Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Nasionalisme Sukarno dan Nasionalisme Hatta: suatu studi perbandingan mengenai konsep nasionalisme menurut Sukarno dan Hatta T2 752011042 BAB V

BAB V
Penutup
A.

Kesimpulan
Sebagai salah satu paham, nasionalisme yang mulai dikenal pada akhir abad ke

delapan belas, memiliki peranan yang sangat besar dalam segala sendi kehidupan. Oleh
karena itu, banyak para sosiolog yang tertarik dengan paham ini. Para sosiolog ini, terkesan
dengan topik nasionalisme yang menurut mereka telah menumbuhkan suatu agenda besar
yang selama ini menjadi perhatian para sosiolog yaitu transformasi besar yang dialami umat
manusia dari masyarakat pra-modern dan masyarakat pra-industri menuju masyarakat
modern dan masyarakat industri. Dari konteks ini dapat dilihat bahwa, para sosiolog
sebenarnya hanya ingin mengembangkan suatu teori yang lebih umum tentang masyarakat.
Di belahan dunia yang lain, yaitu Afrika dan Asia, gagasan-gagasan nasionalis ini
menyulut berbagai gerakan mengganti kekuasaan Eropa dengan pemerintahan dari bangsa
bersangkutan termasuk Indonesia. Tetapi karena hanya ada sedikit bangsa yang memenuhi
syarat dikawasan ini, maka calon-calon negara pengganti yang dibentuk berdasarkan beragam
prinsip itu menyatakan kemerdekaan agar bisa memulai proses homogenisasi budaya yang
diharapkan bisa mengarah pada terjadinya pembentukkan kebangsaan.
Di Indonesia sendiri, terdapat Sukarno dan Hatta yang mengusung nasionalisme

sebagai salah satu bentuk paham perjuangan mereka. Kedua tokoh ini memiliki persamaan
dan perbedaan yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya. Terdapat beberapa poin-poin
penting yang dapat kita pelajari bersama mengenai nasionalisme dari pemikiran kedua tokoh
ini.
Pertama, Sukarno. pemikirannya tentang Nasionalisme Indonesia, berdasarkan pada
perspektif kenasionalan bukan di atas dasar agama, suku, aliran, atau kelompok tertentu.
Hanya di atas dasar nationale staat, Indonesia Merdeka bisa menjadi bangsa yang besar.
Gerald J. Tampi 752011042 | 120

Kemudian menurut Sukarno, nasionalisme Indonesia tidak bisa dilepaskan dari realita
alamiah, dimana bumi, tanah dan air terbentang. Hal inilah yang disebut Sukarno sebagai
geopolotik, yang mendasarkan keberadaan tanah air sebagai suatu pemberian, yang
diciptakan oleh Tuhan dan bukan rekayasa manusia. Selain itu, nasionalisme Indonesia
memiliki akar historis yang panjang ke masa-masa jauh sebelum kemerdekaan, yaitu pada
zaman kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Untuk itu, di atas dasar sejarah tersebut,
nasionalisme Indonesia seharusnya diletakkan. Selanjutnya menurut Sukarno, nasionalisme
Indonesia harus didirikan di atas sebuah landasan yang kokoh di atas prinsip yang lima, yaitu
Pancasila; prinsip kebangsaan, internasionalisme (kemanusiaan), mufakat, kesejahteraan dan
ketuhanan. Tetapi yang lebih mendasar lagi adalah prinsip ‘gotong royong’, yang merupakan
semangat kebersamaan, dimana semua komponen bangsa secara sukarela menyumbangkan

seluruh kemampuan dan tenaganya, untuk kebahagiaan dan kesejahteraan bersama.
Kedua, Hatta. Kerangka pemikiran Hatta tentang nasionalisme, didasari oleh
pandangannya terhadap berbagai macam fenomena yang terjadi di Indonesia. sekurangkurangnya terdapat 3 unsur nasionalisme yang berada di Indonesia pada waktu itu, yaitu
ningrat, intelek dan rakyat. Menurut Hatta Nasionalisme rakyatlah yang paling cocok untuk
berada di Indonesia. hal tersebut menurut Hatta, rakyat memiliki peranan yang sangat penting
dalam tumbuh kembangnya suatu bangsa atau dengan kata lain, kebangsaan tidak bisa
dipisahkan dari kerakyatan. Kedua konsep ini, merupakan butir pemikiran Hatta yang paling
mendasar dalam satu tarikan napas dan sekaligus melintasi semua gagasan Hatta tentang
persatuan, kemerdekaan, demokrasi, ekonomi dan sejumlah gagasan politiknya yang lain,
termasuk kaderisasi. Dalam hal demokrasi, terlihat dengan sangat jelas bahwa bagi Hatta
demokrasi barat berhasil diterapkan dinegara-negara maju karena sesuai dengan budaya dan
karakter masyarakat barat yang individualis. Wajar jika demokrasi barat yang diterapkan
secara murni dinegara-negara berkembang berujung pada kegagalan, karena karakter

Gerald J. Tampi 752011042 | 121

masyarakat timur yang kolektif. Namun bukan berarti demokrasi secara subtansi tidak baik.
Hanya saja demokrasi yang perlu dikembangkan menurut Hatta adalah demokrasi yang digali
dari bangsa itu sendiri. Untuk Indonesia Hatta menilai bahwa demokrasi yang cocok adalah
demokrasi yang dibangun atas dasar kolektivitas dan kekeluargaan.

Pemikiran kedua tokoh ini, menurut penulis merupakan sebuah warisan yang harus
dipelajari oleh generasi pada saat ini. Kedua tokoh ini memiliki pemikiran nasionalisme yang
dapat mematahkan paham kedaerahan (provisialisme) yang pada saat ini sedang terjadi.
Selain itu, perbedaan-perbedaan pemahaman yang terdapat pada kedua tokoh ini, jika
dipelajari secara mendalam, dapat membentuk karakter kebangsaan kita dengan baik. Hal ini
dapat terjadi, karena konsep atau latar belakang terciptanya pemahaman nasionalisme dalam
diri kedua tokoh ini berlatar-belakang kehidupan di Indonesia. Selain itu juga, pemikiran
kedua tokoh ini dapat dikatakan sebagai penunjuk arah kemana melangkahnya bangsa ini
kedepannya.

Gerald J. Tampi 752011042 | 122

B.

Saran
1. Bagi fakultas, kiranya penelitian ini dapat memperkaya pemahaman tentang
nasionalisme dalam bidang akademik dan juga Memahami alam pikiran kedua tokoh
ini, merupakan wujud penghormatan akademik terhadap pemikiran-pemikiran yang
telah mereka sumbangkan demi kemerdekaan bangsa ini.
2. Pemerintah harus dapat lebih pro aktif dalam mengembangkan paham nasionalisme

dalam kehidupan berbangsa bagi generasi saat ini.
3. Bagi masyarakat, kesadaran sosial sebagai makhluk yang saling membutuhkan satu
dengan yang lain harus ditingkatkan, karena dalam paham nasionalisme, menjunjung
tinggi akan adanya Hak Asasi Manusia (persamaan derajat). Serta pembelajaran
nasionalisme dalam kehidupan bermasyarakat pada saat ini,sangat berguna dalam
menjaga persatuan bangsa.
4. Bagi gereja, penelitian ini kiranya dapat berguna dalam memaknai konsep
nasionalisme dalam rangka mengkritisi teologi gereja yang masih terpengaruh dunia
barat.

Gerald J. Tampi 752011042 | 123

Dokumen yang terkait

sUKARNO hATTA

0 10 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Nasionalisme Sukarno dan Nasionalisme Hatta: suatu studi perbandingan mengenai konsep nasionalisme menurut Sukarno dan Hatta T2 752011042 BAB I

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Nasionalisme Sukarno dan Nasionalisme Hatta: suatu studi perbandingan mengenai konsep nasionalisme menurut Sukarno dan Hatta T2 752011042 BAB II

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Nasionalisme Sukarno dan Nasionalisme Hatta: suatu studi perbandingan mengenai konsep nasionalisme menurut Sukarno dan Hatta T2 752011042 BAB IV

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Nasionalisme Sukarno dan Nasionalisme Hatta: suatu studi perbandingan mengenai konsep nasionalisme menurut Sukarno dan Hatta

0 1 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kemanusiaan Pancasila Perspektif Sukarno T2 752012006 BAB V

0 0 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kemanusiaan Pancasila Perspektif Sukarno T2 752012006 BAB IV

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kemanusiaan Pancasila Perspektif Sukarno T2 752012006 BAB II

0 0 29

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kemanusiaan Pancasila Perspektif Sukarno

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kemanusiaan Pancasila Perspektif Sukarno T2 752012006 BAB I

0 0 9