Faktor-faktor keberhasilan resosialisasi bekas keluarga jalanan di perkampungan sosial pingit yayasan sosial Soegiyapranata [PSP YSS] Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
A Eko Widayantyo (2007). Faktor-faktor Keberhasilan Resosialisasi Bekas
Keluarga Jalanan di Perkampungan Sosial Pingit Yayasan Sosial
Soegiyapranata (PSP YSS) Yogyakarta. Yogyakarta: Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui faktor- faktor
keberhasilan bekas keluarga jalanan di Perkampungan Sosial Pingit Yayasan
Sosial Soegiyapranata (PSP YSS) Yogyakarta. Latar belakang permasalahan yang
terjadi adalah 60,6 % bekas keluarga jalanan yang menetap di PSP YSS kembali
lagi ke jalanan.
Responden penelitian ini adalah warga PSP YSS yang sudah tinggal di
PSP YSS minimal selama tiga bulan atau sudah menetap di masyarakat. Jumlah
responden dalam penelitian ini adalah tiga keluarga. Metode yang digunakan
untuk mengambil data adalah metode fenomenologi. Pengumpulan data
menggunakan observasi partisipan, wawancara primer dan wawancara sekunder.
Teknik verifikasi menggunakan intersubjective validity, serta menggunakan
sumber data majemuk (wawancara dengan orang dekat dan observasi partisipan).
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa keberhasilan resosialisasi
dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal berupa
kepemilikan akan konsep tentang masyarakat, motivasi yang kuat dari luar,
dukungan sosial, serta partisipasi aktif dalam masyarakat. Sedangkan faktor
internal adalah kemampuan individu untuk mengatasi masalah serta kemampuan
individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Kata kunci : bekas keluarga jalanan, resosialisasi
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
A Eko Widayantyo (2007). The factors of success in resocialization of exhomeless family in Perkampungan Sosial Pingit Yayasan Sosial
Soegiyapranata (PSP YSS) Yogyakarta. Yogyakarta: Faculty of Psychology
Sanata Dharma University.
This qualitative research aimed to investigate factors influencing the
success of ex-homeless family in Perkampungan Sosial Pingit Soegiyapranata
Social Foundation (PSP YSS) Yogyakarta. The background of the problem was
60,6 % of ex-homeless family who stayed in PSP YSS returned to the street.
The respondents of this research were those who had lived in PSP YSS for
at least 3 months or those who had settled there. The respondents were three
family. The method applied in this research was phenomenology method. The
participant observation, primary and secondary interview were conducted to
collect the data. Verification technique used in this research was intersubjective
validity and using complex data source (doing interview with the close people and
participant observation).
The research result shows that the success of resocialization was
influenced by the external factors and the internal factors. The external factors
were community concept, high external motivation, social support and active
participation in the society. Whereas the internal factors were the individual`s
ability to solve the problem and to adjust to the environment.
Key words : ex- homeless family, resocialization
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FAKTOR-FAKTOR KEBERHASILAN RESOSIALISASI BEKAS
KELUARGA JALANAN DI PERKAMPUNGAN SOSIAL PINGIT
YAYASAN SOSIAL SOEGIYAPRANATA (PSP YSS) YOGYAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikolo gi
Oleh :
A Eko Widayantyo
NIM : 019114020
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN MOTTO
Amo et facio qoud folo
(akan kucintai dan kuhadapi apa yang sudah kupilih)
walaupun
biasanya harus bersusah payah melaluinya, dengan tubuh yang penuh luka
goresan duri semak belukar
(Kamijyo akimine)
sehingga
ada akhir dalam setiap peristiwa, tapi bagiku setiap akhir adalah sebuah awal baru.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi dengan Judul
FAKTOR-FAKTOR KEBERHASILAN RESOSIALISASI BEKAS
KELUARGA JALANAN DI PERKAMPUNGAN SOSIAL PINGIT
YAYASAN SOSIAL SOEGIYAPRANATA (PSP YSS) YOGYAKARTA
Saya persembahkan kepada :
BUNDAKU MARIA
BAPAK L DAGI
IBU TH. SUMIYANTI
ADIKKU MARIA DWI KURNIANINGTYAS
Serta semua yang terlibat di Perkampungan Sosial
Pingit Yayasan Sosial Soegiyapranata
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang saya tuliskan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
A Eko Widayantyo (2007). Faktor-faktor Keberhasilan Resosialisasi Bekas
Keluarga Jalanan di Perkampungan Sosial Pingit Yayasan Sosial
Soegiyapranata (PSP YSS) Yogyakarta. Yogyakarta: Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui faktor- faktor
keberhasilan bekas keluarga jalanan di Perkampungan Sosial Pingit Yayasan
Sosial Soegiyapranata (PSP YSS) Yogyakarta. Latar belakang permasalahan yang
terjadi adalah 60,6 % bekas keluarga jalanan yang menetap di PSP YSS kembali
lagi ke jalanan.
Responden penelitian ini adalah warga PSP YSS yang sudah tinggal di
PSP YSS minimal selama tiga bulan atau sudah menetap di masyarakat. Jumlah
responden dalam penelitian ini adalah tiga keluarga. Metode yang digunakan
untuk mengambil data adalah metode fenomenologi. Pengumpulan data
menggunakan observasi partisipan, wawancara primer dan wawancara sekunder.
Teknik verifikasi menggunakan intersubjective validity, serta menggunakan
sumber data majemuk (wawancara dengan orang dekat dan observasi partisipan).
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa keberhasilan resosialisasi
dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal berupa
kepemilikan akan konsep tentang masyarakat, motivasi yang kuat dari luar,
dukungan sosial, serta partisipasi aktif dalam masyarakat. Sedangkan faktor
internal adalah kemampuan individu untuk mengatasi masalah serta kemampuan
individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Kata kunci : bekas keluarga jalanan, resosialisasi
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
A Eko Widayantyo (2007). The factors of success in resocialization of exhomeless family in Perkampungan Sosial Pingit Yayasan Sosial
Soegiyapranata (PSP YSS) Yogyakarta. Yogyakarta: Faculty of Psychology
Sanata Dharma University.
This qualitative research aimed to investigate factors influencing the
success of ex-homeless family in Perkampungan Sosial Pingit Soegiyapranata
Social Foundation (PSP YSS) Yogyakarta. The background of the problem was
60,6 % of ex-homeless family who stayed in PSP YSS returned to the street.
The respondents of this research were those who had lived in PSP YSS for
at least 3 months or those who had settled there. The respondents were three
family. The method applied in this research was phenomenology method. The
participant observation, primary and secondary interview were conducted to
collect the data. Verification technique used in this research was intersubjective
validity and using complex data source (doing interview with the close people and
participant observation).
The research result shows that the success of resocialization was
influenced by the external factors and the internal factors. The external factors
were community concept, high external motivation, social support and active
participation in the society. Whereas the internal factors were the individual`s
ability to solve the problem and to adjust to the environment.
Key words : ex- homeless family, resocialization
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Bunda Suci Maria dan PutraNya karena
berkat kasihNya penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Tanpa bimbinganNya,
skripsi ini akan semakin lama terselesaikan.
Penulisan skripsi ini dilakukan sekitar tiga tahun. Sebuah proses yang
panjang untuk sebuah penulisan skripsi. Selama proses yang panjang ini, penulis
mengalamai banyak dinamika hidup. Dinamika unt uk mengalahkan diri sendiri.
Melatih fokus terhadap sebuah tujuan. Namun semua tantangan ini sudah dapat
dilalui dan tiba saatnya untuk mempertanggunjawabkannya. Meskipun demikian,
peneliti menyadari berbagai kekurangan yang masih ada dalam skripsi ini, oleh
karena itu, masukan- masukan akan sangat berguna bagi kesempurnaan skripsi ini.
Untuk semuanya itu, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah memberikan waktu, informasi, dan dukungan hingga
selesainya penyusunan skripsi ini, secara khusus kepada:
1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberi kesempatan
dalam penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Dr. A. Supratiknya selaku pembimbing skripsi, yang denga n teliti
memeriksa dan senantiasa memberikan masukan demi kesempurnaan skripsi
ini.
3. Bapak Drs. H. Wahyudi, M.Si. dan Bapak YB. Cahya Widiyanto, S.Psi.,
M.Si. selaku dosen penguji. Terima kasih atas masukannya.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Bapak C. Siswa Widyatmoko, S. Psi dan Ibu Silvia Carolina Maria Yuniati
Murtisari, S.Psi, M.Psi selaku dosen pembimbing akademik.
5. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi USD Yogyakarta; Ibu MB.
Rohaniwati, Mas Gandung Widiyantoro, Mas P. Mujiono, Mas Doni, dan
Bpk Giyono yang dengan setia senantiasa membantu. Pak Gik,
senyumannya menyejukkan lho Pak.
6. Rama Windyatmoko S.J, Br. Hadi S.J realino Mataran 66 dan Keuskupan
Agung Semarang, terimakasih atas dukungan dan bantuan untuk
menyelesaikan skripsi ini. Mo, maaf ya, skripsinya telat dua tahun dari
target awal.
7. Keluarga-keluarga di Pingit yang telah bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini. Terimakasih, saya banyak belajar tentang hidup dari
nJenengan sedaya. Tetap menjadi sahabat yang tidak terlupakan.
8. Buat keluarga besar P2TKP; Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si, Bapak
Ant. Soesilastanto, Ibu Yuliana Pratiwi, dan Mbak Ertina Kusumawati yang
senantiasa memberikan dukungan, serta semua temen-temen asisten P2TKP
yang pernah berjuang bersama; Cik Vinda, Heru Cwt, Agung Ontel, Ari 00,
Rani, Soe Lek, Yessy, Okta. Soe Lek dan Rani, kapan meh lulus??? Ayo
berjuang pren. Gak lupa juga anak-anak baru Adi, Desta, Kobo, Otikwati,
Abe, Tyo, Etik dkk.
9. Temen-teman di kontrakan Pong we: Acong, Oho, Dian (cuk), Adri dan
para parasit yang suka datang. Kalian adalah berkah bagiku. Terimakasih
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sudah mengajariku tentang hidup bersama dalam suka dan duka. Thanks
guys.
10. Dani meka, Vian tm, Bambang, Seto, Tintus farmasi. Terimakasih atas
pertemanan kalian di kos pojok Paingan tujuh ya......
11. Teman-teman 01, Adi Gendut, Kris dan Pati. Makasih banyak atas
pertemanan selama ini, kalian adalah rahmat bagiku. Ndut, kapan aku
pinjam laptop lagi buat main game dan ngetik skripsi??? Tak lupa juga,
Maria, Diana, Etik, Tyo, Deasy, Tien. Plus sesepuh Yb n Dyda.
12. Pak Cahyo, makasih telah menanamkan bibit-bibit pengetahuan tentang
outdoor activities lewat Forma.
13. Watukali Training center, Acong, Vembri, Kobo, Tumbur, dan Mbak Etta.
14. Teman-teman
JRS
nasional
dan
JRS
Bantul.
Terimakasih
sudah
mengajariku tentang kerja dan hidup di lembaga sosia l.
15. Transformind Counsultainment, Mas Is, Mbak Mei, Windra, Neri, Suko,
Adri, Berta, dkk. Mari kita mengembangkan diri pren.
16. Perkampungan Sosial Pingit, terimakasih atas penerimaan dan bantuan yang
tak terhingga sehingga skripsi ini selesai. Para kordinator PSP YSS mulai
dari tahun gak enak, Rm Inug SJ, Rm Gogon SJ, Rm Panus SJ, Rm Toto SJ,
fr. Sang-sang SJ, fr Alis SJ, fr. John SJ, fr. Budi SJ, fr Bambs SJ, fr Vincent
SJ, fr Andi SJ dan fr Heru SJ. Volunternya Mbak Sum, Puji, Baba, Kris,
Gembong, Imam, Dewi, Eni, Dewi anak, anak-anak PBM USD yang datang
silih berganti, kalian telah memberi warna Pingit dengan gerak kalian.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kalian tidak akan mengubah mereka tapi memperkenalkan alternatif lain
selain pisuhan dan kekerasan dalam hidup mereka.
17. Kris, Baba dan Seno, terimakasih selalu mendukungku dan mengingatkanku
ketika aku main game untuk kembali mengerjakan skripsi. Thanks atas
rumah dan komputernya ya...... Anik, ths a lot.
18. Pak Heri dan Mbak Etta, terimakasih sudah menjadi pelita ketika jalan di
depanku gelap akibat ulahku sendiri dan tongkat untuk mendaki bukit terjal.
19. Lusia Gita Gracia, terimakasih atas cinta, dukungan, kesetiaan dan
kesabaran yang pernah kamu limpahkan. Dirimu akan tetap tersimpan dalam
hatiku. Selamat berjuang!!! Kamu adalah motivator imajinerku. Aku
berharap Bundaku akan menoleh ke arahku dan mengabulkan permintaanku.
20. Sebastiana SPM, makasih yo dek, atas dukunganmu ketika aku di titik
terendahku. Tetap setia dengan jalan yang sudah kamu pilih ya....
21. Bu Guru Wanti J, terimakasih atas sms dan telponmu yang telah memacu
dan memotivasiku untuk menyelesaikan skripsi ini.
22. Bapak, Ibu dan adikku. Terimakasih banyak atas semuanya. Tanpa kalian
aku tidak tahu akan seperti apa.
23. Serta semua dosen, karyawan, teman-teman mahasiswa Fakultas Psikologi
USD dan teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu
(terutama angkatan 2001) yang senantiasa menyemangati saya dalam tugas
ini.
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Akhirnya, saya ucapkan terimakasih atas semua yang telah mewarnai
hidup saya. Karena warna itu, hidup saya semakin dikembangkan. Bunda,
dampingilah dan berkatilah semuanya.
Yogyakarta, 22 November 2007
Hormat saya,
Penulis
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………...….......……………………………..i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .....................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
MOTTO..................................................................................................................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN..............................................................................v
PERNYATAAN KEASLIAN DATA....................................................................vi
ABSTRAK.............................................................................................................vii
ABSTRACT..........................................................................................................viii
KATA PENGANTAR............................................................................................ix
DAFTAR ISI.........................................................................................................xiv
DAFTAR TABEL................................................................................................xvii
DAFTAR BAGAN.............................................................................................xviii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xix
DFTAR FOTO.......................................................................................................xx
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Masalah Penelitian.......................................................................................8
C. Tujuan............................................................................................................8
D. Manfaat Penelitian.........................................................................................8
BAB II LANDASAN TEORI................................................................................10
A. (Bekas) Keluarga Jalanan...........................................................................10
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Definisi (bekas) keluarga jalanan..........................................................10
2. Karakteristik keluarga jalanan...............................................................13
3. Bekas keluarga jalanan..........................................................................15
4. Karakteristik masyarakat.......................................................................16
5. Pandangan masyarakat terhadap keluarga jalanan................................18
B. Resosialisasi...............................................................................................20
1. Definisi resosialisasi..............................................................................20
2. Proses akulturasi....................................................................................21
C. Resosialisasi Bekas Keluarga Jalanan dalam Masyarakat Umum.............27
D. Kerangka Penelitian...................................................................................28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...............................................................29
A. Metode Penelitian.......................................................................................29
B. Responden Penelitian................................................................................29
C. Teknik Pengumpulan Data.........................................................................31
1. Pengamatan Berperan-serta...................................................................31
2. Wawancara............................................................................................33
D. Pemeriksaan Keabsahan Data....................................................................34
E. Analisis Data...............................................................................................35
1. Organisasi data......................................................................................36
2. Pengkodean...........................................................................................36
3. Interpretasi.............................................................................................38
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................40
A. Identitas dan Deskripsi Informan...............................................................40
1. Identitas.................................................................................................40
2. Deskripsi Informan................................................................................41
B. Tahap Pengambilan Data...........................................................................45
C. Hasil Penelitian..........................................................................................46
1. Keluarga pertama..................................................................................46
2. Keluarga kedua......................................................................................55
3. Keluarga ketiga.....................................................................................62
D. Pembahasan................................................................................................67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................72
A. Kesimpulan.................................................................................................72
B. Saran...........................................................................................................73
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................75
LAMPIRAN ..........................................................................................................80
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
TABEL 1. Identitas Subyek ..................................................................................40
TABEL 2. Tahap pengumpulan data.....................................................................45
TABEL 3. Wawancara primer...............................................................................83
TABEL 4. Catatan lapangan..................................................................................97
TABEL 5. Sumber lain/wawancara sekunder......................................................103
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR BAGAN
Daftar bagan kerangka penelitian ....................................................................28
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. Verbatim......................................................................................80
LAMPIRAN 2. Denah lokasi PSP YSS…………………………………………81
LAMPIRAN 3. Surat keterangan perijinan...........................................................82
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR FOTO
FOTO 1. Tempat tinggal......................................................................................44
FOTO 2. Hasil memulung yang sudah di pisah-pisahkan....................................52
FOTO 3. RL 2 sedang menyapu jalanan serta perlengkapan..............................56
xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkampungan Sosial Pingit Yayasan Sosial Soegiyapranata (PSP YSS)
adalah sebuah lembaga sosial yang bergerak dalam pendampingan bekas keluarga
jalanan (Soemitro, 2004). Bentuk pendampingan ini berupa pemberian ide dan
masukan ataupun mendengarkan dan memberi solusi atas permasalahan yang
dihadapi para keluarga yang tinggal di PSP YSS. Warga PSP YSS diajak untuk
menggali potensi-potensi diri individu dalam setiap
keluarga agar mampu
mengangkat ekonomi keluarga dan ma mpu bersosialisasi kembali. Hal itu yang
membuat PSP YSS mengajak mereka untuk mengikuti kegiatan-kegiatan sosial
seperti melakukan perkumpulan setiap hari Selasa (sarasehan antar warga PSP
YSS), kumpul jumat kliwonan (pertemuan antar warga dusun), dan kerja bakti.
Sebagai bekas keluarga yang tinggal di jalan,
mayoritas dari mereka tidak
memiliki surat identitas diri, terutama surat nikah. Keluarga-keluarga ini diajak
untuk kembali memperoleh identitas diri (KTP, Kartu Keluarga, Surat Nikah,
Akte Kelahiran, Surat Sehat) yang tidak dimilikinya. Di PSP YSS, mereka di ajak
untuk merenda masa depan. Mereka diharapkan dapat tetap tinggal di rumah,
entah mengontrak atau membeli sendiri, baik di kota maupun di desa setelah dari
PSP YSS (YSS Selayang Pandang, tanpa tahun).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Sosialisasi adalah proses belajar seorang anggota masyarakat untuk
mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat dalam lingkungannya (Salim
dan Salim, 1991). Anggota masyarakat dituntut untuk belajar tentang kebudayaan
yang ada di lingkungannya. Resosialisasi bisa diartikan sebagai proses pengenalan
dan penghayatan kembali akan kebudayaan yang ada di lingkungan. Menurut
Marshal (1994), Salim dan Salim (1991) resosialisasi dimaknai sebagai
pemasyarakatan kembali sesuai dengan budaya, norma serta sanksi masyarakat.
Schaefer (2001) mengartikan resosialisasi sebagai proses mengesampingkan pola
kebiasaan dan menerima hal baru sebagai bagian dari perubahan hidup. Bisa
diartikan bahwa anggota masyarakat yang mengalami resosialisasi harus
melakukan adaptasi dengan meninggalkan kebudayaan yang telah ada dan
memakai kebudayaan yang baru. Mereka dimasukkan dalam kebudayaan yang
ada di dalam masyarakat agar bisa menyatu dengan masyarakat.
Dengan tujuan tersebut, PSP YSS menampung keluarga jalanan.
Keluarga jalanan adalah keluarga yang hidup dan tinggal di jalan dan
menggantungkan hidup dari jalan. Keluarga-keluarga ini diberi tempat tinggal
dalam jangka waktu tertentu (Suharyadi, wawancara pribadi, 6 Agustus 2007).
Keluarga-keluarga tersebut dituntut agar mamp u berkembang dalam hal ekonomi,
sosial, serta budaya dalam masyarakat. Selain itu, mereka juga dituntut agar
mampu mempunyai kemampuan dalam kehidupan sosial mereka antara lain cara
hidup bertetangga dan memiliki identitas diri. Hal ini dimaksudkan agar mereka
dapat merubah kebudayaan yang diperoleh di jalanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Budaya jalanan yang mereka pahami adalah budaya bebas tanpa
peraturan, individualis, saling “memakan”. Kebudayaan bebas yang sangat
mencolok terlihat dari bagaimana mereka memilih pasangan. Mereka bebas
bergonta-ganti pasangan tanpa adanya suatu ikatan resmi. Mereka seringkali
memperoleh keturunan dari hubungan kumpul kebo. Dasar hubungan yang mereka
pakai adalah saling suka. Apabila mereka sudah saling bosan, mereka bebas
berganti kembali. Kebudayaan yang ada tidak memperlihatkan adanya normanorma sosial seperti di masyarakat umum. Mereka tidak memiliki ikatan yang sah
secara hukum agama dan negara. Pernikahan bagi mereka merupakan hal yang
sangat sulit karena syarat untuk dapat menikah adalah kartu tanda penduduk
(KTP), sedangkan mereka tidak memiliki KTP (Prasetyo & Koestanto, 2005;
“Kami dilahirkan untuk tidak menikah”, 2004). Mencari pasangan merupakan
salah satu cara untuk menghindari kekerasan pada dirinya. Selain sebagai sarana
perlindungan diri (terutama untuk wanita) adanya pasangan juga berdampak pada
naiknya ”status sosial” serta ekonomi mereka (Ade, 2000).
Peraturan yang ada di jalan hanyalah hukum rimba, yaitu siapa yang
kuat maka dia yang menang (Santoso, 2004). Orang yang kuat akan menindas
orang yang lemah. Hal ini berdampak pada tingkat kewaspadaan yang cukup
tinggi terhadap orang lain karena seringkali mereka mendapatkan pengalaman
yang buruk seperti kehilangan uang atau surat-surat penting. Bahkan peristiwa
pemerasan, kekerasan dan penipuan sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan oleh
orang yang kuat kepada orang yang lemah (Anak Jalanan Antara Ditipu dan
Menipu, 2007; Ade, 2000).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Kebutuhan fisik mereka seperti sandang, papan merupakan hal yang
sangat minim bisa mereka penuhi. Dalam kondisi seperti ini, secara otomatis
mereka dituntut untuk bertahan secara individualis (hanya memperhatikan
kelompok/keluarga/pasangannya) tanpa perlu memperhatikan orang lain. Mereka
hanya memikirkan kebutuhan ekonomi untuk diri dan keluarganya (“Mereka yang
disebut”, 2004). Biasanya, keluarga-keluarga ini akan hidup berpindah dari satu
tempat ke tempat lain (Anak Jalanan Antara Ditipu dan Menipu, 2007). Lokasi
yang mereka pilih adalah lokasi yang bisa membuat mereka bertahan hidup dan
nyaman bagi mereka.
Sebagai sebuah subkultur yang berada dalam kultur yang besar,
seringkali oleh kelompok mayoritas keluarga-keluarga ini dipandang sebelah
mata, dianggap sebagai sekelompok sampah (Ade, 2000). Stereotipe yang ada di
masyarakat melihat kehidupan jalanan sebagai kehidupan yang “liar” (Ertanto,
2000). Mereka sering mendapat penghinaan dari masyarakat pada umumnya.
Perilaku yang diperlihatkan oleh masyarakat umum adalah perilaku yang kurang
bersahabat. Masyarakat memiliki prasangka negatif terhadap warga jalanan yang
berada di luar mereka.
Pandangan negatif masyarakat muncul disebabkan karena perbedaan
budaya yang menonjol. Masyarakat hidup dalam kondisi sosial yang saling
mendukung dan menghargai, seperti gotong royong (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1982). Masyarakat juga hidup dalam batasan-batasan norma sosial
dan aturan yang jelas (Soekanto, 1990), selain itu mereka memiliki Kartu Tanda
Penduduk (KTP) sehingga bisa mengakses fasilitas umum. Hal- hal ini cukup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
menjelaskan perbedaan budaya yang terjadi antar sub kultur jalanan dan
masyarakat umum.
Budaya masyarakat diinternalisasi oleh anggota kelompok (Dayakisni
dan Yuniardi, 2004). Hal ini juga dialami oleh keluarga jalanan yang mencoba
untuk masuk ke kebudayaan baru (masyarakat umum). Marvin Haris (dalam
Spradley, 1997) mengatakan bahwa konsep kebudayaan dinyatakan dalam
berbagai pola tingkah laku yang dikaitkan dalam kelompok-kelompok masyarakat
tertentu
seperti
adat,
atau
cara
hidup
masyarakat.
Matsumoto
(2004)
mendefinisikan budaya sebagai sekumpulan sikap, nilai, keyakinan dan perilaku
yang dimiliki bersama oleh sekelompok orang, yang dikomunikasikan dari satu
generasi ke generasi berikutnya lewat bahasa atau beberapa sarana komunikasi
lain.
Proses resosialisasi mengakibatkan mereka akan me nginternalisasi
kebudayaan masyarakat umum ke dalam diri mereka agar bisa menjadi anggota
kelompok masyarakat umum. Proses internalisasi yang mereka jalani akan
memunculkan dua kemungkinan. Pertama, mereka akan berhasil menjalani proses
internalisasi kebudayaan baru. Kedua, mereka gagal dalam proses tersebut.
Mereka yang berhasil akan diterima oleh masyarakat dan mampu bertahan di
dalam masyarakat umum. Bagi mereka yang gagal, maka mereka akan ditolak
oleh masyarakat dan kembali ke kebudayaan jalanan.
Mereka yang gagal dalam proses resosialisasi bisa disebabkan oleh
beberapa hal. Mereka gagal dalam proses karena tidak mampu beradaptasi dengan
hal- hal baru, seperti lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Mereka tidak mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
beradaptasi dengan lingkungan sosial, antara lain terlihat dari kemampuan yang
rendah dalam menjalankan norma sosial yang ada. Sebagai contoh, ada diantara
mereka yang memakai uang “jimpitan” untuk diri mereka sendiri, padahal uang
tersebut seharusnya disetorkan kepada pengurus RT.
Mereka cenderung bertabiat keras (Ena, Ouda Teda, tanpa tahun;
Sindhunata, tanpa tahun; Fajar dkk, tanpa tahun; Pudji, tanpa tahun; Dewanto,
Aria, tanpa tahun). Tabiat keras yang mereka miliki seringkali terlihat ketika
mereka mengalami konflik dengan tetangga. Mereka seringkali lebih senang
menggunakan otot untuk menyelesaikan masalah. Mereka mengalami kesulitan
dalam interaksi dengan orang lain bisa disebabkan karena mereka terbentuk oleh
budaya saling memakan sehingga membuat mereka bertabiat keras serta oleh
lingkungan individualis, padahal saat ini mereka dihadapkan pada budaya baru
yang sosialis.
Mereka kurang bisa mengatur keuangan, karena uang yang mereka
dapatkan biasanya akan habis dipakai tanpa pernah berpikir untuk menyimpannya
(Ade, 2000). Apabila mereka mengalami kesulitan keuangan, mereka cenderung
berhutang pada rentenir dan seandainya tidak bisa membayar maka mereka akan
kembali lagi ke jalan. Kemampuan berpikir mereka cenderung dangkal dan tidak
berorientasi pada masa depan, melainkan pada masa kini. Hal ini cukup
menjelaskan kenapa ketika mereka mengalami konflik dengan orang lain dan
merasa tidak nyaman, mereka sering kembali lagi ke jalan. Selain itu, mereka
terbiasa tinggal secara nomaden sehingga kebebasan mereka secara otomatis
terpotong ketika mereka mendiami sebuah rumah. Akan tetapi, faktor yang paling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
mendasar dari kegagalan resosialisasi
karena mereka tidak memiliki konsep
tentang rumah dan mereka memiliki nilai tersendiri tentang budaya jalanan
(Suyanto, 2005), serta masyarakat memiliki labeling terhadap keluarga jalanan.
Stereotipe dari masyarakat umum tentang mereka akan selalu negatif dan mereka
dianggap orang-orang `liar` (Ertanto, 2000). Padahal menurut Mary Hardy (1998)
pemberian cap yang negatif (negative social-typing) itu akan mengakibatkan
kekalnya suatu tindakan yang menyimpang.
Bekas keluarga jalanan yang mampu bertahan di lingkungan masyarakat
mengatakan bahwa mereka mampu bertahan karena niat mereka untuk hidup lebih
baik dibandingkan ketika mereka masih di jalan (Nursin, wawancara pribadi, 13
Desember 2005). Hal ini memperlihatkan bahwa mereka memiliki pemikiran ke
depan. Sebagai contoh, mereka ingin agar anak mereka bisa bersekolah agar anak
mereka tidak kembali ke jalan (Dewanto, Aria, tanpa tahun). Mereka berpikir
ketika masih di jalan, mereka tidak akan bisa lebih baik. Hal terpenting dari
keberhasilan mereka hidup di masyarakat umum adalah kepemilikan konsep
tentang masyarakat umum. Mereka yang berhasil dalam proses resosialisasi
biasanya orang yang tidak terlalu lama tinggal di jalan dan sebelumnya mereka
pernah tinggal di masyarakat umum. Motivasi, pemikiran ke depan dan konsep
tentang masyarakat menjadi landasan yang cukup kuat bagi mereka agar bisa
beradaptasi dengan lingkungan baru.
Proses adaptasi dengan lingkungan baru mengharuskan mereka
mempelajari kembali kebudayaan masyarakat. Mereka harus menginternalisasikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
kebudayaan masyarakat ke dalam diri mereka. Berry, Portinga, Segall, & Dasen
(2002) menyebutnya sebagai intercultural strategies.
Proses perpindahan kebudayaan dari budaya jalanan kepada kebudayaan
masyarakat pada umumnya akan menghasilkan culture shock
bagi keluarga
jalanan. Hal itu disebabkan karena kebudayaan masyarakat pada umumnya
memiliki karakteristik yang sangat bertolak belakang dengan kebudayaan di
jalanan. Tekanan sosial dan perubahan kebudayaan yang mereka alami akan
sangat mempengaruhi bagaimana keberhasilan mereka dalam proses resosialisasi.
B. Masalah Penelitian
Masalah dalam penelitian ini adalah apa saja faktor- faktor yang
mempengaruhi keberhasilan resosialisasi keluarga jalanan di PSP YSS?
C. Tujuan
Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui faktor- faktor yang
mempengaruhi keberhasilan resosialisasi keluarga jalanan di PSP YSS.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Memberikan pemahaman/wawasan tentang kehidupan bekas keluarga
dan faktor- faktor yang mempengaruhi keberhasilan resosialisasi di PSP YSS.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Subyek
Subyek menggali kembali pengalaman-pengalaman dan merefleksikannya.
b. Bagi Yayasan
Membantu pendamping dalam memahami kebutuhan bekas keluarga
jalanan dalam proses resosialisasi.
Sebagai sarana evaluasi pendampingan.
c. Bagi Masyarakat Umum
Mengenalkan faktor- faktor yang berpengaruh terhadap proses resosialisasi
keluarga jalanan di PSP YSS.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
LANDASAN TEORI
A. (Bekas) Keluarga Jalanan
1. Definisi (bekas) keluarga jalanan
Keluarga jalanan adalah pria dan wanita yang hidup dan tinggal di
jalanan, memiliki komitmen untuk membina hidup bersama, kadang kala
memiliki anak serta berbagi dalam hal ekonomi (Suharyadi, wawancara
pribadi, 6 Agustus 2007). Mereka menghabiskan waktu mereka di jalanan.
Mereka tinggal di emperan toko, gerbong kereta api, dan lahan- lahan kosong
di pinggir jalan, pasar, terminal, stasiun (Indrawati, 2004), taman-taman,
bawah jembatan, dan pinggiran kali (Anak jalanan antara ditipu dan menipu,
2007; Direktorat pelayanan dan rehabilitasi sosial tuna sosial, 2005).
Kehidupan mereka didukung oleh jalanan karena mereka mencari nafkah dari
jalan. Pekerjaan mereka biasanya sebagai pengemis, pengamen, pemulung,
tukang becak.
Di Kotamadya Yogyakarta, persebaran tempat tinggal keluarga
jalanan biasanya ada di sekitar pasar Beringharjo, stasiun Lempuyangan dan
Tugu, di bawah jembatan layang Lempuyangan, lahan kosong di samping
asrama Syantikara dan daerah sekitar alun-alun. Namun mereka mencari
nafkah di sekitar perempatan-perempatan jalan, dipasar untuk pengamen dan
pengemis
serta
di
jalan
untuk
pemulung.
Salah
satu
kesulitan
mengidentifikasikan persebaran mereka ialah karena mobilitas mereka yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
sangat tinggi dan mereka cenderung tidak memiliki tempat tinggal yang tetap
(Direktorat pelayanan dan rehabilitasi sosial tuna sosial, 2005).
Warga jalanan, sama seperti manusia pada umumnya mengalami
proses perkembangan dalam hidupnya, baik secara psikologis maupun secara
fisiologis, mulai dari lahir, bayi, anak-anak, muda, dewasa, tua dan mati.
Dalam rentang kehidupan ini, ada satu hal yang penting yaitu proses
reproduksi yang dilakukan oleh sepasang manusia. Pada umumnya, pasangan
manusia ya ng melakukan proses reproduksi akan bersama. Hal ini juga terjadi
di kalangan warga jalanan yang sudah menginjak dewasa. Kebutuhan
fisiologis dan psikologis menuntut dirinya untuk mencari pasangan yang
cocok dan hidup berdua. Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2002) yang
mengatakan bahwa menikah pada orang dewasa adalah hal yang standar
dilakukan oleh individu. Wagner (2002) mengatakan bahwa walaupun tidak
tertulis, tuntutan untuk hidup berumah tangga dan memiliki keturunan seakanakan adalah norma umum yang suka atau tidak suka harus diterima. Hal ini
yang mengakibatkan munculnya keluarga jalanan. Keluarga jalanan seringkali
tidak seperti keluarga di masyarakat pada umumnya. Apabila dilihat dari sudut
pandang kita, mayoritas diantara mereka adalah pasangan kumpul kebo.
Keluarga jalanan merupakan bagian dari warga jalanan. Warga
jalanan memiliki tabiat yang keras. Mereka cenderung mudah marah dan
berpikiran dangkal. Hal ini mengakibatkan tingkat kekerasan di jalanan
cenderung tinggi. Kekerasan menjadi salah satu penyelesaian masalah yang
sering digunakan di jalanan. Warga jalanan (lelaki pada khususnya) sering
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
mencari kesenangan dengan cara minum minuman keras. Minuman keras juga
menjadi salah satu sumber kesenangan diantara mereka.
Warga jalanan menganggap rasa aman merupakan sesuatu yang sulit
untuk dicari ketika mereka berada di jalan. Mereka harus sering berhadapan
dengan para pemeras, pencuri. “Harta” yang mereka miliki seringkali
hilang/diminta dengan paksa oleh orang lain. Jalanan identik dengan
kriminalitas. Hal ini mengakibatkan mereka memiliki sikap curiga yang cukup
besar bila berhadapan dengan orang asing/tidak dikenal. Mereka merasa tidak
aman bukan hanya terhadap para “gentho” (preman), tetapi juga terhadap
pemerintah (Anak jalanan antara dit ipu dan menipu, 2007; Demonstrasi
ratusan anak jalanan tuntut Walikota, 2007). Mereka sering mendapat
“garukan” (penangkapan) dari pemerintah. Kehidupan di jalan membuat
mereka menjadi individu yang individualis. Mereka akan membentuk
kelompok-kelompok kecil untuk bertahan hidup. Hal ini dilakukan untuk
menumbuhkan rasa aman bagi mereka, karena setiap anggota kelompok akan
saling melindungi (Anak jalanan antara ditipu dan menipu, 2007; Ade, 2007).
Warga jalanan secara ekonomi berada dalam kategori ekonomi
menengah ke bawah, bahkan Sutejo, A. Andi (dalam Ade, 2000) mengatakan
bahwa warga jalananan sebenarnya tidak miskin secara materi tetapi justru
dari segi mental. Mereka bekerja di bidang informal, mereka bekerja sebagai
buruh, pengamen, pengemis, tukang becak, pemulung. Mereka bekerja pada
bidang informal karena mereka tidak memiliki ketrampilan yang sesuai
dengan tuntutan pasar kerja (Direktorat pelayanan dan rehabilitasi sosial tuna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
sosial, 2005). Pekerjaan mereka sangat tergantung dari lingkungan sosial yang
ada di sekitar mereka. Mereka mendapatkan penghasilan setiap hari, akan
tetapi seringkali kurang dan apabila cukup akan dipakai semua. Mereka
biasanya menggunakan uang hasil pendapatan mereka untuk mencukupi
kebutuhan hidup dan apabila ada yang sisa digunakan untuk bersenangsenang.
Mayoritas
warga
jalanan
adalah
orang-orang
yang
tidak
berpendidikan sehingga mereka buta huruf (Anak jalanan antara ditipu dan
menipu, 2007). Pendidikan yang relatif rendah tersebut menjadikan kendala
bagi mereka untuk memperoleh pekerjaan yang layak (Direktorat pelayanan
dan rehabilitasi sosial tuna sosial, 2005). Selain itu, hal ini mengakibatkan
pengetahuan mereka cukup sempit.
2. Karakteristik keluarga jalanan
Keluarga-keluarga jalanan pada umumnya memiliki sejumlah
karakteristik yang sangat menonjol. Pertama, mereka bebas tanpa peraturan
dan norma. Hal ini bisa berdampak pada hubungan dengan lawan jenis. Norma
sosial yang ada sangat longgar bahkan cenderung tidak ada. Direktorat
pelayanan dan rehabilitasi sosial tuna sosial (2005) mengatakan bahwa hidup
mereka tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam masyarakat.
Indrawati (2004) menyebut kebiasaan berganti pasangan dan seks bebas
sebagai kebudayaan non-normatif. Implikasi yang terjadi seringkali ada child
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
abuse dan kekerasan seksual baik pada anak laki- laki maupun perempuan
(Anak jalanan antara ditipu dan menipu, 2007; Suyanto, 2003; Ade, 2000).
Kedua, hukum rimba. Di jalanan, orang yang paling kuat adalah
pemegang ‘kekuasaan’ dan orang yang lemah adala h objek (Santoso, 2004;
Indrawati, 2004). Hal ini yang mengakibatkan banyak sekali gentho/preman
di jalanan. Para preman ini sering melakukan
pemerasan dan kekerasan
kepada pengamen atau orang–orang yang berada di jalan yang tidak memiliki
“kekuasaan” (Anak jalanan antara ditipu dan menipu, 2007).
Ketiga, nomaden dalam artian tidak memiliki tempat tinggal yang
tetap (Kisah anak-anak stasiun, 2007; Anak jalanan antara ditipu dan menipu,
2007; Direktorat pelayanan dan rehabilitasi sosial tuna sosial, 2005) sehingga
mereka selalu berpindah-pindah (Guiness, 1985). Sifat nomaden ini
berpengaruh secara langsung dengan kekuasaan administratif (RT/RW) karena
mereka tidak menjadi bagian dari RT/RW. Hal ini yang mengakibatkan
sebagian besar dari mereka tidak memiliki identitas diri (KTP, kartu keluarga,
akte kelahiran) (Direktorat pelayanan dan rehabilitasi sosial tuna sosial, 2005;
Prasetyo dan Koestanto, 2005; “Kami dilahirkan”, 2004; Soewondo, 1985).
Keempat, mereka bekerja dalam lapangan pekerjaan informal
(Direktorat pelayanan dan rehabilitasi sosial tuna sosial, 2005) yang biasa
dilakukan di jalanan. Keluarga jalanan biasanya bekerja sebagai pemulung,
pengamen, tukang becak (Soewondo, 1985).
Kelima,
rendahnya
harga
diri
pada
sekelompok
orang,
mengakibatkan tidak dimilikinya rasa malu untuk meminta- minta (Direktorat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
pelayanan dan rehabilitasi sosial tuna sosial, 2005). Keenam, mereka
menganggap bahwa kemiskinan dan kondisi mereka sebagai warga jalanan
adalah nasib, sehingga tidak ada kemauan untuk melakukan perubahan
(Direktorat pelayanan dan rehabilitasi sosial tuna sosial, 2005).
Ketujuh, kebebasan dan kesenangan hidup menggelandang. Ada
kenikmatan
tersendiri
dari
sebagian
warga
jalanan
yang
hidup
menggelandang, karena mereka merasa tidak terikat oleh norma atau aturan
yang
kadang-kadang
membebani
mereka,
sehingga
mengemis
dan
menggelandang menjadi salah satu mata pencaharian (Direktorat pelayanan
dan rehabilitasi sosial tuna sosial, 2005).
Kedelapan, dari segi kesehatan, mereka termasuk kategori warga
negara dengan tingkat kesehatan fisik yang rendah (Pemulung TPA Piyungan
penghasilan lebih baik dari buruh tani, 2007; Anak jalanan antara ditipu dan
menipu, 2007) akibat rendahnya gizi makanan dan terbatasnya akses
pelayanan kesehatan (Perlindungan anak masih kurang, 2007; Direktorat
pelayanan dan rehabilitasi sosial tuna sosial, 2005).
3. Bekas keluarga jalanan
Bekas keluarga jalanan adalah keluarga yang pernah tinggal di jalan
dan sekarang tinggal di lingkungan masyarakat pada umumnya. Mereka
menetap dalam suatu wilayah administrasi tertentu dan berbaur dengan
lingkungannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
4. Karakteristik masyarakat
Masyarakat pada umumnya memiliki beberapa ciri yang cukup
menonjol. Pertama, masyarakat mengenal norma sosial dan pranata sosial
serta pihak otoritas. Fungs i dari norma, pranata dan pihak otoritas ini
memberikan rasa aman dan penghormatan sebagai pribadi di dalam kehidupan
bermasyarakat. Masyarakat hidup bersosial dengan orang lain. Salah satu
contoh kehidupan bersosial dalam masyarakat adalah kegiatan gotong-royong.
Kegiatan ini tidak menginginkan
pamrih secara material (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1982). Mereka hidup dalam batasan-batasan
norma sosial dan aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat. Mereka akan
mendapatkan sanksi atau hukuman jika melanggar norma-norma dan
peraturan yang berlaku. Norma terbentuk supaya hubungan antar manusia di
dalam suatu masyarakat terlaksana sebagaimana diharapkan (Soekanto, 1990).
Kedua, adanya kepemilikan identitas diri (KTP, kartu keluarga, surat
nikah, kartu sehat). Dengan adanya identitas diri, mereka dengan mudah dapat
mengakses fasilitas umum yang ada.
Ketiga, pihak otoritas dalam masyarakat (aparat negara/pimpinan
formal) membuat hukum yang jelas yang mengatur dan menjaga masyarakat
(Sumintarsih, Wibowo, Herawati, 1991). Mereka diatur secara jelas tentang
bagaimana hak dan kewajiban mereka sebagai warga negara yang
bermasyarakat.
Keempat, masyarakat masih berpandangan bahwa dalam masyarakat
ada sebuah stratifikasi sosial antara lapisan atas dan lapisan bawah (Murniati,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
1992; Sumintarsih, Wibowo, Herawati, 1991). Masyarakat juga masih
berpandangan bahwa di keluarga, kedudukan istri tergantung pada suami dan
kedudukan anak perempuan tergantung pada ayah/saudara laki- laki (Murniati,
1992). Menurut Murniati (1992) lapisan kelompok atas menempatkan diri
pada posisi mengatur dan menentukan nasib lapisan bawah.
Magnis-Suseno (1984; 1978) melihat, dua karakteristik masyarakat
Yogyakarta yang paling menonjol adalah prinsip rukun dan prinsip hormat.
Prinsip rukun adalah prinsip yang digunakan dalam bersosialisasi agar tidak
menimbulkan konflik terbuka. Prinsip rukun menjadikan segala sesuatu
harmonis dan tertata. Prinsip hormat lebih menunjukkan sikap hormat kepada
orang lain. Magnis-Suseno (1984) mengatakan bahwa gotong royong
merupakan salah satu manifestasi dari prinsip rukun. Gotong royong memiliki
maksud untuk saling membantu dan melakukan pekerjaan bersama demi
kepentingan
seluruh
desa
(Magnis-Suseno,
1984).
Gotong
royong
menekankan agar orang bersedia menomorduakan kepentingan dan haknya
sendiri demi kebersamaan seluruh desa (Magnis-Suseno, 1978; 1977).
Sedangkan prinsip hormat juga dijunjung tinggi, bahkan merupakan unsur
pokok dalam setiap situasi sosial (Geertz, 1983). Prinsip hormat ini terlihat
dari tatakrama yang digunakan oleh masyarakat. Tatakrama bisa terlihat dari
bahasa serta gerak tubuh individu dalam berinteraksi. Bahasa Jawa mengenal
tingkatan-tingkatan yang digunakan untuk menghormati lawan bicara. Entah
individu memakai Ngoko, Krama, atau pelbagai tingkatan Madya, entah ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
memakai kata-kata biasa atau kata-kata Krama Inggil, selalu ditentukan oleh
status sosial diantara mereka (Geertz, 1983; Magnis-Suseno, 1977).
5. Pandangan masyarakat terhadap keluarga jalanan
Kondisi lingkungan sosial dan budaya yang ada di jalanan sangat
berbeda dengan kondisi lingkungan masyarakat. Perbedaan yang sangat
menonjol terlihat dari pandangan masyarakat yang negatif terhadap warga
jalanan. Mereka memiliki stereotipe negatif tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan jalanan (Ertanto, 2000). Selain itu masyarakat
menganggap mereka licik, tidak dapat dipercaya, mengganggu ketertiban,
ketenangan umum, kebersihan serta keindahan kota, sampah masyarakat, tidak
memiliki cita rasa susila (Direktorat pelayanan dan rehabilitasi sosial tuna
sosial, 2005; Ade, 2000; Guiness, 1985). Selain hal-hal tersebut di atas,
maraknya warga jalanan di suatu wilayah dapat menimbulkan kerawanan
sosial, serta mengurangi keamanan dan ketertiban di wilayah tersebut
(Direktorat pelayanan dan rehabilitasi sosial tuna sosial, 2005; Ade, 2000).
Mereka akan gagal melakukan resosialisasi apabila tidak mampu bertahan dan
mengubah pandangan masyarakat terhadap mereka yang berasal dari jalanan.
Suyanto (2005) mengatakan bahwa kesulitan orang-orang ya ng ada di jalanan
untuk mengubah budaya jalanan adalah karena mereka tidak memiliki konsep
tentang rumah dan mereka sudah memiliki suatu nilai tersendiri tentang
budaya jalan. Apabila kita melihat secara luas, hal ini juga mungkin terjadi
pada bekas keluarga jalanan. Hal senada diungkapkan oleh Wahyudi (dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Potensi tinggi, 2002) yang mengatakan bahwa kehidupan jalanan yang bebas
sangat sulit untuk dialihkan ke dalam kehidupan `normal`. Pendapat Suyanto
dan Wahyudi mungkin menjadi alasan yang cukup mendasar atas
ketidakberhasilan bekas keluarga jalanan untuk melakukan pembauran dengan
masyarakat umum.
Berdasarkan data yang diambil dari PSP YSS, sejak tahun 20002007, jumlah keluarga yang pernah tinggal di PSP YSS sebanyak 33 keluarga.
Jumlah warga yang kembali ke jalan sebesar 60,6%, warga yang tinggal
menetap di Yogyakarta sebesar 6,06 %, pulang ke rumah sebesar 18,18 %, dan
transmigrasi sebesar 16,66%. Hal ini memperlihatkan bahwa mayoritas bekas
keluarga jalanan kembali lagi ke jalan setelah tinggal di PSP YSS (Daftar
warga PSP, tanpa tahun).
Bekas keluarga jalanan yang mampu tinggal di masyarakat dan
memiliki alamat yang tercatat di kantor PSP YSS sebesar 18,18% atau enam
keluarga. Salah satu penyebab keberhasilan mereka adalah niat untuk bertahan
(Nursin, wawancara pribadi, 13 Desember 2005), pemikiran ke depan dan
konsep tentang bagaimana hidup di masyarakat. Mereka juga mendapatkan
dukungan sosial dari lingkungan, khususnya sukarelawan dari PSP YSS untuk
berkembang. Keberhasilan mereka selain dukunga n sosial dari lingkungan
juga dipengaruhi oleh bagaimana sikap lingkungan terhadap mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
B. Resosialisasi
1. Definisi resosialisasi
Resosialisasi adalah pembelajaran baru tentang
sikap, nilai, dan
kebiasaan yang berbeda dari pengalaman dan latar belakang seseorang
(Abarca,
2005;
Lonsdale,
2005;
Schaefer,
2001).
Lonsdale
(2005)
mengkategorisasikan resosialisasi menjadi dua: (1) resosialisasi sukarela yang
terjadi ketika seorang individu dengan sukarela memilih untuk mengubah
sikap dan kebiasaannya, (2) resosialisasi paksaan yaitu resosialisasi yang
terjadi melawan sikap bebas seseorang dan pada umumnya berlangsung pada
suatu institusi. Berdasarkan definisi di atas, resosialisasi sukarela lebih
didasarkan ke
ABSTRAK
A Eko Widayantyo (2007). Faktor-faktor Keberhasilan Resosialisasi Bekas
Keluarga Jalanan di Perkampungan Sosial Pingit Yayasan Sosial
Soegiyapranata (PSP YSS) Yogyakarta. Yogyakarta: Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui faktor- faktor
keberhasilan bekas keluarga jalanan di Perkampungan Sosial Pingit Yayasan
Sosial Soegiyapranata (PSP YSS) Yogyakarta. Latar belakang permasalahan yang
terjadi adalah 60,6 % bekas keluarga jalanan yang menetap di PSP YSS kembali
lagi ke jalanan.
Responden penelitian ini adalah warga PSP YSS yang sudah tinggal di
PSP YSS minimal selama tiga bulan atau sudah menetap di masyarakat. Jumlah
responden dalam penelitian ini adalah tiga keluarga. Metode yang digunakan
untuk mengambil data adalah metode fenomenologi. Pengumpulan data
menggunakan observasi partisipan, wawancara primer dan wawancara sekunder.
Teknik verifikasi menggunakan intersubjective validity, serta menggunakan
sumber data majemuk (wawancara dengan orang dekat dan observasi partisipan).
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa keberhasilan resosialisasi
dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal berupa
kepemilikan akan konsep tentang masyarakat, motivasi yang kuat dari luar,
dukungan sosial, serta partisipasi aktif dalam masyarakat. Sedangkan faktor
internal adalah kemampuan individu untuk mengatasi masalah serta kemampuan
individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Kata kunci : bekas keluarga jalanan, resosialisasi
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
A Eko Widayantyo (2007). The factors of success in resocialization of exhomeless family in Perkampungan Sosial Pingit Yayasan Sosial
Soegiyapranata (PSP YSS) Yogyakarta. Yogyakarta: Faculty of Psychology
Sanata Dharma University.
This qualitative research aimed to investigate factors influencing the
success of ex-homeless family in Perkampungan Sosial Pingit Soegiyapranata
Social Foundation (PSP YSS) Yogyakarta. The background of the problem was
60,6 % of ex-homeless family who stayed in PSP YSS returned to the street.
The respondents of this research were those who had lived in PSP YSS for
at least 3 months or those who had settled there. The respondents were three
family. The method applied in this research was phenomenology method. The
participant observation, primary and secondary interview were conducted to
collect the data. Verification technique used in this research was intersubjective
validity and using complex data source (doing interview with the close people and
participant observation).
The research result shows that the success of resocialization was
influenced by the external factors and the internal factors. The external factors
were community concept, high external motivation, social support and active
participation in the society. Whereas the internal factors were the individual`s
ability to solve the problem and to adjust to the environment.
Key words : ex- homeless family, resocialization
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FAKTOR-FAKTOR KEBERHASILAN RESOSIALISASI BEKAS
KELUARGA JALANAN DI PERKAMPUNGAN SOSIAL PINGIT
YAYASAN SOSIAL SOEGIYAPRANATA (PSP YSS) YOGYAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikolo gi
Oleh :
A Eko Widayantyo
NIM : 019114020
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN MOTTO
Amo et facio qoud folo
(akan kucintai dan kuhadapi apa yang sudah kupilih)
walaupun
biasanya harus bersusah payah melaluinya, dengan tubuh yang penuh luka
goresan duri semak belukar
(Kamijyo akimine)
sehingga
ada akhir dalam setiap peristiwa, tapi bagiku setiap akhir adalah sebuah awal baru.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi dengan Judul
FAKTOR-FAKTOR KEBERHASILAN RESOSIALISASI BEKAS
KELUARGA JALANAN DI PERKAMPUNGAN SOSIAL PINGIT
YAYASAN SOSIAL SOEGIYAPRANATA (PSP YSS) YOGYAKARTA
Saya persembahkan kepada :
BUNDAKU MARIA
BAPAK L DAGI
IBU TH. SUMIYANTI
ADIKKU MARIA DWI KURNIANINGTYAS
Serta semua yang terlibat di Perkampungan Sosial
Pingit Yayasan Sosial Soegiyapranata
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang saya tuliskan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
A Eko Widayantyo (2007). Faktor-faktor Keberhasilan Resosialisasi Bekas
Keluarga Jalanan di Perkampungan Sosial Pingit Yayasan Sosial
Soegiyapranata (PSP YSS) Yogyakarta. Yogyakarta: Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui faktor- faktor
keberhasilan bekas keluarga jalanan di Perkampungan Sosial Pingit Yayasan
Sosial Soegiyapranata (PSP YSS) Yogyakarta. Latar belakang permasalahan yang
terjadi adalah 60,6 % bekas keluarga jalanan yang menetap di PSP YSS kembali
lagi ke jalanan.
Responden penelitian ini adalah warga PSP YSS yang sudah tinggal di
PSP YSS minimal selama tiga bulan atau sudah menetap di masyarakat. Jumlah
responden dalam penelitian ini adalah tiga keluarga. Metode yang digunakan
untuk mengambil data adalah metode fenomenologi. Pengumpulan data
menggunakan observasi partisipan, wawancara primer dan wawancara sekunder.
Teknik verifikasi menggunakan intersubjective validity, serta menggunakan
sumber data majemuk (wawancara dengan orang dekat dan observasi partisipan).
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa keberhasilan resosialisasi
dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal berupa
kepemilikan akan konsep tentang masyarakat, motivasi yang kuat dari luar,
dukungan sosial, serta partisipasi aktif dalam masyarakat. Sedangkan faktor
internal adalah kemampuan individu untuk mengatasi masalah serta kemampuan
individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Kata kunci : bekas keluarga jalanan, resosialisasi
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
A Eko Widayantyo (2007). The factors of success in resocialization of exhomeless family in Perkampungan Sosial Pingit Yayasan Sosial
Soegiyapranata (PSP YSS) Yogyakarta. Yogyakarta: Faculty of Psychology
Sanata Dharma University.
This qualitative research aimed to investigate factors influencing the
success of ex-homeless family in Perkampungan Sosial Pingit Soegiyapranata
Social Foundation (PSP YSS) Yogyakarta. The background of the problem was
60,6 % of ex-homeless family who stayed in PSP YSS returned to the street.
The respondents of this research were those who had lived in PSP YSS for
at least 3 months or those who had settled there. The respondents were three
family. The method applied in this research was phenomenology method. The
participant observation, primary and secondary interview were conducted to
collect the data. Verification technique used in this research was intersubjective
validity and using complex data source (doing interview with the close people and
participant observation).
The research result shows that the success of resocialization was
influenced by the external factors and the internal factors. The external factors
were community concept, high external motivation, social support and active
participation in the society. Whereas the internal factors were the individual`s
ability to solve the problem and to adjust to the environment.
Key words : ex- homeless family, resocialization
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Bunda Suci Maria dan PutraNya karena
berkat kasihNya penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Tanpa bimbinganNya,
skripsi ini akan semakin lama terselesaikan.
Penulisan skripsi ini dilakukan sekitar tiga tahun. Sebuah proses yang
panjang untuk sebuah penulisan skripsi. Selama proses yang panjang ini, penulis
mengalamai banyak dinamika hidup. Dinamika unt uk mengalahkan diri sendiri.
Melatih fokus terhadap sebuah tujuan. Namun semua tantangan ini sudah dapat
dilalui dan tiba saatnya untuk mempertanggunjawabkannya. Meskipun demikian,
peneliti menyadari berbagai kekurangan yang masih ada dalam skripsi ini, oleh
karena itu, masukan- masukan akan sangat berguna bagi kesempurnaan skripsi ini.
Untuk semuanya itu, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah memberikan waktu, informasi, dan dukungan hingga
selesainya penyusunan skripsi ini, secara khusus kepada:
1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberi kesempatan
dalam penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Dr. A. Supratiknya selaku pembimbing skripsi, yang denga n teliti
memeriksa dan senantiasa memberikan masukan demi kesempurnaan skripsi
ini.
3. Bapak Drs. H. Wahyudi, M.Si. dan Bapak YB. Cahya Widiyanto, S.Psi.,
M.Si. selaku dosen penguji. Terima kasih atas masukannya.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Bapak C. Siswa Widyatmoko, S. Psi dan Ibu Silvia Carolina Maria Yuniati
Murtisari, S.Psi, M.Psi selaku dosen pembimbing akademik.
5. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi USD Yogyakarta; Ibu MB.
Rohaniwati, Mas Gandung Widiyantoro, Mas P. Mujiono, Mas Doni, dan
Bpk Giyono yang dengan setia senantiasa membantu. Pak Gik,
senyumannya menyejukkan lho Pak.
6. Rama Windyatmoko S.J, Br. Hadi S.J realino Mataran 66 dan Keuskupan
Agung Semarang, terimakasih atas dukungan dan bantuan untuk
menyelesaikan skripsi ini. Mo, maaf ya, skripsinya telat dua tahun dari
target awal.
7. Keluarga-keluarga di Pingit yang telah bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini. Terimakasih, saya banyak belajar tentang hidup dari
nJenengan sedaya. Tetap menjadi sahabat yang tidak terlupakan.
8. Buat keluarga besar P2TKP; Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si, Bapak
Ant. Soesilastanto, Ibu Yuliana Pratiwi, dan Mbak Ertina Kusumawati yang
senantiasa memberikan dukungan, serta semua temen-temen asisten P2TKP
yang pernah berjuang bersama; Cik Vinda, Heru Cwt, Agung Ontel, Ari 00,
Rani, Soe Lek, Yessy, Okta. Soe Lek dan Rani, kapan meh lulus??? Ayo
berjuang pren. Gak lupa juga anak-anak baru Adi, Desta, Kobo, Otikwati,
Abe, Tyo, Etik dkk.
9. Temen-teman di kontrakan Pong we: Acong, Oho, Dian (cuk), Adri dan
para parasit yang suka datang. Kalian adalah berkah bagiku. Terimakasih
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sudah mengajariku tentang hidup bersama dalam suka dan duka. Thanks
guys.
10. Dani meka, Vian tm, Bambang, Seto, Tintus farmasi. Terimakasih atas
pertemanan kalian di kos pojok Paingan tujuh ya......
11. Teman-teman 01, Adi Gendut, Kris dan Pati. Makasih banyak atas
pertemanan selama ini, kalian adalah rahmat bagiku. Ndut, kapan aku
pinjam laptop lagi buat main game dan ngetik skripsi??? Tak lupa juga,
Maria, Diana, Etik, Tyo, Deasy, Tien. Plus sesepuh Yb n Dyda.
12. Pak Cahyo, makasih telah menanamkan bibit-bibit pengetahuan tentang
outdoor activities lewat Forma.
13. Watukali Training center, Acong, Vembri, Kobo, Tumbur, dan Mbak Etta.
14. Teman-teman
JRS
nasional
dan
JRS
Bantul.
Terimakasih
sudah
mengajariku tentang kerja dan hidup di lembaga sosia l.
15. Transformind Counsultainment, Mas Is, Mbak Mei, Windra, Neri, Suko,
Adri, Berta, dkk. Mari kita mengembangkan diri pren.
16. Perkampungan Sosial Pingit, terimakasih atas penerimaan dan bantuan yang
tak terhingga sehingga skripsi ini selesai. Para kordinator PSP YSS mulai
dari tahun gak enak, Rm Inug SJ, Rm Gogon SJ, Rm Panus SJ, Rm Toto SJ,
fr. Sang-sang SJ, fr Alis SJ, fr. John SJ, fr. Budi SJ, fr Bambs SJ, fr Vincent
SJ, fr Andi SJ dan fr Heru SJ. Volunternya Mbak Sum, Puji, Baba, Kris,
Gembong, Imam, Dewi, Eni, Dewi anak, anak-anak PBM USD yang datang
silih berganti, kalian telah memberi warna Pingit dengan gerak kalian.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kalian tidak akan mengubah mereka tapi memperkenalkan alternatif lain
selain pisuhan dan kekerasan dalam hidup mereka.
17. Kris, Baba dan Seno, terimakasih selalu mendukungku dan mengingatkanku
ketika aku main game untuk kembali mengerjakan skripsi. Thanks atas
rumah dan komputernya ya...... Anik, ths a lot.
18. Pak Heri dan Mbak Etta, terimakasih sudah menjadi pelita ketika jalan di
depanku gelap akibat ulahku sendiri dan tongkat untuk mendaki bukit terjal.
19. Lusia Gita Gracia, terimakasih atas cinta, dukungan, kesetiaan dan
kesabaran yang pernah kamu limpahkan. Dirimu akan tetap tersimpan dalam
hatiku. Selamat berjuang!!! Kamu adalah motivator imajinerku. Aku
berharap Bundaku akan menoleh ke arahku dan mengabulkan permintaanku.
20. Sebastiana SPM, makasih yo dek, atas dukunganmu ketika aku di titik
terendahku. Tetap setia dengan jalan yang sudah kamu pilih ya....
21. Bu Guru Wanti J, terimakasih atas sms dan telponmu yang telah memacu
dan memotivasiku untuk menyelesaikan skripsi ini.
22. Bapak, Ibu dan adikku. Terimakasih banyak atas semuanya. Tanpa kalian
aku tidak tahu akan seperti apa.
23. Serta semua dosen, karyawan, teman-teman mahasiswa Fakultas Psikologi
USD dan teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu
(terutama angkatan 2001) yang senantiasa menyemangati saya dalam tugas
ini.
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Akhirnya, saya ucapkan terimakasih atas semua yang telah mewarnai
hidup saya. Karena warna itu, hidup saya semakin dikembangkan. Bunda,
dampingilah dan berkatilah semuanya.
Yogyakarta, 22 November 2007
Hormat saya,
Penulis
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………...….......……………………………..i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .....................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
MOTTO..................................................................................................................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN..............................................................................v
PERNYATAAN KEASLIAN DATA....................................................................vi
ABSTRAK.............................................................................................................vii
ABSTRACT..........................................................................................................viii
KATA PENGANTAR............................................................................................ix
DAFTAR ISI.........................................................................................................xiv
DAFTAR TABEL................................................................................................xvii
DAFTAR BAGAN.............................................................................................xviii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xix
DFTAR FOTO.......................................................................................................xx
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Masalah Penelitian.......................................................................................8
C. Tujuan............................................................................................................8
D. Manfaat Penelitian.........................................................................................8
BAB II LANDASAN TEORI................................................................................10
A. (Bekas) Keluarga Jalanan...........................................................................10
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Definisi (bekas) keluarga jalanan..........................................................10
2. Karakteristik keluarga jalanan...............................................................13
3. Bekas keluarga jalanan..........................................................................15
4. Karakteristik masyarakat.......................................................................16
5. Pandangan masyarakat terhadap keluarga jalanan................................18
B. Resosialisasi...............................................................................................20
1. Definisi resosialisasi..............................................................................20
2. Proses akulturasi....................................................................................21
C. Resosialisasi Bekas Keluarga Jalanan dalam Masyarakat Umum.............27
D. Kerangka Penelitian...................................................................................28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...............................................................29
A. Metode Penelitian.......................................................................................29
B. Responden Penelitian................................................................................29
C. Teknik Pengumpulan Data.........................................................................31
1. Pengamatan Berperan-serta...................................................................31
2. Wawancara............................................................................................33
D. Pemeriksaan Keabsahan Data....................................................................34
E. Analisis Data...............................................................................................35
1. Organisasi data......................................................................................36
2. Pengkodean...........................................................................................36
3. Interpretasi.............................................................................................38
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................40
A. Identitas dan Deskripsi Informan...............................................................40
1. Identitas.................................................................................................40
2. Deskripsi Informan................................................................................41
B. Tahap Pengambilan Data...........................................................................45
C. Hasil Penelitian..........................................................................................46
1. Keluarga pertama..................................................................................46
2. Keluarga kedua......................................................................................55
3. Keluarga ketiga.....................................................................................62
D. Pembahasan................................................................................................67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................72
A. Kesimpulan.................................................................................................72
B. Saran...........................................................................................................73
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................75
LAMPIRAN ..........................................................................................................80
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
TABEL 1. Identitas Subyek ..................................................................................40
TABEL 2. Tahap pengumpulan data.....................................................................45
TABEL 3. Wawancara primer...............................................................................83
TABEL 4. Catatan lapangan..................................................................................97
TABEL 5. Sumber lain/wawancara sekunder......................................................103
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR BAGAN
Daftar bagan kerangka penelitian ....................................................................28
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. Verbatim......................................................................................80
LAMPIRAN 2. Denah lokasi PSP YSS…………………………………………81
LAMPIRAN 3. Surat keterangan perijinan...........................................................82
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR FOTO
FOTO 1. Tempat tinggal......................................................................................44
FOTO 2. Hasil memulung yang sudah di pisah-pisahkan....................................52
FOTO 3. RL 2 sedang menyapu jalanan serta perlengkapan..............................56
xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkampungan Sosial Pingit Yayasan Sosial Soegiyapranata (PSP YSS)
adalah sebuah lembaga sosial yang bergerak dalam pendampingan bekas keluarga
jalanan (Soemitro, 2004). Bentuk pendampingan ini berupa pemberian ide dan
masukan ataupun mendengarkan dan memberi solusi atas permasalahan yang
dihadapi para keluarga yang tinggal di PSP YSS. Warga PSP YSS diajak untuk
menggali potensi-potensi diri individu dalam setiap
keluarga agar mampu
mengangkat ekonomi keluarga dan ma mpu bersosialisasi kembali. Hal itu yang
membuat PSP YSS mengajak mereka untuk mengikuti kegiatan-kegiatan sosial
seperti melakukan perkumpulan setiap hari Selasa (sarasehan antar warga PSP
YSS), kumpul jumat kliwonan (pertemuan antar warga dusun), dan kerja bakti.
Sebagai bekas keluarga yang tinggal di jalan,
mayoritas dari mereka tidak
memiliki surat identitas diri, terutama surat nikah. Keluarga-keluarga ini diajak
untuk kembali memperoleh identitas diri (KTP, Kartu Keluarga, Surat Nikah,
Akte Kelahiran, Surat Sehat) yang tidak dimilikinya. Di PSP YSS, mereka di ajak
untuk merenda masa depan. Mereka diharapkan dapat tetap tinggal di rumah,
entah mengontrak atau membeli sendiri, baik di kota maupun di desa setelah dari
PSP YSS (YSS Selayang Pandang, tanpa tahun).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Sosialisasi adalah proses belajar seorang anggota masyarakat untuk
mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat dalam lingkungannya (Salim
dan Salim, 1991). Anggota masyarakat dituntut untuk belajar tentang kebudayaan
yang ada di lingkungannya. Resosialisasi bisa diartikan sebagai proses pengenalan
dan penghayatan kembali akan kebudayaan yang ada di lingkungan. Menurut
Marshal (1994), Salim dan Salim (1991) resosialisasi dimaknai sebagai
pemasyarakatan kembali sesuai dengan budaya, norma serta sanksi masyarakat.
Schaefer (2001) mengartikan resosialisasi sebagai proses mengesampingkan pola
kebiasaan dan menerima hal baru sebagai bagian dari perubahan hidup. Bisa
diartikan bahwa anggota masyarakat yang mengalami resosialisasi harus
melakukan adaptasi dengan meninggalkan kebudayaan yang telah ada dan
memakai kebudayaan yang baru. Mereka dimasukkan dalam kebudayaan yang
ada di dalam masyarakat agar bisa menyatu dengan masyarakat.
Dengan tujuan tersebut, PSP YSS menampung keluarga jalanan.
Keluarga jalanan adalah keluarga yang hidup dan tinggal di jalan dan
menggantungkan hidup dari jalan. Keluarga-keluarga ini diberi tempat tinggal
dalam jangka waktu tertentu (Suharyadi, wawancara pribadi, 6 Agustus 2007).
Keluarga-keluarga tersebut dituntut agar mamp u berkembang dalam hal ekonomi,
sosial, serta budaya dalam masyarakat. Selain itu, mereka juga dituntut agar
mampu mempunyai kemampuan dalam kehidupan sosial mereka antara lain cara
hidup bertetangga dan memiliki identitas diri. Hal ini dimaksudkan agar mereka
dapat merubah kebudayaan yang diperoleh di jalanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Budaya jalanan yang mereka pahami adalah budaya bebas tanpa
peraturan, individualis, saling “memakan”. Kebudayaan bebas yang sangat
mencolok terlihat dari bagaimana mereka memilih pasangan. Mereka bebas
bergonta-ganti pasangan tanpa adanya suatu ikatan resmi. Mereka seringkali
memperoleh keturunan dari hubungan kumpul kebo. Dasar hubungan yang mereka
pakai adalah saling suka. Apabila mereka sudah saling bosan, mereka bebas
berganti kembali. Kebudayaan yang ada tidak memperlihatkan adanya normanorma sosial seperti di masyarakat umum. Mereka tidak memiliki ikatan yang sah
secara hukum agama dan negara. Pernikahan bagi mereka merupakan hal yang
sangat sulit karena syarat untuk dapat menikah adalah kartu tanda penduduk
(KTP), sedangkan mereka tidak memiliki KTP (Prasetyo & Koestanto, 2005;
“Kami dilahirkan untuk tidak menikah”, 2004). Mencari pasangan merupakan
salah satu cara untuk menghindari kekerasan pada dirinya. Selain sebagai sarana
perlindungan diri (terutama untuk wanita) adanya pasangan juga berdampak pada
naiknya ”status sosial” serta ekonomi mereka (Ade, 2000).
Peraturan yang ada di jalan hanyalah hukum rimba, yaitu siapa yang
kuat maka dia yang menang (Santoso, 2004). Orang yang kuat akan menindas
orang yang lemah. Hal ini berdampak pada tingkat kewaspadaan yang cukup
tinggi terhadap orang lain karena seringkali mereka mendapatkan pengalaman
yang buruk seperti kehilangan uang atau surat-surat penting. Bahkan peristiwa
pemerasan, kekerasan dan penipuan sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan oleh
orang yang kuat kepada orang yang lemah (Anak Jalanan Antara Ditipu dan
Menipu, 2007; Ade, 2000).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Kebutuhan fisik mereka seperti sandang, papan merupakan hal yang
sangat minim bisa mereka penuhi. Dalam kondisi seperti ini, secara otomatis
mereka dituntut untuk bertahan secara individualis (hanya memperhatikan
kelompok/keluarga/pasangannya) tanpa perlu memperhatikan orang lain. Mereka
hanya memikirkan kebutuhan ekonomi untuk diri dan keluarganya (“Mereka yang
disebut”, 2004). Biasanya, keluarga-keluarga ini akan hidup berpindah dari satu
tempat ke tempat lain (Anak Jalanan Antara Ditipu dan Menipu, 2007). Lokasi
yang mereka pilih adalah lokasi yang bisa membuat mereka bertahan hidup dan
nyaman bagi mereka.
Sebagai sebuah subkultur yang berada dalam kultur yang besar,
seringkali oleh kelompok mayoritas keluarga-keluarga ini dipandang sebelah
mata, dianggap sebagai sekelompok sampah (Ade, 2000). Stereotipe yang ada di
masyarakat melihat kehidupan jalanan sebagai kehidupan yang “liar” (Ertanto,
2000). Mereka sering mendapat penghinaan dari masyarakat pada umumnya.
Perilaku yang diperlihatkan oleh masyarakat umum adalah perilaku yang kurang
bersahabat. Masyarakat memiliki prasangka negatif terhadap warga jalanan yang
berada di luar mereka.
Pandangan negatif masyarakat muncul disebabkan karena perbedaan
budaya yang menonjol. Masyarakat hidup dalam kondisi sosial yang saling
mendukung dan menghargai, seperti gotong royong (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1982). Masyarakat juga hidup dalam batasan-batasan norma sosial
dan aturan yang jelas (Soekanto, 1990), selain itu mereka memiliki Kartu Tanda
Penduduk (KTP) sehingga bisa mengakses fasilitas umum. Hal- hal ini cukup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
menjelaskan perbedaan budaya yang terjadi antar sub kultur jalanan dan
masyarakat umum.
Budaya masyarakat diinternalisasi oleh anggota kelompok (Dayakisni
dan Yuniardi, 2004). Hal ini juga dialami oleh keluarga jalanan yang mencoba
untuk masuk ke kebudayaan baru (masyarakat umum). Marvin Haris (dalam
Spradley, 1997) mengatakan bahwa konsep kebudayaan dinyatakan dalam
berbagai pola tingkah laku yang dikaitkan dalam kelompok-kelompok masyarakat
tertentu
seperti
adat,
atau
cara
hidup
masyarakat.
Matsumoto
(2004)
mendefinisikan budaya sebagai sekumpulan sikap, nilai, keyakinan dan perilaku
yang dimiliki bersama oleh sekelompok orang, yang dikomunikasikan dari satu
generasi ke generasi berikutnya lewat bahasa atau beberapa sarana komunikasi
lain.
Proses resosialisasi mengakibatkan mereka akan me nginternalisasi
kebudayaan masyarakat umum ke dalam diri mereka agar bisa menjadi anggota
kelompok masyarakat umum. Proses internalisasi yang mereka jalani akan
memunculkan dua kemungkinan. Pertama, mereka akan berhasil menjalani proses
internalisasi kebudayaan baru. Kedua, mereka gagal dalam proses tersebut.
Mereka yang berhasil akan diterima oleh masyarakat dan mampu bertahan di
dalam masyarakat umum. Bagi mereka yang gagal, maka mereka akan ditolak
oleh masyarakat dan kembali ke kebudayaan jalanan.
Mereka yang gagal dalam proses resosialisasi bisa disebabkan oleh
beberapa hal. Mereka gagal dalam proses karena tidak mampu beradaptasi dengan
hal- hal baru, seperti lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Mereka tidak mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
beradaptasi dengan lingkungan sosial, antara lain terlihat dari kemampuan yang
rendah dalam menjalankan norma sosial yang ada. Sebagai contoh, ada diantara
mereka yang memakai uang “jimpitan” untuk diri mereka sendiri, padahal uang
tersebut seharusnya disetorkan kepada pengurus RT.
Mereka cenderung bertabiat keras (Ena, Ouda Teda, tanpa tahun;
Sindhunata, tanpa tahun; Fajar dkk, tanpa tahun; Pudji, tanpa tahun; Dewanto,
Aria, tanpa tahun). Tabiat keras yang mereka miliki seringkali terlihat ketika
mereka mengalami konflik dengan tetangga. Mereka seringkali lebih senang
menggunakan otot untuk menyelesaikan masalah. Mereka mengalami kesulitan
dalam interaksi dengan orang lain bisa disebabkan karena mereka terbentuk oleh
budaya saling memakan sehingga membuat mereka bertabiat keras serta oleh
lingkungan individualis, padahal saat ini mereka dihadapkan pada budaya baru
yang sosialis.
Mereka kurang bisa mengatur keuangan, karena uang yang mereka
dapatkan biasanya akan habis dipakai tanpa pernah berpikir untuk menyimpannya
(Ade, 2000). Apabila mereka mengalami kesulitan keuangan, mereka cenderung
berhutang pada rentenir dan seandainya tidak bisa membayar maka mereka akan
kembali lagi ke jalan. Kemampuan berpikir mereka cenderung dangkal dan tidak
berorientasi pada masa depan, melainkan pada masa kini. Hal ini cukup
menjelaskan kenapa ketika mereka mengalami konflik dengan orang lain dan
merasa tidak nyaman, mereka sering kembali lagi ke jalan. Selain itu, mereka
terbiasa tinggal secara nomaden sehingga kebebasan mereka secara otomatis
terpotong ketika mereka mendiami sebuah rumah. Akan tetapi, faktor yang paling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
mendasar dari kegagalan resosialisasi
karena mereka tidak memiliki konsep
tentang rumah dan mereka memiliki nilai tersendiri tentang budaya jalanan
(Suyanto, 2005), serta masyarakat memiliki labeling terhadap keluarga jalanan.
Stereotipe dari masyarakat umum tentang mereka akan selalu negatif dan mereka
dianggap orang-orang `liar` (Ertanto, 2000). Padahal menurut Mary Hardy (1998)
pemberian cap yang negatif (negative social-typing) itu akan mengakibatkan
kekalnya suatu tindakan yang menyimpang.
Bekas keluarga jalanan yang mampu bertahan di lingkungan masyarakat
mengatakan bahwa mereka mampu bertahan karena niat mereka untuk hidup lebih
baik dibandingkan ketika mereka masih di jalan (Nursin, wawancara pribadi, 13
Desember 2005). Hal ini memperlihatkan bahwa mereka memiliki pemikiran ke
depan. Sebagai contoh, mereka ingin agar anak mereka bisa bersekolah agar anak
mereka tidak kembali ke jalan (Dewanto, Aria, tanpa tahun). Mereka berpikir
ketika masih di jalan, mereka tidak akan bisa lebih baik. Hal terpenting dari
keberhasilan mereka hidup di masyarakat umum adalah kepemilikan konsep
tentang masyarakat umum. Mereka yang berhasil dalam proses resosialisasi
biasanya orang yang tidak terlalu lama tinggal di jalan dan sebelumnya mereka
pernah tinggal di masyarakat umum. Motivasi, pemikiran ke depan dan konsep
tentang masyarakat menjadi landasan yang cukup kuat bagi mereka agar bisa
beradaptasi dengan lingkungan baru.
Proses adaptasi dengan lingkungan baru mengharuskan mereka
mempelajari kembali kebudayaan masyarakat. Mereka harus menginternalisasikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
kebudayaan masyarakat ke dalam diri mereka. Berry, Portinga, Segall, & Dasen
(2002) menyebutnya sebagai intercultural strategies.
Proses perpindahan kebudayaan dari budaya jalanan kepada kebudayaan
masyarakat pada umumnya akan menghasilkan culture shock
bagi keluarga
jalanan. Hal itu disebabkan karena kebudayaan masyarakat pada umumnya
memiliki karakteristik yang sangat bertolak belakang dengan kebudayaan di
jalanan. Tekanan sosial dan perubahan kebudayaan yang mereka alami akan
sangat mempengaruhi bagaimana keberhasilan mereka dalam proses resosialisasi.
B. Masalah Penelitian
Masalah dalam penelitian ini adalah apa saja faktor- faktor yang
mempengaruhi keberhasilan resosialisasi keluarga jalanan di PSP YSS?
C. Tujuan
Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui faktor- faktor yang
mempengaruhi keberhasilan resosialisasi keluarga jalanan di PSP YSS.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Memberikan pemahaman/wawasan tentang kehidupan bekas keluarga
dan faktor- faktor yang mempengaruhi keberhasilan resosialisasi di PSP YSS.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Subyek
Subyek menggali kembali pengalaman-pengalaman dan merefleksikannya.
b. Bagi Yayasan
Membantu pendamping dalam memahami kebutuhan bekas keluarga
jalanan dalam proses resosialisasi.
Sebagai sarana evaluasi pendampingan.
c. Bagi Masyarakat Umum
Mengenalkan faktor- faktor yang berpengaruh terhadap proses resosialisasi
keluarga jalanan di PSP YSS.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
LANDASAN TEORI
A. (Bekas) Keluarga Jalanan
1. Definisi (bekas) keluarga jalanan
Keluarga jalanan adalah pria dan wanita yang hidup dan tinggal di
jalanan, memiliki komitmen untuk membina hidup bersama, kadang kala
memiliki anak serta berbagi dalam hal ekonomi (Suharyadi, wawancara
pribadi, 6 Agustus 2007). Mereka menghabiskan waktu mereka di jalanan.
Mereka tinggal di emperan toko, gerbong kereta api, dan lahan- lahan kosong
di pinggir jalan, pasar, terminal, stasiun (Indrawati, 2004), taman-taman,
bawah jembatan, dan pinggiran kali (Anak jalanan antara ditipu dan menipu,
2007; Direktorat pelayanan dan rehabilitasi sosial tuna sosial, 2005).
Kehidupan mereka didukung oleh jalanan karena mereka mencari nafkah dari
jalan. Pekerjaan mereka biasanya sebagai pengemis, pengamen, pemulung,
tukang becak.
Di Kotamadya Yogyakarta, persebaran tempat tinggal keluarga
jalanan biasanya ada di sekitar pasar Beringharjo, stasiun Lempuyangan dan
Tugu, di bawah jembatan layang Lempuyangan, lahan kosong di samping
asrama Syantikara dan daerah sekitar alun-alun. Namun mereka mencari
nafkah di sekitar perempatan-perempatan jalan, dipasar untuk pengamen dan
pengemis
serta
di
jalan
untuk
pemulung.
Salah
satu
kesulitan
mengidentifikasikan persebaran mereka ialah karena mobilitas mereka yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
sangat tinggi dan mereka cenderung tidak memiliki tempat tinggal yang tetap
(Direktorat pelayanan dan rehabilitasi sosial tuna sosial, 2005).
Warga jalanan, sama seperti manusia pada umumnya mengalami
proses perkembangan dalam hidupnya, baik secara psikologis maupun secara
fisiologis, mulai dari lahir, bayi, anak-anak, muda, dewasa, tua dan mati.
Dalam rentang kehidupan ini, ada satu hal yang penting yaitu proses
reproduksi yang dilakukan oleh sepasang manusia. Pada umumnya, pasangan
manusia ya ng melakukan proses reproduksi akan bersama. Hal ini juga terjadi
di kalangan warga jalanan yang sudah menginjak dewasa. Kebutuhan
fisiologis dan psikologis menuntut dirinya untuk mencari pasangan yang
cocok dan hidup berdua. Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2002) yang
mengatakan bahwa menikah pada orang dewasa adalah hal yang standar
dilakukan oleh individu. Wagner (2002) mengatakan bahwa walaupun tidak
tertulis, tuntutan untuk hidup berumah tangga dan memiliki keturunan seakanakan adalah norma umum yang suka atau tidak suka harus diterima. Hal ini
yang mengakibatkan munculnya keluarga jalanan. Keluarga jalanan seringkali
tidak seperti keluarga di masyarakat pada umumnya. Apabila dilihat dari sudut
pandang kita, mayoritas diantara mereka adalah pasangan kumpul kebo.
Keluarga jalanan merupakan bagian dari warga jalanan. Warga
jalanan memiliki tabiat yang keras. Mereka cenderung mudah marah dan
berpikiran dangkal. Hal ini mengakibatkan tingkat kekerasan di jalanan
cenderung tinggi. Kekerasan menjadi salah satu penyelesaian masalah yang
sering digunakan di jalanan. Warga jalanan (lelaki pada khususnya) sering
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
mencari kesenangan dengan cara minum minuman keras. Minuman keras juga
menjadi salah satu sumber kesenangan diantara mereka.
Warga jalanan menganggap rasa aman merupakan sesuatu yang sulit
untuk dicari ketika mereka berada di jalan. Mereka harus sering berhadapan
dengan para pemeras, pencuri. “Harta” yang mereka miliki seringkali
hilang/diminta dengan paksa oleh orang lain. Jalanan identik dengan
kriminalitas. Hal ini mengakibatkan mereka memiliki sikap curiga yang cukup
besar bila berhadapan dengan orang asing/tidak dikenal. Mereka merasa tidak
aman bukan hanya terhadap para “gentho” (preman), tetapi juga terhadap
pemerintah (Anak jalanan antara dit ipu dan menipu, 2007; Demonstrasi
ratusan anak jalanan tuntut Walikota, 2007). Mereka sering mendapat
“garukan” (penangkapan) dari pemerintah. Kehidupan di jalan membuat
mereka menjadi individu yang individualis. Mereka akan membentuk
kelompok-kelompok kecil untuk bertahan hidup. Hal ini dilakukan untuk
menumbuhkan rasa aman bagi mereka, karena setiap anggota kelompok akan
saling melindungi (Anak jalanan antara ditipu dan menipu, 2007; Ade, 2007).
Warga jalanan secara ekonomi berada dalam kategori ekonomi
menengah ke bawah, bahkan Sutejo, A. Andi (dalam Ade, 2000) mengatakan
bahwa warga jalananan sebenarnya tidak miskin secara materi tetapi justru
dari segi mental. Mereka bekerja di bidang informal, mereka bekerja sebagai
buruh, pengamen, pengemis, tukang becak, pemulung. Mereka bekerja pada
bidang informal karena mereka tidak memiliki ketrampilan yang sesuai
dengan tuntutan pasar kerja (Direktorat pelayanan dan rehabilitasi sosial tuna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
sosial, 2005). Pekerjaan mereka sangat tergantung dari lingkungan sosial yang
ada di sekitar mereka. Mereka mendapatkan penghasilan setiap hari, akan
tetapi seringkali kurang dan apabila cukup akan dipakai semua. Mereka
biasanya menggunakan uang hasil pendapatan mereka untuk mencukupi
kebutuhan hidup dan apabila ada yang sisa digunakan untuk bersenangsenang.
Mayoritas
warga
jalanan
adalah
orang-orang
yang
tidak
berpendidikan sehingga mereka buta huruf (Anak jalanan antara ditipu dan
menipu, 2007). Pendidikan yang relatif rendah tersebut menjadikan kendala
bagi mereka untuk memperoleh pekerjaan yang layak (Direktorat pelayanan
dan rehabilitasi sosial tuna sosial, 2005). Selain itu, hal ini mengakibatkan
pengetahuan mereka cukup sempit.
2. Karakteristik keluarga jalanan
Keluarga-keluarga jalanan pada umumnya memiliki sejumlah
karakteristik yang sangat menonjol. Pertama, mereka bebas tanpa peraturan
dan norma. Hal ini bisa berdampak pada hubungan dengan lawan jenis. Norma
sosial yang ada sangat longgar bahkan cenderung tidak ada. Direktorat
pelayanan dan rehabilitasi sosial tuna sosial (2005) mengatakan bahwa hidup
mereka tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam masyarakat.
Indrawati (2004) menyebut kebiasaan berganti pasangan dan seks bebas
sebagai kebudayaan non-normatif. Implikasi yang terjadi seringkali ada child
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
abuse dan kekerasan seksual baik pada anak laki- laki maupun perempuan
(Anak jalanan antara ditipu dan menipu, 2007; Suyanto, 2003; Ade, 2000).
Kedua, hukum rimba. Di jalanan, orang yang paling kuat adalah
pemegang ‘kekuasaan’ dan orang yang lemah adala h objek (Santoso, 2004;
Indrawati, 2004). Hal ini yang mengakibatkan banyak sekali gentho/preman
di jalanan. Para preman ini sering melakukan
pemerasan dan kekerasan
kepada pengamen atau orang–orang yang berada di jalan yang tidak memiliki
“kekuasaan” (Anak jalanan antara ditipu dan menipu, 2007).
Ketiga, nomaden dalam artian tidak memiliki tempat tinggal yang
tetap (Kisah anak-anak stasiun, 2007; Anak jalanan antara ditipu dan menipu,
2007; Direktorat pelayanan dan rehabilitasi sosial tuna sosial, 2005) sehingga
mereka selalu berpindah-pindah (Guiness, 1985). Sifat nomaden ini
berpengaruh secara langsung dengan kekuasaan administratif (RT/RW) karena
mereka tidak menjadi bagian dari RT/RW. Hal ini yang mengakibatkan
sebagian besar dari mereka tidak memiliki identitas diri (KTP, kartu keluarga,
akte kelahiran) (Direktorat pelayanan dan rehabilitasi sosial tuna sosial, 2005;
Prasetyo dan Koestanto, 2005; “Kami dilahirkan”, 2004; Soewondo, 1985).
Keempat, mereka bekerja dalam lapangan pekerjaan informal
(Direktorat pelayanan dan rehabilitasi sosial tuna sosial, 2005) yang biasa
dilakukan di jalanan. Keluarga jalanan biasanya bekerja sebagai pemulung,
pengamen, tukang becak (Soewondo, 1985).
Kelima,
rendahnya
harga
diri
pada
sekelompok
orang,
mengakibatkan tidak dimilikinya rasa malu untuk meminta- minta (Direktorat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
pelayanan dan rehabilitasi sosial tuna sosial, 2005). Keenam, mereka
menganggap bahwa kemiskinan dan kondisi mereka sebagai warga jalanan
adalah nasib, sehingga tidak ada kemauan untuk melakukan perubahan
(Direktorat pelayanan dan rehabilitasi sosial tuna sosial, 2005).
Ketujuh, kebebasan dan kesenangan hidup menggelandang. Ada
kenikmatan
tersendiri
dari
sebagian
warga
jalanan
yang
hidup
menggelandang, karena mereka merasa tidak terikat oleh norma atau aturan
yang
kadang-kadang
membebani
mereka,
sehingga
mengemis
dan
menggelandang menjadi salah satu mata pencaharian (Direktorat pelayanan
dan rehabilitasi sosial tuna sosial, 2005).
Kedelapan, dari segi kesehatan, mereka termasuk kategori warga
negara dengan tingkat kesehatan fisik yang rendah (Pemulung TPA Piyungan
penghasilan lebih baik dari buruh tani, 2007; Anak jalanan antara ditipu dan
menipu, 2007) akibat rendahnya gizi makanan dan terbatasnya akses
pelayanan kesehatan (Perlindungan anak masih kurang, 2007; Direktorat
pelayanan dan rehabilitasi sosial tuna sosial, 2005).
3. Bekas keluarga jalanan
Bekas keluarga jalanan adalah keluarga yang pernah tinggal di jalan
dan sekarang tinggal di lingkungan masyarakat pada umumnya. Mereka
menetap dalam suatu wilayah administrasi tertentu dan berbaur dengan
lingkungannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
4. Karakteristik masyarakat
Masyarakat pada umumnya memiliki beberapa ciri yang cukup
menonjol. Pertama, masyarakat mengenal norma sosial dan pranata sosial
serta pihak otoritas. Fungs i dari norma, pranata dan pihak otoritas ini
memberikan rasa aman dan penghormatan sebagai pribadi di dalam kehidupan
bermasyarakat. Masyarakat hidup bersosial dengan orang lain. Salah satu
contoh kehidupan bersosial dalam masyarakat adalah kegiatan gotong-royong.
Kegiatan ini tidak menginginkan
pamrih secara material (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1982). Mereka hidup dalam batasan-batasan
norma sosial dan aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat. Mereka akan
mendapatkan sanksi atau hukuman jika melanggar norma-norma dan
peraturan yang berlaku. Norma terbentuk supaya hubungan antar manusia di
dalam suatu masyarakat terlaksana sebagaimana diharapkan (Soekanto, 1990).
Kedua, adanya kepemilikan identitas diri (KTP, kartu keluarga, surat
nikah, kartu sehat). Dengan adanya identitas diri, mereka dengan mudah dapat
mengakses fasilitas umum yang ada.
Ketiga, pihak otoritas dalam masyarakat (aparat negara/pimpinan
formal) membuat hukum yang jelas yang mengatur dan menjaga masyarakat
(Sumintarsih, Wibowo, Herawati, 1991). Mereka diatur secara jelas tentang
bagaimana hak dan kewajiban mereka sebagai warga negara yang
bermasyarakat.
Keempat, masyarakat masih berpandangan bahwa dalam masyarakat
ada sebuah stratifikasi sosial antara lapisan atas dan lapisan bawah (Murniati,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
1992; Sumintarsih, Wibowo, Herawati, 1991). Masyarakat juga masih
berpandangan bahwa di keluarga, kedudukan istri tergantung pada suami dan
kedudukan anak perempuan tergantung pada ayah/saudara laki- laki (Murniati,
1992). Menurut Murniati (1992) lapisan kelompok atas menempatkan diri
pada posisi mengatur dan menentukan nasib lapisan bawah.
Magnis-Suseno (1984; 1978) melihat, dua karakteristik masyarakat
Yogyakarta yang paling menonjol adalah prinsip rukun dan prinsip hormat.
Prinsip rukun adalah prinsip yang digunakan dalam bersosialisasi agar tidak
menimbulkan konflik terbuka. Prinsip rukun menjadikan segala sesuatu
harmonis dan tertata. Prinsip hormat lebih menunjukkan sikap hormat kepada
orang lain. Magnis-Suseno (1984) mengatakan bahwa gotong royong
merupakan salah satu manifestasi dari prinsip rukun. Gotong royong memiliki
maksud untuk saling membantu dan melakukan pekerjaan bersama demi
kepentingan
seluruh
desa
(Magnis-Suseno,
1984).
Gotong
royong
menekankan agar orang bersedia menomorduakan kepentingan dan haknya
sendiri demi kebersamaan seluruh desa (Magnis-Suseno, 1978; 1977).
Sedangkan prinsip hormat juga dijunjung tinggi, bahkan merupakan unsur
pokok dalam setiap situasi sosial (Geertz, 1983). Prinsip hormat ini terlihat
dari tatakrama yang digunakan oleh masyarakat. Tatakrama bisa terlihat dari
bahasa serta gerak tubuh individu dalam berinteraksi. Bahasa Jawa mengenal
tingkatan-tingkatan yang digunakan untuk menghormati lawan bicara. Entah
individu memakai Ngoko, Krama, atau pelbagai tingkatan Madya, entah ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
memakai kata-kata biasa atau kata-kata Krama Inggil, selalu ditentukan oleh
status sosial diantara mereka (Geertz, 1983; Magnis-Suseno, 1977).
5. Pandangan masyarakat terhadap keluarga jalanan
Kondisi lingkungan sosial dan budaya yang ada di jalanan sangat
berbeda dengan kondisi lingkungan masyarakat. Perbedaan yang sangat
menonjol terlihat dari pandangan masyarakat yang negatif terhadap warga
jalanan. Mereka memiliki stereotipe negatif tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan jalanan (Ertanto, 2000). Selain itu masyarakat
menganggap mereka licik, tidak dapat dipercaya, mengganggu ketertiban,
ketenangan umum, kebersihan serta keindahan kota, sampah masyarakat, tidak
memiliki cita rasa susila (Direktorat pelayanan dan rehabilitasi sosial tuna
sosial, 2005; Ade, 2000; Guiness, 1985). Selain hal-hal tersebut di atas,
maraknya warga jalanan di suatu wilayah dapat menimbulkan kerawanan
sosial, serta mengurangi keamanan dan ketertiban di wilayah tersebut
(Direktorat pelayanan dan rehabilitasi sosial tuna sosial, 2005; Ade, 2000).
Mereka akan gagal melakukan resosialisasi apabila tidak mampu bertahan dan
mengubah pandangan masyarakat terhadap mereka yang berasal dari jalanan.
Suyanto (2005) mengatakan bahwa kesulitan orang-orang ya ng ada di jalanan
untuk mengubah budaya jalanan adalah karena mereka tidak memiliki konsep
tentang rumah dan mereka sudah memiliki suatu nilai tersendiri tentang
budaya jalan. Apabila kita melihat secara luas, hal ini juga mungkin terjadi
pada bekas keluarga jalanan. Hal senada diungkapkan oleh Wahyudi (dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Potensi tinggi, 2002) yang mengatakan bahwa kehidupan jalanan yang bebas
sangat sulit untuk dialihkan ke dalam kehidupan `normal`. Pendapat Suyanto
dan Wahyudi mungkin menjadi alasan yang cukup mendasar atas
ketidakberhasilan bekas keluarga jalanan untuk melakukan pembauran dengan
masyarakat umum.
Berdasarkan data yang diambil dari PSP YSS, sejak tahun 20002007, jumlah keluarga yang pernah tinggal di PSP YSS sebanyak 33 keluarga.
Jumlah warga yang kembali ke jalan sebesar 60,6%, warga yang tinggal
menetap di Yogyakarta sebesar 6,06 %, pulang ke rumah sebesar 18,18 %, dan
transmigrasi sebesar 16,66%. Hal ini memperlihatkan bahwa mayoritas bekas
keluarga jalanan kembali lagi ke jalan setelah tinggal di PSP YSS (Daftar
warga PSP, tanpa tahun).
Bekas keluarga jalanan yang mampu tinggal di masyarakat dan
memiliki alamat yang tercatat di kantor PSP YSS sebesar 18,18% atau enam
keluarga. Salah satu penyebab keberhasilan mereka adalah niat untuk bertahan
(Nursin, wawancara pribadi, 13 Desember 2005), pemikiran ke depan dan
konsep tentang bagaimana hidup di masyarakat. Mereka juga mendapatkan
dukungan sosial dari lingkungan, khususnya sukarelawan dari PSP YSS untuk
berkembang. Keberhasilan mereka selain dukunga n sosial dari lingkungan
juga dipengaruhi oleh bagaimana sikap lingkungan terhadap mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
B. Resosialisasi
1. Definisi resosialisasi
Resosialisasi adalah pembelajaran baru tentang
sikap, nilai, dan
kebiasaan yang berbeda dari pengalaman dan latar belakang seseorang
(Abarca,
2005;
Lonsdale,
2005;
Schaefer,
2001).
Lonsdale
(2005)
mengkategorisasikan resosialisasi menjadi dua: (1) resosialisasi sukarela yang
terjadi ketika seorang individu dengan sukarela memilih untuk mengubah
sikap dan kebiasaannya, (2) resosialisasi paksaan yaitu resosialisasi yang
terjadi melawan sikap bebas seseorang dan pada umumnya berlangsung pada
suatu institusi. Berdasarkan definisi di atas, resosialisasi sukarela lebih
didasarkan ke