dalam melakukan kajian penelitian.

3.5.4 Studi Literatur

Studi literatur yaitu mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang menjadi pokok bahasan dengan objek penelitian. Teknik ini digunakan karena peneliti memerlukan teori-teori yang dapat membantu untuk tercapainya tujuan penelitian yang dilakukan. Teori-teori ini tentu saja didapatkan dari literatur yakni buku-buku, jurnal ilmiah dan lain-lain, dengan teknik ini peneliti akan mendapatkan informasi dan data yang berupa teori-teori, pengertian-pengertian serta uraian para ahli yang berhubungan dengan yang diperlukan dalam penelitian. Hal ini merujuk pendapat Kartono (1996, hlm. 33) yang mengemukakan bahwa “Studi literatur adalah teknik penelitian yang dapat berupa informasi-informasi data-data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti yang di dapat dari buku-buku, majalah, naskah-naskah, kisah sejarah, dokumentasi-dokumentasi, dan lain-lain”.


(29)

3.6Penyusunan Alat dan Pengumpulan Data

Untuk mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data dari hasil wawancara dan observasi maka diperlukan penyusunan alat untuk mengumpulkan data. Penyusunan alat dan pengumpulan data ini dilakukan sebelum peneliti melaksanakan langsung penelitian ke lapangan guna dapat mengumpulkan data yang benar-benar dibutuhkan dalam penelitian. Adapun penyusunan alat pengumpul data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.6.1 Penyusunan Kisi-kisi Penelitian

Dalam mempermudah pelaksanaan penelitian maka peneliti menyusun kisi-kisi penelitian. Penyusunan kisi-kisi penelitian ini dijabarkan dalam bentuk pertanyaan agar memudahkan dalam alat pengumpulan data. Penyusunan kisi-kisi bertujuan untuk memandu peneliti dalam melakukan penelitian guna mengumpulkan data-data yang valid.

3.6.2 Penyusunan Alat Pengumpul Data

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu berupa observasi dan wawancara kepada pihak-pihak terkait yang dibutuhkan datanya serta berada di lingkungan masyarakat Sunda Wiwitan Kampung Wage Kecamatan Cigugur. 3.6.3 Penyusunan Pedoman Wawancara

Sebelum melakukan wawancara perlu disusun pedoman wawancara yang bertujuan untuk mempermudah peneliti melakukan wawancara dengan adanya patokan pertanyaan yang pada pelaksanaannya bisa bertambah, sehingga wawancara yang dilakukan terarah. Adapun pedoman wawancara adalah daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada responden mengenai penelitian yang akan dilakukan.

3.6.4 Penyusunan Pedoman Observasi

Pedoman observasi perlu disusun sebelum peneliti melakukan pengamatan. Hal ini dilakukan agar kedatangan peneliti di lingkungan masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan.


(30)

3.7Analisis Data

Analisis data adalah bagian terpenting dalam penelitian ini, peneliti harus dapat mengolah data yang telah didapat dari hasil penelitian di lapangan secara sistematik seperti hasil wawancara, catatan, dan data-data lain yang ditemukan pada saat penelitian. Bogdan dan biklen (dalam Gunawan, 2013, hlm. 210) menyatakan bahwa ‘Analisis data adalah proses pencarian dan pengaturan secara sistematik hasil wawancara, catatan-catatan, dan bahan-bahan yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap semua hal yang dikumpulkan dan

memungkinkan menyajikan apa yang ditemukan’.

Analisis data menurut Creswell (2012, hlm. 274) “Merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan refleksi terus-menerus terhadap data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan analitis dan menulis catatan singkat sepanjang penelitian.” Sedangkan menurut Miles dan Huberman (dalam Bungin 2010, hlm. 144) ‘Analisis data dalam penelitian berlangsung bersamaan dengan proses pengumpulan data. Diantaranya adalah melalui tiga tahap model air, yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Namun ketiga tahapan tersebut berlangsung secara simultan’.

3.7.1 Reduksi Data

Reduksi data, adalah kegiatan dalam penelitian guna mengolah data yang merujuk pada proses pemilihan, pemokusan, penyederhanaan, abstraksi dan pentransformasian data mentah yang terdapat dalam catatan-catatan lapangan tertulis maupun tidak tertulis. Sebagaimana kita ketahui, reduksi data terjadi secara kontinu melalui kehidupan suatu proyek yang diorientasikan secara kualitatif.

Menurut Sugiyono (dalam Gunawan, 2013, hlm. 210) ‘mereduksi data

merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan mencari tema dan polanya’.

Berikut ini ialah salah satu contoh reduksi data yang telah dilaksanakan oleh peneliti, pada tanggal 21 April 2015. Peneliti melaksanakan penelitian dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan kunci, yakni Kang


(31)

Asep yang sedang berada di rumahnya di daerah Lamping. Pada saat itu Kang Asep menjelaskan beberapa hal mengenai penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti, selanjutnya saya melakukan wawancara terhadap Kang Asep secara langsung, sehingga pada wawancara awal ini peneliti menemukan beberapa hal yang sangat penting seperti dalam Pikukuh Tilu terdapat sir rasa pikir, ngaji rasa, undak usuk wiwaha yuda nagara. Hal ini merupakan aturan yang harus diamalkan dan dipikukuh, karena dengan mengamalkan nilai-nilai yang terdapat dalam Pikukuh Tilu kondisi hati kita akan terasa tenang dan tentram sehingga terjauh dari perbuatan-perbuatan yang melanggar nilai dan norma yang berlaku di masyarakat, seperti berbuat jahat, berjudi, berzinah dan lain-lain.

3.7.2 Penyajian Data

Langkah selanjutnya dari kegiatan analisis data adalah penyajian data/data display. Kita mendefinisikan penyajian data sebagai suatu kumpulan informasi yang tersusun yang memungkinkan kita melakukan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Setelah penyajian data dilakukan peneliti dapat lebih meningkatkan pemahaman terhadap kasus yang diteliti.

Miles dan Huberman (dalam Gunawan, 2013, hlm. 210) menyatakan bahwa ‘pemaparan data sebagai sekumpulan informasi tersusun, dan memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan’.

3.7.3 Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (Conclusion Drawing Verification)

Langkah ketiga dari aktivitas analisis adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dari awal pengumpulan data hingga pengolahan data peneliti kualitatif mulai memutuskan apakah makna sesuatu, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur kausal, dan proposisi-proposisi.

Data mengenai penelitian Pewarisan Nilai Adat Pikukuh Tilu Dalam Kepercayaan Sunda Wiwitan Di Kampung Wage Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan, yang telah diperoleh peneliti dari mulai observasi, wawancara mendalam, studi literatur, dan studi dokumentasi, selama penelitian


(32)

berlangsung akan disortir mana yang penting dan diperlukan untuk memenuhi tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan sehingga data yang penting dapat terproses dengan baik.

Data-data yang telah disortir mengenai penelitian Pewarisan Nilai Adat Pikukuh Tilu Dalam Kepercayaan Sunda Wiwitan Di Kampung Wage Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan tersebut kemudian dipelajari, dimengerti dan dipahami oleh peneliti. Setelah alur dari data-data tersebut dapat dipahami oleh peneliti, langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti yaitu menginterpretasikan data dengan mendeskripsikan dan menggunakan peta konsep agar data-data tersebut menjadi lebih mudah dipahami dan penelitian Pewarisan Nilai Adat Pikukuh Tilu Dalam Kepercayaan Sunda Wiwitan Di Kampung Wage Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan, dapat diidentifikasi dengan jelas.

Setelah data-data tersebut dapat dipahami melalui bentuk peta konsep dan telah terdeskripsikan oleh peneliti tahap selanjutnya adalah penarikan kesimpulan. Dari data-data tersebut dapat terlihat proses dari mulai Sejarah atau asal-usul keberadaan kepercayaan sunda wiwitan, proses terjadinya kelompok kepercayaan Sunda Wiwitan di Cigugur, pewarisan, hingga proses atau upaya kelompok sunda wiwitan cigugur ini dalam melestarikan nilai-nilai adat.

3.8Validitas Data

Untuk melakukan pembenaran terhadap data yang diperoleh peneliti di lingkungan Sunda Wiwitan Cigugur maka diperlukan validitas data untuk dapat menguji data, dan valid tidaknya data yang diperoleh dari informan, adapun caranya yaitu sebagai berikut:

3.8.1 Memperpanjang Waktu Penelitian

Pada saat melakukan observasi diperlukan waktu untuk mengenal lingkungan Sunda Wiwitan Cigugur, oleh sebab itu peneliti berusaha memperpanjang waktu penelitian. Jika terdapat data yang masih dibutuhkan oleh peneliti, peneliti akan menempuh cara mengunjungi kembali lokasi


(33)

penelitian untuk dapat mengumpulkan data kembali dimana pada penelitian sebelumnya mengadakan hubungan baik dengan orang-orang disana, dengan cara mengenal kebiasaan yang ada dan mengecek kebenaran informasi di sekitar lingkungan Sunda Wiwitan Cigugur guna memperoleh data dan informasi valid yang diperlukan dalam penelitian ini.

Adapun lamanya perpanjangan penelitian ini didasarkan kepada kebutuhan peneliti untuk melakukan cek ulang terhadap data yang telah didapat. Hal ini seperti yang dikatakan Sugiyono (2009, hlm. 123) bahwa “perpanjangan penelitian bisa diakhiri bila data yang dilakukan cek ulang sudah benar yang berati kredibel”.

3.8.2 Pengamatan yang Terus Menerus

Dengan pengamatan yang dilakukan secara terus menerus atau kontinu peneliti dapat memperhatikan sesuatu secara lebih cermat, terinci dan mendalam. Melalui pengamatan yang kontinu peneliti dapat memberikan deskripsi yang terinci mengenai apa yang sedang diamatinya. Pengamatan secara terus menerus dapat menemukan hal-hal yang dibutuhkan dari penelitian yang dilakukan ketika di lingkungan Sunda Wiwitan Cigugur.

3.8.3 Triangulasi

Triangulasi, yaitu pengecekan kebenaran data yang diperoleh dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi berfungsi untuk mengecek validasi data dengan menilai kecukupan data dari sejumlah data yang beragam.


(34)

Gambar 3.1 Triangulasi Sumber Data

a.Menggunakan Bahan Referensi

Triangulasi dengan Tiga Teknik Pengumpulan data Sumber : Sugiyono (2009, hlm 126)

Sumber : Sugiyono (2010, hlm. 273) Gambar 3.2

Triangulasi Teknik Pengumpulan Data

Sumber : Sugiyono (2009, hlm. 126)

Sumber : Sugiyono (2010, hlm. 273) Gambar 3.3

Triangulasi Waktu Pengumpulan Data

Sumber : Sugiyono (2010, hlm. 274) Minggu ke-I - III

Minggu ke-VII dan VIII

Minggu ke-IV dan VI

Komunitas/Masyarakat Sunda Wiwitan Pangeran Djatikusumah/

Pangeran Gumirat Barna Alam

Pemerintah Desa dan Kecamatan/Disparbud

Studi Dokumentasi Wawancara

Mendalam


(35)

3.8.4 Menggunakan Bahan Referensi

Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan kepercayaan akan kebenaran data, peneliti menggunakan bahan dokumentasi yakni hasil rekaman wawancara dengan subjek penelitian atau bahan dokumentasi yang diambil dengan cara tidak mengganggu atau menarik perhatian informan, sehingga informasi yang didapatkan memiliki validitas yang tinggi.

3.8.5 Melakukan Member Check

Dalam penelitian ini dilakukan cara untuk menguji keabsahan data,

menurut Sugiyono (2010, hlm. 276) Member chek adalah, “proses pengecekan

data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Pengecekan atau verifikasi data kepada subjek yang diteliti ini bertujuan untuk mengetahui data atau informasi yang didapat apakah sudah sesuai dengan apa yang dimaksud oleh sumber data atau informan”.

Member check yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peneliti akan melakukan cek ulang atau verifikasi data yang sudah diperoleh peneliti kepada subjek atau informan baik informan kunci maupun pelengkap agar tidak terjadi kesalahpahaman yang dapat berpengaruh terhadap penarikan kesimpulan yang dilakukan oleh peneliti. Teknik ini dilakukan peneliti dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan telah disusun dalam pedoman wawancara. Agar informasi yang diperoleh benar-benar jelas dan peniliti pun mengerti apa yang dimaksud oleh infoman.

Selain menggunakan member check dalam penelitian ini untuk menguji keabsahan datanya digunakan juga triangulasi. Triangulasi merupakan pengecekan kebenaran data yang dikumpulkan dari suatu sumber berdasarkan kebenarannya dari sumber-sumber lain. Karena peneliti tidak dapat begitu saja percaya dengan semua informasi yang diperoleh dari suatu sumber maka harus dilakukan pengecekan akan kebenaran informasi tersebut. Pengecekan ini dilakukan dengan mengecek informasi dari suatu sumber dengan sumber-sumber lain agar validitas kebenaran informasi tersebut terbukti kebenarannya.


(36)

Setelah penulis memaparkan hasil penelitian dan analisis hasil penelitian, maka skripsi yang penulis beri judul “Pewarisan Nilai Adat Pikukuh Tilu Dalam Kepercayaan Sunda Wiwitan (Studi Kasus Di Kampung Wage Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan)” dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Nilai adat pikukuh tilu yang menjadi landasan atau pedoman hidup pada masyarakat sunda wiwitan di cigugur. Mempelajari nilai adat Pikukuh Tilu berarti menyentuh aspek budaya spiritual dalam masyarakat Paguyuban Adat Cara Karuhun Urang/Masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur. Dari permulaan sejarah tuntunan hingga pada aspek-aspek tuntunan tentang arti penghayatan, Ketuhanan, manusia, alam semesta, kesempurnaan hidup, serta pengamalan penghayatan dan budi pekerti yang terdapat dalam budaya masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur. Pikukuh Tilu secara bahasa dapat diartikan sebagai peneguh yang berasal dari kata kukuh dan tiga yang berasal dari kata tilu, jadi apabila dijabarkan maksudnya Pikukuh Tilu ialah tiga peneguh yang berfungsi sebagai pedoman kehidupan. Nilai adat Pikukuh Tilu merupakan pedoman kehidupan yang menjadi Pangangger (peneguh) masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur untuk menuju kesempurnaan hidup (Purwawisesa). Purwawisesa dimaknai sebagai kata sempurna, kesempurnaan dalam kehidupan akan tercapai apabila manusia dapat mengontrol sifat, keinginan, pola perilaku, perasaan dan pikiran yang seluruhnya baik secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan pengaruh dalam tata kehidupan manusia secara individu maupun sosial dalam lingkungan masyarakat. Dalam nilai adat Pikukuh Tilu terdapat tiga bagian yang menjadi rumusan tuntunan hidup masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur, yakni Ngaji Badan, Tuhu/Mikukuh Kana Tanah, dan Madep Ka Ratu-Raja 3-2-4-5 Lilima 6. Ngaji Badan maksudnya adalah selaku manusia kita harus menyadari adanya berbagai aspek lain dalam kehidupan yang satu sama lainnya saling


(37)

berhubungan. Segala hal yang terdapat di sekeliling kehidupan yang dapat dirasakan oleh panca indera akan membuat manusia menyadari bahwa kehidupan ini terdiri dari Tri Daya Eka Karsa (tiga taraf kehidupan) yang terdiri dari taraf Nabati (hidup tapi pasif), Hewani (hidup aktif berdasarkan insting saja), dan Insani (hidup aktif berdasarkan akal, budi, perasaan dan pikiran). Ngaji badan juga dapat diartikan sebagai konsep introspeksi diri karena selaku manusia yang merupakan makhluk sosial sudah pasti akan membutuhkan manusia lain, alam, dan hal lainnya yang memiliki sifat saling ketergantungan.

Tuhu/Mikukuh Kana Tanah terbagi menjadi dua konsep yakni Tanah Adegan maksudnya ialah raga secara jasmani/fisik dan Tanah Amparan yakni tanah tempat berpijak. Tuhu/Mikukuh Kana Tanah ini lebih mengarah kepada konsep cara dan ciri bangsa yang maksudnya ialah bagaimana suatu bangsa memiliki kebudayaan, adat, tradisi dan nilai serta norma yang berlaku dalam masyarakatnya, selanjutnya suatu bangsa itu memiliki ciri khasnya masing-masing dilihat dari segi rupa, adat, bahasa, aksara (tulisan), dan kebudayaan. Madep Ka Ratu-Raja 3-2-4-5 Lilima 6 merupakan sekumpulan konsep tata nilai yang berlaku dalam masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur. Dalam penjabarannya Madep artinya mengarah, Ratu dan Raja yang dimaksud ialah Ratu dan Raja dalam wujud yang bukan merupakan seseorang, akan tetapi mengandung makna Ratu Nunggararata dan Raja nu Ngajagat Rata, (menyeluruh) keduanya mengacu pada makna kesempurnaan.

Fungsi Pikukuh Tilu ialah sebagai pedoman masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur dalam menuju kesempurnaan hidup. Pedoman menuju kesempurnaan hidup ini merupakan manifestasi dari nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakatnya. Pikukuh Tilu dikatakan sebagai nilai karena merupakan konsep-konsep umum dalam masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur yang mempertegas tentang sesuatu yang dianggap baik, patut, layak, pantas, dicita-citakan, diinginkan, dihayati serta dilaksanakan, dalam kehidupan sehari-hari lalu menjadi tujuan kehidupan bersama didalam kelompok masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur.


(38)

Dalam upaya pengamalan nilai adat Pikukuh Tilu terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan seperti, Sir (kahayang) keinginan, Rasa (ngarasakeun) merasakan,dan Pikir (memikirkan). Hal ini sebisa mungkin harus di olah oleh manusia dengan cara yang sebaik mungkin. Upaya pengamalan Pikukuh Tilu dilakukan dengan cara penerapan atau aplikasi dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur. Pikukuh Tilu diaplikasikan dalam bentuk hubungan manusia dengan Tuhan, interaksi dalam masyarakat, dan dalam menjaga lingkungan alam. Manusia hidup memerlukan kesadaran diri agar tetap berada dalam keadaan stabil, contohnya dalam mengontrol tekad, ucap, lampah/niat, ucapan, dan perilaku yang mengacu pada bagaimana seseorang harus bersikap dan berperilaku baik. Pikukuh Tilu merupakan nilai adat yang merupakan tradisi dan kebudayaan masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur. Dilihat dari segi adat, wujud ideal dari kebudayaan yaitu adat atau adat istiadat untuk bentuk jamaknya.

Dalam proses pelaksanaannya terdapat sanksi apabila melanggar nilai-nilai adat Pikukuh Tilu, bentuk pelanggaran terhadap nilai adat Pikukuh Tilu pada dasarnya ialah hal yang pada umumnya terjadi dalam kehidupan sosial masyarakat seperti berjudi, zina, mencuri, selingkuh, membunuh dan lainnya yang bersifat mengganggu terhadap ketertiban sosial dan merugikan aspek-aspek kehidupan sekitarnya. Bila terjadi pelanggaran terhadap nilai-nilai adat Pikukuh Tilu maka akan diberlakukan sanksi sosial yang secara langsung maupun tidak langsung oleh masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur yang berupa teguran, diacuhkan, hingga dikucilkan dari wilayah adat. Adat istiadat merupakan norma yang sangat kuat dan memiliki daya pengikat terhadap kelompok masyarakatnya, sehingga anggota-anggota masyarakat yang melanggar nilai adat akan menerima sanksi keras, yang terkadang diberlakukan secara tidak langsung.

2. Peranan keluarga sunda wiwitan dalam mewariskan nilai-nilai adat pikukuh tilu. Peran keluarga Sunda Wiwitan dalam pewarisan nilai adat Pikukuh Tilu tidak terlepas dari konsep sosialisasi yang dilaksanakan oleh pihak keluarga seperti orang tua dan seluruh anggotanya yang ikut berperan secara aktif.


(39)

Sosialisasi ialah proses belajar (Learning Process) dimana manusia

mempelajari, menginternalisasikan, dan mengadaptasi apa yang

disosialisasikan seperti nilai, norma, dan sistem sosial dalam tatanan hidup masyarakatnya, sehingga setiap individu dalam kelompoknya mampu berperan dan mengikuti berbagai sistem atau aturan dalam masyarakatnya dan dapat diterima dengan baik.

Peran orang tua dalam keluarga Sunda Wiwitan Cigugur sangat penting, contohnya dalam memberikan petuah dan wejangan tentang berbagai nilai kehidupan yang berlandaskan pada nilai adat Pikukuh Tilu. Biasanya ayah dan ibu akan silih bergantian mensosialisasikan nilai adat Pikukuh Tilu dan nilai budi pekerti lainnya yang berlaku dalam kelompok masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur sehingga proses tersebut terus berjalan secara berkesinambungan dengan kondisi di lingkungan masyarakatnya.

Dalam pewarisan nilai adat Pikukuh Tilu masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur memiliki sistem Silih Asah, Silih Asuh, Silih Asih (saling mendidik, saling mengingatkan, dan saling menyayangi) yang berfungsi dalam setiap kelompok keluarga masyarakatnya, sehingga satu sama lain dalam anggota keluarga sebenarnya memiliki peran masing-masing yang mengacu pada terwujudnya pewarisan kebudayaan, adat, dan tradisi Sunda Wiwitan Cigugur.

3. Kendala yang dihadapi dalam pewarisan nilai-nilai adat pikukuh tilu. Kendala dalam pewarisan nilai adat Pikukuh Tilu terbagi menjadi dua, diantaranya ialah kendala internal dan eksternal. Kendala internal biasanya terjadi dikarenakan sikap masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur yang terkadang memiliki pemikiran dan pemahaman yang berbeda-beda tentang apa yang disosialisasikan oleh pemimpin, sepuh, maupun oleh orang-orang yang dipercaya mewakili setiap daerah yang masyarakatnya merupakan masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur. Pemahaman yang berbeda ini maksudnya adalah tidak sesuainya informasi yang diberikan kepada masyarakat yang diwakili oleh ais pangampih (perwakilan/sepuh dari setiap daerah) dengan informasi


(40)

yang diberikan di pusatnya, sehingga menimbulkan pemahaman yang beragam dan terkadang pemaknaannya mengarah pada persepsi lain.

Kendala eksternal ialah kendala yang datang dari luar kelompok Sunda Wiwitan Cigugur yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan pengaruh atau menyebabkan goyahnya unsur-unsur adat dalam kelompok masyarakatnya. Banyak hal yang menjadi kendala seperti pembuatan KTP, Kartu Keluarga, Catatan Sipil, dan kesulitan lainnya yang menyebabkan timbulnya persepsi negatif terhadap masyarakat secara umum yang dianggap terlalu fanatik dan hal lainnya yang pada akhirnya menyebabkan pewarisan nilai adat Pikukuh Tilu maupun unsur adat lainnya menjadi terhambat karena sedikitnya hal ini memberikan dampak yang cukup mengganggu. Menurut wawasan sistem sosial, berbagai hal dalam kehidupan sosial telah diatur sedemikian rupa, sehingga setiap aspek dari kehidupan sosial secara rumit, dan secara tidak langsung berhubungan satu sama lain. Hal ini menunjukan bahwa dengan adanya pengaruh kendala internal maupun eksternal secara rumit dan secara tidak langsung saling berhubungan dan memberikan pengaruh pada setiap aspek dalam masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur. 4. Upaya-upaya yang dilakukan oleh anggota kelompok Sunda Wiwitan dalam

pelestarian nilai-nilai adat Pikukuh Tilu. Upaya pelestarian nilai adat Pikukuh Tilu merupakan sosialisasi sebagai proses enkulturasi (pembudayaan). Dalam proses pembudayaan, individu mempelajari dan menyesuaikan sikapnya dengan adat istiadat, sistem sosial, nilai, norma, dan aturan hidup dalam budayanya. Dalam upaya pelestarian nilai adat Pikukuh Tilu konsep enkulturasi sangat jelas terlihat dari berbagai kegiatan pelestarian budaya masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur, terutama dalam pewarisan nilai adat Pikukuh Tilu.

Berbagai bentuk upaya pelestarian atau pembudayaan nilai-nilai adat Pikukuh Tilu sangat beragam bentuknya. Dalam bentuk kegiatan pembelajaran atau pendidikan dalam lingkungan Sunda Wiwitan Cigugur terdapat kegiatan Pangeusian Kurasan Ngeunaan Ajaran Karuhun, Surasa Basa, Atikan Samemeh Lahir, dan kegiatan outdoor seperti mengunjungi tempat-tempat


(41)

atau situs leluhur Sunda dan alam terbuka untuk memberikan aplikasi dari pembelajaran nilai adat Pikukuh Tilu beserta hubungannya baik itu dalam hubungan dengan Tuhan, sesama manusia, dan lingkungan alam.

Dalam bentuk kesenian terdapat kegiatan Nabeuh Pusaka yakni memainkan alat musik tradisional pada setiap malam minggu yang berupa Gamelan Monggang yang merupakan peninggalan dari masa Kesultanan Gebang di Cirebon. Dalam kegiatan Nabeuh Pusaka para Nonoman/remaja dan anak-anak akan melakukan Olah Rasa sambil mendengarkan alunan musik dari gamelan, hal ini sangat kental dengan pemaknaan berbagai nilai adat Pikukuh Tilu yang pada akhirnya akan dilaksanakan diskusi dengan para Nayaga mengenai berbagai nilai adat, sejarah, dan budaya. Dalam kegiatan Nabeuh Pusaka juga terdapat sarat harus membawa nasi goreng yang disuguhkan, hal ini bermakna memisahkan Hade jeung Goreng (baik dan buruk) dan hal ini juga berkaitan dengan nilai adat Pikukuh Tilu.

Selanjutnya ada seni tari Buyung yang merupakan tarian khas yang selalu ditampilkan pada saat upacara adat Serentaun, yang melambangkan keseimbangan antara Sir, Rasa, Pikir/keinginan, perasaan, dan logika yang merupakan makna tersirat dari nilai adat Pikukuh Tilu. Selain seni tari terdapat juga seni membatik yang motifnya memiliki makna masing masing yang berkaitan dengan nilai-nilai adat Pikukuh Tilu, begitupula setiap relief dalam bangunan yang terdapat dalam bangunan Paseban Tri Panca Tunggal memiliki makna yang berkaitan pula dengan nilai adat Pikukuh Tilu.

Dalam kegiatan upaya pelestarian nilai adat Pikukuh Tilu terdapat kaitan yang sangat erat dengan beberapa upacara adat atau ritual tertentu dalam kepercayaan masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur diantaranya ialah upacara adat Serentaun, Olah Rasa, Atikan Samemeh Lahir, ulang tahun, dan dalam menentukan hari baik untuk pernikahan. Dengan adanya beberapa kegiatan atau upaya pelestarian yang telah dibahas maka dapat disimpulkan bahwa pewarisan nilai adat Pikukuh Tilu terdapat dalam segala aspek dalam kehidupan masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur yang kental dengan nilai adat, tradisi, kebudayaan, dan kearifan lokal yang memiliki peran penting dalam


(42)

pelestarian ajaran dari leluhurnya. Masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur sangat menyadari pentingnya pelestarian kebudayaan terutama kebudayaan Sunda dari segala aspek, sehingga berbagai kearifan lokal seperti pendidikan, kesenian, dan seluruh aspek adat dan tradisi yang dimiliki masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur dapat dilihat secara jelas dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya, hal ini dikarenakan oleh pentingnya penerapan nilai adat dalam kehidupan bagi masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur.

Selanjutnya pewarisan nilai adat Pikukuh Tilu ialah salah satu bentuk kegiatan yang berada dalam lingkungan masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur, berbasis pada konsep adat, tradisi, budaya, kearifan lokal, nilai, serta norma yang hubungannya sangat erat dengan unsur-unsur sosiologis. Pewarisan nilai adat Pikukuh Tilu memiliki implikasi terhadap pendidikan sosiologi. Kearifan lokal dan kebudayaan seperti pewarisan nilai adat Pikukuh Tilu bisa dijadikan sebagai media pembelajaran yang sangat berpengaruh pada perkembangan dunia pendidikan.

Hal ini akan sangat bermanfaat bagi masyarakat secara umum dan mahasiswa, khususnya pendidikan sosiologi, begitu juga dengan generasi masyarakat selanjutnya untuk dapat mempelajari, mengetahui, dan memahami kebudayaan yang ada di Indonesia, terutama bagi masyarakat Jawa Barat.

5.2 Implikasi

Implikasi penelitian pewarisan nilai adat Pikukuh Tilu dalam kepercayaan Sunda Wiwitan terhadap pendidikan sosiologi ialah dapat memperkaya bahan ajar mengenai kearifan lokal yang terdapat dalam kebudayaan masyarakat Indonesia, salah satunya ialah masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur. Selain menambah bahan ajar penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi dalam setiap kegiatan kemahasiswaan seperti field trip, atau study tour karena masih sangat banyak hal yang dapat dilihat dan dipelajari dalam kebudayaan masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur.


(1)

182

Jovi Nuriana Putra, 2015

Pewarisan Nilai Adat Pikukuh Tilu dalam Kepercayaan Sunda Wiwitan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pelestarian ajaran dari leluhurnya. Masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur sangat menyadari pentingnya pelestarian kebudayaan terutama kebudayaan Sunda dari segala aspek, sehingga berbagai kearifan lokal seperti pendidikan, kesenian, dan seluruh aspek adat dan tradisi yang dimiliki masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur dapat dilihat secara jelas dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya, hal ini dikarenakan oleh pentingnya penerapan nilai adat dalam kehidupan bagi masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur.

Selanjutnya pewarisan nilai adat Pikukuh Tilu ialah salah satu bentuk kegiatan yang berada dalam lingkungan masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur, berbasis pada konsep adat, tradisi, budaya, kearifan lokal, nilai, serta norma yang hubungannya sangat erat dengan unsur-unsur sosiologis. Pewarisan nilai adat Pikukuh Tilu memiliki implikasi terhadap pendidikan sosiologi. Kearifan lokal dan kebudayaan seperti pewarisan nilai adat Pikukuh Tilu bisa dijadikan sebagai media pembelajaran yang sangat berpengaruh pada perkembangan dunia pendidikan.

Hal ini akan sangat bermanfaat bagi masyarakat secara umum dan mahasiswa, khususnya pendidikan sosiologi, begitu juga dengan generasi masyarakat selanjutnya untuk dapat mempelajari, mengetahui, dan memahami kebudayaan yang ada di Indonesia, terutama bagi masyarakat Jawa Barat.

5.2 Implikasi

Implikasi penelitian pewarisan nilai adat Pikukuh Tilu dalam kepercayaan Sunda Wiwitan terhadap pendidikan sosiologi ialah dapat memperkaya bahan ajar mengenai kearifan lokal yang terdapat dalam kebudayaan masyarakat Indonesia, salah satunya ialah masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur. Selain menambah bahan ajar penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi dalam setiap kegiatan kemahasiswaan seperti field trip, atau study tour karena masih sangat banyak hal yang dapat dilihat dan dipelajari dalam kebudayaan masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur.


(2)

183

Jovi Nuriana Putra, 2015

Pewarisan Nilai Adat Pikukuh Tilu dalam Kepercayaan Sunda Wiwitan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5.3 Rekomendasi

5.3.1 Bagi Paguyuban Adat Cara Karuhun Urang

Paguyuban Adat Cara Karuhun Urang merupakan wilayah adat yang di dalamnya terdapat kearifan lokal, kebudayaan, nilai, norma, adat dan tradisi yang sudah secara turun temurun terus diwariskan pada setiap generasi masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur. Hal ini sangat penting untuk dijaga kelestariannya, agar masyarakat Sunda maupun masyarakat secara umum dapat mengetahui kebudayaan yang terdapat dalam lingkungan kehidupan masyarakatnya.

Dalam pewarisan nilai adat terutama nilai adat Pikukuh Tilu sebaiknya perlu diperhatikan wawasan perwakilan dari setiap daerah yang menjadi penyambung lidah atau menjembatani antara Paseban dengan cabang-cabangnya agar dapat menghindari lunturnya makna dari nilai-nilai adat yang disampaikan. Dalam sistem pewarisan nilai adat Pikukuh Tilu harus lebih intensif karena pada saat ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin gencar merambah pada wilayah-wilayah adat sehingga diperlukan penjelasan yang berkaitan secara langsung dengan penggunaan teknologi yang apabila dalam penggunaannya tidak diperhatikan hal ini akan menimbulkan lunturnya nilai adat dan budaya asli Sunda.

5.3.2 Bagi Pemerintah

Pemerintah merupakan lembaga yang menaungi masyarakat Paguyuban Adat Cara Karuhun Urang, salah satunya ialah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan yang berfungsi sebagai peran sosialisasi terhadap masyarakat secara luas, dan melestarikan setiap aspek kebudayaan yang terdapat di wilayah Kabupaten Kuningan.

Dalam hal ini sebaiknya pemerintah tidak bergerak dalam upaya pelestarian keseniannya saja, masih banyak hal yang harus dikaji dan diteliti, seperti dalam pengetahuan nilai-nilai adat serta kearifan lokal yang terdapat di wilayahnya. Kajian ini diharapkan dapat menjadi referensi ilmu pengetahuan secara umum khususnya bagi masyarakat Kabupaten Kuningan sehingga dengan


(3)

184

Jovi Nuriana Putra, 2015

Pewarisan Nilai Adat Pikukuh Tilu dalam Kepercayaan Sunda Wiwitan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

adanya hal tersebut masyarakat tidak memiliki persepsi negatif terhadap wilayah-wilayah adat seperti wilayah adat Paguyuban Adat Cara Karuhun Urang.

5.3.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang berniat untuk meneliti objek yang sama mengenai pewarisan nilai adat Pikukuh Tilu maka hendaknya meluaskan objek kajian dengan mengkaji seluruh aspek budaya spiritual Paguyuban Adat Cara Karuhun Urang. Hal ini dikarenakan setiap aspek nilai adat yang terdapat dalam masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur saling berkaitan satu sama lain dan memiliki hubungan yang erat sehingga sulit untuk dipisahkan satu dengan yang lainnya.


(4)

Jovi Nuriana Putra, 2015

Pewarisan Nilai Adat Pikukuh Tilu dalam Kepercayaan Sunda Wiwitan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

185 Daftar Pustaka

Abdulsyani. (2012). Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Bertrand, A.L. (Sanapiah, S.F). (1990). Sosiologi, Kerangka Acuan, Metode Penelitian, Teori-teori Tentang Sosialisasi, Kepribadian dan Kebudayaan. Surabaya: Bi

Berry, D. (2003). Pokok-pokok Pikiran Dalam Sosiologi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Bungin, B. 2012. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, Dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Bungin, Burhan. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Cohen, B.J. (Simamora, S). (1992). Sosiologi Suatu Pengantar/Theory and Problems of Introduction to Sociology. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Creswell, J.W. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Gunawan, I. (2013). Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta: PT Bumi Aksara

Garna, J.K. (2008). Budaya Sunda Melintasi Waktu Menantang Masa Depan. Bandung: Lembaga Penelitian Unpad dan The Judistira Garna Foundation

Hasan, S.S. 2011. Pengantar Cultural Studies:Sejarah, Pendekatan Konseptual, Dan Isu Menuju Studi Budaya Kapitalisme Lanjut. Jogjakarta: ar-ruzz media Hendropuspito. 1989. Sosiologi Sistematik. Yogyakarta: Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI)

Henslin, J.M. (2006). Sosiologi dengan Pendekatan Membumi “Essentials of Sociology”. Jakarta: Erlangga

Horton, P.B & Hunt, C.L. (Ram, A. & Sobari, T). (1991). Sosiologi/Sociology, Eight Edition. Jakarta: Erlangga

Koentjaraningrat. 1974. Kebudayaan mentalitet dan pembangunan. Jakarta: PT. Gramedia


(5)

Jovi Nuriana Putra, 2015

Pewarisan Nilai Adat Pikukuh Tilu dalam Kepercayaan Sunda Wiwitan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

186

Koentjaraningrat. 1987. Manusia dan kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Penerbit Djambatan

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta

Muchtar, R. dkk. (2009). Harmonisasi Agama dan Budaya di Indonesia. Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta

Narwoko, J.D & Suyanto, B. (2007). Sosiologi Teks dan Pengantar Terapan Edisi Ketiga. Jakarta. Kencana

Narwoko, J.D & Suyanto, B. (2011). Sosiologi Teks dan Pengantar Terapan Edisi Keempat. Jakarta. Kencana

Nasution, S. 2011. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Pasya, G.K. Dkk. (2011). Studi Masyarakat Indonesia. Bandung: CV. Maulana Media Grafika

Ritzer, G. (2012) Teori Sosiologi dari Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Edisi kedelapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Saifudin, A.F. (2006). Antropologi Kontemporer Suatu Pengantar Kritis Mengenai Paradigma. Jakarta: Kencana Media Pranada Group

Salim, A. 2008. Pengantar Sosiologi Mikro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Scott, J. 2011. Sosiologi The key concepts. Jakarta: Rajawali Pers

Setiadi, E.M & Kolip, U. (2011). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana

Sevilla, C.G, Ochave, J.A, Punsalan, T.G, Regala, B.P, dan Uriarte, G.G. (1993). Pengantar Metode Penelitian. Jakarta. UI-Press

Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Subagya, R. 1976. Kepercayaan Kerohanian Kejiwaan dan Agama. Yogyakarta: Penerbit KANISIUS (Anggota IKAPI)

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta


(6)

Jovi Nuriana Putra, 2015

Pewarisan Nilai Adat Pikukuh Tilu dalam Kepercayaan Sunda Wiwitan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

187

Sugiyono. (2008). Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dn R&D. Bandung: Alfabeta

Surjadi, A. 1974. Masyarakat Sunda Budaya dan Problema. Bandung: Penerbit Alumni

Sztompka, P. Alimandan & Wibowo, T. 2011. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada

Jurnal:

Kodiran. (2004). Humaniora. Jurnal: Pewarisan Budaya Dan Kepribadian, 16, hlm. 10 – 16.

Kottak, C.P. (2010). Mirror For Humanity A Concise Introduction To Cultural Anthropology:

Seventh Edition. New York: Library of Congress Cataloging-in-Publication Data

Internet:

http://www.voa-islam.com/read/citizens- jurnalism/2014/10/17/33436/mengungkap-asal-usul-agama-sunda-wiwitan/;#sthash.WgmwNIx0.dpbs

http://ejournal.iainradenintan.ac.id/index.php/alYan/article/view/322 (http://travelwan.com/?p=3209, diunduh 15-12-2011)

(http:// www. wikipedia,diunduh 12-12-2011)

Arkeologis (archeological)iAnt Dagun (2006, hlm. 67)

UPI. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung