ANALISIS WACANA KRITIS PADA KARIKATUR DALAM HALAMAN EDITORIAL INILAH.COM Analisis Wacana Kritis Pada Karikatur Dalam Halaman Editorial Inilah.Com.

(1)

ANALISIS WACANA KRITIS

PADA KARIKATUR DALAM HALAMAN EDITORIAL INILAH.COM

NASKAH PUBLIKASI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Sarjana S- 1

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

ARDIAN CAHYO PURNOMO A 310 080 302

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

SURAKARTA 2013


(2)

(3)

ANALISIS WACANA KRITIS

PADA KARIKATUR DALAM HALAMAN EDITORIAL INILAH.COM

ABSTRAK

Ardian Cahyo Purnomo, A310080302, Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah

Surakarta, 2013.

Tujuan penelitian ini untuk (1) Mendeskripsikan bentuk kritik atau sindiran dalam karikatur pada halaman editorial inilah.com. (2) Memaparkan hubungan antara karikatur pada halaman editorial inilah.com dengan kondisi realitas sosial. (3) Mengidentifikasi ideologi media inilah.com sebagai wadah dari karikatur. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Strategi penelitian yang digunakan adalah analisis wacana kritis (Critical discourse analysis). Karikatur dalam halaman editorial inilah.com menjadi sumber data dalam penelitian ini. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode simak dan teknik catat. Teknik analisis data ini penulis menggunakan metode padan referensial. Hasil penelitian ini menyatakan terdapat jenis Kritik Pendidikan, Keagamaan, Hukum, Politik, Demokrasi, Keamanan, dan Pemerintahan dalam karikatur. Latar belakang munculnya kritik karena adanya permasalahan aspek Hukum, Kepatutan, Demokrasi, Pendidikan, Sosial, Keamanan, Politik, dan Keagamaan. Ideologi media inilah.com sebagai media yang menerbitkan karikatur editorial belum lepas dari muatan kepentingan dalam penyajian beritanya. Tim redaksi belum menggunakan sudut pandang netral dalam memilih judul, sumber berita dan bingkai berita. Berita yang ditulis dan diterbitkan terkesan sebagai sebuah konstruksi realitas yang bertujuan untuk mempengaruhi dan mengarahkan perspektif masyarakat dalam menyikapi suatu permasalahan sosial.


(4)

A. Pendahuluan

Informasi yang disajikan oleh media massa dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sarana aktualisasi diri. Namun, tidak jarang informasi yang diberitakan dalam media massa berkembang menjadi sebuah polemik karena perbedaan konsep pemikiran dan persepsi masing-masing individu. Hal itu senada dengan pernyataan Sobur (2004: 111) bahwa di balik fungsi media massa yang nampaknya sudah komunikatif, sesungguhnya terdapat fungsi internal yang tidak disadari telah menentukan pemikiran, persepsi, opini, dan bahkan perilaku orang.

Media massa memandang gejala ini secara kritis. Oleh media, karikatur dianggap efektif untuk mengkritisi suatu kondisi sosial yang sedang bergejolak. Sobur (2004: 111), menyatakan bahwa karikatur dimunculkan dengan tujuan utama menyindir atau memperingatkan. Karikatur tidak hanya menjadi pelengkap media massa, tetapi telah menjadi suatu hal yang harus ada, misalnya dalam media massa online inilah.com. Karikatur dalam halaman editorial inilah.com dimunculkan sebagai wahana kritis terhadap suatu permasalahan sosial.

Sebagai contoh konflik yang terjadi antara Banggar (Badan Anggaran) DPR dan KPK. Secara cerdas redaksi inilah.com menerbitkan karikatur dengan topik “BANGGAR VS KPK”. Topik tersebut digambarkan dengan sosok dua Gladiator (pertarung) berpakaian perang yang bertuliskan “BANGGAR” dan “KPK” dengan masing-masing pedang yang beradu. Tidak hanya menggambarkan keperkasaan Banggar dan KPK seperti Gladiator, tetapi konflik kedua pihak layaknya Gladiator yang sedang berperang. Sindiran yang disembunyikan dalam karikatur tersebut menjadi hal yang menarik untuk dianalisis.

Untuk menghindari pembiasan tafsir dalam analisis karikatur, maka harus dihubungkan dengan dinamika sosial (Setiawan, 2002: 17). Dengan demikian, analisis karikatur harus dihubungkan dengan realitas sosial. Hal yang melatarbelakangi munculnya kritikan dalam karikatur dapat dijadikan salah satu pilihan acuan analisis karena pada hakikatnya sebuah kritik atau sindiran tidak muncul tanpa adanya suatu permasalahan yang melanggar salah satu aspek


(5)

kehidupan sosial. Seperti pada topik “BANGGAR VS KPK”, media mengangkat topik tersebut karena kasus itu melanggar aspek moral dan etika. Para kaum terhormat yang seharusnya menjadi teladan bagi masyarakat justru memberikan contoh negatif, yaitu “perang”. Hal seperti itu yang nantinya akan dihubungkan oleh peneliti dalam menganalisis karikatur ini.

Selain itu, ideologi media perlu untuk dianalisis. Menurut Sobur (2004: 114) tujuan media massa ialah menyampaikan informasi dengan benar, tetapi praktiknya kebenaran tersebut sangat ditentukan oleh jalinan kepentingan. Media massa harus berimbang dan netral dalam penyajian sebuah informasi, tidak bisa disisipi oleh sebuah kepentingan yang dapat mengubah pandangan masyarakat terhadap suatu hal. Dengan demikian, peneliti berinisiatif untuk menganalisis ideologi inilah.com.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakasanakan di kota Surakarta pada bulan April hingga November. Sumber pemerolehan data utama dalam penelitian ini ada pada halaman edoitorial inilah.com. Selain itu, peneliti juga memperoleh data pendukung yang peneliti peroleh dari beberapa jurnal ilmiah, skripsi, dan beberapa portal berita online. Untuk mengungkap jenis-jenis kritik dalam karikatur peneliti menggunakan metode padan referensial. Metode padan merupakan analisis yang alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993: 15). Adapun unsur penentu dalam penelitian ini ialah konteks tuturan dan penanda lingual.

Selanjutnya, peneliti juga menggunakan metode analisis wacana kritis guna mengungkap ideologi media inilah.com. Narendra (2008: 140) juga mengungkapkan bahwa tujuan dari analisis wacana kritis adalah mengkritisi ideologi yang melatarbelakangi sebuah wacana dengan jalan menelanjangi asumsi-asumsi kebenaran yang sering kali sudah menjadi pemikiran umum dalam masyarakat. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat menelanjangi ideologi yang berada dibalik terbitnya karikatur.


(6)

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Bentuk Kritik dalam Karikatur (K)

a. Kritik Pendidikan (J1)

K (18) mengkritisi permasalahan pelajar masa kini yang gemar tawuran. Kritik disampaikan dengan cara membandingkan pemuda jaman dulu (1945) dan jaman sekarang (2012). Pemuda jaman dulu berikat kepala bendera Merah Putih, membawa bambu runcing dan tertulis pemuda harapan nusa & bangsa. Adapun pemuda jaman sekarang pakaian seragam sekolah berantakan, membawa bambu, tas sekolah yang berisi gear dan sabi. Gambar itu tertulis pemuda harapan Nusakambangan. Pemuda jaman sekarang digambarkan sebagai calon-calon penjahat “kelas kakap” penghuni Nusakambangan.

b. Kritik Keagamaan (J2)

K (12) yang terbit untuk mengkritik keras munculnya film Innocence of Muslim yang sangat bisa memprovokasi peperangan antar agama. Kritik tersebut ditandai dengan munculnya satuan lingual gendeng. Nongol lagi film provokatif murahan penebar kebencian.. Dalam karikatur tersebut juga muncul himbauan agar masyarakat tidak terpancing oleh film yang menghina Nabi tersebut. Hal itu ditandai dengan satuan lingual Jangan terpancing.

c. Kritik Hukum (J3)

K (17) mengkritik mantan Jendral Polri yang tidak memenuhi panggilan KPK (Komisi Pemeberantasan Korupsi). Irjen Djoko Susilo dianggap terlibat kasus korupsi pengadaan simulator SIM oleh KPK. Namun, yang bersangkutan tidak memenuhi panggilan tersebut. Hal ini dibuktikan dengan munculnya penanda lingual Pak Joko… Pak Joko…

Kesini dong… yang diucapkan oleh ketua KPK Abraham Samad dengan menggunakan pengeras suara. Selanjutnya, tokoh primer dalam karikatur


(7)

mengucap dengar apa pura-pura nggak dengar ya yang menunjukan ketidak-hadirannya memenuhi panggilan KPK.

d. Kritik Politik (J4)

K (16) mengkritik politisi Partai Gerindra (Gerakan Indonesia Raya), Prabowo yang dianggap “numpang tenar” kepada pemenang Pilkada, Jokowi. Prabowo salah satu pendukung Jokowi pada saat kampanye. Kemudian hal inilah yang dianggap kartunis sebagai kesempatan bagi Prabowo untuk “numpang nama” demi kepentingan Capres (Calon Presiden) 2014, apalagi setelah Jokowi dikukuhkan sebagai DKI 1 (Gubernur DKI Jakarta). Aksi “numpang tenar” ditandai dengan kalimat ehemmm.. kesempatan nih yee..yang diucapkan oleh tokoh primer dalam karikatur.

e. Kritik Demokrasi (J5)

Adapun K (14) yang juga memiliki maksud kritik demokrasi, yaitu kritikan terhadap rakyat DKI yang masih banyak pemilih Golput (Golongan Putih) saat pelaksanaan Pilkada DKI 2012. Satuan lingual jangan GOLPUT gunakan hati nurani anda.. merupakan ajakan kartunis kepada masyarakat untuk mengikuti pesta demokrasi di DKI tanpa Golput. Ajakan tersebut menandakan masih tingginya nilai kurang minat masyarakat terhadap pemilihan umum.

f. Kritik Keamanan (J6)

K (3) merupakan bentuk sindiran kepada pihak pihak kepolisian. Karikatur ini bentuk kekhawatiran masyarakat atas gangguan keamanan yang terjadi. Pihak berwajib yang seharusnya bisa melindungi masyarakat justru ikut menjadi korban dalam tindak kejahatan. Hal itu ditandai dengan adanya kalimat Bukan hanya rakyat kecil jadi korban.. Polisi juga tak luput dari sasaran yang dituturkan oleh tokoh primer dalam karikatur dengan ekspresi wajah sedih. Kejadian ini menimbulkan ketidak-percayaan masyarakat kepada polisi sebagai pengayom.


(8)

g. Kritik Pemerintahan (J7)

K (9) mengkritik penyelenggaraan PON XVIII Riau yang dianggap kurang persiapan. Hal itu ditandai dengan PON XVIII kurang persiapan. Selain itu dalam penyelenggaraan PON XVIII juga dinilai penuh dengan kejanggalan, yaitu robohnya stadion dan muncuatnya indikasi kasus korupsi dalam proyek penyelenggaraannya. Hal tersebut ditandai dengan munculnya kalimat Persiapan minim, indikasi korupsi stadion belum beres, bahkan ada yang sudah ambruk, gimana nih?.

Demikian pemaparan jenis kritik dalam karikatur, terdapat sembilan jenis kritik. Untuk memperjelas klasifikasi bentuk kritik yang terkadung dalam karikatur, peneliti akan menggambarkan dalam tabel 01 berikut ini.

Tabel 01

Bentuk Kritik dalam Karikatur

J 1 J 2 J 3 J 4 J 5 J 6 J 7

K 1 √

K 2 √

K 3 √

K 4 √

K 5 √

K 6 √

K 7 √

K 8 √

K 9 √

K 10 √

K 11 √

K 12 √

K 13 √

K 14 √

K 15 √

K 16 √

K 17 √

K 18 √

K 19 √


(9)

2. Latar Belakang Munculnya Kritik dalam Karikatur a. Permasalahan Aspek Hukum (A1)

Tiga aksi teror di Solo, Jawa Tengah, terjadi di pos polisi. Sebanyak tiga korban jatuh dari pihak kepolisian. Bahkan, seorang korban meninggal dunia dalam serangan terakhir yang berlangsung kemarin sore di pos polisi Pasar Modern Singosaren, Solo. Polisi yang tengah berjaga, Bripka Dwi Data Subekti, tewas tertembus empat peluru yang dilepaskan pelaku dari jarak dekat (tempo.co, 1 September 2012). Dari kutipan berita tersebut terdapat penanda lingual korban meninggal dunia yang mengindikasikan adanya tindak kriminilitas pembunuhan. b. Pemasalahan Aspek Kepatutan (A2)

Penyimpangan aspek kepatutan, yaitu pada K (10) dengan judul Tenda 15 Milyar Untukmu Presidenku.

"Menurut saya tidak perlu itu, jadi silahkan tanya ke komisi yang berkaitan," kata Marzuki, di Gedung DPR, Jakarta. Menurut dia, pembelian tenda khusus presiden senilai Rp15 miliar itu hanya pemborosan APBN. Sebab, masyarakat lebih membutuhkan dana tersebut. "Saya kira lebih baik dana itu untuk bencana alam," tegas Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat itu (inilah.com, 12 September 2012).

Kutipan berita inilah.com tersebut jelas memperlihatkan adanya faktor ketidak-pantasan dalam wacana pengadaan tenda seharga 15 miliar. Kalimat pembelian tenda khusus presiden senilai Rp15 miliar itu hanya pemborosan APBN. Sebab, masyarakat lebih membutuhkan dana tersebut menandakan ketidak-pantasan jika APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) sebesar itu hanya untuk membeli sebuah tenda.

c. Permasalahan Aspek Demokrasi (A3)

Beberapa karikatur muncul juga karena adanya penyimpangan aspek demokrasi, yaitu K (13) yang terbit pada 17 September 2012.

"Kita harus tersinggung, kalau tidak tersinggung salah. Tetapi kita sikapi ketersinggungan tersebut dengan sikap yang baik, lakukan protes kalau perlu dengan cara baik, jangan sampai anarki. Karena


(10)

Pak SBY juga protes, Presiden Mesir juga protes, Gubernur Jabar juga ikut protes," kata dia (republika.co.id, 14 September 2012). Indonesia merupakan negara demokrasi. Masyarakat bebas menyuarakan aspirasinya secara langsung atau tidak langsung. Demonstrasi merupakan pemandangan yang wajar di negara demokrasi seperti Indonesia. Namun, jika demonstrasi dihiasi dengan nuansa anarkisme merupakan suatu hal yang menyimpang dari nilai demokrasi itu sendiri. Seperti himbauan dalam kutipan berita di atas untuk melakukan protes cara baik dan jangan sampai anarki.

d. Permasalahan Aspek Pendidikan (A4)

Penyimpangan aspek pendidikan juga menjadi pemicu munculnya salah satu karikatur yang peneliti analisis, yaitu pada K (19).

Data yang dihimpun dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), kasus tawuran pada 2010 ada sebanyak 102 kasus. 2011 mengalami penurunan atau hanya sekira 96 kasus. Sementara, sejak Januari hingga Agustus 2012 kasus tawuran pelajar sudah terjadi sebanyak 103 kali. Angka ini mungkin saja akan berubah, mengingat tahun 2012 masih menyisakan sekira empat bulan lagi (okezone.com, 27 September 2012).

Angka tawuran yang melibatkan pelajar seperti data yang dirilis KPAI dalam kutipan berita tersebut sunguh mengkhawatirkan. Jika masih terus berkelanjutan maka benar, bahwa sebagian besar pemuda kita merupakan pemuda harapan Nusakambangan.

e. Permasalahan Aspek Sosial (A5)

Penyimpangan aspek sosial terdapat pada K (2), yaitu tentang konflik kaum Sunni dan Syiah di Sampang, Madura.

Terulangnya peristiwa penyerangan komunitas Syiah di Sampang Madura, sungguh telah mencoreng kerukunan umat beragama di Indonesia. Ironisnya, peristiwa ini terjadi di Sampang yang merupakan komunitas muslim NU yang selama ini dikenal dengan toleransi beragamanya yang kuat. Dan sebenarnya, beberapa tradisi di kalangan NU, sedikit banyak dipengaruhi atau banyak kesamaan


(11)

dengan tradisi-tradisi di kalangan Syiah (kompasiana.com, 28 Agustus 2012).

Dalam kutipan berita tersebut terdapat satuan lingual telah mencoreng kerukunan umat beragama di Indonesia yang menandakan bahwa kerukunan dan kerukunan umta beragama merupakan ciri dari kehidupan sosial di Indonesia. Dengan adanya kasus tersebut, maka dapat merusak citra Indonesia sebagai negara yang beragam dan dapat hidup bersama. f. Permasalahan Aspek Keamanan (A6)

Permasalahan keaman menjadi latar belakang munculnya K (4) dan K (8). Dua karikatur itu merupakan wujud kekhawatiran masyarakat Indonesia terhadap maraknya aksi terorisme.

Tiga aksi teror di Solo, Jawa Tengah, terjadi di pos polisi. Sebanyak tiga korban jatuh dari pihak kepolisian. Bahkan, seorang korban meninggal dunia dalam serangan terakhir yang berlangsung kemarin sore di pos polisi Pasar Modern Singosaren, Solo. Polisi yang tengah berjaga, Bripka Dwi Data Subekti, tewas tertembus empat peluru yang dilepaskan pelaku dari jarak dekat (tempo.co, 1 September 2012). Aksi terorisme sering kali menimbulkan korban jiwa. Hal tersebut sangat mengganggu keamanan dan membuat resah masyarakat. Maka dari itu, kartunis menerbitkan karikaturnya sebagai usaha untuk mengkritisi situasi yang mengganggu keamanan tersebut.

g. Permasalahan Aspek Politik (A7)

Isu SARA yang menghiasi Pilkada DKI sebagai gejolak politik yang menjadikan alasan kartunis menerbitkan K (1).

TEMPO.CO, Jakarta -Masa kampanye pemilihan gubernur DKI

Jakarta putaran kedua masih jauh dari mula. Namun, aksi jegal kandidat sudah berlangsung sejak pekan pencoblosan ini. Salah satu indikasinya adalah penyebaran informasi yang menjatuhkan pasangan lain. Setidaknya empat broadcast message (BM) melalui layanan perpesanan BlackBerry diterima Tempo dalam sepekan terakhir berisi sindiran ke kandidat. Semuanya mengandung unsur SARA (tempo.co, 15 Juli 2012).


(12)

Fakta pada kutipan berita tersebut menguatkan anggapan adanya politik SARA untuk menjatuhkan salah satu pasangan dalam Pilkada DKI. Pertarungan dalam Pilkada merupakan pertarungan visi misi, bukan pertarungan SARA.

h. Permasalahan Aspek Keagamaan (A8)

Agama menjadi salah satu alasan kartunis menerbitkan karikaturnya, yaitu pada K (12).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG. Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan menilai wajar jika umat muslim di Indonesia merasa tersinggung, marah, geram dan protes terhadap film "Innocence of Muslims" yang dinilai telah melecehkan Nabi Muhammad SAW (republika.co.id, 14 September 2012).

Menurut cuplikan berita tersebut, film Innocence of Muslims jelas merupakan film yang melanggar aspek kehidupan beragama karena telah menghina Nabi Muhammad SAW, Nabi yang menjadi panutan umat Islam di seluruh dunia.

Tabel 02

Latar Belakang Munculnya Kritik dalam Karikatur

K Permasalahan

A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8

K 1 √ √ √

K 2 √ √ √

K 3 √ √

K 4 √ √

K 5 √

K 6 √ K 7 √

K 8 √

K 9 √

K 10 √

K 11 √


(13)

K 13 √ √

K 14 √

K 15 √ √

K 16 √

K 17 √ √

K 18 √

K 19 √ K 20 √ 3. Ideologi Media

Untuk mengidentifikasi ideologi media inilah.com peneliti akan mengambil berita yang diangkat oleh redaksi berdasarkan kasus-kasus yang melatar-belakangi munculnya kritik dalam karikatur, salah satunya kasus Prabowo yang dianggap sebagai “Penumpang Gelap” dalam Pilkada DKI.

Tabel 03

Penyajian Berita Terkait Isu “Penumpang Gelap” Pilkada DKI Inilah Merdeka Detik Kompas Judul Berita Prabowo Pertaruhkan Popularitasnya Untuk Jokowi SMRC: Prabowo Capres Paling Populer, Terdongkrak Jokowi Kemenang-an Jokowi Dinilai Lebih Untungkan Megawati Daripada Prabowo Gerindra: Prabowo Sudah Populer Sebelum Jokowi Sumber Informasi

Liputan sendiri Liputan sendiri SMRC Liputan sendiri Liputan Sendiri Sumber Berita Politisi Gerindra Lembaga survei Pengamat politik Politisi Demokrat Politisi Gerindra Politisi PDIP Bingkai Berita Pengorbanan Prabowo untuk Jokowi. Keuntungan Prabowo atas kemenangan Keuntungan Megawati atas kemenangan Gerindra partai pengusung


(14)

Jokowi. Jokowi dan kesalahan tindakan Prabowo.

Jokowi dan klarifikasi PDIP tentang pidato Megawati

Berdasarkan judul berita, merdeka.com menampilkan kutipan fakta hasil survei dari SMRC yang memaparkan keunggulan nama Prabowo dibandingkan Megawati. Kebalikan dari merdeka.com, detik.com justru menampilkan keuntungan Megawati yang lebih besar daripada Prabowo atas kemenangan Jokowi. Adapun inilah.com menyebutkan bahwa Prabowo mempertaruhkan popularitasnya demi kemenangan Jokowi. Lebih extreme lagi kompas.com yang menampilkan judul pernyataan dari Gerindra bahwa “Prabowo Sudah Populer Sebelum Jokowi”.

Sumber berita, merdeka.com terkesan paling netral karena hanya menggunakan sumber dari lembaga survei SMRC. Detik.com mengambil sumber dari pengamat politik dan politisi Demokrat. Detik.com sengaja memilih sumber dari politisi Demokrat yang notabenya adalah partai lawan politik dari PDIP dan partai Gerindra, yaitu dua partai pengusung Jokowi. Inilah.com dan kompas.com memilih sumber berita dari politisi Gerindra. Dengan demikian, pemberitaannya berisi pembelaan terhadap pihak Prabowo.

Semua informasi yang diperoleh untuk penyajian berita dari keempat portal berita tersebut berasal liputan masing-masing wartawan. Namun, merdeka.com menambahkan informasi yang diperoleh dari SMRC.

Bingkai berita yang digunakan Merdeka.com adalah keuntungan Prabowo atas kemenangan Jokowi dalam Pilkada DKI. Walaupun berdasar dari hasil survei, tetapi kesan beritanya sedikit menyudutkan pihak Prabowo dengan menyetujui isu yang berkembang. Sebaliknya, detik.com membingkai beritanya dengan keuntungan Megawati atas kemenangan Jokowi. Berbeda dengan inilah.com yang mengunakan bingkai berita pertaruhan popularitas


(15)

Prabowo demi pemenangan Jokowi dalam Pilkada DKI. Kesan yang ingin ditimbulkan ialah pengorbanan yang dilakukan oleh Prabowo demi Jokowi. Adapun kompas.com yang membingkai beritanya dengan pernyataan bahwa Gerindra adalah partai pengusung Jokowi, bukan Prabowo “penumpang gelap” Jokowi.

Diagram 01

Persentase Kenetralan Ideologi Portal Berita Online

D. Simpulan

Dalam karikatur pada halaman editorial inilah.com ditemukan beberapa jenis kritikan, yaitu kritik politik, keagamaan, sosial keagamaan, keamanan, pemerintahan, demokrasi, hukum dan kritik pendidikan.

Selanjutnya, kritik sendiri tidak dapat dipisahkan dari realitas sosial. Munculnya sebuah kritik berarti permasalahan aspek kehidupan. Kritik dalam karikatur pada halaman editorial inilah.com muncul karena adanya penyimpangan aspek hukum, kepatutan, demokrasi, pendidikan, sosial, keamanan, politik, dan penyimpangan aspek keagamaan.

Nilai kenetralan inilah.com ialah 66,6%, seimbang dengan merdeka.com yang juga memiliki nilai 66,6%. Adapun detik.com yang memiliki nilai 33,3% sekaligus menjadi portal berita yang memiliki nilai terkecil dalam hal kenetralan ideologi. Sebaliknya, kompas.com memiliki nilai kenetralan tertinggi, yaitu 100% dari 3 sampel berita yang peneliti sajikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kompas.com merupakan portal berita paling netral dibandingkan detik.com, merdeka.com, dan inilah.com.

0 20 40 60 80 100 120

Netral


(16)

Daftar Pustaka

Sudaryanto. 1993. Metode Padan dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta : Duta Wacana University Press.

Sudibyo, Agus. 2001. Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta : LKiS.

Sobur, Alex. 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Sumarlam, dkk. 2008. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta : Pustaka Cakra.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Eriyanto. 2009. Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta : LKiS.

Hamad, Ibnu. 2010. Wacana. Jakarta : La Tofi Enterprise.

Wijana dan Rohmadi. 2010. Sosiolinguistik: Kajian Teori dan Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Harun. 2011. Kesantunan Sosiopragmatik : Studi Pemakaian Tindak Tutur Direktif di Kalangan Andik SD Berbudaya Jawa. Surakarta : Muhammadiyah University Press.

Rohmadi. 2011. Jurnalistik Media Cetak : Kiat Sukses Menjadi Penulis dan Wartawan Profesional. Surakarta : Cakrawala Media.

Badara, Aris. 2012. Analisis Wacana : Teori, Metode, dan Penerapannya pada Wacana Media. Jakarta : Kencana.


(1)

dengan tradisi-tradisi di kalangan Syiah (kompasiana.com, 28 Agustus 2012).

Dalam kutipan berita tersebut terdapat satuan lingual telah mencoreng kerukunan umat beragama di Indonesia yang menandakan bahwa kerukunan dan kerukunan umta beragama merupakan ciri dari kehidupan sosial di Indonesia. Dengan adanya kasus tersebut, maka dapat merusak citra Indonesia sebagai negara yang beragam dan dapat hidup bersama. f. Permasalahan Aspek Keamanan (A6)

Permasalahan keaman menjadi latar belakang munculnya K (4) dan K (8). Dua karikatur itu merupakan wujud kekhawatiran masyarakat Indonesia terhadap maraknya aksi terorisme.

Tiga aksi teror di Solo, Jawa Tengah, terjadi di pos polisi. Sebanyak tiga korban jatuh dari pihak kepolisian. Bahkan, seorang korban meninggal dunia dalam serangan terakhir yang berlangsung kemarin sore di pos polisi Pasar Modern Singosaren, Solo. Polisi yang tengah berjaga, Bripka Dwi Data Subekti, tewas tertembus empat peluru yang dilepaskan pelaku dari jarak dekat (tempo.co, 1 September 2012).

Aksi terorisme sering kali menimbulkan korban jiwa. Hal tersebut sangat mengganggu keamanan dan membuat resah masyarakat. Maka dari itu, kartunis menerbitkan karikaturnya sebagai usaha untuk mengkritisi situasi yang mengganggu keamanan tersebut.

g. Permasalahan Aspek Politik (A7)

Isu SARA yang menghiasi Pilkada DKI sebagai gejolak politik yang menjadikan alasan kartunis menerbitkan K (1).

TEMPO.CO, Jakarta -Masa kampanye pemilihan gubernur DKI Jakarta putaran kedua masih jauh dari mula. Namun, aksi jegal kandidat sudah berlangsung sejak pekan pencoblosan ini. Salah satu indikasinya adalah penyebaran informasi yang menjatuhkan pasangan lain. Setidaknya empat broadcast message (BM) melalui layanan perpesanan BlackBerry diterima Tempo dalam sepekan terakhir berisi sindiran ke kandidat. Semuanya mengandung unsur SARA (tempo.co, 15 Juli 2012).


(2)

Fakta pada kutipan berita tersebut menguatkan anggapan adanya politik SARA untuk menjatuhkan salah satu pasangan dalam Pilkada DKI. Pertarungan dalam Pilkada merupakan pertarungan visi misi, bukan pertarungan SARA.

h. Permasalahan Aspek Keagamaan (A8)

Agama menjadi salah satu alasan kartunis menerbitkan karikaturnya, yaitu pada K (12).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG. Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan menilai wajar jika umat muslim di Indonesia merasa tersinggung, marah, geram dan protes terhadap film "Innocence of Muslims" yang dinilai telah melecehkan Nabi Muhammad SAW (republika.co.id, 14 September 2012).

Menurut cuplikan berita tersebut, film Innocence of Muslims jelas merupakan film yang melanggar aspek kehidupan beragama karena telah menghina Nabi Muhammad SAW, Nabi yang menjadi panutan umat Islam di seluruh dunia.

Tabel 02

Latar Belakang Munculnya Kritik dalam Karikatur

K Permasalahan

A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8

K 1 √ √ √

K 2 √ √ √

K 3 √ √

K 4 √ √

K 5 √

K 6 √ K 7 √

K 8 √

K 9 √

K 10 √

K 11 √


(3)

K 13 √ √

K 14 √

K 15 √ √

K 16 √

K 17 √ √

K 18 √

K 19 √ K 20 √ 3. Ideologi Media

Untuk mengidentifikasi ideologi media inilah.com peneliti akan mengambil berita yang diangkat oleh redaksi berdasarkan kasus-kasus yang melatar-belakangi munculnya kritik dalam karikatur, salah satunya kasus Prabowo yang dianggap sebagai “Penumpang Gelap” dalam Pilkada DKI.

Tabel 03

Penyajian Berita Terkait Isu “Penumpang Gelap” Pilkada DKI

Inilah Merdeka Detik Kompas

Judul Berita Prabowo Pertaruhkan Popularitasnya Untuk Jokowi SMRC: Prabowo Capres Paling Populer, Terdongkrak Jokowi Kemenang-an Jokowi Dinilai Lebih Untungkan Megawati Daripada Prabowo Gerindra: Prabowo Sudah Populer Sebelum Jokowi Sumber Informasi

Liputan sendiri Liputan sendiri SMRC Liputan sendiri Liputan Sendiri Sumber Berita Politisi Gerindra Lembaga survei Pengamat politik Politisi Demokrat Politisi Gerindra Politisi PDIP Bingkai Berita Pengorbanan Prabowo untuk Jokowi. Keuntungan Prabowo atas kemenangan Keuntungan Megawati atas kemenangan Gerindra partai pengusung


(4)

Jokowi. Jokowi dan kesalahan tindakan Prabowo.

Jokowi dan klarifikasi PDIP tentang pidato Megawati

Berdasarkan judul berita, merdeka.com menampilkan kutipan fakta hasil survei dari SMRC yang memaparkan keunggulan nama Prabowo dibandingkan Megawati. Kebalikan dari merdeka.com, detik.com justru menampilkan keuntungan Megawati yang lebih besar daripada Prabowo atas kemenangan Jokowi. Adapun inilah.com menyebutkan bahwa Prabowo mempertaruhkan popularitasnya demi kemenangan Jokowi. Lebih extreme lagi kompas.com yang menampilkan judul pernyataan dari Gerindra bahwa

“Prabowo Sudah Populer Sebelum Jokowi”.

Sumber berita, merdeka.com terkesan paling netral karena hanya menggunakan sumber dari lembaga survei SMRC. Detik.com mengambil sumber dari pengamat politik dan politisi Demokrat. Detik.com sengaja memilih sumber dari politisi Demokrat yang notabenya adalah partai lawan politik dari PDIP dan partai Gerindra, yaitu dua partai pengusung Jokowi. Inilah.com dan kompas.com memilih sumber berita dari politisi Gerindra. Dengan demikian, pemberitaannya berisi pembelaan terhadap pihak Prabowo.

Semua informasi yang diperoleh untuk penyajian berita dari keempat portal berita tersebut berasal liputan masing-masing wartawan. Namun, merdeka.com menambahkan informasi yang diperoleh dari SMRC.

Bingkai berita yang digunakan Merdeka.com adalah keuntungan Prabowo atas kemenangan Jokowi dalam Pilkada DKI. Walaupun berdasar dari hasil survei, tetapi kesan beritanya sedikit menyudutkan pihak Prabowo dengan menyetujui isu yang berkembang. Sebaliknya, detik.com membingkai beritanya dengan keuntungan Megawati atas kemenangan Jokowi. Berbeda dengan inilah.com yang mengunakan bingkai berita pertaruhan popularitas


(5)

Prabowo demi pemenangan Jokowi dalam Pilkada DKI. Kesan yang ingin ditimbulkan ialah pengorbanan yang dilakukan oleh Prabowo demi Jokowi. Adapun kompas.com yang membingkai beritanya dengan pernyataan bahwa Gerindra adalah partai pengusung Jokowi, bukan Prabowo “penumpang gelap” Jokowi.

Diagram 01

Persentase Kenetralan Ideologi Portal Berita Online

D. Simpulan

Dalam karikatur pada halaman editorial inilah.com ditemukan beberapa jenis kritikan, yaitu kritik politik, keagamaan, sosial keagamaan, keamanan, pemerintahan, demokrasi, hukum dan kritik pendidikan.

Selanjutnya, kritik sendiri tidak dapat dipisahkan dari realitas sosial. Munculnya sebuah kritik berarti permasalahan aspek kehidupan. Kritik dalam karikatur pada halaman editorial inilah.com muncul karena adanya penyimpangan aspek hukum, kepatutan, demokrasi, pendidikan, sosial, keamanan, politik, dan penyimpangan aspek keagamaan.

Nilai kenetralan inilah.com ialah 66,6%, seimbang dengan merdeka.com yang juga memiliki nilai 66,6%. Adapun detik.com yang memiliki nilai 33,3% sekaligus menjadi portal berita yang memiliki nilai terkecil dalam hal kenetralan ideologi. Sebaliknya, kompas.com memiliki nilai kenetralan tertinggi, yaitu 100% dari 3 sampel berita yang peneliti sajikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kompas.com merupakan portal berita paling netral dibandingkan detik.com, merdeka.com, dan inilah.com.

0 20 40 60 80 100 120

Netral


(6)

Daftar Pustaka

Sudaryanto. 1993. Metode Padan dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta : Duta Wacana University Press.

Sudibyo, Agus. 2001. Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta : LKiS.

Sobur, Alex. 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Sumarlam, dkk. 2008. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta : Pustaka Cakra.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Eriyanto. 2009. Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta : LKiS.

Hamad, Ibnu. 2010. Wacana. Jakarta : La Tofi Enterprise.

Wijana dan Rohmadi. 2010. Sosiolinguistik: Kajian Teori dan Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Harun. 2011. Kesantunan Sosiopragmatik : Studi Pemakaian Tindak Tutur Direktif di Kalangan Andik SD Berbudaya Jawa. Surakarta : Muhammadiyah University Press.

Rohmadi. 2011. Jurnalistik Media Cetak : Kiat Sukses Menjadi Penulis dan Wartawan Profesional. Surakarta : Cakrawala Media.

Badara, Aris. 2012. Analisis Wacana : Teori, Metode, dan Penerapannya pada Wacana Media. Jakarta : Kencana.


Dokumen yang terkait

Analisis Wacana Kritis Tentang Perbudakan Modern dalam Program Bedah Editorial Media Indonesia di Metro Tv

1 12 95

ANALISIS WACANA KRITIS PADA KARIKATUR DALAM HALAMAN EDITORIAL INILAH.COM Analisis Wacana Kritis Pada Karikatur Dalam Halaman Editorial Inilah.Com.

0 1 14

PENDAHULUAN Analisis Wacana Kritis Pada Karikatur Dalam Halaman Editorial Inilah.Com.

2 5 5

KRITIK SOSIAL KARIKATUR SRI MULYANI DALAM SITUS INILAH.COM YANG DIMUAT TANGGAL 02 FEBRUARI 2011 (Studi Semiotik Terhadap Kritik Sosial Karikatur Sri Mulyani Pada Situs Inilah.Com Yang Dimuat Tanggal 02 Februari 2011).

0 0 86

PEMAKNAAN KARIKATUR PADA MEDIA INILAH.COM (Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Pada Media Inilah.com yang Dimuat Pada Edisi 10 Januari 2011).

0 3 80

PEMAKNAAN KARIKATUR “INILAH.COM” PADA SITUS GOOGLE DALAM PENCARIAN GAMBAR DIMUAT 22 NOVEMBER 2009 (Studi Semiotik Terhadap Pemaknaan Karikatur “Inilah.com” Pada Situs Google Dalam Pencarian Gambar Dimuat 22 November 2009).

1 4 74

I. PENDAHULUAN - Pendayagunaan Kosakata Dalam Wacana Kritik Politik Editorial Koran Tempo: Analisis Wacana Kritis

0 0 11

PEMAKNAAN KARIKATUR “INILAH.COM” PADA SITUS GOOGLE DALAM PENCARIAN GAMBAR DIMUAT 22 NOVEMBER 2009 (Studi Semiotik Terhadap Pemaknaan Karikatur “Inilah.com” Pada Situs Google Dalam Pencarian Gambar Dimuat 22 November 2009)

0 0 24

PEMAKNAAN KARIKATUR PADA MEDIA INILAH.COM (Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Pada Media Inilah.com yang Dimuat Pada Edisi 10 Januari 2011)

0 0 20

KRITIK SOSIAL KARIKATUR SRI MULYANI DALAM SITUS INILAH.COM YANG DIMUAT TANGGAL 02 FEBRUARI 2011 (Studi Semiotik Terhadap Kritik Sosial Karikatur Sri Mulyani Pada Situs Inilah.Com Yang Dimuat Tanggal 02 Februari 2011)

0 0 28