Fenomena Terorisme.

Pikiran Rakyat
o Senin
2
18
OJan

3
19
OPeb

4

o Selasa 0 Rabu 0 Kamis 0 Jumat . Sabtu 0 Minggu
5
6
7
8
9
10
11
n-@

14
15
20

.Mar

21

OApr

22

OMei

23

OJun

24


OJul

25

26

0 Ags

27

o Sep

28

0

Okt

29


0

30

Nov

0

16

31

Des

Fenomena Terorisme
nasional terorganisasi dalam
beragam bentuknya seperti
money laundering, perdagaasanya adalah pelaku yang ngan ilegal obat obat bius, dan
merupakan bagian dari orga- perdagangan ilegalsenjata api.
nisasi dengan motivasicita-cita Terorisme merupakan kejapolitikatau keyakinantertentu. hatan internasional karena

Tindakanteror bisadilakukan dinilai dapat mengancam perdengan berbagai cara. Bahkan, damaian dan keamanan dunia,
tindakan teror bisa dilakukan mengguncangkan hati nurani
dengan menyerangaksesinfor- manusia, dan memengaruhi
masi dan data informatika (cy- lebih dari satu negara.
her terrorism). Unsur perbuKelompokterorisme di beratan sangat terkait dengan aki- bagai tempat di dunia dengan
bat yangdiharapkanyaitumun- cermat memanfaatkan kemuculnya ketakutan atau korban dahan yang ditawarkan persecaramassal,memaksakepada kembanganpesat teknologidan
pihak lain agar melakukan se- komunikasi untuk mencapai
suatu, misalnya menyediakan tujuannya. Di samping mengdana untuk peIjuangan kelom- gunakan metode-metode klapok, pembebasantawanan, dan sik, aksi-aksiterorisme memilipembatalan kebijakantertentu. ki potensi menciptakan keruTerdapat juga terorisme yang sakan dan korbanjiwa lebihbebersifat nasional atau domestik sar. Bahkan, terbuka kemungyang dinamakan single issue kinan penggunaan senjata peterrorist yang menunjuk pada musnah massal seperti senjata
kelompok yang menggunakan kimia dan biologi. Fenomena
taktik ekstremis untuk men- kasus-kasusterorisme membedukung isu tertentu, misalnya narkan pendapat, terorisme
motifketidaksenanganterhadap tidak identik dengan aktivitas
teknologi.
agama tertentu. Terdapat pula
Aksi terorisme berlaku in- kelompok teroris nonagama
diskriminatif terhadap warga seperti African National Conbiasa yang tidak terkait lang- gress (AfrikaSelatan) yang pasung dengan tujuan politik da mulanya mempeIjuangkan
yang hendak dicapaiaksi teror, hak-hak kulit hitam tetapi
bahkan pada instalasi negara akhirnya meneJDPuh jalan
yang dipandang sebagai target teror, lalu Armed Forcesof Coyang sah. Kelompok teroris lumbia yang merupakan sayap
tidak lagibergerakdalam situa- militer komunis.
si isolasi di mana fakta-fakta

Dari pelbagai instrumen inmenunjukkan, teorisme sulit ternasional yang berkaitan
dipisahkan dari berkembang- dengan pencegahandan perang
nya organisasikejahatan trans- terhadap teorisme, terbukti
~-- ..

Oleh DINI DEWI HENIARTI

K

ITA kembali dikejutkan dengan tertangkapnya Dulmatin tersangka Bom'BaliI oleh Detasemen Khusus 88 Antiteror Kepolisian RepublikIndonesia di
Pamulang pada 9 Maret 2010.
Angkat topi untuk Kepolisian
RI atas prestasi ini.
Tindakan teror bisa dilakukan oleh negara, individu,
sekelompok individu, dan suatu organisasi. Terorisme dirasakan sebagai kejahatan luar
biasa karena penerapan target
yangbersifat acak(random target, target nonselektif), sulit
diprediksi, penggunaan senjata-senjata canggih,bahkan kadang menggunakan alat yang
tidak dipertimbangkan sebagai
peralatan perang dan sering

melibatkan kejahatan transnasional serta jaringan' a.ntarnegara. Pelakutindakan teror bi-

----

Kliping Humas Unpad 2010
-

bahwa dunia Islam sangat
mengutuk terorisme. The Arab
Convention on the Suppresion
of Terrorismdan Conventionof
the Organizationof the Islamic
Conference on Combating International Terrorism merup~an dua peristiwa penting
kepedulian dunia Islam.
Masyarakat internasional
maupun regional telah melakukan berbagai upaya secara
sistematik dan komprehensif
terhadap aksi terorisme. Namun, seyogianya kebijakan
kontraterorisme harus tetap
memperhatikan mekanisme

kelayakan demokratik. Tindakan kontrateror untuk mencegah (preventive dan preemtive
measure) teIjadinya teror
bukan untuk memberanguskebebasan rakyat dengan memperhatikan lingkup fungsi utama aparat kepolisian,BIN,dan
TN!. Oleh karena itu, diperlukan regulasi yang terperinci
mengenai code of conduct dan
rule of engangement. Pada
dasarnyapengaturan antiterorisme tidak akan memadai jika
hanya dalam satu imdang-undang. Di samping langkahlangkah represif perlu diatur
langkah preventif (counter terrorism measure)yangkomprehensif seperti pencegahaninfiltrasi elemen teroris dari
berbagainegara. Padatataran
yang lebih operasional, pencegahan bisa dilakukan dengan
deteksidini untuk menghindari
dan menggagalkan aksi teror.
Misalnya dengan mekanisme

kontrol terhadap peredaran bahan peledak dan senjata api.
Pengaturan penanggulangan
terorisme meliputi dua aspek
yaitu pencegahan (anti) dan
pemberantasan (kontra). Tindakan-tindakan

memerangi,
membasmi, dan eliminasi terorlsme yang bersifat' represif
harns disertai dengan langkahlangkah pencegahan yang memadai seperti pengamanan wilayah teritorial' keIja sama antarnegara, menyempurnakan
sistem deteksi, memperkuat sistern prosedur pengawasan,
meinperkuat mekanisme pengamanan orang-orang penting
dan instalasi vital, peningkatan
sistem koordinasi dan pengamanan serta informasi. Pencegahan tidak bisa dilakukan
melalui pendekatan hukum saja,
tetapi meliputi segala aspek kehidupan masyarakat. Pencegahan harus merupakan kebijakan
yang mengeliminasi akar permasalahan. Usaha berbagai pihak untuk memahami akar permasalahan dari terorisme menyimpulkan persoalan kemiskinan, ketidakadilan, dan kesenjangan merupakan persoalan
paling mendasar yang harus diselesaikan. Bahkan, fenomena
globalisasi menjadi faktor signifikan yang menjadi kontributor teIjadinya terorlsme. ***

Penulis, kandidat doktorIlmu Hukum Universitas Padjadjaran.DasenFakultasHukum dan Pascasarjana Unisba.