Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kemanusiaan Pancasila Perspektif Sukarno T2 752012006 BAB IV

BAB IV
ANALISIS PENELITIAN

4.1. Pengantar
Bab empat sebagai bagian analisis penelitian melalui pengamatan terhadap teori
kemanusiaan khusus Comte dan Weber kaitannya dalam kemanusiaan Pancasila Sukarno.
Kontinuitas ide kemanusiaan diantara teori kemanusiaan dan ide kemanusiaan Sukarno
dipaparkan secara komprehensif dalam bab empat ini. Pokok-pokok sentral dalam analisi
penelitian ini, yaitu pertama, operasionalisasi konsep manusia dan kemanusiaan dalam kajian
filsafat dan sosiologi Agama; kedua, arsiran teori kemanusiaan Comte, Weber dan Sukarno;
dan ketiga, relevansi pandangan kemanusiaan Pancasila Sukarno.

4. 2. Operasionalisasi Konsep Manusia dan Kemanusiaan
Penulis memahami operasionaliasi konsep manusia dan kemanusiaan sesuai penelitian
tesis ini terbagi dalam dua bidang studi yaitu filsafat dan sosiologi agama. Kata kunci dalam
memahami konsep manusia dan kemanusiaan dalam perspekfif filsafat adalah idealisme,
eksistensi, dan hakikat. Kata kunci dalam memahami konsep manusia dan kemanusiaan
dalam perspektif sosiologi agama adalah konteks, dominasi, rasionaliasi, dan intelektual.
Idealisme dan eksistensi manusia dan kemanusiaan dalam kajian filsafat sebagai
contoh filsafat Whitehead tentang lingkungan hidup, yaitu barangsiapa menghancurkan
lingkungan hidupnya, berarti ia menghancurkan keselamatan dirinya sendiri. Pertanyaan


pragmatis: “apa yang perlu kulakukan untuk lingkungan hidupku?”. 1 Idealisme dan eksistensi
manusia dalam kajian filsafat Whitehead bertujuan bagaimana agar manusia berproses
menghormati alam demi keselamatan kemanusiaan.
Kajian sosiologi Agama dalam konsep manusia dan kemanusiaan bahwa pertama,
sosiologi Agama mengamati konteks sosial manusia, dan menyelidiki apakah socius
(masyarakat) yang telah membentuk kehidupan manusia mempunyai suatu logicus (struktur
hakiki). Kedua, sosiologi Agama menyelidiki suatu pola fundamental yang menopang
kebersamaan serta kesatuan manusia dalam masyarakat, dan menyingkapkan suatu dimensi
dalam memahami manusia yang hidup di tengah masyarakat kompleks.
Kaitan operasionalisasi konsep manusia dan kemanusiaan dalam kajian filsafat dan
sosiologi agama, bahwa jika tradisi filsafat telah dicurigai karena merupakan spekulasi
pribadi tanpa dukungan bukti yang memadai, maka sosiologi menjawab secara afirmatif
melalui penelitian komparatif masyarakat-masyarakat, analisis interpretatif perkembangan
sejarah, dan usaha menemukan struktur serta fungsi sosial. Sosiologi bermaksud untuk
menemukan ciri khas eksistensi manusia yang membedakannya dari perilaku naluriah dan
repetitif hewan saat ia menyesuaikan diri dengan lingkungan. 2
Kemanusiaan dalam perspektif Barat melalui para tokoh filsafat dan sosiologi.
Pemahaman kemanusiaan dalam pembahasan para tokoh filsafat bahwa manusia sebagai
persoalan individu atau personal. Pembahasan kemanusiaan dalam ranah para tokoh sosiologi

manusia cenderung sebagai persoalan mahkluk sosial. Kata kunci memahami kemanusiaan
dalam perspektif Barat adalah dominasi. Di satu sisi, manusia sebagai individu berada dalam

1

Simon Petrus L. Tjahjadi, Tuhan para Filsuf dan Ilmuwan: dari Descartes sampai Whitehead (Yogyakarta:
Kanisius, 2007), 137.
2
I. Bambang Sugiharto, Agus Rachmat W., Wajah Baru Etika & Agama (Yogyakarta: Kanisius, 2000), 199.

dominasi di luar dirinya seperti doktrin agama. Manusia sebagai sosial berada dalam
dominasi ideologi seperti politik.

4. 3. Arsiran Teori Kemanusiaan Comte, Weber dan Sukarno
Ide kemanusiaan Comte berangkat dari pengalaman, pengamatan, dan pendidikan
semasa hidup. Domain intelektual dan kondisi sosial kemanusiaan sebagai kata kunci
penelitian Comte terhadap Negara-negara di Eropa, khusus Prancis, Agama-agama di Eropa
khusus Katolik, dan kemajuan Industrialisasi di Eropa. Periode sejarah intelektual dalam
Negara dan Agama abad pertengahan. Comte mengamati kondisi intelektual dan sosial
pemerintahan Prancis berada pada tahap perkembangan teologis, metafisis, dan positivis,

namun perkembangan fase ini tidak berlangsung bagi agama dalam Katolik dan Protestan di
Eropa.
Belajar dari tulisan-tulisan Comte, penulis memperoleh pengetahuan bahwa domain
intelektual kemanusiaan adalah signifikan bagi kelangsungan kehidupan manusia dan
kosmos. Penulis menggunakan “rumah pendidikan” sebagai domain intelektual kemanusiaan.
Fungsi intelektual postivistik menurut penulis adalah etika memelihara keseimbangan
kosmos dan sosial kemanusiaan. Pencapaian praktik harmonisasi berada dalam tiga institusi
“rumah pendidikan”, yaitu keluarga, pemerintahan, dan agama. Pertama, keluarga sebagai
institusi “rumah pendidikan” memiliki tugas dan tanggung jawab kemanusiaan sesuai fungsi
posivitistik memelihara kosmos, seperti menanam tanaman demi meminimalisasi polusi
udara, dan sikap solidaritas, simpati sosial, menghindari sikap apati atau anti-sosial dalam
masyarakat. Kedua, pemerintahan sesuai fungsi positivistik memelihara sumber daya alam
melalui program penghijauan, pencegahan terhadap perusakan.

Program pemerintahan positivistik mutlak memilhara kosmos dari segala bentuk
ancaman. Bidang politik, substitusi kepentingan politik sebagai ambisi menjadi kepentingan
moral. Bidang sosial, pemerintahan memperhatikan peran perempuan dalam pekerjaan.
Bidang pendidikan, pemerintah fokus terhadap kurikulum kosmologi dan sosiologi di
sekolah-sekolah maupun universitas. Ketiga, agama sesuai fungsi positivistik memberi
tempat bagi isu sociocracy, dan tidak hanya fokus pada isu theocracy. Asumsi penulis bahwa

kemajuan intelektual kemanusiaan di satu sisi tidak mutlak berdampak positif dan konstruktif
bagi kondisi kosmos dan sosial . Bahaya negatif dan destruktif di satu sisi relatif mengancam
kehidupan manusia dan dunia. Salah satu contoh ancaman kemajuan intelektual kemanusiaan
pada bidang pembuatan nuklir.
Penulis dalam memahami ide kemanusiaan Auguste Comte melalui skema diagram di
bawah ini:

agama
teokrasi
intelektual

negara

sociocracy

politik moral

sosiokrasi
positivistik


science

Penulis menggunakan istilah domain dalam kotak-kotak di atas .Penjelasan diagram
pemikiran kemanusiaan Comte menurut analisis penulis, bahwa domain sosiokrasi sebagai
model tujuan atau pencapaian dalam kemanusiaan perspektif Comte. Domain sains dan
positivistik sebagai pisau analisis Comte terhadap intelektual agama dan politik Negara.
Agama dalam pandangan Comte sebagai domain teokrasi perlu koreksi domain intelektual
dengan tujuan teokrasi menjadi agama kemanusiaan. Politik dalam Negara menjadi politik
moral melalui koreksi intelektual.
Penelitian Weber tentang ilmu ekonomi, sosial, agama, dan politik menurut penulis
dalam jangkauan luas. Penelitian terlaksana tidak hanya di benua Eropa melainkan sampai ke
benua Asia. Pengalaman Weber dalam penelitian menurut penulis menemukan esensi
kesamaan dari setiap benua yaitu budaya masyarakat (sosiokultural). Penulis dalam
memahami ide kemanusiaan Max Weber melalui skema diagram di bawah ini:

agama
doktrin
rasionalisasi

negara

hukum

etika sosial
tipologi
sosio-kultur

science

Domain etika sosial menurut penulis sebagai domain model ideal Weber dalam
kemanusiaan. Domain rasionalisasi sebagai proses tindakan dari aktor-aktor. Domain agama

dan Negara sebagai sumber bagi domain rasionalisasi terhadap masyarakat. Domain sains dan
tipologi sosio-kultur sebagai pisau analisis Weber dalam meneliti rasionalisasi agama dan
Negara.

Menurut penulis di satu sisi, rasionalisasi dapat menjadi hambatakan bagi

terciptanya etika sosial dalam masyarakat, dan di lain sisi rasionalisasi dapat mendukung
terciptanya etika sosial dalam masyarakat.
Ide kemanusiaan Sukarno tertuang dalam gagasan sosio-nasionalisme sebagai

“payung” untuk melindungi dan menjaga keberagaman ideologi, kepercayaan, kelompokkelompok yang hadir dan tumbuh di Indonesia. Sukarno dalam pengalaman pendidikan,
organisasi, budaya, dan agama menentukan sikap Sukarno terhadap pemikiran tentang
Negara Pancasila. Heterogenitas pengalaman Sukarno menurut penulis sudah ada dalam
keluarga, seperti contoh agama dan budaya keyakinan kedua orangtua adalah pengaruh Islam
dan Hindu. Pengalaman di bidang pendidikan dan bahasa berada dalam pengaruh edukasi
Belanda dan Jawa.
Penulis dalam memahami ide kemanusiaan Sukarno melalui skema diagram di bawah
ini:

agama
persatuan
budaya
Indonesia

negara
pancasila
sosionasionalisme

science


Domain Negara Pancasila adalah cita-cita dalam ide kemanusiaan Sukarno. Negara
Pancasila tercapai melalui domain sains dan sosio-nasionalisme. Domain persatuan sebagai
tolak-ukur agama dan budaya di Indonesia dalam kerangka Pancasila.
Ketiga tokoh memiliki esensi kesamaan dalam pengalaman bidang agama, politik, dan
ekonomi. Kontinuitas ide kemanusiaan ketiga tokoh adalah berpusat pada perhatian masalah
sosial. Model kemanusiaan menuju kepada model sosial, dan berarti model sosial sebagai
kritik terhadap agama dalam kegiatan dan tindakan, ekonomi dalam kegiatan dan tindakan,
dan politik dalam kegiatan dan tindakan. Sumbangan model sosial kemanusiaan dari ketiga
tokoh bertujuan demi kepentingan kemanusiaan secara umum. Koreksi diri dalam agama
sebagai aktor, ekonomi sebagai aktor, dan politik sebagai aktor menurut penulis sebagai
salah satu syarat tercapainya model sosial kemanusiaan.
Teori kemanusiaan menurut penulis menggambarkan situasi atau kondisi sosial,
politik, agama, dan ekonomi sesuai masa para pemikir filsafat dan sosiologi. Konsekuensi
pengaruh kondisi bahwa pemahaman kemanusiaan mengarah pada konteks masanya.
Beberapa tokoh memberikan pemahaman kemanusiaan dalam perspektif filsafat dan
sosiologi sebagai solusi atas dominasi konsep manusia di luar kedua bidang. Sumbangan
konsep manusia dalam bidang filsafat menurut penulis adalah bagaimana manusia sebagai
individu memandang dan memahami dirinya, oranglain, dan sekitarnya. Sumbangan konsep
manusia dalam bidang sosial bahwa persoalan kemanusiaan tidak terlepas dari persoalan
sosial.


4. 4. Relevansi dan Signifikansi Kemanusiaan Pancasila Sukarno
“Apakah pemikiran-pemikiran Sukarno khususnya kemanusiaan Pancasila perspektif
Sukarno masih mempunyai relevansi dengan permasalahan dan situasi di Indonesia abad ke21 saat ini?”. Jawaban penulis atas pertanyaan adalah benar masih. Alasan penulis bahwa
kenyataan pluralisme di Indonesia seperti multikultural, dan multireligi di satu sisi sebagai
tantangan. Mempelajari cita-cita dan pikiran Sukarno, berkaitan dengan tantangan yang masyarakat
Indonesia hadapi sekarang. Sifat pluralistik kehidupan religius di Indonesia di satu sisi menjadi

problem seperti adanya radikalisme agama. Menjawab tantangan radikalisme agama melalui
pemikiran kemanusiaan Pancasila Sukarno bahwa religius etik sebagai solusi meredam
radikalisme dalam agama.
Relevansi pemikiran kemanusiaan Pancasila Sukarno, menurut penulis pada masa
sekarang di Indonesia berada dalam krisis multidimensional, urgensi menggali kembali
pikiran-pikiran para founding fathers seperti salah satu tokoh Sukarno sebagai upaya
memulai wacana baru, dan tempat berpijak sesuai dalam khazanah sejarah Indonesia.
Menurut penulis, model sosial kemanusiaan dalam sumbangan sosio-nasionalisme dalam
Pancasila Sukarno pada kenyataan menemui hambatan-hambatan. Agama, politik, dan
ekonomi dalam ruang lingkup teori dan praktis sebagai hambatan terciptanya model sosial
kemanusiaan Pancasila. Solusi meminimalisasi hambatan akan keberlangsungan ketiga model
sosial kemanusiaan perspektif penulis pertama-tama perlu adanya koreksi domain intelektual

yang tercipta dalam masyarakat. Masalah sosial kemanusiaan tidak terlepas dari domain
intelektual masyarakat.