Studi Deskriptif Mengenai Derajat Optimisme Untuk Lepas dari Kecanduan Narkoba Pada Penghuni Panti Rehabilitas Narkoba "X" Bandung.

(1)

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai derajat

optimisme pada penghuni panti rehabilitasi narkoba “X” Bandung. Penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan metode studi deskriptif dengan teknik survey, yakni penyelidikan yang dilakukan dalam waktu yang bersamaan terhadap 18 orang

penghuni di panti rehabilitasi narkoba “X” yang telah memenuhi karakteristik

penelitian.

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner “Attributional Style Questionare”

(ASQ) dari Seligman yang telah dimodifikasi oleh peneliti. Berdasarkan uji validitas dan realibilitas diperoleh 35 item yang diterima yang berkisar antara 0.596-0.718, dengan reliabilitas sebesar 0.802

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah : derajat optimisme pada penghuni panti rehabilitasi narkoba adalah optimis 9 orang (50%) dan pesimis 9 orang (50%). Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat optimisme penghuni panti yaitu : Explanatory style ibu, Kritik orang dewasa, Masa krisis anak-anak.

Saran yang diajukan adalah dilakukannya penelitian lebih lanjut dengan menghubungkan derajat optimisme dengan frekuensi menjalani rehabilitasi. Untuk penghuni panti yang pesimis dapat mengembangkan diri ke arah yang lebih optimis sedangkan bagi penghuni panti yang optimis agar terus meningkatkan sikap optimis ini didalam dirinya. Untuk pihak panti rehabilitasi dari hasil penelitian ini dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun program-program di panti rehabilitasi, bagi keluarga bersedia menerima keberadaan penghuni panti dengan tulus dan memberikan masukan berupa kritik, pujian dan nasehat-nasehat secara proposional yang dapat memupuk tumbuhnya derajat optimisme pada diri penghuni panti rehabilitasi narkoba.


(2)

Universitas Kristen Maranatha vii

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI...vii

DAFTAR TABEL...xi

DAFTAR BAGAN...xii

Bab 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 10

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Kegunaan Penelitian... 10

1.5 Kerangka Pemikiran ... 11

1.6 Asumsi ... 20

Bab II. TINJAUAN PUSTAKA ... 21

2. 1 OPTIMISME ... 21

2. 1. 1 Definisi Optimisme ... 23

2. 1. 2 Dimensi Optimisme ... 24

2. 1. 3 Keuntungan Optimisme... 25


(3)

Universitas Kristen Maranatha viii

2. 1. 5 Manfaat Optimisme...29

2.2 Penghuni Panti...30

2.3 Panti Rehabilitasi Narkoba...30

2.4 Narkoba 2.4. 1 Pengertian Narkoba...30.

2.4. 2 Pengaruh Narkoba... 30

Bab III. METODOLOGI PENELITIAN ... 32

3. 1 Rancangan Penelitian ... 32

3. 2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 33

3.3 Populasi Sasaran dan Teknik Sampling ... 34

3. 4. 1 Populasi Sasaran ... 34

3. 4. 2 karakteristik populasi ... 34

3. 4 Alat ukur... ... 34

3.5 Teknik analisis data...41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil penelitian...43

4.2 Hasil Penelitian...44

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian...46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 51


(4)

Universitas Kristen Maranatha ix

5.2 Saran ...52

DAFTAR PUSTAKA...53 DAFTAR RUJUKAN...54 LAMPIRAN


(5)

Universitas Kristen Maranatha x

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1.1 Presentase responden berdasarkan jenis kelamin...43 Tabel 4.1.2 Presentaset table berdasarkan lamanya menjalani rehabilitasi……….43

Tabel 4.2.1 tabel G score- B score……….………....44 Tabel 4.2.2 Tabel profil responden optimistic………..45 Tabel 4.2.3 Tabel profil responden pesimistik…………...45


(6)

Universitas Kristen Maranatha xi

DAFTAR BAGAN

Skema 1.1 Kerangka Pemikiran... 19


(7)

Universitas Kristen Maranatha xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Alat Ukur Planned Behavior ...61

Lampiran 2 Data Penunjang ...66

Lampiran 3 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ...70

Lampiran 4 Karakteristik Rersponden ...71

Lampiran 5 Data Mentah ...75

Lampiran 6 Skor Hasil Data mentah...77

Lampiran 7 Gambaran Umum Subjek Penelitian………...…………....78

Lampiran 8 Gambaran Hasil Penelitian Intention ...79

Lampiran9 Korelasi Determinan-Determinan………82

Lampiran 10 Data Penunjang Mengenai Kemampuan Pasien Dalam Menjalankan Program Diet………83

Lampiran 11 Kesempatan Yang Dimiliki Pasien Dalam Menjalankan Program Diet………...85

Lampiran 12 Data Penunjang Mengenai Informasi Diet………..86

Lampiran 13 Data Penunjang Mengenai Suasana Hati………88

Lampiran 14 Data Penunjang Mengenai Dukungan Sosial………..89


(8)

lampiran 1

KATA PENGANTAR

Saya dari Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung akan megadakan penelitian mengenai derajat optimisme pada penghuni panti rehabilitasi narkoba.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai derajat optimisme pada penghuni panti rehabilitasi narkoba. Angket ini berisi daftar pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian yang saya lakukan.

Sehubungan dengan hal tersebut, saya mohon kesediaan Anda agar meluangkan waktu untuk mengisi angket ini.

Harapan saya, angket ini dapat diisi dengan sebenar-benarnya dan sejujurnya. Anda tidak perlu khawatir atau takut, karena saya akan menjamin kerahasiaan identitas maupun jawaban anda.

Sekian sepatah kata dari saya, atas kesedian Anda mengisi angket ini saya ucapkan terima kasih. Selamat mengisi

Hormat saya,


(9)

I.IDENTITAS DIRI

1.Usia : 5.Pendidikan : 2.Jenis Kelamin :

3.Lama menjalani rehabilitasi :

II.DATA PENUNJANG

Isilah Pertanyaan-pertanyaan dibawah ini sesuai dengan keadaan diri anda.

1.Yang mengasuh (mendidik&membesarkan) saya pada waktu masih kecil a.Ayah

b.Ibu

c.Kakek/nenek d.Paman/Bibi

e.Pengasuh di panti asuhan f...

2.Ketika saya melakukan kesalahan,pengasuh saya akan : a.Menyalahkan dan menghukum saya

b.Menganggap situasi yang kurang menguntungkan sebagai penyebabnya c.Bersikap biasa saja, karena saya menganggap saya selalu berbuat salah. 3.Waktu sekolah dulu, pengasuh dan guru saya lebih banyak memberi : a.Kritikan

b.Pujian

4. Kritikan yang datang kepada diri saya,saya rasakan sebagai... a.Dukungan / membuat lebih semangat

b.Membuat saya memiliki gambaran diri negatif

5.Pengalaman buruk saya pada waktu kecil dulu yang tidak dapat terlupakan hingga sekarang:

a.Kehilangan orang tua b.Bencana alam

c.Peperangan / konflik d.Kemiskinan

e...

6.Figur yang mengasuh saya berusaha membantu untuk melupakan pengalaman buruk tersebut:

a. ya b.Tidak

7.Jika saya memiliki pengalaman buruk: a. saya bisa melupakannya


(10)

8.Menurut saya pengalaman buruk tersebut a.Mempengaruhi saya sampai sekarang b.Tidak mempengaruhi saya sampai sekarang


(11)

Lampiran 2

ANGKET OPTIMISME

Bayangkan anda mengalami situasi yang tergambar dalam setiap persoalan. Meskipun untuk beberapa situasi anda belum pernah mengalaminya, kemudian pilihlah satu jawaban dalam setiap pernyataan yang anda rasakan sesuai dengan

pikiran yang muncul dalam dalam diri anda jika anda berada dalam situasi tersebut. Hindari memilih apa yang seharusnya atau sepantasnya anda pikirkan dalam situasi

seperti itu.

Dalam persoalan berikut ini tidak ada jawaban yang benar atau salah. selama jawaban itu sesuai dengan diri anda. Jika kedua pilihan jawaban yang tersedia anda rasakan keduanya sama-sama sesuai dengan pikiran spontan anda atau sama-sama tidak sesuai, anda tetap diharapkan untuk memilih yang lebih sesuai untuk diri anda. Di mohon jangan sampai ada persoalan yang tidak terjawab atau terlewatkan. semua data yang anda berikan akan terjamin kerahasiaannya.

Contoh :

1. Saya selesai menjalani rehabilitasi dengan baik, menurut pendapat saya hal itu dapat terjadi karena :

A. saya berada di panti rehabilitasi yang bagus B. saya menjalani rehabilitasi dengan baik.

Jika anda memilih jawaban A, berarti anda menyetujui bahwa keberhasilan terapi yang anda jalani disebabkan karena anda berada ditempat rehabilitasi yang bagus. Jika anda memilih jawaban B, berarti anda menyetujui bahwa keberhasilan terapi yang anda jalani disebabkan oleh diri anda sendiri yang mengikuti proses rehabilitasi dengan baik.


(12)

Instruksi : Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap paling sesuai dengan diri anda jika anda berada dalam situasi tersebut.

1. Acara yang saya pimpin memperoleh kesuksesan, hal itu dapat terjadi karena a. saya selalu mengawasi semua pekerja

b. semua orang bekerja dengan maksimal

2. Saya dan sahabat saya rujuk kembali setelah bertengkar, hal itu terjadi karena a. saya memaafkan dia

b. kami selalu saling memaafkan

3. Saya melupakan jalan ke rumah seorang sahabat, menurut pendapat saya hal itu dapat terjadi karena

a. Saat itu saya lupa berbelok

b. teman saya kurang baik dalam memberikan petunjuk

4. Sahabat saya memberi hadiah kejutan untuk saya, menurut pendapat saya hal itu terjadi karena

a. Sahabat saya memperoleh promosi di kantornya b. Saya sudah mengajaknya makan malam kemarin

5. Saya melupakan hari ulang tahun seorang sahabat, menurut pendapat saya hal itu dapat terjadi karena

a. Saya kurang bisa mengingat tanggal-tanggal ulang tahun b. Saat itu saya disibukkan oleh hal-hal lain

6. Saya mendapat surat pujian dari seorang pengagum rahasia, menurut pendapat saya hal itu dapat terjadi karena

a. Menurut orang itu, saya menarik b. Saya orang yang popular

7. Saya mencalonkan diri dalam pemilihan pimpinan suatu kegiatan dan saya memenangkannya, menurut pendapat saya hal itu dapat terjadi karena

a. Saya mencurahkan banyak waktu dan tenaga untuk berkampanye b. Saya bekerja keras untuk apapun yang saya lakukan

8. Saya melupakan jadwal konseling di panti, menurut pendapat saya hal itu dapat terjadi karena

a. Saat itu ingatan saya kurang baik

b. Terkadang saya lupa memeriksa agenda pertemuan

9. Saya kalah pada suatu pemilihan ketua kelompok dilingkungan panti, menurut pendapat saya hal tersebut dapat terjadi karena


(13)

b. Saingan yang menang dalam kampanye itu lebih banyak dikenal orang 10. Saya memimpin suatu pertemuan dengan baik, menurut pendapat saya hal

tersebut dapat terjadi karena

a. Saya terlihat sangat menarik saat itu b. Saya seorang pemimpin yang baik

11. Saya memanggil petugas dan berhasil menghentikan suatu pertikaian di panti, menurut pendapat saya hal itu dapat terjadi karena

a. Ada suara aneh yang membuat saya curiga b. Hari itu saya sangat siaga

12. Saya merasa sangat sehat saat ini, menurut pendapat saya hal itu dapat terjadi karena

a. Hanya sedikit orang disekitar saya yang sakit, jadi saya terbawa sehat b. Saya pastikan bahwa saya makan teratur dan istirahat cukup.

13. Saya datang terlambat kepanti, menurut pendapat saya hal itu dapat terjadi karena a. Saya terlalu asik mengobrol, saya sering lupa dengan waktu kembali

kepanti

b. Saya sangat sibuk dengan beberapa kegiatan sehingga lupa waktu

14. Saya memperoleh hadiah dari konselor saya, menurut pendapat saya hal itu dapat terjadi karena

a. Saya pantas memperoleh hadiah

b. Setiap saat saya selalu mendapat hadiah.

15. Saya memenangkan pertandingan olah raga di panti, menurut pendapat saya hal itu dapat terjadi karena

a. Saya merasa tidak terkalahkan b. Saya rajin berlatih

16. Saya gagal dalam suatu pertandingan, menurut pendapat saya hal tersebut terjadi karena

a. Saya tidak seberuntung orang lain b. Saya tidak menyiapkan diri dengan baik

17. Saya membuatkan makanan untuk diberikan kepada teman saya, tetapi orang itu tidak menghargainya, menurut pendapat saya hal itu dapat terjadi karena

a. Saya tidak dapat memasak dengan baik

b. Saya terburu-buru membuatnya sehingga hasilnya kurang baik 18. Saya kalah pada suatu pertandingan olah raga, padahal sudah lama berlatih,


(14)

a. Saya tidak begitu berbakat

b. Saya tidak cakap dalam cabang olah raga tersebut

19. Hari sudah larut malam, saya kehabisan air minum di panti, menurut pendapat saya hal itu dapat terjadi karena

a. Saya tidak memeriksa air yang sisa dibotol b. Botol air minum saya bocor

20. Teman saya bersikap sinis pada saya, menurut pendapat saya hal itu dapat terjadi karena

a. Dia memang selalu bersikap sinis pada saya b. Saat itu perasaanya sedang tidak baik.

21. Suatu saat saya harus terkena hukuman karena tidak menjalankan tugas rutin di panti, menurut pendapat saya hal itu dapat terjadi karena

a. Saya selalu melupakan kewajiban saya mengerjakan tugas b. Saya lupa untuk mengerjakan tugas tersebut.

22. Saya mengajak seseorang untuk beribadah tapi ditolak, menurut pendapat saya hal itu dapat terjadi karena

a. Hari itu saya kacau

b. Lidah saya kelu ketika mengajaknya beribadah

23. Pada sebuah kegiatan dari pihak luar, pemandu acara memilih saya maju kedepan untuk berpartisipasi, menurut pendapat saya hal itu dapat terjadi karena

a. Saya sedang duduk ditempat yang tepat b. Saya terlihat sangat antusias

24 Saya diminta meberikan kata sambutan pada suatu acara, menurut pendapat saya hal itu dapat terjadi karena

a. Saya terlihat berwibawa saat itu

b. Saya memang sudah dipersipkan untuk acara itu

25. Saya memberikan hadiah untuk teman saya, tapi ia tidak menyukai hadiah yang saya beri, menurut pendapat saya hal itu dapat terjadi karena

a. Saya tidak terlalu memikirkan hadiah yang saya berikan padanya b. Saya rasa ia memiliki selera yang terlalu tinggi

26. Saya mengikuti semua kegiatan di panti dengan sangat baik, menurut pendapat saya hal itu dapat terjadi karena

a. Saya suka dengan kegiatan itu


(15)

27. Saya melucu dan semua orang tertawa, menurut pendapat saya hal itu dapat terjadi karena

a. Humornya lucu

b. Waktu melucunya tepat

28. Ketua kelompok memberikan waktu sangat sedikit untuk menyelesaikan tugas, dan saya mampu menyelesaikannya, menurut pendapat saya hal itu terjadi karena

a. Saya mengerjakannya dengan baik

b. Saya menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya

29. Akhir-akhir ini saya merasa lelah sekali, menurut pendapat saya hal itu dapat terjadi karena

a. Saya tidak punya kesempatan untuk bersantai b. Saya sangat sibuk minggu ini

30. Saya mengajak seorang teman untuk memasak, tapi ia menolak, menurut pendapat saya hal itu dapat terjadi karena

a. Saya kurang bisa memasak dengan baik b. Ia tidak suka memasak

31. Saya berhasil membantu menyelamatkan seorang yang sedang sakaw, menurut pendapat saya hal itu dapat terjadi karena

a. Saya tahu cara menolong orang yang sakaw b. saya tahu apa yang harus dilakukan saat darurat

32. Seorang teman bersikap “dingin” terhadap saya, menurut pendapat saya hal itu dapat terjadi karena

a. Saya terlalu egois

b. Saya kurang meluangkan waktu untuk bersamanya

33. Seorang teman mengucapkan sesuatu yang melukai perasaan saya, menurut pendapat saya hal itu dapat terjadi karena

a. Dia bicara tanpa memikirkan perasaan orang lain

b. Suasana hatinya sedang tidak enak, dia menumpahkannya kepada saya 34. Seorang teman meminta pendapat kepada saya, menurut pendapat saya hal itu

dapat terjadi karena

a. Saya menguasai masalah yang ditanyakan b. Saya pandai memberikan nasihat yang berguna

35. Seorang teman berterima kasih karena saya telah membantunya melewati masa-masa sulit, menurut pendapat saya hal itu dapat terjadi karena


(16)

b. Saya peduli kepada orang lain

36. Saya sangat menikmati sebuah perayaan, menurut pendapat saya hal itu dapat terjadi karena

a. Semua orang di perayaan itu bersikap ramah pada saya b. Saya yang ramah

37. Dokter mengatakan bahwa kondisi fisik saya bagus, menurut pendapat saya hal itu dapat terjadi karena

a. Saya memastikan diri untuk sering berolah raga b. Saya sangat sadar akan kesehatan

38. Keluarga saya rutin mengunjungi saya, menurut pendapat saya hal itu dapat terjadi karena

a. Mereka sedang banyak waktu b. Mereka suka mengunjungi saya

39. Dokter mengatakan saya mengkonsumsi terlalu banyak narkoba, menurut pendapat saya hal itu dapat terjadi karena

a. Saya tidak peduli pada apa yang saya lakukan

b. Saya tidak bisa menghindar, narkoba ada disekitar saya

40. Saya diminta untuk memimpin suatu acara, menurut pendapat saya hal itu dapat terjadi karena

a. Saya telah suskes memimpin acara yang lalu b. Saya pemimpin yang baik

41. Saya dan teman saya bertengkar hebat, menurut pendapat saya hal tersebut dapat terjadi karena

a. Akhir-akhir ini saya memang tidak menyenangkan dan agak tertekan b. Akhir-akhir ini teman saya memang mudah marah

42. Saya terkilir saat berolah raga, menurut pendapat saya hal itu dapat terjadi karena

a. Beberapa minggu ini saya banyak melakukan gerakan yang salah b. Beberapa minggu ini lapangan olah raga licin dan agak berbahaya 43. Saya memenangkan sebuah perlombaan di panti, menurut pendapat saya hal

itu dapat terjadi karena

a. Saya telah memenagkan pertandingan sebelumnya b. Saya memang yang terbaik

44. Kondisi tubuh saya tidak dapat pulih seperti yang diharapkan, menurut pendapat saya hal itu dapat terjadi karena


(17)

a. Saya tidak memiliki pengetahuan tentang kesehatan

b. Saya tidak mengikuti petunjuk pemakaian obat dengan baik

45. Saya memenangkan kuis/undian berhadiah, menurut pendapat saya hal itu dapat terjadi karena

a. Hari itu saya beruntung

b. Saya telah berlatih dengan baik

46. Dengan berdiam di panti berat badan saya bertambah dan saya tidak dapat menurunkannya, menurut pendapat saya hal itu dapat terjadi karena

a. Diet tidak pernah berhasil dalam jangka panjang b. Program diet yang saya coba tidak berhasil

47. Saya menderita sakit dan harus dirawat di rumah sakit, teman-teman datang untuk mengunjungi, menurut saya hal itu dapat terjadi karena

a. penyakit yang saya derita parah

b. teman-teman saya khawatir melihat kondisi saya

48. Saya meminjam barang kepada teman saya tetapi ia tidak memberi, menurut pendapat saya hal itu dapat terjadi karena

a. Saya merupakan orang yang tidak dapat dipercaya b. Teman saya tidak memiliki barang tersebut.


(18)

Lampiran 3

Profil Responden Optimistik

Tabel 4.2.4 Optimistik- PmG (Permanence Good)

Tabel 4.2.5 Optimistik-PmB (Permanence Bad)

Tabel 4.2.6 optimistik –PvG (Pervasiveness Good)

Pervasiveness

Good Frekuensi Persentase

Universal 9 100%

Spesifik 0 0%

Total 9 100%

Tabel 4.2.7 Optimistik- PvB (Pervasiveness Bad)

Pervasiveness Bad Frekuensi Persentase

Universal 4 44%

Spesifik 5 56%

Total 9 100%

Tabel 4.2.8 Optimistik –PsG (Personalization Good)

Permanence Good Frekuensi Persentase

Permanent 5 56%

Temporary 4 44%

Total 9 100%

Permanence Bad Frekuensi Persentase

Permanent 4 44%

Temporary 5 56%

Total 9 100%

Personalization

Good Frekuensi Persentase

Internal 3 33 %

Eksternal 6 67 %


(19)

Tabel 4.2.9 Optimistik –PsB (Personalization Bad)

Personalization Bad Frekuensi Persentase

Internal 7 78%

Eksternal 2 22%


(20)

lampiran 4

Crosstabs Optimisme dengan data penunjang

Table 4.2.16

pengasuh * derajat optimisme Crosstabulation

Count

derajat optimisme

Optimistis Pesimistis Total

pengasuh ayah 3 (33%) 3(33%) 6

ibu 6 (67%) 6 (67%) 12

Total 9(100%) 9 (100%) 18

Table 4.2.17

Ketika melakukan kesalahan * derajat optimisme Crosstabulation

Count

derajat optimisme

Optimistis pesimistis Total

Ketika melakukan kesalahan

Pengasuh menyalahkan 6 (67 %) 4 (44%) 10

menganggap situasi kurang

menguntungkan 2 (22%) 3 (33%) 5

biasa saja 1 (11 %) 2 (22%) 3

Total 9 (100%) 9 (100%) 18

Table 4.2.18

Yang banyak diberikan pengasuh ketika sekolah * derajat optimisme Crosstabulation

Count

derajat optimisme

Optimistis Pesimistis Total

masa sekolah kritikan 5(56 %) 6 (67%) 11

pujian 4 (44%) 3 (33%) 7


(21)

Table 4.2.19

Efek dari kritikan * derajat optimisme Crosstabulation

Count

derajat optimisme

optimistis Pesimistis Total

fek dari kritikan

membuat lebih semangat 6 (67%) 4 (44%) 10

menjadikan gambaran diri

negatif 3(33%) 5 (56%) 8

Total 9(100%) 9(100%) 18

Table 4.2.20

pengalaman buruk yang pernah dialami* derajat optimisme Crosstabulation

Count

derajat optimisme

optimistis pesimistis Total

pengalaman buruk kehilangan orang tua 3 (33%) 2(22%) 5

bencana alam 0 1(11%) 1

konflik 4(44%) 4(44%) 8

kemiskinan 1(11%) 1(11%) 2

lainnya 1(11%) 1(11%) 2

Total 9 (100%) 9(100%) 18

Table 4.2.21

Peran figur pengasuh untuk melupakan pengalaman buruk * derajat optimisme Crosstabulation

Count

derajat optimisme

optimistis pesimistis Total

figur pengasuh untuk melupakan

membantu 3 (33%) 7(78%) 10


(22)

Peran figur pengasuh untuk melupakan pengalaman buruk * derajat optimisme Crosstabulation

Count

derajat optimisme

optimistis pesimistis Total

figur pengasuh untuk melupakan

membantu 3 (33%) 7(78%) 10

Tidak membantu 6 (67%) 2(22%) 8

Total 9 (100%) 9(100%) 18

Table 4.2.22

kesan terhadap pengalaman buruk * derajat optimisme Crosstabulation

Count

derajat optimisme

Optimistis Pesimistis Total

kesan thd pengalaman buruk bisa melupakan 4 (44%) 3(33%) 7

tidak bisa melupakan 5(56%) 6(67%) 11

Total 9(100%) 9(100%) 18

Table 4.2.23

pengaruh pengalaman buruk * derajat optimisme Crosstabulation

Count

derajat optimisme

Optimistis Pesimistis Total

pengaruh pengalaman buruk mempengaruhi 5 (56%) 6(67%) 11

tidak mempengaruhi 4(44%) 3(33%) 7


(23)

NO/NAMA USIA LAMA TINGGAL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

A 01 28 2 minngu 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0

B 02 30 8 bulan 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0

C 03 25 7 bulan 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0

D 04 26 12 bulan 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0

E 05 31 12 bulan 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0

F 06 27 12 bulan 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0

G 07 30 2 bulan 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0

H 08 32 15 bulan 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0

I 09 25 15 bulan 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0

J 10 30 15 bulan 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1

K 11 28 10 bulan 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0

L 12 29 15 bulan 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0

M 13 25 6 bulan 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0

N 14 21 9 bulan 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0

O 15 20 6 bulan 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0

P 16 30 9 bulan 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0

Q 17 28 9 bulan 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1


(24)

22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48TOTAL

1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 16

1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 26

0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 22

0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 22

1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 21

1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 25

1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 16

0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 26

1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 19

0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 18

1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 25

1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 24

1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 25

0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 25

1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 25

0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 23

1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 29


(25)

NO/NAMA BAIK

BURUK JUMLAHKATEGORI

A 01

6.57

6.2

0.37 pesimiss

B 02

13.14

11.6

1.54 optimis

C 03

10.28

10.4

-0.12 pesimiss

D 04

14

9.6

4.4 optimis

E 05

12

8.4

3.6 optimis

F 06

10.57

11.4

-0.83 pesimiss

G 07

3.57

3.4

0.17 pesimiss

H 08

13

9.6

3.4 optimis

I 09

6.57

8.4

-1.83 pesimiss

J 10

5.57

5.4

0.17 pesimiss

K 11

10.14

8.6

1.54 optimis

L 12

9.14

6.4

2.74 optimis

M 13

9.42

8.6

0.82 pesimiss

N 14

12.28

10.4

1.88 optimis

O 15

8.42

8.4

0.02 pesimiss

P 16

40.42

6.2

4.22 pesimiss

Q 17

11.42

12.4

-0.98 optimis

R 18

10.42

9.4

1.02 pesimiss


(26)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Narkoba khususnya di Indonesia saat ini penyebarannya sudah hampir merata di seluruh lapisan masyarakat. Narkoba kini bukan hanya disalahgunakan oleh masyarakat dari golongan ekonomi kelas atas saja, tapi juga sudah masuk kedalam golongan ekonomi kelas bawah. Penyebarannya pun tidak hanya terbatas dikota besar saja tapi juga sudah merambah ke daerah pinggiran bahkan pedesaan. Narkoba kini tidak lagi membedakan usia maupun status sosial siapa saja bisa terjerumus kedalam jerat narkoba, bahkan anak sekalipun kini sudah menjadi sasaran target pemasaran narkoba.

Indonesia dengan jumlah penduduk kurang lebih 215 juta jiwa, 3.2 juta atau 1,5 % dari keseluruhan penduduknya adalah pecandu narkoba (Media Indonesia,

November 2007). Sebanyak 1.1 juta korban narkoba di Indonesia berasal dari

kalangan pelajar dan mahasiswa sedangkan di Jawa Barat sendiri kasus penyalahgunaan narkoba mencapai 600.000 orang (Pikiran –rakyat.com,Mei 2008).

Letak geografis Indonesia yang strategis mendorong para sindikat penjualan narkoba internasional memilih Indonesia sebagai sasaran pemasarannya. Secara geografis Indonesia merupakan pertemuan tiga alur laut internasional dan memiliki lima belas


(27)

2

Universitas Kristen Maranatha bandara yang berhubungan langsung dengan dunia luar. Kondisi tersebut diperkuat dengan lemahnya peran aparatur negara dalam menangani kasus narkoba.

Narkoba sendiri memiliki pengertian sebagai zat terlarang yang apabila dikonsumsi atau dimasukan kedalam tubuh akan menimbulkan perubahan pada satu atau lebih pada fungsi – fungsi organ tubuh antara lain menimbulkan efek kecanduan bagi penggunanya ( WHO, 1969). Usia pemakai narkoba hampir merata diseluruh rentang usia namun paling banyak berada direntang usia remaja hingga dewasa awal. Narkoba terbagi ke dalam empat golongan, yaitu : psykotropika golongan I , psykotropika golongan II , Psykotropika golongan III , Psykotropika golongan IV. Jenis dari narkoba yang paling banyak dikonsumsi dan disalahgunakan antara lain adalah psykotropika golongan I yaitu ectasy dan psykotropika golongan II yaitu sabu-sabu,putaw. Efek yang ditimbulkan dari penggunaan narkoba beragam, karena beberapa dari narkoba tersebut bersifat stimulant halusinogenik, maka akibat yang timbul berupa khayalan – khayalan nikmat dan menyenangkan yang biasanya digunakan para pencandu untuk: meningkatkan daya tahan tubuh , meningkatkan kewaspadaan, menimbulkan rasa bahagia dan nikmat semu ,menurunkan emosi dan lain sebaginya. Akibat penggunan narkoba bagi tubuh itu sendiri antara lain : muntah dan mual , sakit kepala,denyut jantung berkurang,kejang-kejang, gangguan pada otak , gangguan jantung,hati,ginjal, penyakit AIDS, Paru-paru, Hepatitis dan masih banyak lagi gangguan yang akan timbul yang disebabkan oleh penggunaan narkoba. Akibat yang paling fatal dari penggunaan narkoba adalah kematian(BNP Jabar, 29


(28)

3

Universitas Kristen Maranatha Akibat yang timbulkan oleh narkoba tidak hanya dirasakan oleh pengguna narkoba itu sendiri, tapi juga oleh lingkungan yang berada disekitar pemakai. Keluarga khususnya orang tua adalah orang yang paling dirugikan oleh penggunaan narkoba. Akan ada perubahan yang mencolok baik dari sisi emosi maupun tingkah laku keseharian yang ditampilkan oleh pecandu narkoba ke lingkungannya. Beragam alasan diutarakan oleh para pecandu mengenai sebab mereka menggunakan narkoba. Ada yang menggunakan narkoba karena ingin bergembira, ingin tahu untuk mendapatkan pengalaman baru dan sensasi, dan pengaruh dari lingkungan pergaulan, ada yang menggunakan narkoba sebagai pelarian dari masalah yang dihadapi di keluarga,bahkan ada juga yang menggunakan narkoba sebagai sarana untuk meningkatkan kinerja kerjannya.

Dari penjelasan mengenai bahaya narkoba diatas , maka pecandu narkoba dapat diibaratkan sebagai individu yang sedang mengidap suatu penyakit sehingga membutuhkan proses penyembuhan. Proses penyembuhan yang dilakukan terhadap pencandu narkoba bukan hanya bertujuan untuk menghilangkan efek dari pengaruh narkoba tersebut ke tubuh tapi juga bertujuan untuk merubah pandangan para pengguna menggenai dirinya dan meningkatkan motivasi serta menyusun rencana hidup dalam jangka pendek. Proses penyembuhan ini melibatkan banyak pihak tidak hanya medis tapi juga dibutuhkan pihak yang berkaitan dengan psikologis, spiritual,sosial dan yang paling penting adalah dukungan dari keluarga.

Salah satu sarana penyembuhan yang dapat membantu individu lepas dari ketergantungan narkoba adalah panti rehabilitasi. Proses masuknya para penghuni


(29)

4

Universitas Kristen Maranatha panti ke dalam panti rehabilitasi berbeda untuk setiap individunya, ada yang masuk untuk pertama kalinya namun ada juga yang masuk untuk kesekian kalinya. Alasan mereka masuk kedalam panti rehabilitasi juga beragam, ada yang masuk kedalam panti karena dikirim oleh pihak keluarga atau ada juga yang masuk panti karena keinginan residen itu sendiri. Mereka yang masuk kedalam panti atau yang dimasukkan oleh keluarga ke dalam panti harus memiliki target bagi dirinya sendiri untuk dapat sembuh dan terlepas dari kecanduan narkoba. Penghuni panti yang masuk ke dalam panti atas keinginan keluarga atau bukan dari dalam dirinya akan memiliki target sembuh yang berbeda dengan penghuni yang memilih masuk panti rehabilitasi atas keinginannya sendiri.

Untuk dapat sembuh atau terbebas dari kecanduan narkoba bukanlah suatu hal yang mudah bagi para individu pemakai narkoba, panti rehabilitasi hanyalah sebagai sarana yang membantu para pencandu untuk dapat sembuh dari kecanduannya. Faktor utama yang mempengaruhi individu untuk dapat lepas dari kecanduan narkoba adalah kemauan yang kuat dan keyakinan dari dalam diri bahwa dirinya dapat sembuh dan tidak akan lagi menggunakan narkoba. Menurut Martin

Seligman (1990) sikap optimis adalah kecenderungan individu dalam menghadapi

kondisi yang baik atau buruk dalam hidupnya. Sikap optimis diperlukan oleh para pecandu narkoba untuk dapat lepas dari kecanduan. Dari sekian banyak pecandu narkoba yang akhirnya kembali lagi menjadi pencandu setelah menjalani proses rehabilitasi , setidaknya ada sedikit yang dapat melepaskan diri dari kecanduannya.


(30)

5

Universitas Kristen Maranatha mereka yang dapat lepas dari kecanduan adalah mereka yang memiliki sikap optimis dalam menyikapi masalah yang sedang dijalaninya.

Optimisme merupakan suatu hal yang penting yang harus ada didalam diri pecandu yang sedang menjalani proses penyembuhan dipanti rehabilitasi. Mereka yang masuk kedalam panti rehabilitasi harus menetapkan target bagi dirinya sendiri untuk dapat sembuh dan lepas dari kecanduan narkoba. Pecandu yang optimis akan memandang kondisi dirinya saat ini hanya bersifat sementara , individu tersebut berkeyakinan dapat mengubah situasi buruk teresbut dengan usaha dan kerja keras. Usaha penyembuhan yang sedang dijalani adalah suatu cara untuk mencapai kesembuhan. Individu tersebut akan berperan aktif dalam usaha penyembuhan , mereka akan mengikuti semua kegiatan yang diselenggarakan panti dengan perasaan antusias. Namun demikian, dibalik semua sikap optimisme tersebut tidak jarang ditemukan individu yang pesimis dengan tidak memiliki dasar atau landasan yang kuat untuk dapat sembuh dan lepas dari kecanduan. Individu yang pesimis biasanya memiliki kepercayaan diri yang kurang untuk dapat sembuh. Mereka beranggapan situasi yang menimpa dirinya sekarang bersifat permanen, meskipun ada usaha yang dilakukan kecil kemungkinannya untuk berhasil ( Martin Seligman,1990). Individu yang pesimis akan menampilkan perilaku yang tidak proaktif , mereka akan mengikuti semua kegiatan dengan perasaan terpaksa. Meskipun demikian tidak semua individu yang optimis berhasil lepas dari kecanduan narkoba, dan tidak semua individu yang pesimis gagal melepaskan diri dari kecanduan. Ada kemungkinan


(31)

6

Universitas Kristen Maranatha individu yang optimis untuk kembali lagi menggunakan narkoba demikian juga sebaliknya.

Panti rehabilitasi „X‟ adalah salah satu panti rehabilitasi narkoba di kota Bandung. Panti tersebut saat ini memiliki 14 penghuni ( residen) yang sedang menjalani proses penyembuhan dan 4 orang penghuni yang sedang menjalani proses sosialisasi dalam rangka persiapan kembali ke keluarga, jadi total penghuni dipanti „X sebanyak 18 orang. Panti Rehabilitasi‟X‟ menggunakan Metoda pemulihan Therapeutic Community,yaitu pecandu membantu pencandu yang dipadukan dengan program 12 langkah Narcotic Anonymous. Setiap penghuni panti akan didampingi oleh seorang konselor. Konselor ini berperan sebagai pendamping dan motivator bagi para penghuni panti. Hampir semua konselor yang berada dipanti „X‟ pernah menjadi pecandu narkoba dan menjalani rehabilitasi, hal ini sangat berpengaruh dalam meningkatkan motivasi bagi para residen yang sedang menjalani rehabilitasi, pengalaman mereka berhasil melepaskan diri dari kecanduan narkoba diharapkan dapat menjadi motivasi bagi para residen untuk dapat lepas dari kecanduan narkoba.

Optimisme adalah sikap dalam menghadapi situasi, yang baik maupun situasi yang buruk (Seligman, 1990). Situasi baik yang ada di panti seperti berhasil dalam suatu kegiatan misalnya menjadi ketua piket harian, menjadi pemimpin dalam suatu pertandingan olahraga, sedangkan situasi buruk seperti tidak berhasil dalam suatu kegiatan, berkelahi dengan sesama residen, mendapat hukuman dari konselor.

Seperti yang diungkapkan oleh residen A, dirinya sudah menjalani rehabilitasi di panti rehabilitasi „X‟ selama 6 bulan. A masuk kedalam panti karena keinginannya


(32)

7

Universitas Kristen Maranatha sendiri. A sudah menggunakan narkoba selama 3 tahun. Alasannya masuk panti karena ia merasa sudah jenuh dan tidak lagi merasakan kenikmatan dari narkoba yang digunakannnya. Saat ditanya keyakinannya untuk sembuh, A merasa yakin selepas mengikuti rehabilitasi dirinya akan sembuh dan tidak lagi menggunakan narkoba. Selama mengikuti program yang diselanggarakan oleh pihak panti, A berusaha mengikuti semuanya dengan sungguh-sungguh. A menyatakan ketika menghadapi situasi yang buruk ia menganggap situasi tersebut hanya terjadi saat itu saja dan bukan disebabkan oleh dirinya. Sedangkan bila menghadapi situasi yang baik ia menyatakan situasi tersebut akan menetap, terjadi pada semua bidang kehidupan dan disebabkan terutama oleh dirinya.

K sudah menjalani rehabilitasi selama 2 bulan. K masuk panti karena dikirim oleh keluarganya. K sudah menggunakan narkoba selama 1,5 tahun. Namun hal ini baru diketahui oleh keluarganya. Ini merupakan pertama kali K masuk panti rehabilitasi. Saat ditanya keyakinannya untuk sembuh, dirinya merasa kurang yakin walaupun dari dalam hatinya ia ingin sembuh. Selama mengikutiprogram yang diselenggarakan panti, K mengatakan ia mengikuti saja semua kegiatan yang ada,walau terkadang dirinya bosan dan sering terlintas keinginan untuk dapat keluar dari panti. K menyatakan ketika menghadapi situasi yang buruk ia menganggap situasi tersebut akan menetap.terjadi pada semua bidang kehidupannya dan penyebab utamanya adalah dirinya sendiri. Sedangkan ketika ia menghadapi situasi yang baik ia menganggap situasi tersebut hanya sementara,terjadi pada bidang tertentu saja dan disebabkan bukan oleh dirinya.


(33)

8

Universitas Kristen Maranatha S sudah menjalani rehabilitasi selama 5 bulan. S masuk panti karena dikirim oleh keluarga. S sudah menggunakan narkoba selama 2 tahun. Saat ditanya keyakinannya untuk sembuh, awalnya ia pesimis untuk bisa sembuh dari narkoba namun setelah menjalani rehabilitasi ini, S berharap dapat sembuh dan tidak lagi menggunakan narkoba. S mengatakan selama ini ia cukup dapat mengikuti semua kegiatan dengan baik, walau terkadang bosan dan jenuh. Sesekali S juga pernah mendapat hukuman dari konselor karena melakukan kesalahan. S mengatakan ketika ia mengalami situasi yang buruk ia menganggap situasi tersebut hanya bersifat sementara,terjadi pada bidang tertentu,dan disebabkan bukan oleh dirinya. Sedangkan ketika menghadapi situasi yang baik S menganggap situasi tersebut akan menetap.akan terjadi pada semua bidang dan penyebabnya adalah dirinya sendiri.

Berdasarkan wawancara dengan pihak konselor panti, mereka mengatakan sebagian dari Penghuni yang ada dipanti sudah pernah mengikuti kegiatan rehabilitasi narkoba sebelumnya. Alasan mereka kembali lagi mengikuti rehabilitasi beragam, ada yang dikirim keluarga ada juga yang atas kemauan sendiri. Mereka memiliki beragam alasan kembali lagi mengkonsumsi narkoba, karena pengaruh lingkungan dan juga dukungan keluarga setelah penghuni selesai menjalani rehabilitasi. Namun menurut konselor pada dasarnya dalam diri mantan pecandu narkoba selalu ada keinginan untuk kembali mengkonsumi narkoba, oleh karena itu perlu adanya kemauan dari dalam diri yang kuat untuk melawannya dan merubah pandangan dalam diri mantan pengguna tentang akibat yang ditimbulkan dari


(34)

9

Universitas Kristen Maranatha mengkonsumsi narkoba serta didukung lingkungan yang kondusif yang dapat membantu individu tersebut untuk tidak kembali lagi menggunakan narkoba.

Menurut konselor salah satu program yang mereka lakukan dalam rehabilitasi ini adalah merubah pandangan pecandu mengenai narkoba, sehingga setelah penghuni panti selesai menjalani rehabilitasi mereka memiliki rencana jangka panjang dan jangka pendek untuk masa depannya setelah terbebas dari kecanduan narkoba.

Menurut konselor pada dasarnya tidak ada perbedaan kegiatan antara penghuni panti yang sudah pernah menjalani rehabilitasi sebelumnya dan yang baru pertama kali menjalani rehabilitasi dalam melakukan kegiatan yang diadakan di panti. Program yang diberikan sama, hany pendekatan personal yang dilakukan oleh setiap konselor terhadap penghuni panti yang berbeda.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menemukan berbagai ragam derajat optimisme pada penghuni panti rehabilitasi untuk dapat sembuh dari kecanduan narkoba. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian survey mengenai derajat optimisme pada penghuni panti rehabilitasi “X” di kota Bandung

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Masalah yang ingin diteliti adalah seperti apa gambaran derajat optimisme pada penghuni Panti Rehabilitasi Narkoba „X‟ Bandung.

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 Maksud Penelitian


(35)

10

Universitas Kristen Maranatha Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai derajat optimisme pada penghuni Panti Rehabilitasi Narkoba „X‟ Bandung

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran lebih dalam mengenai derajat optimisme pada penghuni Panti Rehabilitasi Narkoba „X‟ Bandung

1.4 KEGUNAAN PENELITIAN 1.4.1 Kegunaan Teoritis

a. Memperdalam pemahaman tentang psikologi sosial mengenai derajat optimisme

b. Memberi informasi tambahan bagi peneliti lain yang tertarik untuk mengadakan penelitian dalam topik penelitian yang sama.

1.4.2 Kegunaan praktis

a. Memberi gambaran pada pihak Panti Rehabilitasi „X‟ mengenai derajat optimisme penghuni panti.

b. Memberi gambaran kepada penghuni Panti Rehabilitasi „X‟ mengenai derajat optimisme yang dimiliki para penghuni panti.

1.5 Kerangka Pemikiran

Panti rehabilitasi narkoba merupakan tempat bagi para pecandu untuk dapat belajar melepaskan diri dari pengaruh kecanduan narkoba. Ketika seseorang menjadi penghuni panti dan tinggal didalam panti rehabilitasi, mereka hidup terpisah dari keluarga dan lingkungan terdekatnya, mereka tidak diperkenankan untuk bertemu atau melakukan kontak sosial dengan keluarga,kerabat dan teman-temannya dalam


(36)

11

Universitas Kristen Maranatha jangka waktu tertentu. Komunikasi yang terjalin hanya dengan sesama penghuni panti dan konselor yang ada di dalam panti. Dengan terputusnya komunikasi dengan dunia luar hari-hari yang harus dilalui didalam panti rehabilitasi bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilalui, selain itu latar belakang residen masuk kedalam panti „x‟ menjadi pendorong perlunya ditumbuhkan sikap optimistis sebagai bagian dari kepribadian penghuni panti agar mereka bisa melepaskan diri dari kecanduan narkoba yang dihadapi saat ini.

Menurut Seligman(1990), optimisme adalah sikap dalam menghadapi situasi, yang baik ataupun buruk. Yang dimaksud sebagai kondisi yang baik adalah kondisi dimana penghuni panti mengalami suatu kejadian yang baik atau menyenangkan dalam hidupnya, misalnya kemenangan, kesembuhan, kesehatan, produktivitas,keberhasilan,dll. Sedangkan yang dimaksud dengan kondisi yang buruk adalah dimana penghuni panti mengalami kejadian yang buruk atau tidak menyenangkan dalam hidupnya , misalnya kematian orang tua, sakit, kekalahan,pertengkaran,dll.Penghuni panti yang optimis akan berusaha mencari jalan keluar untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapinya

Sikap optimistis dan pesimistis didasari oleh explanatory style,kritik orang dewasa dan masa krisis ketika penghuni panti masih kanak-kanak. Explanatory style menggambarkan pandangan penghuni panti terhadap situasi yang terjadi pada dirinya. Explanatory style mulai berkembang dari masa kanak-kanak. Hal tersebut bukan diturunkan melainkan diperoleh dari lingkungan, dalam hal ini lingkungan keluarga tempat penghuni panti berada. Explanatory style yang diperoleh sejak penghuni panti


(37)

12

Universitas Kristen Maranatha masih kanak-kanak dan dapat terlihat ketika individu tersebut menghadapi situasi yang baik atau buruk saat ini. Seorang penghuni panti pertama kali mempelajari optimisme dari orang tuanya, khususnya ibu. Penghuni panti akan belajar ketika ibunya berbicara dan menjawab pertanyaan darinya. Apa yang dijelaskan dan dikatakan oleh ibu secara berulang akan didengar dan dipelajari oleh penghuni panti dan akan mempengaruhi explanatory style penghuni panti. Misalnya saat penghuni panti melihat dan mendengar penjelasan dari ibunya ketika mengalami suatu kejadian yang buruk, ibu menunjukan perilaku bahwa kondisi buruk tersebut terjadi pada semua bidang kehidupannya dan akan terus berulang dan penyebab dari kondisi tersebut adalah dirinya sendiri maka anak akan belajar bersikap pesimis. Demikian juga sebaliknya jika penghuni panti melihat sikap yang optimis dari ibunya, dimana ibu menunjukan bahwa keadaan buruk tersebut hanya bersifat sementara saja tidak akan terjadi pada semua bidang kehidupan dan bukan dirinnya faktor utama penyebab kejadian tersebut maka penghuni panti akan belajar bersikap optimis . Dengan cara yang seperti itu, penghuni panti mengembangkan sikap optimis atau pesimis dimasa kanak-kanaknya.

Explanatory style yang dipelajari penghuni panti dari ibunya, digunakan saat kini ia menghadapi masalah kecanduaan narkoba, hal ini dapat terlihat dari bagaimana penghuni panti menyikapi kecaduan yang dihadapi dan bagaimana pula ia memandang proses rehabilitasi yang sedang dijalani. Penghuni panti yang optimis akan memandang bahwa kecanduan dan menjalani rehabilitasi hanya bersifat sementara, dan kesembuhan yang akan didapat setelah proses tersebut akan bersifat


(38)

13

Universitas Kristen Maranatha selamanya dan memberikan pengaruh yang baik bagi dirinya. Sedangkan pada penghuni yang pesimis akan memandang kecanduan narkoba akan berlangsung selamanya dan proses rehabilitasi yang disedang dijalani tidak akan memberikan dampak apapun pada proses penyembuhanya.

Demikian juga dengan komentar atau kritik yang diberikan oleh orang dewasa saat penghuni panti mengalami kegagalan. Penghuni panti akan mendengarkan dengan teliti isi dan bentuk dari kritikan atau komentar yang diberikan kepadanya serta akan memperhatikan bagaimana cara orang dewasa mengatakan kritikan tersebut. Hal ini juga akan mempengaruhi optimisme penghuni panti. Misalnya ketika penghuni panti mengalami kegagalan orang dewasa yang ada disekitarnya selalu memberikan kritik atau komentar yang menunjukan bahwa kegagalan tersebut disebabkan karena penghuni panti memang selalu tidak mau mendengarkan apa yang diajarkan, tidak mampu mengerjakan apa yang diminta dan mengatakan bahwa kegagalan tersebut akan terus terjadi pada semua bidang kehidupannya dan membuat penghuni panti merasa semakin terpuruk dengan apa yang dialaminya, maka dalam diri penghuni panti akan berkembang sikap pesimis. Sedangkan bila penghuni panti mengalami kegagalan diberi kritik atau komentar yang membangun oleh orang dewasa di sekitarnya,lalu orang dewasa disekitarnya meyakinkan bahwa jika penghuni panti mau berusaha lebih keras dan memperbaiki kesalahannya ia akan mendapatkan hasil yang lebih baik maka lama kelamaan dalam diri penghuni panti akan muncul sikap optimis saat mengahadapi suatu masalah.


(39)

14

Universitas Kristen Maranatha Sikap orang tua atau figur dominan yang ada dekat dengan penghuni panti dalam memberikan kritik padanya saat penghuni menjalani rehabilitasi mempengaruhi pula pembentukan sikap optimistis dan pesimistis dalam diri penghuni untuk sembuh dari kecanduan narkoba. Bagaimana penghuni panti memandang dukungan dari lingkungannya, apakah mereka mendukung penghuni panti untuk dapat sembuh dan bebas dari kecanduan narkoba, atau justru malah membiarkan dan menyalahkan penghuni atas kecanduan yang sedang dialaminya.

Selain explanatory style dan kritik orang dewasa, masa krisis yang pernah dialami pada masa kanak-kanak juga berpengaruh dalam membangun optimisme penghuni panti. Misalnya ketika penghuni panti kehilangan orang tua nya disaat ia masih kecil, saat itu ia merasa bahwa kejadian tersebut akan mempengaruhi masa depannya, peristiwa buruk tersebut akan terus berulang dalam hidupnya, dan anak mulai menyalahkan dirinya sendiri maka hal tersebut akan terbawa hingga anak dewasa dan akan membentuk sikap pesimis dalam diri penghuni panti ketika ia menghadapi kesulitan. Namun sebaliknya, jika penghuni panti beranggapan bahwa kejadian itu hanya terjadi saat itu saja, tidak akan mempengaruhi masa depannya dan terjadi bukan karena kesalahannya maka dalam diri penghuni panti akan terbentuk sikap optimis.

Bagaimana penghuni panti menghadapi pengalaman buruk yang pernah terjadi saat dirinya masih kanak-kanak memberikan pengaruh pada dirinya saat ini. Kecanduan narkoba dan menjalani rehabilitasi saat ini merupakan pengalaman buruk bagi penghuni panti. jika ketika masih kanak-kanak penghuni panti dapat melewati


(40)

15

Universitas Kristen Maranatha pengalaman buruk yang pernah dialaminya dengan baik, maka saat ini pun penghuni panti akan dapat melewati pengalaman buruk tersebut (kecanduan narkoba dan menjalani rehabilitasi) dengan baik sehingga akan membentuk optimisme pada penghuni panti untuk dapat sembuh dan lepas dari kecanduan narkoba.

Setiap individu mempunyai kebiasaan (habit) dalam menghadapi masalahnya. Kebiasaan ini menurut Seligman(1990) adalah Explanatory style yang sekaligus merupakan dasar dari optimisme. Menurut Seligman (1990) Explanatory style memiliki tiga dimensi utama yaitu Permanence, Pervasiness ,dan Personalization

Dimensi pertama adalah Permanence, adalah bagaimana penghuni panti memandang kelangsungan dari peristiwa yang terjadi sebagai suatu peristiwa yang bersifat menetap atau yang bersifat sementara saja. Penghuni panti yang optimis akan berpikir bahwa keadaan yang baik akan menetap dan keadaan yang buruk hanya bersifat sementara saja. Sedangkan Penghuni panti yang pesimis akan berpikir bahwa keadaan yang baik yang dialaminya bersifat sementara dan keadaan yang buruk akan menetap.Dalam hal penghuni akan

Dimensi kedua adalah pervasiveness adalah bagaimana Penghuni panti memandang ruang lingkup dari peristiwa – peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya sebagai sesuatu yang menyeluruh (universal) atau khusus (spesifik). Penghuni panti yang optimis akan berpikir bahwa keadaan yang baik terjadi pada semua yang dilakukannya dan keadaan yang buruk hanya terjadi pada situasi tertentu saja. Sedangkan penghuni panti yang pesimis akan berpikir bahwa keadaan yang baik


(41)

16

Universitas Kristen Maranatha hanya terjadi pada suatu situasi tertentu saja dan keadaan yang buruk terjadi dalam semua situasi didalam hidupnya.

Dimensi ketiga adalah personalization adalah bagaimana penghuni panti memandang pihak yang menjadi penyebab peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya, yaitu dirinya sendiri (internal) atau dari luar dirinya (eksternal). Penghuni panti yang optimis akan berpikir bahwa penyebab dari keadaan yang baik adalah dirinya sendiri dan penyebab dari keadaan yang buruk adalah lingkungan diluar dirinya. Sedangkan penghuni panti yang pesimis berpikir bahwa penyebab dari keadaan yang baik adalah lingkungan diluar dirinya dan penyebab dari keadaan yang buruk adalah dirinya sendiri.

Ke tiga dimensi utama ini permanence, pervasivness, dan personalization akan menentukan apakah penghuni panti memiliki sikap optimis atau pesimis untuk dapat sembuh dari kecanduan narkoba. Penghuni panti yang memiliki sikap optimisme yang tinggi merupakan individu yang mampu bertahan dalam menghadapi kesukaran dan tidak mudah menyerah, sedangkan dalam situasi yang buruk (kecanduan narkoba) penghuni panti yang optimis akan berpikir bahwa situasi yang dihadapi sekarang hanya sementara, terjadi pada situasi tertentu dan penyebab dari keadaan yang buruk adalah lingkungan diluar dirinya. Sebaliknya bagi penghuni panti yang memiliki sikap pesimis akan menganggap situasi yang baik (sembuh dari kecanduan narkoba) bersifat sementara saja, terjadi pada situasi tertentu saja dan berpikir bahwa penyebab dari keadaan yang baik adalah diluar dirinya, sehingga penghuni panti memandang suatu situasi sebagai ancaman. Sedangkan dalam situasi


(42)

17

Universitas Kristen Maranatha yang buruk (kecanduan narkoba) penghuni panti pesimis bahwa situasi tersebut akan menetap, terjadi pada semua situasi dan penyebab dari keadaan yang buruk adalah dirinya sendiri.Kebiasaan dalam berpikir tentang penyebab suatu keadaan yang nantinya akan menentukan apakah individu tersebut optimis atau pesimis

Optimisme lebih mengarah pada belajar mengenali diri sendiri, membuat individu ingin tahu tentang diri sendiri dan dunia, mendorong sikap mental penghuni panti menjadi aktif dan membentuk diri sendiri dari pasif dan menerima apa adanya. Selain itu dengan sikap optimis, individu akan memiliki kegigihan dalam menghadapi situasi yang tidak menguntungkan serta kemampuan berjuang untuk mengatasi masalah. Dengan sikap optimis, diharapkan penghuni panti dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan diri sendiri maupun situasi sehingga penghuni panti tersebut dapat mempunyai kemampuan yang tepat untuk menentukan harapan yang sesuai dengan situasi dan kondisi ,Seligman (1990).


(43)

18

Universitas Kristen Maranatha Skema 1.1 Kerangka Pikir

1.Explanatory style ibu 2.Kritik orang dewasa 3. Masa krisis anak-anak

Residen panti rehabilitasi narkoba “X”

Optimisme residen panti rehabilitasi Dimensi explanatory style:

1.Permanence 2.Pervasivness

3.Personalization Optimis


(44)

19

Universitas Kristen Maranatha

1.6 Asumsi

1. Penghuni panti yang menjalani rehabilitasi narkoba dipanti ‟X‟ memiliki derajat optimisme yang berbeda-beda

2. Optimisme dibentuk dari tiga dimensi dalam kebiasaan (habit) berpikir tentang penyebab dari suatu keadaan (explanatory style), yaitu permanence,pervasivness,dan personalization

3. Explanatory style penghuni panti dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu Explanatory style ibu, kritik orang dewasa dan masa krisis anak-anak.

4. Tiga dimensi dari explanatory style mempengaruhi sikap optimis atau pesimis Penghuni panti yang sedang menjalani rehabilitasi.


(45)

49 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Sebanyak 50 % responden adalah individu yang optimistik dan sebanyak 50 % lainnya adalah responden lainnya adalah individu yang pesimistik .

2. Penghuni panti yang optimistik memandang keadaan baik (good situation) sebagai keadaan yang Permanent, Universal dan Eksternal dan ketika berhadapan dengan keadaan buruk (bad situation), penghuni panti yang optimistik tersebut memandangnya sebagai sebagai keadaan yang temporary, spesifik, Internal.

3. Penghuni panti yang pesimistik memandang keadaan baik (good situation) sebagai keadaan yang temporary, spesifik dan eksternal, dan ketika berhadapan dengan keadaan yang buruk (bad situation), penghuni panti yang pesimis akan memandangnya sebagai keadaan yang permanent, universal, dan internal.

4. faktor – faktor yang mendasari derajat optimisme penghuni panti relahabilitasi narkoba yaitu :


(46)

50

Universitas Kristen Maranatha a. Kritik orang dewasa (orang tua/guru): komentar atau kritik yang diberikan oleh orang dewasa saat penghuni panti mengalami kegagalan,saat melakukan kesalahan.

b. Masa krisis anak-anak: masa krisis yang pernah dialami oleh penghuni panti ketika masih kanak-kanak, diantaranya perceraian dan kematian orang tua..

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian ini dapat diajukan beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

5.2.1 Bagi peneliti lain yang hendak melanjutkan penelitian ini dapat disarankan

1. Hubungan antara derajat optimisme dengan frekuensi menjalani rehabilitasi

5.2.2 Bagi pihak lain yang terlibat dalam penelitian ini dapat diberikan saran seperti

berikut ini :

1. Bagi penghuni panti rehabilitasi narkoba yang pesimis disarankan mengembangkan diri ke arah yang lebih optimis, dengan cara mengikuti pembinaan di panti rehabilitasi dan pelatihan-pelatihan lain yang dapat meningkatkan optimisme penghuni panti untuk sembuh dari kecanduan narkoba.

2. Bagi para konselor panti, diharapkan dari penelitian ini mendapatkan banyak informasi mengenai derajat optimisme pada penghuni pantinya sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun


(47)

program-51

Universitas Kristen Maranatha program di panti yang bersangkutan untuk dapat meningkatkan derajat optimisme pada penghuni panti rehabilitasi narkoba ‘X” Bandung.

3. Bagi pihak keluarga yang terkait dengan penghuni panti, disarankan untuk bersedia menerima keberadaan penghuni panti dengan tulus dan memberikan masukan berupa kritik, pujian, dan nasehat-nasehat secara proposional yang dapat memupuk tumbuhnya derajat optimisme untuk sembuh dari kecanduan narkoba pada penghuni panti.


(48)

53 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Penerbit : PT Gramedia Widiasarana

Indonesia

Nazir, Moh., Ph.D. 2003. Metodologi Penelitian. Penerbit : Ghalia Indonesia

Seligman, Martin. 1990. Learned Optimism. New York : Mc. Pocket Books.

Siegel, Sidney. 1990. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Cetakan

Keempat. Jakarta : Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono, Dr. 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung : CV. Alfabeta, Cetakan


(49)

54 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Sembiring, Seteria. 2007. Derajat Optimisme Pada Warga Binaan Yang Divonis

Hukuman > 10 Tahun Di Lembaga Pemasyarakatan ”X” Bandung.

Sembiring, Tesalonika. 209. Studi Deskriptif Mengenai Derajat Optimisme

Pemderita Kusta Yang Tinggal Di Pemukiman Kusta ’X” Sumatra Utara. http://www.mediaindonesia.com

http://www.pikiran –rakyat.com http://bnp.com


(1)

19

Universitas Kristen Maranatha 1.6 Asumsi

1. Penghuni panti yang menjalani rehabilitasi narkoba dipanti ‟X‟ memiliki derajat optimisme yang berbeda-beda

2. Optimisme dibentuk dari tiga dimensi dalam kebiasaan (habit) berpikir tentang penyebab dari suatu keadaan (explanatory style), yaitu permanence,pervasivness,dan personalization

3. Explanatory style penghuni panti dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu Explanatory style ibu, kritik orang dewasa dan masa krisis anak-anak.

4. Tiga dimensi dari explanatory style mempengaruhi sikap optimis atau pesimis Penghuni panti yang sedang menjalani rehabilitasi.


(2)

49 Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Sebanyak 50 % responden adalah individu yang optimistik dan sebanyak 50 % lainnya adalah responden lainnya adalah individu yang pesimistik .

2. Penghuni panti yang optimistik memandang keadaan baik (good situation) sebagai keadaan yang Permanent, Universal dan Eksternal dan ketika berhadapan dengan keadaan buruk (bad situation), penghuni panti yang optimistik tersebut memandangnya sebagai sebagai keadaan yang temporary, spesifik, Internal.

3. Penghuni panti yang pesimistik memandang keadaan baik (good situation) sebagai keadaan yang temporary, spesifik dan eksternal, dan ketika berhadapan dengan keadaan yang buruk (bad situation), penghuni panti yang pesimis akan memandangnya sebagai keadaan yang permanent, universal, dan internal.

4. faktor – faktor yang mendasari derajat optimisme penghuni panti relahabilitasi narkoba yaitu :


(3)

50

Universitas Kristen Maranatha a. Kritik orang dewasa (orang tua/guru): komentar atau kritik yang diberikan oleh orang dewasa saat penghuni panti mengalami kegagalan,saat melakukan kesalahan.

b. Masa krisis anak-anak: masa krisis yang pernah dialami oleh penghuni panti ketika masih kanak-kanak, diantaranya perceraian dan kematian orang tua..

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian ini dapat diajukan beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

5.2.1 Bagi peneliti lain yang hendak melanjutkan penelitian ini dapat disarankan 1. Hubungan antara derajat optimisme dengan frekuensi menjalani rehabilitasi 5.2.2 Bagi pihak lain yang terlibat dalam penelitian ini dapat diberikan saran seperti berikut ini :

1. Bagi penghuni panti rehabilitasi narkoba yang pesimis disarankan mengembangkan diri ke arah yang lebih optimis, dengan cara mengikuti pembinaan di panti rehabilitasi dan pelatihan-pelatihan lain yang dapat meningkatkan optimisme penghuni panti untuk sembuh dari kecanduan narkoba.

2. Bagi para konselor panti, diharapkan dari penelitian ini mendapatkan banyak informasi mengenai derajat optimisme pada penghuni pantinya sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun


(4)

program-51

Universitas Kristen Maranatha program di panti yang bersangkutan untuk dapat meningkatkan derajat optimisme pada penghuni panti rehabilitasi narkoba ‘X” Bandung.

3. Bagi pihak keluarga yang terkait dengan penghuni panti, disarankan untuk bersedia menerima keberadaan penghuni panti dengan tulus dan memberikan masukan berupa kritik, pujian, dan nasehat-nasehat secara proposional yang dapat memupuk tumbuhnya derajat optimisme untuk sembuh dari kecanduan narkoba pada penghuni panti.


(5)

53 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Penerbit : PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Nazir, Moh., Ph.D. 2003. Metodologi Penelitian. Penerbit : Ghalia Indonesia

Seligman, Martin. 1990. Learned Optimism. New York : Mc. Pocket Books.

Siegel, Sidney. 1990. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Cetakan Keempat. Jakarta : Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono, Dr. 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung : CV. Alfabeta, Cetakan Kelima.


(6)

54 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Sembiring, Seteria. 2007. Derajat Optimisme Pada Warga Binaan Yang Divonis Hukuman > 10 Tahun Di Lembaga Pemasyarakatan ”X” Bandung.

Sembiring, Tesalonika. 209. Studi Deskriptif Mengenai Derajat Optimisme Pemderita Kusta Yang Tinggal Di Pemukiman Kusta ’X” Sumatra Utara. http://www.mediaindonesia.com

http://www.pikiran –rakyat.com http://bnp.com